Anda di halaman 1dari 20

Agribisnis Urban Farming Dalam Rangka Efektivitas Dan Efisiensi

Pengelolaan Lahan Tidur Di Lingkungan Armatim Kelurahan Ujung


Kecamatan Semampir Surabaya

I Gede Sedana1, Endang Yektiningsih2, Sudiyarto3


Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Pembangunan Nasional Jawa Timur
ABSTRACT
This research was conducted in ARMATIM area, Ujung subdistrict, Semampir district
with the purpose of finding out: 1) identified of utilization marginal land, 2) identified
efecivity of utilization marginal land from technical side, 3) analyzed efficiency of
utilization marginal land from economic side, and 4) analyzed internal factors
environment (IFE) and external factors environment (EFE) of utilization marginal land.
Samplineg determined by purposive method. The data conduct thru several approach i.e.
: 1) recording about : a) technical effectivity; b) economical efficiency; c) agribusiness
development strategy thru IFE and EFE, 2) documentation post harvest and marketing,
and 3) deep interview with farmers group. The result of this research showed that : 1)
Utilization marginal land effective by 80%; 2) Utilization marginal land efficient from
economic scale by 2.99 R/C ratio and 1.99 B/C ratio; 3) IFE and EFE influence about
10 IFE and EFE factors thus development strategy of agribusiness marginal land
belong Strenght and Opportunity (SO) for priority.
Keywords: marginal land, technical effectivity, economical efficiency, development
strategy, urband farming,

INTISARI
Penelitian ini dilakukan di lingkungan ARMATIM kelurahan Ujung
kecamatan Semampir kota Surabaya dengan tujuan mengetahui: 1)
Mengidentifikasi pemanfaatan lahan tidur 2) Mengidentifikasi efektivitas
pemanfaatan lahan tidur dari sisi teknis, 3) Menganalisa efisiensi pemanfaatan
lahan tidur dari sisi ekonomi dan 4). Menganalisa faktor lingkungan internal dan
eksternal dalam pemanfaatan lahan tidur. Pengambilan sampel ditentukan
dengan metode purposive. Pengambilan data dilakukan dengan beberapa cara
yaitu :.1) Melakukan pencatatan terkait aspek : a) Efektivitas teknis; b) Efisiensi
ekonomis; c) Strategi pengembangan agribisnis dengan pendekatan Internal
Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE). 2) Mendapatkan
dokumentasi budidaya, pasca panen dan pemasaran dan; 3) Melakukan
wawancara mendalam dengan kelompok tani. Hasil penelitian menunjukkan: 1)
Pemanfaatan lahan tidur efektif secara teknis dengan nilai efektifitas sebesar
80%; 2) Pemanfaatan lahan tidur efisien dari sisi ekonomi dengan R/C ratio
sebesar 2,99 dan B/C ratio sebesar 1,99. 3) Evaluasi faktor lingkungan internal
dan eksternal mempengaruhi pemanfaatan lahan tidur yang menunjukan
terdapat pada 10 faktor evaluasi internal dan 10 faktor evaluasi eksternal;
Strategi pengembangan agribisnis di lahan tidur menunjukan bahwa strategi
Strength and Opportunity (SO) merupakan strategi prioritas dengan nilai
tertinggi.
Kata Kunci: lahan tidur, efektifitas teknis, efisiensi ekonomis, strategi
pengembangan, urban farming,

1
PENDAHULUAN
Saat ini Indonesia menghadapi tiga masalah utama, yaitu: 1) peningkatan
kebutuhan pangan; 2) pertumbuhan penduduk; dan 3) degradasi ekologis.
Daerah perkotaan memberikan kontribusi besar terkait masalah kebutuhan
pangan dan pertumbuhan penduduk. Tingginya perpindahan penduduk dari desa
ke kota terutama di negara-negara berkembang khususnya Indonesia,
meningkatkan jumlah masyarakat kurang mampu dan ancaman keamanan
pangan di daerah perkotaan (Indraprahasta, 2013).
Lahan-lahan pertanian yang potensial perlu dikaji guna mendukung
penyediaan pangan. Sumber daya lahan yang potensial menjadi hal yang utama
dalam mengatasi ketersediaan pangan. Namun penyediaan sumber daya lahan
khususnya di Jawa Timur masih menghadapi tantangan besar. Tantangan
tersebut berasal dari masih tingginya alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan
non pertanian. Alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian (industri
dan pemukiman) menjadi permasalahan yang tidak dapat dihindari terutama di
kota Surabaya.
Hilangnya lahan pertanian di kota Surabaya diakibatkan oleh alih fungsi
lahan. Alih fungsi lahan memiliki beberapa dampak positif dan negatif. Menurut
Dewi, I.A.L, dkk (2016) dampak positif dari alih fungsi lahan yaitu: 1) munculnya
mata pencaharian yang baru dan 2) adanya kesempatan memperoleh tambahan
pendapatan non pertanian. Sedangkan dampak negatif dari alih fungsi lahan
meliputi: 1) berkurangnya jam kerja petani; 2) berkurangnya ketersediaan air
irigasi; 3) kerusakan lingkungan; 4) padatnya penduduk di daerah lahan 5)
konflik social; 6) berkurangnya produksi usaha tani dan 7) berkurangnya
pendapatan usaha tani.
Surabaya yang merupakan kota metropolis masih memiliki beberapa
wilayah lahan tidur yabg difungsikan sementara sebagai lahan pertanian
produktif. Salah satu wilayah di Surabaya yang memiliki potensi lahan pertanian
produktif adalah di Kelurahan Ujung Kecamatan Semampir atau tepatnya di
lingkungan Armada Laut Timur (ARMATIM).
Sejalan dengan misi dan strategi reforma agraria, terdapat potensi
pemanfaatan lahan-lahan tidur yang ada yaitu di lingkungan kelurahan Ujung
Kecamatan Semampir kota Surabaya. Beralih fungsinya bangunan perumahan
dinas, yang semula berupa bangunan perumahan horisontal, sejak tahun 2006
dipugar menjadi bangunan berbentuk flat/vertikal. Kondisi ini menyebabkan

2
lahan bekas bangunan perumahan tersebut menjadi lahan tidur, tidak
dimanfaatkan dalam jangka waktu lama.
Terdapat potensi pengembangan yang cukup besar pada lahan tidur yang

merupakan lahan bekas bangunan horizontal. Namun kondisi tanah dari lahan

tidur diperkirakan kurang subur dan kurang produktif. Atas pertimbangan tersebut

Dinas Pertanian menyarankan kepada warga untuk mengajukan permohonan

kepada Dinas Kebersihan Kota Surabaya untuk memberikan dukungan

penggemburan tanah melalui olah tanah dan pemberian kompos agar lahan tidur

tersebut dapat dimanfaatkan menjadi lahan produktif agribisnis berbasis urban

farming.

