Anda di halaman 1dari 24

PEDOMAN PELAYANAN KLINIS

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara umum Puskesmas merupakan satuan organisasi yang memberikan kewenangan
kemandirian oleh dinas kesehatan untuk melaksanakan satuan tugas operasional
pembangunan di wilayah kerja. Menurut peraturan menteri Kesehatan Republik Indonesia
nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, pada pasal 4 disebutkan
bahwasannya Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk
mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung
terwujudnya kecamatan sehat.
Adapun fungsi puskesmas sebagaimana tertuang pada pasal 5 Permenkes RI No. 75
tahun 2014 meliputi :
1. Penyelenggaraan UKM (Upaya Kesehatan Masyarakat) tingkat pertama di wilayah
kerjanya
2. Penyelenggaraan UKP (Upaya Kesehatan Perorangan) tingkat pertama di wilayah
kerjanya.
Selain dua fungsi yang terdapat pada pasal 5, selanjutnya pasal 8 menyebutkan bahwa
puskesmas juga dapat berfungsi sebagai wahana pendidikan tenaga kesehatan.
Puskesmas sebagai salah satu jenis fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama memiliki
peranan penting dalam sistem kesehatan nasional, khususnya subsistem upaya kesehatan.
Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan nasional diselenggarakan berbagai upaya
kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu. Upaya kesehatan perseorangan tingkat
pertama di Puskesmas Perawatan Taar meliputi :
a. Rawat Jalan
b. Pelayanan gawat darurat
c. Rawat Inap
d. KIA/KB
e. Konseling gizi
f. Konseling Sanitarian
g. Laboratorium
h. Kefarmasian
i. Pelayanan gigi dan mulut
j. Pelayanan fisioterapi
k. Pelayanan akupresor
l. Rujukan

B. Tujuan Pedoman
Pedoman pelayanan klinis bertujuan untuk menjadi acuan bagi seluruh aktifitas
pelayanan klinis yang dilaksanakan di Puskesmas Perawatan Taar , sehingga pada akhirnya
pelayanan klinis dapat meningkatkan kepuasan pelanggan yang pada akhirnya dapat
mendukung pencapaian standar pelayanan minimal (SPM).

C. Sasaran Pedoman
Sasaran pedoman pelayanan klinis adalah seluruh pelayanan klinis yang ada di
Puskesmas Perawatan Taar mulai dari pendaftaran pasien, pemeriksaan pasien (poli umum,
ruang tindakan poli gigi, poli KIA, poli MTBS, UGD), pemeriksaan penunjang
(Laboratorium), pelayanan Farmasi, konsultasi (klinik PTM,poli Gizi, PHBS.

D. Ruang Lingkup Pedoman


Ruang lingkup pelayanan klinis di Puskesmas meliputi :
1. Pendaftaran pasien
Sebelum mendapatkan pelayanan pemeriksaan atau konsultasi kesehatan, pasien
terlebih dahulu mendaftarkan diri di bagian pendaftaran untuk dicatatkan data
identitasnya dan dibuatkan rekam mediknya. Selanjutnya pasien akan diarahkan ke
poli yang dituju.
2. Pemeriksaan pasien
Pemeriksaan pasien dilakukan di poliklinik sesuai dengan keluhan dan kondisi pasien.
Pemeriksaan dilakukan di poli umum, poli KIA, atau ruang poli gigi tindakan terbatas
3. Pemeriksaan penunjang
Apabila dianggap perlu maka dokter yang memeriksa kondisi pasien dapat merujuk
pasien ke unit penunjang (laboratorium) untuk mendapatkan pemeriksaan penunjang
yang sesuai demi mendapatkan informasi lebih lengkap mengenai kondisi pasien.
4. Pelayanan kefarmasian
Apabila pasien sudah selesai diperiksa membutuhkan obat, maka pasien akan diberi
resep yang akan dibawa kebagian farmasi untuk mendapatkan obat sesuai dengan
yang tertera dalam resep.
5. Konsultasi pasien
Pasien yang membutuhkan penjelasan mengenai kondisi kesehatan yang lebih rinci
akan dirujuk ke unit terkait, misalnya konsultasi poli PTM, poli Gizi, PHBS, poli TB
Paru, poli IMS, Kusta,fisioterapi, dan akupresor.

E. Batasan Operasional

1. Rawat jalan adalah pelayanan medis yang diberikan kepada pasien untuk tujuan
engamatan, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi dan pelayanan kesehatan lainnya tanpa
mengharuskan rawat inap.
2. Pelayanan gawat darurat adalah pelayanan kesehatan yang harus diberikan secepatnya
untuk mencegah terjadinya kematian, keparahan dan kecacatan sesuai dengan
kemampuan puskesmas.
3. Pemeriksaan penunjang
Adalah pemeriksaan tambahan terhadap pemeriksaan kesehatan yang dilakukan
dokter untuk mendapatkan kepastian diagnosa dan ketepatan terapi terhadap pasien.
4. Konsultasi
Adalah upaya memberikan pengertian dan pengetahuan kepada pasien mengenai hal-
hal yang harus diketahui berhubungan dengan kondisi kesehatannya.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

