PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
panjang.
operasional dengan kualitas jasa yang dihasilkan oleh suatu bank.Tujuan analisis
profitabilitas sebuah bank adalah untuk mengukur tingkat efisiensi usaha yang
dicapai oleh bank yang bersangkutan (Kuncoro, 2002). Menurut Weygandt et al.
dalam mengelola aktiva yang tersedia untuk mendapatkan net income. Sedangkan
karena rasio ini mengindikasikan seberapa besar keuntungan yang dapat diperoleh
1
2
giro, tabungan dan deposito baik dengan prinsip wadiah maupun prinsip
pembiayaan dengan empat pola penyaluran yaitu prinsip jual beli, prinsip bagi
selain didasarkan pada business wise, juga harus mempertimbangkan syariah wise.
Artinya, bisnis tersebut layak dibiayai dari segi usahanya dan acceptable dari segi
yang ada pada BMT, terdapat dua pola utama yang saat ini dijalankan oleh BMT
dalam penyaluran pembiayaan, yakni pembiayaan dengan prinsip jual beli dan
diterima dari pembiyaan yang disalurkan. Keuntungan yang diterima dari prinsip
jual beli berasal dari mark up yang ditentukan berdasarkan kesepakatan antara
BMT dengan nasabah. Sedangkan pendapatan dari prinsip bagi hasil ditentukan
3
keuntungan nasabah.
Pola bagi hasil banyak mengandung risiko, oleh karena itu pihak bank
sejak awal (Muhammad, 2005: 13). Harahap et al. (2005: 73) menyebutkan bahwa
akad yang banyak digunakan dalam pembiayaan pada prinsip jual beli adalah
murabahah, salam dan istishna’. Sedangkan pada prinsip bagi hasil, akad yang
menurut Ibnu Rusy al Maliki adalah jual beli komuditas dimana penjual
pokok ditambah dengan keuntungan yang disetujui bersama untuk dibayar pada
waktu yang ditentukan atau dibayar secara cicilan (Anwar, 1991: 13). Istilah yang
hampir sama diberikan oleh Hulwati yang menyatakan bahwa murabahah secara
istilah adalah menjual suatu barang dengan harga modal ditambah dengan
dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan dana, dan pihak kedua
Mudharabah juga bisa diartikan dengan meleburnya harta dan tenaga (Dwi
kemungkinan tidak dapat ditagih (Irham, 2004: 143). Menunda pembayaran bagi
yang mampu adalah suatu kezaliman (Siamat, 2005: 47), imam Syafii menyatakan
pinjaman semuanya dijamin, barang siapa yang meminjam sesuatu, maka jika
dapat dipenuhi dengan aktiva produktif yang dimiliki oleh suatu bank (Teguh
Pudjo Mulyono, 1995). Ali (2004) menyatakan bahwa apabila porsi pembiayaan
bermasalah membesar maka hal tersebut pada akhirnya berpengaruh pula pada
perolehan laba bank syariah. Dan pada akhirnya, akan mempengaruhi besarnya
syariah.
pembiayaan yang disalurkan BMT dan disusul dengan akad mudharabah dan
diharapkan profitabilitas bank akan membaik, yang tercermin dari perolehan laba
yang meningkat (Firdaus, 2009: 61). Oleh karena itu, pengelolaan pembiayaan
baik pembiayaan jual beli, pembiayaan bagi hasil, maupun jenis pembiyaan
dilihat dari tingkat non performing financing (NPF). Menurut Siamat (2005),
akibat adanya faktor kesengajaan dan atau karena faktor eksternal diluar
Jadi, besar kecilnya NPF ini menunjukkan kinerja suatu bank dalam
yang diperoleh bank (Ali, 2004). Sehingga pada akhirnya akan dapat
bagi hasil, dan rasio non performing financing terhadap profitabilitas BMT
B. Pembatasan Masalah
Guna mendapatkan hasil yang fokus dan jelas pada permasalahan peneliti
1. Pembahasan dan analisa yang dilakukan dalam penelitian ini hanya berkisar
2. Penelitian ini menggunakan data sekunder time series bulanan dari bulan
Januari 2013 sampai dengan bulan Desember 2016. Data tersebut diambil
C. Perumusan Masalah
profitabilitas ?
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian
sebagai berikut :
serta untuk langkah antisipasi terhadap semua faktor yang nantinya akan
pangsa aset BMT terhadap kinerja BMT Amanah Ummah yang diukur dari
profitabilitasnya.