PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
INTRIK POLITIK
(PENDEKATAN HISTORIS)
Skripsi
Oleh
Nama : Bitbit Pakarisa
NIM : 07 4114 007
FAKULTAS SASTRA
YOGYAKARTA
2012
i
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
iii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
(Kak Seto)
iv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh ujian sarjana
Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat terwujud tanpa bantuan
dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini, yaitu:
2. SE Peni Adji, S.S, M.Hum sebagai dosen pembimbing II, terima kasih
ini.
4. Ayah dan kedua ibu saya, yang telah memberikan doa, semangat, dan
Sastra Indonesia.
5. Ketiga adikku, Gilang, Mega, dan Khery atas semangat yang diberikan
v
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
vi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
vii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
viii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ABSTRAK
ix
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
x
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ABSTRACT
This study focuses on the political intrigue in a novel by Remy Sylado entitled
Pangeran Diponegoro: Menuju Sosok Khalifah. There are four purposes in this study.
They are (1) to analyze and describe a structural analysis focused on plot analysis, (2)
to elaborate a political situation in Yogyakarta in 1811-1825, and (3) to analyze and
to explain the political intrigue in a novel entitled Pangeran Diponegoro: Menuju
Sosok Khalifah.
In the research, the researcher conducted historical approach. The researcher
started the study by analyzing the structure of literature texts focused on plot analysis.
Then, the researcher analyzed the description of history texts which was politics
situation in Yogyakarta in 1811-1825. The next step was analyzing the literature text
which was political intrigue in the novel. The last step the researcher did was finding
out the relevancy between history facts and the result of analyzing the literature text.
Method used in this study was analysis, descriptive, comparison, and
classification method. Analysis method was employed to analyze the content of
literature text. Comparison method was used to gain the relevance between literature
text and historical text. Classification method was used to classify the forms of
political intrigues in novel Pangeran Diponegoro: Menuju Sosok Khalifah
Descriptive method was used to describe historical text and the research findings
There were essential results of the study. They were the plot used in the novel
was the compound plot. The events occurred did not flow chronologically or
progressively. It was caused by an event engaged with flash back. The main conflict
in the novel Pangeran Diponegoro: Menuju Sosok Khalifah was the different interest
between Prince Diponegoro, the Netherlands, and his native assistants. The next
result was the history texts which were related to politics situation in Yogyakarta in
1811-1825 outlined the politics susceptibility which gave effect to the disorder in
royal Yogyakarta. This was due to the intervention of the Netherlands and England in
the policy of the Yogyakarta Empire. The researcher also found another result that
was political intrigue described in the novel Pangeran Diponegoro: Menuju Sosok
Khalifah. The intrigues in the novel were (1) Danurejo IV’s political intrigue in his
effort to break the relationship between England and the Yogyakarta Empire, (2)
Sultan Hamengku Buwono III‘s political intrigue in his effort to eliminate Paku Alam
I, (3) the Netherlands’ political intrigue to eliminate Sultan Hamengku Buwono III,
(4) Danurejo IV’s political intrigue in his effort to occupy the vice of Sultan
Hamengku Buwono IV, (5) Danurejo IV’s political intrigue in his effort to eliminate
xi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Paku Alam I, (6) the Netherlands’ political intrigue to eliminate Sultan Hamengku
Buwono IV, and (7) Danurejo IV’s political intrigue to eliminate Prince Diponegoro.
There was the relevancy between the history texts related to politics situation
in Yogyakarta in 1811-1825 that the researcher employed in chapter III and political
intrigue in the novel Pangeran Diponegoro: Menuju Sosok Khalifah in chapter IV.
The proof of this was the politics situation in the history texts engaged with political
intrigue in the novel.
The conclusion of the research was the novel Pangeran Diponegoro: Menuju
Sosok Khalifah by Remy Sylado described the political intrigues occurred in pre
Javanese war. The intrigues done by Danurejo IV, Sultan Hamengku Buwono III, and
the Netherlands could be admitted as the causes of Java war in the novel.
xii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………......... v
ABSTRAK ................................................................................................... ix
ABSTRACT .................................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1
xiii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
1.7.1 Politik………………………………………… .. 16
1.7.2 Intrik…………………………………………… 18
1.8 Pendekatan……………………………………………. .. 18
2.6 Rangkuman…………………………………………….. 88
xiv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Yogyakarta…………………………………… 92
xv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
xvi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
xvii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
Karya sastra merupakan suatu karya yang dihasilkan melalui proses kreatif
pengarang. Kreativitas ini dapat bersumber pada imajinasi pengarang atau hasil
observasi pengarang terhadap realitas yang dihadapinya. Hal ini juga dijelaskan
oleh Sumardjo (1979: 65) yang mengatakan karya sastra merupakan hasil
genre sastra juga merupakan produk kehidupan yang banyak mengandung nilai-
nilai sosial, politik, etika, religi, dan filsafat yang bertolak dari pengungkapan
Objek karya sastra adalah realitas, apa pun juga yang dimaksud dengan
realitas oleh pengarang. Apabila realitas itu berupa peristiwa sejarah maka karya
suatu peristiwa sejarah. Ketiga, seperti juga karya sejarah, karya sastra dapat
1
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
pengarang dalam menciptakan karya sastra. Dick Hartoko menjelaskan jika roman
historis, roman sejarah, mengambil bahan dan tokoh-tokohnya dari masa silam,
biasanya dengan maksud untuk menampilkan suasana pada zaman tertentu. Bahan
diterima dari penelitian sejarah tetapi diolah, diatur dan ditafsirkan menurut daya
adalah salah satu karya sastra yang bersumber dari sejarah. Sejarah Pangeran
Diponegoro menjadi dasar penciptaan novel sejarah ini. Oleh karena itu, novel ini
Diponegoro: Menggagas Ratu Adil. Pada sekuel yang pertama diceritakan tentang
kehidupan masa kecil Pangeran Diponegoro hingga saat sebelum dia menikah.
Pada sekuel yang pertama ini juga untuk pertama kali Ontowiryo (nama kecil dari
direstui oleh ayahnya yaitu Sultan Hamengku Buwono III. Sejak kecil Ontowiryo
dibesarkan oleh eyang buyutnya, Ratu Ageng, di luar lingkungan keraton, yaitu di
Tegalrejo. Ontowiryo dididik untuk gemar membaca sekaligus dilatih untuk mahir
melempar lembing, menganggar keris, dan berpacu dengan kuda. Pada usia
sepuluh tahun Otowiryo dituntut untuk memahami Qur’an dan menguasai bacaan-
bacaan kebudayaan Jawa seperti primbon, suluk, serta kitab-kitab kawruh. Ratu
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Ageng berpendapat bahwa kepandaian dan kemampuan seperti itu harus dikuasai
oleh calon pemimpin seperti Ontowiryo. Suami Ratu Ageng yang merupakan
Ontowiryo di masa yang akan datang dalam memerangi Belanda sejak ia masih
balita.
itulah tercetus pertama kali dalam pikiran Ontowiryo bahwa pada usia empat
puluh tahun dia harus menyelamatkan Jawa dari penjajahan. Sekuel yang pertama
ini diakhiri dengan cerita Pangeran Diponegoro yang mulai memikirkan calon
istrinya.
novel ini dideskripsikan kolonialisme Belanda dan Inggris yang dibantu oleh kaki
tangan orang-orang pribumi menjadi faktor utama terjadinya perang Jawa. Intrik
baik pihak Belanda, pribumi kaki tangan Belanda, maupun Keraton Yogyakarta
sendiri.
Diponegoro adalah anak tertua dari Sultan Raja, Hamengku Buwono III dengan
salah satu selirnya yaitu Raden Ayu Mangkarawati. Diponegoro adalah santri
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
yang taat pada nilai-nilai keislaman sekaligus mencintai budaya Jawa sebagai
identitasnya. Baginya Islam adalah cita-cita luhur keraton sejak Mataram Islam
berdiri.
Diponegoro adalah anak dari Sultan Raja, maka pernikahan Diponegoro dengan
pemeluk agama Islam yang taat dan sejak kecil hidup di luar keraton, Diponegoro
menolak prosesi pernikahan dengan cara keraton. Baginya Keraton sudah tidak
Yogyakarta pun semakin jauh dari nilai-nilai Islam yang diyakininya. Selain itu,
dengan menikah seperti cara rakyat biasa, Diponegoro ingin membuktikan kepada
seorang selir dari Sultan Raja padahal ia memiliki darah biru dari kerajaan di
Diponegoro yaitu Kyai Mojo, Ratu Ageng, dan Ratnaningsih sendiri untuk
Diponegoro tidak bisa mengelak pernyataan salah satu ahli budaya dari Bantul
sebenarnya tidak berbeda dengan adat keraton. Selama ini rakyatlah yang justru
semakin jauh dari adatnya. Lebih lanjut, keraton berfungsi untuk menjadi benteng
Intrik politik mulai terlihat ketika muncul tokoh yang bernama Danurejo
IV. Danurejo IV adalah patih adipati yang diangkat oleh Raffles pada masa
membayarnya.
undangan kepada Marlborough. Kebetulan saat itu Danurejo IV diutus oleh Van
Rijnst, orang Belanda yang menjadi pegawai Inggris, untuk mencarikan tukang
Inggris yang dikenal disiplin tidak akan datang apabila undangan diberikan secara
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
meremehkannya.
yang merupakan tuan tanah, memiliki rencana jangka panjang untuk membuka
Raja. Lalu Muntinghe berpikir untuk membunuh Sultan Raja yang terlihat pada
kutipan berikut:
“Bikin Sultan Raja sakit, supaya matinya alami. Cari resepnya dari tukang obat
Cina. Pasti orang Cina punya obatnya. Lalu kalau Sultan Raja mati, bisa direka dulu
untuk sementara hadirnya putra mahkota sebagai Sultan Sepuh Hamengku Buwono IV,
sampai akhirnya Sultan Sepuh bebas dari pembuangan. Kenapa saya ingin Sultan Sepuh
bebas? Dulu dengan pihak kita, dia mengecewakan. Tapi, sekarang, setelah Sultan Raja
naik di bawah kendali Inggris, Sultan Raja lebih tidak baik terhadap kita ketimbang
Sultan Sepuh. Lain dari itu, secara pribadi Sultan Sepuh menjanjikan kepada saya, bisa
mengalihkan tanah di sebelah Tegalrejo itu untuk saya beli. Selama orang Belanda lain
tidak pernah melihat itu.” (Remy, 2008: 121)
Selama ini, Sultan Raja selalu menghalangi keinginan Muntinghe untuk investasi
tanah di Tegalrejo. Selain itu, tanah di Tegalrejo tersebut dikuasai oleh Ratu
Ageng dan Diponegoro adalah pewaris selanjutnya. Dengan kata lain, rencana
Diponegoro.
mengundang Crawfurd. Crawfurd adalah residen Inggris pada saat itu. Hubungan
yang tidak harmonis antara Sultan Raja dengan Crawfurd semakin terlihat. Pada
birokrasi berada di bawah Crawfurd. Dengan kata lain, apabila Sultan Raja mati
saat itu, maka pandangan umum yang timbul adalah penguasa Inggris yang
menggunakan orang-orang pribumi yang bisa dibayar dengan uang. Hal ini
“Bukankah dalam peta tata pemerintahan di Nusantara, yang kita baca dari
catatan-catatan VOC sejak dua ratus tahun lalu, perpanjangan tangan kita adalah
manusia-manusia kelas tikus dan kucing seperti Danurejo IV?” Muntinghe tertawa. Dia
terpuaskan. “Anda Betul,“ katanya (Remy, 2008: 146).
membuatkankan obat racun. Upah yang besar dari Belanda tidak bisa ditolak baik
Djarot adalah adik dari Diponegoro. Djarot yang masih berumur sebelas tahun
masih belum matang untuk menjadi seorang raja. Praktis, keraton hanya
sakit. Dia menduga kalau Djarot meninggal karena dibunuh oleh Danurejo IV.
Sultan Menol. Sultan Menol masih berusia 4 tahun. Kali ini Diponegoro mau
juga duduk sebagai penasihat. Hal ini menimbulkan konfrontasi langsung antara
kolonial Belanda dengan Inggris membuat situasi Jawa pada waktu itu tidak
pajak tanah paksa dari pemimpin Belanda di Batavia, Van Der Capellen.
buah Wironegoro dan Danurejo IV memungut pajak secara paksa kepada rakyat
pajak.
memutuskan untuk menyerang Puri Tegalrejo dan babakan perang Jawa dimulai
10
Penulis hanya akan menganilis karya Remy Sylado pada sekuel novel
yang kedua yaitu Pangeran Diponegoro: Menuju Sosok Khalifah. Hal ini
dikarenakan dalam rangka memahami intrik politik yang terjadi sebelum perang
Jawa terjadi, pada sekuel yang kedua inilah intrik-intrik politik yang dilakukan
oleh pihak Belanda, orang-orang pribumi kaki tangan Belanda, maupun Keraton
pernyataan perang terhadap kolonial. Dengan kata lain, Diponegoro mulai terlibat
waktu itu.
Pangeran Diponegoro: Menuju Sosok Khalifah karya Remy Sylado. Penulis akan
memaparkan intrik politik dalam novel ini yang menyebabkan terjadinya perang
Jawa.
relevansi karya sastra sebagai dokumen sosial. Lebih lanjut, Ratna (2004: 66)
11
kompetensi sejarah umum yang dianggap relevan, sastra lama dengan kerajaan-
kerajaan besar, sastra modern dengan gerakan sosial, politik, ekonomi, dan
kebudayaan pada umumnya. Dalam penelitian ini, penulis hanya akan melihat
Remy Sylado dengan beberapa teks sejarah antara lain Kuasa Ramalan :
Pangeran Diponegoro dan Akhir Tatanan Lama di Jawa, 1785-1855 Karya Peter
karya Sagimun MD, dan Pengantar Sejarah Indonesia Baru : 1500-1900 Dari
12
sebagai berikut.
Sylado.
1.4.3 Penelitian ini dapat menjadi referensi studi sejarah tentang Pangeran
13
tersebut adalah teori alur, teori historis sastra, konsep politik, intrik, dan intrik
politik.
1.6.1. Alur
sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu
cerita. Istilah alur dalam hal ini sama dengan istilah plot maupun struktur cerita
lima tahapan, yaitu (1) tahap situation atau tahap penyituasian, (2) tahap
generating circumstances atau tahap pemunculan topik, (3) tahap rising action
atau tahap peningkatan konflik, (4) tahap climax atau tahap klimaks, dan (5) tahap
situasi latar dan tokoh cerita. Tahap ini merupakan tahap pembuka cerita,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
14
pemberian informasi awal, dan lain-lain yang terutama berfungsi untuk melandasi
cerita yang akan dikisahkan pada tahap bertikutnya (Nurgiyantoro, 2007: 149).
titik intensitas puncak. Sebuah fiksi yang panjang mungkin saja memiliki lebih
dari satu klimaks. Tahap penyelesaian adalah tahapan konflik yang telah
konflik-konflik yang lain atau konflik-konflik tambahan (jika ada) diberi jalan
Objek karya sastra adalah realitas, apapun juga yang dimaksud realitas oleh
pengarang. Apabila realitas itu berupa peristiwa sejarah maka karya sastra dapat,
15
pengarang. Kedua, karya sastra dapat menjadi sarana bagi pengarangnya untuk
Dan ketiga, seperti juga karya sejarah, karya sastra dapat merupakan penciptaan
kembali sebuah peristiwa sejarah sesuai dengan pengetahuan dan daya imajinasi
Sesuai dengan perkembangan metode dan teori di satu pihak, usaha untuk
sosiologi dan sejarah dalam sastra justru menemukan tempat yang subur.
