TEKNIK PRODUKSI
100
Secara teoritis persamaan pertama dapat didekati oleh persamaan radial dari
darcy untuk fluida homogen, incompressible dan horizontal. Dengan demikian
untuk aliran minyak saja berlaku hubungan :
7.082 x 10-3 x k x h
PI ...................................................................................(1.2)
Bo x o x ln (re/rw)
Dimana :
PI = productivity index, bbl/hari/psi
k = permeabilitas batuan, mD
o = viscositas minyak, cp
Bo = faktor volume formasi minyak, bbl/STB
re = jari-jari pengurasan sumur, ft
rw = jari-jari sumur, ft
Pada beberapa sumur harga productivity index akan tetap konstan untuk laju
aliran yang bervariasi, tetapi pada sumur lainnya untuk laju aliran yang lebih besar
productivity index tidak lagi linier tetapi justru menurun, hal tersebut disebabkan
karena timbulnya aliran turbulensi sebagai akibat bertambahnya laju produksi,
berkurangnya permeabilitas terhadap minyak oleh karena terbentuknya gas bebas
sebagi akibat turunnya tekanan pada lubang bor, kemudian dengan turunnya
tekanan di bawah tekanan jenuh maka viskositas akan bertambah (sebagai akibat
terbebasnya gas dari larutan).
Dalam praktek di lapangan laju produksi minyak yang melewati batas
maksimum akan merugikan reservoir dikemudian hari, karena akan mengakibatkan
terjadinya water atau gas coning dan kerusakan formasi (formation demage).
Berdasarkan pengalamannya, Kermitz E Brown (1967) telah mencoba memberikan
batasan terhadap besarnya produktivitas sumur, yaitu sebagai berikut:
i. PI rendah jika besarnya kurang dari 0,5.
ii. PI sedang jika besarnya berkisar antara 0,5 sampai 1,5.
iii. PI tinggi jika lebih dar 1,5.
101
Inflow Performance Relationship (IPR) adalah suatu studi tentang
performance aliran fluida dari reservoir menuju lubang bor (sumur), dimana
performance ini akan tergantung kepada PI secara grafis.
Kurva IPR dapat berupa linier atau tidak tergantung pada jumlah fluida yang
mengalir. Untuk fulida satu fasa akan membentuk kurva yang linier dan untuk
fluida dua fasa kurva yang terbentuk akan lengkung (tidak linier), dan harga PI
berubah secara kontinyu untuk setiap harga Pwf. Perhitungan kinerja aliran fluida
dari formasi ke lubang sumur dapat dikelompokkan berdasarkan kriteria sebagai
berikut :
Pada kondisi ini kurva IPR terdiri dari dua bagian yaitu Pwf > Pb yang
membentuk kurva linier dan Pwf < Pb yang membentuk kurva tidak linier.
Pada bagian kurva yang linier, maka persamaan yang digunakan yaitu :
102
𝑞𝑜 = 𝐽 (𝑃𝑠 − 𝑃𝑤𝑓) ..................................................................................(1.5)
Pada bagian kurva yang tidak linier (Pwf < Pb), maka persamaan yang
digunakan yaitu, :
𝑃𝑤𝑓 𝑃𝑤𝑓 2
𝑞𝑜 = 𝑞𝑏 (𝑄𝑜𝑚𝑎𝑥 −𝑄𝑏 ) (1 − 0.2 ( ) 0.8 (( ) )).............................(1.6)
𝑃𝑟 𝑃𝑟
Dimana,
qb = laju alir oil pada tekanan saturasi
Pb = tekanan saturasi
Qb = J (Pb/1.8)
J = Index Productivity
𝑞𝑜 𝑃𝑤𝑓 𝑃𝑤𝑓 2
= (1 − 0.72 ( ) 0.28 (( ) )).............................................(1.8)
𝑞𝑤𝑚𝑎𝑥 𝑃𝑟 𝑃𝑟
103
diibaratakan sebagai campuran yang homogeneus, atau liquid mungkin berbentuk
slug dengan gas yang mendorongnya dari belakang. Masalah aliran multifasa dapat
dibedakan menjadi 4 kategori, yaitu :
a. Vertikal Multiphase Flow.
b. Horizontal Multiphase Flow.
c. Inclined Multiphase Flow.
d. Directional Multiphase Flow.