Pengolahan lahan tidur menjadi lahan produktif agribisnis telah dimulai

pada tahun 2012. Hal ini menjadikan lingkungan sekitar ARMATIM menjadi hijau

dan telah menghasilkan berbagai produk tanaman agribisnis seperti: (a).

Sayuran-sayuran (sawi, bayam, kangkung, kol, brokoli, selada, cabe, tomat,

timun, oyong, labu, dll); 2. Buah (pisang, pepaya, melon); 3. Rempah-

rempah/bumbu dapur (sereh, kunyit, jahe, dll); 4. Tanaman Obat Keluarga/Toga

(rosela, daun kelor, sambiloto, dll) dan 5. Palawija (singkong, jagung, ganyong,

ubi). Selanjutnya dalam rangka ikut berpartisipasi pada program yang diadakan

Pemkot Surabaya berupa lomba “Green and Clean” yaitu sebuah program yang

diadakan oleh Pemerintah Kota Surabaya guna menjadikan Kota Surabaya yang

hijau dan bersih. Kegiataan tersebut diadakan oleh Pemerintah Kota Surabaya

setiap tahunnya dan diikuti lebih dari 500 RT se Kota Surabaya.

Potensi dan peluang pengembangan lahan tidur menjadi lahan produktif

agribisnis berbasis urban farming memiliki prospek yang menjanjikan. Di sisi lain

upaya kelompok tani dalam mengembangkan usaha tersebut masih mengalami

beberapa kendala yaitu belum diketahuinya efektivitas dari sisi teknis dan

efisiensi sumber daya.

3
Efektivitas dari sisi teknis dan efisiensi dari aspek ekonomi menjadi dasar

pertimbangan layak atau tidaknya agribisnis urban farming dikembangkan. Selain

itu evaluasi terhadap faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi dan

strategi pengembangan agribisnis terbaik di lahan tidur merupakan hal yang

perlu dilakukan sebagai bahan pertimbangan

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Sugiyono (2013) menjelaskan
tentang metode kualitatif yaitu metode penelitian yang mendasarkan pada filsafat
postpositivisme, dimana peneliti merupakan instrument kunci, teknik
pengumpulan data menggunakan triangulasi (gabungan) antara data deskriptif
maupun numerikal.
Penelitian deskriptif ini melakukan pendekatan studi kasus pada kelompok
tani di perumahan dinas TNI AL di lingkungan ARMATIM kelurahan ujung
kecamatan semampir Surabaya. Aktivitas penelitian ini termasuk diantaranya : 1)
Survey ke lokasi penelitian; 2) Observasi petani urban farming ; dan 3) Eksplorasi
data yang berhubungan dengan pemanfaatan lahan tidur. Penelitian ini
menganalisis beberapa aspek yaitu : 1) aspek teknis, 2) aspek ekonomi; 3)
evaluasi faktor internal maupun eksternal dan 4) strategi pengembangan
agribisnis di lahan tidur dengan menggunakan analisis SWOT.
Metode pengambilan sampel ditentukan dengan metode purposive. Metode
purposive adalah teknik penentuan sampel dengan sengaja berdasarkan atas
pertimbangan – pertimbangan tertentu. Informan dalam penelitian yaitu petani
urban farming di lingkungan ARMATIM. Peneliti menetapkan responden
berdasarkan anggapan bahwa responden yang dipilih dapat memberikan
informasi valid yang diperlukan dan relevan dengan permasalahan penelitan.
Sampel diambil didasarkan pada atas alasan dan tujuan tertentu yang bisa
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Sampel yang dijadikan narasumber yaitu
kelompok tani yang memanfaatkan lahan bekas perumahan sebagai lahan urban
farming. Sebanyak 33 orang perwakilan dari 11 kelompok tani masing-masing
diwakili 3 orang (ketua/wakil, sekretaris/bendahara dan anggota)
Pengujian Hipotesis Pertama
Efektivitas teknis dijelaskan melalui metode deskripsi. Sugiyono, (2013)
menjelaskan tentang metode deskriptif. Beberapa informasi dan data yang

4
ditelusuri dalam mendapatkan gambaran efektivitas teknis yaitu : a) Produksi; b)
Luas lahan; c) Produktivitas dan e) Biaya tetap dan biaya variable. untuk
mengetahui atau menilai efektivitas menggunakan rumus :
Efektifitas = Realisasi x 100%
Target
Standard pengukuran untuk menilai efektivitas teknis sebagaimana kategori
berikut ini :
1. 0 – 40% = Tidak efektif
2. 41 – 60% = Kurang efektif
3. 61 – 80% = Efektif
4. 81 – 100% = Sangat efektif
Penilaian tingkat efektivitas teknis dilakukan dengan jalan :
1. Identifikasi target kegiatan
Target kegiatan merupakan hasil yang ingin dicapai dalam pelaksanaan
program. Informasi target kegiatan dapat diperoleh dari pelaksana teknis
program.
2. Identifikasi realisasi kegiatan
Realisasi kegiatan merupakan hasil dari kondisi nyata dalam pelaksanaan
kegiatan program. Data realisasi program dapat diperoleh dari data
sekunder yang merupakan laporan kegiatan program dan data primer
yang merupakan hasil wawancara ke masyarakat flat.
3. Menganalisis efektivitas

Efektivitas dapat diketahui dengan cara membandingkan antara realisasi/hasil


kegiatan dengan target program kemudian di konversikan dalam persentase yang
kemudian dicocokan dengan kriteria apakah termasuk efektif atau sebaliknya.
Pengujian Hipotesis Kedua
Perhitungan R/C ratio dilakukan dengan perhitungan :
R/C ratio = ∑TR / ∑TC
Dimana :
R/C ratio = return cost ratio
∑TR = penerimaan total tanaman budidaya
∑TC = biaya total tanaman budidaya.
Kriteria :
R/C > 1, usaha tani efisien dan layak diusahakan.

