Anda di halaman 1dari 118

UNIVERSITAS INDONESIA

PERBANDINGAN KINERJA BANK SYARIAH DI INDONESIA DAN


MALAYSIA BERDASARKAN ISLAMICITY PERFORMANCE INDEX

SKRIPSI

ASTRID ASTARI HANDIYANTI


1006662755

FAKULTAS EKONOMI
DEPARTEMEN AKUNTANSI
DEPOK
JANUARI 2015

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


UNIVERSITAS INDONESIA

PERBANDINGAN KINERJA BANK SYARIAH DI INDONESIA DAN


MALAYSIA BERDASARKAN ISLAMICITY PERFORMANCE INDEX

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana


Ekonomi

ASTRID ASTARI HANDIYANTI


1006662755

FAKULTAS EKONOMI
DEPARTEMEN AKUNTANSI
DEPOK
JANUARI 2015

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015
Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur tak terputus saya panjatkan kepada Allah SWT karena atas semua
rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu.
Skripsi ini juga dapat diselesaikan karena bimbingan, bantuan, dukungan, dan doa
dari banyak pihak, sehingga meskipun terima kasih merupakan hal yang paling
sederhana yang mampu saya berikan, terima kasih saya ucapkan sebesar-besarnya
kepada:

1. Ibu Evony Silvino, dosen pembimbing saya, yang dengan keikhlasannya


meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan saya masukan
dari proses pengajuan proposal hingga proses pengajuan sidang.
2. Papa dan Alm. Mama tercinta, yang selalu mencintai, mendukung, dan
mendoakan keberhasilan saya. Terima kasih juga atas dukungan Papa
dalam setiap kegiatan non-akademis yang saya lakukan, yang terkadang
justru lebih saya dahulukan dibanding kegiatan kuliah saya.
3. Ilham Akbar Muhammad, adik saya tercinta, yang secara sadar maupun
tidak sadar telah membantu saya dalam berbagai hal. Siap-siap untuk
berskripsi ria dua tahun lagi Adek!
4. Bapak Dodik Siswantoro, S.E., Ak., M.Sc., ACC. dan Ibu Sri Nurhayati,
S.E., M.M., S.A.S., selaku dosen penguji yang memberikan berbagai saran
ketika sidang, terkait dengan substansi dan struktur penulisan skripsi ini.
5. Para dosen pengajar FEUI yang telah membekali saya dengan ilmu
pengetahuan yang saya yakini sangat berguna bagi kehidupan saya.
Terima kasih juga untuk Ibu Wasilah dan Bapak Budi yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk memberikan saya opini kedua dalam proses
pembuatan skripsi ini.
6. Teman-teman semasa perkuliahan, khususnya Annisa Triwardhani, Selda
Shabrina, Dwi Uli, Zahara Ghani, Ovany Malau, Risanti Dwita, Ester
Griffine, dan Addina Mahardhika, yang hampir semuanya sudah lulus

iv Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


duluan. Tanpa kalian kehidupan kampus yang saya jalani tidak akan
pernah lebih hidup dari ini.
7. Para pelatih, senior, junior, dan teman-teman Liga Tari Mahasiswa UI
Krida Budaya, khususnya Beatrix Monica, Nico Putranto, Citra
Khaerunnisa, Heri Andiyani, Vichi Yunar, Anindita Fitria Tiffany, Arum
Pratiwi, Raisha Anefi, Roy Akbar, Syifa Karimah, dan Patricia Andika.
Terima kasih telah mengajari saya banyak hal. Perjuangan selama tiga
tahun lebih bersama kalian menjalani kehidupan Liga Tari yang “keras”
diantara kehidupan perkuliahan tidak hanya memberikan suka-duka,
tangis-tawa, tetapi juga nilai-nilai yang sangat berarti dalam
perkembangan kepribadian saya. Sukses terus buat kalian dan Liga Tari
Mahasiswa UI Krida Budaya!
8. Teman-teman Humus FEUI, khususnya Selda, Tewe, Ali, Ocy, Mutek,
Uli, Awe, dan Subay. Meskipun tidak begitu banyak waktu yang
diluangkan bersama kalian, pelantikan Humus, perjalanan ke pantai
Sawarna dan Pulau Biawak merupakan beberapa kenangan manis yang
kalian berikan dalam kehidupan perkuliahan saya.
9. Para senior anggota Allianz Toastmasters Club Jakarta, khususnya Mba
Irene, Mba Riani, Mas Joshua, Mas Afdal, Mas Andi, dan Mas Agung,
yang selama satu tahun terakhir telah menjadi senior, mentor, sekaligus
teman yang sangat baik. Terima kasih Mas, Mba, untuk semua bimbingan
kalian yang begitu beragam, mulai dari public speaking, perkuliahan,
kehidupan, karir, dan tentunya asuransi.
10. Teman-teman yang dipersatukan oleh skripsi, khususnya Ghea, Dodo,
Melia, Febrina, Farisha, Sabila, dan Viny. Terima kasih selama beberapa
bulan terakhir menyulap ruang skripsi perpus menjadi tempat yang paling
nyaman untuk dikunjungi.
11. Para senior dan teman-teman di PT Mediatrac Sistem Komunikasi, yaitu
Mba Dini, Mba Ami, Mas Dion, Mas Vincent, Ka Gigi, Arsa, dan Mas
Peter yang semester ini juga akan wisuda. Terima kasih untuk bimbingan
selama 3 bulan kemarin dan terima kasih untuk semua dukungan dan doa
untuk penyelesaian skripsi saya. Meskipun cukup sulit, proses pengerjaan

v Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


skripsi sembari magang membuat proses tersebut tidak begitu
membosankan bagi saya.

Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan dari semua pihak, baik yang telah saya sebutkan maupun yang tidak,
yang telah memberikan bantuan kepada saya sekecil apapun itu. Semoga skripsi
ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu akuntansi dan perbankan
syariah di masa depan.

Jakarta, 15 Januari 2015

Astrid Astari Handiyanti

vi Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015
ABSTRAK

Nama : Astrid Astari Handiyanti


Program Studi : S1 Akuntasi
Judul : Perbandingan Kinerja Bank Syariah di Indonesia dan Malaysia
berdasarkan Islamicity Performance Index

Skripsi ini membahas hasil perbandingan kinerja bank syariah di Indonesia dan
Malaysia berdasarkan Islamicity Performance Index. Selain itu, skripsi ini juga
membahas regulasi perbankan syariah yang dikeluarkan oleh masing-masing
negara dan keterkaitannya terhadap kinerja bank syariah di kedua negara tersebut.
Jumlah observasi penelitian adalah 24 bank syariah dalam periode tahun 2010-
2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
antara kinerja bank syariah di Indonesia dan Malaysia pada semua rasio Islamicity
Performance Index, kecuali pada distribution to society ratio dan Islamic income
ratio. Terkait regulasi, dibandingkan regulasi Indonesia, pada umumnya regulasi
perbankan syariah Malaysia lebih mendukung dan mendorong perkembangan
perbankan syariah.

Kata kunci:
Bank Syariah, Kinerja, Indonesia, Malaysia

viii Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


ABSTRACT

Name : Astrid Astari Handiyanti


Study Program : S1
Title : A Comparison of Performance of Islamic Banks in
Indonesia and Malaysia based on Islamicity Performance
Index

This study examine the results of comparative performance of Islamic banks in


Indonesia and Malaysia based on Islamicity Performance Index. Besides, it also
examine the Islamic banking regulation in Indonesia and Malaysia and its relation
with the performance of Islamic banks in both countries. The data were collected
from 24 Islamic banks within 2010-2013 period. From the study, it concluded that
there are a significant difference between the performance of Islamic banks in
Indonesia and Malaysia for all ratios in Islamicity Performance Index, except for
distribution to society ratio and Islamic income ratio. Related to regulation, in
general, Malaysia Islamic banking regulation is more supportive towards the
development of Islamic banks than Indonesia.

Keywords:
Islamic banks, performance, Indonesia, Malaysia

ix Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ......................................................... ii


HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................................ iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .................................................................. vii
ABSTRAK ................................................................................................................ viii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xiv

1. PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................... 4
1.5 Metode Penelitian ........................................................................................ 5
1.5.1 Lingkup Penelitian .........................................................................5
1.5.2 Data dan Sampel ............................................................................ 5
1.6 Sistematikan Penulisan ................................................................................ 6

2. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 7


2.1 Maqasid al-Shariah ..................................................................................... 7
2.2 Bank Syariah ............................................................................................... 9
2.2.1 Pengenalan Bank Syariah .............................................................. 9
2.2.2 Tujuan Pendirian Bank Syariah ................................................... 10
2.2.3 Prinsip-prinsip Bank Syariah....................................................... 11
2.3 Kinerja 16
2.3.1 Kinerja Perusahaan secara Umum ............................................... 16
2.3.2 Kinerja Bank Syariah .................................................................. 18
2.4 Islamicity Performance Index.................................................................... 20
2.4.1 Profit-Sharing Ratio .................................................................... 22
2.4.2 Zakat Performance Ratio .............................................................24
2.4.3 Equitable Distribution Ratio ........................................................26
2.4.4 Islamic Income Ratio ................................................................... 28
2.4.5 Islamic Investment Ratio ............................................................. 30
2.5 Regulasi Perbankan Syariah ...................................................................... 32
2.5.1 Regulasi Perbankan Syariah di Indonesia ................................... 32
2.5.2 Regulasi Perbankan Syariah di Malaysia .................................... 35
2.6 Penelitian Terdahulu .................................................................................. 38
2.7 Pengembangan Hipotesis........................................................................... 42

3. METODOLOGI PENELITIAN ......................................................................... 45


3.1 Jenis Penelitian .......................................................................................... 45
3.2 Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 45
3.3 Metode Pengukuran Islamicity Performance Index .................................. 47

x Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


3.4 Metode Analisis .........................................................................................
DAFTAR ISI 50
3.4.1 Analisis Statistik Deskriptif ........................................................ 50
3.4.2 Analisis Grafik 50
3.4.3 Analis Varians (ANOVA) ........................................................... 51

4. ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN ............................................................ 54


4.1 Data dan Sampel ........................................................................................ 54
4.2 Analisis Statistik Deskriptif....................................................................... 55
4.2.1 Profit-Sharing Ratio .................................................................... 56
4.2.2 Zakat Performance Ratio ............................................................ 56
4.2.3 Equitable Distribution Ratio ....................................................... 57
4.3.3.a Distribution to Society 58
4.3.3.b Distribution to Employees ............................................... 58
4.3.3.c Distribution to Shareholders ........................................... 59
4.3.3.d Distribution to Company 60
4.2.4 Islamic Investment Ratio ............................................................. 60
4.2.5 Islamic Income Ratio ................................................................... 61
4.3 Analisis Hasil Uji Hipotesis ...................................................................... 62
4.3.1 Profit-Sharing Ratio .................................................................... 62
4.3.2 Zakat Performance Ratio ............................................................ 66
4.3.3 Distribution to Society ................................................................. 68
4.3.4 Distribution to Employees ........................................................... 70
4.3.5 Distribution to Shareholders ....................................................... 72
4.3.6 Distribution to Company ............................................................. 73
4.3.7 Islamic InvestmentRatio .............................................................. 75
4.3.8 Islamic Income Ratio ................................................................... 77
4.4 Analisis Regulasi ......................................................................................... 79
4.4.1 Analis Perbedaan Regulasi .......................................................... 79
4.4.2 Analisis Keterkaitan Regulasi terhadap Kinerja Bank Syariah ... 82

5. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 86


5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 86
5.2 Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 87
5.3 Saran 87

DAFTAR REFERENSI ........................................................................................... 89

LAMPIRAN .............................................................................................................. 94

xi Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Rangkuman Penelitian Terdahulu .............................................................. 40


Tabel 3.1 Hasil Penyeleksian Sampel Penelitian ....................................................... 46
Tabel 4.1 Eliminasi Sampel ....................................................................................... 54
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Islamicity Performance Index Tahun 2010-2013 ....... 55
Tabel 4.3 Rangkuman Analisis Regulasi ................................................................... 84

xii Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1Skema ANOVA....................................................................................... 52


Gambar 4.1Grafik Profit-Sharing Ratio Tahun 2010-2013 ....................................... 62
Gambar 4.2 Grafik Pertumbuhan Total Pembiayaan dan Piutang Tahun 2010-2013
(dalam Milyar Rupiah) ............................................................................................... 63
Gambar 4.3 Grafik Pertumbuhan Total Pembiayaan dan Piutang Tahun 2010-2013
(dalam Juta Ringgit) ................................................................................................... 64
Gambar 4.4 Grafik Zakat Performance Ratio Tahun 2010-2013 .............................. 66
Gambar 4.5 Grafik Pertumbuhan Aset Bersih Tahun 2010-2013 (dalam Milyar
Rupiah) ....................................................................................................................... 67
Gambar 4.6 Grafik Pertumbuhan Aset Bersih Tahun 2010-2013 (dalam Juta
Ringgit) ...................................................................................................................... 67
Gambar 4.7 Grafik Distribution to Society Ratio Tahun 2010-2013 ......................... 68
Gambar 4.8 Grafik Distribution to Employees Ratio Tahun 2010-2013 ................... 70
Gambar 4.9 Grafik Distribution to Shareholders Ratio Tahun 2010-2013 ............... 72
Gambar 4.10 Grafik Distribution to Company Ratio Tahun 2010-2013 ................... 73
Gambar 4.11 Grafik Islamic Investment Ratio Tahun 2010-2013 ............................. 75
Gambar 4.12 Grafik Islamic Income Ratio Tahun 2010-2013 ................................... 77

xiii Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Nama Bank Syariah Indonesia dan Malaysia .............................. 94


Lampiran 2 Hasil Pengukuran Islamicity Performance Index ................................... 95
Lampiran 3 Hasil Uji Varians (ANOVA) ................................................................ 101

xiv Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejak pertama kali didirikan pada tahun 1963, industri perbankan syariah terus-
menerus menarik perhatian berbagai kalangan di dunia. Hal ini tidak
mengherankan karena berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Ernst & Young,
aset perbankan syariah global mengalami tingkat pertumbuhan tahunan gabungan
atau Compound Annual Growth Rate (CAGR) sekitar 17% untuk periode 2009
hingga 2013 dan telah melayani 38 juta konsumen Muslim maupun Non-Muslim
di seluruh dunia dengan total aset yang dimiliki mencapai lebih dari US$1,8
triliun.
Perkembangan bank syariah yang semakin menggeliat ini diiringi dengan
perkembangan studi para akademisi mengenai praktik, produk, aturan, atau hal-
hal lain yang berkaitan dengan perbankan syariah. Studi-studi tersebut pada
umumnya berpendapat bahwa praktik, produk, atau aturan untuk perbankan
syariah harus dibedakan dengan perbankan konvensional karena hal tersebut
merupakan bentuk kepatuhan bank terhadap prinsip-prinsip syariah (Nienhaus,
2011). Seperti pendapat beberapa akademisi termasuk Chapra (2000); Ahmad
(2000); Siddiqui (2001); Haron (2000), Rosly & Bakar (2003), Haron & Hisham
(2003), Naqvi (2003), dan akademisi lainnya yang menekankan perbedaan bank
syariah dengan bank konvensional adalah dalam hal penggunaan instrumen
berbasis modal (equity-based instrument), tanggung jawab yang lebih besar untuk
mewujudkan kesejahteraan sosial, dan komitmen keagamaan yang harus dimiliki
bank syariah demi mencapai Maqasid al-Shariah (tujuan syariah), termasuk di
dalamnya mencapai keadilan sosial, pendistribusian pendapatan yang adil, dan
pertumbuhan ekonomi (Dusuki & Abozaid, 2007). Namun pada praktiknya,
perbankan syariah dinilai tidak begitu sesuai dengan karakteristik bank syariah
yang ideal secara teori. Beberapa kalangan mengkritisi institusi keuangan dan
perbankan syariah tidak berbeda dengan institusi keuangan dan perbankan
konvensional, hanya saja perbankan syariah hadir dengan susunan atau

1 Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


2

penampilan yang lain (Bedoui, 2013). Khan (2010) bahkan berargumen bahwa
institusi perbankan syariah “menggantikan istilah bank konvensional dengan
istilah yang berasal dari Arab Klasik dan menawarkan jasa-jasa yang hampir
serupa kepada kliennya, namun dengan biaya yang lebih mahal.”
Kritik yang disampaikan tersebut salah satunya berdasarkan kepada fakta
bahwa hampir semua bank syariah di seluruh dunia justru lebih memilih
pembiayaan jangka pendek melalui Murabahah dan instrumen berbasis pinjaman
atau berbasis profit marjin lainnya dibandingkan pembiayaan jangka panjang
melalui instrumen berbasis modal (Mudharabah dan Musyarakah) karena alasan
resiko pelaksanaan Murabahah yang lebih kecil. Selain itu, beberapa instrumen
atau kontrak yang dimiliki oleh bank syariah juga dinilai belum sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah yang melarang bunga (riba), ketidakpastian (gharar), dan
spekulasi (maysir). Salah satu contohnya yakni instrumen Bai’ Bithaman yang
banyak dipraktekkan oleh bank syariah di Malaysia dan Brunei Darussalam. Bai’
Bithaman Ajil merupakan akad jual beli dengan pembayaran secara kredit, dimana
harga jual sudah termasuk profit margin yang disepakati antara penjual dan
pembeli. Menurut Dusuki & Abozaid (2007), instrumen Bai’ Bithaman
merupakan salah satu contoh penyalahgunaan akad jual beli karena berdasarkan
prinsip syariah, pihak penjual harus menanggung semua risiko yang mungkin
timbul dari transaksi penjualan, namun dalam akad ini bank syariah sebagai pihak
penjual dimungkinkan untuk mendapatkan keuntungan tanpa harus menanggung
risiko apapun karena semua tanggung jawab dan risiko dialihkan kepada nasabah
sebagai pihak pembeli.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana bank syariah
menjalankan operasional mereka dan apakah kinerja bank syariah tersebut telah
sejalan dengan tujuan dan prinsip-prinsip syariah. Kinerja secara umum
didefinisikan oleh Hunger dan Wheelen (1997) sebagai hasil akhir dari aktivitas
sebuah perusahaan, dimana ukuran yang tepat untuk menilai kinerja perusahaan
tersebut bergantung kepada dua hal: jenis organisasi yang ingin dievaluasi dan
target/tujuan yang ingin dicapai melalui evaluasi. Berdasarkan definisi tersebut,
penulis memilih menggunakan rasio keuangan yang terdapat dalam Islamicity
Performance Index yang digagas oleh Hameed, Wirman, Alrazi, Nor, dan

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


3

Pramono (2004) karena kinerja bank syariah yang diukur dalam indeks ini tidak
hanya berfokus kepada dimensi finansial, tetapi juga kepada dimensi agama dan
sosial, sehingga lebih sejalan dengan prinsip dan tujuan bank syariah. Pemilihan
pengukuran kinerja bank syariah dengan menggunakan Islamicity Performance
Index dibandingkan dengan menggunakan berbagai rasio keuangan yang biasa
digunakan dalam pengukuran kinerja bank konvensional (seperti rasio
profitabilitas, efisiensi, likuiditas, resiko, maupun kualitas aset) juga didasarkan
pada argumentasi bahwa penggunaan indikator yang sama untuk mengukur
kinerja bank syariah dan bank konvensional yang pada dasarnya memiliki sifat
yang berbeda satu sama lain merupakan suatu hal yang tidak masuk akal (Bedoui,
2013) karena bank syariah didirikan dalam rangka menjalankan aktivitas
perbankan berdasarkan ajaran atau prinsip agama, sedangkan bank konvensional
didirikan murni untuk tujuan bisnis dan tidak berhubungan dengan ajaran atau
prinsip agama apapun (Haron & Wan Azmi, 2009).
Dalam Islamicity Performance Index Hameed et al. (2004), terdapat tujuh
indikator yang digunakan yang diharapkan dapat lebih sesuai untuk diaplikasikan
oleh bank syariah sejalan dengan prinsip dan tujuan utama dari bank syariah itu
sendiri. Ketujuh indikator Hameed et al. (2004) terdiri dari profit-sharing ratio,
zakat performance ratio, equitable distribution ratio, directors-employee ratio,
Islamic investment ratio, Islamic income ratio, dan AAOIFI index. Namun, untuk
penelitian ini, penulis hanya mengeksplorasi lima dari tujuh indikator Hameed et
al. (2004), dimana directors-employee ratio dan AAOIFI index merupakan dua
indikator yang tidak digunakan.
Sebagai analisis tambahan, penelitian ini juga berusaha menganalisis
regulasi mengenai perbankan syariah yang dikeluarkan oleh Pemerintah Indonesia
dan Malaysia dan keterkaitannya terhadap kinerja bank syariah untuk melihat
sejauh mana payung hukum masing-masing negara mendorong bank syariah
untuk memberikan kinerja mereka yang terbaik.
Sampel yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah bank-
bank umum syariah di Indonesia dan Malaysia pada periode 2010-2013. Malaysia
dipilih sebagai negara pembanding bagi bank-bank syariah asal Indonesia karena
Malaysia telah mendirikan bank syariah sejak tahun 1983 melalui Bank Islam

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


4

Malaysia Berhard dan mendirikan pasar uang antar-bank syariah sejak tahun
1994. Selain itu, bersama dengan Indonesia, Bahrain, Qatar, Arab Saudi, Uni
Emirat Arab, dan Turki, Malaysia dikategorikan sebagai negara yang memiliki
perkembangan perbankan syariah yang begitu pesat di dunia, dimana pendapatan
perbankan syariah tersebut telah menyumbang pemasukan nasional Malaysia yang
cukup besar (Ernst & Young, 2014).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang sebelumnya, penulis mengidentifikasi beberapa
rumusan masalah, yaitu:
1. Bagaimana perbandingan kinerja bank-bank syariah di Indonesia dan
Malaysia berdasarkan Islamicity Performance Index Hameed et al.
(2004)?
2. Bagaimana perbandingan regulasi perbankan syariah di Indonesia dan
Malaysia dan keterkaitannya terhadap kinerja bank syariah di masing-
masing negara?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk:
1. Mendapat pemahaman mengenai perbandingan kinerja bank syariah di
kedua negara (Indonesia dan Malaysia) berdasarkan metode Islamicity
Performance Index Hameed et al. (2004).
2. Mendapat pemahaman mengenai perbandingan regulasi perbankan syariah
di Indonesia dan Malaysia dan keterkaitannya terhadap kinerja bank
syariah di masing-masing negara.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi ilmu pengetahuan, penelitian ini dapat memperkaya referensi
mengenai kinerja bank syariah. Hal ini dikarenakan penelitian mengenai
kinerja bank syariah pada umumnya masih menggunakan rasio-rasio yang

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


5

sama dengan yang digunakan untuk mengukur kinerja perbankan


konvensional, seperti profitabilitas, efisiensi, likuiditas, dan lain-lain.
2. Bagi pembuat standar, regulator dan kelompok pengawas, untuk
memahami dan mempelajari perbedaan antara kinerja bank syariah di
Indonesia dengan bank syariah di Malaysia terkait dengan profit sharing
ratio, zakat performance ratio, equitable distribution ratio, Islamic
investment ratio, dan Islamic income ratio. Pemahaman tersebut kemudian
dapat menjadi pertimbangan dalam usaha membantu dan mendorong
bank-bank syariah mencapai kinerja terbaik bank syariah yang sesuai
dengan prinsip dan tujuan utama syariah.
3. Bagi bank syariah (objek penelitian), diharapkan penelitian ini dapat
memberikan rekomendasi bagi bank syariah untuk lebih berkomitmen
dalam mencapai kinerja terbaiknya yang sesuai dengan prinsip dan tujuan
utama syariah. Pemenuhan tujuan utama bank syariah ini sangat penting
mengingat tujuan tersebut berbeda dengan tujuan utama bank
konvensional yang hanya bertujuan untuk memaksimalkan laba.

1.5 Metode Penelitian


1.5.1 Lingkup Penelitian
Penelitian ini membatasi lingkup penelitian pada informasi keuangan bank-bank
syariah di Indonesia dan Malaysia tahun 2010-2013 sebagai elemen dalam
pengukuran kinerja keuangan bank syariah.

1.5.2 Data dan Sampel


Data yang akan diambil oleh penulis adalah data sekunder. Data sekunder yang
dimaksud yaitu laporan keuangan bank-bank syariah di Indonesia dan Malaysia
untuk periode 4 tahun yang dimulai sejak tahun 2010 hingga 2013. Jumlah sampel
penelitian yaitu 24 bank umum syariah yang terdiri dari 8 bank umum syariah di
Indonesia dan 16 bank umum syariah di Malaysia (Lampiran 1). Selain itu,
penulis juga mengambil informasi lainnya yang berasal dari buku, jurnal, website
perusahaan terkait, dan publikasi ilmiah lain untuk mendukung penelitian.

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


6

1.6 Sistematika Penulisan


Adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bab 1 Pendahuluan
Bab 1 akan menjelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah,
tujuan, manfaat, dan batasan penelitian, serta sistematika penulisan dalam
penelitian yang dilakukan. Bab ini bertujuan untuk memberikan deskripsi umum
mengenai isi dari penelitian.
Bab 2 Tinjauan Pustaka
Bab 2 akan memaparkan kerangka teoritis yang diperoleh dari berbagai
studi literatur yang mendasari penelitian ini, yaitu:
 Kerangka pemikiran yang menghubungkan konsep Maqasid al-Shariah
dengan bank syariah
 Kerangka pemikiran yang menghubungkan konsep kinerja bank syariah
dengan indikator-indikator dalam Islamicity Performance Index Hameed
et al.(2004)
 Kerangka teoritis mengenai regulasi perbankan syariah di Indonesia dan
Malaysia
Bab 3 Metodologi Penelitian
Pada bab ini akan dijelaskan tahap-tahap dalam penelitian ini yaitu pengumpulan
data, pemilihan data yang akan digunakan, penjelasan metode pengukuran
Islamicity Performance Index, serta metode analisis yang akan digunakan.
Bab 4 Analisis dan Hasil Penelitian
Dalam bab ini akan dilakukan analisis terhadap pengolahan data yang
diperoleh dari hasil pengukuran dan uji hipotesis. Interpretasi hasil penelitian ini
akan memberikan jawaban atas rumusan masalah dari penelitian kinerja bank
syariah ini.
Bab 5 Penutup
Bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran atas penelitian yang telah
dilakukan. Seluruh hasil perhitungan dan analisis pada bab-bab sebelumnya
dirangkum dalam bab ini. Pada bab ini juga akan diuraikan keterbatasan penelitian
yang meliputi kekurangan dalam penelitian kinerja bank syariah ini yang mungkin
dapat diperbaiki di penelitian selanjutnya.

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Maqasid al-Shariah


Shariah merupakan seperangkat aturan agama dan kode moral dalam Islam yang
mencakup semua aspek kehidupan, sedangkan Maqasid yang berasal dari kata
“maqsud” diartikan sebagai tujuan atau makna, sehingga Maqasid al-Shariah
diterangkan oleh Bedoui (2013) sebagai seperangkat tujuan dari aturan agama
Islam yang terdapat di Al-Quran dan As-sunnah. Maqasid al-Shariah menurut Al-
Ghazali (dalam Mohammad & Shahwan, 2013) juga bermakna sebagai dasar dari
tujuan semua perilaku dan aktivitas manusia yang menekankan kepada
perlindungan lima unsur terpenting dalam kehidupan. Kelima unsur tersebut
dijelaskan oleh Nurhayati & Wasilah (2009) sebagai berikut:
 Perlindungan terhadap agama (al-diin), yaitu memelihara kebebasan setiap
manusia untuk memilih agama yang dianutnya, sehingga orang Muslim
tidak boleh memaksa, menjebak, atau membujuk seseorang agar masuk
Islam. Perlindungan terhadap agama bagi orang Muslim juga berarti
melakukan setiap ibadah wajib yang diperintahkan Allah dalam Islam
(sholat, zakat, puasa, dan haji),
 Perlindungan terhadap jiwa (an-nafs), yaitu memelihara hak setiap
manusia untuk hidup secara terhormat. Oleh karena itu, Allah melarang
manusia untuk mencaci maki, memfitnah manusia lainnya, melakukan
penganiayaan baik secara fisik maupun psikis, membunuh, dan perbuatan
lainnya yang merusak martabat manusia di dunia,
 Perlindungan terhadap akal (al-aql), yaitu memelihara akal dari kerusakan
yang dapat mengakibatkan manusia tidak mampu membedakan antara hal
yang baik dan yang buruk atau yang benar dan yang salah. Diharamkannya
narkoba maupun segala jenis minuman yang memabukkan oleh Allah
karena hal tersebut dapat merusak akal dan membuat manusia tidak dapat
berfikir secara jernih,
 Perlindungan terhadap keturunan (an-nasl), yaitu memelihara keturunan
dan kelestarian manusia. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan

7 Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


8

pernikahan yang sah dan sesuai dengan ketentuan syariah. Allah pun
melarang perbuatan zina dan memberikan sanksi yang keras bagi manusia
yang melakukannya, dan
 Perlindungan terhadap harta/kekayaan (al-mal), yaitu memelihara
harta/kekayaan yang dimiliki oleh manusia agar perolehan dan
penggunaannya sesuai dengan syariah. Perolehan harta dari mencuri atau
penggunaan harta secara boros/berlebihan merupakan beberapa contoh
larangan dalam perlindungan terhadap harta/kekayaan.

