Anda di halaman 1dari 6

Hidayat.

Protein Biji Kelor Sebagai Bahan Aktif Penjernihan Air

Protein Biji Kelor Sebagai Bahan Aktif Penjernihan Air

(Kelor Seeds Proteins As Water Purification Agent)

Saleh HIDAYAT1)

Staf Pengajar Universitas Muhammadiyah Palembang

ABSTRAK. Kelor memiliki sejumlah keuntungan bagi manusia seperti bahn sayur yang hiegenis,
obat-obatan, bahan baku kosmetik dan sabun. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa biji kelor bisa
digunakan sebagai bio-koagulan karena mengandung protein berumuatan positif yang dapat berperan
sebagai kation polielektolit dan penting dalam agen bio-koagulan.

Kata kunci: biji kelor, protein bermuatan positif, agen bio-lpagulan.

ABSTRACT. Kelor has a number of benefits for human beings such as for hygienic vegetables,
medicines, raw materials for cosmetic and soap. The result of the study shows that the kelor seeds
can be used as bio-coagulant because they contain positive charged proteins that can act as cationic
polyelectrolyte and it is important as bio-coagulant agent.

Kata kunci: kelor, seed, positive charge protein, bio-coagulant agent.

PENDAHULUAN yang sumber airnya selalu keruh (Hidayat, 2006).


Serbuk biji kelor ketika diaduk dengan air, protein
Kelor (Moringa oleifera Lam.) adalah satu terlarutnya memiliki muatan positif. Larutan ini
tumbuhan yang dapat digunakan sebagai dapat berperan sebagai polielektrolit alami yang
penurun kekeruhan air atau sebagai koagulan di kationik. Fakta ini sangat menguntungkan karena
negara tropis (Mayer dan Stelz, 1993:33; Jahn kebanyakan koloid di Indonesia bermuat-an listrik
(1981, 1986) dalam Tauscher, 1994:57; Hidayat, negatif, karena banyak berasal dari material
2006). Kelor juga bermanfaat sebagai sayuran organik. Ion koagulan dengan muatan serupa
bergizi tinggi, sebagai obat, bahan baku dengan muatan koloid akan ditolak, sebaliknya
pembuatan kosmetik dan sabun. Kelor ion yang berbeda muatan akan ditarik.
merupakan tumbuhan asli India Utara, saat ini
Prinsip perbedaan muatan antara koagulan dan
banyak ditemukan di wilayah Asia Tenggara,
koloid inilah yang menjadi dasar proses
termasuk Indonesia (Polprasid, 1993;
koagulasi. Semakin tinggi ion yang berbeda
Ramachandran, 1980). Penurunan kekeruhan air
muatan semakin cepat terjadi koagulasi (Raju,
menggunakan serbuk biji kelor telah dilakukan di
1995:139). Pemanfaatannya sebagai
Afrika Utara, Mesir Selatan, dan Sudan Utara.
biokoagulan khususnya di negara tropis,
Bahkan secara sporadis digunakan di Indonesia,
memberikan keuntungan karena ketersediaannya
terutama di Jawa Timur (Hidayat, 2006). Jahn
di alam sangat banyak, mudah dibudidayakan,
(1986) dalam Tauscher (1994: 57) menyatakan:
dan belum dimanfaatkan secara intensif.
“…seeds of Moringa oleifera, Moringa stenopala,
Berdasarkan telaah pustaka bahwa yang
and the bark of Boscia senegalensis are the best
berperan aktif sebagai agen penjernihan air dari
sources of natural flocculants of plant origin”.
biji kelor adalah protein, maka perlu diketahui
Dengan pengetahuan tentang bagian tumbuhan kandungan protein yang dimiliki oleh masing-
sebagai bahan penjernih air, kita dapat masing bagian biji kelor.
mengembangkan pemanfaatan sumber daya
alam yang kita miliki dan dikenal dengan baik. METODE PENELITIAN
Hanya diperlukan penyesuaian terhadap kondisi
kekeruhan awal dari air baku yang ada di dae-rah Penelitian ini merupakan pemanfaatan serbuk biji
masing-masing. Untuk ini diperlukan upaya kelor dalam pengembangan aplikasi proses
pemberdayaaan masyarakat bantaran sungai penjernihan air. Tahap penelitian terdiri dari 3