Setidaknya ada tiga masalah yang perlu dikemukakan dalam penelitian dengan
hal ini berkaitan dengan isi. (2) Homologi unsur-unsur, dalam hal ini berkaitan
dengan struktur. (3) Relevansi proses kreatif dalam hal ini berkaitan dengan
fakta sejarah dapat diidentifikasikan secara jelas, seberapa jauh sebuah karya
mencerminkan sejarah. Hubungan ini dapat dipahami melalui tokoh, kejadian, dan
latar. Nama tokoh, nama tempat, dan tahun-tahun kejadian merupakan unsur-
unsur yang sangat mudah untuk dikaitkan dengan sejarah umum, sisa peninggalan
sejarah, dan sumber-sumber tertulis lain. Oleh karena itu, sastra sejarah bagi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
16
makna yang sama dengan sejarah. Tujuan karya sastra dengan sejarah jelas
berbeda. Sesuai dengan hakikatnya, tujuan karya seni adalah kualitas estetis,
tersebut. Apabila fakta sejarah memberikan makna sebagai kebenaran yang dapat
1.7.1 Politik
politik dalam novel Pangeran Diponegoro: Menuju Sosok Khalifah karya Remy
Sylado.
Politik berasal dari bahasa Belanda politiek dan bahasa Inggris politics,
berhubungan dengan negara) dengan akar katanya πολίτης (polites - warga negara)
dan πόλις (polis - negara kota). Secara etimologi kata ‘politik’ masih berhubungan
dengan polisi, kebijakan. Kata ‘politis’ berarti hal-hal yang berhubungan dengan
17
politik. Pertama, politik ialah usaha-usaha yang ditempuh warga negara untuk
membicarakan dan mewujudkan kebaikan bersama. Kedua, politik ialah segala hal
dianggap penting.
ketiga yaitu politik sebagai segala kegiatan yang diarahkan untuk mencari dan
mempertahankan kekuasaan dalam rakyat. Hal ini dikarenakan konsep politik ini
Sosok Khalifah. Jadi, konsep politik yang ketiga ini yang paling relevan dalam
18
1.7.2 Intrik
bohong yang sengaja untuk menjatuhkan lawan (KBBI, 2008: 544). Penulis
penyebaran kabar bohong yang sengaja untuk menjatuhkan lawan (KBBI, 2008:
4). Dalam penelitian ini, penulis menggabungkan istilah intrik dan politik sebagai
batasan istilah intrik politik yaitu usaha penyebaran kabar bohong yang sengaja
rakyat.
1.8. Pendekatan
dan dibedakan dengan sejarah sastra, sastra sejarah, dan novel sejarah. Hal ini
19
Diponegoro: Menuju Sosok Khalifah karya Remy Sylado untuk membongkar dan
keterjalinan semua analisis dan aspek karya sastra yang sama-sama menghasilkan
berkaitan dengan situasi politik di Yogyakarta pada tahun 1811-1825. Setelah itu.
adalah menarik relevansi antara intrik politik dalam novel Pangeran Diponegoro:
dalam beberapa teks sejarah seperti Kuasa Ramalan : Pangeran Diponegoro dan
Akhir Tatanan Lama di Jawa, 1785-1855 Karya Peter Carey, Perdjanjian Gianti-
Berdjuang: Bara Api Kemerdekaan Tak Kunjung Padam karya Sagimun MD, dan
Metode adalah cara kerja untuk memahami suatu objek yang menjadi
1986: 14).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
20
studi pustaka. Studi pustaka adalah studi yang mengambil objek penelitiannya
dari kepustakaan. Dalam bidang ilmu sastra, sebuah novel, sebuah drama,
sekumpulan puisi atau cerpen, babad, geguritan, tradisi lisan, dan sebagainya
dianggap valid sebagai objek, baik untuk menyusun makalah, skripsi, tesis, dan
disertasi ( Ratna, 2004:17). Metode tersebut dipakai untuk mendapatkan data yang
ada, yaitu isi novel Pangeran Diponegoro: Menuju Sosok Khalifah karya Remy
Dalam metode ini juga digunakan teknik simak dan teknik catat. Teknik
Teknik catat adalah teknik menyediakan data dengan mencatat hasil penyimakan
data pada kartu data (Sudaryanto, 1993: 133-135). Dalam penelitian ini, objek
bahasa yang dimaksud oleh Sudaryanto dapat diisi oleh objek penelitian apa pun,
termasuk karya sastra. Teknik simak digunakan untuk menyimak teks sastra dan
teks sejarah yang telah dipilih sebagai bahan penelitian. Teknik catat digunakan
untuk mencatat hal-hal yang dianggap sesuai dan mendukung penulis dalam
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
21
memecahkan rumusan masalah. Teknik catat merupakan tindak lanjut dari teknik
simak.
untuk menganalisis unsur alur dan intrik politik dalam novel Pangeran
Diponegoro: Menuju Sosok Khalifah karya Remy Sylado. Metode analisis isi
adalah metode yang digunakan untuk mengkaji isi dari suatu hal. Isi tersebut yang
menjadi objek prioritas yang akan dianalisis, misalnya, karya sastra, maka yang
akan dianalisis adalah isi karya tersebut secara utuh dan pesan-pesan yang ada
Isi dalam metode analisis ini terdiri atas dua macam, yaitu isi laten dan isi
komunikasi. Isi laten adalah isi yang terkandung dalam dokumen atau naskah,
komunikasi yang terjadi. Isi laten adalah isi sebagaimana dimaksudkan oleh
hubungan naskah dengan konsumen (Ratna, 2004: 48). Analisis isi laten akan
22
alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk,
beberapa teks sejarah seperti Kuasa Ramalan : Pangeran Diponegoro dan Akhir
Berdjuang: Bara Api Kemerdekaan Tak Kunjung Padam karya Sagimun MD, dan
metode perbandingan dalam hubungan intertekstual antara dua karya sastra yang
antara karya sastra satu dengan karya sastra yang lain. Persamaan ini dapat berupa
2002: 22)
23
menyajikan hasil analisis data. Metode deskriptif adalah suatu bentuk penelitian
fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa
yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat yang terjadi, atau
24
dengan KITLV
dibutuhkan suatu sistematika yang jelas. Sistematika penyajian dari penelitian ini
dapat dirinci sebagai berikut. Bab satu merupakan pendahuluan yang berisi latar
pengumpulan data, sumber data, dan sistematika penyajian. Bab dua merupakan
analisis struktur alur dalam novel Pangeran Diponegoro: Menuju Sosok Khalifah
karya Remy Sylado. Bab tiga merupakan deskripsi mengenai situasi politik di
Yogyakarta dalam teks sejarah pada masa pemerintahan kolonial Belanda dan
Inggris tahun 1811-1825. Bab empat merupakan analisis tentang intrik politik
yang terjadi dalam novel Pangeran Diponegoro: Menuju Sosok Khalifah karya
Remy Sylado. Bab lima merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
25
BAB II
ANALISIS ALUR
historis, maka penulis terlebih dahulu melakukan analisis struktural atau analisis
unsur intrinsik. Penulis memfokuskan analisis struktur hanya pada analisis alur
yang ada dalam novel Pangeran Diponegoro: Menuju Sosok Khalifah, karena alur
ceritalah yang sangat potensial menggambarkan intrik politik yang terjadi dalam
novel ini.
peristiwa penting dalam urutan waktu yang membentuk alur novel Pangeran
Menuju Sosok Khalifah. Tahap penyituasian dalam novel ini berisi pengenalan
25
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
26
tokoh-tokoh cerita. Tahap ini juga menjadi pembuka cerita, pemberian informasi
awal cerita yang melandasi cerita yang akan dikisahkan pada tahap berikutnya.
dimulai dengan nomor tiga puluh satu. Subjudul nomor satu hingga tiga puluh
Pada subjudul nomor tiga puluh, alur dimulai dengan pengenalan tokoh
wanita cantik berkulit langsat, bertubuh singset, dan berpenampilan luwes (Hlm.1-
2).
dalam rangka silaturahmi pada hari Lebaran. Dalam peristiwa pertemuan tersebut
11)
membuat mereka saling jatuh cinta. Hal ini dapat terlihat pada kutipan berikut.
27
Ageng adalah istri Sultan Hamengku Buwono I. Ia juga merupakan nenek buyut
terhadap Raden Ayu Ratnaningsih. Ratu Ageng segera meminta keduanya untuk
(2) “Maaf, Nek, “kata Pangeran Diponegoro lagi. “Siapa berani menyalahkan pilihan
Nenek meninggalkan kraton dan hidup di luar kraton, di Tegalrejo ini? Nenek sendiri
sudah melakukan perlawanan terhadap leluri keraton. Dan aku bangga pada Nenek.”
Biarlah aku memilih jalanku menjadi seorang rakyat biasa di antara rakyat-rakyat
jelata. Darah biruku toh tidak menjamin aku masuk surga. Tapi, kalau berada di
tengah rakyat, dan berjuang bagi mereka, aku yakin Tuhan akan mencatatku, sebab
seperti pepatah asing yang boleh diserap kebenarannya, adalah, suara rakyat
merupakan suara Tuhan.” (Hlm. 17)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
28
Khalifah, Pangeran Diponegoro lebih memilih untuk terikat pada adat bangsanya
yaitu bangsa Jawa dan rakyatnya. Pangeran Diponegoro tidak setuju jika harus
terikat pada adat keturunan darah birunya yaitu sebagai anak tertua dari selir
harapannya untuk menjadi pemimpin rakyat tidak ada artinya jika tidak
untuk mencoba membujuk Pangeran Diponegoro agar mau menikah dengan adat
keraton.(Hlm. 18-19)
yang notabene adalah orang yang mengasuhnya sejak kecil dan paling mengerti
29
Pada Subbab nomor tiga puluh satu, penyituasian bergerak pada sikap
Hamengku Buwono III. Raden Ajeng Mangkarawati masih ingat bahwa suaminya
yang baru saja naik tahta menjadi sultan karena rekayasa Raffless bahkan pernah
dikenal dengan sebutan Kiai Mojo. Tokoh ini cukup dihormati oleh Pangeran
pernikahan sesuai adat keraton. Peristiwa tersebut membuat Kiai Mojo berpikir
Ketika rapat tersebut selesai dan ia pulang ke desa Mojo, Kiai Mojo berbicara
(3) Sementara di dalam pikiran Kiai Mojo, terus timbul pertanyaan, mengapa Pangeran
Diponegoro demikian berkeras. Apakah kekecewaan Pangeran Diponegoro menjadi
kebencian?Dia tahu, Pangeran Diponegoro telah berkali-kali mengatakan keadaan
keraton sedang berubah menjadi sarang penyamun. Hampir saban pekan orang-
orang di keraton bermabuk-mabuk minuman keras. Mereka telah menjadi pribadi-
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
30
pribadi Jawa yang pecah: meniru ha-hal lahir bangsa Barat yang kafir, dan mengira
itu pantas, padahal keadaan rohani mereka tidak laras. ”pasti itu masalahnya”, Kata
Kiai Mojo Bercakap sendiri di atas kudanya. Dia pun ingat bahwa gara-gara keadaan
susila dan akhlak orang-orang di kraton sudah demikian kedodoran-dalam mana
sultan sendiri tidak sanggup menjadi contoh yang baik- menyebabkan Ratu Ageng
dulu menyingkir dari kraton dan membangun puri di Tegalrejo. (Hlm. 34)
Surakarta pada siang hari. Sambil makan durian, Pangeran Diponegoro berdiskusi
dengan Kiai Mojo dan para santrinya di pendopo Kiai Mojo. Mereka
Cina, dan rakyat jelata yang makin susah tak bisa makan dan berpenyakit cacar.
(Hlm. 43)
Pangeran Diponegoro yang hanya mau menikah dengan adat rakyat biasa.
Pangeran Diponegoro merasa sudah berkata pada nenek buyutnya bahwa ia harus
membuktikan kalau ia bagian dari rakyat. Kiai Mojo memberikan saran kepada
pada subbab nomor tiga puluh tiga dengan munculnya seorang tokoh bernama Ki
Pujosubroto. Ki Pujosubroto adalah ahli budaya yang sangat mahir dari Bantul.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
31
sesuai adat rakyat biasa karena reputasinya sebagai ahli budaya. Namun Ki
Pujosubroto menjelaskan bahwa adat perkawinan Jawa yang benar harus terikat
pada tata cara yang diterapkan keraton. Lebih lanjut, Ki Pujosubroto menjelaskan
bahwa keratonlah yang menjadi benteng budaya Jawa termasuk tata cara
pernikahan sejak Mataram Buddha sampai Mataram Islam. Dia juga menjelaskan
bahwa justru rakyat Jawa yang mengindahkan adat istiadat tersebut. Pangeran
Pujosubroto menjelaskan tata cara pernikahan adat Jawa secara rinci dari kitab
satunya adalah pemilihan tempat yang diputuskan oleh Ratu Ageng. Ratu Ageng
yang menolak segala bentuk penjajahan. Bahkan ia juga berani menentang tradisi
32
Sylado merupakan sekuel kedua dari novel sebelumnya yang berjudul Pangeran
Diponegoro: Menggagas Ratu Adil. Oleh sebab itu tahap penyituasian dalam
novel ini tidak memuat gambaran pelukisan, pengenalan situasi latar, dan
Khalifah mulai terlihat pada saat Pangeran Diponegoro mencoba melawan adat
sikapnya yang membenci akhlak yang tidak baik akibat pengaruh dari penjajahan
Pangeran Diponegoro dan Raden Ayu Ratnaningsih berakhir pada subbab tiga
Pada subbab nomor tiga puluh empat, muncul tokoh baru yang bernama Danurejo
IV. Danurejo IV adalah tokoh antagonis yang berperan sebagai patih setelah
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
33
sebagai sosok yang tidak karuan, perangainya angkuh, dan congkak. (Hlm. 61)
Pangeran Diponegoro.
Pangeran Diponegoro. Pada awalnya, ia tidak begitu peduli dan hanya mengingat
bahwa yang akan menikah itu adalah putra sulung Sultan Raja atau Sultan
Hamengku Buwono III dari anaknya yang mencapai tiga puluh dua orang. Namun
saat ia pergi ke Vredeburg, Danurejo IV bertemu dengan tokoh yang bernama Van
Rijnst. Van Rijnst adalah tokoh orang Belanda yang sekarang bekerja untuk
Van Rijnst tentang pernikahan salah satu anak Sultan Hamengku Buwono III,
belum tahu bahwa Sultan Hamengku Buwono III mau mantu. Ia juga menghasut
Van Rijnst bahwa peran Inggris lewat Raffles yang sudah mengangkat Sultan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
34
pernikahan anak Sultan Hamengku Buwono III tersebut. Selain itu, Danurejo IV
62)
Van Rijnst berpikir untuk memanfaatkan situasi tersebut. Van Rijnst ingin
(4) “Ada hal ganjil di balik perhelatan putra Sultan Raja di Puri Tegalrejo dan bukan
Keraton Yogyakarta.” Maunya, dengan membahas itu kepada Marlborough, tak usah
Crawfurd, dia bisa pengaruhi kebijakan Inggris yang kepalang sudah menaikkan
Sultan Raja di Takhtanya. Sementara dalam amatannya selama ini Sultan Sepuh
sebagai Hamengku Buwono II yang sudah digeser oleh Raffles itu, lebih mudah
dikendalikan oleh Belanda. (Hlm. 64)
Yogyakarta pada periode 1811-1814 dan kemudian pada periode Januari 1816
orang yang kaku. Selain itu, ia juga terkesan tak acuh kepada orang lain dan lebih
sering duduk di meja kerjanya untuk menulis naskah History of the East Indian
Marlborough adalah pejabat Inggris yang dinilai oleh Ratu Ageng sebagai satu-
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
35
Marlborough saat itu sedang mengidap penyakit salesma. Timbul niat Van Rijnst
Jawa yaitu mengerik-kerikkan uang sen ke kulit badan. Hal ini dilakukannya agar
untuk mencarikan tukang kerik, maka timbul niat-niat licik Danurejo IV.
dengan seorang utusan dai Puri Tegalrejo yang membawa undangan pernikahan
selama tiga hari. Ia berharap bahwa orang Inggris yang terkenal disiplin seperti
36
kutipan berikut
(5) Di luar itu, tujuannya yang utama adalah kepercayaan pihak Inggris akan semakin
besar, dan jangkauan laba yang diraihnya dalam mengatur bisnis orang Cina akan
semakin luas juga. Yang dia dambakan, jika Inggris menaruh rasa percaya
kepadanya, dan namanya menjadi harum di mata penguasa tertinggi di Batavia yang
beberapa waktu lalu menganugerahkannya sebagai patih, maka peta bisnis Cina yang
bisa dipegangnya adalah seluruh bekas wilayah Mataram sebelum Perjanjian Giyanti:
mulai dari Indramayu di barat sampai Blambangan di timur, termasuk Madura. (Hlm.
