Anda di halaman 1dari 21

PROSES PERENCANAAN

“ Dampak Bencana Gempa dan Tsunami di Kelurahan Mamboro ”

Disusun Oleh:

KELOMPOK 3

AINUN NAZIFAH F231 17 035

FIRA ANISYA PETTALOLO F231 17 039

ALMUGNI F231 17 078

MUYASSAR F231 17 066

UNIVERSITAS TADULAKO

FAKULTAS TEKNIK

PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

TAHUN 2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah swt.yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini berisi tentang “Bencana alam yaitu gempa dan
tsunami yang terjadi di kelurahan Mamboro” meskipun banyak kekurangan di dalamnya.

Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai bencana yang pernah melanda palu, sigi, dan donggala dan bagaimana
perencanaan yang tepat untuk mengantisipasi hal tersebut terulang dan setelah bencana tersebut terjadi
bagaimana seharusnya perencanaan suatu kawasan yang telah mengalami bencana.Kami juga menyadari
sepenuhnya di dalam Makalah ini terdapat kekurangan.

Akhir kata,saran dan kritikan di perlukan sebagai ajang untuk mengoreksi dan memulai
perbaharuan baru agar dapat menjadi Makalah yang bagus suatu saat nanti.Demikian, terima kasih.

Palu,11November 2018

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................................... iii

A. PENDAHULUAN................................................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................................... 1

1.3 Pertanyaan ...................................................................................................................................... 2

1.4 Tujuan ............................................................................................................................................ 2

B KAJIAN PUSTAKA ............................................................................................................................ 2

2.1 Gempa bumi ................................................................................................................................... 2

2.2 Tsunami.......................................................................................................................................... 5

2.3 Rencana Tata Ruang Wilayah ....................................................................................................... 7

C METODOLOGI PENELITIAN ......................................................................................................... 8

3.1 Metode penelitian.......................................................................................................................... 8

3.2 Lokasi penelitian ........................................................................................................................... 9

3.2.1 Waktu & Tempat......................................................................................................................... 10

D HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................................................... 11

4.1 Demografi Wilayah ............................................................................................................................ 11

4.2 Hasil & Pembahasan .................................................................................................................. 12

4.2.1 Penanganan pemerintah ............................................................................................................. 16

E PENUTUP ......................................................................................................................................... 17

5.1 Kesimpulan ................................................................................................................................... 17

5.2 Saran ............................................................................................................................................. 17

Daftar pustaka....................................................................................................................................... 18

iii
A. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Sri Hidayati, (2018) Kota Palu dan Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah termasuk dalam
wilayah dengan potensi bencana gempa bumi kategori tinggi. Potensi intensitas guncangan gempa
mencapai lebih dari VIII MMI (Satuan untuk mengukur kekuatan Gempa).Dikarenakan berada di atas
jalur sesar Palu-Koro yang merupakan patahan terpanjang kedua di Indonesia setelah sesar sumatera
(1.900 km).sesar ini memiliki panjang 500 kilometer, membelah pulau Sulawesi memanjang dari utara
di teluk palu hingga teluk bone di selatan. Sesar ini menyebabkan gempa bermagnitudo 7,4 yang
mengguncang kabupaten donggala, palu dan sigi Sulawesi tengan, pada pukul 17.02, jumat, 28
September 2018

Menurut Dwikora Karanawati (2018) gempa tersebut berada di 0.18 Lintang selatan dan 119.85 Bujur
Timur atau 27 kilometer Timur laut Donggala. BMKG menyebutkan bahwa terjadi 22 kali gempa
susulan setelah gempa utama Gempa susulan ini sebenarnya diawali dengan gempa pertama berkekuatan
sekitar 6 atau 5,9 SR pada pukul 14.00 WIB. Kemudian Gempa tersebut memicu terjadinya tsunami
seperti yang terjadi teluk palu tepatnya di kelurahan Mamboro, Palu utara dalam sejarah yang
dipublikasikan oleh Koran Tempo tercatat gempa disertai tsunami pernah terjadi pada tahun 1927, 1938,
dan Dalam Newsletter, Vol. I No. 3 tsunami terjadi 5 september1968 dengan pusat gempa di laut
Sulawesi dan memiliki kekuatan gempa yang sama dengan gempa yang terjadi pada 28 september
Tsunami terjadi beberapa menit setelah gempa sekitar pukul 17.22 WIB. Kemudian tsunami tersebut
melulantahkan bangunan yang berada disekitarnya.