Dari penjelasan di atas, sangat jelas bahwa tujuan dari ketentuan syariah
adalah untuk menciptakan kemaslahatan dan menghindari keburukan (Ibn 'Ashur,
1998). Apabila manusia merusak salah satu atau bahkan beberapa unsur
diantaranya, hal tersebut akan berbahaya bagi masyarakat. Dalam jurnalnya,
Chapra (2007) menjelaskan bahwa Al-Ghazali (1937) berpendapat “apapun yang
menjamin perlindungan terhadap lima unsur dalam Maqasid al-Shariah berarti
melindungi kepentingan umum (maslahah) dan oleh karenanya dikehendaki oleh
masyarakat, sementara apapun yang merusak lima unsur tersebut berarti
bertentangan dengan kepentingan masyarakat umum dan oleh karenanya
pemusnahannya dikehendaki oleh masyarakat.” Sejalan dengan Al-Ghazali,
Kamali (dalam Bedoui, 2013) juga berargumen bahwa “Maqasid al-Shariah
adalah syarat yang paling mendasar bagi spiritualitas, kesejahteraan, dan
kelangsungan hidup individu, sehingga apabila ia rusak akan menimbulkan
masalah atau kekacauan dan merusak tatanan normal dalam masyarakat.”
Pemahaman mengenai syariah dan Maqasid al-Shariah menjadi begitu
penting dalam bahasan perbankan syariah karena perbankan syariah didirikan
berlandaskan kepada prinsip dan aturan Islam. Kebutuhan untuk memahami
Maqasid al-Shariah bahkan menjadi syarat mendasar untuk menjamin bahwa
semua pemangku kepentingan (pemegang saham, pemerintah, masyarakat, dan
lain-lain) memahami tujuan awal dari bisnis bank syariah ini. Mohammad &
Shahwan (2013) dalam jurnalnya berpendapat bahwa dengan berpegangan kepada
inti/esensi dari Maqasid al-Shariah, praktik dan aktivitas yang dijalankan oleh
perbankan syariah tidak akan melenceng dari jalur aslinya, yaitu jalur Maqasid al-

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


9

Shariah yang disusun dengan berbagai elemen positif dan proaktif demi
mewujudkan kehidupan masyarakat yang lebih baik. Hal ini yang membuat
Haniffa & Hudaib (2010) juga mendorong bank-bank syariah untuk mempelajari
dan memahami Maqasid al-Shariah sebagai basis dan akar dari tujuan utama
pendirian bank syariah.

2.2 Bank Syariah


2.2.1 Pengenalan Bank Syariah
Sehubungan dengan pelarangan bunga (riba) pada bank syariah, “interest-free
banking” menjadi istilah yang melekat pada bank-bank yang memiliki label
“syariah” atau “Islam”, sementara pada kenyataannya, bank syariah lebih dari
sekedar “interest-free” banking seperti pandangan umum tersebut (Khan, 2010).
Darsono (2004) mendefinisikan bank syariah sebagai lembaga keuangan yang
kegiatan utamanya yaitu memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas
pembayaran dan peredaran uang, dimana operasi bank tersebut sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah. Senada dengan Darsono (2004), salah satu bank terbesar
Bahrain yaitu Al Baraka Bank mendefinisikan bank syariah sebagai “suatu
institusi yang bertugas untuk memobilisasi dan menginvestasikan sumber daya
keuangan dengan tujuan untuk memenuhi tujuan finansial dan sosial yang telah
ditetapkan dalam Islam, dimana keseluruhan aktivitas tersebut harus dilakukan
sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam.” Prinsip-prinsip syariah Islam yang
dimaksud bersumber kepada Al Quran (kitab suci umat Islam), Hadits (setiap
informasi, perkataan, dan perbuatan Nabi Muhammad saw.), Ijma (kesepakatan
para mujtahid atau ahli hukum Islam), dan Qiyas (penyamaan sesuatu dengan
sejenisnya oleh mujtahid).
Dari kedua definisi bank syariah tersebut, secara umum, bank syariah
memang memiliki fungsi yang sama dengan bank konvensional, yaitu
menghimpun dana dan menginvestasikannya kepada masyarakat. Namun, bank
syariah dan bank konvensional memiliki perbedaan dalam hal konseptual dan
teori dasar pendirian bank, dimana bank syariah didirikan dalam rangka
menjalankan aktivitas perbankan berdasarkan ajaran atau prinsip agama,
sedangkan bank konvensional didirikan murni untuk tujuan bisnis dan tidak

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


10

berhubungan dengan ajaran atau prinsip agama apapun (Haron & Wan Azmi,
2009). Hanniffa & Hudaib (2007) juga mengungkapkan terdapat lima karakter
yag membedakan bank syariah dengan bank konvensional, yakni: (1) filosofi dan
nilai yang mendasarinya, (2) jaminan atas produk dan layanan yang bebas dari
bunga (riba), (3) batasan untuk transaksi yang diperbolehkan dalam Islam, (4)
fokus dalam pengembangan dan tujuan sosial (disamping tujuan ekonominya),
dan (5) peninjauan tambahan oleh Dewan Pengawas Syariah (DPS) bank.

2.2.2 Tujuan Perbankan Syariah


Penetapan tujuan bank syariah yang tepat menjadi sangat penting agar aktivitas,
praktik, dan kinerja bank syariah sesuai dengan tujuan utama pendiriannya.
Perbankan syariah, menurut Ebrahim & Joo (2001) didirikan dengan tiga tujuan
utama, yaitu: (i) untuk mengimplementasikan nilai-nilai yang terkandung dalam
Al-Quran dan Sunnah (Hadits), (ii) untuk mendorong pertumbuhan ekonomi
negara-negara Islam atau negara dengan penduduk mayoritas Islam melalui
pengembangan pasar, institusi, dan instrumen finansial, serta (iii) untuk meredam
gejolak ekonomi ekstrim dengan mempromosikan konsep profit-risk sharing yang
keuntungannya bergantung kepada hasil dari usaha riil.
Berbeda dengan Ebrahim & Joo (2001), Haron & Wan Azmi (2009)
menyebutkan bahwa sehubungan dengan pendirian bank syariah yang berdasarkan
kepada ajaran agama Islam, tujuan pendirian bank syariah utamanya berfokus
kepada dua hal, yaitu agama dan profit. Berbeda dengan bank konvensional yang
pendiriannya murni untuk tujuan bisnis, tujuan pendirian bank syariah harus
seimbang antara aspek agama yang menekankan kepada tauhid dan aspek moral
yang salah satunya menekankan kepada keadilan, serta aspek bisnis yang
menekankan kepada perolehan profit. Hal ini karena, masih menurut Haron &
Azmi (2009), apabila bank syariah hanya berfokus dalam pemenuhan tujuan
agama (moral) tanpa memperhatikan pemenuhan tujuan bisnisnya, bank syariah
kelak mungkin saja mengalami kerugian atau bahkan terpaksa sampai harus
menghentikan operasionalnya. Di sisi lain, apabila bank syariah hanya berfokus
untuk memperoleh profit, bank syariah akan menyimpang dari kerangka ajaran
agama Islam yang salah satunya berfokus kepada konsep keadilan.

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


11

Tujuan perbankan syariah kemudian juga dinyatakan dalam jurnal


Mohammad & Shahwan (2013) untuk “menghindari transaksi yang mengandung
bunga dan elemen yang dilarang dalam Islam, menghindari transaksi atau praktik
yang tidak etis, serta untuk berpartisipasi secara aktif dalam mencapai tujuan dan
obyektif dari ekonomi Islam.” Terkait dengan pendapat Mohammad & Shahwan
(2013) tentang tujuan bank syariah dalam “mencapai tujuan dan obyektif dari
ekonomi Islam”, Chapra (dalam Mohammad & Shahwan 2013) kemudian
menyimpulkan bahwa dengan demikian, tujuan utama bank syariah secara umum
adalah untuk mencapai al-falah (kemuliaan atau kemenangan) dan khususnya
untuk mencapai Maqasid al-Shariah. Syahidawati (2011) juga berpandangan
bahwa bank syariah didirikan dengan tujuan utama untuk mencapai Maqasid al-
Shariah, dimana secara garis besar tujuan tersebut dapat dikategorikan menjadi
tujuan yang berhubungan dengan Tuhan (God-related objective), tujuan yang
berhubungan dengan pemangku kepentingan (Stakeholder-related objective), serta
tujuan yang berhubungan dengan institusi dan pemangku kepentingan (Institutions
and Stakeholder objective).

2.2.3 Prinsip-prinsip Bank Syariah


Sama halnya dengan penetapan tujuan, dalam hal jasa perbankan yang
ditawarkan, bank syariah juga harus memastikan terlebih dahulu apakah jasa atau
produk yang ditawarkan bank kepada konsumen telah sesuai dengan filosofi dan
prinsip bisnis Islam. Untuk memastikannya, tahap pertama yang dapat dilakukan
yaitu mengacu kepada Al Quran dan Hadits yang merupakan sumber utama aturan
Islam. Menurut Haron dan Wan Azmi (2009), dalam Al Quran dinyatakan
beberapa prinsip dasar bisnis yang penting untuk dimiliki oleh bank syariah,
seperti prinsip kejujuran, kebenaran, keadilan, kepercayaan, saling
menguntungkan, tidak berprasangka, dan lain-lain. Akan tetapi, Haron dan Wan
Azmi (2009) kemudian menjelaskan bahwa dari beberapa prinsip dasar bisnis
yang dinyatakan dalam Al Quran dan Hadits, beberapa diantaranya tidak terlalu
relevan dengan dunia perbankan modern, sehingga para akademisi dan para
pembuat undang-undang Islam dapat merumuskan prinsip-prinsip bisnis sendiri
selama prinsip tersebut tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan relevan

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


12

dengan dunia perbankan modern. Sementara, menurut Nurhayati & Wasilah


(2009), prinsip bank syariah yang mengacu kepada prinsip keuangan syariah
yaitu:
 Prinsip kerelaan antara kedua pihak yang bertransaksi (antaraddim
minkum),
 Prinsip tidak ada pihak yang menzalimi dan dizalimi dalam proses
transaksi (la tazhlimuna wa la tuzhlamun),
 Prinsip hasil usaha muncul bersama biaya (al kharaj bi al dhaman), dan
 Prinsip untung muncul bersama risiko (al ghunmu bi al ghurmi).

Prinsip-prinsip bank syariah kemudian juga dijelaskan oleh El Hawary et


al. (2004) sebagai berikut:
 Risk-sharing: fitur yang paling penting dalam bank syariah yaitu
pendistribusian resiko atau tingkat pengembalian yang simetris antara
penyedia dana (investor), intermediaris (bank), dan pengguna dana
(entrepreneur),
 Materiality: setiap transaksi finansial yang dilakukan bank harus
berhubungan langsung dengan transaksi ekonomi riil (material finality),
 No exploitation: setiap pihak yang terlibat dalam transaksi harus terhindar
dari ekploitasi/kezaliman, sehingga bank syariah dilarang untuk terlibat
dalam transaksi yang mengandung bunga (riba), ketidakpastian (gharar),
dan spekulasi (maysir),
 No financing of sinful activities: setiap transaksi yang dilakukan tidak
boleh diperuntukkan untuk memproduksi barang-barang seperti alkohol,
produk babi, dan hal-hal lain yang diharamkan dalam Al Quran.

Dari beberapa prinsip bank syariah yang diungkapkan tersebut, didapati


bahwa terdapat prinsip-prinsip dasar yang memang harus dipatuhi oleh bank
syariah, yang pada akhirnya membedakan praktik bank syariah dengan bank
konvensional.

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


13

Selain prinsip tersebut, untuk operasional bank, prinsip yang digunakan


dalam sistem perbankan syariah terdiri dari lima kategori, yaitu:
1. Prinsip Simpanan Murni (Al Wadi’ah)
Wadiah merupakan akad antara dua pemilik harta/modal dengan penerima
titipan (bank) untuk menjaga harta/modal dari kerusakan, kehilangan, atau
kerugian, dimana bank sebagai pihak penerima titipan wajib untuk
menyerahkan kembali harta/modal yang dititipkan kapan pun pemilik
harta/modal ingin mengambil harta/modal tersebut. Wadi’ah dibagi
menjadi dua jenis, yaitu:
 Wadi’ah amanah; Pada akad ini, harta/modal yang dititipkan hanya
boleh disimpan (tidak boleh didayagunakan) dan bank merupakan
pihak penerima kepercayaan, sehingga ia tidak diharuskan untuk
mengganti segala resiko kehilangan atau kerusakan yang terjadi
pada harta/modal yang dititipkan, kecuali hal itu terjadi karena
kelalaian atau kecorobohan pihak bank.
 Wadi’ah yad dahmanah; Berbeda dengan Wadi’ah amanah, pada
akad ini, harta/modal yang dititipkan boleh digunakan oleh bank,
namun bank harus bertanggungjawab terhadap keutuhan
harta/modal tersebut. Dari harta/modal yang didayagunakan,
keuntungan atau kerugian yang ada ditanggung sepenuhnya oleh
bank, sehingga tidak ada kewajiban bagi bank untuk
membagihasilkan keuntungan pendayagunaan tersebut kepada
pemilik harta/modal. Wadi’ah yad dahmanah ini di bank syariah
tersedia dalam bentuk rekening giro.
2. Prinsip Bagi Hasil (Profit-Loss Sharing)
Profit-Loss sharing merupakan sistem yang meliputi tata cara pembagian
hasil usaha antara penyedia dana dengan pengelola dana. Dalam hal ini,
pembagian hasil dapat terjadi antara bank dengan penyimpan dana
maupun antara bank dengan pihak penerima dana. Prinsip bagi hasil ini
terdiri dari:
 Mudharabah; Bentuk kerja sama antara dua pihak atau lebih
dimana pemilik modal (shahibul maal) mempercayakan sejumlah

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


14

uang sebagai modal 100 persen kepada pengelola (mudharib)


untuk melakukan kegiatan usaha. Dalam akad ini, shahibul maal
tidak ikut terlibat dalam kegiatan usaha dan di akhir periode
tertentu, mudharib akan mengembalikan seluruh modal awal dan
sejumlah keuntungan kepada shahibul maal dengan nisbah bagi
hasil yang telah ditentukan di awal akad. Apabila mudharib
mengalami kerugian, semua kerugian akan ditanggung oleh
shahibul maal, sepanjang kerugian tersebut disebabkan oleh proses
normal dari usaha. Namun, jika ternyata kerugian disebabkan oleh
kecurangan atau kelalaian mudharib, tanggung jawab sepenuhnya
ada di mudharib.
 Musyarakah; Bentuk kerja sama kemitraan dimana para pemilik
sumber daya menggabungkan sumber daya yang mereka miliki dan
melakukan suatu usaha secara bersama-sama dengan nisbah bagi
hasil sesuai dengan kesepakatan di awal akad. Sumber daya yang
mereka kontribusikan dapat berupa dana, barang dagangan,
kepemilikan, peralatan, maupun intangible asset. Apabila usaha
mereka merugi, kerugian akan ditanggung bersama sesuai dengan
proporsi modal masing-masing. Oleh karena itu, perbedaan
Mudharabah dan Musyarakah terletak pada sumber modal dan
pada besarnya keterlibatan dalam manajemen usaha.
3. Prinsip Jual-Beli
Dalam prinsip jual-beli, bank akan melakukan pembelian suatu barang
yang dibutuhkan terlebih dahulu atau menjadikan nasabah sebagai agen
bank dalam melakukan pembelian barang atas nama bank, dan kemudian
menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga beli ditambah plus
keuntungan. Beberapa akad jual-beli yang banyak digunakan oleh bank-
bank syariah di setiap negara yaitu:
 Murabahah; Akad jual-beli dimana penjual menyatakan secara
eksplisit harga perolehan barang, yang meliputi harga barang itu
sendiri dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan untuk memperoleh
barang tersebut, dan tingkat keuntungan yang diinginkan. Apabila

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


15

harga jual telah disepakati antara penjual dan pembeli, harga


tersebut akan dicantumkan di dalam akad sehingga harga jual tidak
dapat diubah selama akad berlaku. Dalam praktik perbankan
syariah dengan akad Murabahah ini, bank syariah bertindak
sebagai penjual dan nasabah bertindak sebagai pembeli.
 Salam; Akad jual-beli dimana barang yang diperjualbelikan belum
tersedia sehingga penyerahannya ditangguhkan oleh penjual
(bank), namun pihak pembeli (nasabah) harus melakukan
pembayaran secara segera (tunai) sebelum barang tersebut
diterima. Untuk melakukan akad ini, barang yang diperjualbelikan
harus memiliki spesifikasi kualitas, kuantitas, harga, dan waktu
penyerahannya yang sudah dipastikan secara jelas di awal akad.
 Istishna; Akad jual-beli dimana barang yang diperjualbelikan harus
dipesan dan dibuat terlebih dahulu dengan spesifikasi kualitas,
kuantitas, harga, dan waktu penyerahan barang yang jelas. Produk
Istishna ini hampir sama dengan produk Salam, hanya saja untuk
cara pembayarannya, pembeli (nasabah) dapat memilih antara
pembayaran di muka, pembayaran dengan cicilan, atau
ditangguhkan sampai jangka waktu tertentu. Pada praktiknya, akad
istishna umumnya digunakan untuk pembiayaan konstruksi dan
manufaktur.
4. Prinsip Sewa (Fee-based) (Ijarah)
Ijarah yaitu akad pemindahan hak guna atas suatu barang dalam waktu
tertentu, dengan pembayaran upah sewa (Ijarah), tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri. Selain Ijarah yang murni
merupakan akad sewa, terdapat jenis Ijarah lain yang bernama Ijarah
muntahiya bit tamlik. Ijarah muntahiya bit tamlik ini merupakan akad
sewa dimana pada akhir masa sewa, bank menjual barang yang
disewakannya kepada nasabah tersebut.
5. Prinsip Qard (Free Services)
Qard atau Qardhul hasan adalah akad pinjaman yang tidak dikenakan
biaya, sehingga peminjam hanya wajib untuk membayar pinjaman sebesar

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


16

pokok hutangnya, dengan tenggat waktu pengembalian pinjaman


ditetapkan bersama antara pemberi dan penerima pinjaman. Adapun
pembebanan biaya administrasi terkait peminjaman diperbolehkan, namun
dalam jumlah yang terbatas.
6. Prinsip-prinsip lainnya
Selain dari lima prinsip operasional yang telah dijabarkan sebelumnya, ada
beberapa prinsip lain yang secara umum dimiliki bank syariah, seperti
Wakalah, Kafalah, dan Sharf.

2.3 Kinerja
2.3.1 Kinerja Perusahaan secara Umum
Hunger dan Wheelen (1997) mendefinisikan kinerja perusahaan sebagai hasil
akhir dari sebuah perusahaan, dimana ukuran yang tepat untuk menilai kinerja
perusahaan tersebut bergantung kepada dua hal, yaitu jenis organisasi yang ingin
dievaluasi dan target yang ingin dicapai melalui evaluasi. Pengukuran/penilaian
kinerja perusahaan menjadi hal yang sangat penting untuk memastikan apakah
prestasi/target yang dimiliki oleh perusahaan telah tercapai. Dengan melakukan
pengukuran/penilaian kinerja, perusahaan dapat meluruskan kembali aktivitas
bisnis yang dilakukan agar sesuai dengan target yang dimiliki perusahaan
(Brignall dalam Mohammed & Razak, 2008). Selain itu, pengukuran kinerja
perusahaan di masa lalu juga penting karena pengukuran ini sering digunakan
sebagai dasar untuk memprediksi kinerja perusahaan di masa mendatang
(Praghina, 2008).
Mengenai pengukuran kinerja perusahaan secara umum, menurut Helfert
(dalam Pradhono, 2005), pengukurannya dapat dikelompokkan ke dalam tiga
kategori, yaitu:
 Earnings Measures, yang mendasarkan kinerja pada accounting profit.
Beberapa pengukuran yang termasuk dalam kategori ini adalah Earnings
per Share (EPS), Return on Investment (ROI), Return on Net Assets
(RONA), Return on Capital Employed (ROCE), dan Return on Equity
(ROE),

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


17

 Cash Flow Measures, yang mendasarkan kinerja pada arus kas operasi
(operating cash flow). Beberapa pengukuran yang termasuk dalam
kategori ini adalah Free Cash Flow, Cash Flow Return on Gross
Investment (ROGI), Cash Flow Return on Investment (CFROI), Total
Stakeholder Return (TSR), dan Total Business Return (TBR), dan
 Value Measures, yang mendasarkan kinerja pada nilai (value based
management). Beberapa pengukuran yang termasuk ke dalam kategori ini
adalah Economic Value Added (EVE), Market Value Added (MVA), Cash
Value Added (CVA), dan Shareholder Value (SHV).

Pengukuran kinerja perusahaan berdasarkan pendapat Ross (dalam


Silvianetta, 2012) juga dikelompokkan menggunakan rasio-rasio keuangan yang
berdasarkan pada beberapa indikator. Pengelompokkan rasio keuangan yang
digagas oleh Ross (2010) terdiri dari:
 Short-term Solvency atau Liquidity Ratio, dimana rasio ini mengukur
likuiditas perusahaan atau kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang-
hutang jangka pendeknya. Yang termasuk ke dalam rasio ini diantaranya
yaitu current ratio, quick ratio, cash ratio, dan interval measure.
 Long-term Solvency atau Financial Leverage Ratio, dimana rasio ini
mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi hutang atau
kewajiban jangka panjangnya. Yang termasuk ke dalam rasio ini
diantaranya yaitu total debt ratio, debt-equity ratio, long-term debt ratio,
dan cash coverage ratio.
 Turnover Ratio, dimana rasio ini mengukur efisiensi pemanfaatan aset
perusahaan dalam menghasilkan pendapatan. Yang termasuk ke dalam
rasio ini diantaranya yaitu inventory turnover, receivable turnover, net
working capital turnover, fixed asset turnover, dan asset turnover.
 Profitability Ratio, dimana rasio ini mengukur efisiensi penggunaan aset
dan efisiensi operasi perusahaan dalam menghasilkan keuntungan
perusahaan. Yang termasuk ke dalam rasio ini diantaranya yaitu profit
margin, return on asset, dan return on equity.

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


18

 Market Value Ratio, dimana rasio ini hanya dapat diukur pada perusahaan
yang melakukan perdagangan saham secara bebas atau dengan kata lain
perusahaan tersebut telah terdaftar di pasar modal. Yang termasuk ke
dalam rasio ini diantaranya yaitu price-earnings ratio, price-sales ratio,
dan market-to-book ratio.

Sementara, Richard et al. (2009) mengemukakan bahwa untuk mengukur


kinerja perusahaan, pada umumnya, terdapat tiga area spesifik yang biasa diukur,
yang meliputi: (a) kinerja finansial (seperti profit, return on assets, return on
investment); (b) kinerja pasar produk (seperti sales, market share), dan (c) tingkat
pengembalian bagi pemegang saham (seperti total shareholder return, economic
value added).

2.3.2 Kinerja Bank Syariah


Khusus untuk kinerja bank, salah satu metode yang dapat digunakan yaitu dengan
mengukur tingkat kesehatan bank melalui pendekatan berdasarkan risiko (Risk-
based Bank Rating). Menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
8/POJK.03/2014 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah dan
Unit Usaha Syariah, Penilaian Tingkat Kesehatan Bank dengan menggunakan
pendekatan berdasarkan resiko adalah penilaian kondisi bank yang komprehensif
dan terstruktur yang dilakukan berdasarkan risiko, termasuk risiko terkait
penerapan prinsip syariah dan kinerja bank. Lebih lanjut, OJK dalam peraturan ini
menjelaskan unsur-unsur penilaian dalam Penilaian Tingkat Kesehatan Bank,
yakni:
1. Profil risiko (risk profile), dimana penilaian didasarkan kepada risiko
inheren dan kualitas penerapan manajemen risiko dalam operasional bank
terhadap sepuluh risiko:
 risiko kredit,
 risiko pasar,
 risiko likuiditas,
 risiko operasional,
 risiko hukum,

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


19

 risiko stratejik,
 risiko kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku dan prinsip syariah,
 risiko reputasi,
 risiko imbal hasil, dan
 risiko investasi.
2. Good Corporate Governance (GCG), dimana penilaian didasarkan kepada
manajemen bank atas pelaksanaan lima prinsip GCG, yaitu transparansi,
akuntabilitas, pertanggungjawaban, profesional, dan kewajaran.
3. Rentabilitas (earnings), dimana penilaian didasarkan kepada kinerja
rentabilitas, sumber-sumber rentabilitas, dan kesinambungan (sustai-
nability) rentabilitas bank, manajemen rentabilitas, dan pelaksanaan fungsi
sosial.
4. Permodalan (capital), dimana penilaian didasarkan kepada tingkat
kecukupan permodalan dan kecukupan pengelolaan permodalan.

Setelah melakukan penilaian terhadap keempat faktor di atas, ditetapkan


peringkat penilaian masing-masing faktor tersebut berdasarkan analisis secara
komprehensif dengan memperhatikan signifikansi masing-masing faktor serta
mempertimbangkan permasalahan lain yang mempengaruhi profil risiko, GCG,
rentabilitas, dan permodalan bank. Cara menentukan peringkat penilaian beserta
matriks penetapan peringkat masing-masing faktor ini diatur lebih lanjut dalam
Surat Edaran OJK Nomor 10/SEOJK.03/2014 tentang Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Sebagai contoh, untuk
faktor rentabilitas, bank dapat memberikan peringkat 1 (sangat memadai),
peringkat 2 (memadai), peringkat 3 (cukup memadai), peringkat 4 (kurang
memadai), dan peringkat 5 (tidak memadai). Peringkat 1 dalam faktor rentabilitas
diberikan apabila bank memenuhi seluruh atau sebagian besar dari contoh
karakteristik berikut:
 Kinerja bank dalam menghasilkan laba (rentabilitas) sangat memadai,
 Sumber utama rentabilitas yang berasal dari core earnings sangat
dominan,
 Komponen-komponen yang mendukung core earnings sangat stabil,

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


20

 Kemampuan laba dalam meningkatkan permodalan dan prospek laba di


masa mendatang sangat tinggi,
 Pelaksanaan fungsi sosial bank dilaksanakan dengan sangat baik dan
signifikan.

Langkah berikutnya yaitu menetapkan Peringkat Komposit Tingkat


Kesehatan Bank berdasarkan kerangka analisis yang komprehensif dan terstruktur
terhadap peringkat penilaian setiap faktor yang telah dibuat tersebut. Peringkat
Komposit dikategorikan sebagai berikut:
 Peringkat Komposit 1 (PK-1): kondisi bank secara umum sangat sehat
sehingga dinilai sangat mampu menghadapi pengaruh negatif yang
signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.
 Peringkat Komposit 2 (PK-2): kondisi bank secara umum sehat sehingga
dinilai mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari
perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.
 Peringkat Komposit 3 (PK-3): kondisi bank secara umum cukup sehat
sehingga dinilai cukup mampu menghadapi pengaruh negatif yang
signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya
 Peringkat Komposit 4 (PK-4): kondisi bank secara umum kurang sehat
sehingga dinilai kurang mampu menghadapi pengaruh negatif yang
signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya
 Peringkat Komposit 5 (PK-5): kondisi bank secara umum tidak sehat
sehingga dinilai tidak mampu menghadapi pengaruh negatif yang
signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya

Dari pengukuran kinerja yang telah dijelaskan, terlihat bahwa pengukuran


kinerja perusahaan secara umum maupun pengukuran kinerja bank syariah yang
ada hanya berfokus kepada pengukuran dari dimensi finansial.