70)
Pada Subbab nomor tiga puluh lima, latar bergerak ke Puri Tegalrejo. Tiga
gembira. Kedatangan Van Rijnst dalam rangka undangan dari Marlborough yang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
37
bahwa undangan tersebut telah diberikan kepada pos penjaga Vredeburg tiga hari
38
Pada subbab nomor tiga puluh tujuh, alur bergerak ke Batavia. Setting
merayakan pesta pergantian tahun bersama Raffles dan pejabat Inggris lainnya di
(Hlm. 101-102)
tenggelamnya kapal Inggris Phoenix yang membuat kapten kapal tersebut, James
Bowen Esq meninggal sepekan sebelum tahun baru. Kapal tersebut karam setelah
peletakan nisan James Bowen Esq. Peristiwa tersebut membuat Raffles tertekan
39
bukunya History of Java walaupun dalam posisi yang tertekan seperti sekarang.
(Hlm. 103)
ayahnya yang raja itu datang ke tempat yang ia pilih untuk pestanya. Raffles
mencatat apa saja yang dianggap perlu untuk penyusunan bukunya. Dalam
(6) Hal istimewa yang menjadi perhatian saya, dan itu akan saya wujudkan dalam
tindakan, adalah pada tahun depan ini saya akan mengeluarkan peraturan tentang
pelarangan melakukan praktik jual-beli budak. (Hlm.106)
107)
40
disebutnya rahasia. Bersama dengan Trowt, tokoh yang juga dipercayai olehnya,
kepada Marlborough untuk selalu berhati-hati terhadap orang Belanda yang ada di
Vredeburg. Marlborough mengatakan hanya ada satu orang Belanda yang ada di
Batavia, Van Rijnst adalah seorang oportunis yang memiliki banyak kasus
eksploitasi manusia. Lebih lanjut, dalam konteks politik, Raffles berpesan kepada
menunjukkan sebuah salinan surat awal abad ke tujuh belas tentang kejahatan
rumah tokoh bekas residen Belanda pada zaman Daendels yang masih berada di
41
Ternyata orang yang dimaksudkan Van Rijnst dalam dialog di atas ada di
(8) “Ya, saya tahu, karena saya bertemu langsung dengan Sultan Sepuh di tempat
pembuangannya, bahwa dia bermaksud merebut kembali takhtanya yang sekarang
diduduki oleh Sultan Raja,” Kata Muntinghe.
“Hambatannya, jangan lupa, Sultan Raja dinaikkan oleh Inggris, “kata Engelhard.
“Ini memang rencana jangka panjang, “kata Muntinghe.
“Tujuannya apa?” tanya Van Rijnst.
“Rencana jangka panjang saya, saya ingin membuka tanah di sebelah Tegalrejo,
“Kata Muntinghe. “Tanah itu bagus untuk investasi. Sementara Sultan Raja
menghalang-halangi.” (Hlm. 119-120)
III untuk melancarkan roda bisnisnya. Ia juga memanfaatkan hubungan yang tidak
harmonis antara Sultan Hamengku Buwono III dengan Residen Crawfurd untuk
(9) “Makanya,” Kata Muntinghe, “Kalau Sultan Raja yang menghalang-halangi itu
bisa mati sekarang, pandangan umum yang timbul adalah penguasa Inggris yang
menghendaki kematiannya itu.” (Hlm. 120)
(10) “Bikin Sultan Raja sakit, supaya matinya alami. Cari resepnya dari obat Cina. Pasti
orang Cina punya obatnya. Lalu, kalau Sultan Raja mati, bisa direka dulu untuk
sementara hadirnya putra mahkota sebagai Sultan Hamengku Buwono IV, sampai
Sultan Sepuh bebas dari pembuangannya.(Hlm. 121)
di Tegalrejo agar bisa dibeli. Sementara itu, soal penempatan putra mahkota, Van
sebagai sosok yang sempurna untuk dijadian anteknya. Muntinghe meminta Van
42
Muntinghe adalah tuan tanah yang memiliki kekayaan yang sangat besar.
$30.000 lalu disewakan kepada orang Cina $10.000 per tahun. (Hlm. 114)
Sementara itu Engelhard adalah bekas residen Belanda yang dipecat oleh
di Karangbolong, dan penghasilan F 100 per tahun disita dan jatuh ke tangan
rumah Engelhard pada malam hari. Pertemuan tersebut tidak berjalan dengan baik
bagi Danurejo IV dan Muntinghe. Hal ini dikarenakan prediksi Danurejo IV yang
Danurejo IV sebagai patih. Hal ini membuat Danurejo IV tidak begitu tertarik dan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
43
membuat Muntinghe kecewa dan enggan memanfaatkan Danurejo IV. (Hlm. 123-
124)
Van Rijnst di Vredeburg untuk mencari tahu tugas rahasia tersebut. (Hlm. 126)
Ternyata tugas rahasia tersebut adalah mencarikan obat yang bisa digunakan
untuk racun. Ketika Danurejo IV menanyakan racun untuk siapa, Van Rijnst
menjelaskan bahwa hal tersebut sangat rahasia. Taruhannya jika gagal adalah
kepala Danurejo IV. Imbalannya adalah uang dalam jumlah yang besar. Van
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
44
127)
Di lain pihak, Marlborough yang pada akhir tahun 1812 berada di Batavia
Yogyakarta untuk bahan buku yang akan ditulis Raffles. Crawfurd sempat
menanyakan perihal kabar bahwa dirinya akan segera ditarik oleh Raffles dari
ini Raden Ayu Ratnaningsih sudah hamil tujuh bulan. Sesuai adat Jawa, acara
mitoni pun digelar. Ayah Pangeran Diponegoro yang hadir pada acara tersebut
yang dibanting pecah, maka anak yang lahir adalah putri. Namun jika kendi yang
dibanting tidak pecah, maka anak yang lahir adalah putra. Ternyata kendi tersebut
tidak pecah. Segera setelah prosesi tersebut, Sultan Hamengku Buwono III
135-136)
45
Kaliuarang. Ia gembira karena kendi yang dibanting pada prosesi mitoni hari
sebelumnya, tidak pecah. Artinya anak Pangeran Diponegoro adalah laki-laki dan
menjadi Pangeran Adipati Anom, calon Hamengku Buwono IV. Namun Pangeran
(11) “Aku punya firasat buruk, Belanda sedang main di belakangku, entah dengan Paku
Alam I entah pula dengan Danurejo IV.”(Hlm.139)
Yogyakarta. (Hlm.139)
46
terhadap kutukan yang bisa saja terjadi pada diri mereka meskipun Sultan
Buwono III didengar oleh mata-mata Belanda yang bekerja sebagai pengawal
Hamengku Buwono III. Pada saat itu, Muntinghe telah kembali ke rumah
untuk melakukan politik adu domba antara Sultan Hamengku Buwono III dengan
145)
Muntinghe yang sempat kecewa dengan sikap Danurejo IV yang sombong, tidak
47
Pada subbab nomor empat puluh satu, latar bergerak kembali ke Tegalrejo.
Marlborough digambarkan datang dengan niat yang tulus dan dengan sopan
terjadi dua hari setelah acara mitoni yang dilangsungkan di Tegalrejo. Kedatangan
membawa banyak uang logam yang disimpan dalam karung goni. Maksud
kedatangannya adalah untuk menemui Secodiningrat atau Tan Jin Sing. Tan Jin
Yogyakarta, Tanj Jin Sing juga dikenal sebagai ahli meracik obat.(Hlm. 152).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
48
daerah Pecinan. Danurejo IV meminta bantuan Tan Jin Sing untuk meracik obat
terhadap Tan Jin Sing perihal maksud menyuruhnya membuatkan racun. Danurejo
untuk menimba keuntungan buat mereka. Awalnya Tan Jin Sing menolak niat
tersebut. Tetapi akhirnya Tan Jin Sing tergoda setelah Danurejo IV memberikan
uang dengan jumlah yang sangat banyak untuk imbalannya. Padahal uang-uang
dari Van Rijnst. Ketika Danurejo IV keluar dari rumah Tan Jin Sing, ia berpas-
pasan dengan Ong Kian Tiong di daerah Pecinan. Ong Kian Tiong adalah
pedagang keliling yang cukup dekat dengan orang-orang di Puri Tegalrejo. (Hlm
156-159)
Pada subbab nomor empat puluh dua, alur bergerak meloncat pada
acara selamatan. Sultan Hamengku Buwono III ikut hadir disana. (Hlm. 165)
Buwono III, sekaligus melibatkan Inggris di dalamnya. Pada saat itu, Van Rijnst
kekuasaan Paku Alam I dengan Hamengku Buwono III. Salinan surat tersebut ada
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
49
di tangan Muntinghe. Rencana adu domba tersebut dapat terlihat dari kutipan
berikut
(12) “Bunyi artikel 21 dalam perjanjian ini bisa jadi senjata untuk memperkeruh
keadaan. “ Kata Engelhard kepada Danurejo IV. “Melihat bahwa Sultan Raja tidak
melaksanakan perjanjian tentang keharusan memberi kelonggaran dan kesempatan
kepada Notokusumo selaku Paku Alam untuk masuk dalam dinas gubernermen
Inggris, maka sepatutnya Crawfurd menegur Sultan Raja. Menegur berarti
menyalahkan kerja Sultan Raja, “kata Engelhard.(Hlm. 168)
Buwono III. Dengan kata lain, hubungan Crawfurd dengan Sultan Hamengku
Buwono III akan terkesan semakin mengeruh. Setelah itu, rencana untuk
membunuh Sultan Hamengku Buwono III dengan racun dari Tan Jin Sing baru
Tan Jin Sing. Kematian Sultan Hamengku Buwono III membuat Pangeran
Pada subbab empat puluh tiga, Setting bergerak ke Tegalrejo pada bulan
Hamengku Buwono III oleh Pangeran Bei, Pangeran Mangkubumi, dan Ratu
Ageng. Namun, Pangeran Diponegoro tetap teguh pada pendiriannya dan tidak
50
adiknya, Ibnu Jarot menjadi Sultan Hamengku Buwono IV. Karena adiknya masih
Ibnu Jarot akan ditentukan oleh pihak Inggris. Setelah Kematian Sultan
Hamengku Buwono III, Crawfurd ditarik oleh Raffles dan digantikan oleh residen
Garnham. Garnham lah yang akan menentukan orang yang akan mendampingi
Hamengku Buwono III. Para bupati yang diundang berdasarkan usul dari
Granham untuk segera menobatkan putra mahkota, Ibnu Jarot sebagai Sultan
IV. Namun salah satu dari bupati yaitu Raden Tumenggung Pringgodiningrat
kenapa tidak meminta pertimbangan kakak-kakak Ibnu Jarot. Namun hal tersebut
51
pihak keraton tidak dilibatkan dalam rapat tersebut. Pangeran Mangkubumi dan
Dalam pertemuan tersebut beberapa kakak Ibnu Jarot tidak datang. Salah
Ibnu Jarot. Menurutnya orang-orang yang dia undang untuk menggelar rapat
Danurejo IV bahwa dengan kata lain orang keraton dan kakak-kakak Ibnu Jarot
adalah orang yang tidak bisa dipercaya. Pangeran Bei hampir memukul Danurejo
Ibnu Jarot diangkat menjadi Sultan Hamengku Bunowo IV, rapat selanjutnya
berikut.
(13) “Yang perlu segera ditindaklanjuti oleh Sultan Hamengku Buwono IV dalam
rangka mengisi kas negara, adalah memberikan hak penyewaan tanah tanpa syarat
kepada orang-orang Cina.(Hlm. 183)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
52
(14) “Kita semua tahu orang Cina adalah bangsa pekerja yang paling tekun. Penyewaan
tanah kepada orang Cina bisa menghasilkan keuntungan ganda: tanahnya tidak
hanya ditanam padi, tebu, atau kopi, tapi dengan tanaman-tanaman itu jelas akan
didirikan juga pabrik-pabriknya. Nah, sudah dapat dibayangkan lapangan kerja yang
terbuka lebar bagi rakyat.”(Hlm. 183)
Semua orang yang mengikuti rapat tersebut diam karena ragu mendengar
pendapat Danurejo IV. Di satu sisi pendapat Danurejo IV cerdas, tetapi di sisi lain
sifatnya yang angkuh membuat mereka ragu kepada kesungguhannya. (Hlm. 183)
Mangkubumi merasa Danurejo IV adalah orang yang tidak bisa dipercaya. Ratu
kita tidak bisa berbuat apa-apa. Pangeran Diponegoro hanya mendengar tanpa
bahwa keadaan keraton sudah semakin kacau dan jauh dari nilai-nilai Jawa-Islam.
apa yang disarankan Penghulu Mlangi pada saat yang tepat sekaligus meminta
53
Pada subbab nomor empat puluh empat, alur bergerak pada peristiwa
pergantian dewan perwalian Sultan Hamengku Buwono IV. Danurejo IV, Raden
yang dibawa oleh Danurejo IV ke keraton cukup kuat walaupun pada saat ini
penasihat Sultan Hamengku Buwono IV pun ikut terbawa arus dan tidak berhasil
54
kedudukan Paku Alam I sebagai wali dari Sultan Hamengku Buwono IV. Dengan
kata lain, Paku Alam I berkedudukan untuk mengatur Sultan Hamengku Buwono
IV yang masih sangat remaja. Hal tersebut melecehkan trah Hamengku Buwono.
(Hlm. 196)
Mangkubumi, dan Penghulu Mlangi telah gagal membimbing Ibnu Jarot sebagai
Sultan Hamengku Buwono IV. Kedudukan keduanya justru membuat Ibnu Jarot
menilai adiknya sebagai pribadi yang baik tiga tahun sebelumnya akhirnya mau
untuk ke keraton untuk menasehati Sultan Hamengku Buwono IV. (Hlm. 200-
2003)
55
juga sempat ditawari minuman keras oleh Paku Alam I dan adiknya Ibnu Jarot
atau Sultan Hamengku Buwono IV. Hal tersebut yang membuat Pangeran
tersebut, Pangeran Diponegoro beranjak pulang dan tidak mau datang lagi ke
56
cukup terkejut melihat Marlborough bertindak sopan dan tidak mabuk seperti
Jabatan gubernur jenderal di Batavia dipegang oleh Van Der Capellen. Sementara
Pada subbab nomor empat puluh tujuh, latar berada di Tegalrejo. Pangeran
sedang sakit. Selain itu Pangeran Diponegoro juga semakin cemas dengan
224-227)
berlatih silat dengan pedagang kelontong yang cukup dekat dengan Ratu Ageng,
dan Pangeran Diponegoro yaitu Ong Kian Tiong. Ong Kian Tiong selain
pedagang kelontong, juga sangat mahir bermain silat. Pangeran Diponegoro sadar
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
57
dengan Ong Kian Tiong untuk menyerap sebanyak-banyaknya ilmu silat. Dalam
merugikan rakyat. Pada tahun 1820, Van Der Capellen mengeluarkan peraturan
juga disebutkan ada peran baru dalam birokrasi Belanda yaitu regent. Regent
berperan sebagai dewan atas residen. Regent juga boleh memiliki patih sendiri
yang membawahi wedana, demang, serta lurah. Perpanjangan tangan Belanda ini,
yang seluruhnya pribumi pada prakteknya justru lebih kejam dari Belanda. (Hlm.