12
Biospecies, Volume 2 No. 2, Juni 2009, hlm 12 - 17

segmen; pertama, mengisolasi protein biji kelor tambahkan sedikit pasir kuarsa yang telah
mengacu pada prosedur kerja Stacy & Aalen disterilisasi. Setelah itu masing-masing
(2004); Randall & Castsel (1987) dalam Vandes sampel dimasukkan ke dalam ependorf.
(2003:24). Kedua, menentukan kandungan g. Disentrifugasi 11.000 rpm pada suhu 4oC
konsentrasi protein biji kelor, dengan selama 15 menit. Ketika melakukan
menggunakan regresi sederhana kurva standar sentrifugasi jumlah ependorf harus genap,
bovine serum albumine (BSA) pada λ 450 nm volumenya diupayakan sama agar
berdasarkan metode biuret (Aulanni’am, seimbang.
2004:16−22). Ketiga, mendeteksi sifat h. Setelah disentrifugasi, supernatan diambil
keelektropositifan protein biji kelor, menggunakan dan dimasukkan ke dalam ependorf. Kita
alat Elphor Micro Rapid System dari Bender & perhatikan apakah masih terdapat lemak
Hobein. Kegiatan ini dilakukan di laboratorium yang mengapung. Jika masih ada,
Biokimia Universitas Brawijaya Malang. supernatan diambil dimasukkan ke dalam
ependorf lain dan disentrifugasi lagi dengan
1. Mengisolasi protein biji kelor kecepatan 11.000 rpm pada suhu 4oC
Cara kerja isolasi protein biji kelor ini adalah selama 15 menit.
sebagai berikut: i. Setelah sampel bebas lemak, kita
tambahkan etanol dengan 1:1 (v/v) dalam
a. Biji tanpa kulit, biji dengan kulit, dan kulit biji ependorf. Tujuannya untuk mengendapkan
diblender terpisah. Kemudian digerus protein. Selanjutnya disentrifugasi pada suhu
sampai halus dengan mortar. kamar dengan kecepatan 3.000 rpm 10
b. Selanjutnya ditambahkan heksan 1:4 (b/v) menit, dinginkan (endapan protein terlihat
sambil tetap digerus sampai heksannya berwarna putih). Setelah itu etanol sebagai
kering. Sampel dimasukkan ke dalam supernatan dibuang dengan membalikkan
ependorf + heksan 1:4 lagi, kemudian ependorf di atas kertas tisu. Biarkan sampai
disentrifugasi 3.000 rpm 10 menit pada suhu bau etanol hilang. Tambahkan Tris-Cl 20
kamar, supaya lemaknya larut dan
mM 300 µl, kemudian disentrifugasi pada
mengapung. suhu kamar 3.000 rpm 10 menit. Sampel
c. Supernatan berupa heksan dibuang,
akan berwarna bening, dan siap
endapan dikeluarkan dari ependorf dan dielektroforesis. Untuk mengawetkannya,
dimasukkan ke dalam mortar sambil diaduk sampel dapat disimpan di dalam freezer.
supaya sisa heksannya menguap.
Jika akan digunakan harus dihangatkan
d. Menyiapkan buffer ekstrak: terlebih dulu dengan menggosokkannya di
1) 29,3 gram NaCl (0,5 M) 0,5 M antara kedua telapak tangan sambil diputar
NaCl bolak-balik.
2) 0,24 gram Tris (0,02 M) 0,02 M j. Menyiapkan alat elektroforesis (Bio-Rad,
Tris 2000), dicoba terlebih dulu dengan
3) 0,017 gram PMSF (1 mM) 1 mM memasukkan akuades untuk mengetahui
PMSF (Phenylmethyl Sulfonyl Fluoride) kebocoran. Jika tidak bocor, kita hisap
4) Menambahkan akuades sampai 100 ml akuades dengan tisu.
sebagai stok. k. Menyiapkan separating gel 12%, kita
5) Untuk pemakaiannya, kita tambahkan masukkan ke dalam plate elektroforesis
DTT 50 µl dengan buffer ekstrak sampai batas 0,5 cm dari ujung sisir
(setelah tahap a, b, c, dan d) sampai 10 pembentuk sumuran. Tambahkan akuades,
ml. Setelah itu siap digunakan sebagai biarkan selama ± 15 menit agar mengejel.
campuran untuk menggerus sampel. l. Menyiapkan stacking gel 3%, kita masukkan
e. Selanjutnya masing-masing sampel kita ke dalam plate elektroforesis. Benamkan
ambil 0,1 gram: sisir (misalnya untuk tipe 10 sumur), biarkan
1) Biji tanpa kulit 0,1 gram + 2 ml buffer mengejel (± 15 menit). Sisir pada plate
ekstrak. elektroforesis dicabut ketika sampel akan
2) Biji dengan kulit 0,1 gram + 2 ml buffer dimasukkan ke dalam sumuran.
ekstrak. m. Menyiapkan Reducing Sample Buffer (RSB).
3) Kulit biji 0,1 gram + 2 ml buffer ekstrak. Menambahkan 20 µl RSB pada 20 µl sampel
f. Sampel digerus lagi dengan mortar pada dalam ependorf.
suhu dingin selama 0,5 jam sampai larut. n. Masing-masing sampel dimasukkan ke
Untuk mempercepat penghalusan, dalam 3 sumuran, kosongkan sumuran

