Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perbankan syariah pertama kali hadir di Indonesia dengan berdirinya Bank
Muamalat pada Tahun 1991. Pembentukan Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 21 Tahun 2008 menunjukkan sinyal baik dari pemerintah Indonesia
untuk mendukung perkembangan perbankan syariah. Menurut Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008, perbankan syariah adalah segala
sesuatu yang menyangkut tentang bank syariah dan unit usaha syariah,
mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usahanya. Dilansir dari data statistik perbankan syariah
yang dikelola Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sampai pada Januari 2019, jumlah
bank umum syariah (BUS) sebanyak 14 dengan jumlah kantor sebanyak 1.885
yang tersebar di Indonesia. Hal tersebut menunjukkan eksistensi bank syariah di
Indonesia yang dari tahun ke tahun memiliki penambahan jumlah.
Bank syariah adalah lembaga keuangan yang dipercaya masyarakat untuk
menyimpan dananya. Bank syariah mengelola dana masyarakat dan
menjalankan kegiatan usahanya sesuai dengan fungsi intermediasi. Fungsi
Intermediasi merupakan kegiatan usaha yang dilakukan bank syariah dalam
menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat (Undang-Undang RI Nomor
21 Tahun 2008). Penghimpunan dana yang berasal dari masyarakat dikenal
dengan Dana Pihak Ketiga (DPK). Dana Pihak Ketiga (DPK) merupakan
sumber dana utama bank syariah karena sifatnya yang infinite. Dana pihak
ketiga dapat menjadi tolak ukur kepercayaan masyarakat terhadap bank syariah.
Volume dana pihak ketiga yang dihimpun oleh bank syariah merupakan
representasi dari kepercayaan masyarakat untuk menempatkan dananya sebagai
investasi. Semakin tinggi volume dana pihak ketiga maka, kepercayaan
masyarakat juga semakin besar begitupula sebaliknya, menurunnya volume
dana pihak ketiga dapat diartikan sebagai penurunan kepercayaan masyarakat
terhadap bank tersebut (Taswan, 2010: 176).
Dana yang dipercayakan kepada bank syariah merupakan simpanan dan
investasi dari masyarakat. Dana pihak ketiga tersebut dihimpun oleh bank
syariah dalam produk – produk pendanaan yang memiliki 4 jenis bentuk yang
berbeda, seperti giro dengan akad wadi’ah atau qardh, tabungan dengan akad
wadi’ah, qardh, atau mudharabah, deposito dengan akad mudharabah, dan
sukuk dengan mudharabah atau ijarah. Produk – produk pendanaan bank
syariah tersebut tidak menggunakan bunga (riba) (ayat ttg riba+penjelasan)
melainkan dengan prinsip syariah, yaitu wadi’ah (titipan), qardh (pinjaman),
mudharabah (bagi hasil), dan ijarah (sewa) (Ascarya, 2006: 113-114). Tabel 1.1
menunjukkan jumlah dana pihak ketiga pada bank umum syariah. (Tabel
Jumlah DPK dari tahun ke tahun dan Penjelasan). Dapat dilihat dari tabel
tersebut bahwasanya produk pendanaan giro, tabungan, dan deposito mengalami
peningkatan. Produk pendanaan yang jumlahnya paling besar ada pada
deposito. Hal tersebut menunjukkan adanya kepercayaan masyarakat terhadap
perkembangan bank syariah di Indonesia.
Deposito adalah investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau akad
lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya hanya
dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan akad antara nasabah
penyimpan dan bank syariah dan/ atau unit usaha syariah (Undang- Undang RI
Nomor 21 Tahun 2008). Akad yang digunakan dalam produk pendanaan
deposito adalah mudharabah. Dalam akad mudharabah, bank syariah sebagai
pengelola dana atau mudharib dan deposan sebagai pemilik dana atau shahibul
maal. Hubungan deposan pada bank syariah tidak berdasar pada hutang seperti
pada bank konvensional (Meslier et al., 2017). Deposito mudharabah
mengunakan prinsip bagi hasil atas pembagian keuntungan hasil usaha antara
pemilik dana dan pengelola dana (Antonio, 2001: 90). (Macam-macam jangka
waktu deposito).
Indonesia menggunakan dual banking system dalam industri perbankannya.
Sehingga, tidak dapat dihindari persaingan antara bank syariah dengan bank
konvensional. Salah satu persaingan antara bank islam dan bank konvesional
yang menjadi perbedaan mendasar dari keduanya adalah pemberian rate of
return pada deposan. Rate of return pada bank syariah adalah tingkat
pengembalian yang tidak berbasis bunga seperti pada bank konvensional.
Menurut Abedifar et al. (2016) pada penelitiannya mengungkapkan bahwa bank
konvensional menetapkan tingkat suku bunga deposito lebih tinggi untuk
mengurangi kompetisi tersebut. Kompetisi tersebut bisa saja tidak terjadi jika,
deposan meletakkan dananya pada bank syariah atas dasar religiusitas. Karena
nasabah berdasar religiusitas akan loyal terhadap bank syariah Lain halnya,
dengan nasabah yang meletakkan dananya atas dasar mencari keuntungan.
Bank syariah dapat menarik deposan dari bank konvensional jika bank
syariah dapat menawarkan tingkat pengembalian yang diharapkan tinggi
(Meslier et al., 2017). Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
volume deposito adalah tingkat bagi hasil (Diyanto dan Savitri, 2015).
Konsekuensi penerapan dual banking system mengakibatkan bank syariah
mengalami rate of return risk (RORR) sebagai hasil dari adanya penggunaan
suku bunga pasar yang menjadi tolak ukur penentuan tingkat bagi hasil deposito
dan pembiayaan (IFSB, 2005). Menurut Hasanah et al. (2013), potensi kerugian
dapat muncul dari kehilangan deposito yang disebabkan oleh perbedaan antara
tingkat bagi hasil deposito dan tingkat suku bunga konvensional yang disebut
rate of return risk. Perbedaan ini dapat mengakibatkan bank syariah menjadi
kalah bersaing atau tingkat bagi hasil yang diberikan kepada deposan lebih
rendah dari tingkat suku bunga konvensional sehingga, nasabah dapat berpindah
ke bank konvensional atau ke bank syariah lain. Menurut Sudardjat (2006),
tingkat suku bunga konvensional berdampak buruk pada deposito bank Islam di
Indonesia. Dampak buruk tersebut dapat menimbulkan penarikan dana oleh
deposan dan memindahkan dananya ke bank konvensional ketika tingkat suku
bunganya lebih tinggi (Khan dan Ahmed, 2001). Penarikan ini disebabkan
karena bank syariah memberikan tingkat bagi hasil lebih rendah dari tingkat
