SKRIPSI
Oleh :
NIM : 138114048
FAKULTAS FARMASI
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI
Oleh :
NIM : 138114048
FAKULTAS FARMASI
YOGYAKARTA
2017
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Matius 7 : 12
Kupersembahkan untuk:
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat, kasih dan
rahmatNya, penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Kajian
Interaksi Obat pada Peresepan Pasien Hipertensi Geriatri di Instalasi Rawat Jalan
Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta Periode Januari – Juni 2016” sebagai
salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana farmasi di Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Proses penyusunan skripsi ini banyak
mendapat dukungan dan bimbingan serta doa dari berbagai pihak, sehingga
penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt. selaku dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma yang telah memberi bimbingan dan arahan
selama penulis menjadi mahasiswa di Fakutas Farmasi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
4. Ibu Dr. Rita Suhadi, M.Si., Apt. dan ibu Putu Dyana Christasani, M.Sc.,
Apt. sebagai dosen penguji yang membimbing penulis dalam penyusunan
skripsi.
6. Kedua orang tua Bambang Gunawan dan Mariani terkasih yang selalu
menyemangati dan mendoakan penulis dalam proses penyusunan skripsi.
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Hypertension is a serious health problem in Indonesia and cases of
hypertension is likely to increase. The risk of hypertension increases significantly
with age. Hypertension outpatients tend to get a prescription of more than one
type of drug, both drugs hypertension alone or with other medications if
accompanied by comorbidities. Therefore, drug interactions can occur. This study
aims to describe the prescription, the incidence of drug interactions, as well as
related mechanisms of pharmacodynamic and pharmacokinetic drug interactions,
and clinical significance categories that occur in outpatient hypertensive geriatric
patients in Panti Nugroho Hospital Yogyakarta period from January to June 2016.
This type of research is a non-experimental research evaluative descriptive, which
means on this research could be the evaluation of health personnel, especially
matters related to drug interactions in prescribing pattern on an outpatient
hypertension geriatrics with retrospective nature, data retrieved from patient
records and studied theoretically based on the literature. The sampling technique
is done randomly and obtained a sample of 258 medical records. The results of
this study indicate there are 99 cases of drug interactions, the type of drug
interactions more dominant happens is pharmacodynamic interaction, and the the
most frequent category of significance category of drug interactions is significant
as many as 147 cases and there are also 18 cases of serious drug interactions
among them are amlodipine with diltiazem (1 case), clonidine with bisoprolol (1
case), lisinopril with candesartan (1 case), amlodipine with simvastatin (13 cases),
and captopril with allopurinol (2 cases) of hypertension geriatric outpatients in
Panti Nugroho Hospital Yogyakarta period from January to June 2016. Serious
interaction of these two drugs is very user should be avoided and use alternative
other drugs, if it was needed then patient's clinical status must be highly
monitored.