5
R/C < 1, usaha tani tidak efisien dan tidak layak diusahakan.
R = 1, usaha tani impas (dipertimbangkan untuk diusahakan/tidak).
Sementara perhitungan B/C ratio dilakukan dengan perhitungan :
B/C ratio = FI/∑TC
Dimana :
B/C ratio = benefit cost ratio
FI = total pendapatan budidaya.
∑TC = biaya total budidaya tomat, cabai rawit dan terung.
Kriteria :
B/C > 1, usaha tani efisien dan layak diusahakan.
B/C < 1, usaha tani tidak efisien dan tidak layak diusahakan.
R = 1, usaha tani impas (dipertimbangkan untuk diusahakan/tidak)
Pengujian Hipotesis Ketiga
a. untuk menganalisis secara lebih dalam tentang SWOT, dapat menggunakan
metode QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) dengan tiga tahap
pelaksanaan analisis data.
a) Tahap Pemasukan (The Input Stage)
Matriks yang digunakan dalam tahap ini yaitu Internal Factor Evaluation
(IFE) dan Eksternal Factor Evaluation (EFE). Tahapan-tahapan dalam
penyusunan matriks IFE dan EFE adalah :
i) Identifikasi faktor Internal dan Eksternal Perusahaan
Tahap identifikasi faktor-faktor internal yaitu dengan cara
mendaftarkan semua kekuatan dan kelemahan yang dimiliki usaha.
Penyajian data dengan faktor yang bersifat positif (kekuatan) ditulis
sebelum faktor yang bersifat negatif (kelemahan). Begitu pula dengan
tahap identifikasi faktor eksternal perusahaan.
ii) Pemberian bobot setiap faktor
Pentuan bobot pada analisis internal dan eksternal perusahaan
dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan kepada responden
dengan menggunakan metode paired comparison (perbandingan
berpasangan).
iii) Pemberian Rating/Peringkat dan Bobot
Rating atau peringkat menggambarkan seberapa efektif strategi
usaha saat ini dalam merespon faktor strategis yang ada. Pemberian
nilai peringkat didasarkan pada keterangan berikut :

6
a. Nilai 4, Jika usaha mempunyai kemampuan sangat baik dalam
meraih faktor peluang tersebut dengan faktor ancaman tersebut
memberikan pengaruh yang sangat lemah terhadap perusahaan.
b. Nilai 3, Jika usaha mempunyai kemampuan baik dalam meraih
faktor peluang tersebut dan faktor ancaman memberikan
pengaruh yang lemah terhadap perusahaan
c. Nilai 2, Jika usaha mempunyai kemampuan cukup baik dalam
meraih faktor peluang tersebut dan faktor ancaman memberikan
pengaruh yang kuat terhadap perusahaan.
d. Nilai 1, Jika usaha mempunyai kemampuan tidak baik dalam
meraih faktor peluang tersebut dan faktor ancaman memberikan
pengaruh yang kuat terhadap perusahaan.
Bobot dihitung dengan menentukan nilai setiap variabel dibandingkan
dengan total nilai seluruh variabel. Dapat menggunakan rumus yaitu :
Bobot = Nilai Variabel x 100%
Total Nilai Variabel
iv) Perkalian bobot dan rating
Menentukan nilai tertimbang tiap faktor yang diperoleh dari perkalian
bobot dengan rating (peringkat) setiap faktor. Nilai tertimbang setiap
faktor kemudian dijumlahkan untuk memperoleh total nilai tertimbang.
b) Tahap pencocokan (The Matching Stage)
i) Matriks IE (Internal Eksternal)
Matriks ini bermanfaat untuk memposisikan usaha ke dalam matriks
yang terdiri dari 9 sel. Matriks IE terdiri dari dua dimensi, yaitu total
skor matriks IFE pada sumbu X dan Matriks EFE pada sumbu Y.
Matriks ini dikelompokkan menjadi tiga strategi utama yaitu :
1) Grow and Build (Tumbuh dan Bina) berada dalam sel I, II atau IV.
Strategi yang cocok adalah intensif (penetrasi pasar, pengem-
bangan pasar, dan pengembangan produk) atau integrasi
(integrasi ke belakang, integrasi ke depan, dan integrasi
horizontal).
2) Hold and Maintain (Pertahankan dan Pelihara) mencangkup sel III,
V, atau sel VII. Strategi umum yang dipakai adalah penetrasi
pasar, pengembangan produk dan pengembangan pasar.