232-233)
Belanda, Inggris, dan Prancis. Salah satu dari murid di sekolah tersebut adalah
58
diangkat Belanda menjadi pemungut pajak tanah yang disebut pajak pacumpleng.
(Hlm. 234)
dewan penasihat Sultan Hamengku Buwono IV, pada saat ini juga diangkat oleh
memiliki banyak kaki tangan dalam menjalankan tugasnya memungut pajak tanah
orang remaja yang bernama Banteng Wareng dan Roto tentang kekejaman anak
Diponegoro bahwa mereka melihat para pemungut pajak tersebut menyiksa rakyat
Merapi. Selain itu, Banteng Wareng dan Roto juga menceritakan bahwa Nahuys
pemungut pajak seperti yang diceritakan oleh Banteng Wareng dan Roto. Pagi-
(Hlm. 237)
59
dari keempat pemungut pajak tersebut mati karena tidak sengaja saling
membunuh satu sama lain akibat kepintaran Pangeran Diponegoro. Selain itu,
satu orang lari setelah kalah, dan satu orang lainnya pingsan. Orang yang pingsan
tersebut setelah sadar kemudian ditanyai oleh Pangeran Diponegoro tentang siapa
yang masih ingat nama Wironegoro kemudian menyuruh pemungut pajak tersebut
pulang dan mengatakan kepada Wironegoro bahwa dia adalah Ontowiryo (nama
melihat kedua anak buahnya kalah hanya oleh satu pendekar. Ketika ditanya
ingat ketika masih kecil ia pernah kalah berkelahi dengan Pangeran Diponegoro.
(Hlm. 242-245)
tersebut. Pada saat itu, beberapa anak buah Danurejo IV juga ada di sana. Selain
itu, muncul tokoh baru keturunan Tionghoa bernama panggilan Eyang Condro.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
60
Eyang Condro juga ikut mendengarkan cerita tentang perkelahian pendekar yang
Pada subbab nomor empat puluh Sembilan, alur bergerak ke setting waktu
27 Januari 1820. Pada hari itu, Paku Alam I menyatakan mundur sebagai wali
pemerintahan Sultan Hamengku Buwono IV. Oleh karena keputusan Paku Alam I
tersebut, Residen Nahuys pergi ke Pura Pakualaman untuk membujuk Paku Alam
I kembali menjadi wali penasihat Sultan Hamengku Buwono IV. Residen Nahuys
I tidak bersedia kembali menjadi wali penasihat Sultan Hamengku Buwono IV.
silat tersebut mulai melibatkan para cantrik. Latihan tersebut sudah berlangsung
selama empat pekan. Pada mulanya jumlah mereka ada tiga puluh orang, termasuk
Banteng Wareng dan Roto. Selain pria, ada juga wanita yang berlatih silat. Para
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
61
Hamengku Buwono IV. Dengan begitu, keadaan keraton yang sudah parah
Danurejo IV ke keraton kembali. Ratu Ageng yang sudah sembuh dari sakitnya
melawan Belanda seperti terlihat dari kutipan saat Pangeran Diponegoro berbicara
62
sulit karena Nahuys terlalu membuat jarak dengan Danurejo IV. Pada saat yang
Van Rijnst menemui Residen Nahuys. Van Rijsnt sebelumnya sudah dapat
membaca ambisi politik Nahuys. Van Rijnst menyarankan kepada Nahuys untuk
saja. Selain itu, Van Rijnst juga memberitahu kepada Nahuys tentang kedekatan
untuk membunuh Sultan Hamengku Buwono III berhasil dan rahasianya tetap
terjaga sampai sekarang. Lebih lanjut strategi Van Rijnst dapat terlihat dari
kutipan berikut.
(16) “Dia dekat dengan orang Cina. Dalam Ilmunya orang Cina, Sun Tzu, dikatakan
bahwa untuk memukul musuh haruslah musuh itu berada dalam jarak dekat.”(Hlm.
260)
(17) “Kalau dia menjadi wali Sultan Hamengku Buwono IV, itu artinya dia dekat dengan
sasaran untuk dilakukan apa pun yang bahkan tidak masuk akal tadi.”(Hlm. 261)
diangkat menjadi penasihat Sultan Hamengku Buwono IV, timbul rencana Van
Rijnst untuk membunuh Sultan Hamengku Buwono IV. Van Rijnst meminta
kembali menggunakan jasa Tan Jin Sing untuk membuatkan racun. Rencana
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
63
tersebut bukan hanya didasarkan oleh kepentingan Nahuys, tetapi juga ada nama
Pangeran Diponegoro tersebut atas dasar indera keenamnya. Ratu Ageng dan
(18) “Bukan. Agaknya mahacorah. Dia juga yang berada di balik kematian ayahanda
Sultan Raja.” (Hlm. 264)
Tan Jin Sing dan Tumenggung Sumodipuro atau Danurejo IV. (Hlm. 265)
Nahuys dianggap gagal karena terlalu lama berada di hutan sebagai anggota
64
ambisinya membuktikan kepada Van Der Capellen bahwa ia tidak seburuk yang
Van Der Capellen kira. Cara pembuktian Nahuys terhadap Van Der Capellen
(19) “Saya akan menjadi malaikat maut bagi Sri Sultan.” (Hlm. 266)
yang bisa menjadi boneka paling sempurna bagi Belanda. Dengan membunuh
II naik takhta kembali. Pendapat Nahuys tersebut juga disetujui oleh Van Der
mendapat tugas dari Nahuys untuk membunuh Sultan Hamengku Buwono IV.
atau Tan Jin Sing untuk membunuh Sultan Hamengku Buwono IV. Rencana
Pada malam itu juga, Danurejo IV pergi menemui Tan Jin Sing. Danurejo
IV sampai ke rumah Tan Jin Sing pada pukul 02.30 malam. Tan Jin Sing
65
beristirahat pada siang hari. Pada saat itu, Danurejo IV menyiapkan minuman
kelapa muda yang telah ia campur dengan racun. Sultan Hamengku Buwono IV
meminum air kelapa muda tersebut. Racun bereaksi setelah satu jam diminum.
Mendengar obrolan tersebut, Tan Jin Sing gugup dan ketakutan. (Hlm. 274)
Setelah kejadian tersebut, pada hari berikutnya, Tan Jin Sing menghubungi
66
Diponegoro hanya hasutan saja. Danurejo IV juga berbicara bahwa orang yang
justru adiknya yang diangkat jadi Sultan Hamengku Buwono IV. (Hlm. 275)
Semua orang percaya. Mereka percaya karena sebagian besar dari mereka
adalah orang Cina. Hal ini dikarenakan Danurejo IV sering membantu urusan
bisnis orang Cina. Hanya ada satu orang yang tidak percaya pada Danurejo IV
pada waktu itu yaitu Ong Kian Tiong. Ong Kian Tiong menyanggah omongan
Danurejo IV. Mendengar sanggahan Ong Kian Tiong, Danurejo IV langsung pergi
Pada subbab nomor lima puluh satu, latar bergerak ke Vila Nahuys di
dewan nasihat dengan residen baru yang akan menggantikannya. (Hlm. 277-279)
67
Buwono IV. Menol baru berusia tiga tahun. Diskusi keduanya berkembang ke
(20) “Rasanya tidak ada seorang ‘dia’ di Yogyakarta-baik dalam Negara, Negara Agung,
maupun Mancanegara-yang lebih bajingan daripada Danurejo IV. (Hlm. 282)
Pada Subbab nomor lima puluh dua, setting waktu meloncat ke bulan
Oktober tahun 1823. Danurejo IV pergi ke Vredeburg untuk menemui Van Rijnst.
Van Rijnst yang dicarinya ternyata sedang berada di Vila Bedoyo untuk melihat
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
68
IV. Danurejo IV berpendapat untuk memasang putra mahkota yang baru berusia
tiga tahun. Dengan begitu, kekuasaan sultan akan sepenuhnya dapat dikontrol.
dapat disampaikan kepada residen yang baru. Residen yang dimaksudkan tersebut
akan hadir pada perayaan 3 Oktober (hari merdekanya Leiden dari pengepungan
bebasnya Belanda dari penjajahan Spanyol tahun 1574. Danurejo IV, Wironegoro,
dan beberapa orang dari keluarga kesultanan dan Pakualaman hadir dalam
sikap yang merendahkan pribumi. Hal ini dapat terlihat dalam kutipan berikut.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
69
hadir pula beberapa pelacur yang didatangkan khusus untuk memuaskan hasrat
dari salah seorang jongos yang bekerja di Vila Bedoyo yang dipecat oleh
yang kelaparan di sekitar tempat tersebut. Smissaert marah dan memukuli jongos
di sekitaran vila Bedoyo. Peristiwa tersebut membuat kesan yang buruk Pangeran
Pada subbab nomor lima puluh tiga, alur bergerak kembali ke Tegalrejo.
sedang merenovasi surau di Tegalrejo yang akan dibangun menjadi masjid. Para
70
cacar terus merebak dan menyebabkan banyak korban jiwa di Yogyakarta. (Hlm.
301-303)
yang pernah Gajah Mada lakukan pada masa Kerajaan Majapahit. (Hlm. 305)
Mangkubumi. Ia juga mau menjadi salah satu dewan penasihat Sultan Hamengku
71
(22) “Tekankan pada dewan yang akan dibentuk untuk membantu Sultan Hamengku
Buwono V adalah menyangkut sistem kepamongprajaan dalam menarik pungutan-
pungutan di luar pajak resmi dari tanah-tanah yang diukur luasnya dan
kepemilikannya. Camkan baik-baik itu. Itu untuk mereka yang memiliki tanah.
Sedangkan mereka yang tidak memiliki tanah, diharuskan bekerja 66 hari dengan
tidak menerima upah sesuap pun nasi. Kamu harus tekankan juga, bahwa penasihat
Sultan Hamengku Buwono V harus menjalankan itu dengan patuh. Katakan, bahwa
karena Sultan Hamengku Buwono IV tidak patuh pada tugas dan kewajibannya itu,
maka dia menerima resiko yang paling fatal atas hidupnya. Katakan kepada dewan
perwalian itu, harus hati-hati terhadap kebijakan hukum Gubernur Jenderal yang
sekarang ini, Van der Capellen adalah seoarang pakar hukum yang tahu betul soal
hukuman.“ (Hlm. 308-309)
Diponegoro yang hadir dalam rapat menyanggah semua pernyataan Danurejo IV.
kalah dalam perkelahian yang membuat badannya penuh dengan luka. Peristiwa
konflik yang telah dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin berkembang dan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
72
dengan Danurejo IV. Tahapan peningkatan konflik ini ditandai dengan upaya-
Pada subbab nomor lima puluh empat, alur bergerak pada upaya-upaya
(23) “Anak selir Sultan Raja dari Tegalrejo ini bisa berbahaya bagi hak hidup kalian di
sini. Dia keras dan fanatik. Bisa-bisa dia memakai cara Kertanegara atau
Wikrawardhana atau Valckeneir untuk menghembuskan anti Cina kepada rakyat. Itu
artinya kehidupan kalian semua terancam. Oleh karena itu, saya kira cara yang
paling tepat adalah menghalau dia.” (Hlm. 320)
Dalam peristiwa tersebut, muncul tokoh bernama Ket Wan. Ket Wan
adalah keturunan bangsa Mancu yang menjadi salah satu anggota dewan Cina
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
73
yang ikut mendengarkan hasutan Danurejo IV. Sifat Ket Wan adalah pemarah dan
IV merancang pertandingan adu lembing secara bebas, sampai mati. (Hlm. 323)
Ong Kian Tiang ikut hadir dalam pertemuan tersebut. Ong kian Tiang
setelah peristiwa itu, Ong Kian Tiang pergi ke Tegalrejo menemui Pangeran
terhadap para dewan Cina kepada Pangeran Diponegoro. Ong kian Tiong
pertandingan adu lembing tersebut. Ong Kian Tiong mereferensikan kuda tangguh
74
Sementara itu, beberapa orang Cina datang ke rumah Ong Kian Tiong.
Salah satunya adalah rohaniawan Konghucu Can Hong Bok yang bernama Jawa
Eyang Condro. Mereka mengetahui bahwa Ong Kian Tiong cukup dekat dengan
Pangeran Diponegoro. Ong Kian Tiong bertemu dengan mereka setelah pulang
Diponegoro yang disampaikan Danurejo IV. Ong Kian Tiong menjelaskan bahwa
menemui ketua dewan Cina, Tan Jin Sing untuk membahas pernyataan Danurejo
IV. Tan Jin Sing dekat dengan Danurejo IV dan sering mendapat keuntungan dari
Danurejo IV. Oleh sebab itu, Tan Jin Sing tidak menanggapi kekhawatiran eyang
Pada Subbab nomor lima puluh lima, Pangeran Diponegoro pergi ke Kedu
untuk melihat kuda yang direferensikan Ong Kian Tiong. Sesampainya Di Kedu,
75
Pangeran Mangkubumi, dan Pangeran Bei ikut hadir dalam pertemuan tersebut.
IV marah kepada Ong Kian Tiang. Ia berpikir Ong Kian Tiong telah
Tiong. Di rumah Ong Kian Tiong, ketegangan kembali muncul setelah Ong Kian
Danurejo IV beberapa kali mencoba memukul Ong Kian Tiang. Karena Ong Kian
Tiong adalah orang Cina yang pandai silat, serangan Danurejo IV tidak berhasil.
76
pertandingan tersebut. Hanya Residen Smissaert yang tidak hadir. (Hlm. 349)
berikut.
(24) “Harusnya bukan dia yang mati. Dia bukan musuh saya. Saya tidak bermusuhan
dengan orang Cina. Orang Cina adalah saudara tua bangsa Nusantara. Saya heran
kenapa saya dibikin jadi musuh Cina. Harusnya musuh saya adalah Belanda.” (Hlm.
353)
konflik terus berkembang. Pada Subbab nomor lima puluh tujuh, Danurejo IV
77
Cohen. Namun rencana mereka kembali gagal. Cohen menolak untuk mencelakai
orang. Keahliannya adalah membaca kartu tarot, bukan mencelakai orang. Dalam
peristiwa tersebut, Cohen sempat meramalkan kejadian buruk yang akan dialami
Van Rijnst dalam waktu dekat melalui kartu tarotnya. Hal ini membuat Danurejo
IV dan Van Rijnst semakin kecewa datang ke Semarang untuk menemui Cohen.
Selain tujuan keduanya tidak berhasil, Van Rijnst justru mendapat ramalan buruk
lainnya yang sepaham dengannya pergi menemui Ong Kian Tiong. Hal ini
Pada subbab nomor lima puluh delapan, latar bergerak ke Tegalrejo, pada
malam hari. Eyang Condro mengajak Ong Kian Tiong untuk pergi menemui
Pangeran Diponegoro. Eyang Condro dan Ong Kian Tiong merasa diperalat oleh
Danurejo IV dan Tan Jin Sing. Eyang Condro melihat bahwa pemimpin dewan
Cina Tan Jin Sing hanya menjadi alat kepentingan Danurejo IV. Eyang Condro
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
78
dan Ong Kian Tiong menegaskan kepada Pangeran Diponegoro bahwa mereka
Hamengku Buwono V.
