Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Upaya pemeliharaan kesehatan anak ditujukan untuk mempersiapkan

generasi penerus yang sehat, cerdas, dan berkualitas serta untuk menurunkan

angka kematian anak. Upaya pemeliharaan kesehatan anak dilakukan sejak janin

masih dalam kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan, dan sampai berusia 18

(delapan belas) tahun. Upaya kesehatan anak antara lain diharapkan mampu

menurunkan angka kematian anak. Indikator angka kematian berhubungan dengan

anak yakni Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka Kematia Bayi (AKB), dan

Angka Kematian Balita (AKABA). Perhatian terhadap upaya penurunan angka

kematian neonatal (0-28 hari) menjadi penting karena kematian neonatal memberi

konstribusi terhadap 59% kematian bayi. 1

WHO mengatakan 1,5 juta anak-anak kemungkinan besar akan mati akibat

penyakit-penyakit yang dapat dicegah, seperti polio, campak dan tetanus.

Peperangan, penyakit, bahkan pilihan pribadi telah membuat anak-anak di seluruh

2
dunia, di negara kaya maupun miskin, kurang mendapat imunisasi. Imunisasi

adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara

aktif terhadap suatu penyakit sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit

tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami penyakit ringan. 3 Dikatakan oleh

Dr.dr.Irene, MKM sebagai Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Bencana

Dinas Kesehatan Provinsi Sumbar, bahwa tujuan imunisasi adalah untuk

1
2

menurunkan angka kematian dan kesakitan yang disebabkan oleh penyakit –

penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). 4 Yang termasuk kedalam

PD3I adalah

Imunisasi merupakan hak bagi setiap anak yang diatur dalam Undang-undang

Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009, dinyatakan bahwa setiap anak berhak

memperoleh imunisasi dasar sesuai dengan ketentuan untuk mencegah terjadinya

penyakit yang dapat dihindari melalui imunisasi dan pemerintah wajib


5
memberikan imunisasi lengkap kepada setiap bayi dan anak. Penyelenggaraan

imunisasi tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 42 Tahun 2013.

Setiap negara mempunyai program imunisasi yang berbeda, tergantung

prioritas dan keadaan kesehatan di masing-masing negara. Penentuan jenis

imunisasi ini didasarkan atas kajian ahli dan analisa epidemilogi atas penyakit-

penyakit yang timbul. Di Indonesia, program imunisasi mewajibkan setiap

bayi (usia 0-11 bulan) mendapatkan imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari 1

dosis Hepatitis B, 1 dosis BCG, 3 dosis DPT-HB-Hib, 4 dosis polio tetes, dan 1 dosis

campak. 3

Efektifitas pemberian imunisasi sudah terbukti, dengan dinyatakannya

Indonesia bebas cacar pada tahun 1974. Program Era dikasih Polio (ERAPO)

dunia yang juga diikuti oleh Indonesia, dengan melaksanakan Pekan Imunisasi

Nasional (PIN) selama 3 tahun berturut – turut mulai tahun 1995 – 1997. Diikuti

dengan beberapa kali sub PIN di beberapa provinsi di Indonesia sampai dengan

tahun 2006 (Irene, 2012). 4 World Health Organisation melakukan perbandingan

antara sebelas negara di Asia Tenggara (SEARO), Indonesia memiliki cakupan


3

imunisasi campak sebesar 84% dan termasuk dalam kategori cakupan imunisasi

campak sedang. 6

Laporan Direktur Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

Kemenkes RI, mengatakan bahwa ditingkat nasional, Indonesia mengharapkan

target Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) 91% dan Universal Child Immunization
(5)
(UCI) Desa 84% pada akhir tahun 2015 . Pada tahun 2014 cakupan IDL