suku bunga konvensional sehingga rate of return risk berdampak pada potensi
munculnya displaced commercial risk (DCR). Displaced Commercial Risk
(DCR) adalah risiko karena adanya perubahan perilaku nasabah, yang mana
nasabah dana pihak ketiga memindahkan dananya ke bank syariah lain atau ke
bank konvensional yang memberikan imbal hasil atau tingkat suku bunga lebih
tinggi (Solissa, 2017). Risiko ini dapat menyebabkan dana pihak ketiga bank
syariah akan berkurang.
Naik dan turunnya suku bunga simpanan bank konvensional dapat
memberikan pengaruh pada dana pihak ketiga akibat adanya tingkat bagi hasil
lebih rendah atau kurang bersaing dengan tingkat suku bunga simpanan.
Perilaku suku bunga simpanan tersebut dapat mempengaruhi volume dana pihak
ketiga bank syariah. Hal tersebut dapat dikaitkan dengan hukum permintaan dan
penawaran yang juga berlaku pada industri perbankan. Dalam dunia perbankan,
harga dapat dipersamakan dalam bentuk suku bunga. Dalam praktik perbankan,
simpanan masyarakat sensitif terhadap suku bunga simpanan, khususnya pada
deposito (Taswan, 2010: 185). Perubahan suku bunga simpanan yang dapat
berdampak pada dana pihak ketiga bank syariah dapat dilihat dari elastisitas
suku bunga simpanan terhadap dana pihak ketiga bank syariah. (Ditambahkan 2
argumen dari jurnal yg ada elastisitasnya).
Berdasarkan latar belakang diatas, perubahan suku bunga simpanan pada
bank konvensional akan memberikan dampak pada bank syariah karena
Indonesia yang menggunakan dual banking system sehingga persaingan rate of
return tidak dapat dihindari. Jika tingkat bagi hasil yang diberikan bank syariah
lebih rendah atau kalah bersaing dengan tingkat suku bunga konvensional atau
terjadi rate of return risk maka, dapat menurunkan kepercayaan deposan.
Sehingga, deposan dapat melakukan penarikan dana dan memindahkannya ke
bank konvensional atau bank syariah lainnya dan menimbulkan potensi
munculnya displaced commercial risk. Perbandingan perubahan tingkat suku
bunga simpanan terhadap dana pihak ketiga bank syariah dapat dilihat dari
elastisitas suku bunga simpanan terhadap dana pihak ketiga bank syariah.
Sehingga pada penelitian ini, penulis dapat memberikan kontribusi manfaat
bank syariah untuk lebih memperhatikan dampak dari rate of return risk yang
dapat menimbulkan perpindahan deposan akibat tingkat bagi hasil yang kurang
bersaing dengan suku bunga konvensional sehingga bank syariah dapat
melakukan mitigasi risiko secara tepat dan dapat bermanfaat memperkaya
literature tentang elastisitas suku bunga, sensitivitas dana pihak ketiga, rate of
return risk, dan displaced commercial risk. Kemudian, untuk penelitian
selanjutnya, dapat dijadikan referensi mengenai topik elastisitas suku bunga
simpanan yang dapat mempengaruhi dana pihak ketiga bank syariah dengan
menggunakan model analisis lain serta penambahan variabel. Sejauh
pengetahuan penulis masih belum ada penelitian mengenai hal tersebut,
sehingga peneliti ingin meneliti tentang “Analisis Perbandingan Elastisitas
Suku Bunga Simpanan terhadap Dana Pihak Ketiga pada Bank Syariah di
Indonesia : Implikasi Rate of Return Risk.”