Smissaert melakukan tindakan tegas terhadap Pangeran Diponegoro. Hal ini dapat
(25) “Saya sedang bicara mengenai anak selir yang duduk sebagai wali Sultan
Hamengku Buwono V. Orang ini sangat merugikan pejabat Belanda. Dia
menghalang-halangi penagih pacumpleng. Padahal direncanakan, melalui
kebejabatan Tuan, 20% dari tagihan pacumpleng yang menjadi hak penyelenggara
tagihan, akan diberikan kepada Tuan Residen”( Hlm. 385)
Wironegoro berangkat ke Tegalrejo pada sore harinya. Pada saat itu, Pangeran
Diponegoro sedang melatih bela diri kepada para cantriknya. (Hlm. 387)
79
dan kegiatan militer di Puri Tegalrejo. hal ini terlihat dari kutipan berikut.
(26) Pangeran Diponegoro bangkit dari kursinya, langsung menampar muka Danurejo
IV. Yang disebut ini pun terjengkal. Sementara Smissaert berteriak-teriak.(Hlm.
393)
(27) “Ya, sudah, Tuan sudah mendapat laporan dari antek Tuan ini. Kata Pangeran
Diponegoro. “Saya tidak menyangkal. Karenanya saya pun merasa pembicaraan
kita sudah selesai. Selamat siang.” (Hlm. 393)
Pada subbab nomor enam puluh, alur bergeser ke masalah utang Keraton
untuk menagih utang dan tunggakan sewa menyewa tanah terhadap orang-orang
Cina yang harus dibayar pihak keraton kepada pemerintah Belanda. (Hlm. 395)
mantan pejabat yang pernah menjadi dewan perwalian Sultan Hamengku Buwono
IV juga dipanggil dan hadir. Yang tidak hadir hanya Pangeran Diponegoro.
80
Pihak keraton tercatat memiliki utang sebesar 40.000 real Spanyol. Saat
itu, pihak keraton hanya memiliki uang 800 real Spanyol. Danurejo IV meminta
waktu terhadap pihak Belanda untuk mengumpulkan uang sebesar 40.000 real
Spanyol. Pihak Belanda akhirnya memberi waktu selama satu minggu kepada
keraton dalam mengumpulkan uang hanya berada pada kisaran 26.000 real
Spanyol. Sisanya yaitu 14.000 real Spanyol sepenuhnya akan menjadi tanggung
dalam masalah utang keraton kepada Belanda ini. Kepada Smissaert, Danurejo IV
Apabila Pangeran Diponegoro disuap dengan uang sebesar 40.000 real Spanyol,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
81
maka Pangeran Diponegoro akan melupakan firasatnya tentang kematian ayah dan
adiknya karena racun. Danurejo IV juga menggarisbawahi gejala anti Cina yang
kapan saja bisa terjadi jika isu kematian yang merujuk pada racun buatan Tan Jin
Sing meluas. Tan Jin Sing akhirnya bersedia memberikan dana sebesar 40.000
real Spanyol kepada Danurejo IV. Tan Jin Sing mendapatkan uang tersebut dari
lewat Tan Jin Sing mengeluhkan hal tersebut kepada Eyang Condro. Bersama
sebesar 1000 real Spanyol. Dari iuaran tersebut terkumpul dana sebesar 26.000
40.000 real dari Tan Jin Sing, mengatakan bahwa sisa utang sebesar 14.000 real
Spanyol akan ia tanggung. Mendengar hal itu, para pejabat keraton menjadi
kagum dengan Danurejo IV. Mereka tidak mengetahui jika sudah diperalat
Smissaert. Smissaert senang mendapatkan uang dengan mudah dari Danurejo IV.
82
Pada subbab nomor enam puluh satu, alur bergerak ke peristiwa pesta
utang terhadap pemerintahan Belanda. Para pangeran dan pejabat dari Yogyakarta
407)
terdiri dari 20 orang. Mereka berjaga di luar karena tidak diperkenankan masuk
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
83
orang.(Hlm. 409)
dengan Van Rijnst di gerbang pintu masuk. Karena penghinaan Van Rijnst saat
sesuatu yang tidak ia inginkan. Peristiwa selanjutnya dapat dilihat dari kutipan
berikut
Diponegoro. Melihat mayat Van Rijnst, Danurejo IV kaget dan ketakutan. Segera
terbayang ramalan Cohen tentang Van Rijnst yang akan mengalami kejadian
84
(29) “Tuan harus pecat orang ini, “katanya. “Selain orang ini, juga orang itu,
Wironegoro. Merekalah yang membuat negeri ini menjadi kacau. Sebenarnya
kebencian rakyat kepada Belanda, adalah karena kelakuan mereka. Kalau tuan tidak
memecat mereka, saya tidak tanggung akibatnya nanti. (Hlm. 418)
418)
titik puncak intensitas. Sebuah fiksi yang panjang mungkin saja memiliki lebih
yang telah dipaparkan pada tahap peningkatan konflik, berakhir dengan peristiwa
Penyerangan Belanda ke Puri Tegalrejo. Hal ini menandai titik puncak intensitas
85
Klimaks terjadi pada subbab terakhir yaitu subbab nomor enam puluh dua.
meninggalnya Ratu Ageng akibat sakit yang dideritanya. Pada saat itu, Raden Ayu
424)
di Loji Besar membuat pangeran-pangeran yang hadir pada acara tersebut menjadi
Jumlah para cantrik Pangeran Diponegoro pun sudah mencapai ratusan. Mereka
lama lagi akan terjadi. Ia juga sudah siap berperang. Hal ini karena usianya sudah
menginjak empat puluh tahun pada saat itu. Artinya setting waktu berada pada
tahun 1825. Hal ini terlihat pada peristiwa kematian Sultan Hamengku Buwono
IV pada tahun 1822, usia Pangeran Diponegoro adalah tiga puluh tujuh tahun.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
86
Diponegoro, usia empat puluh tahun adalah usia yang membuatnya sudah sangat
matang. Kematangan ini adalah syarat untuk menempuh jihad sesuai ajaran Islam
cantriknya untuk bersiap perang. Hal ini dapat terlihat dari kutipan berikut.
(32) Dan, hatta, terdengarlah dentum meriam di timur puri, tiga kali, pertanda
penyerangan Belanda ke puri telah dimulai. Tentara-tentaranya yang dipimpin oleh
Chavelier, tapi disertai juga dengan Wironegoro dan Danurejo IV, merengsek ke
depan puri, mengepung di situ. (Hlm. 433)
(33) Terjadilah baku tembak seru. Bantuan pasukan Belanda di depan sana makin
banyak. Peluru meriam yang mereka tembakkan ke dalam puri mulai merusak atap
bangunan. Sementara masjid yang dibangun dengan susah payah oleh Pangeran
Diponegoro, sudah menyala. Getir Pangeran Diponegoro melihat itu. (Hlm. 434)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
87
anaknya yang masih kecil berhasil meloloskan diri melalui perintah Pangeran
(34) Kekuatanmu tidak berimbang, Wir, “kata Pangeran Mangkubumi. “Lebih baik
kamu membantu Ratnaningsih ke Selarong. Aku ikut bersamamu ke sana. Kita
susun kekuatan di sana untuk melawan Belanda.”(Hlm. 434)
(35) Di Selarong nanti, mulai besok Pangeran Diponegoro berpikir untuk bertindak
menegakkan harga diri itu atas nama rakyatnya dan bangsanya. Tindakan itu
selanjutnya merupakan awal dari perang suci di bawah keyakinan jihad melawan
angkara, penindasan, penjajahan. Ya, Perang Jawa dimulai besok. (Hlm. 435)
lain atau konflik-konflik tambahan (jika ada) diberi jalan keluar atau ceritanya
88
Selain itu, tidak ada jalan keluar yang dipaparkan untuk menyelesaikan konflik
yang terjadi dalam novel Pangeran Diponegoro : Menuju Sosok Khalifah karya
Remy Sylado. Hal ini dikarenakan cerita dalam novel ini berhenti pada peristiwa
2.6 Rangkuman
yang terjadi dalam tahapan alur tidak seluruhnya berjalan lurus, progresif.
Terdapat peristiwa flash back pada subbab nomor lima puluh. Flash back
Diponegoro dengan Raden Ayu Ratnaningsih. Dalam tahap ini, muncul konflik
89
tersebut menjelaskan sikap Pangeran Diponegoro sebagai orang islam taat yang
tidak suka dengan jabatan keraton. Selain itu, Pangeran Diponegoro ingin
prosesi pernikahannya.
Danurejo IV. Dalam alur novel ini, Danurejo IV memiliki kepentingan yang
kematian Sultan Hamengku Buwono III dan Sultan Hamengku Buwono IV.
Puri Tegalrejo, kediaman Pangeran Diponegoro. Tahapan ini terjadi pada subbab
nomor enam puluh dua. Penyerangan pasukan Belanda terjadi karena hasutan
90
Tegalrejo. Selain itu, juga tidak terdapat jalan keluar dalam menyelesaikan konflik
91
BAB III
TAHUN 1811-1825
pada masa kolonial Inggris dan Belanda tahun 1811-1825. Situasi politik di
Yogyakarta dalam beberapa teks sejarah menjadi acuan penulis dalam rangka
kolonial Inggris dan Belanda tahun 1811-1825. Hal ini berkaitan dengan setting
waktu dalam novel Pangeran Diponegoro: Menuju Sosok Khalifah. Remy Sylado
melalui Raffles sampai masa pemerintahan Belanda melalui Van Der Capellen.
Belanda menjadi pemicu terjadinya perang jawa tahun 1825-1830 yang dipimpin
91
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
92
Dalam rangka memahami situasi politik dalam rentan waktu tahun 1811-
1825, penulis terlebih dahulu memaparkan situasi politik pada masa sebelumnya,
karena situasi politik pada masa-masa ini sangat berpengaruh terhadap masa-masa
daerah yang sekarang di kenal dengan nama Yogyakarta. Pada saat itulah
sesuai dengan Perjanjian Giyanti seperti berikut, (1)Nagara, yaitu ibukota atau
93
kerajaan.(Sagimun, 1955:31)
Nagara Agung langsung dikuasai dan diperintah oleh raja dan patih beserta
dikuasai dan diperintah oleh bupati-bupati yang mewakili raja di daerah-daerah itu
dan biasanya tinggal di luar ibu kota kerajaan. Bupati-bupati mancanegara itu
berikut, (1)Nagara meliputi kota tempat kedudukan raja atau Sultan Yogyakarta,
Adiningrat, Pajang di sebelah barat daya Surakarta, Sukowati di sebelah timur laut
3.1.2 Situasi Politik Pada Masa Sultan Hamengku Buwono II tahun 1792-
1810
Pada tanggal 2 April 1792, Pangeran Adipati Anom (Raden Mas Sundara)
94
I meninggal pada tanggal 24 Maret 1792. Dalam literatur, baik dalam babad
yang berhasil memimpin keraton Yogyakarta dan dicintai oleh rakyatnya. Hal ini
berlainan dengan gambaran Sultan Hamengku Buwono II, yang lebih dikenal
Yogyakarta secara berturut-turut hingga meletusnya perang jawa pada tahun 1825.
pejabat kerajaan yang baru ini tidak sebaik seperti pada masa Sultan Hamengku
keinginannya.
berkali lipat. Sultan Sepuh meningkatkan beban pajak kepada penduduknya baik
empat macam pajak yaitu pajak tanah, pajak pacumpleng, pajak kerigaji, dan
yang terakhir adalah aneka pajak dan tugas rodi tidak tetap yang dikenal dengan
sejumlah nama seperti taker tedhak, wang bekti, gugur gunung, dan pagaweyan.
95
Agung, tetapi merupakan beban yang sangat berat di Mancanegara wilayah timur
timur di ibu kota kerajaan ditiadakan, beban kerja yang sangat berat ditimpakan
kepada tenaga kerja dari daerah wilayah-wilayah timur. Hal ini terjadi khususnya
Pada tanggal 5 Januari 1808, Marsekal Herman Willem Daendels tiba di Batavia.
Misi utamanya adalah menjadikan Jawa dan kepulauan Nusantara lainnya sebagai
Hindia.(Carey, 184-185:2012)
diterapkan Sultan Sepuh dan misi militer Daendels membuat rakyat yang berada
politik pun akhirnya muncul akibat dari kebijakan Sultan Sepuh dan Daendels.
yang besar untuk melaksanakan reformasi pada pemerintahan yang korup warisan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
96
Belanda menyusul kebangkrutan perusahaan dagang itu pada tahun 1799. (Carey,
186:2012)
dan pengaruh keraton itu dianggap oleh Daendels bisa menjadi pesaing bagi
karena sumber daya militer dan cadangan dananya yang kuat dari hasil aneka
seling kepada raja dan kepada minister. Selain itu, tempat duduk minister harus
sejajar dengan tempat duduk raja (Sukanto, 59:1958). Dengan kata lain, Daendels
keraton. Peraturan Daendels tentang tata cara upacara resmi keraton dengan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
97
dengan Daendels.
masuk bagi persediaan kayu kawasan mancanegara timur. Semua tuntutan tertuju
yang baru di benteng Lodewijk di Surabaya. Namun pada awal 1809, tuntutannya
diperluas hingga mencakup larangan swasta untuk menjual kayu jati lewat
perbatasan ke daerah-daerah pasisir yang dikuasai oleh Belanda dan hal ini secara
(Carey, 248:2012). Dengan kata lain, penduduk wilayah timur keraton Yogyakarta
dirugikan baik oleh kebijakan Sultan Sepuh maupun kebijakan Daendels. Hal ini
Sultan Hamengku Buwono II dipaksa turun dari tahkta kerajaan pada awal
ayah Pangeran Diponegoro, sebagai Sultan Hamengku Buwono III yang lebih
dikenal sebagai Sultan Raja. Akan tetapi Sultan Hamengku Buwono II atau Sultan
berpendapat bahwa kondisi dimana Sultan Raja yang telah diangkat menjadi
98
dikalahkan Inggris oleh ekspedisi yang dilakukan Lord Minto dan Raffles. Sultan
Sepuh memanfaatkan situasi ini untuk merebut tahktanya kembali dari Sultan
Raja. Dalam masa-masa seperti ini, patih Danurejo II dibunuh oleh Sultan Sepuh
ditujukan baik kepada Pakubuwono IV, Sultan Hamengku Buwono II, maupun
kepada Belanda. Pada waktu yang sama, banyak diantara para bupati wilayah
Mahkota Yogyakarta jauh lebih lunak dalam menuntut kerja rodi.(Carey, 68:2012)
tahun 1811-1816
99
129:1958)
Raffles tidak menginginkan Sultan Sepuh kembali duduk sebagai raja Yogyakarta.