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
Hipertensi merupakan merupakan masalah kesehatan yang serius dan di
Indonesia kasus hipertensi cenderung meningkat. Risiko hipertensi meningkat
bermakna sejalan dengan bertambahnya usia. Pasien hipertensi rawat jalan
cenderung mendapatkan peresepan lebih dari satu jenis obat, baik obat hipertensi
saja atau dengan obat non anti hipertensi jika disertai penyakit penyerta. Oleh
karena itu, interaksi obat kemungkinan dapat terjadi. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui gambaran peresepan, insiden terjadinya interaksi obat, serta
interaksi obat terkait mekanisme farmakodinamik, farmakokinetik, dan kategori
signifikansi klinis yang terjadi pada pasien hipertensi geriatri di Instalasi Rawat
Jalan Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Januari – Juni 2016. Jenis
penelitian ini adalah penelitian non eksperimental deskriptif evaluatif yang berarti
penelitian ini dapat menjadi evaluasi tenaga kesehatan khususnya hal-hal yang
berkaitan dengan interaksi obat pada pola peresepan pada pasien rawat jalan
hipertensi geriatri yang bersifat retrospektif yaitu data diambil dari rekam medis
pasien dan dikaji secara teoritis berdasarkan literatur. Teknik pengambilan sampel
dilakukan secara acak dan didapat sampel sebanyak 258 rekam medis. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan terdapat 99 kasus interaksi obat, jenis interaksi obat
yang lebih dominan terjadi adalah interaksi farmakodinamik, serta kategori
signifikansi interaksi obat yang paling sering terjadi yaitu signifikan sebanyak 147
kasus dan terdapat pula 18 kasus interaksi obat yang serius diantaranya yaitu
amlodipine dengan diltiazem (1 kasus), klonidin dengan bisoprolol (1 kasus),
lisinopril dengan candesartan (1 kasus), amlodipine dengan simvastatin (13
kasus), dan captopril dengan allopurinol (2 kasus) pada pasien hipertensi geriatri
di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta periode Januari
– Juni 2016. Interaksi serius dari pemakaian dua obat ini sangat perlu dihindari
dan menggunakan alternatif obat lain, jika memang sangat dibutuhkan maka
status klinis pasien harus sangat terpantau.
Kata kunci : hipertensi, interaksi obat antihipertensi, geriatri, rawat jalan.
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENDAHULUAN
Salah satu Penyakit Tidak Menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan yang
sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer (Rahajeng dan
Tuminah, 2009). Hipertensi merupakan sepuluh besar penyakit yang didiagnosa pada
pasien di Rumah Sakit di Daerah Istimewa Yogyakarta (Dinkes DIY, 2013). Pengobatan
hipertensi lebih kompleks pada orang tua, karena perbedaan dalam patofisiologi hipertensi
dengan penuaan dan akumulasi penyakit organ akhir (Goodarzi & Burback, 2015). Di
Indonesia menurut UU no. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia dikatakan
bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam
et al, 2008). Golongan diuretik adalah pilihan pertama pada pengobatan hipertensi pada
usia lanjut, tetapi perlu pemantauan khusus dikarenakan sensitifitas mereka terhadap
diuretik, pilihan pertama lain yaitu golongan calcium channel blocker (CCB) , ACE
inhibitor (ACE I) , dan angiotensin II receptor blocker (ARB) (Stokes, 2009).
Potensi interaksi obat meningkat dengan peningkatan jumlah obat yang diresepkan
dan jumlah obat yang diresepkan meningkat dengan bertambahnya usia (Kapadia et al,
2013). Prevalensi interaksi obat secara keseluruhan adalah 50%-60%. Perubahan fisiologis
yang terjadi pada orang usia lanjut akan memberikan efek serius pada banyak proses yang
terlibat dalam penatalaksanaan obat. Kejadian ini lebih sering terjadi pada pasien yang
sudah berusia lanjut yang biasanya menderita lebih dari satu penyakit (Syamsudin, 2011).
Prevalensi interaksi obat dalam populasi geriatri dapat tinggi dikarenakan oleh polifarmasi
(Kafeel et al, 2014). Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rahmawati
et al (2006) menunjukan bahwa interaksi obat terjadi pada 59% pasien rawat inap dan 69%
pasien rawat jalan. Sebuah studi menyatakan interaksi obat yang ditemukan pada
pengobatan hipertensi sebanyak 71,5% dari 557 pasien rawat jalan, interaksi obat
terbanyak ditemukan pada atenolol dan amlodipine (Kothari dan Ganguly, 2014).
Berdasarkan kenyataan tersebut maka perlu dilakukan kajian interaksi obat pada
peresepan pasien hipertensi geriatri di instalasi rawat jalan. Penelitian ini bertujuan untuk
memberikan informasi mengenai gambaran umum peresepan dan seberapa besar insiden
terjadinya interaksi obat, kategori signifikansi klinis interaksi obat, serta memberikan
informasi manajemen interaksi obat pada pasien hipertensi geriatri di Instalasi Rawat Jalan
Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta.