Dalam perhitungan kehilangan tekanan aliran fluida dalam pipa vertikal dapat
dihitung dengan korelasi Hagedorn dan Brown. Sedangkan perhitungan kehilangan
tekanan aliran fluida dalam pipa horizontal dapat dihitung dengan korelasi Beggs
& Brill.
104
Gambar 3.1. Sistem Kehilangan Tekanan di Dalam Sumur Secara Lengkap
(Brown, Kermit E., 1977).
105
tubing dipermukaan dengan komponen jepitan, apabila jepitan dipasang di
kepala sumur.
2. Problem Coning
Terproduksinya air atau gas yang berlebihan tidak hanya menurunkan
produksi minyak, tetapi juga dapat mengakibatkan sumur ditutup atau
ditinggalkan sebelum waktunya. Selain itu terproduksinya air atau gas yang
berlebihan akan menyebabkan proses pengolahan selanjutnya menjadi lebih
sulit. Terproduksinya air atau gas berlebihan dapat disebabkan karena:
i. Pergerakan air atau posisi batas air–minyak telah mencapai lubang perforasi.
ii. Pergerakan gas atau batas gas–minyak telah mencapai lubang perforasi.
iii. Terjadinya water fingering atau gas fingering
B. Menurunnya Laju Produksi
106
1. Problem Emulsi
Emulsi adalah campuran dua jenis cairan yang tidak dapat campur. Dalam
emulsi salah satu cairan dihamburkan dalam cairan lain berupa butiran -
butiran yang sangat kecil. Berdasarkan fasanya maka emulsi dibagi menjadi
dua yaitu :
a. Air dalam emulsi minyak (water in oil emulsion) jika minyak sebagai fasa
eksternal dan air menjadi fasa internal.
b. Minyak dalam emulsi air (oil in water emulsion) jika sebaliknya.
2. Problem Scale
Endapan scale adalah endapan mineral yang terbentuk pada bidang
permukaan yang bersentuhan dengan air formasi sewaktu minyak
diproduksikan ke permukaan. Timbulnya endapan scale tergantung dari
komposisi air yang diproduksikan. Sebab - sebab terjadinya endapan scale
antara lain :
a. Air Tak Kompatibel
Air tak kompatibel adalah bercampurnya dua jenis air yang tak dapat campur
akibat adanya kandungan dan sifat kimia ion - ion air formasi yang berbeda.
Jika dua macam air ini bercampur maka terjadi ion - ion yang berlainan sifat
dan membentuk kristal dan endapan baru.
b. Penurunan Tekanan
Adanya penurunan tekanan ini, maka gas CO2 jadi terlepas dari ion - ion
bikarbonat dan menyebabkan berubahnya kelarutan ion yang terkandung
dalam air formasi sehingga mempercepat terjadinya endapan scale.
c. Perubahan Temperatur
Sejalan dengan berubahnya temperatur (ada kenaikkan temperatur) terjadi
penguapan, sehingga terjadi perubahan kelarutan ion yang menyebabkan
terbentuknya endapan scale. Perubahan temperatur ini disebabkan oleh
penurunan tekanan.
107
Agitasi menyebabkan terjadinya turbulensi aliran, sehingga endapan scale
lebih cepat terbentuk. Semakin lama waktu kontak semakin besar pula
endapan scale yang terbentuk. Semakin besar pH larutan mempercepat
terbentuknya endapan scale.
3. Problem Korosi
Problem korosi timbul akibat adanya air yang berasosiasi dengan minyak dan
gas pada saat diproduksikan ke permukaan. Air bersifat asam atau garam, atau
keduanya dan kecenderungan mengkorosi logam yang disentuhnya.
4. Problem parafin
Penyebab utama terbentuknya endapan parafin dan aspal adalah penurunan
tekanan karena kelarutan lilin dalam minyak mentah menurun saat
menurunnya temperatur. Adanya gerakan ekspansi gas pada lubang perforasi
dan di dasar sumur dapat menyebabkan terjadinya pendinginan atau
penurunan temperatur sampai di bawah titik cair parafin, sehingga timbul
parafin dan aspal. Terlepasnya gas dan hidrokarbon ringan dari minyak
mentah bisa menyebabkan penurunnan kelarutan lilin, sehingga terbentuk
endapan parafin dan aspal.
108
3.5.1.1.Peralatan Sembur Alam
Pada dasarnya Peralatan dari sembur alam dapat dibagi menjadi dua
komponen besar, yaitu peralatan di atas permukaan dan di bawah permukaan.