7
3) Harvest and Devest (Panen atau Divestasi) mencangkup sel VI,
VIII, atau IX. Strategi yang dipakai adalah divestasi strategi
diversifikasi konglomerat, dan strategi likuidasi.
Pengujian Hipotesis Keempat
Matriks SWOT
Matriks SWOT ini merupakan alat formulasi pengambilan keputusan untuk
menentukan strategi yang ditempuh berdasarkan logika untuk memaksi-malkan
kekuatan dan peluang, namun secara bersamaan dapat meminimalkan
kelemahan dan ancaman perusahaan. Tahapan dalam menyusun matriks SWOT
adalah sebagai berikut :
1) Menyusun daftar peluang dan dan ancaman eksternal perusahaan serta
perusahaan serta kekuatan dan kelemahan internal perusahaan.
2) Menyusun strategi SO (Strength-Opportunity) dengan cara menco-cokkan
kekuatan-kekuatan internal dan peluang-peluang eksternal.
3) Menyusun strategi WO (Weakness -Opportunity) dengan cara menco-
cokkan kelemahan-kelemahan in-ternal dan peluang-peluang eks-ternal.
4) Menyusun strategi ST (Strength-Threat) dengan cara mencocokkan
kekuatan-kekuatan internal dan ancaman-ancaman eksternal.
5) Menyusun strategi WT (Weakness-Threat) dengan cara mencocokkan
kelemahan-kelemahan internal dan ancaman-ancaman eksternal.
Tahap keputusan (The Decision Stage)
Matriks yang digunakan dalam keputusan ini adalah QSPM. Analisis QSPM
digunakan untuk mengevaluasi strategi secara obyektif berdasarkan faktor-faktor
sukses utama internal-eksternal yang telah diidentifikasi pada tahap sebelumnya.
Langkah penyusunan matriks QSPM sebagai berikut :
i) Membuat daftar peluang/ancaman eksternal dan
kekuatan/kelemahan internal kunci perusahaan pada ko-lom kiri
dalam QSPM. Informasi ini diperoleh dari matriks EFE dan IFE.
ii) Berikan bobot untuk masing-masing faktor internal dan eksternal
(bobot yang diberikan sama dengan bobot pada matriks EFE dan
IFE).
iii) Evaluasi matriks tahap 2 (pencocokkan) dan identifikasi alter-natif
strategi yang harus dipertim-bangkan organisasi untuk dimple-
mentasikan.

8
iv) Tentukan Nilai Daya Tarik (Attractiveness Scores-AS), didefinisi-
kan sebagai angka yang mengindi-kasikan daya tarik relatif dari
masing-masing strategi dalam set alternatif tertentu.
(1) Nilai 1 = tidak menarik
(2) Nilai 2 = agak menarik
(3) Nilai 3 = cukup menarik
(4) Nilai 4 = sangat menarik
Nilai Daya Tarik Total Attractive Score – TAS) diperoleh dengan mengalikan
bobot dengan attracttiveness scores. Penarikan kesimpulan dapat dilakukan
dengan mempertimbangkan hasil-hasil yang diperoleh dari penelitian yang
ditunjang dengan dasar teori sebagai landasan berpikir
HASIL DAN PEMBAHASAN
Efektivitas Pemanfaatan Lahan Tidur di Wilayah Armatim
Target yang ingin dicapai dari pemanfaatan lahan tidur yaitu terdapat
aktivitas/program urban farming dari luasan total area lahan tidur. Jika
memperhatikan denah pemanfaatan lahan tidur di flat A4 maka 4 alokasi
penempatan dari 5 lokasi area lahan tidur digunakan sebagai aktivitas/ program
urban farming (UF).
Secara sederhana maka nilai efektivitas program Urban Farming di wilayah
ARMATIM dapat diketahui melalui perhitungan :
Efektifitas (E) = Realisasi (R) / Target (T) x 100%

Efektivitas (E) = 4 lokasi area UF / 5 alokasi lahan tidur x 100%


= (4/5)*100%
= 80%

Berdasarkan kriteria pengukuran efektivitas teknis, nilai 80% berada pada


kategori efektivitas teknis yang efektif. Efektivitas teknis yang efektif. Setelah
pengukuran efektivitas teknis diketahui, selanjutnya diperlukan pengukuran
efisiensi ekonomis.
Menurut Cambel, J.P. (1969: 121), pengukuran efektifitas secara
umum dan yang paling menonjol adalah:
1) Keberhasilan program.
2) Keberhasilan sasaran

9
3) Keputusan terhadap program
4) Tingkat input dan output
5) Pencapaian tujuan menyeluruh
Berdasarkan kriteria tersebut dapat dikatakan bahwa program Urban
Farming di wilayah ARMATIM efektif dari sisi keberhasilan program,
sasaran program, keputusan terhadap program, tingkat input dan output,
serta pencapaian secara menyeluruh.
Kebrhasilan sasaran program diukur dari banyaknya sasaran yang
menjalankan program Urban Farming, yaitu dari 11 kelompok tani semua
melaksanakan program tersebut dengan jenis tanaman yang berbeda-
beda. Jika dilihat dari keputusan terhadap program dapat dikatakan
bahwa keputusan kelompok tani untuk menerima program Urban Farming
merupakan keputusan yang tepat, hal tersebut ditunjukkan oleh hal-hal
sebagai berikut:
1) Semua kelompok tani telah menjalankan program selama lebih dari 5 tahun
2) Program Urban Farming mampu meningkatkan kerjasama diantara anggota
kelompok tani
3) Program Urban Farming mampu meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan anggota kelompok tani
4) Program Urban Farming mampu meningkatkan produksi dari usahatani yang
dinikmati untuk keluarga dan usaha kelompoknya.
Analisis Efisiensi Ekonomis Pemanfaatan Lahan Tidur
Efisiensi ekonomis merupakan aspek penting yang perlu dianalisis guna
mengetahui seberapa menguntungkan usaha tani yang akan diusahakan. Urban
farming di wilayah ARMATIM merupakan usaha tani yang memanfaatkan lahan
tidak terpakai yang terdapat pada area sekitar bangunan flat namun tetap
memerlukan sarana produksi pertanian yang efisien guna menunjang aktifitas
usaha tani yang dilakukan.
Yektiningsih et.al (2012) melakukan penelitian terkait dengan penerapan
urban farming di Surabaya untuk meminimalisir kemiskinan dan usaha
menciptakan area hijau. Dalam penelitiannya terdapat aspek ekonomi yang
berpengaruh setelah dilakukan urban farming yaitu meningkatnya pendapatan
petani. Peningkatan ini dibuktikan dari hasil nilai R/C ratio yang >1 yaitu (3,92).