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
METODE PENELITIAN
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dimana n adalah jumlah sampel, N adalah jumlah populasi, dan d adalah presisi (Akdon
dan Riduwan, 2007). Dari rumus didapatkan 258 sampel yang harus diambil secara acak
dari populasi pasien hipertensi geriatri. Sampel penelitian dipilih berdasarkan kriteria
inklusi yaitu pasien hipertensi geriatri di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Nugroho
Yogyakarta yang mendapatkan obat antihipertensi dengan atau tanpa obat non
antihipertensi dengan jumlah obat lebih dari satu dalam tiap rekam medis periode Januari –
Juni 2016. Kriteria eksklusi dari subyek penelitian adalah rekam medis pasien yang tidak
lengkap. Kemudian dilakukan pengambilan data menggunakan lembar kerja dan dilakukan
validasi.
Data yang diperoleh diolah dengan metode statistika deskriptif dengan menghitung
persentase masing-masing bagian yang akan dianalisis meliputi gambaran umum
peresepan yaitu jumlah, jenis dan golongan obat antihipertensi, kemudian ada tidaknya
interaksi obat pada peresepan pasien hipertensi geriatri, jenis interaksi obat meliputi
interaksi farmakokinetik dan famakodinamik, serta kategori signifikansi klinis interaksi
obat yang dikaji dari literatur.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini diambil dari sejumlah sampel sebesar 258 pasien hipertensi geriatri.
Terdapat 243 pasien (94,2%) yang juga mendapatkan obat non antihipertensi. Bagian
pertama akan membahas gambaran umum peresepan pasien hipertensi geriatri di Instalasi
Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta meliputi jumlah obat, golongan dan
jenis obat antihipertensi yang ada dalam rekam medis pasien. Tabel I menunjukkan
persentase terbesar distribusi jumlah obat antihipertensi yaitu dengan jumlah obat satu
sebanyak 138 peresepan (53,5%). Hal ini sesuai dengan Hypertension Canada’s 2016
CHEP Guidelines for Blood Pressure Measurement, Diagnosis, Assessment of Risk,
Prevention and Treatment of Hypertension yang menyatakan bahwa inisiasi antihipertensi
yang pertama kali diberikan yaitu monoterapi. Penggunaan kombinasi pada pasien geriatri
yang mengalami hipertensi dapat lebih cepat menurunkan tekanan darah karena toleransi
yang rendah (Leung et al, 2016). Persentase terbesar jumlah obat non antihipertensi yang
diterima pasien yaitu dengan dua sampai tiga obat sebanyak 147 peresepan (57%).
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel I. Gambaran Umum Peresepan Pasien Hipertensi Geriatri di Instalasi Rawat Jalan
Rumah Sakit Panti Nugroho Periode Januari – Juni 2016
Gambaran Umum Jumlah Pasien (N= 258)
No Parameter
Peresepan N %
1 138 53,5
2 83 32,2
Jumlah obat
1. 3 33 12,8
antihipertensi
4 3 1,1
5 1 0,4
0-1 62 24
2-3 147 57
Jumlah obat non
2. 4-5 44 17
antihipertensi
6-7 4 1,6
8 1 0,4
2 36 14
3 68 26,4
4 65 25,2
5 48 18,6
Jumlah obat per 6 25 9,7
3
rekam medis 7 8 3,1
8 5 1,9
9 2 0,8
10 0 0
11 1 0,4
Tabel II. Distribusi Golongan dan Jenis Obat Anti Hipertensi pada Pasien Hipertensi
Geriatri di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Nugroho Periode Januari – Juni 2016
Golongan dan Jenis Obat Jumlah Pasien Persentase (%)
Anti Hipertensi N = 258
ACE I
Captopril 16 6,2
Lisinopril 3 1,2
ARB
Valsartan 134 51,9
Irbesartan 5 1,9
Candesartan 3 1,2
CCB
Amlodipin 174 67,4
Diltiazem 1 0,4
Diuretik
Hidrochlorothiazide (HCT) 9 3,5
Furosemide 45 17,4
Spironolakton 3 1,2
β-Blocker
Bisoprolol 18 7
Central α2-Agonis
Klonidin 9 3,5
ACE I = Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitor; ARB = Angiotensin Receptor Blocker; CCB = Calcium
Channel Blocker.