KESESUA
IN
KEB KESESUAIAN
N TERHAD
JENIS TENAGA UTU PERSYARATAN TERHADAP
O AP
HAN KEBUTU PERSYARATAN
HAN
A JABATAN STRUKTURAL
- D III dan Atau DIV
1 Kepala Puskesmas 1 - D III dan atau sarjana kesehatan 1 sarjana kesehatan
- Mengikuti Latihan
- Mengikuti latihan kepemimpinan
Kepemimpinan
Puskesmas Puskesmas

DIII Kebidanan
DIII fisioterapi
DIII kesling
DIII keperawatan
2 Kepala Tata Usaha 1 Tenaga Kesehatan dan Administrasi 5
yang memenuhi syarat kepangkatan

B JABATAN FUNGSIONAL UMUM


1 Tenaga Administrasi 2 SMA /SMK 1 DIII fisiologi
2 Tenaga Keuangan 1 SMA /SMK 1 DIII Keperawatan
3 Sopir / Pengemudi Mobil 1 SMA /SMK

JABATAN FUNGSIONAL
c TERTENTU
1 Dokter Umum 1 Dokter Umum 1 Dokter Umum
2 Dokter Gigi 1 Dokter Gigi 1 Dokter Gigi
3 Perawat 8 D III Keperawatan 12 D III Perawat

D III dan DI
5 Bidan 7 D III Kebidanan 5 Kebidanan
Tenaga Kesehatan S I Kesehatan
6 Masyarakat 1 S I Kesehatan Mayarakat 1 Masyarakat
D III Kesehatan
7 Tenaga Kesehatan Lingkungan 1 D III Kesehatan Lingkungan 1 Lingkungan
D III Analis
8 Tenaga Laboraturium 1 D III Analis Kesehatan 0 Kesehatan
9 Tenaga Gizi 2 D III Gizi 3 D III Gizi
10 Tenaga Kefarmasian 1 - SMF dan D III farmasi 1 DIII Farmasi
11 Tenaga Rekam Medik 1 D III rekam Medik 0 D III Rekam Medik
Tenaga Pekarya 1 SMA / SMK / Crass Kesehatan 1 SMA / SMK/
31 34

B. Distribusi Ketenagaan
Puskesmas Perawatan Taar pelayanan dalam gedung dilakukan di puskesmas.
Kegiatan luar gedung yang dijadwalkan secara rutin adalah kegiatan puskesmas keliling.

1. Dokter Umum
Setiap hari bertugas di rawat jalan, UGD, sedangkan untuk pelayanan di rawat
inap, seperti visite dan konsul diatur dengan jadwal visite dan jadwal konsul.
Jumlah dokter ada 1 (Satu) yang masing-masing tugasnya diatur dengan jadwal.
Bila ada pertemuan yang menyangkut upaya klinis yang menjadi tugas keseharian
dokter atau yang berkaitan dengan tugas integritasinya, maka tugas dipelayanan
akan digantikan sementara oleh dokter yang lain.
Dokter melaksanakan tugasnya sesuai dengan SOP Layanan Klinis sebagai berikut:

