Saleh HIDAYAT1)
ABSTRAK. Kelor memiliki sejumlah keuntungan bagi manusia seperti bahn sayur yang hiegenis,
obat-obatan, bahan baku kosmetik dan sabun. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa biji kelor bisa
digunakan sebagai bio-koagulan karena mengandung protein berumuatan positif yang dapat berperan
sebagai kation polielektolit dan penting dalam agen bio-koagulan.
ABSTRACT. Kelor has a number of benefits for human beings such as for hygienic vegetables,
medicines, raw materials for cosmetic and soap. The result of the study shows that the kelor seeds
can be used as bio-coagulant because they contain positive charged proteins that can act as cationic
polyelectrolyte and it is important as bio-coagulant agent.
12
Biospecies, Volume 2 No. 2, Juni 2009, hlm 12 - 17
segmen; pertama, mengisolasi protein biji kelor tambahkan sedikit pasir kuarsa yang telah
mengacu pada prosedur kerja Stacy & Aalen disterilisasi. Setelah itu masing-masing
(2004); Randall & Castsel (1987) dalam Vandes sampel dimasukkan ke dalam ependorf.
(2003:24). Kedua, menentukan kandungan g. Disentrifugasi 11.000 rpm pada suhu 4oC
konsentrasi protein biji kelor, dengan selama 15 menit. Ketika melakukan
menggunakan regresi sederhana kurva standar sentrifugasi jumlah ependorf harus genap,
bovine serum albumine (BSA) pada λ 450 nm volumenya diupayakan sama agar
berdasarkan metode biuret (Aulanni’am, seimbang.
2004:16−22). Ketiga, mendeteksi sifat h. Setelah disentrifugasi, supernatan diambil
keelektropositifan protein biji kelor, menggunakan dan dimasukkan ke dalam ependorf. Kita
alat Elphor Micro Rapid System dari Bender & perhatikan apakah masih terdapat lemak
Hobein. Kegiatan ini dilakukan di laboratorium yang mengapung. Jika masih ada,
Biokimia Universitas Brawijaya Malang. supernatan diambil dimasukkan ke dalam
ependorf lain dan disentrifugasi lagi dengan
1. Mengisolasi protein biji kelor kecepatan 11.000 rpm pada suhu 4oC
Cara kerja isolasi protein biji kelor ini adalah selama 15 menit.
sebagai berikut: i. Setelah sampel bebas lemak, kita
tambahkan etanol dengan 1:1 (v/v) dalam
a. Biji tanpa kulit, biji dengan kulit, dan kulit biji ependorf. Tujuannya untuk mengendapkan
diblender terpisah. Kemudian digerus protein. Selanjutnya disentrifugasi pada suhu
sampai halus dengan mortar. kamar dengan kecepatan 3.000 rpm 10
b. Selanjutnya ditambahkan heksan 1:4 (b/v) menit, dinginkan (endapan protein terlihat
sambil tetap digerus sampai heksannya berwarna putih). Setelah itu etanol sebagai
kering. Sampel dimasukkan ke dalam supernatan dibuang dengan membalikkan
ependorf + heksan 1:4 lagi, kemudian ependorf di atas kertas tisu. Biarkan sampai
disentrifugasi 3.000 rpm 10 menit pada suhu bau etanol hilang. Tambahkan Tris-Cl 20
kamar, supaya lemaknya larut dan
mM 300 µl, kemudian disentrifugasi pada
mengapung. suhu kamar 3.000 rpm 10 menit. Sampel
c. Supernatan berupa heksan dibuang,
akan berwarna bening, dan siap
endapan dikeluarkan dari ependorf dan dielektroforesis. Untuk mengawetkannya,
dimasukkan ke dalam mortar sambil diaduk sampel dapat disimpan di dalam freezer.
supaya sisa heksannya menguap.
Jika akan digunakan harus dihangatkan
d. Menyiapkan buffer ekstrak: terlebih dulu dengan menggosokkannya di
1) 29,3 gram NaCl (0,5 M) 0,5 M antara kedua telapak tangan sambil diputar
NaCl bolak-balik.
2) 0,24 gram Tris (0,02 M) 0,02 M j. Menyiapkan alat elektroforesis (Bio-Rad,
Tris 2000), dicoba terlebih dulu dengan
3) 0,017 gram PMSF (1 mM) 1 mM memasukkan akuades untuk mengetahui
PMSF (Phenylmethyl Sulfonyl Fluoride) kebocoran. Jika tidak bocor, kita hisap
4) Menambahkan akuades sampai 100 ml akuades dengan tisu.
sebagai stok. k. Menyiapkan separating gel 12%, kita
5) Untuk pemakaiannya, kita tambahkan masukkan ke dalam plate elektroforesis
DTT 50 µl dengan buffer ekstrak sampai batas 0,5 cm dari ujung sisir
(setelah tahap a, b, c, dan d) sampai 10 pembentuk sumuran. Tambahkan akuades,
ml. Setelah itu siap digunakan sebagai biarkan selama ± 15 menit agar mengejel.
campuran untuk menggerus sampel. l. Menyiapkan stacking gel 3%, kita masukkan
e. Selanjutnya masing-masing sampel kita ke dalam plate elektroforesis. Benamkan
ambil 0,1 gram: sisir (misalnya untuk tipe 10 sumur), biarkan
1) Biji tanpa kulit 0,1 gram + 2 ml buffer mengejel (± 15 menit). Sisir pada plate
ekstrak. elektroforesis dicabut ketika sampel akan
2) Biji dengan kulit 0,1 gram + 2 ml buffer dimasukkan ke dalam sumuran.
ekstrak. m. Menyiapkan Reducing Sample Buffer (RSB).