1.2 Kesenjangan Penelitian


Penelitian sebelumnya memiliki beberapa temuan yang membahas tentang
elastisitas suku bunga simpanan, dana pihak ketika, persaingan antara bank
syariah dan bank konvensional ,rate of return risk, serta displaced commercial
risk. Zairy et al. (2012) menunjukkan ulasan kritis tentang literature terkait rate
of return risk yang mana masih belum banyak peneliti yang membahas hal
tersebut. Penelitian yang membahas tentang adanya hubungan sebab-akibat
antara tingkat suku bunga pada bank konvensional dan tingkat bagi hasil pada
bank syariah. Persaingan tingkat suku bunga dan tingkat bagi hasil tidak
menutup kemungkinan adanya kesamaan return yang dibagihasilkan ketika
bank syariah dan bank konvensional tampil pada pasar yang sama (Yuksel et al.,
2017). Isu yang dibahas oleh beberapa penelitian mengenai tingkat suku bunga
pasar secara signifikan berdampak pada perilaku bank syariah yang
berkontradiksi dengan prinsip bebas bunga (Meslier et al., 2017). Ergec dan
Arslan (2013) membuktikan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari
tingkat suku bunga pasar terhadap tingkat bagi hasil deposito bank syariah di
Turki. Meslier et al., menemukan dampak positif yang signifikan dari tingkat
suku bunga pasar pada tingkat bagi hasil untuk kedua bank syariah dan bank
konvensional. Fry (1980) dan Giovanni (1983) menemukan elastisitas tingkat
suku bunga signifikan positif. Haron dan Ahmad (2000) melakukan penelitian
menggunakan data dari Malaysia menggunakan model ekspektasi adaptif dan
menunjukkan terdapat hubungan negatif diantara tingkat suku bunga
konvesional dengan jumlah deposito bank syariah. Dari beberapa penelitian
sebelumnya menguji pengaruh dan hubungan tingkat suku bunga simpanan
terdapat deposito bank syariah namun, belum ada yang menguji perbandingan
bank syariah di Indonesia yang menunjukkan elastisitas suku bunga simpanan
terhadap dana pihak ketiga khususnya deposito yang terjadi pada masing-
masing bank syariah di Indonesia serta melihat dampak dari rate of return risk
dengan potensi kemunculan displaced commercial risk. Oleh karena itu,
terdapat rumusan masalah yang dapat diteliti, sebagai berikut :
1. Apakah dana pihak ketiga pada deposito bank syariah sensitif terhadap
perubahan suku bunga konvensional di masing – masing bank syariah periode
2016-2018?
2. Bagaimana analisis perbandingan dari elastisitas suku bunga simpanan
terhadap dana pihak ketiga pada deposito masing – masing bank syariah dan
potensi dampak dari rate of return risk ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui elastisitas suku bunga simpanan terhadap dana pihak ketiga
deposito bank syariah periode 2016-2018.
2. Untuk mengetahui perbandingan elastisitas suku bunga simpanan terhadap
dana pihak ketiga deposito pada bank-bank syariah di Indonesia dan dampak
dari rate of return risk.

1.4 Ringkasan Hasil Penelitian


Penelitian ini dibuat berdasarkan kesenjangan penelitian dan perbedaan
dengan penelitian sebelumnya adalah jumlah bank syariah dan periode tahun
yang digunakan serta metode penelitian yang berbeda. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif dengan sumber data sekunder yang berasal
dari Statistik Perbankan Syariah yang dikelola oleh Otoritas Jasa Keuangan
dengan mengambil periode Tahun 2016-2018. Populasi pada penetian ini adalah
perbankan syariah baik bank umum syariah maupun unit usaha syariah dengan
mengambil sampel 14 bank umum syariah. Teknik analisis yang digunakan
dalam penelitian ini menggunakan data panel dan uji-t untuk mengetahui
perbandingan elastisitas suku bunga simpanan dan dana pihak ketiga deposito
yang terjadi pada bank-bank syariah serta dampak dari rate of return risk.

1.5 Sistematika Penelitian

Bab I: PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
dan manfaat dari penelitian mengenai “Analisis Perbandingan Elastisitas Suku
Bunga Simpanan terhadap Dana Pihak Ketiga pada Bank Syariah di
Indonesia : Implikasi Rate of Return Risk.”
Bab II: TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan tentang landasan teori, penerapan teori dan review terhadap
teori atau pada penelitian sebelumnya dan kerangka berpikir yang akan digunakan
dalam penelitian ini.
Bab III: METODE PENELITIAN
Bab ini menguraian tentang metodelogi yang akan digunakan, ruang lingkup
penelitian, jenis dan sumber data, prosedur pengumpulan data dan teknik analisis
data.
Bab IV: HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan tentang hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
peneliti yang berisi analisis dan pengolahan informasi yang diperoleh berdasarkan
pada metode penelitian yang telah ditetapkan dan mengacu pada kajian literatur.
Bab V: KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini menguraikan tentang simpulan yang ditunjukan peneliti kepada pihak
yang berkepentingan pada obyek penelitian dan dipergunakan untuk menjawab
rumusan malah yang telah ditetapkan.

Anda mungkin juga menyukai