PENYAKIT
NO NAMA PENYAKIT
1. TB PARU (Dewasa, anak)
2. MORBILI
3. VARISELA
4. MALARIA
5. LEPTOSPIROSIS
6. FILARIASIS
7. INFEKSI PADA UMBILIKUS
8. KANDIDIASIS MULUT
9. LEPRA
10. KERACUNAN MAKANAN
11. ALERGI MAKANAN
12. SYOK
13. REAKSI ANALFILAKTIK
14. DEMAM DENGUE DAN DEMAM
BERDARAH DENGUE
15. ANEMIA DEFESIENSI BESI
16. HIV / AIDS TANPA KOMPLIKASI
17. LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK
18. LIMFADENITIS
19. ULKUS MULUT (AFTOSA, HERPES)
20. REFLUKGASTROESOFAGAEL
21. GASTRITIS
22. INTOLERASI MAKANAN
23. MALABSORSI MAKANAN
24. DEMAM TIFOID
25. GASTROENTERITIS (KOLERA DAN
GIARDIASIS)
26. DISENTRI BASILER DAN DISENTRI
AMUBA
27. PERDARAHAN GASTROINTETINAL
28. PERDARAHAN SALURAN CERNA BAGIAN
BAWAH
29. HEMOROID GRADE 1-2
30. PAROTITIS
31. ASKARIASIS (INFEKSI CACING GELANG)
32. ANKILOSTOMIASIS (INFEKSI CACING
TAMBANG)
33. TAENIASIS
34. STRONGILOIDIOSIS
35. MATA KERING / DRY EYE
36. HORDEOLUM
37. KONJUNGTIVITIS
38. PERDARAHAN SUBKONJUNGTIVA
39. EPISKLERITIS
40. OTITIS EKSTERNA
41. OTITIS MEDIA AKUT
42. OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK
43. BENDA ASING DI TELINGA
44. SERUMEN PROP
45. HIPERTENSI ESSENSSIAL
46. ARTRITIS REUMATOID
47. TENSION HEADACHE
48. MIGREN
49. VERTIGO
50. TETANUS
51. BELLS PALSY
52. KEJANG DEMAM
53. INSOMNIA
54. GANGGUAN CAMPURAN ANXIETAS DAN
DEPRESI
55. GANGGUAN PSIKOTIK
56. INFLUENZA
57. FARINGITIS AKUT
58. LARINGITIS AKUT
59. TONSILITIS AKUT
60. BRONKITIS AKUT
61. ASMA BRONKIAL (ASMA STABIL)
62. STATUS ASMATIKUS
63. PNEUMONIA ASPIRASI
64. PNEUMONIA, BRONKOPNEUMONIA
65. PPOK (PENYAKIT PARU OBSTUKTIF
KRONIS)
66. EPISTAKSIS
67. BENDA ASING DI HIDUNG
68. FURUNKEL PADA HIDUNG
69. RINITIS AKUT
70. RINITIS VASOMOTOR
71. RINITIS ALERGI
72. MILIARIA
73. VERUKA VULGARIS
74. HERPES ZOSTER
75. HERPES SIMPLEKS
76. MOLUSKUM KONTAGIOSUM
77. REAKSI GIGITAN SERANGGA
78. SKABIES
79. PEDIKULOSIS KAPITIS
80. PEDIKULOSIS PUBIS
81. DERMATOFITOSIS
82. TINEA VESIKOLOR / PITIRIASIS
VESIKOLOR
83. PIODERMA
84. ERISIPELAS
85. DERMATITIS SERBOROIK
86. DERMATITIS ATOPIK
87. DERMATITIS NUMULARIS
88. LIKEN SIMPLEKS KRONIS
(NEURODERMATITIS SIRKUMKRIPTA)
89. DERMATITIS KONTAK ALERGI
90. DERMATITIS KONTAK IRITAN
91. DERMATITIS POPOK
92. DERMATITIS PERIORAL
93. PITIRIASIS ROSEA
94. ERITRASMA
95. SKROFULODERMA
96. AKNE VULGARIS RINGAN
97. URTIKARIA
98. EXANTHEMATOUS DRUG ERUPTION
99. FIX DRUG ERUPTION
100. CUTANEUS LARVA MIGRANS
101. LUKA BAKAR DERAJAT 1 DAN 2
102. ULKUS PADA TUNGKAI
103. OBESITAS
104. TIROTOKSITOSIS
105. DIABETES MELITUS TIPE 2
106. HIPOGLIKEMIA
107. HIPERURISEMIA-GOUT ARTRITIS
108. LIPIDEMIA
109. MALNUTRISI ENERGI PROTEIN (MEP)
110. INFEKSI SALURAN KEMIH
111. PIELONEFRITIS TANPA KOMPLIKASI
112. KEHAMILAN NORMAL
113. HIPEREMESIS GRAVIDARUM
114. ANEMIA DIFIENSI BESI PADA
KEHAMILAN
115. ABORTUS
116. KETUBAN PECAH DINI
117. PERDARAH POST PARTUM
118. RUPTUR PERINEUM TINGKAT 1-2
119. MASTITIS
120. FLOUR ALBUS / VAGINAL DISCHARGE
NON GONORE
121. SIFILIS
122. GONNORE
123. VAGINITIS
124. VULVITIS
125. DIARE TANPA DEHIDRASI
126. DIARE DENGAN DEHIDRASI
RINGAN/SEDANG

2. Bidan
Setiap hari melakukan pelayanan di ruangan KIA, Jumlah Bidan di ruang KIA
ada 4 (empat), masing-masing bidan mempunyai spesifikasi ketugasan yang
berbeda, misalnya sebagai koordinator KIA, penanggung jawab kesehatan iva
atau penanggung jawab pelayanan KB (Keluarga Berencana). Sedangkan untuk
persalinan ada 1 (satu) bidan penanggung jawab yang bertugas setiap hari (pada
jam kerja) dibantu 1 (satu) bidan yang bertugas diatur dengan jadwal. Jika ada
undangan pertemuan untuk bidan maka yang ditugaskan adalah disesuaikan
dengan ketugasannya. Untuk melakukan kegiatan luar gedung, misalnya
kunjungan ibu hamil risiko tinggi, maka bidan akan menyesuaikan dengan
kondisi pelayanan yang ada dipuskesmas.
Bidan melaksanakan tugasnya sesuai SOP sebagai berikut :

NO SOP KEBIDANAN
1 KEHAMILAN
2 PEMASANGAN IMPLANT
3 PENCABUTAN IMPLANT
4 PEMBERIAN SUNTIK KB 3 BULAN
5 PEMBERIAN PIL KB
6 PERSALINAN
7 PERAWATAN BAYI BARU LAHIR
8 NIFAS

3. Perawat
Setiap hari bertugas di poli umum, UGD, Ada 3 jenis pelayanan dalam gedung
yang dilakukan perawat yaitu di poli umum, UGD. Jumlah perawat yang bertgas
di poli umum ada 2 orang, di Ruang tindakan ada 3 orang dan ada 2 (dua) orang
di ruang perawatan setiap hari (jam kerja). Sedangkan untuk pelayanan diluar jam
kerja (UGD dan ruang perawatan) diatur dengan jadwal. Setiap perawatan
mempunyai tugas integrasi atau tugas lain yang diberikan kepala puskesmas,
misalnya penanggung jawab TB, penanggung jawab PHN dan lain-lain. Sehingga
jika ada undangan yang menyangkut ketugasannya perawat yang bersangkutan
akan didisposisi mengikuti kegiatan tersebut. Untuk kegiatan puskesmas keliling
ada 1 (satu) perawat yang bertugas.
Perawat melaksanakan tugasnya sesuai SOP sebagai berikut :