Golongan obat antihipertensi yang diresepkan pada pasien hipertensi geriatri di
Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Nugroho periode Januari – Juni 2016 dapat
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terlihat di tabel II. Tabel II menunjukkan bahwa persentase obat antihipertensi yang paling
sering digunakan yaitu golongan CCB sebanyak 175 obat (67,8%). Sesuai dengan Eighth
Joint National Comitee (JNC 8) menyatakan untuk pasien hipertensi dengan usia > 60
tahun first line yang tepat adalah Diuretik thiazide/ ACEI / ARB/ CCB tunggal atau
kombinasi (James et al, 2014). Jenis obat antihipertensi yang paling banyak digunakan
adalah amlodipin sebanyak 174 obat (67,4%). Amlodipin (CCB) akan menjadi pilihan
utama untuk pasien yang kontraindikasi dengan diuretik atau pasien yang mengalami
angina atau gangguan ritme jantung (Nguyen et al, 2012). Golongan CCB ini juga
mencegah stroke pada hipertensi geriatri. Sebuah meta-analisis terbaru menemukan bahwa
CCB dihidropiridin mengurangi stroke sebesar 10% dibandingkan dengan terapi aktif
lainnya (Oparil ,2006). Menurut American Heart Association and American Stroke
Association menyatakan bahwa kesempatan memiliki stroke sekitar dua kali lipat untuk
setiap dekade kehidupan setelah usia 55 (AHA, 2017).
Kombinasi yang paling banyak digunakan untuk pasien hipertensi geriatri adalah
golongan CCB dan ARB sebanyak 57 peresepan (22,1%) dapat dilihat dalam lampiran 2.
Dalam jurnal meta analisis dikatakan terapi kombinasi menggunakan ARB dan CCB
superior dibanding kombinasi lain dari terapi antihipertensi dengan menunjukan insiden
lebih sedikit dalam kejadian kardiovaskular dan efek yang merugikan (Chi et al¸ 2016).
Potensi interaksi obat meningkat dengan peningkatan jumlah obat yang diresepkan
dan jumlah obat yang diresepkan meningkat dengan bertambahnya usia. (Kapadia et al,
2013). Persentase interaksi obat yang terjadi pada peresepan pasien hipertensi geriatri di
Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Nugroho periode Januari sampai Juni 2016
ditunjukkan dalam Gambar 1. Persentase rekam medis pasien hipertensi geriatri tanpa
interaksi obat lebih tinggi yaitu sebanyak 159 rekam medis (61,6%) dibanding rekam
medis dengan interaksi yaitu sebanyak 99 peresepan (38,4%). Dalam bahasan sebelumnya
dikatakan persentase terbesar jumlah obat antihipertensi yaitu sebanyak satu dan jumlah
obat non antihipertensi sebanyak dua sampai tiga, hal ini mempengaruhi angka kejadian
interaksi obat. Kemudian dilakukan perhitungan proporsi interaksi obat yang terjadi antar
obat hipertensi dan antara obat antihipertensi dengan obat non antihipertensi. Persentase
interaksi obat antar obat antihipertensi yaitu sebanyak 32 peresepan (12,4%), interaksi
antara obat antihipertensi dengan obat non antihipertensi yaitu sebanyak 48 peresepan
(18,6%), dan interaksi keduanya sebanyak 19 peresepan (7,4%).
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 1. Persentase peresepan dengan interaksi obat dan tanpa interaksi obat pada
peresepan pasien hipertensi geriatri di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Nugroho
Periode Januari sampai Juni 2016
Interaksi obat yang terjadi dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu interaksi
farmakokinetik dan farmakodinamik (Baxter, 2010). Pengelompokan jenis interaksi obat
yang terjadi pada peresepan pasien hipertensi geriatri ditunjukkan dalam Lampiran 3.
Lampiran 3 menunjukkan bahwa persentase jenis interaksi farmakodinamik lebih banyak
dibanding jenis interaksi farmakokinetik. Sebuah penelitian mengenai interaksi obat yang
potensial terjadi pada peresepan pasien hipertensi dengan menggunakan Medscape Drug
Interaction Checker Software hasil mendeteksi ada 55,23% jenis interaksi farmakodinamik
dari 918 interaksi obat. dan farmakokinetik hanya 4,79% dengan mayoritas interaksi yaitu
farmakodinamik sinergis yaitu antara beta blocker- calcium channel blocker (CCB) dan
beta blocker- angiotensin receptor blocker (ARB) (Kothari dan Ganguly, 2014). Potensi
interaksi farmakodinamik harus dipertimbangkan untuk obat yang bersaing satu sama lain
di target farmakologi dan / atau memiliki efek terapetik atau efek merugikan yang serupa
atau bertentangan (European Medicines Agency, 2015).
Interaksi obat dapat mempengaruhi efektifitas, dan toksisitas masing-masing obat,
tetapi terdapat beberapa interaksi obat memang diinginkan terjadi dalam praktek klinis,
diantaranya yaitu valsartan dengan diuretik interaksi ini dapat memperbaiki hipokalemia
yang disebabkan oleh diuretik (Gradman et al, 2010). Interaksi furosemid dengan
bisoprolol akan mempertinggi efektifitas beta blocker / bisoprolol (Gradman et al, 2010)
dan menurunkan efek samping serta terapi lebih menguntungkan dengan kombinasi
6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tersebut (Skolnik et al, 2000). Terdapat juga interaksi yang serius tetapi memang
menguntungkan dalam praktek klinis yaitu antara captopril dengan allopurinol, keduanya
secara sinergis menurunkan kejadian sindrom metabolik dengan menurunkan tekanan
darah, menurunkan akumulasi lemak abdominal, memperbaiki dislipidemia, dan mencegah
resistensi insulin, dan kombinasi ini superior untuk mencegah diabetes dan penyakit
kardiovaskular (Rocal et al, 2009), tetapi resiko hipersensitifitas lebih tinggi (Drugs.com,
2016). Kemudian interaksi antara ARB dan digoxin, keduannya sama-sama mendukung
terapi gagal jantung (Gheorghiade et al, 2006). Interaksi obat yang tidak ditangani akan
berakibat buruk bagi pasien, beberapa contohnya adalah antara bisoprolol dengan HCT dan
bisoprolol dengan spironolakton akan mempertinggi resiko diabetes (Lim et al, 2015).
Lisinopril dan candesartan merupakan kombinasi yang sangat dihindari, menurut
ESH/ESC kombinasi ini akan mempertinggi kejadian penyakit ginjal tahap akhir/ ESRD
(Mancia et al, 2013). Furosemide dengan digoxin, kombinasi ini lebih dari tiga kali lipat
menaikkan resiko rawat inap dikarenakan intoksisitas digoxin (Wang et al, 2010).
Interaksi obat yang terjadi dapat dikelompokan menjadi 3 kategori signifikansi
klinis interaksi obat menurut Medscape (2016). Persentase kategori signifikansi klinis
interaksi obat pada peresepan pasien hipertensi geriatri yang ditampilkan pada tabel IV.
Tingkat serius/major mempunyai efek yang berpotensi mengancam nyawa atau mampu
menyebabkan kerusakan permanen. Tingkat moderat/signifikan mempunyai efek yang
mungkin dapat menyebabkan penurunan status klinis pasien. Tingkat keparahan minor
mempunyai efek yang yang biasanya ringan sehingga terapi tambahan tidak diperlukan
(Tatro, 2007).
Tabel III menunjukkan bahwa proporsi terbanyak kategori signifikansi klinis yaitu
signifikan yaitu sebanyak 147 kasus. Dalam sebuah penelitian disebutkan bahwa hampir
sepertiga dari interaksi obat yang potensial terjadi adalah signifikan secara klinis (Kapadia
et al, 2013). Terdapat 18 kasus dengan kategori signifikansi klinis yaitu serius dimana
dapat berakibat fatal bagi pasien dan disarankan untuk menggunakan kombinasi lain/
alternatif lain (Medscape, 2016). Terdapat 14 kasus dengan kategori minor.
Kategori signifikansi klinis interaksi obat serius paling banyak terjadi pada
penggunaan amlodipine dengan simvastatin (13 kasus). Amlodipine dengan Simvastatin
dapat secara signifikan meningkatkan kadar darah simvastatin dengan penghambatan
amlodipine oleh metabolisme simvastatin melalui usus dan hati CYP450 3A4. Interaksi ini
berdampak merugikan pada pasien dengan meningkatkan risiko efek samping seperti
7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kerusakan hati dan kondisi yang jarang namun serius yang disebut rhabdomyolysis yang
melibatkan pemecahan jaringan otot rangka (Drugs.com, 2016). Manajemen dari interaksi
ini adalah gunakan obat alternatif lain, sebisa mungkin hindari kombinasi ini, atau jika
benar-benar harus menggunakan terapi maka dosis Simvastatin tidak boleh melebihi 20 mg
setiap hari bila digunakan dalam kombinasi dengan amlodipine, dan perlu penyesuaian
dosis atau pemantauan lebih sering untuk keamanan menggunakan kedua obat.
Tabel III. Distribusi Kategori Signifikansi Klinis, Dampak, dan Jenis Interaksi Obat Antar
Obat Antihipertensi dan Antara Obat Antihipertensi dan Obat Non Antihipertensi
Kategori Obat yang Berinteraksi Favorable (F)/ FK/ Jumlah Kasus
Signifikansi Tidak (NF) FD N= 258
Klinis
Interaksi Obat
Serius Amlodipine – Diltiazem NF FD 1
Klonidin – Bisoprolol NF FD 1
Lisinopril – Candesartan NF FD 1
Amlodipine – Simvastatin NF FK 13
Captopril – Allopurinol F FD 2
Signifikan Amlodipine – Bisoprolol NF FD 5
Valsartan – Bisoprolol NF FD 13
Valsartan – Furosemide F FD 26
Valsartan/ Irbesartan – HCT F FD 9
Furosemide – Bisoprolol F FK 7
Furosemide – Irbesartan F FD 1
Furosemide – Spironolakton NF FD 2
Bisoprolol – HCT NF FD 2
Bisoprolol – Spironolakton NF FD 1
Spironolakton – Valsartan NF FD 1
Captopril – Asam Mefenamat NF FD 1
Captopril – Glimepiride NF FD 1
Valsartan – Gemfibrozil NF FD 3
Valsartan – golongan NSAID NF FD 34
Valsartan/ Irbesartan – Digoxin F FD 3
Valsartan – Simvastatin NF FD 17
Furosemide – Aspirin NF FD 11
Furosemide – Digoxin NF FD 3
Furosemide – Diklofenak NF FD 1
Furosemide – Meloxicam NF FD 3
HCT – Aspirin NF FD 1
Spironolakton – Digoxin NF FK 1
Spironolakton – Aspirin NF FD 1
Minor Amlodipine – Griseofulvin NF FK 1
Amlodipine – Methylprednisolone NF FK 4
Amlodipine – Triamcinolone NF FK 1
Furosemide – Glimepirid, NF FK 4
Glibenklamid, Glikuidon
Furosemide – Asam Folat NF FK 2
Furosemide – CaCO3 NF FK 1
Klonidin – Metformin NF FD 1
F= interaksi obat biasanya diinginkan namun harus dipantau, FD= farmakodinamik, FK= farmakokinetik.
8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Terdapat kasus interaksi yang sering terjadi yaitu valsartan dengan golongan
NSAID (34 kasus) dengan kategori signifikansi klinis yaitu signifikan. NSAID mengurangi
efek dari Valsartan, dan meningkatkan toksisitas satu sama lain, mengakibatkan fungsi
ginjal kerusakan, terutama pada usia lanjut. Perlu penyesuaian dosis atau modifikasi terapi
serta memantau ketat terapi. Pasien yang menerima ARB yang membutuhkan
berkepanjangan (lebih dari 1 minggu) terapi bersamaan dengan NSAID harus dipantau
lebih dekat tekanan darahnya setelah memulai, penghentian, atau perubahan dosis NSAID.
Fungsi ginjal juga harus dievaluasi secara periodik selama coadministrasi berkepanjangan.
Secara umum manajemen dari interaksi obat adalah dengan menghindari terapi
kombinasi, penyesuaian dosis obat utama, mengatur waktu asupan dua obat, pemantauan
terapi kombinasi bila digunakan, dan mengedukasi pasien tentang potensi interaksi, dan
teknik screening lebih lanjut diperlukan untuk mengidentifikasi interaksi (Muntha, 2013).
Tenaga kesehatan dengan tanggungjawab untuk pasien lanjut usia harus mengembangkan
strategi untuk memonitor terapi obat (Kafeel et al, 2014).
Penelitian ini memiliki keterbatasan, diantaranya yaitu dengan menggunakan
Medscape Multi-Drug Interaction Checker peneliti hanya dapat mendeteksi interaksi
antara 2 obat yang digunakan bersamaan dan yang terdeteksi oleh Medscape (2016) saja
serta belum dapat mengaitkan interaksi-interaksi obat yang terjadi dalam satu rekam medis.
Dalam penelitian Kajian Interaksi Obat pada Peresepan Pasien Hipertensi Geriatri
di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta Periode Januari – Juni
2016 dapat disimpulkan penggunaan obat antihipertensi terbanyak yaitu monoterapi
dengan golongan obat Calcium Channel Blocker (CCB) 67,8% dan jenis obat Amlodipin
sebanyak 174 obat (67,4%). Interaksi obat yang terjadi berjumlah 99 peresepan (38,4%),
dan jenis interaksi yang paling sering terjadi yaitu farmakodinamik. Kategori signifikansi
klinis interaksi obat paling banyak pada peresepan pasien hipertensi geriatri adalah
signifikan sebanyak 147 kasus interaksi. Interaksi obat yang paling sering terjadi yaitu
antara valsartan dengan NSAID. Terdapat pula 18 kasus interaksi obat yang serius
diantaranya yaitu amlodipine dengan diltiazem (1 kasus), klonidin dengan bisoprolol (1
kasus), lisinopril dengan candesartan (1 kasus), amlodipine dengan simvastatin (13 kasus),
dan captopril dengan allopurinol (2 kasus). Interaksi serius dari pemakaian dua obat ini
9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sangat perlu dihindari dan menggunakan alternatif obat lain, jika memang sangat
dibutuhkan maka status klinis pasien harus sangat terpantau.
Saran untuk pihak Rumah Sakit Panti Nugroho adalah perlu dilakukan monitoring
secara dekat efek interaksi obat pada pengobatan hipertensi dan manajemen interaksi obat
jika memang terapi sangat diperlukan khususnya bagi pasien geriatri. Saran untuk
penelitian selanjutnya yaitu perlu dilakukan penelitian mengenai kajian interaksi obat
penyakit lain yang umum di masyarakat khususnya masyarakat lanjut usia dengan
memperhitungkan jumlah interaksi yang terjadi pada setiap rekam medis/ setiap pasien
dengan menggunakan literatur lain/ guidelines yang terpercaya dan spesifik untuk penyakit
tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Akdon dan Riduwan, 2007. Rumus dan Data dalam Analisis Statistika. Alfabeta, Bandung.