2. Christmas Tree
Adalah kumpulan dari valve, fitting, choke dan manometer pengukur tekanan
sumur yang dipasang di atas tubing head yang dapat menahan tekanan tinggi
dari sumur dan menahan reaksi dari air formasi yang bersifat korosif yang
mengalir bersama - sama dengan minyak atau dapat menahan pengikisan
pasir yang terbawa ke permukaan. Pada dasarnya, Christmas Tree terdiri dari
komponen-komponen peralatan utama, yaitu :
a) Manometer Pengukur Tekanan
Adalah peralatan yang digunakan untuk mengukur besarnya tekanan pada
casing (Pc) dan tekanan pada tubing (Pt).
109
Choke atau bean ini berfungsi untuk menahan sebagian aliran dari sumur,
sehingga produksi minyak dan gas pada sumur dapat diatur sesuai yang
diinginkan atau diharapkan. Dalam prakteknya dikenal dua jenis choke, yaitu :
i. Positive choke, Besar perbedaan tekanan aliran fluida sebelum dan sesudah
melewati choke pada dasarnya tergantung dari diameter choke yang
digunakan.
ii. Adjustable choke, diameternya dapat disetel sesuai dengan kebutuhan,
dengan jalan memutar handwheel yang terdapat di atasnya, tanpa harus
melepas untuk menggantinya.
110
tepat di depan formasi produktif yang untuk menahan semburan aliran fluida
formasi.
g. Flow Coupling
Alat ini memiliki bentuk sama dengan blast joint, pemasangnnya terletak di
atas dan di bawah nipple dan berfungsi untuk menahan turbulensi fluida
akibat adanya kontrol aliran yang dipasang pada nipple.
3.5.2.1.Gas Lift
Gas lift adalah suatu usaha pengangkatan fluida sumur dengan cara
menginjeksikan gas bertekanan tinggi. Sebagai media pengangkat ke dalam kolom
fluida melalui valve - valve yang dipasang pada tubing dengan kedalaman dan spasi
tertentu. Syarat - syarat suatu sumur yang harus dipenuhi agar dapat diterapkan
metoda gas lift antara lain :
i. Tersedianya gas yang memadai untuk injeksi, baik dari reservoir itu sendiri
maupun dari tempat lain.
ii. Fluid level masih tinggi.
Gas lift didefinisikan sebagai suatu proses atau metode untuk membantu
memproduksikan fluida dari lubang sumur dengan cara menginjeksikan gas yang
bertekanan tinggi ke dalam kolom fluidanya.
Pengangkatan fluida dengan cara gas lift didasarkan pada pengurangan
gradien tekanan fluida di dalam tubing, pengembangan dari gas yang diinjeksikan
serta pendorongan fluida oleh gas injeksi yang bertekanan tinggi. Ketiga faktor
dapat bekerja sendiri - sendiri atau merupakan kombinasi dari ketiganya.
111
Fluida yang berada di dalam annulus antara tubing dan casing ditekan dengan
gas injeksi, sehingga permukaan fluidanya akan turun di bawah valve, selanjutnya
valve ini (valve paling atas) akan membuka, sehingga gas injeksi akan masuk ke
dalam tubing. Dengan bercampurnya gas injeksi dengan fluida reservoir, maka
densitas minyak akan turun dan mengakibatkan gradien tekanan minyak berkurang
sehingga akan mempermudah fluida reservoir mengalir ke permukaan. Ada dua
cara pengangkatan buatan dengan metode gas lift, yaitu :
a. Continuous gas lift, yaitu gas diinjeksikan secara terus menerus ke dalam
annulus melalui valve yang dipasang pada tubing, maka gas akan masuk ke
dalam tubing. Metode ini digunakan pada sumur yang mempunyai
Productivity Index (PI) tinggi dan tekanan statis dasar sumur (Ps) tinggi,
relative terhadap kedalaman sumur, dimana PI tinggi besarnya adalah > 0.5
B/D/psi dan Ps tinggi artinya dapat mengangkat kolom cairan minimum 70%
dari kedalaman sumur. Pada tipe sumur ini, laju produksi berkisar antara 200
– 20000 B/D, melalui ukuran tubing yang normal.
b. Intermittent gas lift, yaitu gas diinjeksikan secara terputus - putus pada selang
waktu tertentu. Intermittent flow gas lift digunakan pada sumur - sumur
dengan volume fluida rendah atau sumur - sumur yang mempunyai
Productivity Index (PI) rendah dan Ps rendah, dimana PI rendah mampunyai
besar < 0.5 B/D/psi dan Ps rendah artinya kolom cairan yang terangkat kurang
dari 70%.