NO SOP KEPERAWATAN
1 SKIN TEST
2 MENGANGKAT JAHITAN LUKA
3 PEMASANGAN KATETER
4 PELEPASAN KATETER
5 MELEPASKAN INFUS
6 MENGHITUNG TETESAN INFUS
7 PENERIMAAN PASIEN BARU
8 PEMASANGAN BIDAI
9 MENOLONG BAK DI ATAS TEMPAT TIDUR
10 PEMBERIAN NUTRISI MELALUI ORAL
11 PEMBERIAN TETES MATA
12 MELAKUKAN IRIGASI MATA
13 PEMBERIAN OBAT ORAL
14 PEMBERIAN INJEKSI SUBCUTAN
15 PEMBERIAN INJEKSI INTRACUTAN
16 INSISI ABSES
17 PENANGANAN LUKA BAKAR
18 PENANGANAN SYOK ANAFILAKTIK
19 PEMBERIAN OKSIGEN
20 MENGHITUNG DENYUT NADI

4. Petugas Laboratorium
Setiap hari bertugas di ruang laboratorium. Jumlah petugas laboratorium ada 1
(satu) D III keperawatan.
SOP LABOTARIUM??

5. Petugas Farmasi
Setiap hari bertugas dipelayanan farmasi. Jumlah petugas farmasi ada 1 (satu) S1
Apoteker, ada 1 (satu) D III farmasi dan dibantu oleh 1 (satu) orang SMA yang
masing-masing memiliki tugas integrasi, jika petugas farmasi ada undangan
pertemuan maka pelayanan farmasi dilayani oleh D III farmasi dan SMA.

NO NAMA SOP FARMASI


1 PENILAIAN DAN PENGENDALIAN PENYEDIAAN
OBAT DAN PENGGUNAAN OBAT
2 PENYEDIAAN DAN PENGGUNAAN OBAT
3 PENYEDIAAN OBAT YANG MENJAMIN
KETERSEDIAAN OBAT
4 PERESEPAN, PEMESANAN DAN PENGELOLAAN
OBAT
5 PENYIAPAN OBAT / PEMBERIAN OBAT PADA
PASIEN
6 PERESEPAN PSIKOTROPIKA DAN NARKOTIKA
7 PENGGUNAAN OBAT YANG DIBAWA SENDIRI
OLEH PASIEN ATAU KELUARGA
8 PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
PENGGUNAAN PSIKOTROPIKA DAN
NARKOTIKA
9 PENANGANAN OBAT KADALUARSA / RUSAK
10 PELAPORAN EFEK SAMPING OBAT
11 PENCATATAN, PEMANTAUAN, PELAPORAN
EFEK SAMPING OBAT, KTD
12 IDENTIFIIKASI DAN PELAPORAN KESALAHAN
PEMBERIAN OBAT DAN KNC
13 PENYEDIAAN, PENYIMPANAN, MONITORING
DAN PENGGANTIAAN OBAT-OBAT EMERGENCY
DI UNIT KERJA

6. Petugas Gizi
Setiap hari bertugas di poli Gizi. Jumlah Nutrisionis ada 1 (satu) dengan
spesifikasi gizi klinik dan gizi masyarakat

NO NAMA SOP GIZI


1 MENGUKUR PANJANG BADAN PADA BAYI
2 PEMBINAAN POSYANDU BALITA OLEH
PETUGAS
3 PENGUKURAN BERAT BADAN DENGAN
BABY SCALE
4 EDUKASI DIABETES MELLITUS
5 PEMBERIAN TABLET Fe PADA IBU HAMIL
DAN IBU NIFAS
6 PEMBERIAN TABLET Fe PADA REMAJA
PUTRI
7 PELACAKAN KASUS GIZI BURUK
8 EDUKASI GOUT ARTRITIS
9 EDUKASI HIPERTENSI
10 KONSELING GIZI DI PUSKESMAS
11 PENGUKURAN LILA PADA IBU HAMIL
12 PENGUKURAN TINGGI BADAN DENGAN
MENGGUNAKAN MICROTOICE
13 MEMBIMBING IBU CARA MENYUSUI
YANG BAIK
14 PEMANTAUAN GARAM BERYODIUM DI
MASYARAKAT
15 PEMBERIAN KAPSUL VITAMIN A PADA
BAYI DAN BALITA
16 PENIMBANGAN DI POSYANDU DENGAN
TIMBANGAN DACIN
17 PEMBERIAN KAPSUL VITAMIN A PADA
IBU NIFAS
18 PEMYEDIAAN MAKANAN PADA PASIEN
19 PENYIAPAN MAKANAN DAN DISTRIBUSI
MAKANAN MENCERMINKAN UPAYA
MENGURANGI RESIKO TERHADAP
KONTAMINASI PEMBUSUKAN
20 PEMBERIAN EDUKASI BILA KELUARGA
MENYEDIAKAN MAKANAN
21 ASUHAN GIZI
22 PENYIMPANAN MAKANAN

