Kuk
Kuk
Current ratio (rasio lancar) merupakan rasio yang sangat berguna untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam hal melunasi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya, dimana dapat
diketahui hingga seberapa jauh sebenarnya jumlah aktiva lancar perusahaan dapat menjamin
utang lancarnya. Semakin tinggi rasio berarti akan terjamin utang-utang perusahaan kepada
kreditur. Rasio ini dipergunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajiban jangka pendek dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki.
Ratio Current ini membandingkan aktiva lancar dengan hutang lancar. Current Ratio
memberikan informasi tentang kemampuan dari aktiva lancar untuk menutup hutang lancar.
Aktiva lancar meliputi kas, piutang dagang, efek, persediaan, serta aktiva lainnya. Sedangkan
hutang lancar meliputi hutang dagang, hutang wesel, hutang bank, hutang gaji, serta hutang
lainnya yang segera harus dibayar (Sutrisno, 2001:247).
Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar, maka semakin tinggi pula
kemampuan perusahaan dalam menutupi kewajiban jangka pendeknya. Apabila rasio lancar 1:1
atau 100% berarti bahwa aktiva lancar dapat menutupi seluruh hutang lancar. Jadi, dikatakan
sehat jika rasionya berada di atas 1 atau diatas 100%. Artinya aktiva lancar haruslah jauh di atas
jumlah hutang lancar (Harahap, 2002:301)
Penjelasan
Current ratio pada PT BATU AKIK adalah sebagai berikut (dalam rupiah):
Tahun 2015 : = 1,04
Tahun 2016 : = 1,05
Ini berarti kemampuan untuk membayar utang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar
pada tahun 2015 ialah setiap Rp 1 utang lancar dijamin oleh aktiva lancar Rp 1,04. Pada tahun
2016 ialah setiap utang lancar Rp 1 dijamin oleh Rp 1,05 aktiva lancar.
Itulah ulasan sekilas penjelasan tentang Pengertian Current Ratio dan Rumus Current Ratio.
terima kasih telah menyempatkan membaca, semoga artikel yang anda baca bermanfaat,
jangan sungkan untuk mengirimkan kritik maupun saran kepada redaksi kami
Pengertian Rasio Perputaran Total Aset (Total Asset Turnover Ratio) dan Rumus Rasio
Perputaran Total Aset
Pengertian Rasio Perputaran Total Aset (Total Asset Turnover Ratio) dan Rumusnya – Rasio
perputaran Total Aset atau Total Asset Turnover Ratio adalah rasio aktivitas (rasio efisiensi) yang
mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan penjualan dari total asetnya dengan
membandingkan penjualan bersih dengan total aset rata-rata. Sedangkan pengertian
Perputaran Aset menurut Kamus Bank Indonesia adalah rasio untuk mengukur kemampuan aset
perusahaan untuk memperoleh pendapatan; makin cepat aset perusahaan berputar makin
besar pendapatan perusahaan tersebut. Dengan kata lain, rasio ini menunjukkan seberapa
efisien perusahaan dapat menggunakan asetnya untuk menghasilkan penjualan. Perputaran
Total Aset ini juga sering disebut juga dengan Perputaran Total Aktiva (Total Activa Turnover)
atau hanya disebut dengan Perputaran Aset (Asset Turnover).
Baca juga : Pengertian Rasio Aktivitas dan Jenis-jenisnya.
Rumus Rasio Perputaran Total Aset (Total Asset Turnover Ratio)
Rasio Perputaran Total Aset ini dihitung dengan membagikan Penjualan Bersih (Net Sales)
dengan Jumlah Rata-rata Aset. Berikut ini adalah Rumus Rasio Perputaran Total Aset (Total Asset
Turnover Ratio).
Catatan : Rata-rata Total Aset biasanya dihitung dengan menambahkan saldo aset awal dan
akhir kemudian dibagi menjadi dua sehingga Rumus Rasio Perputaran Total Aset juga dapat
ditulis seperti dibawah ini :
Rasio Perputaran Total Aset = Penjualan / ((total Aset awal tahun + total Aset akhir tahun) / 2)
Contoh Kasus
Sebuah perusahaan yang memproduksi kalkulator melaporkan penjualan bersihnya sebesar Rp.
100 juta. Total aset pada awal tahun sebesar Rp. 100 juta sedangkan total aset pada akhir tahun
adalah sebesar Rp. 200 juta. Berapakah rasio perputaran total aset atau Total Asset Turnover
Ratio pada perusahaan tersebut?
Diketahui :
Rasio Perputaran Total Aset = Penjualan / ((total Aset awal tahun + total Aset akhir tahun) / 2)
Rasio Rasio Perputaran Total Aset = Rp. 100.000.000,- / ((Rp. 100.000.000,- + Rp. 200.000.000,- )
/ 2)
Rasio Perputaran Total Aset = Rp. 100.000.000,- / Rp. 150.000.000,-
Rasio Perputaran Total Aset = 0,6 kali.
Jadi Rasio Perputaran Total Aset perusahaan tersebut adalah 0,6 kali.
Penilaian Rasio Perputaran Total Aset (Total Aset Turnover Ratio)
Seperti yang disebutkan sebelumnya, rasio perputaran aset ini digunakan untuk seberapa
efisiennya sebuah perusahaan menggunakan asetnya untuk menghasilkan penjualan. Ini artinya,
semakin tinggi rasionya semakin efisien perusahaan tersebut menggunakan asetnya untuk
menghasilkan penjualan. Sebaliknya Rasio Perputaran Aset yang rendah menandakan kurang
efisiennya manajemen dalam menggunakan asetnya dan kemungkinan besar adanya masalah
manajemen ataupun produksinya.
Nilai 1 pada Rasio ini berarti penjualan bersihnya sama dengan rata-rata total aset pada tahun
tersebut, Dengan kata lain, perusahaan telah menghasilkan 1 rupiah penjualan pada setiap
rupiah yang diinvestasikan dalam asetnya.
Perlu diketahui bahwa, sama seperti rasio-rasio analisis keuangan lainnya, Rasio Perputaran Aset
ini juga berbeda-beda pada setiap industri. Ada Industri yang dapat mengelola dan
menggunakan asetnya dengan sangat efisien, ada juga industri tertentu yang tidak dapat
menggunakannya dengan efisien. Oleh karena itu, Rasio perputaran aset ini sebaiknya
digunakan untuk membandingkan pada industri yang bergerak di bidang yang sama.
Baca juga : Pengertian Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turnover Ratio) dan Rumusnya.
Powered By Geniee
New Game Of Thrones Game Is Available! It's So Addictive!
Dokter asal Beijing ungkap cara memulihkan persendian
Ibu pengangguran mendapat $900/hari dengan skema ini
Previous article
Next article
Related Articles
Pengertian Return on Capital Employed (ROCE) Rasio Pengembalian Modal
Pengertian Return on Capital Employed (ROCE) atau Pengembalian Modal Kerja dan Rumusnya
Pengertian PEG (Price/Earning to Growth Ratio) dan Rumus PEG
Pengertian PEG (Price/Earning to Growth Ratio) dan Rumus PEG
Pengertian Rasio Solvabilitas (Rasio Leverage) dan Jenis-jenisnya
Pengertian Analisis Rasio Solvabilitas (Rasio Leverage) dan Jenis-jenisnya
Be the first to comment
Leave a Reply
Comment
Name *
Email *
Website
Artikel Terbaru
Pengertian EBIT (Earnings Before Interest and Taxes) dan Cara Menghitungnya
March 2, 2019 0
Pengertian Negosiasi
Archives
March 2019
February 2019
January 2019
December 2018
November 2018
October 2018
September 2018
August 2018
July 2018
June 2018
May 2018
April 2018
March 2018
February 2018
January 2018
December 2017
November 2017
October 2017
September 2017
August 2017
July 2017
June 2017
May 2017
April 2017
March 2017
February 2017
January 2017
December 2016
November 2016
October 2016
September 2016
August 2016
July 2016
June 2016
Kategori
Dasar-dasar Manajemen
Manajemen Keuangan
Manajemen Kualitas
Produksi dan Operasional
Sumber Daya Manusia (SDM)
Artikel Terpilih
Home
Daftar Isi
Home
Sumber Daya Manusia
Produksi & Operasional
Kualitas
Dasar-dasar Manajemen
Keuangan
Artikel Terbaru
[ March 12, 2019 ] Perbedaan Perusahaan Manufaktur dengan Perusahaan Jasa Produksi dan
Operasional
[ March 2, 2019 ] Pengertian EBIT (Earnings Before Interest and Taxes) dan Cara
Menghitungnya Manajemen Keuangan
[ February 22, 2019 ] Pengertian Negosiasi (Negotiation) dan Tahapannya Dasar-dasar
Manajemen
[ February 10, 2019 ] Perbedaan Barang dan Jasa (Goods and Services) Produksi dan
Operasional
[ January 26, 2019 ] Pengertian Motivasi dan Teori-teori Motivasi Dasar-dasar Manajemen
Search for:
HomeManajemen KeuanganPengertian Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turnover Ratio)
dan Rumusnya
Pengertian Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turnover Ratio) dan Rumusnya
Terdapat dua komponen utama dalam Rasio Perputaran Persediaan ini, yang pertama adalah
pembelian barang (stock purchasing) untuk persediaan dan yang kedua adalah Penjualan
(sales). Jika jumlah barang yang dibelinya banyak sehingga menyebabkan jumlah persediaannya
besar maka perusahaan harus berusaha untuk menjualnya dalam jumlah yang besar juga untuk
meningkatkan kinerja perputaran persediaannya (Inventory Turnover). Jika tidak, maka akan
timbul biaya-biaya penyimpanan persediaan dan biaya-biaya penanganan persediaan lainnya.
Penjualan harus sesuai dengan pembelian barang/persediaan agar persediaannya dapat
berputar secara efektif. Itulah sebabnya mengapa departemen pembelian (Purchasing) harus
selaras dengan departemen penjualan (Sales).
Rumus Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turnover Ratio)
Rasio Perputaran Persediaan ini dihitung dengan membagi harga pokok penjualan (HPP) untuk
suatu periode dengan rata-rata persediaan untuk periode tersebut. Berikut ini adalah Rumus
Rasio Perputaran Persediaan atau Inventory Turnover Ratio.
Sebagai catatan, penggunaan rata-rata persediaan dalam rumus ini adalah sebagai pengganti
persediaan akhir yang sangat berfluktuasi pada sepanjang tahunnya. Contohnya, perusahaan
mungkin akan membeli barang dagangan dalam jumlah yang sangat besar pada awal tahun
(misalnya Januari) dan menjualnya pada bulan-bulan selanjutnya sehingga persediaan pada
akhir tahun (misalnya Desember) akan menjadi sangat sedikit. Kondisi tersebut tidak akurat
untuk mencerminkan persediaan aktual perusahaan sepanjang tahun. Rata-rata Persediaan atau
Average Inventory dihitung dengan cara menambahkan persediaan awal dan persediaan akhir
dan kemudian membaginya dengan dua.
Sehingga Rumus Rasio Perputaran Persediaan juga dapat ditulis seperti berikut ini :
Sebuah toko yang menjual Ponsel melaporkan biaya pokok penjualan pada laporan laba/ruginya
sebesar Rp. 500 juta. Persediaan awal toko ini adalah sebesar Rp. 800 juta sedangkan
persediaan akhirnya adalah sebesar Rp. 700 juta. Berapakah Rasio Perputaran Persediaan atau
Inventory Turnover Ratio Toko Ponsel tersebut?
Penyelesaiannya
Diketahui :
Jawaban :
Jadi Rasio Perputaran Persediaan atau Inventory Turnover Ratio Toko Ponsel ini adalah sebesar
0,6 kali.
Penilaian Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turnover Ratio)
Bagi Investor, Rasio ini dapat digunakan untuk mengukur likuidasi pada perusahaan yang
bersangkutan. Hal ini dikarenakan Persediaan merupakan salah satu aset atau aktiva tersebut
perusahaan terutama pada perusahaan retail. Pengukuran rasio ini menunjukan seberapa
mudah perusahaan mengubah persediaanya menjadi uang tunai. Sedangkan bagi Kreditur,
Persediaan juga sering dijadikan sebagai jaminan pinjaman. Kreditur atau Bank menggunakan
rasio perputaran persediaan ini untuk mengetahui seberapa mudahnya persediaan tersebut
dapat dijual sehingga dapat dikonversi menjadi uang tunai.
Perlu diketahui bahwa setiap jenis industri memiliki Perputaran Persediaan atau Inventory
Turnover yang berbeda. Sebagai contoh, Perputaran Persediaan bagi perusahaan yang menjual
beras atau perusahaan yang menjual sembako akan lebih tinggi jika dibandingkan dengan
perputaran persediaan perusahaan yang menjual mobil mewah. Jadi, jika kita ingin
membandingkannya, bandingkanlah dengan perusahaan yang bergerak di bidang industri yang
sejenis.
Baca juga : Pengertian Rasio Aktivitas (Rasio Efisiensi) dan Jenis-jenisnya.
Powered By Geniee
New Game Of Thrones Game Is Available! It's So Addictive!
Tumbuhkan rambut yang hilang dalam 21 hari
Mereka tadinya miskin sampai mencoba skema ini
Previous article
Next article
Related Articles
Pengertian Price to Sales Ratio (PSR) dan Rumus PSR
Pengertian Price to Sales Ratio (PSR) atau Rasio Harga Terhadap Penjualan dan Rumusnya
Pengertian EPS (Earning per Share atau Laba per Saham) dan Rumus EPS
Pengertian EPS (Earning per Share atau Laba per Saham) dan Rumus EPS
Pengertian Net Profit Margin (Marjin Laba Bersih) dan Rumus Net Profit Margin (NPM)
Pengertian Net Profit Margin (Marjin Laba Bersih) dan Rumusnya
Be the first to comment
Leave a Reply
Comment
Name *
Email *
Website
Pengertian EBIT (Earnings Before Interest and Taxes) dan Cara Menghitungnya
March 2, 2019 0
Pengertian Negosiasi
Artikel Terpopuler
Archives
March 2019
February 2019
January 2019
December 2018
November 2018
October 2018
September 2018
August 2018
July 2018
June 2018
May 2018
April 2018
March 2018
February 2018
January 2018
December 2017
November 2017
October 2017
September 2017
August 2017
July 2017
June 2017
May 2017
April 2017
March 2017
February 2017
January 2017
December 2016
November 2016
October 2016
September 2016
August 2016
July 2016
June 2016
Kategori
Dasar-dasar Manajemen
Manajemen Keuangan
Manajemen Kualitas
Produksi dan Operasional
Sumber Daya Manusia (SDM)
Artikel Terpilih
KajianPustaka.com
Hukum
Ilmu Hukum
Administrasi
Hukum Islam
Syariah
Ekonomi
Manajemen
Akuntansi
Pemasaran
Perbankan
Teknik
Arsitektur
Elektronika
Informatika
Listrik
Mekatronika
Teknik Sipil
Pendidikan
Pembelajaran
Penelitian
Statistik
Kesehatan
Keperawatan
Kebidanan
Psikologi
Penyakit
Olahraga
Sosial
Ilmu Sosial
Transportasi
Politik
Lingkungan Hidup
Komunikasi
MIPA
Biologi
Fisika
Kimia
Beranda › Akuntansi
Rasio Solvabilitas
Ditulis oleh Muchlisin Riadi Rabu, 19 Desember 2012 2 Komentar
Pengertian Rasio Solvabilitas
Rasio Solvabilitas
Ilustrasi Rasio Solvabilitas
Solvabilitas suatu perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban financialnya baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila sekiranya
perusahaan dilikuidasi.
Suatu perusahaan yang solvable berarti bahwa perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau
kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutanghutang nya begitu pula sebaliknya
perusahaan yang tidak mempunyai kekayaan yang cukup untuk membayar hutang-hutangnya
disebut perusahaan yang insolvable.
Syafri (2008:303) menyatakan bahwa Rasio solvabilitas adalah rasio yang menggambarkan
kemampuan perusahaan dalam membayar kewjiban jangka panjangnya/ kewajiban-
kewajibannya apabila perusahaan di likuidasi.
Jenis-jenis Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas antara lain :
1. Rasio hutang modal / Debt to Equity Ratio
Rasio hutang modal menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi
hutang-hutang kepada pihak luar dan merupakan rasio yang mengukur hingga sejauh mana
perusahaan dibiayai dari hutang. Rasio ini disebut juga rasio leverage.
Rasio leverage merupakan rasio untuk mengukur seberapa bagus struktur permodalan
perusahaan. Struktur permodalan merupakan pendanaan permanen yang terdiri dari hutang
jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham (Wahyono, 2002:12).
Jadi dapat disimpulkan bahwa debt to equity ratio merupakan perbandingan antara total hutang
(hutang lancar dan hutang jangka panjang) dan modal yang menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajibannya dengan menggunakan modal yang ada.
Menurut Syafri (2008:303) semakin kecil rasio hutang modal maka semakin baik dan untuk
keamanan pihak luar rasio terbaik jika jumlah modal lebih besar dari jumlah hutang atau
minimal sama.
2. Total Asets to Total Debt Ratio/ Debt Ratio
Rasio ini merupakan perbandingan antara total hutang dengan total aktiva. Sehingga rasio ini
menunjukkan sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh aktiva. Menurut Sawir (2008:13) debt
ratio merupakan rasio yang memperlihatkan proposi antara kewajiban yang dimiliki dan seluruh
kekayaan yang dimiliki.
Dan sebaliknya apabila debt ratio semakin kecil maka hutang yang dimiliki perusahaan juga akan
semakin kecil dan ini berarti risiko financial perusahaan mengembalikan pinjaman juga semakin
kecil.
3. Times Interest Earned
Time interest earned merupakan perbandinganantara laba bersih sebelum bunga dan pajak
dengan beban bunga dan merupakan rasio yang mencerminkan besarnya jaminan keuangan
untuk membayar bunga utang jangka panjang.
Sawir (2008:14) mengatakan bahwa: Rasio ini juga disebut dengan rasio penutupan (coverage
ratio), yang mengukur kemampuan pemenuhan kewajiban bunga tahunan dengan laba operasi
(EBIT) dan mengukur sejauh mana laba operasi boleh turun tanpa menyebabkan kegagalan dari
pemenuhan kewajiban membayar bunga pinjaman.
Sip
BalasHapus
Proposal Penelitian
Pemilihan Judul Penelitian
Menemukan Masalah Penelitian
Menyusun Hipotesis Penelitian
Menghitung Reabilitas
Menghitung Validitas
administrasi Akuntansi Bahasa Biologi Ekonomi Elektronika Fisika Hukum Informatika Kesehatan
Kimia komunikasi Lingkungan Listrik Manajemen Matematika metode pembelajaran Olahraga
Pemasaran Pendidikan Penelitian Penyakit Perbankan Pertanian Politik Psikologi Seni Sosial
syariah Teknik Sipil
Accela Infinia
Earnings Before Interest & Taxes (EBIT) atau Pendapatan Sebelum Bunga & Pajak merupakan
indikator profitabilitas perusahaan, dihitung sebagai pendapatan dikurangi biaya, tidak
termasuk pajak dan bunga.
atau
EBIT juga disebut sebagai Operating Earnings, Operating Profit, dan Profit Before Interest and
Taxes (PBIT).
EBIT digunakan untuk mengukur laba yang dihasilkan perusahaan dari operasinya, sehingga
identik dengan “laba operasi”.
Dengan mengabaikan biaya pajak dan bunga, EBIT berfokus pada kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan pendapatan dari operasi.
Hal ini membuat EBIT menjadi metrik yang sangat berguna untuk aplikasi tertentu.
Misalnya, jika investor berpikir untuk membeli perusahaan, potensi penghasilan perusahaan
mungkin akan dianggap lebih penting dibandingkan struktur modal.
Demikian pula, EBIT akan berguna saat seorang investor membandingkan perusahaan-
perusahaan di industri tertentu yang beroperasi di lingkungan pajak yang berbeda dan memiliki
strategi berbeda dalam pembiayaan.
Pajak dan biaya bunga akan mengalihkan perhatian dari pertanyaan utama: seberapa efektif
perusahaan-perusahaan ini menghasilkan keuntungan dari operasi mereka?
EBITDA
Allianz Beroperasi di Lebih 70 Negara, Ini 13 Diantaranya
Arti Earnings Per Share Saham & Cara Menghitungnya
11 Cara Menghindari Melakukan Investasi secara Emosional
9 Tanda Hutang Kartu Kredit Tak Terkendali & Cara Melunasinya
Investasi di Properti Vs. Saham, Mana Lebih Baik?
Sharing is caring:
Facebook
Twitter
Google+
WhatsApp
Telegram
Sambung
Populer
Terkini
9 Tanda Hutang Kartu Kredit Tak Terkendali & Cara Melunasinya
9 Tanda Hutang Kartu Kredit Tak Terkendali & Cara Melunasinya
Utang kartu kredit sangat mudah menjadi lepas kendali. Pada suatu saat Anda mungkin dengan
ringan menggesekkan kartu kredit, membeli barang-barang yang Anda inginkan, atau pergi ke
tempat-tempat … [Baca...]
Berapa EAT
Unsur dari Return on Investment antara lain EAT (Earning After Tax) dan total investasi. Dalam bahasa
sehari-hari EAT dapat dibahasakan sebagai keuntungan bersih perusahaan. Dalam prakteknya Return on
Investment dipergunakan sebagai nilai yang menunjukkan tingkat pengembalian investasi. Semakin
besar nilai Return on Investment menunjukkan semakin cepat pengembalian sebuah investasi.
Home
Daftar Isi
Ilmu Manajemen Industri
Pengetahuan tentang Manajemen Produksi dan Operasional, Manajemen SDM dan
Manajemen Kualitas
Home
Sumber Daya Manusia
Produksi & Operasional
Kualitas
Dasar-dasar Manajemen
Keuangan
Artikel Terbaru
[ March 2, 2019 ] Pengertian EBIT (Earnings Before Interest and Taxes) dan Cara
Menghitungnya Manajemen Keuangan
[ February 22, 2019 ] Pengertian Negosiasi (Negotiation) dan Tahapannya Dasar-dasar
Manajemen
[ February 10, 2019 ] Perbedaan Barang dan Jasa (Goods and Services) Produksi dan
Operasional
[ January 26, 2019 ] Pengertian Motivasi dan Teori-teori Motivasi Dasar-dasar
Manajemen
[ March 12, 2019 ] Perbedaan Perusahaan Manufaktur dengan Perusahaan Jasa
Produksi dan Operasional
Search for:
HomeManajemen KeuanganPengertian ROE (Return on Equity) dan Rumus ROE
Pengertian ROE (Return on Equity) dan Rumus ROE
Pengertian ROE (Return on Equity) dan Rumus ROE – Return on Equity Ratio yang
biasanya disingkat dengan ROE adalah rasio profitabilitas yang mengukur kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba dari investasi pemegang saham di perusahaan
tersebut. Dengan kata lain, ROE ini menunjukkan seberapa banyak keuntungan yang
dapat dihasilkan oleh perusahaan dari setiap satu rupiah yang diinvestasikan oleh para
pemegang saham. ROE biasanya dinyatakan dengan persentase (%).
Jadi, ROE dengan rasio 100% berarti bahwa setiap 1 rupiah dari ekuitas pemegang
saham dapat menghasilkan 1 rupiah dari laba bersih. Return on Equity atau ROE ini
merupakan pengukuran penting bagi calon investor karena dapat mengetahui seberapa
efisien sebuah perusahaan akan menggunakan uang yang mereka investasikan tersebut
untuk menghasilkan laba bersih. ROE juga dapat dijadikan sebagai indikator untuk
menilai efektifitas manajemen dalam menggunakan pembiayaan ekuitas untuk
mendanai operasi dan menumbuhkan perusahaannya.
Cara Menghitung ROE (Return on Equity atau Rasio Pengembalian Ekuitas)
Berikut ini adalah rumus dan cara untuk menghitung Return on Equity yang dalam
bahasa Indonesia sering disebut dengan Rasio Pengembalian Ekuitas beserta contoh
kasus perhitungan ROE ini.
Rumus ROE (Return on Equity)
Rasio Return on Equity (ROE) dihitung dengan membagi laba bersih dengan ekuitas
pemegang saham. Berikut ini adalah Rumus ROE :
Pada umumnya, Return on Equity atau ROE ini dihitung untuk pemegang saham biasa
(common shareholders). Dalam hal ini, dividen preferen tidak termasuk dalam
perhitungan karena jenis dividen ini tidak tersedia untuk para pemegang saham biasa.
Dividen Preferen biasanya dikeluarkan dari perhitungan Laba Bersih (Net Income).
Contoh perhitungan ROE (Return on Equity)
Berdasarkan laporan keuangan yang diterbitkan per tanggal 31 Desember 2017, PT.
AABB yang bergerak di sektor konstruksi memiliki laba bersih setelah pajak sebesar Rp.
500 juta, total ekuitas para pemegang saham adalah sebanyak Rp. 800 juta. Berapakah
rasio pengembalian ekuitas atau Return of Equity (ROE) PT. AABB ?
Jadi ROE PT. AABB pada tahun 2016 adalah sebesar 62,5%.
Jika tidak membandingkan dengan perusahaan lainnya, ROE ini sebenarnya dapat
digunakan untuk membandingkan antara satu periode dengan periode lainnya. Sebagian
besar Investor akan menghitung dan membandingkannya pada awal periode dengan
akhir periode untuk melihat perubahaan pada pengembalian ekuitasnya. Dengan
perbandingan per periode ini, investor dapat melacak dan mengetahui perkembangan
dan kemampuan perusahaan untuk mempertahankan tren pendapatan yang positif.
Powered By Geniee
Mereka tadinya miskin sampai mencoba skema ini
Dokter asal Beijing ungkap cara memulihkan persendian
Putarbalikkan kerontokan rambut dengan ini
Previous article
Next article
Related Articles
Pengertian BEP (Break Even Point) serta Rumus dan Cara Menghitung BEP
Pengertian BEP (Break Even Point) dan Cara Menghitung BEP
Pengertian PEG (Price/Earning to Growth Ratio) dan Rumus PEG
Pengertian PEG (Price/Earning to Growth Ratio) dan Rumus PEG
Pengertian Price to Sales Ratio (PSR) dan Rumus PSR
Pengertian Price to Sales Ratio (PSR) atau Rasio Harga Terhadap Penjualan dan
Rumusnya
Be the first to comment
Leave a Reply
Comment
Name *
Email *
Website
Artikel Terbaru
Pengertian EBIT (Earnings Before Interest and Taxes) dan Cara Menghitungnya
March 2, 2019 0
Pengertian Negosiasi
Artikel Terpopuler
Archives
March 2019
February 2019
January 2019
December 2018
November 2018
October 2018
September 2018
August 2018
July 2018
June 2018
May 2018
April 2018
March 2018
February 2018
January 2018
December 2017
November 2017
October 2017
September 2017
August 2017
July 2017
June 2017
May 2017
April 2017
March 2017
February 2017
January 2017
December 2016
November 2016
October 2016
September 2016
August 2016
July 2016
June 2016
Kategori
Dasar-dasar Manajemen
Manajemen Keuangan
Manajemen Kualitas
Produksi dan Operasional
Sumber Daya Manusia (SDM)
Artikel Terpilih
Home
Sumber Daya Manusia
Produksi & Operasional
Kualitas
Dasar-dasar Manajemen
Keuangan
Artikel Terbaru
Search for:
HomeManajemen KeuanganPengertian ROA (Return on Assets) dan Rumus ROA
Pengertian ROA (Return on Assets) dan Rumus ROA
Pengertian ROA (Return on Assets) dan Rumus ROA – Return on Assets atau dalam
bahasa Indonesia sering disebut dengan Tingkat Pengembalian Aset adalah rasio
profitabilitas yang menunjukan persentase keuntungan (laba bersih) yang diperoleh
perusahaan sehubungan dengan keseluruhan sumber daya atau rata-rata jumlah aset.
Dengan kata lain, Return on Assets atau sering disingkat dengan ROA adalah rasio yang
mengukur seberapa efisien suatu perusahaan dalam mengelola asetnya untuk
menghasilkan laba selama suatu periode. ROA dinyatakan dalam persentase (%).
Dapat dikatakan bahwa satu-satunya tujuan aset perusahaan adalah menghasilkan
pendapatan dan tentunya juga menghasilkan keuntungan atau laba bagi perusahaan itu
sendiri. Rasio ROA atau Return on Assets ini dapat membantu manajemen dan investor
untuk melihat seberapa baik suatu perusahaan mampu mengkonversi investasinya pada
aset menjadi keuntungan atau laba (profit). Tingkat Pengembalian Aset atau Return on
Assets ini sebenarnya juga dapat dianggap sebagai imbal hasil investasi (return on
investment) bagi suatu perusahaan karena pada umumnya aset modal (capital assets)
seringkali merupakan investasi terbesar bagi kebanyakan perusahaan. Dengan kata lain,
uang atau modal diinvestasikan menjadi aset modal dan tingkat pengembaliannya atau
imbal hasilnya diukur dalam bentuk laba atau keuntungan (profit) yang diperolehnya.
Tingkat pengembalian Aset atau Return on Assets ini berbeda-beda pada industri yang
berbeda. Industri yang padat modal seperti Industri Kereta Api, Industri Pertambangan
dan Industri Alat Elektronik berteknologi tinggi akan menghasilkan tingkat pengembalian
aset yang rendah, hal ini dikarenakan industri-industri tersebut memerlukan aset-aset
berharga mahal untuk melakukan bisnisnya. Sedangkan Industri yang bukan padat modal
seperti industri perangkat lunak atau industri jasa akan menghasilkan tingkat
pengembalian aset atau rasio ROA yang tinggi karena industri-industri tersebut tidak
memerlukan aset-aset yang berharga mahal. Oleh karena itu, Rasio ROA (Return on
Assets) ini lebih tepat digunakan untuk membandingkan perusahaan-perusahaan yang
bergerak dalam bidang yang sama atau untuk membandingkan kinerja perusahaan dari
satu periode dengan periode berikutnya.
Rumus ROA (Return on Assets)
ROA (Return on Assets) atau Tingkat Pengembalian Aset ini dihitung dengan cara
membagi laba bersih perusahaan (biasanya pendapatan tahunan) dengan total asetnya
dan ditampilkan dalam bentuk persentase (%). Ada dua cara umum dalam menghitung
ROA yaitu dengan menghitung total aset pada tanggal tertentu atau dengan menghitung
rata-rata total aset (average total assets). Berikut ini adalah Rumus ROA (Return on
Assets) atau Tingkat Pengembalian Aset.
Rumus ROA
Return on Assets (ROA) = Laba bersih setelah Pajak / Total Aset (atau rata-rata Total
Aset)
Berdasarkan laporan keuangan per tanggal 31/12/2016, Laba bersih atau Net Income PT.
Waskita Karya Persero Tbk adalah Rp. 1,713 triliun sedangkan Total Asetnya adalah
sebanyak Rp. 61,433 triliun. Berapakah ROA atau Return on Assets (Tingkat
pengembalian aset) PT. Waskita Karya Persero Tbk ?
Jawaban :
ROA = Laba bersih setelah Pajak / Total Aset (atau rata-rata Total Aset)
ROA = Rp. 1,713 triliun / Rp. 61,433 triliun
ROA = 2,79%
Jadi ROA PT. Waskita Karya Persero Tbk dengan kode emiten WSKT ini adalah sebesar
2,79%.
Analisis dan Penilaian ROA (Return on Assets)
Seperti yang disebutkan sebelumnya, Rasio Return on Assets ini berguna untuk
mengukur seberapa efisiensinya suatu perusahaan untuk dapat mengubah uang yang
digunakan untuk membeli aset menjadi laba bersih.
Rasio yang lebih tinggi menunjukan bahwa perusahaan tersebut lebih efektif dalam
mengelola asetnya untuk menghasilkan jumlah laba bersih yang lebih besar. ROA akan
sangat bermanfaat apabila dibandingkan dengan perusahaan yang bergerak di industri
yang sama, karena industri yang berbeda akan menggunakan aset yang berbeda dalam
menjalankan operasionalnya. Misalnya, perusahaan pertambangan harus menggunakan
peralatan yang besar dan mahal, sementara perusahaan perangkat lunak (software
house) hanya mengunakan komputer dan server dalam menjalankan bisnisnya.
Powered By Geniee
Mereka tadinya miskin sampai mencoba skema ini
Dokter asal Beijing ungkap cara memulihkan persendian
Putarbalikkan kerontokan rambut dengan ini
Previous article
Next article
Related Articles
pengertian dividend per share
Pengertian Dividend per Share (DPS) atau Dividen per Saham dan Cara Menghitungnya
Pengertian BEP (Break Even Point) serta Rumus dan Cara Menghitung BEP
Pengertian BEP (Break Even Point) dan Cara Menghitung BEP
Pengertian PEG (Price/Earning to Growth Ratio) dan Rumus PEG
Pengertian PEG (Price/Earning to Growth Ratio) dan Rumus PEG
Be the first to comment
Leave a Reply
Comment
Name *
Email *
Website
Artikel Terbaru
Pengertian EBIT (Earnings Before Interest and Taxes) dan Cara Menghitungnya
March 2, 2019 0
Pengertian Negosiasi
Artikel Terpopuler
Archives
March 2019
February 2019
January 2019
December 2018
November 2018
October 2018
September 2018
August 2018
July 2018
June 2018
May 2018
April 2018
March 2018
February 2018
January 2018
December 2017
November 2017
October 2017
September 2017
August 2017
July 2017
June 2017
May 2017
April 2017
March 2017
February 2017
January 2017
December 2016
November 2016
October 2016
September 2016
August 2016
July 2016
June 2016
Kategori
Dasar-dasar Manajemen
Manajemen Keuangan
Manajemen Kualitas
Produksi dan Operasional
Sumber Daya Manusia (SDM)
Artikel Terpilih
Home
Daftar Isi
Home
Sumber Daya Manusia
Produksi & Operasional
Kualitas
Dasar-dasar Manajemen
Keuangan
Artikel Terbaru
[ January 26, 2019 ] Pengertian Motivasi dan Teori-teori Motivasi Dasar-dasar Manajemen
[ March 12, 2019 ] Perbedaan Perusahaan Manufaktur dengan Perusahaan Jasa Produksi dan
Operasional
[ March 2, 2019 ] Pengertian EBIT (Earnings Before Interest and Taxes) dan Cara
Menghitungnya Manajemen Keuangan
[ February 22, 2019 ] Pengertian Negosiasi (Negotiation) dan Tahapannya Dasar-dasar
Manajemen
[ February 10, 2019 ] Perbedaan Barang dan Jasa (Goods and Services) Produksi dan
Operasional
Search for:
HomeManajemen KeuanganPengertian Gross Profit Margin (Marjin Laba Kotor) dan Rumusnya
Pengertian Gross Profit Margin (Marjin Laba Kotor) dan Rumusnya
Marjin Laba Kotor atau Gross Profit Margin ini merupakan suatu indikator penting karena dapat
memberikan informasi kepada Manajemen maupun Investor tentang seberapa untungnya
kegiatan bisnis yang dijalankan oleh suatu perusahaan tanpa memperhitungkan biaya tidak
langsung. Marjin Laba Kotor ini juga dapat memberikan wawasan kepada investor tentang
tingkat kesehatan perusahaan yang sebenarnya.
Cara Menghitung Gross Profit Margin (Marjin Laba Kotor)
Berikut ini adalah rumus untuk menghitung Gross Profit Margin atau Marjin Laba Kotor dan
contoh kasus perhitungannya.
Rumus Gross Profit Margin (Marjin Laba Kotor)
Untuk mendapatkan Marjin Laba Kotor, kita perlu mendapatkan dulu hasil Laba Kotornya, Laba
Kotor atau Gross Profit adalah Total pendapatan penjualan yang dikurangi Harga Pokok
Penjualan (HPP).
Setelah mendapatkan Laba Kotor atau Gross Profit, selanjutnya adalah membagikan Laba Kotor
(Gross Profit) tersebut dengan total Pendapatan Penjualan (Sales Revenue).
Keterangan :
Harga Pokok Penjualan (HPP) atau Cost of Goods Sold (COGS) adalah seluruh biaya yang
dikeluarkan untuk dapat memproduksi barang yang dijual atau Harga perolehan dari barang
yang dijual. Biaya-biaya pembentuk HPP diantaranya seperti biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung dan biaya-biaya overhead.
Pendapatan Penjualan atau Sales Revenue adalah jumlah uang yang diterima oleh perusahaan
dari penjualan produk atau jasa kepada pelanggannya.
Contoh Perhitungan Gross Profit Margin (Marjin Laba Kotor)
PT. XXYY merupakan perusahaan yang memproduksi baju seragam. Total Penjualan baju
seragam pada tahun 2016 adalah sebesar Rp. 400.000.000,- sedangkan Harga Pokok Penjualan
(HPP) adalah sebesar Rp. 150.000.000,-. Berapakah Gross Profit Margin atau Marjin Laba
Kotornya ?
Diketahui :
Pendapatan Penjualan = Rp. 400.000.000,-
Harga Pokok Penjualan (HPP) = Rp. 150.000.000,-
Marjin Laba Kotor = ?
Menghitung Laba Kotor (Gross Profit)
Persentase Marjin laba kotor menunjukan bahwa PT. XXYY memiliki 62,5% dari pendapatan yang
tersisa setelah membayar biaya langsung yang terkait dengan produksi baju seragam (Harga
Pokok Penjualan baju seragam). Laba Kotor yang sebesar Rp. 250.000.000,- ini merupakan uang
tersisa yang dapat digunakan untuk membayar biaya operasional, bunga, pajak, pembayaran
hutang, pembayaran dividen dan keperluan lainnya.
Penilaian terhadap Marjin Laba Kotor (Gross Profit Margin)
Perusahaan yang memiliki Marjin Laba Kotor yang tinggi menunjukan bahwa perusahaan
tersebut mampu untuk menjalankan produksinya secara efisien karena Harga Pokok
Penjualannya relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan penjualan, semakin tinggi marjin
laba kotornya semakin baik keadaan operasi perusahaannya. Sebaliknya, Marjin Laba Kotor yang
rendah mengindikasikan bahwa perusahaan yang bersangkutan kurang mampu untuk dapat
mengendalikan biaya produksi dan harga pokok penjualannya, semakin rendah marjin laba
kotornya semakin kurang baik keadaan operasi perusahaannya.
Comment
Name *
Email *
Website
Artikel Terbaru
Pengertian EBIT (Earnings Before Interest and Taxes) dan Cara Menghitungnya
March 2, 2019 0
Pengertian Negosiasi
Artikel Terpopuler
Archives
March 2019
February 2019
January 2019
December 2018
November 2018
October 2018
September 2018
August 2018
July 2018
June 2018
May 2018
April 2018
March 2018
February 2018
January 2018
December 2017
November 2017
October 2017
September 2017
August 2017
July 2017
June 2017
May 2017
April 2017
March 2017
February 2017
January 2017
December 2016
November 2016
October 2016
September 2016
August 2016
July 2016
June 2016
Kategori
Dasar-dasar Manajemen
Manajemen Keuangan
Manajemen Kualitas
Produksi dan Operasional
Sumber Daya Manusia (SDM)
Artikel Terpilih