10
Urban farming di area lahan tidur wilayah semampir memiliki hasil analisis
R/C ratio sebagaimana Tabel di bawah ini.
Tabel 1. Hasil Perhitungan rata-rata R/C Ratio Urban farming 11 Kelompok Tani

No Deskripsi Komponen Nilai di 11 Kelompok Tani


Perhitungan (Rp)
1 Penerimaan 6.443.250
2 Biaya Produksi 2.150.000
R/C Ratio ∑TR / ∑TC
= 6.443.250/2.150.000
= 2,99
Sumber: Analisis Data Primer
Evaluasi Faktor Internal dan Eksternal Program Urban Farming di Wilayah
ARMATIM
Setelah hasil analisis efektivitas dan efisiensi ekonomis diketahui, analisis
dilanjutkan dengan melakukan evaluasi faktor internal (EFI) dan faktor eksternal
(EFE) yang mempengaruhi pemanfaatan lahan tidur. Evaluasi EFI dan EFE
berguna untuk mengetahui kekuatan (kekuatan), kelemahan (weakness),
peluang (opportunity) dan ancaman (threat) dari pemanfaatan lahan tidur yang
ada di ARMATIM.
Evauasi faktor internal berupa kekuatan dan kelemahan dari penerapan
lahan tidur untuk urban farming hortikultura. Evaluasi faktor eksternal berupa
peluang dan ancaman dari penerapan lahan tidur untuk urban farming
hortikultura. Evaluasi ini merupakan langkah untuk menentukan strategi
pengembangan yang diperlukan agar pemanfaatan lahan tidur benar-benar
strategis dan tepat untuk dilaksanakan. Menurut Rangkuti (2004), strategi pada
prinsipnya dibagi menjadi 3 jenis yaitu:
1) Strategi manajemen yaitu strategi yang berorientasi pada pengembangan
strategi secara makro. Contoh dari strategi ini yaitu: 1) strategi
pengembangan produk; 2) strategi pengembangan harga; dan 3) strategi
pengembangan pasar.
2) Strategi investasi yaitu strategi yang berorientasi pada investasi. Contoh dari
strategi ini yaitu: 1) strategi pertumbuhan agresif; 2) strategi penetrasi pasar;
dan 3) strategi pembangunan kembali.

11
3) Strategi bisnis yaitu strategi berorientasi pada fungsi-fungsi kegiatan
manajemen. Contoh dari strategi ini yaitu: 1) strategi organisasi, 2) strategi
produksi dan operasional dan 3) strategi distribusi.
Untuk mendapatkan strategi yang strategis dan tepat, Tabel berikut ini
menjelaskan tentang EFI dan EFE yang terjadi di wilayah ARMATIM
Tabel 2. Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) dan Evaluasi Faktor Internal (IFE)
EFI STRENGTHS (S) WEAKNESSES (W)
1. Dukungan kebijakan 1. Budidaya beberapa
Kepala Staf TNI AL tanaman hortikultura
terhadap program cukup kompleks
berkelanjutan “Green & diterapkan di lahan tidur.
Clean”. 2. Kapasitas produksi masih
2. Kondisi cuaca terbatas.
mendukung untuk 3. Terdapat anggota
bercocok tanam kelompok tani yang
hortikultura. pindah tugas sehingga
3. Minat budidaya perlu adanya transfer
hortikultura anggota pengetahuan untuk
kelompok tani anggota yang baru.
perempuan. 4. Penggunaan sarana
4. Lahan tidur di ARMATIM produksi pupuk dan
dapat dimanfaatkan polybag yang masih
EFE dengan efektif untuk tergolong dalam tidak
urban farming. ekonomis.
5. Hasil analisis efisiensi 5. Penjualan belum
R/C dan B/C ratio dan komersil.
nilai produk marginal
yang masuk kriteria
ekonomis.
OPPORTUNITIES (O) STRATEGI SO : Strategi Wo :
1. Kebijakan pemerintah Ciptakan strategi Ciptakan Strategi Yang
terhadap program “Green menggunakan kekuatan Meminimalkan Kelemahan
and Clean” cukup besar untuk memanfaatkan Untuk Memanfaatkan
dan berkelanjutan. peluang Peluang
2. Produk hortikultura 1. Memanfaatkan dukungan 1. Menyederhanakan
dibutuhkan oleh cuaca dan Praktik Budidaya Dan
masyarakat sekitar. kebijakan/aturan yang Memaksimalkan
3. Lokasi lahan tidur diberlakukan pemerintah Produksi Dengan

12
ARMATIM menjadi kota untuk Menyesuaikan
prototype bagi mengembangkan Permintaan Pasar
pengembangan urban kegiatan urban farming Setempat Dan Mencari
farming lingkungan hortikultura unggulan Pemasok Sarana
sekitar desa Ujung. berdasarkan kebutuhan Produksi Yang Murah
4. Adanya lahan sentra masyarakat Dan Dekat Dengan
pertanian di sekitar lahan (S1,S2,S3,O1,O2,O4). Sentra Pertanian
tidur dapat menjadi 2. Memaksimalkan nilai (W1,W2,W4,O3,O4,O5)
tempat riset dan efektifitas dengan 2. Mengembangkan Pasar
pengembangan memanfaatkan lahan Online Untuk
komoditas hortikultura tidur sekitar desa Ujung Meningkatkan
yang unggul. dalam rangka Penjualan Dan
5. Pengelolaan rantai Pengembangan pasar Bekerjasama Dengan
pasokan masih tegolong hortikultura dengan Pihak Transportasi
sederhana. Dapat pengelolaan rantai pasok Guna Mengefektifkan
dikembangkan lebih yang efisien Jalur Distribusi
lanjut. (S4,S5,O4,O5). Pasokan Hasil Panen
Hortikultura
(W1,W2,W5,O4,O5)
3. Memanfaatkan lahan
sentra pertanian untuk
transfer pengetahuan
dan melakukan riset
skala komersil anggota
kelompok yang baru
(W3,W4,O3,O4).
THREATS (T) STRATEGI ST : STRATEGI WT :
1. Perubahan iklim secara Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang
global. menggunakan kekuatan meminimalkan kelemahan
2. Potensi restrukturisasi untuk mengatasi ancaman dan menghindari ancaman
bangunan sekitar flat. 1. Memanfaatkan cuaca 1. Menyederhanakan
3. Bimbingan dan yang baik untuk musim budidaya tanaman
penyuluhan teknis hanya tanam komoditas hortikultura dan
difasilitasi oleh 1 orang hortikultura yang minim menyesuaikan dengan
dari Dinas Pertanian Kota resiko dan dibutuhkan komoditas hortikultura
Surabaya. oleh pasar setempat. yang berpotensi jual
4. Harga komoditas (S1,S2,S3,T1,T3T4). tinggi (W1,W2,T4,T5).
hortikultura sangat 2. Menjalankan dukungan 2. Memperluas jangkauan