7. Petugas Pendaftaran
Setiap hari bertugas di ruang pendaftaran, Jumlah petugas pendaftaran ada 4
orang, 1 orang tenaga IT sebagai koordinator dan 3 orang petugas yang sudah
dilatih.
BAB III STANDAR FASILITAS

Standar Fasilitas

1. Fasilitas dan sarana


Ruang pelayanan pasien pada umumnya berlokasi di lantai satu gedung
puskesmas (lantai bawah) sehingga memudahkan bagi pasien untuk mengakses.
Ruang pendaftaran berada paling depan disebelah pintu masuk puskesmas berupa
ruangan dengan loket pendaftaran. Ruang pendaftaran dilengkapi AC, 1 meja
administrasi, 2 meja kerja dengan seperangkat komputer, pengeras suara dan rak
penyimpanan family folder.
Poli umum merupakan ruangan dengan 1 ruang pemeriksaan dokter, termasuk
di dalamnya terdapat bed/tempat tidur pasien. Ruangan ini memiliki wastafel sebagai
sarana cuci tangan bagi petugas. Selain itu ruangan ini memiliki seperangkat
komputer sebagai bagian dari sistem informasi puskesmas yang terhubung dengan
server untuk memasukkan data pasien pada sistem informasi puskesmas.
Ruang UGD terdiri dari ruangan dengan 3 (tiga) bed/tempat tidur yang dibedakan
berdasarkan triase dengan 1 ruang tindakan. Ruang UGD dilengkapi dengan AC, troli
tindakan, sterilisator, wastafel, lemari obat, lampu tindakan, dan meja administrasi
dengan seperangkat komputer.
Disebelah ruang UGD terdapat ruang PONED, ruang PONED terdiri dari 4
ruang, 1 ruang UGD persalinan, 1 ruang persalinan dan 2 ruang nifas dengan 2 bed
dan 4 bok bayi. Ruang PONED dilengkapi AC, troli tindakan, sterilisator, dan lemari
obat.
Ruang KIA terhubung langsung dengan ruang KB/Imunisasi, ketiganya saling
terkait, sehingga memudahkan pemberian pelayanan KIA, seperti pemeriksaan ibu
hamil, pelayanan KB< pemeriksaan calon pengantin serta pemberian imunisasi pada
balita. Ruangan KIA juga ber-AC, dilengkapi dengan meja administrasi, bed
pemeriksaan, bed ginekologi, wastafel, lemari peralatan dan perangkat komputer
pendukung sistem informasi puskesmas.
Ruang konsultasi Gizi memiliki ruang tersendiri sehingga memberikan privasi
kepada pasien untuk dapat berkonsultasi kepada petugasdengan nyaman. Selain itu
petugas juga lebih mudah dan nyaman ketika menyusun program maupun menyusun
laporan karena memiliki ruangan tersendiri yang akan menunjang kinerjanya. Ruang
ini terdiri dari meja kerja untuk konsultasi, timbangan,LILA, buku register dan
seperangkat alat bantu peraga.
Ruang laboratorium terdiri dari 3 ruangan, 1 ruang penerimaan/administrasi
pasien dilengkapi dengan meja kerja dan kursi, 1 ruangan sampling darah dilengkapi
dengan kursi sampling, 1 ruangan dilengkapi dengan meja kerja komputer, 1 ruangan
pewarnaan BTA dilengkapi dengan Hexause, meja pewarnaan dan kursi, 1 ruangan
kimia darah dan hematologi ber-AC dilengkapi dengan lemari alat dan reagent, lemari
es 2 pintu, wastafel, peralatan dan mesin pemeriksaan laboratorium, dan 1 ruangan
tempat penyimpanan alat dan bahan laboratorium.
Ruang farmasi terdiri dari 2 ruangan, yaitu ruang untuk pelayanan obat
(Apotek) dan ruangan untuk penyimpanan obat (Gudang obat). Ruang pelayanan obat
(Apotek) dilengkapi dengan lemari obat, meja administrasi dengan seperangkat
komputer, timbangan, alat laminating, rak obat, lemari arsip, pengeras suara, kipas
angin, AC, apar. Ruang peracik dilengkapi dengan meja peracik, alat meracik,
wastafel, blender obat, dispenser air mineral, exhause fan, kipas angin, sedangkan
ruang penyimpanan obat (Gudang obat) ada 2 gudang A dan gudang B ruangan
gudang ber-AC dilengkapi dengan lemari obat, rak penyimpanan obat, palet, lemari
es, lemari narkotika, meja administrasi dengan seperangkat komputer, apar. Ruang
konseling dilengkapi meja, kjfuetjzjdsbgymmgjjknvursi dengan seperangkat
komputer,lemari arsip, leaflet untuk konseling, buku farmakofe dan buku ISO.
Ruang perawatan terdiri dari 3 ruangan, yaitu 1 ruangan untuk nurse station
yang dilengkapi dengan meja kerja, lemari obat, dan lemari linen, 1 ruangan
perawatan untuk pasien laki-laki yang dilengkapi dengan 2 tempat tidur beserta
lemari, dan kamar mandi pasien, 1 ruangan untuk pasien perempuan yang dilengkapi
dengan 5 tempat tidur dan lemari, dan 1 ruangan anak dilengkapi dengan 4 tempat
tidur, wastafel dan lemari.