Indonesia untuk keseluruhan Provinsi mencapai 79,1 %. Tiga provinsi dengan

capaian IDL pada bayi yang tertinggi pada tahun 2014 yaitu Provinsi Kepulauan

Riau, Lampung, dan DKI Jakarta. Sedangkan tiga provinsi dengan capaian

terendah yaitu Papua Barat sebesar 44,95%, diikuti oleh Papua sebesar 47,95%,

dan Kalimantan Tengah sebesar 57,01%. Begitu juga dengan UCI desa pada tahun

2014 mencapai 77,39%. 1 Untuk tahun 2019, target nasional IDL sebesar 93% dan

untuk UCI desa sebesar 92%. Di tahun 2015, IDL di Indonesia mencapai 86,8%,

dan UCI desa mencapai 82,9%. Sudah mulai ada peningkatan cakupan imunisasi

dasar dan UCI desa dari tahun 2014 ke tahun 2015 meski belum mencapai target

nasional. 6

Salah satu Provinsi di Indonesia yang tidak masuk kedalam provinsi dengan

cakupan IDL di bawah target nasional adalah Sumatera Barat. Di Sumatera Barat,

pada tahun 2014 cakupan IDL yang mencakup 19 Kabupaten/Kota mencapai

83,67% dan untuk UCI desa mecapai 77,4% yang terdiri dari 3.395

desa/kelurahan dan hanya 3.064 desa/kelurahan UCI. Provinsi Sumatera Barat

memiliki 19 Kabupaten/Kota, yang diantaranya hanya 7 Kabupaten/Kota yang

telah mencapai target imunisasi nasional akhir tahun 2015 yaitu Kota Solok

(97,77%), Solok Selatan (96,12%), Padang Panjang (95,02%), Payakumbuh


4

(93,31%) Bukittinggi (92,99%), Pasaman Barat (92,58%) dan Pariaman (91,19%).


6
Untuk di tahun 2015, terjadi penurunan cakupan IDL, yang sebelumya di tahun

2014 sebesar 83,67%, menjadi 74,5% di tahun . Begitu juga dengan UCI desa,

yang di tahun 2014 sebesar 77,4% menjadi 74,3% di tahun 2015. 8

Diantara banyak wilayah di Sumatera Barat yang belum mencapai target

Nasional IDL dan UCI desa, Kabupaten Sijunjung termasuk salah satunya.

Berdasarkan data di tahun 2014, cakupan IDL Kabupaten Sijunjung mencapai

88,06%, yang terdiri dari 12 Puskesamas. Dari 12 Puskesmas di Kabupaten

Sijunjung, 6 diantaranya belum mencapai target nasional IDL. Untuk UCI desa,

kabupaten Sijunjung mancapai 77,5% yang terdiri dari 284 desa/kelurahan dan
9
hanya 220 desa/kelurahan UCI. Di tahun 2015 terjadi penurunan cakupan IDL

dan UCI desa di Kabupaten Sijunjung. Yang mana di tahun 2014 cakupan IDL

sebesar 88,06% menjadi 74,5% di tahun 2015. Begitu juga dengan UCI desa, yang

mana pada tahun 2014 sebesar 77,5% menjadi 76,76% di tahun 2015. 8 Dari data

profil tahun 2014 tersebut, Puskesmas Gambok merupakan puskesmas dengan

cakupan IDL dan UCI desa terendah. Dan hingga di tahun 2015, Puskesmas

Gambok tidaklah mengalami peningkatan, melainkan lebih menerun dari tahun

2014.

Data yang di dapat dari Puskesmas Gambok tahun 2014, cakupan imunisasi

IDL mencapai 70,3% yang terdiri dari 17 Jorong wilayah kerja. Untuk UCI desa,
10
pencapaian Puskesmas Gambok sebesar 70,25%. Dari data terbaru di tahun