Pada dasarnya Peralatan dari gas lift dapat dibagi menjadi dua komponen
besar, yaitu peralatan di atas permukaan dan di bawah permukaan.
112
1. Well Head
alat ini berfungsi untuk menggantungkan tubing atau casing disamping itu
well head merupakan tempat dudukan x-mass tree.
2. X-mass Tree
Gas diinjeksikan ke dalam annulus sesudah melalui motor yang berfungsi
mengatur jumlah gas yang masuk ke dalam sumur dan tekanan gas injeksi
dijaga agar konstan.
3. Stasiun Kompressor
Alat ini berfungsi untuk menaikan tekanan gas injeksi sesuai dengan
keperluan yang dihubungkan dengan manifold. Dari stasiun kompressor ini,
gas bertekanan tinggi dikirim ke sumur - sumur gas lift melalui stasiun
distribusi.
113
Gambar 3.3. Gas Kompressor.
4. Stasiun Distribusi
Dalam menyalurkan gas injeksi dari kompressor ke sumur terdapat beberapa
cara, antara lain :
a. Sistem Distribusi Langsung
Di dalam stasiun ini terdapat system manifold yang menuju ke sumur-
sumur secara langsung.
b. Sistem Distribusi dengan Pipa Induk
System ini lebih ekonomis karena panjang pipa dapat diperkecil, tetapi
adanya hubungan langsung antara satu sumur dengan sumur lainnya,
jika salah satu sumur sedang diinjeksikan gas maka sumur lain sumur
lain bisa terpengaruh.
c. Sistem Distribusi dengan Stasiun Distribusi
System ini sangat rasional dan banyak dipakai, gas dibawa dari pusat
kompressor ke stasiun distribusi kemudian dibagi ke sumur - sumur
dengan menggunakan pipa.
5. Peralatan Kontrol
Peralatan kontrol yang digunakan dalam operasi gas lift adalah :
114
a. Choke Control dan Regulator
Choke control adalah alat yang berfungsi untuk mengatur jumlah gas
yang diinjeksikan, sehingga dalam waktu tertentu (saat valve terbuka)
gas tersebut dapat mancapai suatu harga tekanan yang dibutuhkan.
Choke control ini dilengkapi pula dengan regulator yang berfungsi
untuk membatasi gas injeksi yang dibutuhkan.
b. Time Cycle Control
Alat ini berfungsi untuk mengontrol aliran gas injeksi dalam
intermittent gas lift untuk interval waktu tertentu. Time cycle control
dapat diatur sesuai dengan yang diinginkan.
Industri gas lift telah mengkategorikan katup gas lift tergantung pada mana
yang paling sensitif berpengaruh terhadap proses membuka katup (valve), apakah
tekanan casing (Ps) yang disebabkan oleh kolom gas injeksi dalam casing atau
tekanan tubing (Pt) yang ditentukan oleh kolom fluida dalam tubing. Sensitivitas
ini ditentukan oleh konstruksi mekanik dari katup gas lift. Tekanan yang bekerja
pada bagian yang paling luas dari katup (valves) merupakan tekanan yang paling
dominan berpengaruh pada valve tersebut.
a. Mandrel
Merupakan suatu bagian dari rangkaian pipa produksi yang setiap satu valve,
memerlukan satu mandrel. Mandrel dapat dibedakan menjadi dua macam
yaitu conventional mandrel dan slide pocket mandrel. .
115
b. Standing Valve
Dipasang pada instalasi intermittent flow gas lift yang berfungsi sebagai
penahan fluida yang telah masuk ke dalam tubing agar tidak kembali lagi ke
formasi pada saat injeksi dihentikan. Gas lift valve dapat pula dibedakan
menjadi dua macam, yaitu : Standard gas lift valve dan Retrivable gas lift
116
Gambar 3.4. SRP’s Surface Equipment.
a. Stuffing Box
Dipasang di atas kepala sumur (casing/tubing head) untuk mencegah atau
menahan minyak agar tidak ikut keluar bersama dengan naik turunnya
polished rod. Disamping itu juga berfungsi sebagai tempat kedudukan
polished rod.
b. Polished Rod
Merupakan bagian dari tangki atau string pompa yang terletak paling atas.
Fungsinya adalah untuk menghubungkan antara rangkaian sucker rod dengan
peralatan - peralatan di atas permukaan.
c. Carrier Bar
Merupakan alat yang berfungsi sebagai penyangga polished rod clamp dan
pada carrier bar ini dikaitkan dengan wire line hanger yang selanjutnya
dihubungkan dengan horse head.
d. Polished Rod Clamp
Komponen yang terletak di atas carrier bar yang berfungsi untuk
mengeraskan kaitan polished rod dengan komponen - komponen di atasnya
agar tidak dapat lepas selama operasi pemompaan minyak berlangsung.
e. Briddle
Merupakan nama lain dari wire line hanger, yaitu merupakan sepasang kabel
baja yang dihubungkan pada carrier bar, dengan demikian carrier bar
117
bergantung pada briddle dan briddle ini kemudian dihubungkan dengan horse
head.
f. Horse Head
Fungsinya meneruskan gesekan dari walking beam ke unit pompa di dalam
sumur melalui briddle, polished rod dan sucker rod string atau merupakan
kepala dari walking beam yang menyerupai bentuk kepala kuda.
g. Walking Beam
Merupakan tangkai horizontal di belakang horse head. Walking beam
berfungsi untuk mengubah gerak berputar dari prime mover menjadi gerak
naik turun dan meneruskan energi prime mover ke rangkaian pompa di dalam
sumur melalui polished rod dan sucker rod string.
h. Pitman
Merupakan sepasang tangkai yang menghubungkan antara crank pada pitman
bearing dengan ujung belakang dari walking beam pada tail bearing.
Fungsinya mengubah dan meneruskan gerak berputar menjadi gerak bolak -
balik naik turun dan pitman ini akan menggerakkan walking beam.
i. Crank
Merupakan sepasang tangkai yang menghubungkan crank shaft pada gear
reducer dengan counter balance. Besar kecilnya langkah atau stroke
pemompaan yang diinginkan dapat diatur dari sini dengan mengubah - ubah
letak ujung bawah pitman.
j. Gear Reducer
Merupakan transmisi yang berfungsi untuk mengubah kecepatan putar dari
prime mover. Gerak putaran dari prime mover diteruskan ke gear reducer
dengan menggunakan belt.
k. Crank Shaft
Merupakan poros dari crank. Gerakan berputar yang telah diperlambat oleh
gear reducer akan menggerakkan crank shaft dan crank.
l. Counter Balance
Adalah sepasang pemberat yang berfungsi untuk mengubah gerakan berputar
dari prime mover menjadi gerakan bolak - balik naik turun.
118
m. Sampson Post
Sampson post merupakan kaki - kaki penyangga.
n. Saddle Bearing
Adalah tempat kedudukan dari walking beam pada sampson post bagian atas.
o. Equalizer
Adalah bagian atas dari pitman yang dapat bergerak secara leluasa menurut
kebutuhan pada saat operasi pemompaan minyak berlangsung.
p. Brake
Berfungsi untuk mengerem gerakan pompa jika dibutuhkan.
119
pada saat bergerak ke atas.
b. Plunger
Plunger ini berfungsi sebagai penghisap minyak dari formasi masuk ke dalam
barrel dan mengangkat minyak yang telah terakumulasi dalam barrel ke
permukaan melalui tubing.
c. Standing Valve
Merupakan suatu komponen katup yang terdapat di bagian bawah dari
working barrel yang berfungsi untuk mengalirkan minyak dari formasi masuk
ke working barrel dan hal ini terjadi pada saat plunger bergerak ke atas,
kemudian standing valve membuka. Disamping itu untuk menahan minyak
agar tidak dapat keluar dari working barrel pada saat plunger bergerak ke
bawah. Standing valve terdiri dari sebuah bola besi dan tempat dudukannya.
d. Travelling Valve
Travelling valve terdiri dari ball dan seat yang terletak pada bagian bawah
dari plunger dan akan ikut bergerak ke atas dan ke bawah mengikuti gerakan
dari gerak plunger-nya. Travelling valve ini berfungsi untuk mengalirkan
minyak dari working barrel masuk menuju plunger, hal seperti ini terjadi
pada saat plunger bergerak ke bawah. Selain itu akan menahan keluarnya
minyak dari plunger pada saat plunger bergerak ke atas (up-stroke) sehingga
minyak tersebut dapat diangkat ke tubing yang seterusnya ke permukaan.
e. Gas Anchor
Komponen ini dipasang pada bagian bawah pompa, fungsinya adalah
memisahkan gas dari minyak agar gas tersebut tidak ikut masuk ke dalam
pompa bersama - sama dengan minyak, karena dengan adanya gas akan
mengurangi efisiensi pompa.
f. Tangkai Pompa
Tangki pompa atau sucker rod string terdiri dari :
i. Sucker Rod
Merupakan bagian dari unit pompa yang sangat penting, karena merupakan
penghubung antara plunger dengan peralatan - peralatan penggerak yang ada
120
di permukaan. Sedangkan fungsinya adalah melanjutkan gerak lurus naik
turun dari horse head ke plunger pompa dengan panjang sekitar 25 – 30 ft.
ii. Pony Rod
Merupakan sucker rod yang mempunyai ukuran panjang lebih pendek dari
pada sucker rod-nya sendiri. Fungsinya untuk melengkapi panjang dari
sucker rod apabila sucker rod tidak mencapai target yang dituju. Umumnya
memiliki ukuran panjang 2, 4, 6, 8, 10, dan 12 ft.
iii. Polished Rod
Adalah tangkai yang menghubungkan sucker rod string dalam carrier (wire
line hanger pada horse head) yang naik turun di dalam stuffing box.
Pada saat up-stroke (langkah pompa ke atas) fluida membebani plunger yang
menyebabkan travelling valve tertutup dan fluida akan mendorong dari tubing ke
permukaan. Gerakan plunger ini menyebabkan penurunan tekanan di atas standing
valve, maka standing valve terbuka dan fluida dari formasi masuk ke dalam pompa.
Pada saat down-stroke (langkah pompa ke bawah), plunger akan turun dan
pada saat ini travelling valve akan terbuka dan standing valve akan tertutup
sehingga fluida akan bergerak dari plunger ke dalam tubing.
121
bawah permukaan.
122
ii. Breaker, sebagai pemutus aliran listrik saat dilakukan reparasi pompa.
iii. Sekering, merupakan pengaman jika terjadi hubungan singkat pada arus
listrik atau bila terjadi over voltage.
iv. Recording ammeter, sebagai pencatat besarnya arus yang digunakan motor.
e. Transformer
Berfungsi sebagai perubah tegangan primer yang tinggi menjadi tegangan
sekunder (yang rendah) yang dibutuhkan motor.
123
e. Kabel Listrik
Berfungsi sebagai penyalur aliran listrik dari permukaan ke motor.
124
iv. Tidak dapat dipergunakan untuk sumur yang aromatic dan mengandung H2S
yang tinggi.
a. Primary Recovery
Primary recovery merupakan suatu metode produksi fluida reservoir yang
disebabkan oleh ekspansi dari gas atau liquid di dalam reservoir itu sendiri
atau oleh karena influx air dari aquifer.
b. Secondary Recovery
Secondary recovery merupakan suatu metode produksi fluida reservoir yang
disebabkan oleh injeksi fluida kedalam reservoir dengan menggunakan fluida
yang sama dengan fluida reservoir.
c. Tertiary Recovery
Tertiary Recovery merupakan suatu metode produksi fluida reservoir yang
disebabkan oleh injeksi fluida atau hal lainnya ke dalam reservoir dimana
fluida yang diinjeksikan tersebut tidak sama dengan fluida reservoir, seperti
chemicals, steam atau solvent.
Secara garis besar ketiga recovery yang ada diatas dapat dikelompokkan
dalam bagian.
125
Gambar 3.7. Diagram Alir Metode-metode EOR untuk Peningkatan Recovery.
a. Kedalaman
Dari segi ekonomi adalah jika kedalaman reservoir kecil maka biaya
pemboran juga akan kecil, demikian pula jika dilakukan injeksi gas maka
biaya kompresor juga akan kecil.
b. Kemiringan
Faktor kemiringan mempunyai arti penting jika terdapat rapat massa antara
fluida pendesak dan fluida yang didesak cukup besar.
c. Heterogenitas Reservoir
Heterogenitas atau Ketidakseragaman reservoir adalah variasi sifat fisik dan
kimia penyusun batuan dan fluida reservoar.
126
a. Efisiensi Pendesakan
Efisiensi pendesakan adalah perbandingan antara volume hidrokarbon yang
dapat didesak dari pori - pori dengan volume hidrokarbon total dalam pori -
pori tersebut.
b. Efisiensi Penyapuan
Efisiensi penyapuan didefinisikan sebagai perbandingan antara luas daerah
hidrokarbon yang telah didesak di depan dengan luas daerah hidrokarbon
seluruh reservoir atau dengan luas daerah hidrokarbon yang terdapat pada
suatu pola.
Gambar 3.8. (a) Areal Sweep Effisiensi, (b) Vertical Sweep Effisiensi.
127
Efisiensi penyapuan vertikal adalah fraksi dari bagian vertikal pada reservoir
yang tersapu oleh fluida injeksi. Efisiensi penyapuan vertikal dipengaruhi oleh
gravitasi dan heterogenitas lapisan reservoir.
Dua faktor utama yang mempengaruhi efisiensi invasi adalah sebagai berikut:
a. Perlapisan
Pengaruh perubahan sifat batuan ke arah vertikal dinyatakan dengan adanya
perlapisan dalam reservoir yang sifat batuannya berbeda terutama
permeabilitasnya. Pengaruh perlapisan terhadap bidang front atau zona
transisi adalah bidang front akan bergerak lebih cepat pada daerah dengan
permeabilitas yang tinggi, sehingga breakthrough air akan lebih dahulu terjadi
pada lapisan yang lebih permeabel.
b. Gravitasi
Pengaruh gravitasi ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
i. Fluida pendesak yang memiliki massa jenis lebih besar akan cenderung
menuju bagian bawah fluida yang didesaknya sehingga akan menguntungkan
dan menyebabkan efisiensi invasi yang relatif lebih besar.
ii. Fluida pendesak yang memiliki massa jenis lebih kecil akan cenderung
menuju bagian atas fluida yang didesaknya sehingga bentuk front yang terjadi
semakin tidak beraturan dan menyebabkan efisiensi invasi mengecil.
128
A. Injeksi Tak Tercampur (Immiscible Flood)
Pendesakan tak tercampur adalah menginjeksikan fluida yang mempunyai
sifat tidak mencampur (immicible) ke dalam reservoir yaitu medianya: injeksi air
dan injeksi gas.
1. Injeksi Air (Water flooding)
Injeksi air atau Water flooding merupakan metode perolehan tahap kedua
dengan menginjeksikan air ke dalam reservoir untuk mendapatkan tambahan
perolehan minyak yang bergerak dari reservoir menuju ke sumur produksi
setelah reservoir tersebut mendekati batas ekonomis produktif melalui
perolehan tahap pertama. Pertimbangan lain dilakukan injeksi air adalah :
i. Saturasi minyak sisa (Sor) cukup besar.
ii. Recoverynya 30% _ 40% dari original oil in place (OOIP).
iii. Air murah dan mudah diperoleh.
iv. Mudah menyebar ke seluruh reservoir dan kolom air memberikan tekanan
yang cukup besar dan efisiensi penyapuan yang cukup tinggi.
v. Berat kolom air dalam sumur injeksi turut menekan, sehingga cukup banyak
mengurangi besarnya tekanan injeksi yang perlu diberikan di permukaan, jika
dibandingkan dengan injeksi gas, dari segi berat air sangat menolong.
vi. Efisiensi pendesakan air juga cukup baik, sehingga harga Sor sesudah injeksi
air = 30% cukup mudah didapat.
129
Prinsip proses injeksi gas tak tercampur dalam teknik produksi lanjut sama
dengan proses injeksi air (water flooding). Gas yang diinjeksikan biasanya
merupakan gas hidrokarbon.Injeksi gas dilakukan jika terdapat sumber gas
dalam jumlah yang besar dan cukup dekat letaknya termasuk gas yang berasal
dari ikutan produksi minyak. Beberapa alasan mendasar yang menyebabkan
tidak efisiennya gas sebagai fluida pendesak, antara lain:
a. Gas biasanya bersifat tidak membasahi batuan reservoir, sehingga gas akan
bergerak melalui pori - pori yang lebih besar dan bergerak lebih cepat dari
minyak.
b. Fluida gas mempunyai viskositas yang relatif jauh lebih kecil daripada
minyak, sehingga gas cenderung melewati minyak bukan mendesaknya.
c. Fluida gas merupakan fluida non-wetting dan menempati pori-pori yang lebih
besar dimana aliran paling mudah terjadi, sehingga permeabilitas relatif gas
akan naik secara drastis dan permeabilitas relatif minyak akan turun secara
drastis.