1.2 Rumusan Masalah


 Dampak dari bencana tersebut jika dilihak dari tiga aspek :
 Dampak sosial ditinjau dari aspek ekonomi ,social dan budaya : banyaknya korban jiwa, hilagnya
mata pencaharian penduduk yang bekerja sebagai petan, petani garam, dan sebagainya yang
dimana akan menimbulkan kesenjangan ekonomi hingga berdampak pada penurunan kualitas
hidup, mereka dipaksa untuk beralih ke mata pencaharian lain,
 Fisik : banyaknya sarana dan prasarana yang mengalami kerusakan akibat bencana tersebut, dan
perlu waktu lama untuk membangunnya kembali

1
1.3 Pertanyaan
1. Bagaimana dampak sosial & ekonomi di kelurahan Mamboro, Kota Palu?
2. Dimana letak yang terdampak secara fisiki dan non fisik?
3. Bagaimana Penanganan pemerintah

1.4 Tujuan
1. Menjelaskan Dampak sosial & Ekonomi di Kelurahan Mamboro, Kota Palu
2. Mengetahui letak yang terdampak secara fisik dan non fisik
3. Menjelaskan penangnan Pemerintah

B KAJIAN PUSTAKA

2.1 Gempa bumi


Menurut teori lempeng tektonik, permukaan bumi terpecah menjadi beberapa lempeng tektonik besar.
Lempeng tektonik adalah segmen keras kerak bumi yang mengapung diatas astenosfer yang cair dan
panas. Oleh karena itu, maka lempeng tektonik ini bebas untuk bergerak dan saling berinteraksi satu sama

2
lain. Daerah perbatasan lempeng-lempeng tektonik, merupakan tempat-tempat yang memiliki kondisi
tektonik yang aktif, yang menyebabkan gempa bumi, gunung berapi dan pembentukan dataran tinggi.

Teori lempeng tektonik merupakan kombinasi dari teori sebelumnya yaitu: Teori Pergerakan Benua
(Continental Drift) dan Pemekaran Dasar Samudra (Sea Floor Spreading). Lapisan paling atas bumi, yaitu
litosfir, merupakan batuan yang relative dingin dan bagian paling atas berada pada kondisi padat dan
kaku.Di bawah lapisan ini terdapat batuan yang jauh lebih panas yang disebut mantel. Lapisan ini
sedemikian panasnya sehingga senantiasa dalam keadaan tidak kaku, sehingga dapat bergerak sesuai
dengan prosespendistribusian panas yang kita kenal sebagai aliran konveksi.

Lempeng tektonik yang merupakan bagian dari litosfir padat dan terapung di atas mantel ikut bergerak
satu sama lainnya. Ada tiga kemungkinan pergerakan satu lempeng tektonik relatif terhadap lempeng
lainnya, yaitu apabila kedua lempeng saling menjauhi (spreading), saling mendekati (collision) dan saling
geser (transform).Jika dua lempeng bertemu pada suatu sesar, keduanya dapat bergerak saling menjauhi,
saling mendekati atau saling bergeser.Umumnya, gerakan ini berlangsung lambat dan tidak dapat
dirasakan oleh manusia namun terukur sebesar 0-15cm pertahun.Kadang-kadang, gerakan lempeng ini
macet dan saling mengunci, sehingga terjadi pengumpulan energi yang berlangsung terus sampai pada
suatu saat batuan pada lempeng tektonik tersebut tidak lagi kuat menahan gerakan tersebut sehingga
terjadi pelepasan mendadak yang kita kenal sebagai Gempa bumi.