13
Hidayat. Protein Biji Kelor Sebagai Bahan Aktif Penjernihan Air

nomor 1 (dapat digunakan untuk tempat pengamatan ulangan. Selanjutnya diambil


protein marker). Sumuran 2, 3, 4 untuk nilai absorbansi tertinggi, dalam penelitian ini
sampel biji tanpa kulit; sumuran 5, 6, 7 untuk diperoleh pada λ 540 nm.
sampel biji dengan kulit; sumuran 8, 9, 10 e. Sampel yang akan diukur kadar proteinnya
untuk sampel kulit biji. pada λ 540 nm disiapkan dengan cara:
o. Setiap sumuran diisi dengan ± 30−35 µl setiap sampel dari kulit (K), biji (B), kulit dan
sampel. Running pada 130 volt, 30 mA biji (K+B) diambil 50 µl + akuades 150 µl
(konstan Ampere) dengan power supply (masing-masing diulang 3x) + biuret 800 µl.
selama 1 jam atau sampai 0,5 cm tracking Divortex, kemudian diamkan selama 30
dye dari bagian bawah gel. menit. Setiap mengukur absorbansi sampel
p. Hasil running dilepas dari perangkat yang berbeda, lakukan kalibrasi
elektroforesis, staining dengan Coomasie spektrofotometer dengan memasukkan
blue 25−30 menit sambil digoyang di atas kuvet berisi akuades 2 µl.
shaker dengan kecepatan minimal. f. Menentukan persamaan regresi dan grafik
q. Melakukan destaining juga sambil digoyang kurva standar BSA dengan absorbansi pada
di atas shaker dengan kecepatan minimal, λ 540 nm, dilakukan dengan bantuan
selama 24 jam. Segera lakukan scanning program Microsoft Excel 2003.
terhadap hasil pewarnaan pita protein biji g. Memasukkan nilai absorbansi yang telah
tersebut dengan scanner. direratakan ke dalam persamaan regresi
yang telah diperoleh.
2. Menentukan Konsentrasi Protein Biji
h. Kita perhatikan faktor pengenceran yang
Kelor
telah dilakukan misalnya, ketika isolasi
Cara kerja penentuan konsentrasi protein protein 50 µl sampel protein + 300 µl tris-Cl
menggunakan metode biuret adalah sebagai (= 7 x pengenceran), konversi 0,1 gram
berikut: sampel menjadi 1 gram sampel (= 10 x), dan
a. Menyiapkan larutan stok Bovine Serum ketika pengukuran absorbansi 50 µl sampel
Albumine (BSA) dengan cara melarutkan 10 protein + 150 µl akuades (= 4 x
mg BSA + 3 tetes NaOH 1 N, kemudian pengenceran).
ditambah akuades sampai 10 ml. i. Dari hasil perkalian nilai absorbansi sampel
Selanjutnya divortex, dan disimpan sebentar dengan nilai pengencerannya, dapat
dalam lemari es. diketahui jumlah protein per gram biji (lihat
b. Lakukan pemanasan terhadap alat bagian Hasil dan Pembahasan).
Spektrofotometer.
c. Menyiapkan larutan standar biuret dengan 3. Mengukur Sifat Keelektropositifan Protein
cara: Biji Kelor
1) BSA 200 µl + 800 µl biuret (setara 1.000 Sebelumnya menyiapkan terlebih dahulu larutan
ppm). transfer buffer sebanyak 1 liter yang terdiri dari:
2) BSA 150 µl + akuades 50 µl + 800 µl tris 3,03 gram; glisin 14,4 gram; metanol 200 ml;
biuret (setara 750 ppm). selanjutnya ditambahkan ddH2O sampai menjadi
3) BSA 125 µl + akuades 75 µl + 800 µl 1 liter. Menyiapkan juga kertas (foil) Elphor Micro
biuret (setara 625 ppm). Rapid System yang berukuran 15 x 2,5 cm.
4) BSA 100 µl + akuades 100 µl + 800 µl Berdasarkan cara kerja alat Elphor Micro Rapid
biuret (setara 500 ppm). System, selanjutnya disingkat Elphor MRS
5) BSA 75 µl + akuades 125 µl + 800 µl (Bender & Hobein, 2005), terdiri dari tahapan
biuret (setara 375 ppm). sebagai berikut:
6) BSA 50 µl + akuades 150 µl + 800 µl a. Menyiapkan ruang Elphor MRS.
biuret (setara 250 ppm). b. Meletakkan kertas Elphor berlubang pada
7) BSA 25 µl + akuades 175 µl + 800 µl kait yang ada di ruang separasi.
biuret (setara 125 ppm). c. Memasukkan transfer buffer 200 ml ke
d. Masing-masing larutan standar tersebut bagian kiri dan kanan bak Elphor MRS.
diukur absorbansi dengan λ mulai dari 500 d. Membiarkan transfer buffer merembes pada
sampai 600 dengan interval 10. Masing- kertas Elphor (selama ± 20 menit).
masing sampel larutan standar biuret e. Menotolkan sampel dengan penotol khusus
dimasukkan ke dalam kuvet dengan dari Elphor MRS.
mikropipet sebanyak 2 µl, disertai