2015, Puskesmas Gambok mengalami penurunan cakupan IDL. Yang mana pada

tahun 2014 pencapaian sebesar 70,3% menjadi 60,6% di tahun 2015. Namun,

untuk UCI desa terjadi peningkatan di di tahun 2015, yang mana pada tahun 2014
5

pencapaian UCI desa sebesar 70,25% menjadi 70,59% di tahun 2015, namun

peningkatan yang terjadi di tahun 2015 di sertai dengan dua Jorong yang tidak lagi

menjadi UCI desa. 11

Dari ke 17 Jorong di wilayah kerja Puskesmas Gambok, terdapat lima jorong

dengan cakupan IDL terendah di tahun 2015 yaitu Jorong Pinang (57,1%), Koto

Hiliek (50,0%), Batang Salosah (33,3%), Sangkiamo (30,8%) dan Pematang

Anjuang (25,0%). Kelima Jorong tersebut belum mencapai target IDL ≥ 90%,

serta untuk cakupan IDL dari tahun 2014 ke tahun 2015 tidaklah mengalami

kenaikan melainkan terjadi penurunan cakupan IDL.11

Dari data dan kejadian yang tampak diatas, peneliti tertarik untuk meneliti

faktor - faktor yang berhubungan dengan kelengkapan imunisasi dasar bayi di

kenagarian tersebut. Tindakan seseorang untuk mengimunisasi anaknya

merupakan suatu perilaku manusia menuju sehat. Menurut teori Lawrance Green

(1980), perilaku tentang kesehatan seseorang dipengaruhi tiga faktor yang

meliputi faktor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor penguat. Faktor

predisposisi meliputi tingkat pendidikan, pengetahuan, kepercayaan, pekerjaan,

dan lain - lain. Untuk faktor pendukung meliputi lingkungan fisik, sarana

prasarana, keterjangkauan sumber daya dan fasilitas kesehatan. Serta untuk faktor

pendorong meliputi tokoh masyarakat, petugas kesehatan, guru dan keluarga. 12

Dari survey pendahuluan untuk faktor pemungkin perilaku kesehatan, seperti

sarana dan prasarana, fasilitas kesehatan serta tenaga kesehatan di Puskesmas

Gambok sudah banyak yang menunjang jalannya program imunisasi. Seperti

terdapatnya 25 posyandu aktif di wilayah kerja Puskesmas Gambok yang tersebar


6

ke 17 jorong, bahkan ada satu jorong yang memiliki 5 posyandu aktif. Begitu juga

degan petugas kesehatannya, terdapat 2 orang bidan di Puskesmas Gambok yang

bertanggung jawab pada pelaksanaan program imunisasi. 2 orang bidan ini akan

mendatangi tiap – tiap posyandu di jorong wilayah kerja Puskesmas setiap jadwal

imunisasi bulanan. Untuk kader kesehatan, tiap jorong sudah memiliki kader

kesehatan yang juga ikut menunjang jalannya program imunisasi. Setiap bulannya

diadakan pelatihan rutin kader dan saat akan diadakan Pekan Imunisasi Nasional

(PIN) maka kader tersebut juga mendapatkan pelatihan khusus. Serta untuk peran

dari tokoh masyarakat juga sudah memadai di wilayah kerja puskesmas ini,

seperti tokoh masyarakat menginformasikan kepada warganya melalui majelis

ta’lim atau pun masjid – masjid tentang imunisasi yang akan dilaksanakan di

jorongnya. Dari sekian usaha yang ada untuk program imunisasi, cakupan

imunisasi dasar tetap lah bermasalah di Puskesmas Gambok ini.

Untuk faktor predisposisi yang sangat umum yaitu pengetahuan, pendidikan

dan sikap, serta salah satu faktor penguat yang juga berasal dari masyarakat itu

sendiri yakni dukungan keluarga, belum di ketahui apakah ada hubungannya

terhadap kelengkapan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Gambok

tersebut.

Seperti sebuah penelitian yang telah dilakukan oleh Paridawati, Watief

A.Rachman, Indra Fajarwati di wilayah kerja Puskesmas Bajeng Kecamatan

Bajeng Kabupaten Gowa pada tahun 2011 dengan jenis penelitian yang sama,

bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendidikan, pengetahuan, sikap ibu dan