PERALATAN TIAP RUANGAN


BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN
A. Poli Umum
1. Petugas penanggung jawab
a. Dokter
2. Perangkat kerja
a. Tensimeter
b. Stetoskop
c. Termometer
d. Diagnostik set
e. Timbangan
f. Pengukur tinggi badan
g. Timer
h. Lemari arsip
i. Meja kerja
j. Kursi
k. Buku register
3. Tatalaksana
a. Petugas melakukan pemanggilan pasien
b. Petugas melakukan anamnese untuk mengetahui keluhan dan kondisi pasien
lebih lanjut dan memeriksa tanda vital pasien, kemudian mencatatannya
direkam medis. Pasien dipersilahkan menuju meja dokter.
c. Dokter melakukan pemeriksaan terhadap pasien dan mencatatkannya direkam
medis. Bila dokter merasa pasien perlu mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut,
maka dokter akan membuat surat rujukan baik internal atau eksternal dan
memberikannya kepada pasien. Bila tidak, maka pasien mendapatkan resep
sesuai kondisi penyakitnya.

B. Poli KIA
1. Petugas penanggung jawab
a. Bidan
2. Perangkat kerja
a. Asas
3. Tatalaksana
a. assa

C. Poli MTBS
1. Petugas penanggung jawab
a. Dokter
b. Bidan
c. Perawat
2. Perangkat kerja
a. Buku MTBS
b. Tensimeter
c. Stetoskop
d. Termometer
e. Tinggi badan
f. Timbangan
g. Timer
h. Senter
3. Tatalaksana
a. Petugas memanggil pasien
b. Petugas akan melakukan anamnese dan pemeriksaan tanda vital serta
mencatatkannya direkam medis
c. Pasien dipersilahkan naik ke bed untuk dilakukan pemeriksaan. Hasil
pemeriksaan akan dicatat direkam medis.
d. Bila memerlukan pemeriksaan penunjang yang lain, pasien akan dirujuk
internal. Bila memerlukan imunisasi akan diberi imunisasi.
e. Bila sudah selesai diberikan penyuluhan sesuai dengan kebutuhan
f. Pasien bayi yang akan imunisasi akan diperiksa dulu apakah cukup sehat
untuk mendapatkan imunisasi hari ini
g. Bila kondisi bayi sehat, maka bayi akan diberi jenis imunisasi sesuai
jadwalnya. Untuk jenis imunisasi yang dapat menimbulkan demam, kepada
orang tuanbayi akan diberi resep pengambilan obat penurun panas

D. Laboratorium
1. Petugas penanggung jawab
a. Perawat
2. Perangkat kerja
a. Mikroskop
b. Alat pelindung diri
c. Nesco
d. Easytouch
e. Gluco DR
f. Spuit
3. Tatalaksana
a. Petugas memanggil pasien sesuai dengan nomor urutnya dan menerima surat
permintaan laboratorium yang dibawa dari perujuk.
b. Petugas menyiapkan peralatan dan bahan reagen yang sesuai dengan
pemeriksaan yang akan dilakukan.
c. Petugas menerima spesimen yang akan diperiksa, atau petugas sendiri yang
melakukan pengambilan spesimen dari pasien.
d. Petugas mempersilahkan pasien menunggu di luar sementara petugas
melakukan pmeriksaan terhadap spesimen.
e. Bila hasil pemeriksaan sudah keluar, petugas memanggil pasien dan
menyerahkan hasil pemeriksaan laboratorium untuk diserahkan ke unit
perujuk.
E. Farmasi
1. Petugas penanggung jawab
a. Asisten Apoteker
2. Perangkat kerja
a. Alat tuli
b. Plastik obat
c. Kapas
d. Lemari obat
e. Palet
f. Label obat
g. Sendok obat
h. Rak obat
3. Tatalaksana
a. Pasien meletakkan lembar resep di keranjang yang telah disediakan dan
menunggu obat disiapkan
b. Petugas mengambil lembar resep dan membacanya untuk memastikan resep
dapat dibaca dengan jelas dan obat-obat yang tertulis di dalam lembar resep
tersedia
c. Apabila ada keraguan atau kekurang jelasan, maka petugas akan menanyakan
kepada petugas yang menulis resep
d. Petugas kemudian menyiapkan obat yang tertera di resep dan memasukkannya
ke dalam bungkus plastik, menuliskan informasi penggunaan obat di
bungkusnya dan kemudian menyerahkannya kepada pasien
e. Sambil menyerahkan obat, petugas juga menyampaikan informasi yang perlu
diketahui pasien atau keluarganya sehubungan dengan penggunaan obat.
BAB V
LOGISTIK

Untuk menunjang terselenggaranya pelayanan klinis yang bermutu, maka perlu didukung
oleh penyediaan logistik yang memadai dan optimal, melalui perencanaan yang baik dan
berdasarkan kebutuhan masyarakat dan usulan pemegang program yang sudah berdasarkan
hasil pemetaan masalah. Ketersediaan logistik harus dijamin kecukupannya dan pemeliharaan
yang sudah dianggarkan dan dijadwalkan. Pengadaan alat dan bahan dalam pelaksaan upaya
klinis Puskesmas diselenggarakan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Ada 6 sasaran keselamatan pasien, yaitu :

1. Identifikasi pasien secara benar


Indikator melakukan identifikasi pasien secara benar adalah :
a. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, seperti nama pasien dan
alamat, tidak termasuk nomor dan lokasi kamar.
b. Pasien diindentifikasi sebelum melakukan pemberian obat atau produk lainnya.
c. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah, dan specimen lain untuk
keperluan pemeriksaan.
d. Pasien diidentifikasi sebelum memberikan perawatan atau prosedur lainnya.