2.4 Islamicity Performance Index


Islamicity Performance Index merupakan suatu metode untuk mengukur kinerja
bank syariah yang digagas oleh Hameed et al. (2004). Gagasan penggunaan

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


21

metode ini dalam mengukur kinerja bank syariah dilatarbelakangi oleh pandangan
bahwa kinerja dalam Islam tidak terbatas kepada pengukuran dimensi finansialnya
saja, melainkan juga mencakup dimensi-dimensi lain (dimensi sosial), sehingga
perusahaan seharusnya tidak hanya berfokus kepada para pemilik perusahaan dan
pemegang saham, melainkan juga kepada pemangku kepentingan lainnya
(Bedoui, 2013). Alasan lain yang juga turut melatarbelakangi gagasan metode ini
dijelaskan sebagai berikut:

“Dalam menjalankan aktivitas bisnisnya, bank syariah harus memberikan


perhatian utama kepada implikasi sosial yang mungkin timbul dari setiap
keputusan atau tindakan yang dilakukan oleh bank syariah. Profitabilitas
merupakan sesuatu yang penting untuk diraih, namun bukan merupakan
kriteria utama dalam mengevaluasi kinerja dari perbankan syariah karena
mereka harus menyeimbangkan antara tujuan materi dan tujuan sosial
yang dapat memenuhi kepentingan masyarakat umum. Tujuan sosial pun
dipahami sebagai elemen yang penting dari sistem perbankan syariah yang
tidak dapat dipisahkan.” (Al-Omar dan Abdel-haq, 1996, p.27 (dalam
Dusuki & Dar, 2007, p.256))

Berdasarkan beberapa alasan itu, dibandingkan mengukur kinerja bank


melalui indikator profitabilitas, efisiensi, resiko, likuiditas, atau indikator lainnya
yang lazim digunakan dalam mengukur kinerja bank konvensional, Hameed et al
(2004) pun menggagaskan pengukuran dengan rasio berbeda, yang terdiri dari
profit-sharing ratio, zakat performance ratio, equitable distribution ratio,
directors-employee ratio, Islamic investment ratio, Islamic income ratio, dan
AAOIFI index. Pengaplikasian indikator ini diharapkan akan menghasilkan
gambaran mengenai bagaimana bank syariah menjalankan operasional mereka
dan gambaran mengenai apakah kinerja bank syariah tersebut telah sejalan dengan
hukum, tujuan, dan prinsip-prinsip syariah (Hameed et al., 2004).
Pada bagian berikutnya, akan dijelaskan lebih lanjut mengenai rasio-rasio
yang terdapat dalam Islamicity Performance Index. Namun, karena keterbatasan
informasi yang dimiliki, baik dari sumber data maupun dari penelitian

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


22

sebelumnya, penulis tidak menggunakan dua rasio Hameed et al. (2004), yaitu
directors-employee ratio dan AAOIFI index, sehingga selanjutnya, penulis hanya
akan menjelaskan lima indikator yang digunakan dalam penelitian ini.

2.4.1 Profit-Sharing Ratio


Siddiqi (1983) berpandangan bahwa bank syariah mengakui hubungan antara
modal dengan tenaga kerja dibandingkan hubungan antara debitur dengan kreditur
seperti pada bank konvensional, sehingga seharusnya bank syariah menjadi
lembaga perantara bagi pihak yang memiliki harta/modal (rabbul mal) dengan
pihak yang memiliki kemampuan untuk mengelola harta/modal menjadi suatu
bisnis (mudharib atau pengusaha). Khan (2010) juga berpandangan bahwa sejalan
dengan peran utama bank syariah untuk mendistribusikan kekayaan kepada
masyarakat, bank syariah idealnya bertindak sebagai penyedia modal usaha yang
menginvestasikan dananya kepada usaha-usaha yang potensial dengan timbal
balik berupa pembagian laba usaha yang dihasilkan pengusaha, dibandingkan
meminjamkan dananya berdasarkan pertimbangan arus kas dan jaminan yang
dimiliki pengusaha
Prinsip profit and loss sharing (prinsip bagi hasil) melalui Mudharabah
dan Musyarakah yang dijalankan oleh bank syariah, berdasarkan jurnal Khan
(2010), akan menghasilkan beberapa manfaat, diantaranya yaitu menciptakan
lebih banyak sumber daya keuangan yang tersedia untuk usaha-usaha kelas kecil
dan menengah, menyulitkan seseorang untuk mendapatkan penghasilan yang
diterima tanpa harus bekerja (unearned income), dan mendukung konsep keadilan
dan persamaan hak karena semua usaha yang layak untuk diberikan pembiayaan
akan diberikan pembiayaan. Pendapat Iqbal dan Molyneux (2005) juga
menerangkan bahwa prinsip bagi hasil akan menghasilkan beberapa manfaat,
diantaranya yaitu mewujudkan:
 Keadilan yang lebih baik: prinsip bagi hasil akan membuat bank berfokus
kepada tingkat pengembalian yang besar, sehingga dari sisi pengusaha,
mereka akan mendapatkan keadilan yang lebih baik karena adanya
kemungkinan bank untuk memberikan pembiayaan kepada pengusaha
kelas kecil dan menengah yang memiliki usaha dengan potensi

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


23

keuntungan yang menjanjikan di masa mendatang, bukan saja memberikan


pembiayaan kepada pengusaha kelas besar yang memiliki agunan dan
sejarah peminjaman yang baik. Sementara dari sisi pemilik modal, ia akan
mendapatkan keadilan yang lebih baik karena tingkat pengembalian yang
ia terima bergantung kepada hasil dari usaha di sektor riil, bukan
bergantung kepada tingkat bunga yang sebelumnya telah ditetapkan,
sehingga meskipun tingkat suku bunga bank lebih rendah dibandingkan
tingkat inflasi, tingkat pengembalian yang diterima pemilik modal juga
akan naik seiring dengan tingkat kenaikan inflasi,
 Memperbaiki efisiensi distribusi: prinsip bagi hasil lebih berfokus kepada
produktivitas suatu usaha, sehingga pembiayaan akan mengalir ke pihak-
pihak yang paling produktif dan yang paling menjanjikan tingkat
pengembalian yang besar dibandingkan kepada pihak yang memiliki usaha
yang kurang produktif, meskipun pihak tersebut merupakan credit-worthy
clients,
 Stabilitas sistem perbankan: Dalam sistem dimana prinsip bagi hasil
diterapkan, aset dan liabilitas yang dimiliki bank akan sama-sama berada
dalam kondisi yang berubah-ubah (tidak tetap), karena sisi liabilitas bank
berdasarkan kepada Mudharabah. Hal ini membuat sistem perbankan lebih
stabil karena apabila terjadi guncangan ekonomi, aset bank akan
mengalami penurunan dan liabilitas pun akan mengalami penurunan
seiring dengan kenyataan mereka tidak membayar tingkat pengembalian
yang tetap kepada para depositor, dan
 Pertumbuhan GDP: Setiap inovasi bisnis pasti mengandung resiko yang
tidak kecil, sehingga ketika resiko kerugian dari suatu bisnis
didistribusikan secara adil kepada pengusaha dan juga pemilik modal,
inovasi dan ide-ide bisnis yang segar akan lebih banyak muncul dan
berkembang yang kemudian akan mendorong perekonomian riil.

Rasio bagi hasil dihitung dalam Islamicity Performance Index guna


melihat seberapa besar jumlah pembiayaan melalui akad Mudharabah dan

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


24

Musyarakah yang dimiliki bank syariah dalam upaya menjalankan prinsip tersebut
sebagai prinsip utama bank syariah.

2.4.2 Zakat Performance Ratio


Berdasarkan Financial Accounting Standards (FAS) No. 9 yang dikeluarkan oleh
AAOIFI tahun 2001 halaman 322 dijelaskan bahwa:

“Zakat means „blessing, purification, increase and cultivation of good


deeds‟. In Shari‟a, it is an obligation in respect of funds paid for a specific
type of purpose and for specified categories … The government may also
authorize shareholders to pay it personally if it is satisfied that they will
do so, or it may instruct Islamic banks to organize its payment on behalf of
Islamic banks‟ shareholders, using the combined basis for
nisab ”(dalam Adnan & Abu Bakar, 2007, p.9),

Menurut Adnan dan Abu Bakar (2007), zakat dalam FAS No. 9 di atas
memungkinkan zakat berada dalam dua kemungkinan skenario, yaitu skenario
dimana bank syariah diwajibkan untuk membayar zakat dan skenario dimana bank
syariah tidak diwajibkan untuk membayar zakat. Kemudian, masih menurut
Adnan dan Abu Bakar (2007), ada tiga kemungkinan kondisi untuk suatu bank
syariah tergolong sebagai bank yang wajib membayar zakat, yaitu (a) ketika
terdapat hukum formal yang mengatur bank Islam untuk wajib membayar zakat;
(b) ketika bank Islam diwajibkan dalam AD/ARTnya untuk membayar zakat
perusahaan; dan (c) ketika RUPS meminta bank Islam untuk membayar zakat.
Perbedaan kondisi mengenai wajib atau tidaknya suatu bank syariah untuk
membayar zakat ini juga terjadi pada pendapat para ulama dan akademisi.
Meskipun begitu, Adnan dan Abu Bakar (2007) berpandangan bahwa dalam
pandangan Islam, Allah adalah pemilik dari semua yang ada di dunia dan
pembayaran zakat merupakan bentuk perwujudan kepatuhan terhadap perintah
Allah untuk “mengembalikan” harta benda/kekayaan yang sifatnya sementara
tersebut kepada pemilik yang sesungguhnya.

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


25

Dalam kasus perbankan syariah, mencari keuntungan tentunya tidak


dilarang, namun yang dilarang adalah ketika akumulasi keuntungan tersebut tidak
diikuti oleh pemanfaatan untuk pembangunan masyarakat yang lebih baik,
sehingga bank syariah diharapkan dapat lebih memberikan kontribusi kepada
masyarakat miskin dan yang membutuhkan (Haron & Wan Azmi, 2009) serta
menggunakan dana yang telah dipercayai oleh masyarakat kepada bank untuk
penggunaan yang sebaik-baiknya. Hameed et al. (2004) juga berargumentasi
bahwa bank syariah berkewajiban untuk menyisihkan sejumlah dananya untuk
zakat karena pembayaran zakat merupakan salah satu kewajiban yang tergolong
ke dalam rukun Islam yang harus ditaati oleh tiap individu maupun kelompok.
Kewajiban zakat ini seperti yang diperintahkan oleh Nabi Muhammad saw.
(Hasan, 1988): “Bagi seseorang atau sekelompok orang yang memiliki kekuasaan
dan kekayaan melebihi yang ia butuhkan, wajib baginya untuk menyisihkan
kelebihan harta tersebut kepada yang kekurangan, dan bagi ia yang memiliki
jumlah makanan melebihi yang ia butuhkan, wajib baginya untuk menyerahkan
kelebihan makanan tersebut kepada pihak yang miskin dan membutuhkan.”
Beberapa manfaat dari zakat bagi masyarakat dan bagi perekonomian yaitu
(Wibisono, 2014):
 Meningkatkan tingkat konsumsi agregat: dalam perekonomian dimana
zakat diterapkan, kelompok penerima zakat jelas akan memiliki tambahan
pendapatan disposabel (disposable income). Peningkatan pendapatan
disposabel ini kemudian akan meningkatkan konsumsi mereka menjadi
lebih tinggi lagi,
 Meningkatkan tingkat tabungan nasional: selain meningkatkan tingkat
konsumsi masyarakat dalam suatu perekonomian, transfer zakat juga akan
meningkatkan kemampuan kelompok penerima zakat untuk menabung
karena pendapatan disposabel mereka meningkat, dan
 Meningkatkan efisiensi alokatif: dalam perekonomian dengan kesenjangan
pendapatan yang lebar, permintaan pasar banyak didominasi oleh
permintaan barang dan jasa non-primer dari kalangan masyarakat kaya.
Dengan adanya transfer zakat dari masyarakat kaya ke masyarakat miskin
(yang merupakan kelompok terbesar dalam masyarakat), permintaan

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


26

barang dan jasa dari masyarakat miskin yang umumnya merupakan


kebutuhan dasar seperti pangan, sandang, dan papan, akan meningkat.
Permintaan yang lebih tinggi untuk kebutuhan dasar tersebut akan
mempengaruhi komposisi produksi barang dan jasa yang diproduksi dalam
perekonomian, yang pada akhirnya juga akan mempengaruhi alokasi
sumber daya menuju ke sektor-sektor yang lebih dibutuhkan oleh
masyarakat yang lebih luas.

Rasio penyaluran zakat pun dihitung dalam Islamicity Performance Index


guna melihat seberapa besar usaha bank syariah dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.

2.4.3 Equitable Distribution Ratio


Islam memiliki konsep kepemilikan dan harta pribadi yang berbeda dengan
konsep kepemilikan konvensional. Dalam Islam, kepemilikan harta/kekayaan
tidak bersifat absolut, karena manusia hanyalah seorang wakil (khalifah),
sedangkan pemilik yang sesungguhnya dari semua harta/kekayaan dan sumber
daya yang ada di bumi ini adalah Allah (Sulaiman & Willett, 2001). Ajaran Islam
yang fundamental juga meyakini bahwa kehidupan manusia di dunia hanya
bersifat sementara karena kehidupan yang terakhir adalah kehidupan di akhirat,
dimana manusia akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Allah. Di
akhirat, kesejahteraan manusia akan bergantung kepada bagaimana ia
menghabiskan kehidupannya di dunia serta bagaimana ia melaksanakan tanggung
jawabnya terhadap sesama, yaitu dalam hal memastikan kesejahteraan dan
kemaslahatan manusia lainnya (Chapra, 2000).
Adanya pandangan Islam (Islamic Worldview) mengenai konsep harta dan
hari akhir tersebut membuat bank syariah bertugas untuk membantu mewujudkan
pendistribusian pendapatan yang adil tidak hanya kepada pemegang saham dan
bank itu sendiri, tetapi juga kepada masyarakat dan karyawan, demi menciptakan
kesejahteraan masyarakat. Seperti pandangan Prof.Choudhury dalam “Islamic
Economics and Finance: Where do They Stand?” (2007) yang menyatakan bahwa
institusi finansial dan perbankan Islam menjalankan aktivitasnya berdasarkan

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


27

pemahaman yang menyeluruh mengenai syariah, sehingga tujuan aslinya yakni


tidak lain dan tidak bukan untuk memobilisasi sumber daya masyarakat sesuai
dengan cara dan instrumen yang diatur dalam hukum syariah demi mencapai
tingkat kesejahteraan yang diinginkan masyarakat. Pentingnya pendistribusian
pendapatan ke pihak masyarakat dan karyawan dianjurkan dalam ajaran Islam
melalui Hadits berikut ini:

Nabi Muhammad saw bersabda, “Tiap-tiap Muslim haruslah bersedekah


(beramal)”; Kemudian Sahabat bertanya, "Bagaimana kalau dia tidak
mampu Ya Rasulullah?”; Nabi menjawab, “Dia harus berusaha dengan
kedua tangan (tenaga)nya hingga berhasil untuk dirinya dan untuk
bersedekah”; Sahabat bertanya, “Bagaimana kalau dia tidak mampu?”;
Nabi menjawab, “Dia harus menolong orang yang mempunyai kebutuhan
dan keluhan”; Sahabat bertanya, “Bagaimana kalau dia tidak mampu?”;
Nabi menjawab, “Dia melakukan sesuatu perbuatan baik atau menahan
dirinya dari perbuatan munkar (buruk) itupun merupakan sedekah
baginya”. (Hadits No.225, Al-Bukhari’s Adabul Mufrad dalam Dusuki &
Dar, 2007, p.255)

“Your employees are your brethren upon whom Allah has given you
authority. So if one has one‟s brother under his control, one should feed
him with the like of what one eats and clothe him with the like of what one
wears. You should not overburden him with what he cannot bear, and if
you do so, help him in his job.” (Sahih Muslim Vol.3, Hadits No. 4093
dalam Dusuki & Dar, 2007, p.254)

Rasio pendistribusian pendapatan pun dihitung dalam Islamicity


Performance Index dengan tujuan untuk mengetahui pendistribusian pendapatan
yang dilakukan oleh bank syariah kepada berbagai pihak.

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


28

2.4.4 Islamic Income Ratio


Sesuai dengan prinsip syariah yang sebelumnya telah dijelaskan, bank syariah
hanya boleh terlibat dalam aktivitas yang diperbolehkan dalam Islam (halal) dan
dilarang untuk melakukan transaksi yang mengandung bunga (riba),
ketidakpastian (gharar), dan spekulasi (maysir).
Imam Sarakhzi mendefinisikan riba sebagai tambahan yang disyaratkan
dalam transaksi bisnis tanpa adanya padanan (iwad) yang dibenarkan oleh syariah
atas penambahan tersebut. Secara umum, terdapat dua jenis riba, yakni: (i) riba
nasi‟ah atau riba yang muncul karena transaksi utang-piutang, dimana satu pihak
harus membayar lebih besar dari pokok pinjamannya, dan (ii) riba fadhl atau riba
yang muncul karena transaksi pertukaran atau barter, dimana terdapat
kelebihan/penambahan pada salah satu dari barang ribawi (barang sejenis) yang
dipertukarkan. Menurut Brian Kettel dalam bukunya “Introduction to Islamic
Banking and Finance” (2011), beberapa alasan mengapa Islam melarang riba,
yaitu:
 Riba bersifat tidak adil: bagi orang yang memiliki pendapatan yang lebih,
ia mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk menaikkan
pendapatannya dengan membungakan pinjaman pada orang lain,
sedangkan bagi yang memiliki pendapatan kecil, ia akan kesulitan dalam
membayar pokok utang ditambah bunga dari utang bunga tersebut.
 Riba merusak masyarakat: konsep bunga membuat kreditur bisa
mendapatkan tambahan penghasilan tanpa melakukan suatu pekerjaan,
sehingga dapat menimbulkan tumbuhnya mental pemalas dan menurunkan
minat untuk berinvestasi pada diri seseorang.
 Riba memungkinkan seseorang mendapatkan penghasilan yang tidak
patut, yang berasal dari harta orang lain, dan
 Riba menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang negatif: konsep bunga
membuat bank tidak memperdulikan apakah dana mereka disalurkan untuk
membiayai kegiatan produktif atau konsumtif. Akibatnya, bank akan
selalu memberikan pinjaman kepada seseorang atau suatu usaha yang
memiliki jaminan dan reputasi kredit yang baik. Hal ini dapat menciptakan

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


29

inefisiensi modal finansial yang kemudian dapat menghasilkan


pertumbuhan ekonomi yang negatif.

Sementara itu, gharar dapat diartikan sebagai suatu situasi ketika terdapat
ketidakpastian yang berlebihan (excessive risk) pada masing-masing atau kedua
belah pihak dalam transaksi. Berdasarkan buku Islamic Banking (A. Karim,
2005), gharar dapat terjadi karena adanya ketidakpastian dalam kuantitas,
kualitas, harga, dan waktu penyerahan barang, dimana semua ketidakpastian
tersebut pada akhirnya dapat menimbulkan kerugian di salah satu pihak. Keempat
jenis ketidakpastian ini dilarang dan dapat membatalkan akad transaksi karena
keadaan rela sama rela antara pihak penjual dan pembeli hanya berlangsung
sementara, sedangkan ketika di kemudian hari kondisinya telah jelas, akan ada
salah satu pihak yang merasa terzalimi, meskipun pada awalnya tidak demikian
(Nurhayati & Wasilah, 2009).
Kemudian, maysir (spekulasi) secara harfiah berarti memperoleh sesuatu
atau keuntungan tanpa kerja keras dan dengan sangat mudah. Larangan maysir
dalam Alquran dijelaskan sebagai berikut (Cattelan, 2009):

“Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya minuman keras,


berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anka
panah adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Maka jauilah
(perbuatan-perbuatan) itu agar kamu beruntung.” (QS 5:90)

Meskipun Islam melarang bank syariah untuk terlibat dalam transaksi


yang mengandung riba, gharar, dan maysir, seperti yang dijelaskan di atas, dalam
beberapa kondisi, bank syariah mungkin saja terpaksa untuk terlibat dalam
transaksi yang dilarang tersebut. Itulah mengapa penting untuk menghitung
besarnya perbandingan antara pendapatan Islami (halal) dengan total pendapatan
yang dimiliki suatu bank syariah melalui Islamic income ratio ini.

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


30

2.4.5 Islamic Investment Ratio


Selain pendapatan, bank syariah juga hanya boleh terlibat dalam investasi yang
diperbolehkan dalam Islam (halal), sehingga terkait investasi, bank harus
memperhatikan bisnis atau projek apa yang menjadi tempat bank
menginvestasikan uangnya dan memperhatikan bagaimana cara bank
menginvestasikan uangnya ke dalam bisnis atau projek tersebut. Hal ini dilakukan
agar bank syariah terhindar dari investasi yang mengandung bunga (riba),
ketidakpastian (gharar), dan spekulasi (maysir), serta dari investasi di area
alkohol, tembakau, obat-obatan terlarang, pornografi, prostitusi, eksploitasi
keuangan, dan area-area lain yang dianggap sebagai “perusak nilai” (value
destroyers) (Sairally, 2007).
Implikasi dari pelarangan riba dalam Islam membuat bonds yang
diterbitkan oleh pemerintah atau perusahaan, treasury bills, certificates of deposit
(CDs), dan preferred stocks tidak diperbolehkan (Binmahfouz, 2012). Selain itu,
pelarangan gharar dalam transaksi keuangan kontemporer membuat semua
transaksi derivatif seperti options, futures, dan forwards tidak diperbolehkan
karena baik harga maupun subjek yang diperjualbelikan dalam futures dan
forwards bersifat deferred (ditangguhkan), dimana hal tersebut membuat transaksi
mengandung gharar (Usmani & Ashraf, 2009). Lebih jauh lagi, Usmani (2009)
juga menerangkan bahwa short sell atau penjualan tanpa adanya kepemilikan akan
suatu barang tidak diperbolehkan dalam Islam karena aktivitas tersebut
mengandung unsur maysir dan menyalahi sabda Nabi Muhammad saw. yang
melarang seseorang untuk menjual sesuatu yang tidak ia miliki.
Dengan banyaknya ketentuan dalam berinvestasi, untuk memastikan
kegiatan investasi yang dilakukan oleh perusahaan sesuai dengan prinsip maupun
aturan syariah, Binmahfouz (2012) dalam tesisnya menerangkan bahwa bank
syariah dapat melakukan Shariah screening melalui dua tahap, yakni:
 Qualitative sector screening; dilakukan untuk memastikan proyek atau
bisnis yang diinvestasikan tidak menjual atau memproduksi produk atau
jasa yang dilarang dalam syariah, yakni alkohol, pornografi, senjata,
casino (judi), produk yang berhubungan dengan babi, obat-obatan
terlarang, dan lain-lain. Berdasarkan Derigs & Marzban (2008), terkait

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


31

pengkategorian proyek atau bisnis yang dilarang dalam syariah, terdapat


perbedaan pandangan di antara Dewan Penasehat Syariah. Contohnya
yaitu Dewan Penasehat Syariah Dow Jones dan S&P yang melarang
berinvestasi di perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam jasa atau
produk yang dilarang dalam syariah, (seperti hotel, agensi media, dan
maskapai penerbangan), sementara Dewan Penasehat Syariah FTSE dan
MSCI tidak melarang berinvestasi di perusahaan-perusahaan yang terlibat
dalam jasa atau produk yang dilarang dalam syariah dengan syarat
perusahaan tersebut harus memiliki inti bisnis yang tidak dilarang dalam
syariah (seperti hotel, agensi media, dan maskapai penerbangan), dan
 Quantitative financial screening; dilakukan untuk memastikan proyek atau
bisnis yang diinvestasikan oleh perusahaan memenuhi persyaratan syariah
dalam hal finansial. Berdasarkan AAOIFI Sharia Standard No. (21), 3/4
(dalam Binmahfouz, 2012), kriteria yang harus dipenuhi perusahaan dalam
quantitative financial screening yaitu (i) tidak memiliki pinjaman berbasis
bunga (pinjaman ribawi) melebihi 30% dari kapitalisasi pasar perusahaan,
(ii) tidak memiliki deposito berbasis bunga melebihi 30% dari total ekuitas
kapitalisasi pasar, (iii) tidak memiliki penghasilan yang berasal dari
komponen yang dilarang dalam syariah melebihi batas 5% dari total
pendapatan perushaan, dan (iv) total nilai pasar dari aset, keuntungan, dan
saham perusahaan tidak boleh lebih sedikit dari batas 30% dari total nilai
aset perusahaan. Kriteria yang digagas oleh AAOIFI ini pada dasarnya
merupakan kriteria yang dibuat untuk memudahkan perusahaan
berinvestasi agar tetap sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Namun,
masih menurut Binmahfouz (2012), belum ada suatu ketentuan baku yang
disepakati oleh International Fiqh Academy sebagai otoritas syariah,
sehingga pengaplikasian financial screening dapat berbeda antara satu
institusi dengan institusi lainnya (misalnya antara kriteria S&P dengan
kriteria Dow Jones).

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


32

2.5 Regulasi Perbankan Syariah


2.5.1 Regulasi Perbankan Syariah di Indonesia
Peraturan terbaru yang secara spesifik mengatur operasional perbankan syariah di
Indonesia adalah UU No.21 Tahun 2008 yang dibentuk untuk menggantikan UU
No.10 tahun 1998. Beberapa perihal yang terdapat dalam undang-undang ini yaitu
mengenai: (i) asas, tujuan, dan fungsi bank syariah; (ii) perizinan, bentuk badan
hukum, anggaran dasar, dan kepemilikan; (iii) jenis dan kegiatan usaha, kelayakan
penyaluran dana, larangan bagi bank syariah dan unit usaha syariah; (iv)
pemegang saham pengendali, dewan komisaris, dewan pengawas syariah, direksi,
dan tenaga kerja asing; dan (v) tata kelola, prinsip kehati-hatian, dan pengelolaan
risiko perbankan syariah.
Asas dari kegiatan usaha perbankan syariah menurut Undang-Undang
adalah prinsip syariah, demokrasi ekonomi, dan kehatian-hatian. Berdasarkan
Ikhtisar Undang-Undang, yang dimaksud dengan berasaskan prinsip syariah
adalah kegiatan usaha tidak mengandung riba, maysir, gharar, objek haram, dan
menimbulkan kezaliman, sedangkan berasaskan demokrasi ekonomi berarti
kegiatan usaha mengandung nilai keadilan, kebersamaan, pemerataan, dan
kemanfaatan.
Dalam Pasal 4 dinyatakan bahwa perbankan syariah yang utamanya wajib
menjalankan fungsi menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat, selain
fungsi tersebut juga dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga baitul
maal yang menerima dana zakat, infak, sedekah, hibah, dan dana lainnya untuk
disalurkan ke organisasi pengelola zakat ataupun dalam bentuk lembaga keuangan
syariah penerima wakaf yang menerima wakaf uang dan menyalurkannya ke
pengelola wakaf (nazhir) yang ditunjuk.
Selanjutnya, Pasal 9 menjelaskan kegiatan usaha utama bank syariah yang
beberapa diantaranya meliputi:
 Menghimpun dana dalam bentuk simpanan berupa giro, tabungan, atau
bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad Wadi’ah
atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah,
 Menghimpun dana dalam bentuk investasi berupa deposito, tabungan, atau
bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


33

Mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip


syariah,
 Menyalurkan pembiayaan berdasarkan akad Mudharabah, Musyarakah,
Murabahah, Salam, Istishna, Qard, atau akad lain yang tidak bertentangan
dengan prinsip syariah,
 Menyalurkan pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak
berdasarkan akad Ijarah dan/atau sewa beli dalam bentuk akad Ijarah
Muntahiya Bittamlik, atau akad lain yang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah.

Selain dalam Pasal 9, penjelasan lebih lanjut mengenai berbagai variasi produk
pembiayaan dan piutang beserta akad yang mendasarinya juga dijelaskan dalam
Kodifikasi Produk Perbankan Syariah yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia pada
tahun 2007, Fatwa Nomor:07/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan
Mudharabah, Fatwa Nomor:08/DSN-MUI/2000 tentang Pembiayaan Musyarakah,
Fatwa Nomor:09/DSN-MUI/2000 tentang Pembiayaan Ijarah, Fatwa
Nomor:10/DSN-MUI/2000 tentang Wakalah, dan Fatwa Nomor:11/DSN-
MUI/IV/2000 tentang Kafalah. Sementara untuk mendukung aktivitas inovasi
produk perbankan syariah, aktivitas pengembangan tersebut diatur dalam
Peraturan BI Nomor:10/17/PBI/2008 tentang Produk Bank Syariah dan Unit
Usaha Syariah. Berdasarkan peraturan ini, bank harus melaporkan rencana
pengeluaran produk baru (yang tidak termasuk dalam produk yang terdapat di
Buku Kodifikasi Produk Perbankan Syariah) kepada BI paling lambat 15 hari
sebelum produk baru akan dikeluarkan dan bank wajib memberikan penjelasan
kepada BI atas produk baru tersebut beserta dokumen berupa fatwa MUI terhadap
produk atau produk non-bank (produk asuransi atau produk pasar modal) dan
pendapat syariah dari Dewan Pengawas Syariah Bank terhadap produk atau
produk non-bank. Selain ketentuan pelaporan tersebut, tidak ada penjelasan lebih
lanjut mengenai ketentuan atau persyaratan yang berkaitan dengan produk baru itu
sendiri.