14
Biospecies, Volume 2 No. 2, Juni 2009, hlm 12 - 17

f. Menghubungkan dengan arus listrik melalui HASIL DAN PEMBAHASAN


stabilisator voltase 115 volt.
g. Mengatur voltase dengan indikator pada Konsentrasi Protein Biji Kelor
pangkal kabel di bagian bak Elphor MRS
Protein biji kelor diisolasi dengan prosedur kerja
menyala minimal.
h. Membiarkan sampel bergerak melalui kertas yang diadaptasi dari Stacey & Aalen (2004);
Elphor MRS yang telah dirembesi transfer Randall & Castsel (1987) dalam Vandes
(2003:24). Kemudian dilakukan elektroforesis gel
buffer selama 10 menit.
i. Melakukan pewarnaan dengan meneteskan poliakrilamid, diistilahkan dengan sodium dodecyl
Ponceau S Red. sulphate polyacrylamide gel electrophoresis
(SDS-PAGE). Hasil elektroforesis pada gel
j. Melunturkan warna dengan akuades, dan
mebiarkan kertas Elphor MRS kering. poliakrilamid dapat dilihat pada Gambar 1.
k. Melakukan scanning dengan scanner.

Gambar 1. Hasil Elektroforesis SDS-PAGE Biji Kelor. S1, S2 = sumuran kulit biji; S4, S5 = sumuran
biji; S7, S8 = sumuran biji dengan kulit biji

Selanjutnya adalah menentukan jumlah protein Dari hasil pengukuran yang telah dilakukan
yang dimiliki oleh biji kelor pada bagian kulit, biji, berdasarkan metode biuret diperoleh konsentrasi
serta pada bagian kulit dan biji dengan metode protein dari kulit biji kelor sebesar 15.680
biuret. Berdasarkan kurva standar bovine serum ppm/gram, dari biji dalam/kotiledon sebesar
albumine (BSA) dari pengukuran dengan 147.280 ppm/gram, dan dari kulit biji beserta
Spektrofotometer pada λ 540 nm diperoleh kotiledon sebesar 73.547 ppm/gram. Tingginya
persamaan regresi dan kurva (Gambar 2) konsentrasi protein pada biji kelor oleh Jahn
sebagai berikut. (1986) dalam Muyibi dan Evison (1995:1102)
Nilai absorbansi protein pada λ 540 nm dari dinyatakan sebagai flokulan polielektrolit kationik
bagian kulit (K) diperoleh nilai 0,105; dari bagian alami berbasis polipeptida dengan berat molekul
biji (B) = 0,246; serta pada bagian kulit dan biji berkisar antara 6.000−16.000 dalton.
(K+B) = 0,167. Kemudian nilai-nilai tersebut Mengandung 3 asam amino yang sebagian besar
dimasukkan ke dalam persamaan regresi: y = merupakan asam glutamat, metionin, dan arginin.
0,0003x + 0,0882. Selanjutnya dikalikan dengan Hal ini diperkuat oleh LaMer dan Healy (1963)
4 dari faktor pengenceran akuades, dikalikan 7 dalam Muyibi dan Evison (1995:1102) yang
dari faktor pengenceran tris Cl, dan dikalikan 10 menyatakan; sebagai polielektrolit kelor dapat
yang berasal dari konversi 0,1 gram menjadi 1 dijadikan bahan penjernih air dengan cara
gram sampel. Sehingga pada akhirnya diperoleh adsorpsi dan membuat jembatan antar partikel.
konsentrasi protein dari K = 15.680 ppm/gram,
dari B = 147.280 ppm/gram, dan dari K+B =
73.547 ppm/gram.