Sultan Sepuh dianggap terlalu angkuh dan tidak bisa diajak kerja sama dengan
kembali turun dari kedudukannya sebagai raja. Pada masa-masa ini, Inggris
pemerintahan Sultan Sepuh. Akibat dari ekspedisi ini, Sultan Sepuh diasingkan
kembali diangkat menjadi raja Yogyakarta oleh Raffles. Notokusumo (adik Sultan
Mahkota sangat benci kepada Notokusumo. Pendirian ini logis mengingat Putra
Mahkota masih kuatir bahwa Notokusumo akan menjadi Sultan dengan bantuan
Inggris. Dalam babad diceritakan bahwa Putra Mahkota berusaha mencari jalan
100
dirinya menjadi Raja Yogyakarta bukan tanpa syarat. Raffles membuat perjanjian
yang dikenal dengan nama perjanjian 1812. Secara garis besar, perjanjian tersebut
penting adalah melarang para raja memiliki pasukan militer apa pun kecuali yang
diizinkan oleh pemerintah Inggris untuk melindungi diri dan daerah kekuasaan
mengambil alih berbagai wilayah barat dan timur daerah Mancanegara, dan tanah
inti kesultanan di Nagara Agung. Kedu sebagai daerah paling makmur di Jawa
dan merupakan penghasilan utama keraton Yogyakarta dan keraton Surakarta juga
setempat. Tidak hanya tuntutan pajak terlalu tinggi, tapi penduduk, khususnya
yang berladang, juga dipaksa membayar tunai dengan mata uang perak, bukan
Tionghoa yang membebankan bunga tinggi. Aneksasi wilayah oleh Raffles pada
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
101
3.2.1 Situasi Politik Pada Masa Sultan Hamengku Buwono III tahun 1812-
1814
Yogyakarta pada juni 1812. Setelah itu, putra Sultan Hamengku Buwono III,
Bendoro Raden Mas Sudomo diangkat menjadi Putra Mahkota. Ibunda Sultan
Hamengku Buwono III, Ratu Kedaton diangkat menjadi Ratu Ageng. Ratu Ageng
diberi tugas khusus sebagai pengasuh Putra Mahkota. Istri Sultan Hamengku
dukungan paling besar kepada Sultan Hamengku Buwono III semasa perebutan
adalah anggota keluarga Danurejan. Ikatan baru yang penting antara keluarga
dekat Sultan Hamengku Buwono III dan Danurejan juga dijalin melalui
pernikahan dua putri Danurejan dengan putra-putra raja baru. Pernikahan ini
Hamengku Buwono III, kekuasaan singkatnya selama dua puluh sembilan bulan
itu merupakan salah satu kurun kemakmuran yang berlangsung damai dan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
102
penghematan ketat atas belanja keraton guna mengisi harta kekayaan. Pada saat
telah memiliki kas keuangan sekitar 60.000 Dolar Spanyol. (Carey, 2012:455)
beberapa perubahan politik penting. Pada 17 Maret 1813, melalui perjanjian yang
Penyelesaian ini mengakui bahwa Pangeran yang berkedudukan merdeka itu dan
pemerintah tersebut akan membayar Paku Alam berupa tunjangan bulanan sebesar
yang sudah pikun dan sering membuat kesalahan dalam membicarakan urusan
Pada awalnya Patih Danurejo IV adalah pejabat yang cakap dan disukai.
Namun seiring dengan pengaruh politiknya yang kuat sebagai patih yang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
103
berubah menjadi seorang pemeras dan pajabat yang korup. Ia memonopoli sumber
pendapatan kerajaan. Ia juga menuntut uang dari penguasaan tanah jabatan baru
Tan Jin Sing diangkat menjadi Raden Tumenggung Secodiningrat dengan tanah
jabatan senilai 800 cacah. Surat pengangkatan dari Sultan ditandatangani oleh
menyatakan Tan Jin Sing telah diberi gelar dan tanah jabatan sebagai imbalan atas
jasa-jasanya kepada pemerintah Inggris dan Sultan Hamengku Buwono III pada
III hanya karena tekanan. Perasaan anti Tionghoa di kalangan rakyat sudah
memanas di Yogyakarta setelah bantuan orang-orang Cina melalui Tan Jin Sing
terhadap ekspedisi Raffles Juni 1812 untuk mengepung keraton Yogyakarta. Jadi,
pengangkatan Tan Jin Sing sebagai seorang bupati miji Yogyakarta (pejabat yang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
104
langsung di bawah perintah Sultan) tidak terjadi pada saat yang baik dalam
III, kekuatan politik yang dimiliki seorang patih dipegang oleh Danurejo IV.
yang tidak punya moral, koruptor, dan dikenal sebagai kaki tangan kolonial.
Selain itu, muncul kekuatan politik baru di Yogyakarta yang secara langsung
dipimpin oleh musuh Raja Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono III, yaitu
Notokusumo. Selain itu, kekuatan Cina secara politis juga telah disahkan oleh
Hamengku Buwono III wafat. Cerita babad menyiratkan bahwa wafatnya Sultan
keraton. Ratu Ageng, Ibunda Sultan Hamengku Buwono III, khawatir jika putra
105
3.2.2 Situasi Politik pada Masa Sultan Hamengku Buwono IV dalam Periode
September tahun 1814. Pada saat itu, Sultan Hamengku Buwono IV masih berusia
pertanda buruk bagi Yogyakarta, karena terjadi tepat ketika harapan sedang
bahwa Yogyakarta sekarang harus diperintah oleh seorang yang masih kanak-
(Carey, 2012:47)
agar Paku Alam I yang ditunjuk sebagai wali Sultan satu-satunya. Hal ini
106
(Carey, 2012:477). Fakta bahwa Sultan Hamengku Buwono IV adalah raja yang
masih berumur tiga belas tahun membuat posisi dewan perwalian yang diduduki
politik di belakang semua kejadian tersebut. Seperti sudah dituliskan pada bagian
sebelumnya, hubungan antara Sultan Hamengku Buwono III dengan Paku Alam I
atau Notokusumo tidak baik semenjak kemelut politik pada masa akhir
keuntungan pribadi seperti membeli sejumlah bidang tanah sebagai milik sendiri
dan bergaya hidup mewah di kediamannya. Pada saat yang sama, banyak tindakan
Adipati, gelar yang sebelumnya ditolak oleh Inggris. Ia juga meminta agar
107
dari Inggris kepada Belanda. Pada Mei 1815, keputusan akhir telah diambil oleh
Perjanjian Wina 9 Juni 1815 dan Konvensi London 13 Agsutus 1814, yang telah
menyetujui kembalinya semua bekas koloni Belanda yang dikuasai Inggris sejak
1803. Keputusan ini merupakan bagian kebijakan Inggris yang lebih luas untuk
ancaman dari pihak Prancis yang bangkit lagi sesudah perang revolusioner dan
3.3.1 Situasi Politik pada Masa Sultan Hamengku Buwono IV dalam Periode
1816, Ibu Suri (Ibu Sultan Hamengku Buwono IV), Ratu Ibu (nenek Sultan
Hamengku Buwono IV), dan Patih Danurejo IV mengambil alih semua wewenang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
108
Paku Alam I sebagai wali Sultan Hamengku Buwono IV(Carey, 2012:478). Paku
Alam I telah berhenti menjadi wali Sultan sejak tanggal 27 Januari 1820.(Sukanto,
1958:104)
dalam diri Residen baru, Nahuys van Burgst, memperparah keadaan ini dengan
kerajaan.(Carey, 2012:483)
terbuka lebar. Hal ini sangat memungkinkan jika dilihat dari gambaran kedua
Belanda Nahuys pada saat itu adalah melebarkan kekuasaan melalui politik
Hamengku Buwono IV, tanah-tanah disewakan kepada orang Eropa secara besar-
besaran. Setidaknya ada dua akibat dari kebijakan tersebut. Secara ekonomis,
rakyat menjadi miskin, dan secara politik, pengaruh orang-orang Eropa menjadi
semakin besar.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
109
Kebijakan ini tidak lepas dari aliran politik liberal yang mulai dibawa baik
sepenuhnya dari sistem perdagangan, sehingga perlu dicari sumber keuangan bagi
bangsa Eropa, Cina, dan Arab. Di daerah kerajaan, raja, para bangsawan dan
Eropa.
Pada 6 Desember 1822, raja yang masih muda itu wafat setelah kembali ke
pertanda, menurut dugaan beberapa orang masa itu, bahwa ia telah diracuni
orang, Sultan Hamengku Buwono IV mati karena racun. Hal ini sangat mungkin
terjadi di dalam suasana permusuhan dan kekeruhan yang sering terjadi di dalam
110
3.3.2 Situasi Politik pada Masa Sultan Hamengku Buwono V Tahun 1822-
1826
anaknya, Pangeran Menol yang masih berusia tiga tahun diangkat menjadi Sultan
Hamengku Buwono V), Ratu Kencono (Ibu Sultan Hamengku Buwono V / istri
dan Ratu Kencono berkaitan dengan pengasuhan dan perawatan Sultan Hamengku
memberi laporan keuangan wilayah kesultanan kepada para wali setiap tiga bulan
111
dalam susunan pemerintah keraton Yogyakarta. Kondisi ini tidak disukai oleh
Jenderal Van Der Capellen. Peraturan baru tersebut adalah penghapusan sistem
Capellen menentang sistem ini oleh karena bersama dengan penyewaan desa atau
tanah, tenaga rakyat dapat digunakan oleh penyewa. Akibatnya ialah bahwa
dengan demikian eksploitasi rakyat oleh penyewa dapat meraja-lela tidak kurang
daripada lingkungan tradisional atau Feodal. Sehubungan dengan itu sejak tahun
sejak Sultan Sepuh bertahta dan mencapai puncaknya pada pemerintahan Sultan
serius dalam konteks keuangan keraton Yogyakarta. Hal ini karena pihak swasta
meminta ganti rugi uang yang sangat banyak dan tidak sebanding dengan nilainya
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
112
kepada pihak keraton. Niat baik Van Der Capellen tersebut ternyata justru
pertama menyangkut Bedoyo (tanah yang disewa Nahuys untuk vilanya semasa
menjabat sebagai residen), dimana Nahuys meminta jumlah uang ganti rugi yang
dihadiri oleh Patih Danurejo IV, menekan keduanya dalam masalah itu dan
meminta Danurejo IV memberi rincian uang yang dikeluarkan oleh Nahuys untuk
belah pihak. Kedua wali Sultan langsung kembali ke keraton membahas masalah
itu dengan Ratu Ageng, sembari menegaskan akibatnya yang parah terhadap
keuangan keraton jika jumlah uang yang diminta oleh Smissaert disetujui. Namun
yang diusulkan oleh residen. Kesepakatan pembayaran ganti rugi tersebut sebesar
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
113
yang utama, Ratu Ageng dan Danurejo IV, ia tampaknya telah menunaikan tugas-
penunjukannya. Baru setelah Smissaert tiba pada pertengahan Februari 1823, dan
asistennya Chevallier, pada 26 Agustus tahun yang sama, pertentangan pribadi ini
penghapusan penyewaan tanah dan ganti rugi bagi orang-orang Eropa penyewa
tanah telah merusak hubungan antara para wali sultan dan pejabat gubernemen di
kelompoknya.(Carey, 2012:642)
harapan agar ada seorang pejabat tinggi di Yogyakarta yang akan lebih patuh
seperti Patih Danurejo IV. Situasi ini sangat menguntungkan Danurejo IV dalam
114
Tegalrejo, milik Pangeran Diponegoro. Pada 17 Juni 1825, jalan ini mulai
dipasangi patok oleh para bawahan Patih Danurejo IV. Terhalangnya jalan itu
mau tidak mau terjadilah percekcokan antara orang-orang Diponegoro dan para
pekerja jalan. Penduduk desa-desa sekitar Tegalrejo segera terlibat juga (Carey,
2012:704). Peristiwa inilah yang menjadi pertanda berawalnya perang Jawa yang
berkuasa, memicu timbulnya pergolakan petani yang terus menerus dalam paruh
kedua 1820-an seandainya perang jawa pun tidak terjadi. Sejumlah perlawanan
para petani terus terjadi dan semakin tinggi intensitasnya dalam kurun 1817-1822.
Paduan ganti rugi penyewaan lahan dan politik aneksasi Van Der Capellen
2012:708)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
115
3.4 Rangkuman
Dari uraian Bab III, terlihat bahwa situasi politik pada masa-masa
menjelang Perang Jawa menjadi salah satu pemicu penting terjadinya Perang
Yogyakarta terus meningkat. Hal ini diperparah dengan kenyataan bahwa Keraton
yang masih berumur tiga belas tahun dan Sultan Hamengku Buwono V yang
masih berumur tiga tahun. Situasi demikian membuat Keraton Yogyakarta hanya
menjadi boneka bagi pemerintah kolonial melalui Paku Alam I dan Danurejo IV,
bahkan kepentingan golongan Cina melaui Tan Jin Sing. Di sisi lain, baik Paku
Alam I, Tan Jin Sing, maupun Danurejo IV memiliki kepentingan lain untuk
kepentingan rakyat kecil, seorang santri yang taat, dan memiliki kharisma yang
116
bagian tengan dan selatan yang semakin memprihatinkan akibat kekacauan politik
Menuju Sosok Khalifah karya Remy Sylado. Dalam hal ini, penulis memfokuskan
pecahnya perang Jawa. Pemaparan ini menjadi referensi penulis dalam melakukan
117
BAB IV
INTRIK POLITIK
KHALIFAH
politik yang terjadi dalam novel Pangeran Diponegoro: Menuju Sosok Khalifah.
Intrik adalah penyebaran kabar bohong yang sengaja untuk menjatuhkan lawan
(KBBI, 2008: 4). Politik adalah segala kegiatan yang diarahkan untuk mencari dan
Politik disimpulkan oleh penulis sebagai usaha penyebaran kabar bohong yang
politik juga dijadikan alat oleh pihak-pihak yang ingin memanfaatkan bahkan
terjadi antara penguasa dan lawan politiknya dalam rangka mempertahankan atau
memperoleh pengaruh kekuasaan. Hal inilah yang terjadi dalam novel Pangeran
117
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
118
4.1 Intrik Politik pada Masa Pemerintahan Sultan Hamengku Buwono III
Keraton Yogyakarta
119
tidak akan mau menghadiri pesta pernikahan yang undangannya diberikan secara
(36) Dia bahkan merasa senang, sebab pernyataan pertama dari Marlborough yang
diterjemahkan oleh penerjemahnya, adalah rasa tidak laras yang dianggapnya
sebagai ungkapan rasa kecewa, bahwa undangan ini mendadak.(Hlm. 89)
mengatakan bahwa Marlborough tidak mau menghadiri acara tersebut. Hal ini
berikut.
(37) “Tadi saya coba ajak Tuan Marlborough untuk datang ke pesta ini, tapi seperti tiga
hari lalu, ketika dia menerima undangan dari sini, dia menolak.”(Hlm. 94)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
120
Mangkubumi kalau undangan sudah diberikan tiga hari sebelumnya. Selain itu,
melalui Marlborough adalah intrik politik pertama yang terjadi dalam novel
(38) Dengan tidak datangnya seorang pun pejabat Inggris , karena undangan dadakan –
yang akan disebutnya sebagai undangan tidak sopan – maka dia mudah sekali
membuat gambaran buruk tentang kesungguhan Sultan Hamengku Buwono III
dalam menata Yogyakarta Hadiningrat. Dalam benaknya, apabila opini tentang itu
terbentuk, pasti bakal muncul prasangka-prasangka dan rasa tidak percaya. (Hlm.