dukungan keluarga terhadap tindakan ibu dalam pemberian imunisasi dasar pada

bayi. 13
7

Hasil studi pendahuluan yang di lakukan pada tanggal 13 Agustus 2016

dengan mewawancarai 10 ibu yang memiliki bayi berumur 11 – 23 bulan,

didapatkan 6 dari 10 ibu memiliki bayi dengan status imunisasi dasar tidak

lengkap. 3 diantaranya memiliki tingkat pendidikan yang tinggi yaitu tamatan

perguruan tinggi, 4 ibu memiliki pengetahuan yang sangat kurang tentang

imunisasi, 1 ibu tidak begitu mendukung program imunisasi pada bayinya dengan

alasan anaknya bisa demam dan 2 ibu tidak mendapat dukangan dari suaminya

untuk memberikan imunisasi dasar secara lengkap pada bayinya.

Oleh karena itu, berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk

meneliti “Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Kelengkapan Imunisasi

Dasar Pada Batita di Wilayah Kerja Puskesmas Gambok tahun 2016”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah penelitian

ini adalah “Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Kelengkapan Imunisasi

Dasar pada Batita di Wilayah Kerja Puskesmas Gambok tahun 2016”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Secara umum tujuan penelitian adalah untuk mengetahui “Faktor – Faktor

yang Berhubungan dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Batita di Wilayah

Kerja Puskesmas Gambok tahun 2016?”

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui distribusi frekuensi bayi kelengkapan imunisasi dasar pada

batita di wilayah kerja puskesmas Gambok tahun 2016.


8

b. Mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar

di Wilayah Kerja Puskesmas Gambok tahun 2016.

c. Mengetahui distribusi frekuensi tingkat pendidikan ibu di Wilayah Kerja

Puskesmas Gambok tahun 2016.

d. Mengetahui distribusi frekuensi sikap ibu tentang pemberian imunisasi

pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Gambok tahun 2016.

e. Mengetahui distribusi frekuensi dukungan keluarga tentang pemberian

imunisasi pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Gambok tahun 2016.

f. Mengetahui hubungan faktor pengetahuan ibu dengan kelengkapan

imunisasi dasar pada bayi 11 – 23 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas

Gambok tahun 2016.

g. Mengatahui hubungan faktor pendidikan ibu dengan kelengkapan

imunisasi dasar pada bayi 11 – 23 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas

Gambok tahun 2016.

h. Mengetahui Hubungan faktor sikap ibu dengan kelengkapan imunisasi

dasar pada bayi 11 – 23 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Gambok tahun

2016.

i. Mengetahui hubungan faktor dukungan keluarga dengan kelengkapan

imunisasi dasar pada bayi 11 – 23 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas

Gambok tahun 2016.


9

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Sijunjung

Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi dinas kesehatan terkait

dalam pengambilan kebijakan serta untuk melaksanakan program

imunisasi.

2. Bagi Puskesmas Gambok

Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi pengelolah

program imunisasi dalam pelaksanaan imunisasi di Puskesmas Gambok.

3. Bagi Instansi Pendidikan

Hasil penelitian ini di harapkan dapat dijadikan sebagai masukan dalam

pembelajaran yang berhubungan dengan kesehatan anak, serta dapat

menjadi acuan tambahan atau masukan pada pembelajaran metodologi

penelitian.

4. Bagi Peneliti

Sebagai wahana dalam menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti

tentang faktor – faktor yang berhubungan dengan kelengkapan imunisasi

dasar. Juga dapat menjadi bahan pertimbangan bagi peneliti selanjutnya.

E. Ruang Lingkup
Judul penelitian ini adalah faktor – faktor yang berhubungan dengan

kelengkapan imunisasi dasar pada batita di wilayah kerja Puskesmas Gambok.

Jenis penelitian adalah survey analitik dengan pendekatan cross sectional.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2016 – Desember 2016 dengan

populas adalah seluruh ibu yang memiliki batita sebanyak 252 orang dan sampel

sebanyak 81 responden dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling.


10

Yang menjadi variabel independen pada penelitian ini adalah pengetahuan,

pendidikan, sikap ibu dan dukung keluarga. Sedangkan variabel dependen pada

penelitian ini adalah kelengkapa imunisasi dasar.

Anda mungkin juga menyukai