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


34

Masih dalam UU No.21 tahun 2008, dijelaskan bahwa selain dari kegiatan
usaha utamanya, beberapa kegiatan usaha bank syariah yang juga diperkenankan
berdasarkan Undang-Undang yaitu:
 Melakukan kegiatan valuta asing berdasarkan prinsip syariah,
 Melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank umum syariah atau
lembaga keuangan yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
syariah,
 Melakukan kegiatan dalam pasar modal sepanjang tidak bertentangan
dengan prinsip syariah dan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang pasar modal,
 Menerbitkan, menawarkan, dan memperdagangkan surat berharga jangka
pendek dan jangka panjang berdasarkan prinsip syariah baik secara
langsung maupun tidak langsung melalui pasar uang dan pasar modal,
 Menyelenggarakan kegiatan atau produk bank yang berdasarkan prinsip
syariah dengan menggunakan sarana elektronik,
 Menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha bank umum syariah
lainnya yang berdasarkan prinsip syariah

Pasal tersebut jelas menekankan bahwa pada dasarnya, seluruh kegiatan bank
syariah wajib sesuai dengan prinsip syariah yang difatwakan oleh Majelis Ulama
Indonesia, dimana prinsip syariah yang telah difatwakan dituangkan ke dalam
Peraturan Bank Indonesia melalui bantuan Komite Perbankan Syariah, sehingga
masing-masing aktivitas perbankan syariah yang diatur dalam undang-undang ini
kemudian memiliki masing-masing Fatwa MUI yang berisikan peraturan yang
lebih detail.
Kemudian dalam pasal 24, dinyatakan bahwa bank syariah dilarang untuk:
(a) melakukan kegiatan usaha yang bertentangan dengan prinsip syariah, (b)
melakukan kegiatan jual beli saham secara langsung di pasar modal, (c)
melakukan kegiatan penyertaan modal, kecuali pada bank syariah atau lembaga
keuangan yang melakukan kegiaan usaha bedasarkan prinsip syariah, dan (d)
melakukan kegiatan usaha perasuransian, kecuali sebagai agen pemasaran produk
asuransi syariah. Dengan adanya keharusan bank syariah mematuhi prinsip-

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


35

prinsip syariah, Undang-Undang mengatur setiap bank umum syariah dan bank
umum konvensional yang memiliki unit usaha syariah untuk membentuk Dewan
Pengawas Syariah (DPS). Penjelasan lebih lanjut mengenai DPS diatur dalam
Surat Edaran BI No.15/22/DPbS tahun 2013, dimana penjelasan tersebut
mencakup peran, tugas, dan kegiatan DPS, serta prosedur pelaporan hasil
pengawasan penerapan syariah yang dilakukan DPS. Secara umum, DPS bertugas
untuk melakukan pengawasan terhadap produk, aktivitas baru, kegiatan
penghimpunan dana, pembiayaan, dan kegiatan jasa bank syariah lainnya agar
sesuai dengan prinsip syariah yang terdapat dalam DSN-MUI, sehingga
berdasarkan peraturan ini DPS diharuskan untuk melakukan pemeriksaan melalui
dokumen transaksi, kunjungan, pengambilan sampel nasabah, pengamatan atau
inspeksi, dan pada akhirnya hasil temuan pengawasan penerapan prinsip syariah
tersebut dibahas bersama pihak bank dan dilaporkan kepada OJK.

2.5.2 Regulasi Perbankan Syariah di Malaysia


Peraturan Pemerintah Malaysia yang terbaru mengenai perbankan syariah adalah
Islamic Financial Services Act (IFSA) 2013, yang merepresentasikan gabungan
dari enam peraturan sebelumnya: Exchange Control Act 1953, IBA 1983, Takaful
Act 1984, Banking and Financial Institutions Act 1989, Insurance Act 1996, dan
Payment System Act 2003. Menurut Miskam & Nasrul (2013), undang-undang
pemerintah Malaysia yang terbaru ini berisikan kerangka peraturan yang
komprehensif yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dalam seluruh aspek
regulasi dan pengawasan institusi keuangan syariah. Tujuan utama dari IFSA
yakni mempromosikan stabilitas keuangan dan kepatuhan institusi keuangan
syariah secara umum terhadap prinsip-prinsip syariah. Beberapa perihal penting
mengenai perbankan syariah yang terdapat dalam undang-undang ini adalah: (i)
perizinan (pendirian institusi keuangan syariah), (ii) persyaratan syariah (aturan
Islam), (iii) persyaratan kehati-hatian, tata kelola, dan persyaratan transparansi,
dan (iv) kegiatan usaha dan perlindungan konsumen.
Usaha bank syariah dalam peraturan ini dinyatakan sebagai usaha: (a)
menerima simpanan Islami (halal) dalam bentuk rekening giro, deposito,

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


36

tabungan, atau bentuk lainnya; (b) menerima dana dalam bentuk investasi, dan (c)
menerima dana dalam bentuk provisi pembiayaan.
Dalam bagian yang menjelaskan Shariah Compliance (Kepatuhan
terhadap Syariah), dijelaskan bahwa manajemen suatu institusi (dalam hal ini
manajemen bank) harus memastikan bahwa tujuan, operasional, bisnis, dan
aktivitasnya mematuhi syariah. Apabila manajemen menyadari ada suatu aktivitas
maupun urusan bank yang bertentangan dengan syariah atau ketentuan Komite
Syariah bank atau ketentuan Dewan Penasihat Syariah BNM (Bank Sentral
Malaysia), manajemen wajib: segera melakukan pelaporan kepada Komite
Syariah bank dan BNM, menghentikan proses aktivitas atau urusan bisnis yang
tidak sesuai tersebut, dan mengajukan rencana pembetulan dari aktivitas atau
urusan bisnis yang tidak sesuai tersebut kepada BNM dalam waktu 30 hari.
Perihal aktivitas bisnis yang masuk ke dalam kategori bisnis yang
dilarang, menurut IFSA beberapa diantaranya yakni: (a) aktivitas yang
menyesatkan atau bersifat menipu, maupun cenderung menyesatkan atau
cenderung bersifat menipu sehubungan dengan sifat, fitur, jangka waktu, atau
harga dari produk atau jasa finansial, dan (b) aktivitas menuntut nasabah
melakukan pembayaran untuk produk atau jasa finansial yang tidak ia minta,
termasuk mengancam nasabah untuk membawa urusan pembayaran ke pihak yang
berwenang, kecuali nasabah baik secara lisan maupun tulisan telah menyatakan
bahwa dia menerima penawaran akan produk atau jasa finansial.
Kemudian, sama halnya dengan Indonesia, selain undang-undang, terdapat
peraturan lain yaitu peraturan dari pihak BNM yang juga mengatur industri
perbankan syariah di Malaysia. Dalam upaya memastikan produk perbankan
syariah sesuai dengan syariah, BNM memiliki peraturan BNM/RH/GL 008-3
“Guidelines on Introduction of New Products” (Aris, Othman, Azli, Sahri, Razak,
& Rahman, 2013). Secara spesifik, setiap pengeluaran produk baru yang
dilakukan bank syariah Malaysia harus memenuhi kondisi tertentu, yaitu:
 Produk harus termasuk ke dalam kategori aktivitas bisnis perbankan yang
dilakukan oleh bank-bank syariah yang telah mendapat persetujuan lisensi
berdasarkan Islamic Banking Act 1983

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


37

 Bank memiliki kapasitas untuk mengatur dan mengkontrol resiko yang


berhubungan dengan produk, termasuk kapasitas finansial yang dapat
mendukung lini produk bank syariah yang lama dan baru
 Mematuhi prinsip-prinsip yang berkaitan dengan perlakuan yang jujur dan
adil terhadap konsumen
 Bank tidak mengetahui kondisi apabila produk baru tersebut telah dilarang
pemberlakuannya di negara lain atau apabila produk tersebut memiliki
kemungkinan untuk meningkatkan perhatian publik
 Bank harus memastikan tata kelola syariah (Shariah Governance) yang
baik, dimana pengembangan dan proses implementasi produk secara
keseluruhan, dari awal hingga akhir, mematuhi syariah
 Proposal dari produk baru atau variasi produk baru yang akan diluncurkan
harus mendapat persetujuan dan dukungan dari seluruh anggota Komite
Syariah masing-masing bank, termasuk seluruh manual produk, material
iklan atau pemasaran, ilustrasi produk, dan brosur yang digunakan untuk
menjelaskan produk baru tersebut. Kontrak, struktur, dan fitur syariah
yang mendasari produk baru juga harus tidak berbeda jauh (hampir sama)
dengan produk yang sebelumnya telah disetujui oleh Komite Syariah bank
 Bank melalui Komite Syariah (Dewan Pengawas Syariah) bank telah
meneliti isu-isu syariah sebelum melakukan pertimbangan. Sertifikasi dari
Komite Syariah bank harus didasari oleh literatur fiqh yang relevan, bukti
dan alasan relevan, dan disertai dengan proses pengawasan kepatuhan
produk terhadap syariah yang efektif.

Pembentukan Komite Syariah (Dewan Pengawas Syariah) kemudian juga


diatur dalam IFSA bagian Persyaratan Syariah. Dijelaskan bahwa setiap bank
syariah wajib untuk membentuk Komite Syariah yang pembentukannya harus
didahului dengan pengajuan nama calon anggota Komite tersebut kepada BNM
dan diakhiri dengan persetujuan dari BNM. Calon anggota Komite pun haruslah
seseorang yang memiliki kualifikasi atau pengalaman dalam yurisprudensi Islam
(Usul Fiqh) atau hukum komersil/transaksi Islam (Fiqh Muamalat). Selain itu,
berdasarkan peraturan IFSA, tata kelola syariah (shariah governance) bank bukan

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


38

hanya mencakup penjelasan tugas dan fungsi dari Komite Syariah bank dalam
memastikan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip syariah, melainkan juga
penjelasan tugas dan fungsi dari Dewan Direksi bank sehubungan dengan
kepatuhan terhadap syariah, serta fungsi kepatuhan terhadap syariah secara
internal. Dengan begitu, menurut Miskam & Nasrul (2013), tata kelola syariah
dan Komite Syariah tidak lagi menjadi bagian yang terpisahkan, melainkan
menjadi suatu bagian yang menyatu dari suatu bank syariah. Hal ini lebih lanjut
dijelaskan dalam Peraturan BNM/RH/GL/012-1 “Guidelines on the Governance
of Shariah Committee for the Islamic Financial Institutions”, dimana tidak hanya
Komite Syariah, tetapi juga manajemen bank syariah secara keseluruhan
bertanggung jawab untuk menjamin kepatuhan bank terhadap syariah dengan cara
membantu Komite Syariah dalam:
 Memberikan informasi atau isu syariah terkait operasional bank kepada
Komite Syariah,
 Mengimplementasikan nasihat yang diberikan Komite Syariah,
 Memastikan seluruh dokumentasi produk bank divalidasi oleh Komite
Syariah,
 Memberikan Komite Syariah akses terhadap seluruh dokumentasi,
informasi transaksi, atau informasi lain yang relevan yang dibutuhkan oleh
Komite Syariah,
 Memenuhi kebutuhan Komite Syariah, termasuk kebutuhan finansial,
kebutuhan akan pelatihan, bahan referensi, dan lain-lain, serta
 Memberikan remunerasi kepada Komite Syariah.

2.6 Penelitian Terdahulu


Penelitian mengenai kinerja bank syariah bukanlah penelitian yang baru dalam
dunia perbankan syariah. Secara garis besar, penelitian tersebut terbagi menjadi
dua jenis, yaitu penelitian yang hanya mengukur kinerja bank syariah berdasarkan
dimensi finansial dan penelitian yang mengukur kinerja bank syariah berdasarkan
dimensi finansial maupun non-finansial yang sesuai dengan konsep Maqasid al-
Shariah. Penelitian ini merujuk kepada proposal Hameed et al.(2004) yang tidak
hanya mengukur kinerja bank syariah berdasarkan dimensi finansial, tetapi juga

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


39

dimensi non-finansial (sosial dan agama), sehingga penulis tidak membahas


penelitian yang mengukur kinerja hanya berdasarkan dimensi finansialnya saja.
Beberapa penelitian terdahulu yang menganalisis kinerja bank syariah
melalui pengukuran yang sesuai dengan konsep Maqasid al-Shariah yaitu
Mohammed, Dzuljastri, dan Taib (2008), Mohammed dan Taib (2009), serta
Kuppusamy, Saleha, dan Samudhram (2010) (dalam Antonio, Sanrego, & Taufiq,
2012). Kemudian Antonio, Sanrego, & Taufiq di tahun 2012 juga melakukan
penelitian yang sejenis dengan ruang lingkup pengukuran kinerja yang terdiri dari
tiga indikator Maqasid al-Shariah, yakni:
 Pendidikan individu atau Tahdzib Al-Fard, dimana bank harus
mengembangkan pengetahuan dan kemampuan karyawan melalui program
pelatihan maupun pendidikan. Indikator ini dihitung dari rasio bantuan
pendidikan (education grant), penelitian (research), pelatihan (training),
dan publisitas (publicity).
 Perwujudan keadilan atau Al-Adl, dimana bank harus memastikan semua
transaksi dan aktivitas bisnis yang terkandung dalam produk, harga,
maupun ketentuan kontrak mereka bersifat jujur, adil, dan bebas dari nilai-
nilai ketidakadilan (riba, maysir, dan gharar). Indikator ini dihitung dari
rasio pendapatan yang terbebas dari bunga (interest free income).
 Kesejahteraan atau Al-Maslahah, dimana bank harus berkontribusi dalam
pengembangan proyek investasi maupun proyek layanan masyarakat yang
dapat membantu memperbaiki kesejahteraan masyarakat. Indikator ini
dihitung dari tingkat pengembalian laba (profit returns), pembayaran zakat
(personal income transfer), serta tingkat investasi di sektor riil (investment
ratios in real sector).

Dalam penelitian yang dilakukan terhadap empat sampel bank di


Indonesia dan Jordan ini (Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri,
Jordan Islamic Bank, dan Islamic International Arab Bank Jordan) ditemukan
bahwa secara keseluruhan tidak ada bank syariah yang diteliti yang menunjukkan
nilai yang tinggi dalam Maqasid Index. Namun, Bank Muamalat sebagai bank
syariah pertama di Indonesia berhasil menjadi bank dengan kinerja yang paling

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


40

baik diantara ketiga bank lainnya berdasarkan Maqasid Index karena Bank
Muamalat memiliki berbagai program sosial yang memang ditujukkan untuk
membantu memperbaiki keadilan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Beberapa program Bank Muamalat diantaranya yaitu program pemberdayaan
ekonomi, donasi pendidikan, CSR, donasi sosial dan kemanusiaan, dan lain-lain.
Kemudian, Bank Syariah Mandiri sebagai bank syariah dengan jumlah aset
terbesar di Indonesia berhasil menjadi bank syariah dengan kinerja terbaik kedua
berdasarkan Maqasid Index karena usahanya dalam menyediakan berbagai
kegiatan pelatihan dan pendidikan dalam rangka memperbaiki kualitas sumber
daya manusia dalam industri perbankan syariah. Hal ini pun menunjukkan bahwa
berdasarkan Maqasid al-Shariah yang diteliti oleh Antonio, Sanrego, & Taufiq
(2012), kinerja bank-bank syariah di Indonesia lebih baik dibandingkan kinerja
bank-bank syariah di Jordan. Berikut merupakan rangkuman beberapa penelitian
terdahulu:

Tabel 2.1 Rangkuman Penelitian Terdahulu


Penelitian Uraian Hasil Penelitian
Shaukat Mughess - The Menganalisis Secara gabungan, hasil rating
Recent Financial pertumbuhan finansial menunjukkan pencapaian
Growth of Islamic dan kinerja tiga bank bank syariah dalam aspek
Banks and Their syariah di Pakistan, pertumbuhan finansial yang
Fulfilment of Maqasid Malaysia, dan UEA tidak diikuti dengan
al-Shariah Gap berdasarkan Maqasid pencapaian dalam Maqasid
Analysis (2008) Index dengan metode al-Shariah
Simple Additive
Weighting (SAW) dan
Grid Matrix

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


41

Tabel 2.1 Rangkuman Penelitian Terdahulu (Lanjutan)


Penelitian Uraian Hasil Penelitian
Mohammed, Dzuljastri, Menganalisis kinerja IIABJ (Jordan), BSM
& Taib - The enam bank syariah (Indonesia), dan Bahrain
Performance Measures berdasarkan indikator Islamic Bank merupakan tiga
of Islamic Banking pendidikan, keadilan, bank syariah dengan kinerja
Based on the Maqasid dan kesejahteraan yang paling baik berdasarkan
Framework (2008) (Maqasid al-Shariah) Maqasid al-Shariah. Namun,
dengan metode SAW peneliti merekomendasikan
agar bank syariah
mengevaluasi kembali tujuan
dan objektif mereka agar
selaras dengan Maqasid al-
Shariah
Kuppusamy, Saleha, & Menganalisis kinerja Secara umum, bank syariah
Samudhram - bank syariah di yang diteliti mampu
Measurement of Malaysia, Bahrian, mencapai tingkat laba yang
Islamic Banks Kuwait, dan Jordan tinggi dan mampu untuk
Performance using a melalui Shariah mematuhi nilai-nilai syariah
Shariah Conformity Conformity dan yang baik.
and Profitability Model Profitability
(2010)
Antonio, Snarego, & Menganalisis kinerja Kedua bank syariah di
Taufiq - An Analysis of empat bank di Indonesia memiliki kinerja
Islamic Banking Indonesia dan Jordan yang lebih bagus
Performance: berdasarkan Maqasid dibandingkan kinerja kedua
Maqashid Index Index dengan metode bank di Jordan.
Implementation in SAW
Indonesia and Jordania
(2012)

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


42

2.7 Pengembangan hipotesis


Pada dasarnya, dibandingkan Indonesia, sejarah menjelaskan bahwa industri
perbankan dan keuangan syariah di Malaysia sudah lebih dulu berkembang. Sejak
tahun 1983, Malaysia telah memiliki peraturan yang cukup efektif untuk
mendukung perkembangan bank syariah melalui Islamic Banking Act (IBA). IBA
memberikan wewenang kepada BNM untuk melakukan supervisi terhadap bank
syariah dan mengeluarkan regulasi untuk bank syariah di Malaysia (Prasetyo,
2007).
Bank syariah pertama di Malaysia pun hadir pada tanggal 1 Juli 1983
bernama Bank Islam Malaysia Berhad (BIMB). Kemudian, Bank Muamalat
Malaysia Berhad (BMMB) hadir sebagai bank syariah kedua yang menerapkan
prinsip syariah dalam sistem operasionalnya, dan hingga akhir tahun 2006, telah
berdiri 10 bank umum syariah dan 8 bank konvensional yang membuka layanan
syariah di Malaysia.
Pada tahun 2013, demi menyediakan peraturan yang lebih jelas, Malaysia
mengeluarkan Islamic Financial Services Act (IFSA) sebagai pengganti dari IBA
1983, Takaful Act 1984, Payment System Act 2003, dan Exchange Control Act
1953. Tujuan utama dari IFSA yakni mempromosikan stabilitas keuangan dan
kepatuhan bank syariah terhadap prinsip-prinsip syariah (Miskam & Nasrul,
2013). Tidak hanya itu, pemerintah Malaysia pun mengambil inisiatif untuk
mengeluarkan sertifikasi keuangan Islam pertama di dunia melalui Certified
Islamic Finance Professional (CIFP). Sertifikasi ini didasari oleh kesadaran
pemerintah Malaysia akan kebutuhan sumber daya manusia yang berkualitas
dalam bidang keuangan dan perbankan Islam seiring dengan perkembangan bank
syariah yang begitu pesat (Venardos, 2010).
Dengan berbagai kebijakan dan program-program pemerintah Malaysia
yang mendukung perkembangan bank syariah, hingga tahun 2012, tercatat sudah
ada 16 bank umum syariah di Malaysia dengan proporsi pangsa pasar sebesar
20% dari total pangsa pasar industri perbankan nasional (Ernst & Young, 2014).
Kemudian, berdasarkan laporan Malaysia International Islamic Financial Centre
(MIFC) tahun 2013, total aset perbankan syariah Malaysia sudah mencapai

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


43

US$1,4 triliun atau setara dengan 13% dari total aset perbankan syariah global
dan 85% dari total aset perbankan syariah regional Asia Tenggara.
Sementara itu, perkembangan bank syariah di Indonesia baru dimulai
ketika Bank Muamalat Indonesia didirikan pada tanggal 1 November 1991.
Ketika Bank Muamalat berdiri, Indonesia belum memiliki undang-undang yang
secara spesifik mengatur operasional perbankan syariah, sehingga pendirian dan
operasional Bank Muamalat masih mengacu kepada UU No. 7 tahun 1992
mengenai sistem perbankan dan PP No.7 tahun 1992. Menurut Antonio (1999),
undang-undang tersebut tidak memuat ketentuan yang menjelaskan aturan-aturan
untuk perbankan syariah secara rinci, kecuali pasal 13 C yang menyatakan “Usaha
Bank Perkreditan Rakyat meliputi: (c) menyediakan pembiayaan bagi nasabah
berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam
Peraturan Pemerintah. ”.
Enam tahung kemudian, pemerintah pun mengamandemen UU No.7 tahun
1992 menjadi UU No.10 tahun 1998, dimana undang-undang ini telah memuat
beberapa peraturan yang lebih relevan dengan operasional perbankan syariah
(Haron & Wan Azmi, 2009). Melalui kebijakan ini, bank syariah diharapkan dapat
lebih mudah melayani masyarakat karena bank syariah diperbolehkan membuka
layanan syariah di kantor-kantor yang dimiliki oleh bank konvensional (office
chaneling). Namun sayangnya, pada periode awal pendiriannya, perkembangan
perbankan syariah di Indonesia dapat dikatakan begitu lambat (salah satunya
karena faktor krisis moneter yang terjadi tahun 1998), sehingga jumlah bank
umum syariah hanya berjumlah tiga bank hingga akhir tahun 2006.
Baru di tahun 2008, perkembangan bank syariah di Indonesia kembali
bergeliat, ditandai dengan dibentuknya UU No.21 tahun 2008. Salah satu
kebijakan penting dari undang-undang ini menurut Venardos (2010) yaitu
pengaturan proses yang jelas bagi perbankan konvensional yang berkeinginan
untuk mengkonversi lisensi konvensional mereka dengan lisensi syariah. Jumlah
perbankan syariah pun mengalami peningkatan dibandingkan periode
sebelumnya, dimana hingga Oktober 2013, terdapat sebelas Bank Umum Syariah
(BUS), 23 Unit Usaha Syariah (UUS), dan 160 Bank Perkreditan Rakyat Syariah
(BPRS) di Indonesia (Siregar, 2013). Meskipun begitu, beberapa kalangan

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


44

menyebutkan bahwa dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia,


perkembangan bank syariah di Indonesia masih jauh dari maksimal. Pangsa pasar
perbankan syariah masih di sekitar angka 5% dari total pangsa pasar perbankan
nasional. Beberapa faktor yang menghambat perkembangan industri ini di
Indonesia, menurut Venardos (2010) yaitu:
 Belum terdapatnya kerangka dan instrumen pengaturan yang
komprehensif untuk mendukung perkembangan perbankan syariah
Indonesia,
 Masih rendahnya kesadaran masyarakat Muslim mengenai konsep bunga
yang termasuk ke dalam kategori riba dan diharamkan dalam Islam,
 Masih rendahnya kesadaran masyarakat mengenai pendirian bank syariah
yang tidak hanya ekslusif untuk masyarakat Muslim, tetapi juga untuk
masyarakat non-Muslim, dan
 Masih terbatasnya penasehat-penasehat yang berkualitas dalam menjamin
kepatuhan bank syariah dan dalam industri ekonomi, finansial, dan
perbankan syariah modern di Indonesia.

Berdasarkan beberapa fakta dan pernyataan mengenai kondisi industri


perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia, penulis menduga bahwa praktik
perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia memiliki perbedaan-perbedaan di
beberapa hal. Penulis pun membuat hipotesis:

H1: Terdapat perbedaan antara kinerja perbankan syariah di Indonesia dengan


perbankan syariah di Malaysia berdasarkan Islamicity Performance Index
Hameed et al. (2004).

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini termasuk penelitian yang bersifat empiris, komparatif, dan
deskriptif. Penelitian ini disebut sebagai penelitian empiris karena data yang
digunakan adalah data-data dari laporan keuangan 24 bank syariah di Indonesia
dan Malaysia selama 4 tahun, yaitu tahun 2010-2013. Kemudian, penelitian ini
juga disebut penelitian komparatif karena penelitian ini membandingkan kinerja
antar bank-bank syariah yang berada di Indonesia dengan bank-bank syariah yang
berada di Malaysia. Lebih lanjut, penelitian ini disebut deskriptif karena penelitian
ini bermaksud untuk memberikan sebuah analisis yang mendalam terhadap hasil
dari perbandingan-perbandingan kinerja bank syariah di Indonesia dan Malaysia
tahun 2010-2013 berdasarkan Islamicity Performance Index Hameed et al.(2004).

3.2 Metode Pengumpulan Data


Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa laporan tahunan/keuangan
perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia yang terdapat di masing-masing
website bank syariah ataupun di Thomson Reuters Eikon. Adapun jumlah sampel
penelitian yang digunakan yaitu 24 bank umum syariah yang terdiri dari 8 bank di
Indonesia dan 16 bank di Malaysia (Lampiran 1). Metode pengumpulan data yang
digunakan ialah purposive sampling, dimana data yang dijadikan sampel adalah
data yang memenuhi kriteria-kriteria tertentu. Kriteria-kriteria yang dimaksud
yaitu:
1. Bank umum syariah di Indonesia dan Malaysia yang terdata di Bankscope,
2. Bank umum syariah yang tersedia laporan tahunan/laporan keuangan di
masing-masing website bank syariah atau di Thomson Reuters Eikon
dalam rentang waktu 2010-2013, dan
3. Bank umum syariah yang dalam laporannya mengungkapkan semua data
terkait rasio-rasio yang dibutuhkan dalam Islamicity Performance Index.

45 Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


46

Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut, berikut hasil yang diperoleh:


1. Berdasarkan kriteria pertama, terdapat 11 bank syariah di Indonesia dan
17 bank syariah di Malaysia yang terdata di Bankscope.
2. Berdasarkan kriteria kedua, terdapat 2 bank syariah di Indonesia dan 1
bank syariah di Malaysia yang tidak menyediakan laporan tahunan atau
laporan keuangan dalam rentang waktu 2010-2013, sehingga jumlah
sampel menjadi 9 bank syariah di Indonesia dan 16 bank syariah di
Malaysia.
3. Berdasarkan kriteria ketiga, terdapat 1 bank syariah di Indonesia yang
tidak mengungkapkan detail data terkait dengan rasio-rasio yang akan
digunakan dalam Islamicity Performance Index Hameed et al. (2004),
sehingga jumlah sampel menjadi 8 bank syariah di Indonesia dan 16 bank
syariah di Malaysia.