2. Prosedur dalam identifikasi pasien


Ada 2 identitas yaitu menggunakan NAMA dan ALAMAT yang disesuaikan dengan
tanda pengenal resmi. Pengecualian prosedur identifikasi dapat dilakukan pada
kondisi kegawatdaruratan pasien di UGD.
Beberapa hal yang dapat dilakukan petugas adalah :
a. Petugas meminta pasien untuk menyebutkan nama dan tanggal lahir
sebelum melakukan prosedur, dengan pertanyaan terbuka, contoh : “ Nama
pasien siapa?” “Tolong sebutkan tanggal lahir bapak.”
b. Bila pasien tidak dapat menyebutkan nama, identitas pasien dapat
ditanyakan kepada penunggu/pengantar pasien.

3. Meningkatkan komunikasi efektif


Cara komunikasi yang efektif di puskesmas :
a. Menggunakan teknik SBAR (Situation – Backround – Assessment –
Recomendation) dalam melaporkan kondisi pasien untuk meningkatkan
efektivitas komunikasi antar pemberi layanan.
1. Situation : Kondisi terkini yang terjadi pada pasien.
2. Background : Informasi penting apa yang berhubungan dengan kondisi
pasien terkini
3. Assessment : Hasil pengkajian kondisi pasien terkini
4. Recommendation : Apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah
pasien saat ini
b. Komunikasi Verbal (Write down/tulis, Read back/baca kembali)
1. Intruksi/laporan hasil tes secara verbal dan telepon ditulis oleh penerima
intruksi/laporan.
2. Intruksi/laporan hasil tes secara verbal dan telepon dibacakan kembali oleh
penerima instruksi/laporan.
3. Instruksi/laporan yang dibacakan tersebut, dikonfirmasikan oleh individu
pemberi instruksi/laporan.
4. Untuk Istilah yang sulit atau obat-obatan kategori LASA (Look Alike Sound
Alike) diminta penerimaan pesan mengeja kata tersebut perhurup.

4. Meningskatkan keselamatan penggunaan obat yang perlu diwaspadai (High Alert)


Obat-obatan yang perlu diwaspadai adalah :

a. Elektrolit pekat : KCL, MgSO4, NaCl 0,3%


b. NORM (Nama Obat Rupa ucapan Mirip)/LASA (Look Alike Sound Alike) yaitu
obat-obat yang terlihat mirip dan kedengerannya mirip.
1. Pengelolaan obat yang perlu diwaspadai :
a. Penyimpanan di lokasi khusus dengan akses terbatas dan diberi penandaan
yang jelas berupa stiker berwarna merah bertuliskan “High Alert”
b. NaCl 0,3% dan KCL tidak boleh disimpan di ruang perawatan kecuali di
unit perawatan intensif (ICU).
2. Ruang perawatan yang boleh menyimpan elektrolit pekat harus memastikan
bahwa elektrolit pekat disimpan di lokasi dengan akses terbatas bagi petugas
yang diberi wewenang.
c. Obat diberi penanda yang jelas berupa stiker khusus untuk elektrolit pekat, harus
ditempelkan stiker yang dituliskan “Elektrolit pekat, harus diencerkan sebelum
diberikan”
d. Pisahkan atau beri jarak penyimpanan obat dengan kategori LASA.
e. Tidak menyimpan obat kategori kewaspadaan tinggi di meja dekat pasien tanpa
pengawasan.
f. Biasakan mengeja nama obat dengan kategori LASA saat menerima/memberi
istruksi
A. Obat-obatan yang memerlukan kewaspadaan tinggi :
1. Elektrolit Pekat
a. KCL 7,46%
b. Meylon 8,4%
c. MgSO4
d. NaCl 3%
2. Antiaritmia
a. Lidokain
3. Insulin
4. Obat Hipoglikemia injeksi
5. Obat Agonis Adrenergik
a. Efinefrin
b. Norefineefrin
6. Sound Alike Look Alike Drugs

5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan

Indikator usaha menurunkan infeksi :

a. Menggunakan panduan hand hygiene terbaru yang diakui umum.