C. Chemical Flood
130
Injeksi kimia pada prinsipnya adalah menambahkan zat kimia kedalam
reservoir dengan jalan injeksi dan bertujuan untuk mengubah sifat - sifat fisik/kimia
fluida reservoir dengan fluida pendesak. Sasaran utamanya adalah untuk
mengurangi tekanan kapiler atau menaikkan viscositas fluida pendesak agar dapat
memperbaiki efisiensi pendesakan (Ed) dan effisiensi penyapuan (Es).
Umumnya pendesakan kimia tidak dilakukan secara terpisah tetapi
merupakan suatu kombinasi pendesakan tertentu untuk mendapatkan kondisi yang
optimum. Jenis-jenis injeksi kimiawi yang akan dibicarakan dalam sub bab ini
adalah injeksi surfactant, injeksi polimer dan injeksi alkaline.
131
Misal perubahan dari sumur produksi menjadi sumur injeksi. Pekerjaan ini di
lakukan saat dimana terjadinya penurunan produksi dari sumur produksi,
karena water cut meningkat atau pun kerena faktor lainnya.
d. Fishing
Operasi pemancingan adalah kegiatan memancing (fishing) barang - barang
yang terlepas dan tertinggal didalam lubang. Peralatan yang tertinggal
didalam lubang bor disebut “fish”. Fish yang tertinggal atau jatuh dalam
lubang bor harus diambil karena kalau tidak diambil akan mengganggu
kelancaran operasi pemboran selanjutnya.
2. Well Service
Mmerupakan suatu bagian yang bertugas menangani segala kegiatan yang
berhubungan dengan sumur. Kegiatan tersebut meliputi usaha agar sumur
siap berproduksi (initial completion) maupun usaha perbaikan sumur akibat
kerusakan saat berproduksi (Work Over). Adapun kegiatan perwatan sumur
yang di lakukan antara lain :
a. Penggantian Tubing.
b. Penggantian/Perbaikan Pompa ESP/Artificial Lift lainnya.
3. Stimulasi
Adalah merangsang sumur yang merupakan suatu proses perbaikan
terhadap sumur untuk meningkatkan harga permeabilitas formasi yang
mengalami kerusakan sehingga dapat memberikan laju produksi yang besar.
Stimulasi dilakukan pada sumur – sumur produksi yang mengalami
penurunan produksi yang disebabkan oleh adanya kerusakan formasi
(formation damage) disekitar lubang sumur dengan cara memperbaiki
permeabilitas batuan reservoir. Metode stimulasi dapat dibedakan menjadi :
a. Hydraulic Fracturing
Peretakan hidrolik didefinisikan sebagai suatu cara untuk meningkatkan
produktivitas lapisan penghasil hidrokarbon dengan jalan peretakan lapisan
tersebut secara hidrolis. Untuk melakukan peretakan digunakan cairan
132
peretak, yang dipompakan ke permukaan reservoir hingga melampaui batas
kekuatan batuan
b. Acidizing
Acidizing adalah salah satu proses perbaikan terhadap sumur untuk
menanggulangi atau mengurangi kerusakan formasi dalam upaya
peningkatan laju produksi dengan melarutkan sebagian batuan,
dengan demikian akan memperbesar saluran yang tersedia atau barangkali
lebih dari itu membuka saluran baru sebagai akibat adanya pelarutan atau
reaksi antara acid dengan batuan.
Stimulasi dengan acidizing dapat dilakukan dengan menggunakan tiga
metode yaitu :
i. Acid washing, adalah operasi yang direncan akan untuk menghilangkan
endapan scale yang dapat larut dalam larutan asam yang terdapat dalam
lubang sumur untuk membuka perforasi yang tersumbat.
ii. Acid fracturing, adalah penginjeksian asam kedalam formasi pada tekanan
yang cukup tinggi untuk merekahkan formasi atau membuka rekahan yang
sudah ada.
iii. Matriks acidizing, dilakukan dengan cara menginjeksikan larutan asam dan
additif tertentu secara langsung kedalam pori – pori batuan formasi disekitar
lubang sumur dengan tekanan penginjeksian dibawah tekanan rekah formasi,
dengan tujuan agar reaksi menyebar ke formasi secara radial.
4. Well Intervention
Merupakan pekerjaan yang dilakukan untuk meningkatkan produktivitas
suatu sumur minyak dan gas atau memperpanjang umur produksi sampai
masa yang akan datang.
133