13
dinamis. Potensi kerugian kebijakan yang ada komersialisasi produk
masih mungkin terjadi. dengan memberikan nilai hortikultura dan
5. Penerapan teknologi tambah guna mencari teknologi tepat
masih tradisional. meminimalisir resiko guna yang baru dengan
restrukturisasi dan harga yang kompetitif
fluktuasi harga (W2,W5,T4,T5)
(S1,S4,S5,O2,O3,O4).
Setelah evaluasi faktor internal dan eksternal selesai dianalisis, proses
berikutnya adalah mencocokan kedalam matriks berdasarkan nilai skor yang
telah diketahui. Matriks terdiri dari sumbu x (absis) dan sumbu y (ordinat).
Sumbu x merupakan faktor kekuatan (strength) dan kelemahan (weaknesses)
sedangkan sumbu y merupakan faktor peluang (opportunity) dan ancaman
(threat). Matriksnya sebagaimana Gambar berikut:

Gambar 1. Matriks SWOT agribisnis urban farming di ARMATIM


Strategi Pengembangan Agribisnis di Lahan Tidur Semampir
Setelah melihat berbagai potensi yang terdapat dalam pemanfaatan lahan
tidur di ARMATIM seperti: 1) lahan; 2) sumber daya manusia; dan 3) pasar yang
cukup besar dan telah dilakukan analisis faktor internal dan eksternal, potensi
tersebut perlu dikembangkan dengan strategi yang tepat. Dari evaluasi internal
didapatkan strategi kekuatan dan kelemahan (Strenght & Weakness) sedangkan
dari evaluasi eksternal didapatkan strategi peluang dan ancaman (Opportunity &
Threats). Kombinasi dari keempat strategi menciptakan beberapa strategi
14
gabungan yang efektif dalam mengembangkan potensi yang ada. Berikut adalah
kombinasi yang ditemukan.
Strategi SO (Strength-Opportunity)
a) Memanfaatkan dukungan cuaca dan kebijakan/aturan yang diberlakukan
pemerintah kota untuk mengembangkan kegiatan urban farming
hortikultura unggulan berdasarkan kebutuhan masyarakat. Melihat
dukungan cuaca yang terdapat di ARMATIM, merupakan satu keuntungan
kompetitif yang dapat diandalkan. Hal ini terdapat pada pola rata-rata
curah hujan yang terdapat pada Gambar 5. Pola curah hujan dapat
menjadi tolak ukur bagaimana kelompok tani dapat memanfaatkan bulan
yang memiliki curah hujan rendah.
b) Disamping itu dukungan kebijakan pemerintah kota dalam kegiatan “Green
and Clean” mendukung secara langsung melalui bantuan modal dan
saprodi dalam kegiatan operasional urban farming di Armatim. Dukungan
operasional ini memiliki nilai tambah tersendiri terhadap outcome.
Kelompok tani merasakan dukungan ini saat awal tanam dan masa
pemeliharaan.
c) Dukungan lain yaitu adanya kepastian pasar yang disediakan di
ARMATIM. Selain berasal dari warga bangunan flat, pelanggan produk
hortikultura urban farming berasal dari para pedagang di sentra kuliner
yang ada di ARMATIM.
d) Memaksimalkan nilai efektifitas dengan memanfaatkan lahan tidur sekitar
desa Ujung dalam rangka pengembangan pasar hortikultura dengan
pengelolaan rantai pasok yang efisien.
Sentra-sentra produksi skala rumah tangga dapat dihitung
keekonomisannya berdasarkan kepada perhitungan R/C dan B/C ratio
yang telah dianalis. Produksi skala rumah tangga dapat berkontribusi
sebagai pemasok yang dapat menjaga keberlanjutan pasar hortikultura
disamping pasokan yang berasal dari sentra pertanian maupun anggota
kelompok tani yang berada di lingkungan ARMATIM.
Tumbuh dan berkembangnya pasokan-pasokan skala rumah
tangga di area lahan tidur desa Ujung dapat memangkas rantai pasok
yang yang panjang. Diharapkan rantai pasok akan tetap berlangsung
mulai dari kelompok tani kemudian ke pedagang kecil dan diakhiri oleh

15
pengguna. Sebagaimana direkomendasikan melalui diagram alir
sederhana berikut:

Kelompok Pedagang Kecil Konsumen


Tani Hortikultura
Hortikultura
Gambar 2. Rekomendasi diagram alir rantai pasok hortikultura di desa Ujung
kecamatan Semampir