Untuk wilayah Kota Palu telah dipetakan wilayah Kota Palu kawasan mana saja yang memiliki
indeks bahaya gempa bumi seperti pada gambar berikut .

3
Gambar B.1 Peta Bahaya Gempa Bumi 2015

Sesuai Penjelesana Pada Latar Belakang dapat dilihat bentuk Gempa Berdasarkan Skala Besar yaitu 8,0 -
>13,0 Skala Richter, Skala sedang 5,0 – 7,9 Scala Richter, dan Skala Kecil 2,0 – 4,9 Skala Richter

Skala Richter Efek Gempa

< 2.0 Gempa kecil , tidak terasa

2.0-2.9 Tidak Terasa, Namun terekam oleh alat

Seringkali Terasa, namun jarang


3.0-3.9
menimbulkan Kerusakan

4.0-4.9 Dapat diketahui dari bergetarnya perabot


dalam ruangan, suara gaduh bergetar.
Kerusakan tidak terlalu signifikan.

Skala Richter Efek Gempa

4
Dapat menyebabkan Kerusakan besar pada
Bangunan pada area yang kecil. Umumya
5.0-5.9
kerusakan kecil pada bangunan yang didesain
dengan baik

Dapat merusak area hingga jarak sekitar 160


6.0-6.9
km

Dapat menyebabkan Kerusakan serius dalam


7.0-7.9
area lebih luas
Dapat menyebabkan Kerusakan serius hingga
8.0-8.9
dalam area ratusan mil
9.0-9.9 Menghancurkan area ribuan mil
10.0-10.9 Terasa dan dapat menghancurkan sebuah benua

Dapat terasa di separuh sisi Bumi. Biasanya


hanya terjadi akibat tumbukan meteorit raksasa.
11.0-11.9
Biasanya disertai dengan Gemuruh. Contohnya
tumbukan Meteorit di teluk Chesepeak.
Bisa terasa di seluruh dunia. Hanya terekam
sekali, saat tumbukan meteorit di semenanjung
12.0-12.9
Yucatan, 65 juta tahun yang lalu yang
membentuk kawah Chicxulub
> 13.0 Belum pernah terekam

Sumber : http://bobo.grid.id/ mengenal-skala-richter-satuan-pengukuran-gempa-bum

2.2 Tsunami
Tsunami(bahasa Jepang:; tsu = Pelabuhan, nami = Gelombang, secara Harafiah berarti "ombak besar di
pelabuhan") adalah perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara

5
vertikal dengan tiba-tiba. Perubahan permukaan laut tersebut bisa disebabkan oleh gempa bumiyang
berpusat di bawah laut,letusan gunung berapi bawah laut, longsor bawah laut, atau hantaman meteor di
laut. Namun, 90% tsunami adalah akibat gempa bumi bawah laut.Dalam rekaman sejarah hanya
beberapatsunami yang diakibatkan oleh gunung meletus, misalnya ketika meletusnya gunung karakatau.
Tsunami dapat terjadi ketika Gerakan vertikal pada Kerak Bumi mengakibatkan dasar lautnaik atau turun
secara tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan keseimbangan air yang berada diatasnya. Hal ini
mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai di pantai menjadi gelombang besar
yang mengakibatkan terjadinya Tsunami
Kecepatan Gelombang Tsunami tergantung pada kedalaman laut di mana gelombang terjadi, dimana
kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer per jam. Bila tsunami mencapaipantai, kecepatannya akan
menjadi kurang lebih 50 km/jam dan energinya sangat merusak daerah pantai yang dilaluinya. Di tengah
laut tinggi gelombang tsunami hanya beberapa cm hingga beberapa meter, namun saat mencapai pantai
tinggi gelombangnya bisa mencapai puluhan meter karena terjadi penumpukan masa air. Saat mencapai
pantai tsunami akan merayap masuk daratan jauh dari garis pantai dengan jangkauan mencapai beberapa
ratus meter bahkan bisa beberapa kilometer.