69-70)
Inggris. Salah satu jalannya adalah mendekati pihak Inggris seperti residen
121
bisnis Cina di seluruh wilayah Mataram sebelum perjanjian Giyanti. Hal ini dapat
(39) Di luar itu, tujuannya yang utama adalah kepercayaan pihak inggris akan semakin
besar, dan jangkauan laba yang diraihnya dalam mengatur bisnis orang Cina akan
semakin luas juga. Yang dia dambakan, jika Inggris menaruh rasa percaya
kepadanya, dan namanya menjadi harum di mata penguasa tertinggi di Batavia yang
beberapa waktu lalu menganugerahkannya sebagai patih, maka peta bisnis Cina
yang bisa dipegangnya adalah seluruh bekas wilayah Mataram sebelum Perjanjian
Giyanti: mulai dari Indramayu di barat sampai Blambangan di timur, termasuk
Madura. (Hlm. 70)
Diponegoro karena ada hal penting yang ingin ia sampaikan dan hanya akan
menonjol di antara anak-anaknya yang lain, meskipun hanyalah anak dari seorang
selir. Maksudnya adalah apabila terjadi apa-apa dengan dirinya, Sultan Hamengku
Buwono III akan tenang karena ada Pangeran Diponegoro yang akan
122
tersebut dengan alasan bahwa adiknya yang anak dari permaisuri, Ibnu Jarot, lebih
masalah perebutan kekuasaan. Hal ini terlihat dalam kutipan dialog Sultan
(40) “Masalahnya, apa yang aku persoalkan ini memang persoalan yang tidak selesai
dalam satu pintu. Yang namanya pemerintahan selalu terbuka pintu perebutan, dan
di dalam perebutan selalu terbuka pula pintu penindasan. Kalau tidak mau ditindas,
harus mau menindas.”(Hlm.141)
pangeran merdeka yang bergelar Paku Alam I. Sultan Hamengku Buwono III
(41) “Namanya juga firasat. Tapi dalam firasat ini, tiba-tiba aku merasa ingin
membunuh Notokusumo si Paku Alam I itu. (Hlm. 139)
(42) “Ah, ini masalah lama, Sebelum aku menjadi Sultan Hamengku Buwono III. Aku
kira Belanda pun sudah tahu itu sebelum Inggris masuk Yogyakarta. Masuknya
Inggris, dengan memasang Crawfurd sebagai residen semata-mata untuk
menjalinkan tali kesedarahan Hamengku Buwono dengan Paku Alam dalam
kerangka menyirnakan citra Sultan Sepuh yang sudah mereka singkirkan ke
Penang sana. Celakanya, diam-diam Notokusumo dan Notodiningrat bersama-
sama mengincar kedudukan menjadi Hamengku Buwono. Artinya, Paku Alam
dengan sengaja menyingkirkan aku. Kurang ajar sekali.Uh! Benar-benar aku benci
Notokusumo yang Paku Alam I. Sumpah mati disamber geledeg, aku ingin
membunuhnya.(Hlm.140)
merekayasa proses kematian Notokusumo. Hal ini dapat terlihat dalam kutipan
berikut.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
123
(43) “Aku sudah atur sejumlah kecu dari Pajang, Mataram, Sukowati untuk merampok
Notokusumo, lantas membunuhnya dengan pura-pura tidak tahu bahwa yang
mereka bunuh itu Paku Alam.”(Hlm.141)
Diponegoro di Kaliuarang pada kutipan (41), (42), dan (43) ini menggambarkan
tidak sengaja oleh perampok bayaran. Situasi yang demikian juga membuat
keraton yang rawan akan perebutan kekuasaan antara Notokusumo dan Sultan
dalam alur cerita, rencana Sultan Hamengku Buwono III membunuh Notokusumo
gagal, namun hal ini menggambarkan usahanya melakukan intrik politik untuk
124
Sementara itu, Van Rijnst adalah orang Belanda yang pada masa
dari orang-orang Belanda di Batavia, Van Rijnst adalah seorang oportunis yang
terhadap Van Rijnst sebagai orang Belanda yang perlu dicurigai karena dapat
atas, keadaan politik di Yogyakarta pada masa tersebut juga mendasari peristiwa
pembunuhan Sultan Hamengku Buwono III. Hal ini dapat terlihat dalam kutipan
berikut.
(44) Asal-muasal keruwetan berikut ini adalah karena keadaan centang perenang dalam
negeri, antara keinginan dan kemauan dari pemerintah dan penguasa menyangkut
kedudukannya dan kehidupannya, dilatari oleh kenyataan politik yang gonjang-
ganjing dan kelangsungan ekonomi yang morat-marit, sehingga mereka yang
merasa punya hak tertentu dalam pelbagai lapangan, terutama bekas pejabat
Belanda yang kini bekerja bagi Inggris dan bangsawan Jawa yang bingung, lantas
memilih sikap aji mumpung. (Hlm. 118)
Buwono III yang rawan. Dalam hal ini, Muntinghe, Van Rijnst, dan Danurejo IV
125
masa awal kedatangan Raffles, diturunkan secara paksa dari singgasananya dan
kedudukannya sebagai raja Yogyakarta dipulihkan kembali. Hal ini terlihat dalam
kutipan berikut.
(45) “ Ya, saya tahu, karena saya bertemu langsung dengan Sultan Sepuh di tempat
pembuangannya, bahwa dia bermaksud merebut kembali tahktanya yang sekarang
diduduki oleh Sultan Raja.” Kata Muntinghe (Hlm. 119)
(46) “ Dulu, dengan pihak kita, dia (Sultan Sepuh) mengecewakan. Tapi, sekarang,
setelah Sultan Raja naik di bawah kendali Inggris, Sultan Raja lebih tidak baik
terhadap kita ketimbang Sultan Sepuh. Lain dari itu, secara pribadi Sultan Sepuh
menjanjikan kepada Saya, bisa mengalihkan tanah di sebelah Tegalrejo itu untuk
saya beli, selama orang Belanda lain tidak pernah melihat itu.”(Hlm. 121)
Sultan Hamengku Buwono III. Sultan Hamengku Buwono III adalah penghalang
Buwono II yang menginginkan tahktanya kembali dengan janji kerja sama yang
Sementara itu, Danurejo IV menggunakan jasa kapitan Cina, Tan Jin Sing dalam
hal pembuatan racun yang akan digunakan untuk membunuh Sultan Hamengku
126
Sultan Hamengku Buwono III dengan residen Crawfurd. Crawfurd tidak diundang
Marlborough bahkan tidak hadir dalam pesta tersebut karena rekayasa Danurejo
hubungan yang tidak harmonis antara Sultan Hamengku Buwono III dengan
Inggris. (Hlm.120)
Hamengku Buwono III dibaca oleh Muntinghe dan Danurejo IV sebagai upaya
127
(47) ”Makanya, “ Kata Muntinghe, “kalau Sultan Raja yang menghalang-halangi itu bisa
mati sekarang, pandangan umum yang timbul adalah penguasa Inggris yang
menghendaki kematiannya itu. (Hlm. 120)
mengelabuhi pandangan orang bahwa Inggris adalah pihak yang patut dicurigai di
sebagai orang yang paling memungkinkan untuk dituduh. Segera setelah kematian
Sultan Hamengku Buwono III, Crawfurd ditarik oleh Raffles ke Batavia dan
128
sebagai Sultan Hamengku Buwono IV. Sementara itu, Putra Mahkota yang dalam
sistem feodal Jawa adalah calon pengganti raja, masih berusia tiga belas tahun.
raja. Hal ini karena keraton belum pernah mengalami situasi yang
demikian.(Hlm.181)
ambisinya menguasai keraton Yogyakarta. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut.
(48) “Memang“, kata Danurejo IV. “Justru karena keadaan seperti ini belum pernah
terjadi, kita tidak punya perangkat aturan baru yang bisa kita pakai sebagai
pegangan. Berhubung tidak adanya aturan itu, maka Inggris, dalam hal ini Tuan
Raffles, menunjuk saya untuk membuat aturan baru. Aturan itu sudah dilaksanakan.
Bahwa Ibnu Jarot akan segera dinobatkan menjadi Sultan Hamengku Buwono IV.
Dan, berhubung dia masih mentah, maka saya sebagai pengemban perintah Raffles,
lantas mengangkat orang-orang yang menurut pendapat saya bisa dipercaya, yaitu
Raden Tumenggung Pringgodiningrat, Raden Tumenggung Ronodiningrat, dan
Raden Tumenggung Mertodiningrat.”(Hlm.181)
(49) Orang-orang merasa heran, kenapa Danurejo IV yang dulu bupati Jipang dengan
nama Raden Tumenggung Sumodipuro itu, sekarang menjadi memuakkan begini.
Dalam bicara, baik tidak resmi maupun resmi Danurejo IV selalu hendak menguasai
orang lain, anggapannya seakan semua orang adalah figuran dan dia pemegang rol
utama. Apabila dia tersudut di dalam rapat, dia menameng dirinya dengan
meminjam nama Raffles:
“Bukan gagasan saya berkata begitu. Saya meneruskan wawasan
Raffles”.(Hlm.182)
kendali penuh dalam proses pergantian raja dari Sultan Hamengku Buwono III
kepada Sultan Hamengku Buwono IV. Ia juga berusaha untuk menguasai masalah
pengangkatan perwalian Sultan Hamengku Buwono IV. Dalam hal ini, Danurejo
129
Raffles.
(50) “Yang perlu segera ditindaklanjuti oleh Sultan Hamengku Buwono IV dalam rangka
mengisi kas negara, adalah memberikan hak penyewaan tanah tanpa syarat kepada
orang-orang Cina.”(Hlm.183)
(51) Padahal, satu-satunya tujuan Danurejo IV di sini, di luar permainannya yang lain,
adalah mengharapkan keuntungan dari urusan pertanahan yang menjadi bisnis
orang-orang Cina dan orang-orang Belanda. Dari bisnis mereka itu, dia mendapat
komisi yang membuatnya makin gemuk. (Hlm 198)
IV sebagai wali Sultan Hamengku Buwono IV. Raffles memecat Danurejo IV dari
130
istimewa antara Paku Alam I dengan Inggris. Hal ini dapat terlihat dalam kontrak
politik antara Inggris dengan Paku Alam tahun 1813 pada kutipan berikut.
(52) “Gubernemen Inggris sepenuhnya yakin akan kesetiaan dan jasa-jasa Pangeran
Paku Alam, maka Gubernemen Inggris akan memberi perlindungan langsung
kepada Sri Paku Alam dan keluarganya”.(Hlm.205)
melakukan intrik politik untuk menguasai keraton Yogyakarta. Kutipan (48) dan
pengangkatan dirinya sebagai wali Sultan Hamengku Buwono IV. Raffles yang
lain, Raffles memang tidak pernah menunjuk Danurejo IV untuk mengatur proses
perwalian Sultan Hamengku Buwono IV. Hal ini berlainan dengan pernyataan
Raffles. Dengan begitu, Danurejo IV telah melakukan intrik politik dengan cara
Buwono IV.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
131
Politiknya
sebagai wali yang mengendalikan Sultan Hamengku Buwono IV pun hilang. (Hlm
189)
(54) Pangeran Mangkubumi ragu menjawab itu, tapi dia tertodong untuk berpihak pada
frustasi Danurejo IV. Maka kata satu-satunya yang terlisankan di mulutnya adalah,
“Ya.”
(55) “Sampeyan Benar sekali berpikir begitu”, kata Danurejo IV, bermuka ular.
“Harusnya kan yang duduk dalam perwalian Jarot adalah sampeyan dengan kakak-
kakak Jarot secara langsung yang punya hubungan darah. Nah, satu-satunya bupati
dari luar, yang tepat, karena menguasai permasalahannya, ya, tentu saja saya.” (Hlm
196)
Paku Alam I sebagai wali Sultan Hamengku Buwono IV salah. Kutipan (55)
132
Buwono IV bersama dengan dia sendiri sebagai orang-orang yang paling tepat
Danurejo IV pada kutipan (55) membuat kedudukan Paku Alam I sebagai Wali
Pada masa jabatannya sebagai wali Sultan, Danurejo IV sengaja tidak melibatkan
Alam I dengan tujuan merebut kembali jabatannya sebagai wali Sultan Hamengku
Buwono IV.
Pada tanggal 27 Januari 1820, Notokusumo selaku Paku Alam I mundur dari
jabatannya sebagai wali Sultan Hamengku Buwono IV. Ia menyatakan tidak mau
(56) “Saya tidak ingin terjadi prasangka buruk dari sesama saudara yang makin meluas.”
(Hlm. 254)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
133
Kutipan (56) adalah pernyataan Paku Alam kepada Nahuys sebagai residen
menemui Paku Alam I untuk menanyakan alasannya mundur dari jabatan wali
Sultan Hamengku Buwono IV. Kutipan (56) memperlihatkan bahwa Paku Alam I
berkaitan dengan posisinya sebagai wali Sultan Hamengku Buwono IV. Hal itulah
keraton Yogyakarta. Kutipan (53) dan (55) menunjukkan usaha hasutan Danurejo
IV tersebut. Hasil hasutannya adalah mundurnya Paku Alam I sebagai wali Sultan
Hamengku Buwono IV dengan alasan seperti pada kutipan (56). Dengan kata lain,
hasutan kepada kalangan keraton. Tujuan dari intrik politik Danurejo IV tersebut
adalah agar ia bisa menduduki jabatannya sebagai wali Sultan Hamengku Buwono
IV kembali.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
134
Buwono IV
ketika Belanda sudah mengambil alih kekuasaan Nusantara dari Inggris. Posisi
Raffles telah digantikan oleh Gubernur Jendral Belanda yaitu Van Der Capellen.
Posisi residen Yogyakarta diduduki oleh Nahuys. Nahuys adalah tokoh yang
memiliki ambisi besar untuk diperhatikan oleh Van Der Capellen. Sementara itu,
Nahuys sebagai residen yang ambisius dipecat oleh Van Der Capellen dari
membuat Nahuys merasa ingin membuktikan kepada Van Der Capellen bahwa ia
(57) “ Saya akan menjadi malaikat maut bagi Sri Sultan.”(Hlm. 266)
(58) “Orang yang pandai harus mampu membuktikan hasil pekerjaan sulit yang
kepalang disanggupinya untuk dilaksanakannya”, kata Nahuys. “Saya akan
buktikan itu kepada Anda.”(Hlm. 267)
135
(59) “Ya, ya. Kita ingin Sultan Hamengku Buwono II kembali ke takhtanya di
Yogyakarta. Tidak ada satu pun Sultan, antara yang Sultan Hamengku Buwono III
dan Hamengku Buwono IV, terlebih-lebih Hamengku Buwono I, yang bisa kita
andalkan kecuali Hamengku Buwono II. Anda mengerti?”
III sebelumnya. Melalui saran Van Rijnst, Nahuys akhirnya melibatkan Danurejo
Hamengku Buwono IV dengan menggunakan racun ramuan Cina. Hal ini terlihat
(60) “Hubungi dulu Secodiningrat. Saya ingin yakin, bahwa ada ramuan Cina yang bisa
membuat orang mati tidak mendadak, tapi pasti mati pada satu atau dua jam setelah
meminumnya.” (Hlm.268)
(61) “Bagus. Ingat baik-baik rahasia ini. Sasarannya adalah orang yang Tuan kenal betul
sebagai Dewan Perwaliannya.” (Hlm. 269)
Kutipan (60) dan (61) adalah diaolog antara Nahuys dengan Danurejo IV.