15
Hidayat. Protein Biji Kelor Sebagai Bahan Aktif Penjernihan Air

0.5
y = 0.0003x + 0.0882
2
R = 0.9205
0.4

Absorbansi (A)
0.3

0.2

0.1

0
0 125 250 375 500 625 750 875 1000
Konsentrasi BSA (ppm)

Gambar 2. Kurva Standar BSA dengan λ 540 nm

Gambar 3. Penotolan pada Kertas Elphor MRS, Pewarnaan dengan Ponceau S Red. A. Penotolan
sampel protein biji kelor dari arah negatif (tidak ada jejak yang bergerak ke arah positif).
B. Penotolan sampel protein biji kelor dari arah positif (ada jejak yang bergerak ke arah
negatif) (Hidayat, 2006).

Konsentrasi protein dari bagian dalam/kotiledon dengan pewarna Ponceau S Red, lihat Gambar 3
biji kelor menunjukkan nilai yang paling tinggi. (Hidayat, 2006).
Protein biji kelor yang tidak dikupas kulit bijinya
Hasil penotolan (Gambar 3) membuktikan bahwa
mengandung separuh bagian dibandingkan
protein biji kelor memiliki muatan positif. Hal ini
dengan protein dari bagian kotiledon biji kelor
sesuai dengan hasil penelitian Fink (1984) dalam
saja. Oleh karena itu, jika akan digunakan
Tauscher (1994:60) yang menyatakan protein
sebagai bahan penjernih air maka sebaiknya kulit
yang terdapat dalam biji kelor bersifat kationik.
biji kelor dikupas terlebih dahulu. Memang
Demikian pula Jahn (1986) dalam Muyibi dan
kegiatan tersebut memerlukan waktu yang lebih
Evison (1995:1102) menyatakan bahwa protein
lama tetapi akan lebih efektif jika dibandingkan
yang terdapat pada biji kelor merupakan flokulan
dengan menggunakan kelor sebagai bahan
polielektrolit kationik. Perbedaan muatan antara
penjernih air tanpa dikupas kulit bijinya.
protein biji kelor yang dilarutkan dalam air yang
Ndabigengesere dkk. (1995:705) juga
diketahui bermuatan positif dengan partikel
menyatakan bahwa, kotiledon kelor beserta kulit
penyebab kekeruhan air yang bermuatan negatif,
biji dan kotiledon kelor saja sama-sama memiliki
menyebabkan terjadinya flok yang semakin
aktivitas koagulasi.
membesar dan mengendapkan partikel
Sifat Keelektropositifan Protein Biji Kelor penyebab kekeruhan air.
Untuk mengetahui sifat keelektropositifan protein
biji kelor, protein yang telah diisolasi ditotolkan
pada kertas Elphor Micro Rapid System (Elphor
MRS). Hasil penotolan kemudian diwarnai