Hasil seleksi pada kriteria ketiga inilah yang kemudian menyebabkan total
data yang digunakan sebagai sampel pada penelitian ini ialah 24 bank syariah
dengan jumlah observasi sebanyak 96 buah. Hasil penyeleksian ini dapat dilihat
pada tabel 3.1 berikut:

Tabel 3.1 Hasil Penyeleksian Sampel Penelitian


No. Keterangan Jumlah Bank Jumlah Observasi
Malaysia Indonesia Malaysia Indonesia
1 Bank umum syariah di 17 11 68 44
Indonesia dan Malaysia
yang terdata di Bankscope
2 Bank Umum Syariah yang (1) (2) (4) (8)
tidak tersedia laporan
tahunan/laporan
keuangannya di masing-
masing website bank
dalam rentang waktu
2010-2013

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


47

Tabel 3.1 Hasil Penyeleksian Sampel Penelitian (lanjutan)


No. Keterangan Jumlah Bank Jumlah Observasi
Malaysia Indonesia Malaysia Indonesia
3 Bank Umum Syariah (0) (1) (0) (4)
yang dalam laporannya
tidak mengungkapkan
semua data terkait rasio-
rasio yang akan
digunakan dalam
Islamicity Performance
Index
Total Sampel 16 8 64 32

3.3 Metode Pengukuran Islamicity Performance Index


Dalam menghitung Islamicity Performance Index, penulis melakukan eksplorasi
dari rasio atau perhitungan yang digunakan dalam proposal Shahul Hamed et al.
(2004) mengenai Alternatif Pengungkapan dan Perhitungan Kinerja pada Bank
Syariah. Seperti yang sebelumnya telah dijelaskan, perhitungan kinerja bank
syariah melalui Islamicity Performance Index yang digunakan dalam penelitian
ini hanya terdiri dari lima indikator. Tidak digunakannya directors-employee ratio
sehubungan dengan sedikitnya jumlah bank di Malaysia yang menyertakan
informasi jumlah pegawai yang mereka miliki (hanya empat bank dari total 16
bank syariah yang ada), sehingga directors-employee ratio yang dihitung melalui
perbandingan antara “rata-rata jumlah dana yang dikeluarkan bank untuk
remunerasi para anggota direksi” dengan “rata-rata jumlah dana yang dikeluarkan
bank untuk kesejahteraan para karyawannya” tidak dapat dihitung. Sementara itu,
AAOIFI index tidak digunakan karena alasan terbatasnya penjelasan mengenai
metode perhitungan AAOIFI index yang dilakukan dalam penelitian Hameed et
al. (2004) sebelumnya. Kelima indikator Hameed et al. (2004) tersebut yaitu:

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


48

1. Profit Sharing Ratio


Bank syariah mengakui hubungan antara modal dengan tenaga kerja
dibandingkan hubungan antara debitur dengan kreditur seperti pada bank
konvensional (Siddiqi, 1983). Profit sharing ratio dihitung melalui
perbandingan antara jumlah pembiayaan melalui Mudharabah dan
Musyarakah yang menggunakan prinsip bagi hasil dengan jumlah
keseluruhan pembiayaan dan piutang yang dimiliki oleh bank, yaitu
Mudharabah, Musyarakah, Piutang Qard, Murabahah, Salam, Istishna,
Bai’ Bithaman Ajil, Bai’ al-Dayn, Bai’ al-Inah, At-Tawarruq, Ar-Rahn,
Ijarah, dan Asset yang diperoleh untuk Ijarah

𝑀𝑢𝑑ℎ𝑎𝑟𝑎𝑏𝑎ℎ + 𝑀𝑢𝑠𝑦𝑎𝑟𝑎𝑘𝑎ℎ
Profit Sharing Ratio =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐹𝑖𝑛𝑎𝑛𝑐𝑖𝑛𝑔

2. Zakat Performance Ratio


Dalam pandangan Islam, Allah adalah pemilik dari semua yang ada di
dunia dan pembayaran zakat merupakan bentuk perwujudan kepatuhan
terhadap perintah Allah untuk “mengembalikan” harta benda/kekayaan
yang sifatnya sementara kepada pemilik yang sesungguhnya (Adnan &
Abu Bakar, 2007). Zakat performance ratio dihitung melalui perbandingan
antara jumlah pembayaran zakat yang disalurkan oleh bank dengan jumlah
aset bersih yang dimiliki bank. Informasi mengenai penyaluran zakat
diperoleh melalui Laporan Sumber dan Penggunaan Zakat maupun
Laporan Laba Rugi.

𝑍𝑎𝑘𝑎𝑡
Zakat Performance Ratio = 𝑁𝑒𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡

3. Equitable Distribution Ratio


Bank syariah didirikan dengan tujuan untuk memobilisasi sumber daya
masyarakat sesuai dengan cara dan instrumen yang diatur dalam hukum

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


49

syariah demi mencapai tingkat kesejahteraan yang diinginkan masyarakat


(Prof.Choudhury, 2007). Equitable distribution ratio dihitung melalui
perbandingan antara pendistribusian pendapatan yang didapat oleh bank
syariah kepada berbagai pihak pemangku kepentingan, yaitu masyarakat,
karyawan bank, pemegang saham, dan bank itu sendiri dengan total
pendapatan bank setelah zakat dan pajak.

𝑄𝑎𝑟𝑑 + 𝐷𝑜𝑛𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛
Distribution to Society =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑅𝑒𝑣𝑒𝑛𝑢𝑒 − (𝑍𝑎𝑘𝑎𝑡 + 𝑇𝑎𝑥)

𝐸𝑚𝑝𝑙𝑜𝑦𝑒𝑒′𝑠 𝐸𝑥𝑝𝑒𝑛𝑠𝑒
Distribution to Employees =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑅𝑒𝑣𝑒𝑛𝑢𝑒 − (𝑍𝑎𝑘𝑎𝑡 + 𝑇𝑎𝑥)

𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛𝑑
Distribution to Shareholders =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑅𝑒𝑣𝑒𝑛𝑢𝑒 − (𝑍𝑎𝑘𝑎𝑡 + 𝑇𝑎𝑥)

𝑁𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡
Distribution to Company =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑅𝑒𝑣𝑒𝑛𝑢𝑒 − (𝑍𝑎𝑘𝑎𝑡 + 𝑇𝑎𝑥)

4. Islamic Income Ratio


Sesuai dengan prinsip syariah, bank syariah hanya boleh terlibat dalam
aktivitas yang diperbolehkan dalam Islam (halal) dan dilarang untuk
melakukan transaksi yang mengandung riba, gharar, dan maysir. Islamic
Income Ratio dihitung melalui perbandingan antara jumlah pendapatan
yang halal dengan jumlah pendapatan keseluruhan yang diterima oleh
bank. Informasi pendapatan non-halal didapat melalui Laporan Sumber
dan Penggunaan Dana Qardh atau Laporan Dewan Pengawas Syariah
bank.

Islamic Income Ratio = 𝐼𝑠𝑙𝑎𝑚𝑖𝑐 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒


𝐼𝑠𝑙𝑎𝑚𝑖𝑐 + 𝑁𝑜𝑛 𝐼𝑠𝑙𝑎𝑚𝑖𝑐 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


50

5. Islamic Investment Ratio


Selain pendapatan, bank syariah juga hanya boleh terlibat dalam investasi
yang diperbolehkan dalam Islam (halal). Islamic Investment Ratio dihitung
melalui perbandingan antara jumlah investasi yang halal dengan jumlah
investasi keseluruhan yang dilakukan oleh bank demi mencegah
ketidakakuratan dalam penggambaran aktivitas bisnis yang dilakukan oleh
bank syariah. Sementara itu, total investasi bank merupakan jumlah dari
investasi pada surat berharga, investasi pada entitas lain, investasi properti,
penempatan pada Bank Sentral, dan penempatan pada bank lain.

Islamic Investment Ratio = 𝐼𝑠𝑙𝑎𝑚𝑖𝑐 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑚𝑒𝑛𝑡


𝐼𝑠𝑙𝑎𝑚𝑖𝑐 + 𝑁𝑜𝑛 𝐼𝑠𝑙𝑎𝑚𝑖𝑐 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡.

3.4 Metode Analisis


3.4.1 Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif merupakan jenis analisis pertama yang akan digunakan
untuk meneliti Islamicity Performance Index oleh Hameed et al. (2004), dengan
tujuan untuk memperoleh gambaran tentang data secara umum. Menurut Mulyono
(1991), statistik deskriptif berhubungan dengan peringkasan seperangkat data
untuk kemudian disajikan dalam bentuk yang lebih dapat dipahami. Analisis
deskriptif juga diartikan sebagai proses mengatur ulang, menyusun, dan
memanipulasi data dengan tujuan untuk memberikan informasi deskriptif.
Analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini meliputi ukuran pemusatan
mean, median, standar deviasi, nilai maksimum, dan nilai minimum.

3.4.2 Analisis Grafik


Meskipun analisis statistik deskriptif yang digunakan dapat memberikan sejumlah
informasi penting terkait data-data rasio bank syariah, untuk menghasilkan
informasi yang lebih optimal, penelitian ini juga menggunakan analisis
pembacaan grafik. Alasan lain yang membuat penulis memilih analisis pembacaan

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


51

grafik yaitu karena penulis ingin memberikan penjelasan yang lebih komprehensif
mengenai unsur timeseries dalam data yang tidak tertangkap dalam analisis
deskriptif. Pada penelitian ini, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, data
yang dianalisis adalah rasio-rasio dari 24 bank syariah di Indonesia dan Malaysia
dari tahun 2010 sampai tahun 2013, dimana data tersebut merupakan serangkaian
nilai-nilai variabel yang tersusun berdasarkan waktu. Dengan sifat data yang
seperti itu, analisis yang diterapkan seharusnya merupakan analisis time series,
yaitu jenis analisis yang digunakan untuk mempelajari pola pergerakan nilai-nilai
variabel pada satu interval waktu yang teratur (misalnya dalam satu minggu,
bulan, atau tahun). Dari analisis time series ini, dapat diperoleh ukuran-ukuran
yang dapat digunakan untuk mengambil keputusan pada saat ini maupun untuk
membuat ramalan dan perencanaan pada masa mendatang (Mulyono, 2003).

3.4.3 Analysis of Variance (ANOVA)


Setelah memperoleh gambaran data secara umum melalui analisis deskriptif,
penelitian ini akan dilanjutkan dengan menguji perbedaan kinerja bank-bank
syariah melalui one-way analysis of variance (ANOVA). Pada dasarnya, one-way
ANOVA merupakan salah satu alat untuk menguji means diantara dua populasi
atau lebih. Berdasarkan Malhotra & Bricks (2006), one-way ANOVA digunakan
dengan beberapa kondisi, yaitu: (i) memiliki variabel dependen yang berupa
metric (dihitung dengan interval atau skala rasio), (ii) memiliki variabel
independen yang bersifat kategorikal atau non-metric (biasa disebut factor), dan
(iii) hanya memiliki satu factor, meskipun factor tersebut terdiri dari beberapa
level atau kelompok. Berdasarkan ketentuan tersebut, one-way ANOVA
merupakan alat uji yang paling tepat untuk digunakan karena penelitian kinerja
bank-bank syariah di Indonesia dan Malaysia ini memiliki rasio-rasio non-
keuangan yang dapat dihitung dengan interval atau skala rasio sebagai variabel
dependennya dan memiliki sekelompok bank syariah sebagai variabel
independennya, dimana kelompok bank syariah tersebut merupakan single
categorical independent variable. Berikut merupakan gambaran umum mengenai
one-way ANOVA dalam skema variabel dependen metric:

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


52

Gambar 3.1 Skema ANOVA

Variabel Dependen Metric

Satu Variabel Satu Variabel


Independen Independen atau
lebih
Binary
Categorical: Categorical & Interval
T-test Factorial Interval

Analysis of Analysis of Regression


Variance Covariance

Satu factor Lebih dari satu


factor

One-way N-way ANOVA


ANOVA

Sumber: Malhotra dan Bricks, Marketing Research, 2006

Dalam one-way ANOVA, penulis akan menguji apakah means di populasi


bank-bank syariah tersebut sama. Dengan kata lain null hypotheses penelitian ini
yaitu:
H0: µ1 = µ2 = µ3 =...... = µc

Untuk menguji null hypotheses diatas, F-test digunakan dalam membandingkan


variansi (variance) sampel yang satu dengan variansi sampel lainnya dalam
populasi. Ada dua bentuk variansi yang akan dianalisis dalam one-way ANOVA:
1. Variansi antar kelompok (variance between-group)
Variansi antar kelompok adalah variansi means kelompok sampel terhadap
rata-rata total, sehingga variansi lebih terpengaruh oleh adanya perbedaan
perlakuan antar kelompok
2. Variansi dalam kelompok (variance within-group)
Variansi dalam kelompok adalah variansi yang ada dalam masing-masing
kelompok, sehingga banyaknya variansi akan tergantung pada banyaknya
kelompok.

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


53

Perhitungan F dihasilkan oleh rumus berikut:

̅ ̿
∑ (− )
= −
(1)

∑∑ ( − ̿ )
= −
(2)

= ()

Dimana:
C = jumlah kelompok, dan
N = jumlah observasi dalam kelompok

Setelah mengetahui nilai F hitung, dilakukan perbandingan antara nilai F hitung


dengan nilai F tabel untuk mengetahui signifikansinya. Nilai F tabel diperoleh
berdasarkan degree of freedom (df). Semakin kecil degree of freedom yang
digunakan, semakin baik atau akurat hasil statistik yang diperoleh. Dengan kata
lain, degree of freedom adalah tingkat kesalahan dari perhitungan yang dapat
ditoleransi. Penelitian ini menggunakan degree of freedom sebesar 0,05. Kriteria
dalam uji F adalah terima H0 jika F hitung sama atau lebih kecil dari F tabel dan
sebaliknya, tolak H0 jika F hitung lebih besar dari F tabel.

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


54

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


BAB 4
ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN

4.1 Data dan Sampel


Berdasarkan tiga kriteria yang sudah dijelaskan sebelumnya di Bab 3, berikut
hasil eliminasi sampel yang diperoleh:

Tabel 4.1 Eliminasi Sampel


No. Keterangan Jumlah Bank Jumlah Observasi
Malaysia Indonesia Malaysia Indonesia
1 Bank umum syariah 17 11 68 44
yang ada di Indonesia
dan Malaysia yang
terdata di Bankscope
2 Bank Umum Syariah (1) (2) (4) (8)
yang tidak tersedia
laporan tahunan/laporan
keuangannya di masing-
masing website banknya
dalam rentang waktu
2010-2013
3 Bank Umum Syariah (0) (1) (0) (4)
yang dalam laporannya
tidak mengungkapkan
semua data terkait rasio-
rasio yang akan
digunakan dalam
Islamicity Performance
Index
Total Sampel 16 8 64 32

54 Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


55

4.2 Analisis Deskriptif

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Islamicity Performance Index Tahun 2010 - 2013

INDONESIA MALAYSIA
Ratio
Mean Median Min. Max. Std. Dev. Mean Median Min. Max. Std. Dev.
Profit Sharing 0,36549 0,37267 0,00585 0,88034 0,22476 0,04053 0 0 0,44670 0,08552
Zakat
0,00024 0,00013 0 0,00081 0,00026 0,00146 0,00012 0 0,01216 0,00284
Performance
Distribution to 0,00028 0,00002 0,00561 0,00106 0,00074 0,00004 0 0,00823 0,00195
0,00065
Society
Distribution to 0,23627 0,22076 0,12821 0,35212 0,06038 0,11598 0,10791 0,00499 0,33711 0,09189
Employees
Distribution to 0,00117 0 0 0,03718 0,00657 0,03762 0 0 0,31735 0,07737
Shareholders
Distribution to 0,07166 0,07857 (0,30712) 0,16415 0,07813 0,14525 0,17134 (0,93426) 0,41351 0,18250
Company
Islamic
0,99942 1 0,98935 1 0,00211 0,82108 0,88446 0,27991 1 0,18133
Investment
Islamic
0,99587 0,99992 0,88790 1 0,02114 0,99986 0,99999 0,99745 1 0,00204
Income

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


56

4.2.1 Profit Sharing Ratio

Berdasarkan tabel 4.2 di atas, selama periode 2010-2013, rata-rata rasio bagi hasil
bank-bank syariah di Indonesia lebih besar dari bank-bank syariah di Malaysia
(0,36549 dibanding 0,04053). Lebih besarnya rata-rata rasio tersebut juga diikuti
dengan lebih besarnya nilai median Indonesia yang bernilai 0,37267 dibandingkan
dengan median Malaysia sebesar 0. Median Malaysia ini menunjukkan lebih dari
50% bank syariah di Malaysia sama sekali tidak menjalankan akad Mudharabah
maupun Musyarakah dalam kegiatan pembiayaannya. Selanjutnya, nilai rasio bagi
hasil terendah yaitu 0, sedangkan nilai rasio bagi hasil tertinggi adalah 0,88034
yang dimiliki oleh Bank Jawa Barat Banten Syariah Indonesia (Lampiran 2),
sehingga dapat disimpulkan bahwa mayoritas bank syariah di Indonesia lebih
berfokus kepada prinsip utama bank syariah (prinsip bagi hasil) dibandingkan
bank-bank syariah di Malaysia. Dari jumlah observasi sebanyak 32 buah di
Indonesia dan 64 buah di Malaysia, nilai standard deviasi bank syariah di
Indonesia lebih besar dibanding Malaysia, yakni 0,22476 dibanding 0,08552,
yang berarti bahwa data-data pada bank syariah di Indonesia memiliki nilai yang
lebih bervariasi dan lebih menyebar menjauhi rata-rata (mean) nya dibandingkan
data-data pada bank syariah di Malaysia.

4.2.2 Zakat Performance Ratio


Dalam periode 2010-2013, seperti yang terlihat pada tabel 4.2, rata-rata rasio
penyaluran zakat bank syariah di Malaysia mengungguli rata-rata rasio penyaluran
zakat bank syariah di Indonesia (0,00146 dibanding 0,00024), sehingga dapat
disimpulkan bahwa mayoritas bank syariah di Malaysia berperan lebih besar
dalam usaha meningkatkan kesejahteraan masyarakat dibandingkan bank-bank
syariah di Indonesia. Perolehan rasio penyaluran zakat tertinggi pun ada pada
pihak Malaysia melalui Affin Islamic Bank Berhad yang menyalurkan zakatnya
sebesar 0,01216 persen dari total aset bersih yang dimiliki bank (Lampiran 2).
Meskipun begitu, beberapa bank syariah lain di Malaysia seperti Asian Finance
Bank Berhad dan RHB Islamic Bank Berhad tidak melakukan penyaluran zakat
karena alasan pembayaran zakat bukan merupakan kewajiban bank syariah,
melainkan kewajiban masing-masing pemegang saham dan nasabah bank syariah,

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


57

sedangkan HSBC Amanah dan Standard Chartered tidak melakukan penyaluran


zakat karena alasan pemegang saham bank syariah adalah non-Muslim. Hal ini
membuat nilai median rasio penyaluran zakat bank syariah di Malaysia justru
lebih rendah dibandingkan median Indonesia (0,00012 dibanding 0,00013) dan
nilai terendah rasio penyaluran zakat Malaysia adalah 0. Selanjutnya, persebaran
data rasio penyaluran zakat Indonesia (0,00026) dan Malaysia (0,00284)
menunjukkan bahwa penyebaran data bank syariah di Malaysia lebih bervariasi
dibandingkan Indonesia.

4.2.3 Equitable Distribution Ratio


Terdapat empat indikator yang dihitung dalam menganalisis equitable distribution
ratio, yaitu pendistribusian pendapatan yang diperoleh oleh bank syariah kepada
masyarakat (distribution to society), kepada karyawan bank (distribution to
employees), kepada pemegang saham (distribution to shareholders), dan kepada
bank itu sendiri (distribution to company).
Apabila keempat pendistribusian tersebut dijabarkan untuk mengetahui
pendistribusian pendapatan yang dilakukan bank syariah kepada berbagai pihak
pemangku kepentingan, seperti yang dilakukan oleh Hameed et al. (2004)
sebelumnya, bank-bank syariah di Malaysia telah mendistribusikan
pendapatannya secara lebih adil, dengan rata-rata distribusi pendapatan kepada
masyarakat senilai 0,00075, kepada karyawan 0,11598, pemegang saham 0,03762,
dan bank 0,14525, dibandingkan dengan rata-rata pendistribusian bank-bank
syariah di Indonesia yang lebih menekankan kepada karyawan (0,23627) dan
kurang memperhatikan pendistribusian kepada masyarakat (0,00065), pemegang
saham (0,00117), maupun bank (0,07166). Namun, terlepas dari hasil analisis
rasio tersebut, satu hal yang menjadi perhatian adalah rasio ini belum cukup untuk
menganalisis distribusi pendapatan yang dilakukan oleh bank syariah karena tidak
ada variabel kontrol yang dimasukkan dalam perhitungan (rasio). Sebagai contoh,
besarnya rasio pendistribusian pendapatan kepada perusahaan (bank) maupun
karyawan dapat dipengaruhi oleh ukuran bank syariah, tingkat efisiensi bank
syariah, teknologi, maupun tahap perkembangan industri bank syariah. Hal ini
membuat tingginya rasio pendistribusian pendapatan kepada karyawan pada bank-

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


58

bank syariah di Indonesia tidak dapat disimpulkan dengan pernyataan bahwa bank
syariah Indonesia lebih berfokus kepada kesejahteraan karyawannya dibandingkan
Malaysia. Oleh karena itu, sedikit berbeda dengan Hameed et al. (2004), equitable
distribution ratio ini akan dijelaskan lebih jauh berdasarkan pendistribusian
pendapatan kepada masing-masing pihak.

4.2.3.a Distribution to Society


Rata-rata rasio pendistribusian pendapatan kepada masyarakat pada bank syariah
di Malaysia lebih besar dibandingkan Indonesia. Namun, bukan berarti bahwa
bank syariah di Malaysia lebih menunjukkan kepedulian terhadap kesejahteraan
masyarakat. Hal ini karena berbeda dengan Indonesia, beberapa bank syariah di
Malaysia tidak mencantumkan informasi mengenai dana kebajikan (qardhul
hasan) atau dana donasi yang telah mereka sumbangkan (seperti Alliance Islamic
Bank Berhad, Amislamic Bank Berhad, RHB Islamic Bank Berhad, dan Standard
Chartered Saadiq Berhad), sedangkan beberapa bank lainnya memang tidak
mencantumkan informasi apakah mereka melakukan distribusi pendapatan
melalui penyaluran dana kebajikan pada tahun-tahun tertentu. Contohnya yaitu
HSBC Amanah Malaysia dan OCBC al-Amin Bank Berhad yang hanya
mencantumkan laporan mengenai besaran donasi yang mereka berikan, yang
bersumber dari pendapatan non halal, pada Laporan Komite Syariah tahun 2012
dan 2013, sehingga disimpulkan tidak ada penyaluran dana kebajikan atau donasi
pada tahun 2010 dan 2011. Nilai rasio tertinggi pun dimiliki oleh Bank Muamalat
Malaysia Berhad karena besarnya donasi yang ia sumbangkan kepada masyarakat
di tahun 2012 (Lampiran 2). Meskipun begitu, median Malaysia bernilai lebih
kecil dibandingkan Indonesia (0,00004 dibanding 0,00028), dengan nilai rasio
terendah adalah 0. Selanjutnya, standard deviasi untuk bank syariah di Malaysia
lebih tinggi dari Indonesia karena penyebaran data bank syariah di Malaysia jauh
lebih bervariasi dibandingkan Indonesia.

4.2.3.b Distribution to Employees


Rata-rata rasio pendistribusian pendapatan kepada karyawan pada bank syariah di
Indonesia lebih tinggi dibandingkan Malaysia (0,23627 dibanding 0,11598).

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


59

Perbedaan nilai rasio ini terbilang cukup besar karena tidak hanya nilai rata-rata,
nilai median dan nilai tertinggi Indonesia pun lebih tinggi dibandingkan Malaysia,
dengan nilai rasio tertinggi berasal dari PT BCA Syariah yang mendistribusikan
sekitar 35% dari total pendapatan setelah pajak dan zakatnya kepada karyawan.
Tidak hanya itu, nilai rasio terendah Indonesia juga lebih tinggi dibandingkan
Malaysia, yakni 0,12821 (Bank Panin Syariah) dibanding 0,00499 (Maybank
Islamic Berhad). Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, perhitungan rasio ini
dapat dipengaruhi oleh tingkat efisiensi, ukuran, maupun teknologi perusahaan,
sehingga tingginya nilai rasio distribusi pendapatan kepada karyawan tidak berarti
bahwa mayoritas bank syariah di Indonesia lebih menunjukkan kepedulian
terhadap kesejahteraan para karyawannya dibandingkan mayoritas bank syariah di
Malaysia. Sementara itu, terkait persebaran data, bank syariah di Malaysia
memiliki persebaran data yang lebih bervariasi karena standar deviasinya lebih
tinggi dibandingkan standar deviasi bank syariah di Indonesia.

4.2.3.c Distribution to Shareholders


Secara umum, banyak bank syariah di Indonesia maupun Malaysia yang tidak
melakukan pembayaran dividen kepada para pemegang sahamnya. Tentu saja hal
ini membuat rata-rata rasio pendistribusian pendapatan untuk pemegang saham
bernilai lebih kecil dibanding distribusi pendapatan kepada bank maupun kepada
karyawan bank. Namun apabila rasio kedua negara dibandingkan, rata-rata rasio
pendistribusian pendapatan bank syariah di Malaysia masih lebih tinggi
dibandingkan Indonesia, dengan median dan nilai rasio terendah, baik Indonesia
maupun Malaysia, senilai 0. Dari delapan sampel bank syariah di Indonesia,
hanya Bank Muamalat dan BNI syariah yang membayarkan dividen, sedangkan
untuk Malaysia, dari 16 sampel, terdapat lima bank yang tiap tahunnya
membayarkan dividen dan tiga bank lainnya yang membayarkan dividen di tahun-
tahun tertentu dalam periode 2010-2013. Meskipun begitu, dari semua bank
syariah di Indonesia dan Malaysia, nilai tertinggi rasio pendistribusian pendapatan
kepada pemegang saham dimiliki oleh BNI syariah senilai 0,03718 (Lampiran 2).

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


60

4.2.3.d Distribution to Company


Selain distribusi pendapatan kepada masyarakat dan pemegang saham, rata-rata
rasio pendistribusian pendapatan kepada perusahaan pada bank syariah di
Malaysia juga lebih tinggi dibandingkan Indonesia. Rata-rata yang lebih tinggi ini
diikuti dengan nilai median Malaysia yang juga lebih tinggi dibandingkan
Indonesia. Nilai terendah dari rasio ini bernilai negatif, baik untuk rasio Indonesia
(-0,30712) maupun Malaysia (-0,93426), karena kerugian yang dialami Bank
Panin Syariah Indonesia pada tahun 2010, Asian Finance Bank Berhad Malaysia
pada tahun 2010 dan 2012, dan Kuwait Finance House Berhad Malaysia pada
tahun 2010 dan 2011. Sementara itu, nilai tertinggi dari rasio pendistribusian
pendapatan kepada perusahaan dimiliki Malaysia melalui Alliance Islamic Bank
Berhad (0,41351). Sama halnya dengan distribusi pendapatan kepada karyawan,
rasio ini dapat dipengaruhi oleh berbagai hal, termasuk tingkat efisiensi, ukuran,
dan teknologi perusahaan, maupun tahapan perkembangan industri perbankan
syariah, sehingga tingginya rasio ini tidak berarti bahwa mayoritas bank syariah di
Malaysia lebih menunjukkan kepedulian terhadap perolehan keuntungan
perusahaan dibandingkan mayoritas bank syariah di Indonesia.

4.2.4 Islamic Investment Ratio


Berdasarkan tabel statistik deskriptif 4.2, didapati bahwa rata-rata rasio investasi
Islami (halal) bank-bank syariah di Indonesia lebih besar dibandingkan rata-rata
rasio bank syariah di Malaysia (0,99942 dibanding 0,82108). Dari nilai tersebut,
dapat disimpulkan bahwa mayoritas bank syariah di Indonesia lebih mematuhi
prinsip syariah untuk hanya terlibat dalam aktivitas investasi yang halal
dibandingkan bank syariah di Malaysia. Investasi yang dilakukan bank syariah di
Indonesia untuk surat-surat berharga pada umumnya berpusat kepada sukuk
korporasi, surat berharga syariah negara, dan reksadana syariah, sedangkan
investasi bank syariah di Malaysia untuk surat berharga lebih bervariasi dalam hal
jenis produknya, mulai dari Khazanah Sukuk, Negotiable Islamic Debt
Certificate, Islamic Private Debt Securities, hingga beberapa jenis investasi yang
tidak disertai detail penjelasan mengenai syariah atau tidaknya jenis investasi
tersebut, seperti investasi pada Negotiable Instruments of Deposits dan Private

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


61

Debt Securities. Hal ini yang mengakibatkan nilai terendah rasio investasi halal
bank syariah di Malaysia mencapai 0,27991 (AmIslamic Bank Berhad), jauh lebih
rendah dengan nilai terendah Indonesia yang bernilai 0,98935 (BCA Syariah).
Sementara itu, nilai tertinggi rasio investasi halal baik untuk bank syariah di
Indonesia dan di Malaysia adalah 1. Standar deviasi bank syariah di Indonesia
lebih kecil nilainya dibandingkan Malaysia, menunjukkan bahwa data-data pada
bank syariah di Indonesia memiliki tingkat penyebaran yang lebih sempit terhadap
nilai rata-ratanya dibandingkan data-data pada bank syariah di Malaysia.