Rantai pasok pada Gambar 8. merupakan rantai pasok sederhana yang


efektif dan efisien sebagaimana penelitian serupa yang pernah dilakukan
oleh Ismail, (2018) terhadap nelayan ikan tuna. Dalam penelitiannya
nelayan ikan tuna merupakan pemasok utama dan memiliki posisi
strategis seperti halnya kelompok tani hortikultura di ARMATIM. Keduanya
merupakan upstream stakeholder dan memiliki kontribusi vital sebagai
pemasok awal. Kinerja dan faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan
upstream stakeholder menjadi tolak ukur keberhasilan manajemen rantai
pasok dapat berjalan efektif dan efisien
Strategi WO (Weakness-Opportunity)
a) Menyederhanakan praktik budidaya dan memaksimalkan produksi
dengan menyesuaikan permintaan pasar setempat dan mencari pemasok
sarana produksi yang murah dan dekat dengan sentra pertanian.
b) Mengembangkan pasar online untuk meningkatkan penjualan dan
bekerjasama dengan pihak transportasi guna mengefektifkan jalur
distribusi pasokan hasil panen hortikultura.
c) Memanfaatkan lahan sentra pertanian untuk transfer pengetahuan dan
melakukan riset skala komersil anggota kelompok yang baru.
Strategi ST (Strength-Threat)
a) Memanfaatkan cuaca yang baik untuk musim tanam komoditas
hortikultura yang minim resiko dan dibutuhkan oleh pasar setempat.
b) Menjalankan dukungan kebijakan yang ada dengan memberikan nilai
tambah guna meminimalisir resiko restrukturisasi dan fluktuasi harga.
Strategi WT (Weakness-Threat)
a) Menyederhanakan budidaya tanaman hortikultura dan menyesuaikan
dengan komoditas hortikultura yang berpotensi jual tinggi.

16
b) Memperluas jangkauan komersialisasi produk hortikultura dan mencari
teknologi tepat guna yang baru dengan harga yang kompetitif.
Dari keseluruhan strategi yang dikembangkan, berdasarkan nilai yang
didapatkan pada Gambar 1. maka strategi pengembangan agribisnis di lahan
tidur semampir terletak pada strategi SO merupakan strategi prioritas. Strategi ini
mendapatkan nilai tertinggi yaitu 0,68. Adapun strategi SO meliputi:
1. Memanfaatkan dukungan cuaca dan kebijakan/aturan yang diberlakukan
pemerintah kota untuk mengembangkan kegiatan urban farming hortikultura
unggulan berdasarkan kebutuhan masyarakat.
2. Memaksimalkan nilai efektifitas dengan memanfaatkan lahan tidur sekitar
desa Ujung dalam rangka pengembangan pasar hortikultura dengan
pengelolaan rantai pasok yang efisien.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat kesimpulan sebagai berikut :
1. Pemanfaatan lahan tidur di lingkungan ARMATIM kelurahan Ujung
kecamatan Semampir kota Surabaya telah efektif secara teknis. Terdapat 4
dari 5 lokasi area lahan tidur yang digunakan dalam aktivitas urban farming
dengan nilai efektifitas sebesar 80%.
2. Pemanfaatan lahan tidur di lingkungan ARMATIM kelurahan Ujung
kecamatan Semampir kota Surabaya telah efisien dari sisi ekonomi.
Perhitungan R/C ratio sebesar 2,99 dan B/C ratio sebesar 1,99. Hasil
analisis regresi linier menunjukan nilai Fhitung > Ftabel sehingga hipotesis awal
diterima karena faktor-faktor produksi secara simultan berpengaruh nyata
terhadap total biaya produksi urban farming hortikultura. Hasil analisis
efisiensi alokatif menunjukan bahwa faktor produksi yang perlu diperhatikan
penggunaannya terdapat pada penggunaan pupuk dan polybag.
3. Evaluasi faktor lingkungan internal dan eksternal mempengaruhi
pemanfaatan lahan tidur di lingkungan ARMATIM kelurahan Ujung
kecamatan Semampir kota Surabaya menunjukan bahwa terdapat 10 faktor
evaluasi internal dan 10 faktor evaluasi eksternal.
4. Strategi pengembangan agribisnis di lahan tidur di lingkungan ARMATIM
kelurahan Ujung kecamatan Semampir kota Surabaya menunjukan bahwa
strategi Strength and Opportunity (SO) merupakan strategi prioritas dengan
nilai tertinggi. Strategi ini meliputi :

17
a. Memanfaatkan dukungan cuaca dan kebijakan/aturan yang diberlakukan
pemerintah kota untuk mengembangkan kegiatan urban farming
hortikultura unggulan berdasarkan kebutuhan masyarakat.
b. Memaksimalkan nilai efektifitas dengan memanfaatkan lahan tidur sekitar
desa Ujung dalam rangka pengembangan pasar hortikultura dengan
pengelolaan rantai pasok yang efisien.
Beberapa saran yang dapat dipertimbangkan yaitu :
1. Lahan tidur di wilayah ARMATIM merupakan lahan yang tidak terpakai
dalam jangka waktu yang lama. Hal ini perlu didukung dengan rencana
pembangunan jangka panjang agar pencapaian yang telah terjadi dapat
berkesinambungan.
2. Beberapa informan yang diwawancara cenderung menjawab pertanyaan
wawancara sesuai dengan pengalaman yang telah dilakukan dan masih
diingat. Pada beberapa hal yang sensitif membutuhkan informasi yang
akurat, informan cenderung menjawab tidak mengetahui. Hal ini perlu
kemampuan analisa yang kuat bagi penelitian selanjutnya.
3. Dukungan pemerintah kota Surabaya atau pimpinan tertinggi Angkatan Laut
memegang peranan penting dalam memutuskan kebijakan yang terjadi di
wilayah ARMATIM. Kebijakan ini perlu dibuat berkelanjutan dengan jangka
waktu yang panjang untuk menghindari apbila terjadi pergantian pemimpin.
DAFTAR PUSTAKA
Adjid, D.A. 1994. Kebijaksanaan Swasembada dan Ketahanan Pangan.
Prosiding Simposium Penelitian Tanaman Pangan III. Puslitbang
Tanaman Pangan. Balitbang Deptan. Hal. 50-64.

Alturas, B. 2014. Direct Selling : From Door to Door to E-Commerce.


Department of Sciences and Information Technologies. Av. Das Forças
Armadas 1600-083. LISBOA. Portugal

Anwar, K., Sufardi., dan Helmi. 2016. Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman
Hortikultura Pada Areal Bekas Hutan Rawa Gambut Di Kabupaten
Nagan Raya Provinsi Aceh. J.Floratek 11 (1) : 18-24. Universitas Syiah
Kuala Darussalam. Banda Aceh.

Banihashemi, S.A. & Rejaei, Z. 2016. Assessment of Environmental


Conditions and Internal Capabilities Affecting University Strategies
(IFE, EFE, SWOT & AHP Models). International Journal of Asian
Social Science ISSN (e) : 2224-4441/ISSN(p):2226-5139. Iran

BPS. 2018. Jumlah Penduduk Miskin Berdasarkan Menurut Kabupaten/Kota,


2015-2017.

18
https://www.bps.go.id/dynamictable/2017/08/03/1260/jumlah-
penduduk-miskin-menurut-kabupaten-kota-2015---2017.html.

Dewi, I.A.L. dan Pradnyawathi, N.L.M. 2016. Dampak Sosial Ekonomi Alih
Fungsi Lahan Pertanian Bagi Anggota Subak Kerdung di Kota
Denpasar. Jurnal Manajemen Agribisnis vol. 4 no 2 Oktober 2016.
Universitas Udayana. Bali.

Dewi, N.K. 2013. Identifikasi Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Kondisi Sosial
Ekonomi Masyarakat Daerah Pinggiran di Kecamatan Gunungpati
Kota Semarang. Jurnal Wilayah dan Lingkungan Universitas
Diponegoro. Semarang.

Effendi, M.D. 2015. Strategi Pengembangan Budidaya Rumput Laut


(Eucheuma cottonii) di Desa Tanjung Kecamatan Pademawu
Kabupaten Pamekasan. Tesis. Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur. Surabaya.
FAO. 1976. A Framework for Land Evaluation. Soil Resources Management
and Conservation Service Land and Water Development Division. FAO
Soil Bulletin No. 32. FAO-UNO, Rome.

GI Harya. 2017, Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kota Blitar


Tahun 2016. Jurnal Ilmiah Sosio Agribis 17 (1). Universitas Wijaya
Kusuma.Surabaya.

GI Harya. 2018. Competitivenes and Development Perspective of Processed


Cocoa Industries in East Java. AIP Conference Proceedings 2019 (1),
030002,2018. Universitas Brawijaya. Malang.

Iqbal, M. dan Sumaryanto. 2007. Strategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan


Pertanian Bertumpu Pada Partisipasi Masyarakat. 2007. Jurnal
Analisis Kebijakan Pertanian Vol. 5 No 2, Juni 2007 : 167-182.

Indraprahasta, G.S. 2013. The Potential of Urban Agriculture Development In


Jakarta. Procedia Environmental Science 17 (2013) 11-19. Elsevier
B.V. www.sciencedirect.com. Jakarta Indonesia.

Ismail, F.H. 2018. Manajemen Rantai Pasok Ikan Tuna (Thunnus sp.) Dalam
Rangka Peningkatkan Kesejahteraan Nelayan Di Kabupaten Pacitan :
Studi Kasus Di UD Eza Mandiri. Tesis. Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur. Surabaya.

Karama, A.S. dan A. Abdurrahman, 1994. Optimasi Pemanfaatan


Sumberdaya Lahan Berwawasan Lingkungan. Prosiding Simposium
Penelitian Tanaman Pangan III Buku I. Puslitbangtan. Deptan. Hal. 98-
112.

Kementan. 2015. Rencana Strategis Kementrian Pertanian 2015-2019.


Kementrian Pertanian. Jakarta.

19
Maulidah, S., Santoso, H., Subagyo, H., dan Rifqiyyah Q. 2012. Dampak
Perubahan Iklim Terhadap Produksi dan Pendapatan Usaha Tani
Cabai Rawit (Studi Kasus di Desa Bulupasar, Kecamatan Pagu,
Kabupaten Kediri). SEPA vol. 8 No. 2 Pebruari 2012 : 51 – 182. ISSN :
1829-9946. Universitas Brawijaya. Malang.

Ramadhan A. dan Sofiyah F.R. 2013. Analisis SWOT Sebagai Landasan


Dalam Menentukan Strategi Pemasaran (Studi McDonal’s Ring Road).
USU. Medan.

Ramadhani, T. 2018. Sustainable Development di Kota Surabaya dengan


Program Surabaya Green and Clean (SGC). Government Affair and
Administration Jusuf Kalla School and Government. UMY. Yogyakarta

Rangkuti, F. (2004). Analisis SWOT. Teknik Membedah Kasus Bisnis


Reorientasi Konsep Perencanaan Strategis Untuk Menghadapi Abad
21. Jakarta.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung:


Alfabeta, cv.

Setyorini, H., Effendi, M., dan Santoso, I. 2016. Analisis Strategi Pemasaran
Menggunakan Matriks SWOT dan QSPM (Studi Kasus : Restoran WS
Soekarno Hatta Malang). Jurnal Teknologi dan Manajemen
Agroindustri Vol. 5 Nomor 1: 46-53. Malang

Syukri, A. dan Deliyanto, B. 2012. Studi Usaha Pertanian Pangan Perkotaan


yang Berkelanjutan. Laporan Penelitian Madya Bidang Ilmu.
Universitas Terbuka. Tangerang.

Wibishanna, A. dan Mustadjab, M.M. 2015. Analisis Efisiensi Alokatif


Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Usahatani Jagung (Zea
mays L.) Studi Kasus di Desa Dengkol, Kecamatan Singosari,
Kabupaten Malang. Habitat, Volume 26, No 2, Agustus 2015, Hal 136
– 143. Jurusan Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian Universitas
Brawijaya. Malang.

Wiyanti, A.,N. 2012. Implementasi Program Urban Farming Pada Kelompok


Sumber Trisno Alami Di Kecamatan Bulak Kota Surabaya. Surabaya.

Yektiningsih, E. & Santoso W. 2013. The Decision Of Women Farmers In


Implementing Urban Farming Program In Surabaya. International
Conference of Agriculture 2013 p.183-192. UPN “Veteran” Jawa Timur.
ISBN: 978-602-9372-57-1.

Yektiningsih, E. & Nugroho, S.D. 2012. Implementation Of Urban Farming


Program In Surabaya Indonesia For Decrease Poverty And Effort To
Create Green Area. ICAM June 25-26, 2012. Jember. Indonesia.

20

Anda mungkin juga menyukai