16
Biospecies, Volume 2 No. 2, Juni 2009, hlm 12 - 17

KESIMPULAN Upaya Pengembangan Proses


Penjernihan Air. Disertasi tidak
Biji kelor dapat digunakan sebagai bahan diterbitkan. Malang: Program Studi
penjernih air karena di dalam biji kelor terdapat Setara Jurusan Pendidikan Biologi
kandungan protein bermuatan positif yang Universitas Negeri Malang.
berperan sebagai polielektrolit kationik dan Mayer, F.A., & Stelz, E. 1993. Distribution,
penting sebagai agen penjernihan air. Hal ini Ecological Requirements and Uses of the
mengargumentasikan bahwa, biji-bijian yang Multipurpose Tree Moringa stenopala in
menghasilkan komponen bermuatan listrik positif Southern Ethiopia. Dalam Plant
dapat dipakai sebagai bahan penjernih air yang Research and Development. vol. 38.
alami. Perlu diadakan penelitian lain dalam Pontius, F.W. (Ed.). Tubenigen: Institute
mengeksplorasi bahan penjernih air alami yang for Scientific Cooperation.
berasal dari biji-bijian yang lain. Perlu diadakan
penelitian lanjutan tentang efek bakterisida dari Muyibi, Suleyman, & Evison, Lilian. 1995.
serbuk biji kelor, sehingga memungkinkan Moringa oleifera Seeds for Softening
munculnya rekomendasi bahwa air hasil Hardwater. Wat. res. Volume 29 nomor 4.
penjernihan dengan menggunakan serbuk biji Ndabigengesere, A., Narasiah, K.S. & Talbot,
kelor dapat dijadikan air minum. B.G. 1995. Active Agents and
Mechanism of Coagulation of Turbid
UCAPAN TERIMA KASIH Waters Using Moringa oleifera. Wat. res.
Volume 29 nomor 2.
Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian
disertasi saya di Universitas Negeri Malang tahun Polprasid, P. 1993. Moringa oleifera Lamk.
2006. Pada kesempatan ini saya ingin dalam Siemonsma, J.S. & Kasem P.
menyampaikan terima kasih kepada Prof. Drs. H. (Eds.). Plant Resources of South-East
Sutiman Bambang Sumitro, S.U. D.Sc., Prof. Dr. Asia (Prosea) No. 8. Wageningen: Pudoc
Yusuf Abdurrajak, Prof. Dr. Ir. Chandrawati Scientific Publisher.
Cahyani, M.S., dan Dr. Ir. Aulanni’am, Raju, B.S.N. 1995. Water Suply and Wastewater
M.Sc.(yang mungkin sekarang juga sudah Engineering. New Delhi: Tata McGraw-
menjadi Profesor). Ucapan terima kasih juga Hill Publishing Company Limited.
saya sampaikan kepada Rektor Universitas
Ramachandran, C., Peter, K.V. &
Muhammadiyah Palembang, dan Bupati Muara
Gopalakrishnan, P.K. 1980. Drumstick
Enim Sumatera Selatan yang telah membantu
(Moringa oleifera): A Multipurpose Indian
pendanaan kegiatan penelitian ini.
Vegetable. Economic Bot. 34 (3).
Halaman 276−282.
DAFTAR PUSTAKA
Stacy, Robin & Aalen, Reidun. 2004. Isolation
Aulanni’am. 2004. Prinsip dan Teknik Analisis of Total Protein. (Online), (http://
Biomolekul. Cetakan pertama. Surabaya: biologi.uio.no/molbiol/protocol/protein.ht
Usaha Nasional—Fakultas Pertanian m, diakses 28 Desember 2004).
Universitas Brawijaya. Tauscher, Bernhard. 1994. Water Treatment by
Bender & Hobein. 2005. Elphor Micro Rapid Flocculant Compounds of Higher Plants.
System; On Foil Without Transparency dalam Plant Research and Development;
Bath 12200. (Online) A Biannual Collection of Recent German
(http://www.jeconet.de/bildergross/elektro Contibutions Concerning Development
phorese-bender. jpg, diakses tanggal 20 through Plant Research. Vol. 40.
April 2005). Tubingen: Institute for Scientific
Cooperation.
Bio-Rad. 2000. Discover Bio-Rad; Life Science
Research Products. Edisi 1998/99 Vandes, Exe Isvan. 2003. Karakteristik Protein
California: Bio-Rad Laboratories, Globulin pada Beberapa Varietas
Hercules. Kacang Hijau (Vigna radiata L.) dengan
Elektroforesis. Skripsi tidak diterbitkan.
Hidayat, S.. 2006. Pemberdayaan Masyarakat
Malang: Fakultas Teknologi Pertanian
Bantaran Sungai Lematang dalam
Universitas Brawijaya.
Menurunkan Kekeruhan Air dengan Biji
Kelor (Moringa oleifera Lam.) sebagai

17

Anda mungkin juga menyukai