4.2.5 Islamic Income Ratio


Tabel 4.2 menunjukkan rata-rata rasio pendapatan Islami (halal) bank-bank
syariah di Malaysia sedikit lebih tinggi dibandingkan rata-rata rasio pendapatan
halal bank syariah di Indonesia (0,99986 dibanding 0,99573). Hasil rata-rata rasio
pendapatan halal tersebut tidak paralel dengan hasil perhitungan rasio investasi
halal, dimana bank syariah di Indonesia justru lebih banyak melakukan investasi
halal dibandingkan bank syariah di Malaysia. Hal ini berbeda dengan penelitian
Hameed et al.(2004) sebelumnya dimana tinggi/rendahnya nilai rasio investasi
halal yang diteliti Hameed et al.(2004) paralel dengan tinggi/rendahnya nilai rasio
pendapatan halal. Perbedaan hasil rasio ini diduga terjadi karena terkait
pendapatan non-halal, total observasi bank syariah di Malaysia yang seharusnya
berjumlah 64 buah berkurang jauh menjadi 45 buah, sehingga 45 buah data yang
didapat dalam penelitian ini mungkin saja tidak merepresentasikan keseluruhan
rata-rata rasio pendapatan halal bank syariah di Malaysia. Tiga bank syariah di
Malaysia, yaitu Alliance Islamic Bank Berhad, Bank Muamalat Malaysia Berhad,
dan Standard Chartered Saadiq Berhad sama sekali tidak mengungkapkan
informasi mengenai pendapatan non-halal yang mereka terima dalam laporan
keuangannya, sedangkan tiga bank lainnya tidak mengungkapkan informasi
selama beberapa tahun diantara rentang waktu 2010-2013 (Lampiran 2).
Kemudian, nilai tertinggi rasio pendapatan halal yang diterima bank-bank
syariah di Indonesia maupun di Malaysia bernilai 1, yang berarti pendapatan
beberapa bank syariah secara keseluruhan diterima dari sumber atau aktivitas
yang sesuai dengan prinsip syariah (halal). Bank-bank dengan Islamic income

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


62

ratio senilai 1 diantaranya yaitu: Bank Muamalat Indonesia, BNI Syariah


Indonesia, HSBC Amanah Malaysia Berhad, dan Kuwait Finance House Berhad.
Sementara itu, rasio terendah dimiliki oleh BCA Syariah Indonesia dengan nilai
0,88790.

4.3 Analisis Hasil Uji Hipotesis


4.3.1 Profit Sharing Ratio

0,50000

0,40000

0,30000
Indonesia
0,20000 Malaysia
0,10000

0,00000
2010 2011 2012 2013

P-value: 0,00004
Gambar 4.1 Grafik Profit Sharing Ratio Tahun 2010-2013

Profit sharing ratio dihitung untuk mengetahui seberapa besar jumlah


pembiayaan yang berdasarkan kepada prinsip bagi hasil (akad Mudharabah dan
Musyarakah) dibandingkan dengan total pembiayaan dan piutang yang dimiliki
bank syariah. Sejalan dengan peran bank syariah untuk membantu menciptakan
keadilan sosial dan ekonomi dalam masyarakat, prinsip bagi hasil menjadi prinsip
yang paling utama bagi bank syariah, sehingga dalam Islamicity Performance
Index, semakin besar proporsi pembiayaan yang disalurkan melalui prinsip bagi
hasil, semakin baik kinerja suatu bank syariah.
Berdasarkan perhitungan rata-rata rasio bagi hasil selama periode 2010-
2013, rasio bagi hasil bank syariah di Indonesia selalu lebih tinggi dari Malaysia.
Tahun 2010 merupakan periode dimana rasio antara prinsip bagi hasil dengan
total pembiayaan bank syariah di Indonesia memiliki nilai tertinggi (0,41128),
sedangkan tahun 2011 merupakan periode dengan rasio terendah (0,30961),
dengan penurunan sebesar 24,72% dari tahun sebelumnya (2010). Penurunan

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


63

rasio ini tidak sejalan dengan total pembiayaan perbankan syariah nasional
Indonesia yang mengalami kenaikan sebesar 50,56% di tahun 2011 (Gambar 4.2)
karena pertumbuhan total pembiayaan tersebut merupakan implikasi dari kenaikan
pembiayaan dengan akad Murabahah (prinsip jual-beli). Kemudian, baru di tahun
2012 dan 2013 rasio Indonesia naik kembali, sehingga pembiayaan dengan
Mudharabah dan Musyarakah bank syariah mencapai 35% dan 39% dari total
pembiayaan bank syariah. Sementara rasio bagi hasil bank-bank syariah di
Malaysia hanya berada di kisaran 0,05-0,1, yang berarti hanya 5% dari total
pembiayaan bank syariah di Malaysia yang menggunakan Mudharabah dan
Musyarakah. Rata-rata tertinggi senilai 0,11063 pada tahun 2013 dan rata-rata
terendah 0,04891 pada tahun 2010. Meskipun bernilai sangat kecil, rasio bagi
hasil Malaysia menunjukkan pertumbuhan yang positif dari tahun ke tahun,
sejalan dengan pertumbuhan total pembiayaan dan piutang Malaysia yang juga
positif, seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 4.3.

Indonesia
20000
21,5%
15000
34,8%
10000
51%
5000
0
2010 2011 2012 2013

Gambar 4.2 Grafik Pertumbuhan Total Pembiayaan dan Piutang Tahun


2010-2013(dalam Milyar Rupiah)

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


64

Malaysia
20000
22,3%
15000
23,3%
10000 28,5%

5000
0
2010 2011 2012 2013

Gambar 4.3 Grafik Pertumbuhan Total Pembiayaan dan Piutang Tahun


2010-2013 (dalam Juta Ringgit)

Dengan P-value senilai 0,00004 (Lampiran 3), hasil uji varians (ANOVA)
menunjukkan bahwa perbedaan antara kinerja bank-bank syariah di Indonesia dan
Malaysia dalam hal penyaluran pembiayaan melalui prinsip bagi hasil tersebut
signifikan. Bank-bank syariah di Malaysia yang berkembang lebih awal
dibandingkan bank syariah di Indonesia memang telah melakukan berbagai
inovasi dalam layanan maupun produk bank syariah yang mereka tawarkan.
Apabila produk pembiayaan bank syariah di Indonesia pada umumnya hanya
berpusat kepada akad Mudharabah, Musyarakah, Ijarah, Murabahah, Istishna,
Salam, dan Qardh, produk pembiayaan bank syariah di Malaysia memiliki
berbagai variasi, seperti:
 Bai’ Bithaman Ajil; akad jual beli dengan pembayaran secara kredit,
dimana harga jual sudah termasuk profit margin yang disepakati antara
penjual dan pembeli. Akad ini hampir sama dengan akad Murabahah,
hanya saja Murabahah lebih banyak diaplikasikan untuk pembiayaan
jangka pendek (kurang dari setahun), sedangkan Bai’ Bithaman Ajil lebih
banyak untuk pembiayaan jangka menengah dan panjang seperti
pembiayaan perumahan (Yaakub & Hasshan, 2003). Menurut Dusuki &
Abozaid (2007), instrumen Bai’ Bithaman merupakan salah satu contoh
penyalahgunaan akad jual beli karena berdasarkan prinsip syariah, pihak
penjual harus menanggung semua risiko yang mungkin timbul dari
transaksi penjualan, namun dalam akad ini bank syariah sebagai pihak

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


65

penjual dimungkinkan untuk mendapatkan keuntungan tanpa harus


menanggung risiko apapun karena semua tanggung jawab dan risiko
dialihkan kepada nasabah sebagai pihak pembeli,
 Bai’ al-Dayn; akad jual beli piutang kepada pihak lain, dimana piutang
yang dapat diperdagangkan hanyalah yang dokumennya menunjukkan
bukti piutang riil yang timbul dari transaksi komersial bonafit,
 Bai’ al-Inah; akad jual beli dimana penjual menjual barang dengan harga
yang lebih tinggi secara kredit, kemudian ia kembali membelinya dari
pembeli dengan harga yang lebih rendah secara kontan, dan
 Ar-Rahn; suatu akad dimana pembeli menyerahkan barang sebagai
jaminan dari fasilitas pembiayaan yang diberikan

Selain dari banyaknya variasi produk pembiayaan dan piutang yang


dimiliki bank syariah di Malaysia, kecilnya proporsi pembiayaan dengan
Mudharabah dan Musyarakah kemungkinan terjadi karena akad pembiayaan
alternatif (Murabahah, Bai’ Bithaman Ajil, dan lain-lain) lebih menguntungkan
dan lebih kecil resikonya, serta tidak membutuhkan biaya pengawasan yang besar
seperti dalam akad Mudharabah dan Musyarakah (Hamid & Azmi, 2011). Hal ini
terlihat dari kecilnya pembiayaan yang diberikan bank syariah di Malaysia kepada
usaha kecil dan menengah dibandingkan kepada konsumen individu maupun
korporasi. Berdasarkan data pembiayaan tahun 2013, besarnya pembiayaan
kepada usaha kecil dan menengah masing-masing bank syariah di Malaysia hanya
berkisar 10,5% dari total pembiayaan yang dimiliki. Mayoritas bank syariah (75%
bank syariah di Malaysia) memberikan pembiayaan utamanya kepada konsumen
individu dalam bentuk kredit perumahan atau kredit lainnya, dan beberapa bank
syariah lainnya memberikan pembiayaan utamanya kepada konsumen korporasi.
Fakta ini mengarahkan kepada analisis bahwa bank syariah di Malaysia lebih
mendahulukan perihal pertumbuhan bank syariah daripada kehati-hatian terhadap
prinsip syariah. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa mayoritas bank
syariah di Indonesia lebih berfokus kepada prinsip bagi hasil sebagai prinsip
utama dalam kegiatan penyaluran dananya dibandingkan bank-bank syariah di
Malaysia.

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


66

4.3.2 Zakat Performance Ratio

0,002

0,0015

0,001 Indonesia
Malaysia
0,0005

0
2010 2011 2012 2013

P-value: 0,01834
Gambar 4.4 Grafik Zakat Performance Ratio Tahun 2010 - 2013

Zakat performance ratio dihitung untuk mengetahui jumlah pembayaran zakat


yang disalurkan oleh bank kepada masyarakat, baik atas nama bank sebagai suatu
entitas atau atas nama pemegang saham, karyawan, maupun nasabah yang
menitipkan zakatnya kepada bank. Semakin besar perbandingan antara jumlah
zakat yang dibayarkan dengan jumlah aset bersih yang dimiliki bank, semakin
besar peran bank syariah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sehingga
semakin baik kinerja suatu bank syariah dalam Islamicity Performance Index.
Rata-rata rasio penyaluran zakat oleh bank-bank syariah di Malaysia dari
tahun ke tahun lebih besar dibandingkan rata-rata rasio penyaluran zakat oleh
bank-bank syariah di Indonesia. Dari 16 bank syariah di Malaysia yang diteliti,
rata-rata rasio penyaluran zakat bank syariah di Malaysia dari tahun 2010-2013
secara berurutan yaitu 0,00165; 0,00133 (turun sebesar 19,39%); 0,00132 (turun
sebesar 0,75%); dan 0,00152 (naik sebesar 15,15%). Dapat dilihat bahwa rasio
penyaluran zakat ini tidak sejalan dengan rata-rata jumlah aset bersih bank-bank
syariah di Malaysia yang selalu mengalami pertumbuhan positif setiap tahunnya
dengan kisaran 12-16% (Gambar 4.6), padahal secara ideal, menurut Hameed et
al. (2004), kenaikan kekayaan (jumlah aset bersih) bank seharusnya diiringi
dengan kenaikan penyaluran zakat. Sementara itu, rata-rata rasio penyaluran zakat
bank-bank syariah di Indonesia mengalami kenaikan setiap tahunnya, dengan rata-
rata rasio tertinggi senilai 0,00033 di tahun 2013 (naik sebesar 18,51% dari tahun

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


67

2012). Walaupun rata-rata rasio ini masih tergolong kecil dibandingkan Malaysia,
pertumbuhan rasio yang sejalan dengan pertumbuhan jumlah net aset bank syariah
yang positif menunjukkan bahwa kinerja penyaluran zakat bank-bank syariah di
Indonesia semakin baik dari tahun ke tahun (Gambar 4.5)

Indonesia
20000
23%
15000
21%
10000
49%
5000
0
2010 2011 2012 2013

Gambar 4.5 Grafik Pertumbuhan Aset Bersih Tahun 2010 – 2013 (dalam
Milyar Rupiah)

Malaysia
2000 16.9%
14.2%
1500 12.8%
1000
500
0
2010 2011 2012 2013

Gambar 4.6 Grafik Pertumbuhan Aset Bersih Tahun 2010 – 2013 (dalam
Juta Ringgit)

Dengan P-value senilai 0,01834 (Lampiran 3), hasil uji varians (ANOVA)
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja bank-bank
syariah di Indonesia dan Malaysia dalam hal penyaluran/pembayaran zakat. Bank-
bank syariah di Malaysia yang berkembang lebih awal dibandingkan bank syariah

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


68

di Indonesia memang menyalurkan sebagian pendapatannya untuk dana zakat


kepada masyarakat dengan persentase yang lebih besar. Padahal, zakat yang
disalurkan bank syariah Malaysia hanya bersumber dari bank, tanpa
mengikutsertakan dana zakat dari pihak karyawan maupun nasabah. Sementara
untuk Indonesia, seperti yang sebelumnya dijelaskan, undang-undang Indonesia
mengatur bank syariah dan unit usaha syariah untuk dapat menjalankan fungsi
sosial bank, yaitu menerima dana zakat, infak, sedekah, atau dana sosial lainnya
dan menyalurkannya kepada masyarakat melalui organisasi pengelola zakat,
sehingga penyaluran zakat bank syariah di Indonesia bersumber dari bank maupun
pihak lain yang diterima bank, yakni dari pihak karyawan bank, nasabah, atau
masyarakat umum. Selain itu, penyaluran zakat mayoritas bank syariah dilakukan
dengan beberapa kondisi yang harus dipenuhi, diantaranya yaitu perusahaan
(bisnis) dimiliki oleh orang Muslim, berasal dari transaksi yang halal, dan
memenuhi nisab yang telah ditentukan. Ketentuan ini yang membuat HSBC
Amanah dan Standard Chartered Islamic Bank Malaysia yang pemegang
sahamnya adalah non-Muslim untuk tidak melakukan penyaluran zakat.

4.3.3 Distribution to Society Ratio

0,0012
0,001
0,0008
0,0006 Indonesia
0,0004 Malaysia
0,0002
0
2010 2011 2012 2013

P-value: 0,81616
Gambar 4.7 Grafik Distribution to Society Ratio Tahun 2010 - 2013

Rata-rata rasio pendistribusian pendapatan kepada masyarakat pada bank syariah


di kedua negara begitu fluktuatif dari tahun ke tahun. Tahun 2011 merupakan
tahun dimana rata-rata rasio Malaysia mencapai nilai tertingginya, yakni 0,00109

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


69

disebabkan oleh meningkatnya jumlah donasi yang disalurkan Bank Muamalat


Malaysia Berhad yang cukup besar. Namun, di tahun 2012 dan 2013 rasio tersebut
justru semakin menurun karena menurunnya penyaluran dana oleh Bank
Muamalat Malaysia dan beberapa bank lain. Sementara untuk Indonesia, tahun
2011 merupakan tahun dimana rata-rata rasio mencapai nilai terendahnya karena
adanya penurunan penyaluran dana kebajikan pada BCA Syariah sebesar 45%,
Bank Syariah Mandiri sebesar 46,7%, dan Bank Mega Syariah sebesar 6,78%.
Penurunan penyaluran dana ini tidak sejalan dengan penerimaan dana kebajikan
yang mengalami kenaikan di tahun 2011. Kemudian, rasio menjadi meningkat di
tahun 2012 karena terjadi kenaikan penyaluran dana pada beberapa bank,
diantaranya yaitu BCA Syariah yang naik sebesar 700% dan BRI Syariah sebesar
305%.
Dengan P-value senilai 0,81616 (Lampiran 3), tidak ada perbedaan yang
siginifikan dalam distribution to society ratio bank-bank syariah di Indonesia dan
Malaysia karena bank syariah di masing-masing negara sama-sama memberikan
perhatian yang tidak besar kepada hal ini. Namun, hasil ini mungkin saja tidak
dapat memberikan gambaran yang sempurna karena seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, beberapa bank syariah di Malaysia tidak mengungkapkan informasi
terkait dana kebajikan ataupun donasi yang mereka salurkan. Kondisi tersebut
berbeda dengan bank syariah di Indonesia yang mengungkapkan sumber,
penggunaan, maupun saldo dana kebajikan yang dikelola bank dalam laporan
sumber dan penggunaan dana kebajikan.

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


70

4.3.4 Distribution to Employees Ratio

0,30000
0,25000
0,20000
0,15000 Indonesia
0,10000 Malaysia
0,05000
0,00000
2010 2011 2012 2013

P-value: 0,00000
Gambar 4.8 Grafik Distribution to Employees Ratio Tahun 2010 – 2013

Rata-rata rasio pendistribusian pendapatan kepada karyawan pada bank-bank


syariah di Indonesia selalu lebih tinggi dibandingkan Malaysia, meskipun nilainya
semakin menurun dari tahun ke tahun. Pada umumnya nilai rata-rata rasio
Indonesia menurun karena besarnya kenaikan beban pegawai yang mereka
keluarkan memang lebih kecil dibandingkan kenaikan pendapatan setelah pajak
dan zakat yang mereka hasilkan. Namun apabila ditelaah lebih jauh, walaupun
tidak ada penurunan beban kepegawaian, untuk tahun 2012, terdapat penurunan
biaya pendidikan dan pelatihan yang dikeluarkan oleh Bank Syariah Mandiri,
BCA Syariah, dan Bank Panin Syariah masing-masing sebesar 15%; 12%; dan
48%. Di tahun 2013, penurunan juga terjadi pada biaya pendidikan dan pelatihan
yang dikeluarkan oleh BCA Syariah dan BNI Syariah secara berturut-turut sebesar
12% dan 2%. Berbeda dengan Indonesia, penurunan nilai rata-rata rasio pada bank
syariah di Malaysia disebabkan karena nilai beban kepegawaian yang dikeluarkan
beberapa bank syariah yang menurun, walaupun nilai pendapatan setelah pajak
dan zakat mereka mengalami peningkatan. Tahun 2011, terdapat penurunan biaya
gaji dan tunjangan pada Asian Finance Bank Berhad dan Bank Islam Malaysia
Berhad sebesar 21% dan 35%, serta penurunan biaya pensiun Public Islamic Bank
Berhad sebesar 18%. Untuk tahun 2012, penurunan juga terjadi pada OCBC al-
Amin Bank Berhad untuk biaya gaji sebesar 6% dan untuk biaya (kepegawaian)

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


71

lain-lain sebesar 20,4%. Terakhir di tahun 2013, penurunan biaya gaji terjadi pada
Asian Finance Bank Berhad, OCBC al-Amin Bank Berhad, dan Public Islamic
Bank Berhad sebesar 17,8%; 9,78%; dan 25,8%. Informasi lebih lanjut untuk
mengetahui apakah penurunan gaji karyawan tersebut terjadi karena adanya
penurunan jumlah karyawan atau hal lainnya tidak dijelaskan dalam laporan
mereka masing-masing.
Dengan P-value senilai 0,00000 (Lampiran 3), terdapat perbedaan yang
signifikan dalam distribution to employees bank syariah di Indonesia dengan bank
syariah di Malaysia karena bank syariah di Indonesia memberikan perhatian yang
lebih besar kepada pengadaan pelatihan dan pendidikan karyawan, khususnya
Bank Syariah Mandiri. Pelatihan tersebut diadakan secara internal maupun
eksternal (bekerja sama dengan institusi luar) dan mencakup berbagai macam
jenis pendidikan dengan tujuan untuk menciptakan sumber daya insani yang
berkualitas dan berdaya guna. Selain itu, dalam beban kepegawaian mereka,
beberapa bank syariah di Indonesia juga menyertakan biaya pengobatan dan
kegiatan sosial (Bank Syariah Mandiri) maupun biaya perjalanan dinas dan
tunjangan (BCA Syariah), di samping biaya gaji, bonus, pendidikan, dan
pelatihan. Hal ini yang membuat equitable distribution ratio bank-bank syariah di
Indonesia paling besar dalam hal distribution to employees. Di sisi lain, mayoritas
beban kepegawaian bank-bank syariah di Malaysia hanya terdiri dari biaya gaji,
tunjangan, bonus, dan biaya lain-lain, tanpa disertai informasi lebih lanjut
mengenai penggunaan/pengalokasian biaya lain-lain tersebut.

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


72

4.3.5 Distribution to Shareholders Ratio

0,05000

0,04000

0,03000
Indonesia
0,02000
Malaysia
0,01000

0,00000
2010 2011 2012 2013

P-value: 0,00935
Gambar 4.9 Grafik Distribution to Shareholders Ratio Tahun 2010 - 2013

Rata-rata rasio pendistribusian pendapatan kepada pemegang saham pada bank-


bank syariah di Malaysia selama periode 2010–2013 selalu lebih tinggi
dibandingkan Indonesia. Tahun 2011, rata-rata rasio Malaysia yakni 0.34183 atau
turun 0,00479 dari tahun 2010 karena adanya penurunan nilai pembayaran dividen
oleh AmIslamic Bank Berhad. Rata-rata rasio juga turun sebesar 0,00122 karena
AmIslamic Bank Berhad tidak lagi melakukan pembayaran dividen di tahun 2012.
Selanjutnya di tahun 2013, rata-rata rasio meningkat karena bertambahnya dua
perusahaan yang melakukan pembayaran dividen, yakni Alliance Islamic Bank
Berhad dan Bank Muamalat Malaysia Berhad. Sementara itu, tahun 2011 untuk
Indonesia merupakan tahun dengan rata-rata rasio pendistribusian tertinggi
(0,00466) karena terdapat dua bank syariah yang melakukan pembayaran dividen:
BNI Syariah dan Bank Muamalat Indonesia. Namun di tahun 2012, hanya Bank
Muamalat Indonesia yang kembali melakukan pembayaran dividen, sehingga rata-
rata rasio pendistibusian pendapatan kembali turun menjadi 0,00001.
Dengan P-value senilai 0,00935 (Lampiran 3), terdapat perbedaan yang
signifikan dalam distribution to shareholders bank-bank syariah di Malaysia dan
Indonesia. Tentu saja hal ini terjadi karena banyaknya bank syariah di Indonesia
yang tidak membayarkan dividen kepada pemegang saham. Dari delapan sampel,
hanya Bank Muamalat dan BNI syariah yang membayarkan dividen, sedangkan
untuk Malaysia, dari 16 sampel bank, masih terdapat empat bank yang tiap

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


73

tahunnya membayarkan dividen, yakni Bank Islam Malaysia Berhad, Hong Leong
Islamic Bank Berhad, Maybank Islamic Berhad, dan Public Islamic Bank Berhad,
serta tiga bank lainnya yang membayarkan dividen di tahun-tahun tertentu. Begitu
sedikitnya jumlah bank syariah di Indonesia yang melakukan pembayaran dividen
dapat dikaitkan dengan faktor pendirian bank syariah yang terbilang masih baru.
Separuh dari total bank syariah di Indonesia yang diteliti dalam penelitian ini,
yaitu BCA Syariah, Bank Jawa Barat Banten Syariah, Bank Panin Syariah, dan
BNI Syariah merupakan bank syariah yang baru berdiri di akhir tahun 2009
maupun awal tahun 2010. Menurut “The Firm Life Cycle Theory of Dividends”
dalam Bulan & Subramanian (2008), perusahaan yang baru berdiri akan memilih
untuk menginvestasikan uangnya dan tidak melakukan pembayaran dividen untuk
mendapatkan kas. Setelah melewati beberapa waktu, ketika perusahaan sudah
berada pada maturity stage, peluang perusahaan untuk berinvestasi sudah hilang,
pertumbuhan dan profitabilitas perusahaan sudah mulai mendatar, perusahaan
baru akan mulai membayar dividen untuk mendistribusikan pendapatannya
kepada para pemegang saham.

4.3.6 Distribution to Company Ratio

0,20000

0,15000

0,10000 Indonesia
Malaysia
0,05000

0,00000
2010 2011 2012 2013

P-value: 0,03185
Gambar 4.10 Grafik Distribution to Company Ratio Tahun 2010 - 2013

Dapat dilihat dari Gambar 4.10, rata-rata rasio pendistribusian pendapatan kepada
perusahaan (bank) pada bank syariah di Malaysia selalu lebih tinggi dibandingkan
Indonesia, kecuali pada tahun 2011. Di tahun 2011, rata-rata rasio Malaysia turun

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


74

mencapai nilai terendah selama periode 2010–2013 karena kerugian yang dialami
Kuwait Finance House Berhad Malaysia senilai RM 577 juta. Kemudian di tahun
2012, rata-rata rasio pendistribusian pendapatan kepada bank mengalami kenaikan
seiring dengan berubahnya kondisi keuangan Kuwait Finance House Berhad serta
meningkatnya laba bersih yang dihasilkan beberapa bank lain, meskipun Asian
Finance Bank Berhad di tahun ini sempat mengalami kerugian sebesar RM 7,16
juta. Terakhir, rata-rata rasio kembali naik di tahun 2013 karena membaiknya
operasional mayoritas bank syariah di Malaysia. Di sisi lain, rata-rata rasio bank
syariah di Indonesia selalu mengalami kenaikan kecuali di tahun 2013. Penurunan
rasio tersebut disebabkan oleh adanya kenaikan beban usaha Bank Syariah
Mandiri, Bank Mega Syariah, dan Bank Panin Syariah masing-masing sebesar
30,8%; 18,05%; dan 106,63%. Hal ini menunjukkan menurunnya efisiensi
operasional ketiga bank tersebut karena kenaikan beban usaha mereka terjadi
ketika nilai pendapatan setelah pajak dan zakat yang dimiliki ketiga bank justru
mengalami kenaikan.
Dengan P-value senilai 0,03185 (Lampiran 3), terdapat perbedaan yang
signifikan pada distribution to company ratio bank syariah di Malaysia dan
Indonesia. Hal ini terjadi karena bank-bank syariah di Indonesia pada umumnya
memiliki perbandingan antara Net Asset dengan Total Revenue after Zakat &
Taxation yang lebih kecil dibandingkan bank-bank syariah di Malaysia, yang
berarti bahwa bank syariah di Indonesia memiliki operasional yang kurang efisien
dibandingkan bank syariah di Malaysia. Nilai rasio laba bersih dalam Islamicity
Performance Index menjadi hal yang tidak kalah penting di samping ketiga rasio
lainnya dalam equitable distribution ratio karena tanpa menghasilkan keuntungan
secara optimal, bank syariah tidak akan dapat menjalankan fungsinya untuk
menciptakan maslahah bagi masyarakat.

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


75

4.3.7 Islamic Investment Ratio

1,2
1
0,8
0,6 Indonesia
0,4 Malaysia
0,2
0
2010 2011 2012 2013

P-value: 0,00000
Gambar 4.11 Grafik Islamic Investment Ratio Tahun 2010 - 2013

Dalam menjalankan bisnisnya, bank syariah hanya boleh terlibat dalam investasi
yang sesuai dengan prinsip syariah, dimana investasi tersebut tidak boleh
mengandung bunga, ketidakpastian (seperti options, futures, forwards) dan
spekulasi (seperti short selling), serta harus terhindar dari investasi pada
perusahaan yang inti bisnisnya bergerak di area alkohol, pornografi, tembakau,
judi, maupun hal-hal lain yang diharamkan dalam Islam. Semakin besar nilai
investasi Islami (halal) dibandingkan dengan total investasi yang dilakukan oleh
bank, semakin baik tingkat kepatuhan bank terhadap prinsip syariah.
Melengkapi hasil analisis deskriptif yang sebelumnya, analisis grafik pun
menunjukkan bahwa selama periode 2010-2013, dibandingkan dengan bank-bank
syariah di Malaysia, bank-bank syariah di Indonesia lebih mematuhi salah satu
prinsip perbankan syariah, yaitu prinsip dimana bank syariah seharusnya hanya
boleh terlibat dalam investasi yang halal. Rata-rata perbandingan investasi halal
untuk Indonesia adalah 1,00; 0,99867; 0,99964; dan 0,99942. Penurunan nilai
rasio disebabkan oleh meningkatnya jumlah investasi non-syariah yang dimiliki
BCA Syariah, dimana investasi yang dimaksud adalah giro pada PT BCA Tbk
sebagai pihak berelasi (induk perusahaan) BCA Syariah. Persentase giro pada PT
BCA Tbk yang dimiliki BCA Syariah dari tahun 2011 berturut-turut yaitu 0,011;
0,003; dan 0,005. Sementara itu, meskipun bernilai lebih kecil, rata-rata rasio
investasi halal bank-bank syariah di Malaysia mengalami peningkatan setiap

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


76

tahunnya, kecuali pada tahun 2013 (turun dari 0,84660 menjadi 0,81484).
Penurunan rata-rata rasio terjadi karena adanya peningkatan jumlah investasi non
syariah untuk surat berharga jenis Negotiable Instruments of Deposits (NID) dan
Private Debt Securities (PDS). Alliance Islamic Bank Berhad dan Public Islamic
Bank Berhad merupakan bank yang investasi pada NID-nya meningkat masing-
masing sebesar 15,1% dan 6,9% dari total investasi, sedangkan Affin Islamic
Bank Berhad dan RHB Islamic Bank Berhad merupakan bank yang investasi pada
PDS-nya meningkat sebesar 5,3% dan 8,8% dari total investasi. Meskipun begitu,
investasi yang dilakukan oleh bank syariah di kedua negara, baik Indonesia
maupun Malaysia, sudah didominasi oleh investasi halal. Hal ini menggambarkan
bahwa perkembangan perbankan syariah yang pesat di kedua negara telah cukup
diimbangi dengan pemahaman akan pentingnya berinvestasi pada jenis investasi
yang halal serta dengan cara yang juga halal, bebas dari riba, gharar, dan maysir.
Dengan P-value senilai 0,00000 (Lampiran 3), hasil uji varians (ANOVA)
menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja bank-bank
syariah di Indonesia dan Malaysia dalam hal investasi halal. Pada umumnya,
investasi yang dimiliki bank terdiri dari penempatan pada Bank Sentral dan bank
lain, investasi pada surat berharga, investasi properti, dan investasi pada entitas
lain. Seperti yang sebelumnya telah dijelaskan, investasi yang dilakukan bank-
bank syariah di Indonesia pada surat berharga umumnya terdiri dari sukuk
korporasi, surat berharga syariah negara, dan reksadana syariah, dimana semuanya
tergolong ke dalam kategori investasi Islami/halal. Investasi berupa penempatan
pada bank lain pun hanya dilakukan pada bank syariah atau unit usaha syariah,
kecuali BCA Syariah yang menempatkan dananya pada PT BCA Tbk sebagai
induk perusahaan. Oleh karena itu, perbandingan antara investasi halal dengan
total investasi bank syariah di Indonesia begitu tinggi, yaitu mencapai 0,99939.
Sementara, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, rasio investasi halal
Malaysia lebih rendah karena beberapa bank syariah melakukan investasi pada
surat berharga yang tidak disertai detail penjelasan mengenai syariah atau
tidaknya jenis investasi tersebut, sehingga nilai investasi tersebut dikategorikan ke
dalam investasi non-halal. Berikut merupakan jenis investasinya:

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


77

 Malaysian Government Treasury Bills, yaitu surat berharga jangka pendek


yang diterbitkan oleh Pemerintah Malaysia dengan jangka waktu kurang
dari satu tahun
 Malaysian Government Securities, yaitu obligasi jangka panjang berbunga
yang diterbitkan oleh Pemerintah Malaysia dengan jangka waktu lebih dari
satu tahun,
 Negotiable Instruments of Deposits, dan
 Private Debt Securities

Untuk jenis-jenis investasi yang tergolong ke dalam kategori syariah dan


dinyatakan secara jelas oleh bank-bank syariah di Malaysia beberapa diantaranya
yaitu Islamic Private Debt Securities, Islamic Negotiable Instruments of Deposits,
Bank Negara Malaysia Islamic Bills, Khazanah Bonds, dan Government
Investment Issues. Di samping investasi surat berharga, bank syariah di Malaysia
juga melakukan investasi dalam bentuk penempatan pada bank lain tanpa ada
informasi yang lebih detail mengenai nama bank atau jenis bank yang dimaksud
merupakan bank syariah atau tidak. Dari semua kondisi yang disebutkan, dapat
disimpulkan bahwa dibandingkan bank syariah di Malaysia, mayoritas bank
syariah di Indonesia lebih mematuhi prinsip syariah untuk hanya terlibat dalam
aktivitas investasi yang halal.

4.3.8 Islamic Income Ratio

1,00500
1,00000
0,99500
0,99000 Indonesia
0,98500 Malaysia
0,98000
0,97500
2010 2011 2012 2013

P-value: 0,19275
Gambar 4.12 Grafik Islamic Income Ratio Tahun 2010 - 2013

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


78

Selain investasi, dalam hal pendapatan, bank syariah juga hanya boleh terlibat
dalam aktivitas dan transaksi yang diperbolehkan dalam Islami (halal) dan
dilarang untuk terlibat dalam transaksi yang mengandung riba, gharar, dan
maysir. Semakin besar nilai pendapatan halal dibandingkan dengan total
pendapatan yang diterima oleh bank, semakin baik tingkat kepatuhan bank
terhadap prinsip syariah. Meskipun begitu, dalam beberapa kondisi, bank syariah
mungkin saja terpaksa untuk terlibat dalam transaksi yang dilarang tersebut.
Apabila demikian, kebijakan yang sering diambil untuk menangani pendapatan
non-halal atau non-syariah yang diterima oleh bank syariah adalah memasukkan
dana tersebut ke dalam dana kebajikan/qardhul hasan dan menyalurkannya ke
masyarakat melalui acara-acara sosial.
Dalam rentang waktu 2010-2013, rata-rata rasio pendapatan halal bank-
bank syariah di Indonesia mencapai nilai terendahnya pada tahun 2010, dengan
nilai 0,98507. Di tahun 2011, nilai rata-rata kemudian meningkat menjadi 0,99923
atau hanya berselisih 0,00067 dengan rata-rata rasio pendapatan halal bank
syariah di Malaysia. Kenaikan nilai rata-rata ini disebabkan oleh menurunnya
pendapatan jasa giro yang diterima Bank Mega Syariah Indonesia dari akun Giro
Pada Bank Konvensional. Selain Bank Mega Syariah, kenaikan rata-rata rasio
pendapatan yang sesuai dengan prinsip syariah juga terjadi karena BCA Syariah
Indonesia tidak lagi menerima pendapatan bunga seperti pada tahun 2010 (ketika
BCA Syariah baru pertama kali berdiri). Kemudian di tahun berikutnya, nilai rata-
rata rasio Indonesia dan Malaysia menjadi sangat berdekatan, yaitu 0,99973 dan
0,99947 dibandingkan dengan 0,99974 dan 0,99985.
Dengan P-value senilai 0,19275 (Lampiran 3), hasil uji varians (ANOVA)
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja
bank-bank syariah di Indonesia dan Malaysia dalam hal penerimaan pendapatan
halal. Hasil ini melengkapi hasil analisis grafik sebelumnya yang dapat dilihat di
Gambar 4.12, dimana rata-rata rasio pendapatan halal bank-bank syariah di
Indonesia dan di Malaysia memang hampir sama besar, kecuali rata-rata rasio
pada tahun 2010. Pendapatan non-halal bank syariah di kedua negara pada
umumnya bersumber dari denda yang dikenakan oleh bank untuk kredit yang

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


79

mengalami telat bayar atau dari kontrak/akad yang dalam proses penyelesaiannya
tidak sesuai dengan persyaratan syariah. Satu-satunya yang membedakan bank-
bank syariah di Indonesia dengan di Malaysia terkait rasio pendapatan halal ini
lebih berkaitan dengan masalah pengungkapan, karena beberapa bank syariah di
Malaysia dalam laporan keuangannya hanya mengungkapkan bahwa seluruh
pendapatan non-halal yang mereka terima sudah didistribusikan kepada
masyarakat melalui dana kebajikan (qardhul hasan) dan tidak terhitung ke dalam
akun Pendapatan yang diterima oleh Bank, tanpa disertai informasi tambahan
mengenai nominal pendapatan non-halal yang dimaksud, sehingga bank-bank
tersebut tidak termasuk ke dalam perhitungan rata-rata rasio pendapatan halal.
Oleh karena itu, meskipun hasil menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara rata-rata rasio pendapatan halal bank syariah di Indonesia dan di
Malaysia, mungkin saja hasil uji ini tidak merepresentasikan keseluruhan rata-rata
rasio pendapatan halal bank-bank syariah di Malaysia.

4.4 Analisis Regulasi


Setelah menganalisis kinerja bank-bank syariah di Indonesia dan Malaysia
berdasarkan Islamicity Performance Index Hameed et al. (2004) melalui tiga jenis
analisis, bagian ini akan mencoba memberikan analisis dari sisi regulasi
perbankan syariah yang dimiliki oleh Indonesia maupun Malaysia.

4.4.1 Analisis Perbedaan Regulasi


Dengan mempelajari regulasi terkait praktik dan aktivitas bank syariah di
Indonesia dan Malaysia, terutama yaitu UU No. 21 tahun 2008 dan Islamic
Financial Services Act 2013, terdapat beberapa perbedaan yang menjadi perhatian
dalam penelitian ini. Pertama, berbeda dengan UU No.21 tahun 2008 yang
dikeluarkan oleh Pemerintah Indonesia khusus untuk bank syariah, IFSA
merupakan peraturan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Malaysia untuk institusi
keuangan Islam secara universal (bank syariah dan perusahaan asuransi syariah
atau takaful), sehingga peraturan yang berkaitan langsung dengan bank syariah
yang ditemukan dalam IFSA hanya mengenai perizinan (pendirian institusi
keuangan syariah); persyaratan syariah (aturan Islam); persyaratan kehati-hatian,

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


80

tata kelola, dan persyaratan transparansi; serta kegiatan usaha dan perlindungan
konsumen. Salah satu hal yang terdapat dalam UU No.21 tahun 2008 namun tidak
ditemukan dalam IFSA adalah fungsi dari bank syariah, dimana dalam UU No.21
tahun 2008 dinyatakan bahwa bank syariah berfungsi untuk menghimpun dan
menyalurkan dana masyarakat, namun selain itu juga dapat berfungsi untuk
menerima dana zakat, infak, sedekah, hibah dalam bentuk lembaga Baitul Maal
atau menerima wakaf uang dalam bentuk lembaga keuangan syariah.
Dibandingkan IFSA, peraturan Indonesia yang mengatur fungsi bank syariah ini
lebih sesuai bagi bank syariah karena dapat mendorong bank syariah untuk tidak
luput dalam menjalankan fungsi sosial disamping fungsi ekonominya. Terlebih
lagi, pada dasarnya pelaksanaan pembangunan nasional masing-masing negara
dapat ditunjang melalui kedua fungsi bank syariah tersebut (fungsi ekonomi dan
sosial) karena zakat, infaq, sedekah, dan hibah berperan penting dalam membantu
mengurangi kemiskinan dan kesenjangan pendapatan.
Kedua, terkait aktivitas bisnis yang dilarang, pelarangan aktivitas bisnis
bank syariah dalam perundangan Indonesia lebih menekankan kepada setiap
aktivitas bisnis yang bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah, sedangkan
peraturan dalam IFSA lebih menekankan kepada setiap aktivitas bisnis yang
mengakibatkan kerugian bagi pihak konsumen, seperti aktivitas menipu maupun
memaksa nasabah untuk melakukan pembayaran atas produk atau jasa finansial
yang tidak ia minta. Peraturan Indonesia ini dirasa lebih sesuai bagi bank syariah
dibandingkan peraturan IFSA karena prinsip syariah pada dasarnya juga
mencakup perihal perlindungan terhadap konsumen dari beberapa hal yang dapat
merugikan mereka, seperti melindungi dari ketidakadilan (riba), ketidakpastian
(gharar), maupun kezaliman. Meskipun begitu, peraturan IFSA secara detail
menjelaskan proses pelaporan serta prosedur yang harus dilakukan manajemen
bank sebagai tindak lanjut apabila terjadi pelanggaran, sehingga dibandingkan
Indonesia, peraturan IFSA Malaysia lebih mendorong bank untuk
mempertanggungjawabkan setiap pelanggaran syariah yang telah mereka lakukan.
Ketiga, dengan adanya tantangan bagi bank syariah untuk terus menerus
mengembangkan diri agar dapat mengakomodasi perkembangan terkini dari
inovasi produk perbankan syariah, baik Pemerintah Indonesia maupun Malaysia

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


81

sama-sama berusaha untuk mendorong bank untuk menyediakan produk dan


layanan jasa yang sesuai dengan prinsip syariah yang manfaatnya dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat. Namun apabila dibandingkan, peraturan
Malaysia lebih sesuai bagi bank syariah karena terdapat sejumlah persyaratan dan
kondisi yang terperinci yang harus dipatuhi oleh setiap bank syariah Malaysia
yang hendak meluncurkan produk syariah baru, seperti persyaratan kepastian tata
kelola syariah yang baik dan persyaratan kapasitas yang baik untuk mengatur dan
mengkontrol resiko yang berhubungan dengan produk. Hal ini menunjukkan
bahwa Bank Negara Malaysia (BNM) tidak hanya mendorong bank syariah untuk
tetap mematuhi syariah dalam proses pengembangan dan proses implementasi
produk baru dari awal hingga akhir, tetapi juga mendorong untuk turut
memperhatikan aspek manajemen resiko dan perlindungan terhadap kepentingan
konsumen, dalam upaya untuk bersaing secara kompetitif dalam dunia perbankan
syariah dan untuk memastikan setiap produk baru yang dikembangkan dan
dipasarkan sesuai dengan kebutuhan dari segmen konsumen yang ditargetkan.
Terakhir, terdapat beberapa perbedaan antara peraturan BNM dengan
peraturan BI mengenai Dewan Pengawas Syariah (DPS) atau Komite Syariah.
Pertama, peraturan BNM mengatur kualifikasi yang harus dipenuhi oleh calon
anggota DPS, termasuk kondisi yang memungkinkan dilakukannya diskualifikasi
terhadap anggota DPS, sedangkan BI tidak mengatur hal tersebut. Peraturan BNM
ini tentunya bertujuan untuk memastikan setiap calon anggota Komite Syariah
bank memiliki kapabilitas yang baik, sehingga pengawasan terhadap masing-
masing bank juga diharapkan dapat berjalan dengan baik dan optimal. Kedua,
dalam peraturan BNM diatur mengenai tugas dan peran DPS bagi suatu bank yang
tidak hanya terbatas kepada memberikan pengarahan, pendapat, maupun
melaksanakan tugas pengawasan bank, melainkan juga bertugas dalam
menyetujui dan memvalidasi dokumentasi bank yang relevan, serta membantu
pihak ketiga (seperti auditor atau konsultan) dalam hal-hal yang berhubungan
dengan urusan syariah bank. Hal ini menunjukkan posisi dan kedudukan DPS
yang kuat dalam bank syariah di Malaysia. Ketiga, disamping mengatur tugas dan
peran DPS, peraturan BNM juga mengatur tugas dan peran dari manajemen bank
dalam membantu pelaksanaan tugas dan peran DPS, sedangkan BI tidak mengatur

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


82

hal tersebut. Peraturan BNM ini mendorong seluruh pihak manajemen bank untuk
ikut berpartisipasi dalam melaksanakan aktivitas bank syariah yang sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah, yang pada akhirnya memungkinkan bank-bank syariah di
Malaysia untuk menghasilkan kinerja bank yang lebih baik dan lebih sesuai
dengan prinsip-prinsip syariah dibandingkan bank-bank syariah di Indonesia.

4.4.2 Analisis Keterkaitan Regulasi terhadap Kinerja Bank Syariah


Setelah mempelajari regulasi perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia serta
perbedaan dari regulasi kedua negara tersebut, terdapat beberapa poin regulasi
yang dapat dikaitkan dengan kinerja bank syariah. Pertama, UU No. 21 tahun
2008 Pasal 4 yang mengatur fungsi utama dan fungsi sosial bank syariah terbukti
cukup mendorong bank-bank syariah di Indonesia untuk tidak luput dalam
menjalankan fungsi sosial disamping fungsi ekonominya. Meskipun berdasarkan
hasil analisis didapati bahwa rata-rata rasio penyaluran zakat bank syariah di
Malaysia lebih besar dibanding Indonesia, nilai median Indonesia masih sedikit
lebih besar dibanding Malaysia. Salah satu bank syariah yang menjalankan fungsi
sosial tersebut adalah Bank Muamalat Indonesia melalui Baitulmaal Muamalat
(BMM). Lembaga BMM yang dibentuk Bank Muamalat sejak tahun 1994 ini
menghimpun dana dari program CSR Bank Muamalat; dana ZIS (Zakat, Infak,
dan Sedekah) bank, karyawan, dan nasabah Bank Muamalat; serta dana Non-ZIS
dan telah mendistribusikan uang senilai 22,8 milliar rupiah di tahun 2010. Usaha
BMM yang terus-menerus memfokuskan kegiatannya untuk mengelola dana
sosial sesuai prinsip syariah Islam, mengembangkan komunitas yang mandiri,
tumbuh, dan berkarakter, serta menjadi mediator pengembangan usaha dan
lembaga keuangan mikro syariah, kemudian membuat Bank Muamalat terpilih
menjadi model pemberdayaan bank yang menjalankan fungsi CSR di Indonesia
dan membuat Bank Muamalat mendapat kepercayaan dari sejumlah lembaga
internasional, seperti Islamic Development Bank (Laporan Tahunan Bank
Muamalat Indonesia tahun 2010). Tidak hanya Bank Muamalat, Bank Syariah
Mandiri dan BNI Syariah juga mengelola dana sosial masing-masing melalui
Lembaga Amil Zakat Nasional Bangun Sejahtera Mitra Umat (LAZNAS BSM),
dan Unit Pengelola Zakat (UPZ) BAZNAS PT BNI Syariah.

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


83

Kedua, peraturan BNM yang mengatur peluncuran produk baru perbankan


syariah terbukti telah mendorong bank-bank syariah di Malaysia untuk terus
berkembang dan melakukan inovasi. Bank syariah di Malaysia, contohnya Bank
Islamic Malaysia Berhad, menawarkan variasi dan inovasi produk serta layanan
jasa yang mencapai 50 jenis, mencakup produk finansial untuk pembiayaan usaha,
pasar modal, investment banking, business banking, dan lain-lain. Namun
sayangnya, bank syariah di Malaysia memiliki proporsi pembiayaan melalui
produk equity-based financing (akad Mudharabah dan Musyarakah) yang jauh
lebih sedikit dibanding melalui produk debt-based financing seperti Murabahah,
Bai’ Bithaman Ajil, Bai’ al-Dayn, Bai’ al-Inah, dan lain-lain. Sementara untuk
bank syariah di Indonesia, pembiayaan melalui equity-based financing, yang
merupakan akad utama dari perbankan syariah, memiliki proporsi yang lebih
besar tiap tahunnya, yaitu sekitar 35-40% dari total pembiayaan, meskipun di sisi
lain, perkembangan dan inovasi bank syariah di Indonesia masih kalah
dibandingkan bank syariah di Malaysia.
Ketiga, baik peraturan Indonesia maupun Malaysia masing-masing sudah
mengatur mengenai fungsi, peran, dan tugas Dewan Pengawas Syariah (DPS) atau
Komite Syariah, serta kewajiban masing-masing bank syariah untuk membentuk
DPS. Peraturan ini terbukti telah mendorong DPS masing-masing bank syariah
untuk melakukan fungsi pengawasan yang optimal karena secara garis besar
mayoritas bank syariah hanya menjalankan aktivitas perbankan, menerima
pendapatan, dan melakukan investasi yang diperbolehkan dalam prinsip syariah
(halal, tidak mengandung riba, gharar, maysir, dan zalim). Hanya saja, peraturan
Pemerintah Indonesia mengenai DPS tetap perlu dikembangkan agar menjadi
lebih terperinci layaknya peraturan Pemerintah Malaysia, sehingga fungsi
pembentukan DPS bagi perbankan syariah dapat lebih maksimal dibanding saat
ini.
Berdasarkan penjelasan poin 4.4.1 dan 4.4.2 di atas, dapat disimpulkan
bahwa dibandingkan regulasi di Indonesia, pada umumnya regulasi perbankan
syariah di Malaysia memang lebih mendukung perkembangan perbankan syariah.
Regulasi ini, menurut Baljeet Kaur Grewal dalam laporan IFSB 4th Public
Lecture on Financial Policy and Stability (2011) menghasilkan beberapa efek

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


84

positif, seperti mendorong bank syariah di Malaysia untuk berkompetisi dengan


menyediakan layanan yang efisien dan dapat diandalkan/dipercaya, mendorong
praktik perbankan syariah dan pelaksanaan tata kelola yang baik, serta
memastikan perlindungan kepentingan konsumen dan pemangku kepentingan
lainnya yang pada akhirnya dapat meningkatkan kepercayaan dan ketertarikan
konsumen dan publik terhadap layanan, produk, dan sistem perbankan syariah.
Hanya saja, fleksibilitas untuk berkembang dan berinovasi yang dimiliki
perbankan syariah di Malaysia mungkin kemudian menyebabkan bank syariah
lebih berfokus kepada penciptaan produk-produk baru dibandingkan berfokus
kepada pelaksanaan pembiayaan melalui prinsip bagi hasil, dimana bank syariah
berperan sebagai lembaga perantara bagi pihak yang memiliki harta/modal (rabbul
mal) dengan pihak yang memiliki kemampuan untuk mengelola harta/modal
menjadi suatu bisnis (mudharib). Rangkuman analisis perbedaan regulasi dan
analisis pengaruh regulasi terhadap kinerja bank syariah di Indonesia dan
Malaysia dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3 Rangkuman Analisis Regulasi


No. Regulasi Bank Syariah Regulasi Bank Syariah Pengaruh
di Indonesia di Malaysia Regulasi
terhadap Kinerja
Bank Syariah
1 Mengatur fungsi sosial Tidak mengatur fungsi Mendorong bank
dari bank syariah social dari bank syariah syariah di
Indonesia
menjalankan
fungsi sosialnya.
2 Melarang aktivitas bisnis Utamanya melarang -
bank syariah yang aktivitas bisnis bank
bertentangan dengan syariah yang
prinsip syariah mengakibatkan kerugian
bagi pihak konsumen

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


85

Tabel 4.3 Rangkuman Analisis Regulasi (Lanjutan)


No. Regulasi Bank Syariah Regulasi Bank Syariah Pengaruh
di Indonesia di Malaysia Regulasi
terhadap Kinerja
Bank Syariah
3 Mengatur peluncuran Mengatur peluncuran Mendorong bank
produk baru bank syariah produk baru bank syariah syariah di
secara umum secara lebih detail dan Malaysia untuk
terperinci melakukan inovasi
produk
4 Mengatur Dewan Mengatur Dewan Meskipun
Pengawas Syariah (DPS) Pengawas Syariah (DPS) berbeda, kedua
secara umum secara lebih detail dan regulasi telah
terperinci mendorong DPS
masing-masing
bank syariah
untuk
menjalankan
fungsinya secara
optimal.

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


86

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Penelitian ini merupakan sebuah studi mengenai kinerja bank syariah yang
spesifik dilakukan pada bank-bank syariah di Indonesia dan Malaysia. Jumlah
sampel penelitian adalah 24 bank-bank syariah dengan periode penelitian tahun
2010–2013. Pengukuran kinerja dilakukan menggunakan rasio-rasio kuantitatif
yang terdapat dalam Islamicity Performance Index yang digagas oleh Hameed et
al. (2004). Selain itu, studi juga dilakukan terhadap peraturan yang dikeluarkan
oleh Pemerintah Indonesia dan Malaysia untuk melihat sejauh mana payung
hukum masing-masing negara mendorong bank syariah untuk memberikan kinerja
yang terbaik.
Hasil penelitian menemukan bahwa secara keseluruhan bank syariah yang
diteliti menunjukkan kepatuhan terhadap nilai dan prinsip syariah, kecuali
kepatuhan terhadap penerapan prinsip bagi hasil sebagai prinsip utama dalam
aktivitas pembiayaan yang dilakukan bank syariah. Berdasarkan uji varians
(ANOVA), terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja bank syariah di
Indonesia dan Malaysia pada semua rasio Islamicity Performance Index, kecuali
rasio pendistribusian pendapatan kepada masyarakat dan rasio pendapatan
Islami/halal. Bank syariah di Indonesia menunjukkan kinerja yang lebih baik
dibandingkan Malaysia dalam hal penerapan prinsip bagi hasil (akad Mudharabah
dan Musyarakah) sebagai prinsip utama dalam perbankan syariah, pendistribusian
pendapatan kepada karyawan, serta penerapan investasi halal. Sementara itu, bank
syariah di Malaysia menunjukkan kinerja yang lebih baik dibandingkan Indonesia
dalam penyaluran zakat untuk masyarakat, pendistribusian pendapatan kepada
pemegang saham, serta pendistribusian pendapatan kepada perusahaan (bank).
Terkait regulasi, dibandingkan regulasi di Indonesia, pada umumnya
regulasi perbankan syariah di Malaysia memang lebih mendukung perkembangan
perbankan syariah dan lebih mendorong bank syariah untuk memberikan kinerja
yang terbaik yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Hanya saja, fleksibilitas
untuk berkembang dan berinovasi yang dimiliki perbankan syariah di Malaysia
mungkin kemudian menyebabkan bank syariah lebih berfokus kepada penciptaan

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


87

produk-produk baru dibandingkan berfokus kepada pelaksanaan pembiayaan


melalui prinsip bagi hasil yang merupakan prinsip utama dari perbankan syariah.

5.2 Keterbatasan Penelitian


 Islamicity Performance Index yang digagas oleh Hameed et al. (2004)
sebenarnya belum diakui secara umum dalam dunia perbankan syariah,
sehingga meskipun indeks ini sudah lebih sesuai untuk diaplikasikan
dalam mengukur kinerja bank syariah, dibutuhkan analisis tambahan yang
lebih diterima secara umum untuk menggunakan indeks Hameed et al.
(2004) ini dalam penelitian.
 Terdapat dua rasio dari Islamicity Performance Index Hameed et al.
(2004) yang tidak digunakan dalam penelitian ini, yakni directors-
employees ratio dan AAOIFI index karena keterbatasan data yang tersedia,
baik dari sisi bank syariah maupun dari sisi peneliti sebelumnya (Hameed
et al.),
 Diperlukan kehati-hatian dalam mengeneralisasi analisis dari hasil
perhitungan distribution to society ratio dan Islamic income ratio karena
beberapa bank syariah di Malaysia tidak mempublikasikan data dana
kebajikan (qard) atau donasi serta pendapatan non-halal yang mereka
terima, sehingga hasil perhitungan tersebut mungkin akan berbeda apabila
datanya tersedia. Hal ini terkait perbedaan penerapan standar akuntansi
antara Indonesia dan Malaysia, dimana Indonesia mengacu kepada
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Pedoman Akuntansi
Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI), sedangkan Malaysia mengacu
kepada Malaysian Financial Reporting Standards (MFRS) dan
International Financial Reporting Standards (IFRS).

5.3 Saran
Untuk dapat meningkatkan kinerja bank syariah yang lebih sesuai dengan prinsip
dan tujuan syariah (Maqashid al-Shariah), beberapa saran yang direkomendasikan
dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Perbankan Syariah

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


88

Dibutuhkan pemahaman yang lebih mendalam terkait hal-hal mendasar


dari perbankan syariah, khususnya dalam hal prinsip dan tujuan yang
mendasari pendirian bank syariah. Selain itu juga dibutuhkan komitmen
dari bank syariah untuk menjalankan operasional bank sesuai dengan
prinsip dan tujuan syariah tersebut. Hal ini sangat penting karena di tengah
perkembangan industri perbankan syariah yang pesat, bank syariah
menghadapi tantangan untuk menunjukkan kinerja yang terbaik agar dapat
bersaing secara kompetitif, namun tentunya kinerja tersebut harus tetap
sesuai dengan prinsip dan tujuan syariah.
2. Bagi Regulator
Dibutuhkan pengawasan yang ketat dan tepat demi memastikan bahwa
bank syariah menjalankan peran dan aktivitasnya sesuai dengan prinsip
dan tujuan syariah. Tanpa adanya regulasi, kebijakan, dan pengawasan
yang tepat tersebut, pelaksanaan bank syariah kemungkinan besar akan
keluar dari kerangka prinsip dan tujuan utama pendirian bank syariah,
yang pada akhirnya dapat membentuk pandangan bahwa “institusi
perbankan syariah hanya menggantikan istilah bank konvensional dengan
istilah yang berasal dari Arab Klasik dan menawarkan jasa-jasa yang
hampir serupa kepada kliennya, namun dengan biaya yang lebih mahal.”
(Khan, 2010)
3. Bagi Akademisi dan Peneliti Lainnya
Penelitian selanjutnya dapat menggabungkan indikator-indikator dari
beberapa akademisi dalam mengukur kinerja bank syariah agar
memberikan gambaran kinerja bank syariah berdasarkan Maqasid al-
Shariah yang lebih menyeluruh. Selain itu, pengukuran kinerja mungkin
dapat dilakukan dengan pembobotan (ranking), seperti yang telah
dilakukan Antonio, Sanrego, & Taufiq (2012) dan peneliti-peneliti
terdahulu.

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


89

DAFTAR REFERENSI

A. Karim, A. (2005). Islamic Banking. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Adnan, M. A., & Abu Bakar, N. B. (2007). Accounting Treatment for Corporate
Zakat: A Critical Review. International Journal of Islamic and Middle
Eastern Finance and Management.

Agung, I. (2009). Time Series Data Analysis Using E Views. Singapore: John
Willey & Sons.

Anderson, R. (2003). Founding-Family Ownership and Firm Performance:


Evidence from the S&P 500. Journal of Finance 58, 1301 - 1328.

Antonio, M. S. (1999). Bank Syariah bagi Bankir dan Praktisi Keuangan. Jakarta:
Tazkia Institut.

Antonio, M. S., Sanrego, Y. D., & Taufiq, M. (2012). An Analysis of Islamic


Banking Performance: Maqashid Index Implementation in Indonesia and
Jordania. Journal of Islamic Finance, Vol. 1 No. 1.

Aris, N. A., Othman, R., Azli, R. M., Sahri, M., Razak, D. A., & Rahman, Z. A.
(2013). Islamic Banking Products: Regulations, Issues, and Challenges.
The Journal of Applied Business Research.

Bank Indonesia. (2007). Kodifikasi Produk Perbankan Syariah.

Bank Indonesia. (2008). Peraturan Bank Indonesia Nomor:10/17/PBI/2008


tentang Produk Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah.

Bank Indonesia. (2013). Surat Edaran Bank Indonesia No.15/22/DPbS Tahun


2013 Perihal Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Dewan
Pengawas Syariah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

Bank Negara Malaysia. (-). BNM/RH/GL 008-3 “Guidelines on Introduction of


New Products”.

Bank Negara Malaysia. (-).BNM/RH/GL/012-1 “Guidelines on the Governance of


Shariah Committee for the Islamic Financial Institutions”.

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


90

Bedoui, H. (2013). Islamic Banks Performance and Maqasid Al-Shariah.


http://www.apeaweb.org/confer/osaka13/papers/Mansour_Walid.pdf

Binmahfouz, S. S. (2012). Investment Characteristics of Islamic Investment


Portfolios: Evidence from Saudi Mutual Funds and Global Indices. United
Kingdom: Durham Business School.

Bulan, L. T., & Subramanian, N. (2009). Chapter 12: The Firm Life Cycle Theory
of Dividends. In H. Kent Baker (Ed.). Dividends and Dividend Policy.
Wiley.

Cattelan, V. (2009). From the Concept of Haqq to the Prohibitions of Riba,


Gharar, and Maysir in Islamic Finance. Int. J. Monetary Economics and
Finance, Vol. 2, Nos. 3/4.

Chapra, M. U. (2000). Is it Necessary to have Islamic Economics? Journal of


Socio Economics 29.l

Chapra, U. (2007). The Islamic Vision of Development in the Light of Maqasid


al-Shariah. Islamic Development Bank Group.

Choudhhury, M. A. (2007). Islamic Economics and Finance: Where Do They


Stand?. International Journal of Accounting and Finance.

Dusuki, A. W., & Abozaid, A. (2007). A Critical Appraisal on The Challenges of


Realizing Maqasid Al-Shariah in Islamic Banking and Finance. IIUM
Journal of Economics and Management.

Dusuki, A. W., & Dar, H. (2007). Stakeholders' Perceptions of Corporate Social


Responsibility of Islamic Banks: Evidence from Malaysian Economy.
Islamic Development Bank Group.

Ebrahim, M. S., & Joo, T. K. (2001). Islamic Banking in Brunei Darussalam.


International Journal of Social Economics.

El Hawary, D., Grais, W., & Iqbal, Z. (2004). Regulating Islamic Financial
Institutions: The Nature of Regulated Darussalam. World Bank Policy
Research Working Paper.

Ernst & Young. (2014). World Islamic Banking Competitiveness Report 2013 -
2014. Ernst & Young.

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


91

Hameed, S., Wirman, Ade., Alrazi, Bakhtiar., Nazli, Mohd., & Pramono, Sigit.
(2004). Alternative Disclosure & Performance Measures for Islamic
Banks. Proceeding: Conference on Administrative Sciences. King Fahd
University of Petroleum & Minerals, Saudi Arabia.

Hamid, M. A., & Azmi, S. M. (2011). The Performance of Banking During 2000-
2009: Bank Islam Malaysia Berhad and Conventional Banking in
Malaysia. International Journal of Economics and Management Sciences
Vol. 1, No.1.

Hanniffa, R., & Hudaib, M. (2007). Exploring the Ethical Identity of Islamic
Banks via Communication in Annual Reports. Journal of Business Ethics.

Haniffa, R., & Hudaib. (2010). Islamic Finance: From Sacred Intention to Secular
Goal? Journal of Islamic Accounting and Business Research.

Haron, S., & Wan Azmi, W. N. (2009). Islamic Finance and Banking System.
Selangor, Malaysia: McGraw-Hill (Malaysia).

Hasan, Z. (1988). Distributional Equity in Islam. Munich Personal RePec


Archive, 43.

Iqbal, M., & Molyneux, P. (205). Thirty Years of Islamic Banking: History,
Performance, and Prospects. New York: Palgrave Macmillan.

Khan, F. (2010). How 'Islamic' is Islamic Banking. Journal of Economic Behavior


& Organization.

Kettel, Brian. (2011). Introduction to Islamic Banking and Finance. West Sussex:
John Wiley & Sons Ltd.

Majelis Ulama Indonesia. (2000). Fatwa Nomor:07/DSN-MUI/IV/2000 tentang


Pembiayaan Mudharabah.

Majelis Ulama Indonesia. (2000). Fatwa Nomor:08/DSN-MUI/IV/2000 tentang


Pembiayaan Musyarakah.

Majelis Ulama Indonesia. (2000). Fatwa Nomor:09/DSN-MUI/IV/2000 tentang


Pembiayaan Ijarah.

Majelis Ulama Indonesia. (2000). Fatwa Nomor:10/DSN-MUI/IV/2000 tentang


Wakalah.

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


92

Majelis Ulama Indonesia. (2000). Fatwa Nomor:11/DSN-MUI/IV/2000 tentang


Kafalah

Malhotra, & Bricks. (2006). Marketing Research. Pearson Education Limited.

Miskam, S., & Nasrul, M. A. (2013). Shariah Governance in Islamic Finance: The
Effects of The Islamic Financial Services Act 2013. International Journal
of Business and Social Science.

Mohammad, M. O., & Shahwan, S. (2013). The Objective of Islamic Economic


and Islamic Banking in Light of Maqashid Al-Shariah: A Critical Review.
Middle-East Journal of Scientific Research.

Mohammed, M. O., & Razak, D. A. (2008). The Performance Measures of


Islamic Banking Based on the Maqasid Framework. Paper presented at
The IIUM International Accounting Conference IV, Marriot Putrajaya
Hotel.

Mulyono, S. (2003). Statistika untuk Ekonomi. Jakarta: Lembaga Penerbit


Fakultas Ekonomi.

Nienhaus, V. (2011). Islamic Finance Ethics and Shari’ah Law in The Aftermath
of The Crisis: Concept and Practice of Shari’ah Compliant Finance.

Nurhayati, S., & Wasilah. (2009). Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta:


Salemba Empat.

Otoritas Jasa Keuangan. (2014). Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor


8/POJK.03/2014 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
Syariah dan Unit Usaha Syariah.

Otoritas Jasa Keuangan. (2014). Surat Edaran OJK Nomor 10/SEOJK.03/2014


tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah.

Praghina, M. (2008, Juli). Analisa Kinerja Keuangan Bank Mandiri Sebelum dan
Sesudah Go Public dengan Menggunakan Rasio CAMEL. Depok:
Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia.

Prasetyo, M. B. (2007). Perbandingan Pengukuran Efisiensi Perbankan Syariah di


Indonesia dengan Perbankan Syariah di Malaysia pada Tahun 2003-2006
dengan Metode DEA. Depok: Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia.

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


93

Republik Indonesia. (2008). Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang


Perbankan Syariah.

Sairally, S. (2007). Evaluating the 'Social Responsibility' of Islamic Finance:


Learning from the Experiences of Socially Responsible Investment Funds.
Proceedings of 6th International Conference on Islamic Economics and
Finance.

Siddiqi, M.N. (1983). Banking without Interest. Leicester: The Islamic


Foundation.

Silvianetta. (2012, July 16). Pengaruh Kinerja Perusahaan terhadap Remunerasi


Eksekutif dengan Moderasi Kepemilikan Keluarga. Depok: Fakultas
Ekonomi, Universitas Indonesia.

Siregar, D. M. (2013, Desember 16). Outlook Perbankan Syariah 2014.

Sulaiman, M., & Willett, R. (2001). Islam, Economic Rationalism, and


Accounting. The American Journal of Islamic Social Sciences, Vol.18.

Syahidawati. (2011). An Indicative Pronouncement Of Maqasid Al-Shariah in


The Vision, Mission And Objective (VMO) Statements of Local Islamic
Bank in Malaysia.

Usmani, & Ashraf, D. M. (2009). Examining The Prudence of Islamic Banks: A


Risk Management Perspective. Islamic Finance Review.

Venardos, A. M. (2010). Current Issues in Islamic Banking and Finance:


Resilience and Stability in the Present System. Singapore: World Scientific
Publishing Co. Pte. Ltd.

Wibisono, Y. (2014, May 16). Zakat: Teori dan Praktek Kontemporer. Depok:
Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia.

Yaakub, N. I., & Hasshan, H. (2003). Kekeliruan terhadap Pembiayaan Bai'


Bithaman Ajil di Malaysia. Malaysia.

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


94

LAMPIRAN
Lampiran 1: Daftar Nama Bank Syariah di Indonesia dan Malaysia

No. Nama Bank Negara


1. Affin Islamic Bank Berhad Malaysia
2. Al Rajhi Banking & Investment Corporation Malaysia
Berhad
3. Alliance Islamic Bank Berhad Malaysia
4. AmIslamic Bank Berhad Malaysia
5. Asian Finance Bank Berhad Malaysia
6. Bank Islam Malaysia Berhad Malaysia
7. Bank Muamalat Malaysia Berhad Malaysia
8. Bank Syariah Mandiri Indonesia
9. CIMB Islamic Bank Berhad Malaysia
10. Hong Leong Islamic Bank Berhad Malaysia
11. HSBC Amanah Malaysia Berhad Malaysia
12. Kuwait Finance House Malaysia Berhad Malaysia
13. Maybank Islamic Berhad Malaysia
14. OCBC Al-Amin Bank Berhad Malaysia
15. PT Bank BCA Syariah Indonesia
16. PT Bank BRI Syariah Indonesia
17. PT Bank Jawa Barat Banten Syariah Indonesia
18. PT Bank Mega Syariah Indonesia
19. PT Bank Muamalat Indonesia Indonesia
20. PT Bank Panin Syariah Indonesia
21. PT Bank Syariah BNI Indonesia
22. Public Islamic Bank Berhad Malaysia
23. RHB Islamic Bank Berhad Malaysia
24. Standard Chartered Saadiq Berhad Malaysia

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


95

Lampiran 2: Hasil Pengukuran Islamicity Performance Index

Equitable Distribution Ratio


Zakat
Profit- Dist. to Islamic Islamic
No Nama Bank Tahun Perfor- Dist. to Dist. to Dist. to
Sharing Sharehol- Investment Income
mance Society Employees Company
ders
1 Affin Islamic Bank Berhad 2010 0,00000 0,01068 0,00053 0,19118 0,00000 0,09136 0,69896 1,00000
Affin Islamic Bank Berhad 2011 0,00000 0,01141 0,00088 0,12780 0,00000 0,15120 0,62209 0,99919
Affin Islamic Bank Berhad 2012 0,00000 0,00924 0,00033 0,13599 0,00000 0,16419 0,64968 0,99995
Affin Islamic Bank Berhad 2013 0,00000 0,01217 0,00021 0,15231 0,00000 0,13761 0,58482 1,00000
Al Rajhi Banking & Investment
2 Corporation Berhad 2010 0,00000 0,00000 0,00695 0,19328 0,00000 0,07579 1,00000 1,00000
Al Rajhi Banking & Investment
Corporation Berhad 2011 0,00000 0,00000 0,00342 0,26719 0,00000 0,12539 1,00000 1,00000
Al Rajhi Banking & Investment
Corporation Berhad 2012 0,00000 0,00000 0,00209 0,21315 0,00000 0,04017 1,00000 0,99746
Al Rajhi Banking & Investment
Corporation Berhad 2013 0,00000 0,00000 0,00039 0,20623 0,00000 0,00941 1,00000 0,99950
3 Alliance Islamic Bank Berhad 2010 0,00000 0,00022 0,21350 0,00000 0,41352 0,63783
Alliance Islamic Bank Berhad 2011 0,00000 0,00077 0,20080 0,00000 0,18828 0,59952
Alliance Islamic Bank Berhad 2012 0,00000 0,00020 0,19113 0,00000 0,24379 0,69016
Alliance Islamic Bank Berhad 2013 0,00000 0,00029 0,21017 0,10739 0,16490 0,53249
4 AmIslamic Bank Berhad 2010 0,00000 0,00095 0,00695 0,21328 0,27870 0,27991 1,00000
AmIslamic Bank Berhad 2011 0,00000 0,00040 0,00835 0,03540 0,13894 0,48575 1,00000
AmIslamic Bank Berhad 2012 0,00004 0,00096 0,00753 0,00000 0,16798 0,47609 1,00000
AmIslamic Bank Berhad 2013 0,00036 0,00077 0,00751 0,00000 0,16493 0,61936 1,00000

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


96

Lampiran 2: Hasil Pengukuran Islamicity Performance Index (lanjutan)

Equitable Distribution Ratio


Zakat
Profit- Dist. to Islamic Islamic
No Nama Bank Tahun Perfor- Dist. to Dist. to Dist. to
Sharing Sharehol- Investment Income
mance Society Employees Company
ders
5 Asian Finance Bank Berhad 2010 0,00000 0,00000 0,00006 0,33711 0,00000 -0,41628 0,62480 0,99994
Asian Finance Bank Berhad 2011 0,00000 0,00000 0,00015 0,29985 0,00000 0,00225 0,79991 0,99985
Asian Finance Bank Berhad 2012 0,00000 0,00000 0,00026 0,22552 0,00000 -0,06300 1,00000 0,99973
Asian Finance Bank Berhad 2013 0,00000 0,00000 0,00051 0,16310 0,00000 0,03785 1,00000 0,99949
6 Bank Islam Malaysia Berhad 2010 0,00051 0,00530 0,00000 0,20329 0,00916 0,19745 0,95443 1,00000
Bank Islam Malaysia Berhad 2011 0,00042 0,00279 0,00012 0,21688 0,08145 0,23329 0,97765 0,99989
Bank Islam Malaysia Berhad 2012 0,00000 0,00298 0,00020 0,22582 0,08575 0,25194 0,99937 1,00000
Bank Islam Malaysia Berhad 2013 0,00000 0,00378 0,00002 0,21528 0,09585 0,24118 0,99786 0,99998
7 Bank Muamalat Malaysia Berhad 2010 0,00580 0,00600 0,00000 0,20896 0,00000 0,17851 0,99375
Bank Muamalat Malaysia Berhad 2011 0,00003 0,00211 0,00738 0,19942 0,00000 0,09882 0,99292
Bank Muamalat Malaysia Berhad 2012 0,00002 0,00385 0,00823 0,21011 0,00000 0,17968 0,97946
Bank Muamalat Malaysia Berhad 2013 0,00470 0,00295 0,00000 0,21758 0,20688 0,15856 0,96940
8 Bank Syariah Mandiri 2010 0,36500 0,00057 0,00049 0,19631 0,00000 0,13194 1,00000 0,99983
Bank Syariah Mandiri 2011 0,27288 0,00000 0,00023 0,20693 0,00000 0,11818 1,00000 0,99987
Bank Syariah Mandiri 2012 0,23580 0,00081 0,00028 0,17684 0,00000 0,11818 1,00000 0,99992
Bank Syariah Mandiri 2013 0,22093 0,00046 0,00010 0,18677 0,00000 0,10201 1,00000 0,99997
9 CIMB Islamic Bank Berhad 2010 0,00000 0,00000 0,00000 0,08276 0,00000 0,21295 0,52563
CIMB Islamic Bank Berhad 2011 0,00000 0,00000 000000 0,11790 0,00000 0,19593 0,60968 1,00000
CIMB Islamic Bank Berhad 2012 0,00000 0,00000 0,00000 0,04111 0,00000 0,19862 0,71297 1,00000

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


97

Lampiran 2: Hasil Pengukuran Islamicity Performance Index (lanjutan)

Equitable Distribution Ratio


Zakat
Profit- Dist. to Islamic Islamic
No Nama Bank Tahun Perfor- Dist. to Dist. to Dist. to
Sharing Sharehol- Investment Income
mance Society Employees Company
ders
CIMB Islamic Bank Berhad 2013 0,00000 0,00000 0,00017 0,03976 0,00000 0,17223 0,52075 0,99984
10 Hong Leong Islamic Bank Berhad 2010 0,00000 0,00009 0,02773 0,01440 0,26470 0,93149
Hong Leong Islamic Bank Berhad 2011 0,00000 0,00008 0,03089 0,06062 0,17046 0,99998
Hong Leong Islamic Bank Berhad 2012 0,00000 0,00018 0,03648 0,04632 0,20101 0,98864
Hong Leong Islamic Bank Berhad 2013 0,00000 0,00015 0,03151 0,04123 0,26968 0,98284 0,99988
11 HSBC Amanah Malaysia Berhad 2010 0,11927 0,00000 0,00000 0,06261 0,00000 0,11846 0,76732 1,00000
HSBC Amanah Malaysia Berhad 2011 0,21931 0,00000 0,00000 0,05029 0,00000 0,14936 0,97117 1,00000
HSBC Amanah Malaysia Berhad 2012 0,38378 0,00000 0,00010 0,04870 0,00000 0,18303 0,88539 0,99996
HSBC Amanah Malaysia Berhad 2013 0,44669 0,00000 0,00015 0,05335 0,00000 0,21115 0,90875 0,99990
12 Kuwait Finance House Berhad 2010 0,09357 0,00076 0,00000 0,18133 0,00000 -0,19993 0,85774 1,00000
Kuwait Finance House Berhad 2011 0,09171 0,00000 0,00000 0,14220 0,00000 -0,93426 0,76773 1,00000
Kuwait Finance House Berhad 2012 0,09159 0,00000 0,00014 0,21444 0,00000 0,13928 0,84881 0,99987
Kuwait Finance House Berhad 2013 0,07210 0,00000 0,00000 0,27366 0,00000 0,22950 0,86663 1,00000
13 Maybank Islamic Berhad 2010 0,03758 0,00214 0,00000 0,00500 0,10934 0,22160 0,90752 1,00000
Maybank Islamic Berhad 2011 0,05711 0,00350 0,00000 0,00693 0,08041 0,26142 0,93263 1,00000
Maybank Islamic Berhad 2012 0,06844 0,00335 0,00002 0,00815 0,07797 0,26270 0,88887 0,99998
Maybank Islamic Berhad 2013 0,05472 0,00334 0,00001 0,00761 0,03856 0,24236 0,85636 0,99999
14 OCBC Al Amin Bank Berhad 2010 0,00000 0,00005 0,00000 0,11390 0,00000 0,11511 0,99596 1,00000
OCBC Al Amin Bank Berhad 2011 0,05434 0,00005 0,00000 0,13728 0,00000 0,07513 1,00000 1,00000

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


98

Lampiran 2: Hasil Pengukuran Islamicity Performance Index (lanjutan)

Equitable Distribution Ratio


Zakat
Profit- Dist. to Islamic Islamic
No Nama Bank Tahun Perfor- Dist. to Dist. to Dist. to
Sharing Sharehol- Investment Income
mance Society Employees Company
ders
OCBC Al Amin Bank Berhad 2012 0,06036 0,00006 0,00004 0,10346 0,00000 0,13687 0,93621 0,99996
OCBC Al Amin Bank Berhad 2013 0,04194 0,00005 0,00027 0,07059 0,00000 0,24501 0,92905 0,99974
15 PT Bank BCA Syariah 2010 0,56591 0,00000 0,00026 0,33272 0,00000 0,07219 1,00000 0,88790
PT Bank BCA Syariah 2011 0,38035 0,00000 0,00011 0,35212 0,00000 0,07279 0,98936 0,99737
PT Bank BCA Syariah 2012 0,50618 0,00001 0,00062 0,30292 0,00000 0,07279 0,99714 0,99999
PT Bank BCA Syariah 2013 0,55133 0,00001 0,00072 0,24415 0,00000 0,07622 0,99481 0,99999
16 PT Bank BRI Syariah 2010 0,24193 0,00008 0,00020 0,25823 0,00000 0,01488 1,00000 0,99999
PT Bank BRI Syariah 2011 0,19194 0,00022 0,00034 0,26386 0,00000 0,01016 1,00000 0,99998
PT Bank BRI Syariah 2012 0,23587 0,00032 0,00108 0,22029 0,00000 0,01016 1,00000 0,99997
PT Bank BRI Syariah 2013 0,28815 0,00044 0,00161 0,22046 0,00000 0,07136 1,00000 0,99982
PT Bank Jawa Barat Banten
17 Syariah 2010 0,56566 0,00000 0,27604 0,00000 0,04260 1,00000 1,00000
PT Bank Jawa Barat Banten
Syariah 2011 0,51869 0,00000 0,24985 0,00000 0,07136 1,00000 1,00000
PT Bank Jawa Barat Banten
Syariah 2012 0,68607 0,00002 0,19945 0,00000 0,07136 1,00000 0,99999
PT Bank Jawa Barat Banten
Syariah 2013 0,88034 0,00000 0,00012 0,21072 0,00000 0,05489 1,00000 0,99983
18 PT Bank Mega Syariah 2010 0,04551 0,00066 0,00066 0,29860 0,00000 0,06631 1,00000 0,99980
PT Bank Mega Syariah 2011 0,01699 0,00058 0,00061 0,31734 0,00000 0,05598 1,00000 0,99992
PT Bank Mega Syariah 2012 0,00585 0,00031 0,00027 0,25860 0,00000 0,05598 1,00000 0,99996

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


99

Lampiran 2: Hasil Pengukuran Islamicity Performance Index (lanjutan)

Equitable Distribution Ratio


Zakat
Profit- Dist. to Islamic Islamic
No Nama Bank Tahun Perfor- Dist. to Dist. to Dist. to
Sharing Sharehol- Investment Income
mance Society Employees Company
ders
PT Bank Mega Syariah 2013 0,00597 0,00063 0,00002 0,22108 0,00000 0,09124 1,00000 0,99992
19 PT Bank Muamalat Indonesia 2010 0,48898 0,00007 0,00561 0,16264 0,00000 0,10973 1,00000 1,00000
PT Bank Muamalat Indonesia 2011 0,44520 0,00034 0,00094 0,18507 0,00010 0,12339 1,00000 0,99910
PT Bank Muamalat Indonesia 2012 0,45920 0,00019 0,00186 0,19250 0,00003 0,12339 1,00000 0,99858
PT Bank Muamalat Indonesia 2013 0,51069 0,00028 0,00022 0,18121 0,00011 0,11435 1,00000 0,99926
20 PT Bank Panin Syariah 2010 0,81699 0,00000 0,00106 0,31744 0,00000 -0,30713 1,00000 0,99307
PT Bank Panin Syariah 2011 0,45706 0,00000 0,00011 0,20827 0,00000 0,12850 1,00000 0,99760
PT Bank Panin Syariah 2012 0,49255 0,00000 0,00014 0,14245 0,00000 0,12850 1,00000 0,99964
PT Bank Panin Syariah 2013 0,52289 0,00004 0,00013 0,12822 0,00000 0,16415 1,00000 0,99703
21 PT Bank Syariah BNI 2010 0,20029 0,00005 0,00003 0,17476 0,00000 0,08256 1,00000 1,00000
PT Bank Syariah BNI 2011 0,19380 0,00045 0,00061 0,22415 0,03718 0,08093 1,00000 1,00000
PT Bank Syariah BNI 2012 0,16685 0,00054 0,00033 0,32350 0,00000 0,08093 1,00000 0,99976
PT Bank Syariah BNI 2013 0,16001 0,00071 0,00009 0,32723 0,00000 0,08328 1,00000 0,99992
22 Public Islamic Bank Berhad 2010 0,00000 0,00014 0,00000 0,01535 0,27738 0,35326 0,88353 1,00000
Public Islamic Bank Berhad 2011 0,00000 0,00015 0,00004 0,01371 0,28903 0,35528 0,67683 0,99997
Public Islamic Bank Berhad 2012 0,00225 0,00014 0,00000 0,01308 0,31735 0,30119 0,74218 1,00000
Public Islamic Bank Berhad 2013 0,06053 0,00010 0,00002 0,01086 0,22010 0,25023 0,67296 0,99998
23 RHB Islamic Bank Berhad 2010 0,13458 0,00000 0,11236 0,00000 0,12840 0,75549
RHB Islamic Bank Berhad 2011 0,13023 0,00000 0,08356 0,00000 0,13042 0,71659

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


100

Lampiran 2: Hasil Pengukuran Islamicity Performance Index (lanjutan)

Equitable Distribution Ratio


Zakat
Profit- Dist. to Islamic Islamic
No Nama Bank Tahun Perfor- Dist. to Dist. to Dist. to
Sharing Sharehol- Investment Income
mance Society Employees Company
ders
RHB Islamic Bank Berhad 2012 0,15788 0,00019 0,06665 0,00000 0,14378 0,74768 1,00000
RHB Islamic Bank Berhad 2013 0,20400 0,00081 0,06828 0,00000 0,14352 0,59886
24 Standard Chartered Saadiq Berhad 2010 0,00000 0,00000 0,01468 0,00000 0,19261 1,00000
Standard Chartered Saadiq Berhad 2011 0,00000 0,00000 0,02697 0,00000 0,20542 1,00000
Standard Chartered Saadiq Berhad 2012 0,00000 0,00000 0,02805 0,00000 0,17265 1,00000
Standard Chartered Saadiq Berhad 2013 0,00000 0,00000 0,02571 0,00000 0,12057 1,00000

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


101

Lampiran 3: Hasil Uji Varians (ANOVA)

Tabel Hasil Uji Varians (ANOVA) Profit-Sharing Ratio


Source of
Variation SS df MS F P-value F crit
Between
22,57723 1 22,57723 18,42487 0,00004 3,94230
Groups
Within
115,18452 94 1,22537
Groups
Total 137,76175 95

Tabel Hasil Uji Varians (ANOVA) Zakat Performance Ratio


Source of
Variation SS df MS F P-value F crit
Between
0,00003 1 0,00003 5,76305 0,01834 3,94230
Groups
Within
0,00051 94 0,00001
Groups
Total 0,00054 95

Tabel Hasil Uji Varians (ANOVA) Distribution to Society Ratio


Source of
Variation SS df MS F P-value F crit
Between
0,00000 1 0,00000 0,97844 0,32564 3,96347
Groups
Within
0,00034 78 0,00000
Groups
Total 0,00035 79

Tabel Hasil Uji Varians (ANOVA) Distribution to Employee Ratio


Source of
Variation SS df MS F P-value F crit
Between
0,30869 1 0,30869 44,98703 0,00000 3,94230
Groups
Within
0,64509 94 0,00686
Groups
Total 0,95377 95

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015


102

Tabel Hasil Uji Varians (ANOVA) Distribution to Shareholders Ratio


Source of
Variation SS df MS F P-value F crit
Between
0,02835 1 0,02835 7,04190 0,00935 3,94230
Groups
Within
0,37843 94 0,00403
Groups
Total 0,40678 95

Tabel Hasil Uji Varians (ANOVA) Distribution to Company Ratio


Source of
Variation SS df MS F P-value F crit
Between
0,11553 1 0,11553 4,74716 0,03185 3,94230
Groups
Within
2,28757 94 0,02434
Groups
Total 2,40309 95

Tabel Hasil Uji Varians (ANOVA) Islamic Income Ratio


Source of
Variation SS df MS F P-value F crit
Between
0,00029 1 0,00029 1,73059 0,19257 3,97581
Groups
Within
0,01207 71 0,00017
Groups
Total 0,01237 72

Tabel Hasil Uji Varians (ANOVA) Islamic Investment Ratio


Source of
Variation SS df MS F P-value F crit
Between
0,67850 1 0,67850 30,78826 0,00000 3,94230
Groups
Within
2,07155 94 0,02204
Groups
Total 2,75005 95

Universitas Indonesia

Perbandingan kinerja..., Astrid Astari Handiyanti, FE UI, 2015

Anda mungkin juga menyukai