3) Kulit biji 0,1 gram + 2 ml buffer ekstrak. Menambahkan 20 µl RSB pada 20 µl sampel
f. Sampel digerus lagi dengan mortar pada dalam ependorf.
suhu dingin selama 0,5 jam sampai larut. n. Masing-masing sampel dimasukkan ke
Untuk mempercepat penghalusan, dalam 3 sumuran, kosongkan sumuran
13
Hidayat. Protein Biji Kelor Sebagai Bahan Aktif Penjernihan Air
14
Biospecies, Volume 2 No. 2, Juni 2009, hlm 12 - 17
Gambar 1. Hasil Elektroforesis SDS-PAGE Biji Kelor. S1, S2 = sumuran kulit biji; S4, S5 = sumuran
biji; S7, S8 = sumuran biji dengan kulit biji
Selanjutnya adalah menentukan jumlah protein Dari hasil pengukuran yang telah dilakukan
yang dimiliki oleh biji kelor pada bagian kulit, biji, berdasarkan metode biuret diperoleh konsentrasi
serta pada bagian kulit dan biji dengan metode protein dari kulit biji kelor sebesar 15.680
biuret. Berdasarkan kurva standar bovine serum ppm/gram, dari biji dalam/kotiledon sebesar
albumine (BSA) dari pengukuran dengan 147.280 ppm/gram, dan dari kulit biji beserta
Spektrofotometer pada λ 540 nm diperoleh kotiledon sebesar 73.547 ppm/gram. Tingginya
persamaan regresi dan kurva (Gambar 2) konsentrasi protein pada biji kelor oleh Jahn
sebagai berikut. (1986) dalam Muyibi dan Evison (1995:1102)
Nilai absorbansi protein pada λ 540 nm dari dinyatakan sebagai flokulan polielektrolit kationik
bagian kulit (K) diperoleh nilai 0,105; dari bagian alami berbasis polipeptida dengan berat molekul
biji (B) = 0,246; serta pada bagian kulit dan biji berkisar antara 6.000−16.000 dalton.
(K+B) = 0,167. Kemudian nilai-nilai tersebut Mengandung 3 asam amino yang sebagian besar
dimasukkan ke dalam persamaan regresi: y = merupakan asam glutamat, metionin, dan arginin.
0,0003x + 0,0882. Selanjutnya dikalikan dengan Hal ini diperkuat oleh LaMer dan Healy (1963)
4 dari faktor pengenceran akuades, dikalikan 7 dalam Muyibi dan Evison (1995:1102) yang
dari faktor pengenceran tris Cl, dan dikalikan 10 menyatakan; sebagai polielektrolit kelor dapat
yang berasal dari konversi 0,1 gram menjadi 1 dijadikan bahan penjernih air dengan cara
gram sampel. Sehingga pada akhirnya diperoleh adsorpsi dan membuat jembatan antar partikel.
konsentrasi protein dari K = 15.680 ppm/gram,
dari B = 147.280 ppm/gram, dan dari K+B =
73.547 ppm/gram.
15
Hidayat. Protein Biji Kelor Sebagai Bahan Aktif Penjernihan Air
0.5
y = 0.0003x + 0.0882
2
R = 0.9205
0.4
Absorbansi (A)
0.3
0.2
0.1
0
0 125 250 375 500 625 750 875 1000
Konsentrasi BSA (ppm)
Gambar 3. Penotolan pada Kertas Elphor MRS, Pewarnaan dengan Ponceau S Red. A. Penotolan
sampel protein biji kelor dari arah negatif (tidak ada jejak yang bergerak ke arah positif).
B. Penotolan sampel protein biji kelor dari arah positif (ada jejak yang bergerak ke arah
negatif) (Hidayat, 2006).
Konsentrasi protein dari bagian dalam/kotiledon dengan pewarna Ponceau S Red, lihat Gambar 3
biji kelor menunjukkan nilai yang paling tinggi. (Hidayat, 2006).
Protein biji kelor yang tidak dikupas kulit bijinya
Hasil penotolan (Gambar 3) membuktikan bahwa
mengandung separuh bagian dibandingkan
protein biji kelor memiliki muatan positif. Hal ini
dengan protein dari bagian kotiledon biji kelor
sesuai dengan hasil penelitian Fink (1984) dalam
saja. Oleh karena itu, jika akan digunakan
Tauscher (1994:60) yang menyatakan protein
sebagai bahan penjernih air maka sebaiknya kulit
yang terdapat dalam biji kelor bersifat kationik.
biji kelor dikupas terlebih dahulu. Memang
Demikian pula Jahn (1986) dalam Muyibi dan
kegiatan tersebut memerlukan waktu yang lebih
Evison (1995:1102) menyatakan bahwa protein
lama tetapi akan lebih efektif jika dibandingkan
yang terdapat pada biji kelor merupakan flokulan
dengan menggunakan kelor sebagai bahan
polielektrolit kationik. Perbedaan muatan antara
penjernih air tanpa dikupas kulit bijinya.
protein biji kelor yang dilarutkan dalam air yang
Ndabigengesere dkk. (1995:705) juga
diketahui bermuatan positif dengan partikel
menyatakan bahwa, kotiledon kelor beserta kulit
penyebab kekeruhan air yang bermuatan negatif,
biji dan kotiledon kelor saja sama-sama memiliki
menyebabkan terjadinya flok yang semakin
aktivitas koagulasi.
membesar dan mengendapkan partikel
Sifat Keelektropositifan Protein Biji Kelor penyebab kekeruhan air.
Untuk mengetahui sifat keelektropositifan protein
biji kelor, protein yang telah diisolasi ditotolkan
pada kertas Elphor Micro Rapid System (Elphor
MRS). Hasil penotolan kemudian diwarnai
16
Biospecies, Volume 2 No. 2, Juni 2009, hlm 12 - 17
17