Selain gempa bumi dan letusan gunung api, tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung
api juga dapat mengakibatkan gangguan air laut yang dapat menghasilkantsunami. Hal ini mengakibatkan
dasar laut naik-turun secara tiba-tiba sehingga keseimbangan air laut yang berada di atasnya
terganggu.Demikian pula halnya dengan benda kosmis atau meteoryang jatuh dari atas.Jika ukuran
meteor atau longsor ini cukup besar, dapat terjadi mega tsunami yang tingginya mencapai ratusan meter.

Untuk wilayah Kota Palu telah dipetakan wilayah Kota palu kawasan mana saja yang memiliki
indeks bahaya Tsunami seperti pada gambar berikut .

6
Gambar B.2 Peta Bahaya Tsunami 2015

2.3 Rencana Tata Ruang Wilayah


 RTRW Kota Palu :

RTRW tahun 2010-2030 sendiri sudah mengatur rencana pengembangan kawasan lindung pada
pasal 39 tentang kawasan sempadan pantai pada poin 1a. Pasal tersebut menjelaskan bahwa kawasan
sempadan pantai adalah kawasan yang belum terbangun disepanjang Teluk Palu ditetapkan kurang lebih
100 meter dari titik pasang tertinggi air laut.

 Pasal 42 :

Kawasan rawan gelombang pasang/tsunami sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) hurub b meliputi :

a. Wilayah Kecamatan Palu Utara mencakup Kelurahan Panau, Kelurahan Kayumalue, Kelurahan Baiya,
Kelurahan Mamboro, Kelurahan Lambara,Kelurahn Taipa, dan Kelurahan Pantoloan

b. Wilayah kecamatan Palu Timur mencakup Kelurahan Talise, Kelurahan Tondo, Kelurahan Layana
Indah, dan Kelurahan Besusu Barat

c. Wilayah Kecamatan Palu Selatan mencakup kelurahan lolu utara dan kelurahan lolu selatan

7
d. Wilayah Kecamatan Palu Barat mencakup kelurahan ujuna, dataran banjir S. Palu dikelurahan Nunu,
kelurahan Silae, Kelurahan Tipo, Kelurahan Buluri, Kelurahan Watusampu, dan Kelurahan Lere.

C METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian


Primer : Adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber aslinya
yang berupa wawancara, jajak pendapat dari individu atau kelompok (orang) maupun hasil
observasi dari suatu obyek, kejadian atau hasil pengujian (benda). Dengan kata lain, peneliti
membutuhkan pengumpulan data dengan cara menjawab pertanyaan riset (metode survei) atau
penelitian benda (metode observasi).

 Dengan cara Kualitatif yaitu Survey Lapangan

Sekunder : Adalah sumber data penelitian yang diperoleh melalui media perantara atau secara
tidak langsung yang berupa buku, catatan, bukti yang telah ada, atau arsip baik yang
dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan secara umum. Dengan kata lain, peneliti
membutuhkan pengumpulan data dengan cara berkunjung ke perpustakaan, pusat kajian, pusat
arsip atau membaca banyak buku yang berhubungan dengan penelitiannya.

 Menggunakan data Internet, dan data Bps kecamatan Palu Utara dalam Angka,

8
3.2 Lokasi Penelitian

Titik Lokasi survei

Gambar C.1 Peta Administrasi Kecamatan Palu Utara

Sumber : Palu Utara dalam Angka Tahun 2017

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat Melalui peta citra berikut lokasi pengamatan Kawasan Terdampak
Tsunami di Kelurahan Mamboro

9
Gambar C.2 Peta kawasan terdampak tsunami Kelurahan Mamboro

Sumber Citra Goggle Earth 2018

3.2.1 Waktu & Tempat


 Waktu Penelitian : Pada hari Minggu tanggal 25November 2018. Pukul 11.00 WITA
 Lokasi Penelitian : Kota Palu, Kecamatan Mantikulore, kelurahan Tondo
 Alat dan bahan penelitian : Buku Tulis, Alat tulis, Laptop, Handphone
 Metode penelitian : Teknik observasi dan Teknik Wawancara

10
D HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Demografi Wilayah

Lokasi survei

Gambar D.1

Sumber : Palu Utara dalam Angka Tahun 2017

 Secara Geografis dan Demografis Kelurahan Mamboro terletak di Kecamatan Palu Utara,
Sulawesi Tengan dengan luas wilayah daratan yaitu 29,94 km2
 Terdiri dari 5 Kelurahan Yang memanjang dari Selatan ke Utara dengan luas masing-masing
kelurahan yaitu Mamboro 12,12 km², Taipa 1,95 km², Kayumalue Pajeko 2,39 km², Kayumalue
Ngapa 7,43 km², dan Mamboro Barat 6,05 km².
 Menurut Data BPS Jumlah penduduk kelurahan Mamboro terhitung dari tahun 2014-2016
berjumlah 6775 jiwa. Pada Setelah terjadinya bencana alam yaitu Gempa dan Tsunami jumlah
penduduk belum diketahui secara pasti . Namu menurut data yang sebanyak 146 orang
meninggal Dunia

11
4.2 Hasil & Pembahasan
Gempa bermagnitudo 7,4 yang mengguncang kabupaten donggala, palu dan sigi Sulawesi tengan,
pada pukul 17.02, jumat, 28 September 2018, dimana kelurahan Mamboro menjadi salah satu kawasan
yang mengalami gempa disertai tsunami akibat peristiwa tersebut banyak bangunan-bangunan hancur
dan rusak akibat tsunami. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar D.2 Lokasi terdampak Tsunami

Sumber Citra Goggle Earth 2018

Berdasar Gambar D.2 Tersebut Di Atas, Dimana sepanjang kawasan sempadan Pantai banyak berdiri
bangunan – bangunan hal tersebut dikarenakan Masyarakat memanfaatkan Jalan Trans Sulewesi yang
sangat stratergis untuk membangun kis-kios kecil, SPBU , Rumah dan sebagainya. Padahal telas jelas
dalam RTRW Tahu 2010-2030 pada Pasal 39 point 1a tidak boleh berdiri bangunan di kawasan
Sempadan pantai, namun kenyataan di lapangan berbanding terbalik dengan peraturan tersebut hingga
pada saat gempa yang disertai tsunami pada tanggal 28 September bangunan- bangunan tersebut hancur di
terjang tsunami.

12
1. Kawasan Permukiman dan kios-kios kecil rata Akbiat Tsunami

Sebelum Sesudah

Gambar D.3 Goggle earh 2015 Gambar D.4 Survei lapangan 2018

Dikarenakan adanya jl.trans Sulawesi yang Dimanfaatkan masyarakat untuk membuka usaha-usaha kecil
seperti mebel, kios-kios, pergudangan menjadi salah satu kegiatan ekonomi yang menjadi salah satu mata
pencahariaan masyarakat Seperti yang terlihat pada gambar diatas, bangunan hancur di karenakan
tsunami. Dimana Letak dari bangunan – bangunan tersebut berdekatan dengan bibir pantai yang sangat
beresiko jika terjadi Gempa yang menimbulkan tsunami, hal ini disebabkan kurangnya pemahaman
masyarakat akan peraturan yang telah tertuang dala RTRW kota Palu mengenai Kawasan sempadan
pantai, serta menimbulkan kerugian bagi masyarakat yaitu hancurnya bangunan-bangunan yang menjadi
sumber penghasilan mereka sekaligus menjadi kegiatan ekonomi dan hilangnya tempat tinggal
masyarakat. Kini masyarakat tinggal di tenda-tenda Pengungsian, berikut titik-titik Pengungsian di
Kelurahan Mamboro

13
Gambar D.5 titik pengungsian kelurahan mamboro
2.
Sumber : Goggle maps 2018

Sesuai Gambar D.4 Di mana banyak rumah masyarakat yang ikut hancur di terjang tsunami, kemudian
pemerintah akan mendirikan Hunian Sementara yang dibangun di luar kawasan sempadan pantai, tapi
sampai saat ini untuk kelurahan Mamboro sendiri belum dibanguna HUNTARA hanya saja telah di
tentukan lokasi-lokasi pembangunan HUNTARA tersebut.

3. SPBU Mamboro

Sebelum Sesudah

Gambar D.9 Goggle Earth 2015 Gambar D.10 Survey Lapangan 2018

Masyarakat Mamboro setiap harinya melakukan Pengisian Bahan Bakar di SPBU tersebut, namun setelah
Gempa dan Tsunami pada Tanggal 28 september SPBU tersebut Berhenti Beroperasi Dikarenakan
Bangunannya rusak dan tidak layak untuk Beroperasi .

14
Berdasar gambar D.10 Dimana bangunan SPBU tidak layak untuk beroperasi karena rusak berat
kedepannya SPBU harus dibangun kembali di luar kawasan sempadan. Guna mengantsispiasi musibah
tsunami yang kembali terjadi.

4. SD Karya Tayyibah

Sebelum Sesudah
Gambar D.11 Goggle Earth 2015 Gambar D.12 Survey Lapangan 2018

SD Karya Tayyibah, salah satu Sekolah Dasar di kelurahan Mamboro yang terdampak tsunami, dimana
beberapa minggu setelah gempa SD tersebut mulai beraktivitas kembali melakukan kegiatan belajar
mengajar dimana sebelumnya sekolah tersebut dilanda tsunami yang mengakibatkan material banyak
terbawa oleh air hingga ke sekolah tersebut. Berdasar Gambar D.12 maka harus dibangun di sepanjang
jalan yang berdekatan dengan fasilitas pendidikan yaitu Drainase agar air tidak menggenangi halaman
sekolah. Dan juga bangunan-bangunan di sekitarnya.

5. Masjid Nurul Yaqin

Sebelum Sesudah

Gambar D.13 Goggle Earth 2015 Gambar D.14 Survei Lapangan 2018
15
Masjid ini terletak di jl.Trans Sulawesi , dimana warga di sekitar masjid tersebut melakukan ibadah dan
acara-acara Keagamaan bagi Warga Muslim , namun setelah Gempa dan Tsunami bangunan masjid
tersebut rusak akibat tsunamiyang tersisa hanya tiang kubah kecilnya. Tetapi saat ini masjid tersebut
dibangun kembali menggunakan material seadanya. Guna mengembalikan Fungsinya sebagai tempat
Peribadatan.

Dari Gamabr D.14 Dimana Masjid menjadi salah satu Bangunan yang rusak akibat Tsunami hingga
menyisak Tiang Masjid, oleh karena itu Masjid tersebut harus dibangun kembali di luar kawasan
sempadan pantai, dan tiang masjid tersebut bias dijadikan monument untuk mencatat sejarah terjadinya
Bencana Gempa dan Tsunami di Sulawesi Tengah, sebagai penanda kepada Masyarakat yang Lain Bahwa
pernah Terjadi bencana yang berbahaya sehingga menjadi Edukasi. Dan juga Bisa dijadikaN Ruang
Terbuka Hijau. Di karenakan Kota Palu sendiri RTH masih sangat kurang.

4.2.1 Penanganan pemerintah


Menurut Abdul (2011) RTRW Kota Palu yang dirumuskan pada 2011 sebenarnya sudah menyebutkan
adanya kawasan bencana. Namun, belum dicantumkan secara detail tentang hal tersebut. RTRW itu hanya
menjelaskan peruntukan kawasan pariwisata dan industri. Sementara itu, unsur bencana dalam peraturan
tersebut baru dijelaskan secara tersirat. "Sebetulnya di RTRW tahun 2011 memang di situ boleh untuk
hunian, perkantoran. Tapi dalam tubuh perda sebetulnya sudah disebutkan kawasan rawan gelombang
pasang tsunami, cuma tidak dicerminkan dalam petanya, perda tersebut belum memasukkan rincian
kawasan rawan bencana. Perda itu hanya mencantumkan kawasan rawan bencana gelombang pasang atau
tsunami, tetapi tidak menjelaskan kawasan rawan gempa. "Belum ada rinciannya, karena belum diteliti
khusus seperti apa bahayanya. Baru tahun ini dilaksanakan studi khusus, tapi lebih dahulu bencana
tersebut terjadi. Kawasan-kawasan rawan tersebut telah berkembang menjadi wilayah perdagangan dan
jasa yang padat dengan aktivitas. Dengan demikian, nantinya RTRW Kota Palu akan diubah dan direvisi
bersamaan dengan penyusunan Rencana Detail Tata Ruang ( RDTR).

Wilayah Kota Palu masuk dalam zona merah bencana, untuk itu perlu penataan ulang yang berkaitan
dengan rencana tata ruang. Menurut abdul kamarzuki (2018) pemerintah melalui Dirjen Tata ruang
kementrian Agraria / Badan pertanahan Nasional (ATR/BPN) akan mengeluarkan beberapa rekomendasi
untuk RTRW hal ini dilakukan agar menghindari membangun kembali fungsi hunian dan pusat kegiatan
di beberapak lokasi rawan. Lokasi rawan tersebut antara lain zona sempadan pantai. Untuk hunian dan
gedung di sekitar pantai harus dibangun dengan jarak 100 meter dari zona sempadan pantai. Selain itu
pembangunan baru di kawasan pesisir teluk dibatasi pada bangunan tinggi yang mampu menahan getaran
gempa, tetapi juga sekaligus bias menjadi tempat evakuasi ketika tsunami melanda

16
Penanganan secara khusus dengan mendirikan HUNTARA bagi pengungsi yang terdampak Tsunami,
untuk kelurahan mamboro sendiri belum adanya pembangunan HUNTARA. Tetapi telah disiapkan area
untuk berdirinya HUNTARA tersebut.

E PENUTUP

5.1 Kesimpulan
 Berdasar Gambar D.10 kondisi SPBU sebelum gempa dan tsunami Kondisi SPBU pasca gempa
dan tsunami
Untuk SPBU bangunannya sebagian masih berdiri kokoh tetapi mengalami banyak kerusakan
yang mengakibatkan SPBU tersebut berhenti beroperasi hingga sekarang, bangunan di sekitar
SPBU pun sudah rata dengan tanah dan banyak material bangunan yang di bawa tsunami ke
halaman SPBU
 Untuk sekolah sendiri bangunannya masih utuh akan tetapi terlihat di sekeliling bangunan ini
banyak material yang terbawa bersama tsunami Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar
D.12
 Dampak ekonomi yang ditimbulkan salah satunya menhilangkan pendapatan masyarakat yang
mendirikan kios-kios kecil, bengkel dan sebagainya
 Salah satu solusi yang diberikan oleh pemerintah yaitu pembangunan HUNTARA dam tidak
mengizinkan lagi berdriinya bangunan bangunan di kawasan semapadan Pantai

5.2 Saran
Masyarakat tentunya harus sadar dalam hal mendirikan Bangunan khususnya yang berdekatan dengan
pantai, dan tentunya pemerintah kota Palu harus selalu melakukan sosialiasi dan himbauan kepada
masyarakkat untuk mengikuti aturan dalam pendirian bangunan

17
Daftar pustaka
Irwan. Kurniashi,Dwi Rika. 2012.’’ MANAJEMEN RUTE EVAKUASI BENCANA TSUNAMI DI
KOTA PALU DENGANMENGGUNAKAN ARCCASPER (EXTENSION ARCGIS’’ (diakses pada 1 desember
2018)

Dedy.2018. “ Data dan Foto Foto Udara Korban Gempa serta Tsunami Palu’’ (diakses pada 1 desember
2018)

BPS KECAMATAN PALU UTARA “Kecamatan Palu utara Dalam Angka”

Haryanti, rosiana, 2018 Setelah Bencana, Tata Ruang Kota Palu Akan Diub (diakses pada 1 november
2018)

Merisa, cirana. 2018. http://bobo.grid.id/read/08680647/mengenal-skala-richter-satuan-pengukuran-


gempa-bumi ( diakses pada 12 desember 2018)

18

Anda mungkin juga menyukai