b. Mengimplementasikan program kebersihan tangan yang efektif.
Semua petugas di puskesmas melakukan kebersihan tangan pada 5 MOMEN yang telah
ditentukan, yakni :

a. Sebelum kontak dengan pasien


b. Sesudah kontak dengan pasien
c. Sebelum tindakan asepsis
d. Seseudah terkena cairan tubuh pasien
e. Sesudah kontak dengan lingkungan sekitar pasien
Ada 2 cara cuci tangan yaitu :
a. HANDWASH – dengan air mengalir, waktunya : 40-60 detik
b. HANDSCRUB – dengan gel berbasis alkohol, waktunya : 20-30 detik
c. Alat Pelindung Diri
Alat yang digunakan untuk melindungi petugas dari pajanan darah, cairan tubuh,
ekskreta, dan selaput lendir pasien seperti sarung tangan, masker, tutup kepala, kacamata
pelindung, apron/jas dan sepatu pelindung.
6. Pengurangan risiko cedera akibat pasien jatuh
Indikator usaha menurunkan risiko cedera karena jatuh :
a. Semua pasien baru dinilai risiko jatuhnya dan penilaian diulang jika diindikasikan
oleh perubahan kondisi pasien atau pengobatan, dan lainnya.
b. Hasil pengukuran dimonitor dan ditindak lanjuti sesuai derajat resiko jatuh pasien
guna mencegah pasien jatuh serta akibat tak terduga lainnya.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Dengan meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh masyarakat


maka tuntutan pengelolaan program keselamatan kerja di puskesmas semakin tinggi, karena
Sumber Daya Manusia (SDM) puskesmas, pengunjung/pengantar pasien, pasien dan
masyarakat sekitar puskesmas ingin mendapatkan perlindungan dari gangguan kesehatan dan
kecelakaan kerja, baik sebagai dampak proses kegiatan pemberian pelayanan maupun karena
kondisi saran dan prasarana yang ada di puskesmas yang tidak memenuhi standar.
Puskesmas sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan
karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan,
kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu
meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Dalam undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, khususnya pasal 165 : “
Pengelolaan tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya
pencegahan. Peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja “. Berdasarkan pasal
di atas maka pengelola tempat kerja di puskesmas mempunyai kewajiban untuk menyehatkan
para tenaga kerjanya.
Salah satunya adalah melalui upaya kesehatan kerja disamping keselamatan kerja.
Puskesmas harus menjamin kesehatan dan keselamatan baik terhadap pasien, penyediaan
layanan atau pekerja maupun masyarakat sekitar dari berbagai potensi bahaya di puskesmas.
Program keselamatan kerja di puskesmas merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan mutu pelayanan puskesmas, khususnya dalam hal kesehatan dan keselamatan
bagi SDM puskesmas, pasien, pengunjung/pengantar pasien, masyarakat sekitar.

1. Tujuan umum
Terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif untuk SDM puskesmas,
aman dan sehat bagi pasien, pengunjung/pengantar pasien, masyarakat dan
lingkungan sekitar sehingga proses pelayanan puskesmas berjalan baik dan lancar

2. Tujuan Khusus
a. Terlindunginya pekerja dan mencegah terjadinya PAK (Penyakit Akibat Kerja)
dan KAK (Kecelakaan Akibat Kerja).
b. Peningkatan mutu, citra dan produktivitas puskesmas.
Alat Keselamatan Kerja
a. Pemadam kebakaran (hidrant)
b. Jas
c. Peralatan pembersih
d. Obat-obatan
e. Kapas
f. Plaster pembalut

Aturan umum dalam tata tertib keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
1. Mengenali semua jenis peralatan keselamatan kerja dan letaknya untuk memudahkan
pertolongan saat terjadi kecelakaan kerja,
2. Pakailah jas (dokter, dokter gigi, analis) saat bekerja,
3. Harus mengetahui cara pemakaian alat darurat seperti pemadam kebakaran, eye
shower, respirator, dan alat keselamatan kerja yang lainnya.
4. Buanglah sampah pada tempatnya,
5. Lakukan latihan keselamatan kerja secara periodik,
6. Dilarang merokok.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu (quality control) dalam manajemen mutu merupakan suatu sistem
kegiatan teknis yang bersifat rutin yang dirancang untuk mengukur dan menilai mutu produk
atau jasa yang diberikan kepada pelanggan. Pengendalian mutu pada pelayanan klinis
diperlukan agar produk layanan klinis terjaga kualitasnya sehingga memuaskan masyarakat
sebagai pelanggan.
Ishikawa (1995) menyatakan bahwa pengendalian mutu adalah pelaksanaan langkah-
langkah yang telah direncanakan secara terkendali agar semuanya berlangsung sebagaimana
mestinya, sehingga mutu produk yang direncanakan dapat tercapai dan terjamin. Dalam
pengertian Ishikawa tersirat pula bahwa pengendalian mutu itu dilakukan dengan orientasi
pada kepuasan konsumen. Dalam bahasa layanan kesehatan keseluruhan proses yang
diselenggarakan oleh puskesmas ditujukan pada pemenuhan kebutuhan masyarakat sebagai
konsumen.
BAB IX
PENUTUP

Penanggung jawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan kesehatan di


wilayah kabupaten/kota adalah dinas kesehatan kabupaten/kota. Sedangkan Puskesmas
bertanggung jawab hanya untuk sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan
oleh dinas kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan kemampuannya. Tujuan pembangunan
kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan
pembangunan kesehatan nasional. Yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas, agar
terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Anda mungkin juga menyukai