Secodiningrat untuk membunuh target pada kutipan (61). Kutipan (61) adalah
perintah Nahuys kepada Danurejo IV. Hal ini menunjukkan bahwa sasaran
Danurejo IV bahwa “Sasarannya adalah orang yang Tuan kenal betul sebagai
Dewan Perwaliannya”.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
136
(62) Sebelum kelapa muda dibawa kepada Sultan Hamengku Buwono IV untuk diminum
airnya, diam-diam Danurejo IV menaruh racun buatan Secodiningrat itu ke
dalamnya. (Hlm. 273)
Desember 1822. Tidak ada seorang pun yang berprasangka akan kematian Sultan
memiliki firasat jika kematian adiknya tersebut karena diracun. Hal ini terlihat
(63) “Beliau pasti diracun”, kata Pangeran Diponegoro kepada kedua orang pamannya
yang datang ke Tegalrejo menyampaikan peri kematian itu. (Hlm 262)
(64) “Indraku yang lain melihat itu”, jawab Pangeran Diponegoro.(Hlm.263)
Pangeran Mangkubumi dan Pangeran Bei. Secara singkat dari mulut ke mulut,
Di Pecinan, kabar itu menjadi masalah bagi Tan Jin Sing. Ia khawatir
Tan Jin Sing karena ia terlibat dalam pembunuhan tersebut. Tan Jin Sing
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
137
Buwono IV tidak terbongkar. Hal ini juga menjadi tanggung jawab Danurejo IV
untuk melindungi Belanda, dirinya, dan Tan Jin Sing dari kabar tentang kematian
(65) “Itu cuma hasutan si anak selir Pangeran Dipegoro”, kata Danurejo IV. “Mestinya,
kalau benar Sultan seda diracun, yang meracun ya Pangeran Diponegoro, sebab dia
cemburu pada adiknya itu.”(Hlm. 275)
(66) “Ya, tentu saja dia cemburu pada adiknya. Dia kan kepingin menjadi Sultan, tapi
tidak kesampaian.”(Hlm.275)
Kutipan (65) dan (66) adalah hasutan Danurejo IV yang ditujukan kepada
masyarakat keturunan Tionghoa di Pecinan. Pada kutipan (65) dan (66) Danurejo
rencana pembunuhan terhadap Sultan Hamengku Buwono IV. Hal ini karena
Danurejo IV sudah terbukti menjadi kaki tangan yang sempurna bagi Muntinghe
Danurejo IV membuat Belanda tidak perlu lagi khawatir akan bocornya rahasia
misi pembunuhan tersebut. Terbukti pada kutipan (65) dan (66) Danurejo IV
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
138
mampu berkelit dari kabar tentang kematian Sultan Hamengku Buwono IV karena
Hamengku Buwono II kembali menjadi raja Yogyakarta. Kutipan (65) dan (66)
Sultan Hamengku Buwono IV. Dengan demikian, masyarakat tidak akan sedikit
pun mencurigai Belanda sebagai pihak yang berada di balik kematian Sultan
Lawan Politiknya
139
Danurejo IV. Alasannya adalah Sultan Menol masih berusia tiga tahun. Dengan
begitu Belanda bisa melakukan apa saja terhadap keraton Yogyakarta dengan
catatan Danurejo IV duduk dalam dewan perwalian Sultan Menol. Di sisi lain,
dewan perwalian atas Sultan Hamengku Buwono V. Hal ini membawa alur cerita
berikut.
(68) “Ah, itu menghina harkat saya. Itu berarti kita sengaja menggadaikan kepala kita
kepada antek Belanda. kalau Sampeyan merasa itu benar, silakan saja. Tapi saya
menolak, saya tidak bersedia dibikin jadi antek Belanda.”(Hlm. 312)
140
Dewan Cina yang diketuai Tan Jin Sing. Danurejo IV menghasut para anggota
Dewan Cina untuk memusuhi Pangeran Diponegoro. hal ini terlihat dalam kutipan
berikut.
(69) “Anak selir Sultan Raja dari Tegalrejo ini bisa berbahaya bagi hak hidup kalian di
sini, “Kata Danurejo IV melancarkan asutannya kepada orang-orang Cina itu. “Dia
keras dan fanatik. Bisa-bisa dia memakai cara Kertanegara atau Wikramardhana
atau Valckeneir untuk menghembuskan anti Cina kepada rakyat. Itu artinya
kehidupan kalian semua terancam. Oleh karena itu, Saya kira cara yang paling tepat
adalah menghalau dia.”(Hlm. 320)
bangsa Cina di Nusantara untuk menghasut para anggota dewan Cina. Dengan
Dalam peristiwa tersebut, muncul tokoh bernama Ket Wan. Ket Wan
adalah orang Mancu yang mudah emosi. Danurejo IV berhasil menghasut Ket
kutipan berikut.
(70) Kata Danurejo IV kepada Ket Wan, “Saya kira, hanya Ket Wan yang sanggup
memberi pelajaran kepada putra Sultan Raja dari Tegalrejo itu. Kenapa? Selain
bahwa dia memang berbahaya , dia juga meremehkan weiwang (wibawa) kekuasaan
Mancu terhadap Cina.”(Hlm. 323)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
141
(71) “Bagus. Saya akan atur. Saya akan bikin pertandingan itu sebagai pertandingan
bebas, menumbuk dada, sampai mati, seperti cerita Pangeran Mangkubumi sebelum
menjadi Sultan Hamengku Buwono I dalam pertandingannya melawan Mayor De
Clerq.(Hlm. 323)
mati terbunuh dalam pertandingan tersebut. Sementara itu, Ket Wan yakin akan
dewan perwalian Sultan Hamengku Buwono V. Hal ini terlihat dalam kutipan
berikut.
(72) “Begini, saudara sedarah, saya atas nama orang-orang Cina di Yogyakarta ini, telah
mempersiapkan sebuah acara pertandingan ketangkasan dalam rangka merayakan
hari penghormatan kepada Jing Cui Co Su (dewa yang melindungi para perantau)
yang selama ini hanya dirayakan orang-orang Cina di Semarang. Padahal orang-
orang Cina, sebagai perantau semestinya menghormati Jing Cui Co Su (Hlm. 342)
adu lembing antara Ket Wan dengan Pangeran Diponegoro. Acara tersebut
Pangeran Diponegoro.
Diponegoro melawan Ket Wan di Alun-alun. Dalam peristiwa tersebut, justru Ket
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
142
kutipan berikut.
Pada kutipan (69) dan (70) Danurejo IV mengatakan kepada para anggota
dewan Cina bahwa Pangeran Diponegoro berbahaya bagi etnis Tionghoa dan
pantas untuk dibunuh. Pada kutipan (73) Pangeran Diponegoro mengatakan Cina
intrik politik membohongi para anggota dewan Cina dan anggota dewan
143
Pada saat itu, jabatan residen Belanda untuk Yogyakarta diduduki oleh
(74) Tiba-tiba konsentrasi Smissaert sekarang adalah tugas yang diperintahkan oleh
Gubernur Jendral Van Der Capellen, untuk menagih utang dan tunggakan sewa-
menyewa tanah terhadap orang-orang Cina yang harus dibayar pihak keraton
kepada pihak pemerintah Belanda. (Hlm. 395)
(75) Kini, di mejanya, Smissaert berkata kepada semua pejabat keraton yang hadir di
situ, “Tagihan yang harus dibayar oleh Sri Sultan kepada pihak kami, jumlahnya
40.000 real uang Spanyol. (Hlm. 396)
pejabat keraton yang tidak datang. Situasi yang demikian dimanfaatkan Danurejo
(76) Tuan harus tahu, Pangeran Diponegoro tidak mau datang ke sini untuk pertemuan
tadi itu, sebab dia tidak mau jalur keuangan Tegalrejo kalong (berkurang) untuk
pembayaran utang kraton. (Hlm 398)
(77) Danurejo IV mengeraskan bisik-bisiknya. “Tuan harus tahu rahasia ini. Bahwa
sebetulnya Pangeran Diponegoro itu dengki pada Menol yang sekarang sudah
menjadi Sultan Hamengku Buwono V. Dia berambisi menjadi Sultan. Dulu waktu
Sultan Hamengku Buwono IV dia iri pada adiknya itu, maka dia merekayasa
kematian Jarot melalui Tumenggung Martonegoro.Nah, dia kira, setelah Jarot
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
144
Pangeran Diponegoro tidak datang pada rapat karena tidak mau keuangan di
Hamengku Buwono IV. Hal tersebut yang menjadi dasar hasutan Danurejo IV
harus disingkirkan.
merasa tidak bisa bekerja sama lagi dengan Danurejo IV. Pernyataan mundur
(78) Ketika undangan dikirim kepadanya, maka jawab Pangeran Diponegoro tegas,
“Saya tidak merasa berkepentingan di sana. Saya sudah melepas diri dari tanggung
jawab sebagai dewan perwalian Sultan Hamengku Buwono V.”(Hlm. 395)
145
(79) “Kalau begitu adakan pesta, “kata Smissaert. “Undang semua pangeran dari pihak
kesultanan dan pakualaman. Kasih minum, mabuk, lantas tangkap.”(Hlm. 406)
seperti pada kutipan (76) dan (77) dengan tujuan menyingkirkan lawan politiknya
Intrik politik yang kedua adalah usaha menangkap Pangeran Diponegoro dengan
146
4.4 Relevansi Fakta Sejarah dengan Intrik Politik dalam Novel Pangeran
teks sejarah tentang situasi politik di Yogyakarta tahun 1811-1825 pada bab III.
Pada bab IV, penulis telah memaparkan intrik politik yang terjadi dalam novel
relevansi antara fakta sejarah yang penulis paparkan pada bab III dengan intrik
Menuju Sosok Khalifah sejalan dengan pemaparan teks sejarah pada bab III.
teks sejarah pada Bab III juga menunjukkan Pangeran Diponegoro bermusuhan
IV.
Pada bab III, terlihat adanya perselisihan antara Paku Alam I dengan
147
sebagai raja Yogyakarta melalui bantuan Inggris. Situasi tersebut sejalan dengan
Alam I. Sultan Hamengku Buwono III pernah berniat untuk membunuh Paku
berdasarkan atas umur putra mahkota yang baru berumur tiga belas tahun.
Kematian Sultan Hamengku Buwono III juga terjadi saat keuangan keraton mulai
stabil. Pada saat itu, Danurejo IV, Tan Jin Sing, dan Paku Alam I telah menduduki
Tan Jin Sing dalam peristiwa pembunuhan Sultan Hamengku Buwono III.
Menuju Sosok Khalifah juga terlihat pada masa-masa perwalian Sultan Hamengku
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
148
Buwono IV. Pada Bab III, Danurejo IV dengan ketiga tumenggungnya yaitu
Buwono IV. Namun, posisi mereka segera digantikan Paku Alam I oleh Raffles.
Nusantara, Paku Alam I mundur dan Danurejo IV kembali mengambil alih jabatan
wali Sultan Hamengku Buwono IV. Perubahan kedudukan politik pada peristiwa
dan Tan Jin Sing. Hal ini menunjukkan relevansinya dengan teks sejarah pada bab
III. Beberapa sejarawan seperti Peter Carey dan Sagimun memaparkan bahwa
Pemaparan teks sejarah pada bab III menunjukkan hubungan yang tidak
baik antara etnis Tionghoa dengan masyarakat Jawa sejak bantuan Tan Jin Sing
pengangkatan Tan Jin Sing sebagai kapitan Cina pada masa pemerintahan
149
hubungan antara masyarakat Jawa dengan etnis Tionghoa. Hal ini yang
orang-orang Cina.
Di dalam teks sejarah, aliran politik liberal yang dianut sejak masa
tanah di daerah kerajaan Mataram Yogyakarta dikuasai oleh para pemilik modal
tersebut semakin marak pada saat pemerintahan Sultan Hamengku Buwono IV.
Belanda. Akibat dari kebijakan Van Der Capellen, orang-orang Cina dan Eropa
merasa dirugikan karena tanah yang mereka sewa dari Keraton diberhentikan.
Oleh karena itu, mereka menuntut ganti rugi uang terhadap keraton yang
Pangeran Diponegoro. Situasi ini terjadi pada saat masa perwalian Sultan
Hamengku Buwono V dimana Pangeran Diponegoro menjadi salah satu dari wali
tersebut.
intrik politik dalam Pangeran Diponegoro: Menuju Sosok Khalifah. Van Der
Capellen menuntut utang sebanyak 40.000 real Spanyol kepada para pejabat
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
150
Secara garis besar, pemaparan teks sejarah pada bab III telah menunjukkan
Menuju Sosok Khalifah pada bab IV. Sebagai pengarang, Remy Sylado mengolah
situasi politik dalam teks sejarah menjadi intrik politik dalam novel Pangeran
Diponegoro: Menuju Sosok Khalifah. Hal ini dapat dilihat dari tabel berikut.
1 Intrik politik Danurejo Danurejo IV diangkat oleh Inggris Remy Sylado mengolah gambaran
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
151
152
153
154
155
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
bahwa novel Pangeran Diponegoro: Menuju Sosok Khalifah karya Remy Sylado
perang Jawa. Intrik Politik dilakukan sebagian besar oleh Danurejo IV dan
historis, maka penulis terlebih dahulu melakukan analisis struktural atau analisis
unsur intrinsik. Penulis memfokuskan analisis strukturnya hanya pada analisis alur
yang ada dalam novel Pangeran Diponegoro: Menuju Sosok Khalifah, karena alur
ceritalah yang sangat potensial menggambarkan intrik politik yang terjadi dalam
novel ini.
yang terjadi dalam tahapan alur tidak seluruhnya berjalan lurus, progresif.
Terdapat peristiwa flash back pada subbab nomor lima puluh. Flash back
Buwono IV dan peristiwa kematiannya. Konflik utama dalam novel ini adalah
Belanda.
155
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
156
Perang Jawa pada bab III menjadi salah satu pemicu penting terjadinya Perang
Yogyakarta terus meningkat. Hal ini diperparah dengan kenyataan bahwa Keraton
yang masih berumur tiga belas tahun dan Sultan Hamengku Buwono V yang
masih berumur tiga tahun. Situasi demikian membuat Keraton Yogyakarta hanya
menjadi boneka bagi pemerintah kolonial melalui Paku Alam I dan Danurejo IV,
bahkan kepentingan golongan Cina melaui Tan Jin Sing. Di sisi lain, baik Paku
Alam I, Tan Jin Sing, maupun Danurejo IV memiliki kepentingan lain untuk
politik yang terjadi dalam novel Pangeran Diponegoro: Menuju Sosok Khalifah.
Intrik politik digerakkan oleh tokoh Danurejo IV, Belanda, dan Sultan Hamengku
Buwono I. Intrik politik yang dilakukan oleh Danurejo IV antara lain usahanya
jabatan perwalian atas Sultan Hamengku Buwono IV, dan usaha menyingkirkan
Paku Alam I dan Pangeran Diponegoro sebagai lawan politiknya. Intrik politik
yang dilakukan Belanda antara lain intrik politik orang-orang Belanda dalam
peristiwa kematian Sultan Hamengku Buwono III dan Sultan Hamengku Buwono
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
157
IV. Intrik politik yang dilakukan Sultan Hamengku Buwono III adalah usaha
Menuju Sosok Khalifah pada bab IV dengan fakta sejarah pada bab III. Sebagai
karyanya. Hal ini karena situasi politik pada teks sejarah berhubungan dengan
mengacaukan situasi politik di Yogyakarta pada masa sebelum perang Jawa. Hal
5.2 Saran
banyak permasalahan yang dapat digunakan untuk penelitian. Novel ini dapat
158
159
DAFTAR PUSTAKA
Carey, Peter . 2012. Kuasa Ramalan : Pangeran Diponegoro dan Akhir Tatanan
Lama di Jawa, 1785-1855. Jilid II. Jakarta: Kepustakaan Populer
Gramedia bekerja sama dengan KITLV.
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. 2008. Jakarta: Balai Pustaka.
Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.
Yogyakarta: Pustaka Jaya.
Sardjono, Maria. A. 1992. Paham Jawa: Menguak Falsafah Hidup Manusia Jawa
Lewat Karya Fiksi Mutakhir Indonesia. Jakarta: Sinar Harapan.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta
Wacana University Press.
159
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
160
BIODATA PENULIS
ke Sekolah Menengah Atas Kristen 1 Surakarta pada tahun 2003-2006. Pendidikan terakhir yang
ditempuh penulis pada tahun 2007 hingga sekarang di Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra,