Andhika Rahman1
1
Program Studi Master Ketahanan Energi, Universitas Pertahanan (UNHAN),
Indonesia Peace and Security Centre (IPSC), Bogor 16810, Indonesia
E-mail: andhikarahmansatu@gmail.com
Abstrak
1. Pendahuluan
Energi sudah menjadi kebutuhan pokok masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu kala hingga
saat ini. Seiring berjalannya waktu kebutuhan energi semakin lama semakin meningkat.
Pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan penduduk merupakan faktor yang mempengaruhi
kebutuhan energi Indonesia. Energi digunakan sebesar-besarnya untuk kebutuhan hidup manusia
sehari-hari mulai dari sektor rumah tangga, industri, transportasi dan komersial. Berdasarkan data
dari Badan Pusat Statistik (2018) pertumbuhan ekonomi Indonesia dari tahun 2010-2018 naik
sebesar 9% dengan PDB pada tahun 2010 sebesar 6.864 trilliun rupiah dan tahun 2018 sebesar
14.837 triliun rupiah. Kemudian, berdasarkan data dari World Bank (2018), pada tahun 2010
jumlah populasi di Indonesia adalah 242 juta jiwa dan pada tahun 2017 jumlah populasi di
Indonesia adalah 263 juta jiwa yaitu naik 1,07% atau 21 juta jiwa. Akibat dari adanya kenaikan
pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduk maka konsumsi energi final masyarakat Indonesia
juga bertambah. Menurut data dari Kementrian ESDM (2018), konsumsi energi final Indonesia
naik menjadi 1,2 juta BOE pada tahun 2017 dari sebelumnya 1,05 juta BOE pada tahun 2010.
Padahal produksi energi dalam negeri kita tidak mencapai angka tersebut sehingga untuk
memenuhi kebutuhan tersebut kita masih harus mengimpor energi dari luar negeri untuk
memertahankan ketahanan energi Indonesia.
Sampai saat ini sumber energi tak terbarukan atau fosil masih merupakan tulang belakang sumber
daya energi nasional Indonesia. Eksploitasi energi fosil secara besar-besaran menyebabkan terus
berkurangnya cadangan energi fosil Indonesia. Apalagi sampai saat ini masih belum ditemukan
cadangan energi fosil baru yang dapat memenuhi kebutuhan energi Indonesia dimasa yang akan
datang. Oleh karena itu pemerintah saat ini telah menggalakkan pengembangan sumber energi
baru dan terbarukan untuk menanggulangi masalah kebutuhan energi nasional. Sumber energi baru
yang dimaksud adalah sumber energi yang didapat dari teknologi baru yang dapat berasal dari
sumber energi terbarukan maupun sumber energi tidak terbarukan, contohnya nuklir, hydrogen,
gas metana batu bara, batu bara tercairkan dan batu bara tergaskan. Sementara sumber energi
terbarukan yaitu berasal dari sumber energi berkelanjutan dengan pengelolaan yang baik seperti
panas bumi, angina, bioenergy, sinar matahari, aliran dan terjunan air, serta gerakan dan perbedaan
suhu lapisan laut. Walaupun sumber energi terbarukan kita sangat melimpah, tetapi laju kebutuhan
energi jauh lebih besar dibandingkan laju produksi energi Indonesia. Sehingga dibutuhkan solusi
lain untuk mempertahankan ketahanan energi Indonesia yaitu dengan konservasi dan efisiensi
energi.
Konservasi energi adalah upaya sistematis, terencana dan terpadu guna melestarikan sumber daya
energi dalam negeri serta meningkatkan efisiensi pemanfaatannya (KEN, 2014). Efisiensi energi
adalah nilai maksimal yang dihasilkan dari perbandingan antara keluaran dan masukan energi pada
peralatan pemanfaat energi (KEN,2014). Untuk mempertahankan ketahanan energi Indonesia
setiap masyarakatnya harus menerapkan perilaku hemat energi yaitu penggunaan energi secara
efektif dan efisien, sehingga masyarakat dapat berkontribusi dalam mempertahankan ketahanan
energi Indonesia. Selain itu, pemerintah sebagai pelaku pengelolaan energi harus menerapkan
manajemen energi yang baik agar tercapai pemanfaatan energi yang efektif dan efisien untuk
menghasilkan keluaran yang maksimal melalui tindakan teknis secara terstruktur dan ekonomis
(PP No. 70, 2019). Oleh karena itu dibutuhkan landasan hukum sebagai pengatur tingkah laku
individu, masyarakat dan golongan untuk mewujudkan iklim konservasi dan efisiensi energi yang
baik sehingga terwujudnya ketahanan energi di Indonesia. Selain itu juga akan dibandingkan
landasan hukum tentang konservasi dan efisiensi energi dengan negara tetangga terdekat Indonesia
yaitu Malaysia sebagai tolak ukur dan pembelajaran untuk landasan hukum di Indonesia.
2. Metodologi
Penelitian ini menggunakan metode studi literatur dan pengolahan data dari berbagai sumber
mencakup tentang konservasi energi, efisiensi energi, kebijakan energi, peraturan dan hukum
energi dari kedua negara Indonesia dan Malaysia.
3.1. Peraturan dan Hukum Tentang Konservasi dann Efisiensi Energi di Indonesia
Beberapa peraturan terkait konservasi energi di Indonesia antara lain:
Undang-Undang tersebut menyatakan bahwa peranan energi sangat penting bagi kegiatan
ekonomi dan ketahanan nasional maka harus dipergunakan untuk kemakmuran rakyat dan
pengelolaannya harus dilaksanakan secara berkeadilan, berkelanjutan, rasional, optimal,
dan terpadu mengingat bahwa cadangan sumber energi tak terbarukan jumlahnya terbatas
maka diperlukan penganekaragaman sumber daya energi.
- Perumusan rencana induk konservasi energi nasional yang diperbarui setiap lima
tahun atau setiap tahun sesuai kebutuhan.
- Penugasan wajib dari manajer energi, audit energi, dan program konservasi energi
untuk pengguna energi final 6000 kaki (atau ton setara dengan minyak) per-
tahunnya.
- Menetapkan standar efisiensi energi dan pelabelan energi
- Membentuk insentif pemerintah termasuk pembebasan pajak dan insentif fiskal
untuk impor peralatan hemat energi dan suku bunga rendah khusus untuk investasi
konservasi energi
- Membentuk disinsetif pemerintah, termasuk pemberitahuan tertulis untuk dipatuhi,
pengumuman publik tentang pelanggaran, denda moneter, dan pengurangan
pasokan energu terkait pelanggaran hukum.
- Mengesahkan Peraturan Menteri no. 32 tahun 2008 mewajibkan konsumsi bahan
bakar nabati dimulai tahun 2009
Hambatan dalam konservasi energi antara lain adalah kurangnya pengetahuan dan informasi,
kurangnya keterampilan manajemen energi, kurangnya konsentrasi dalam pengambilan keputusan
oleh tingkat atas, kurangnya keahlian, serta biaya investasi yang tinggi. Keterbatasan anggaran
dapat menghambat pemerintah dalam melaksanakan berbagai program. Tidak adanya koordinasi
antara pemerintah, para aktor yang terlibat, pengambilan keputusan, serta pembagian tanggung
jawab juga semakin merumitkan keadaan dan kelangkaan informasi dan kurangnya keahlian juga
sangat berdampak dalam penerapan teknologi energi, estimasi biaya, serta penggunaannya di masa
depan. Indonesia perlu meningkatkan investasi dari negara-negara lain dalam upaya
mengembangkan energi terbarukan.
Selain itu rezim harga juga mencegah pembangunan infrastruktur energi yang lebih bersih karena
kurangnya insentif keuangan, dikombinasikan dengan subsidi besar untuk konsumsi energi.
Indonesia saat ini membatasi investasi asing di pembangkit listrik yang menghasilkan kurang dari
10 MW. Oleh sebab itu Indonesia tidak mungkin dapat memenuhi target dalam pertumbuhan
ekonomi dan pengembangan energi terbarukan tanpa mengizinkan partisipasi oleh perusahaan
asing, yang cenderung memiliki pengetahuan teknis dan modal. Pemerintah juga perlu memberi
insentif keuangan domestik untuk sektor energi terbarukan dengan memberikan jaminan utang
negara. Pemerintah diharapkan dapat mengelola proyek energi terbarukan secara transparan agar
implementasi kebijakan energi dapat dilakukan secara efisien dan mengusahakan informasi serta
data-data yang berkualitas untuk mendukung pengembangan energi terbarukan dan memverifikasi
data-data tersebut.
3.2 Peraturan dan Hukum Tentang Konservasi dann Efisiensi Energi di Malaysia
Beberapa peraturan terkait konservasi energi di Malaysia antara lain:
3. Kode Praktik tentang Penggunaan Energi Terbarukan dan Efisiensi Energi (MS1525:
2007)
Kode Praktik tentang Penggunaan Energi Terbarukan dan Efisiensi Energi di Bangunan Non-
Perumahan (MS1525: 2007) memberikan rekomendasi desain untuk bangunan non-perumahan.
5. Skema Pajak
- Di antara manfaat lainnya, Pedoman Insentif Nasional menunjukkan bahwa perusahaan
yang menyediakan layanan untuk efisiensi energi memenuhi syarat untuk yang berikut:
- Status pelopor - pembebasan pajak penghasilan sebesar 100% dari pendapatan wajib
selama 10 tahun; atau
- Tunjangan pajak investasi sebesar 100% untuk pengeluaran modal yang memenuhi
syarat yang dikeluarkan dalam jangka waktu lima tahun; dan
- Pembebasan bea masuk dan pajak penjualan untuk peralatan hemat energi yang tidak
diproduksi secara lokal, dan pembebasan pajak penjualan untuk pembelian peralatan
dari produsen lokal;
- Peralatan rumah tangga seperti lemari es, AC, penerangan, kipas angin dan televisi juga
memenuhi syarat untuk pembebasan pajak.
- Pemilik bangunan dengan Sertifikat Indeks Bangunan Hijau berhak untuk
pengecualian pajak setara dengan 100% dari pengeluaran modal yang dikeluarkan
untuk mendapatkan sertifikat GBI. Bangunan baru dan yang dipasang kembali
memenuhi syarat.
4. Kesimpulan
Peraturan dan Kebijakan Energi diperlukan untuk mengatur dan memberikan paksaan secara
hukum untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan pemerintah dalam hal konservasi energi
dan efisiensi energi. Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa masing-masing negara baik
Indonesia dan Malaysia sudah memiliki landasan hukum tentang konservasi dan efisiensi energi
dan sudah diterapkan di masing-masing negara.
Referensi
Agustiawan, Herman. 2019. Konservasi dan Efisiensi Energi. Materi Perkuliahan Prodi Ketahanan
Energi. Bogor.
IEA Country Energy Statistics (2011). http://www.iea.org/countries/non-membercountries
/indonesia/ [Diakses pada 6/7/19]