American Heart Association (AHA), 2017. Stroke Risk Factors,
http://www.strokeassociation.org/STROKEORG/AboutStroke/UnderstandingRisk
/Understanding-Stroke-Risk_UCM_308539_SubHomePage.jsp, diakses tanggal 3
Januari 2017.
Baxter, K., 2010. Stockley’s Drug Interactions. Ninth Edition. Pharmaceutical Press.
Chi, C., Tai, C., Bai, B., Yu, S., Karamanou, M., et al.¸ 2016. Angiotensin System
Blockade Combined With Calcium Channel Blockers is Superior to Other
Combinations in Cardiovascular Protection With Similar Blood Pressure
Reduction: A Meta-Analysis in 20,451 Hypertensive Patients. The Journal of
Clinical Hypertension.,18 (8).
Dinkes DIY, 2013. Profil Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2013. Dinkes
DIY, Yogyakarta.
European Medicines Agency, 2015. Guideline on the investigation of drug interactions.
Committee for Human Medicinal Products (CHMP), 21 (June), 6.
Gheorghiade, M., Veldhuisen, D.J., dan Colucci, W.S., 2006. Contemporary Use of Digoxin
in the Management of Cardiovascular Disorders. Circulation., 113, 2556-2564.
Goodarzi, Z., dan Burback, D., 2015. Can We Stay On Target? A Review Of Hypertension
Treatment in the Elderly. Journal of CME., 5, 9.
Gradman, A.H., Basile, J.N., Carter, B.L., dan Bakris, G.L., 2010. Combination therapy in
hypertension. Journal of the American Society of Hypertension., 4(2), 90–98.
10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
James, P.A., Oparil, S., Carter, B.L., Cushman, W.C., Dennison-Himmelfarb, C., Handler,
J., et al., 2014. 2014 Evidence-Based Guideline for the Management of High
Blood Pressure in Adults Report From the Panel Members Appointed to the
Eighth Joint National Committee (JNC 8) 2014 Evidence-Based Guideline for the
Management of High Blood Pressure in Adults Report From the Panel Members
Appointed to the Eighth Joint National Committee (JNC 8). JAMA., 311 (5),
American Medical Association, E 10.
Kapadia, J., Thakor, D., Desai, C., dan Dikshit, R.K., 2013. A Study of Potential Drug-
Drug Interactions in Indoor Patients of Medicine Department at a Tertiary Care
Hospital. JAPS, Vol. 3(10), p. 095.
Kafeel, H., Rukh, R., Qamar, H., Bawany, J., Jamshed, M., Sheikh, R., et al., 2014.
Possibility of Drug-Drug Interaction in Prescription Dispensed by Community and
Hospital Pharmacy. Pharmacology & Pharmacy., 5, pp. 403-404
Kothari, N., dan Ganguly, B., 2014. Potential Drug - Drug Interactions among Medications
Prescribed to Hypertensive Patients. J Clin Diagn Res, 8(11): HC01–HC04.
Leung, A.A., Nerenberg, K., Daskalopoulou, S.S., McBrien, K., Zarnke K.B., et al. , 2016.
Hypertension Canada’s 2016 CHEP Guidelines for Blood Pressure Measurement,
Diagnosis, Assessment of Risk, Prevention and Treatment of Hypertension,
Canadian Journal of Cardiology, 32-34.
Lim, K.K., Sivasampu, S., dan Khoo, E.M., 2015. Antihypertensive drugs for elderly
patients: a cross‑ sectional study. Singapore Med J, 56(5): 291-297.
Mancia, G., Fagard, R., Narkiewicz, K., Redo´n, J., Zanchetti, A., et al., 2013. 2013
ESH/ESC Guidelines for The Management of Arterial Hypertension : TheTask
Force for the management ofarterial hypertension of the European Society of
Hypertension (ESH) and of the European Society of Cardiology (ESC). Journal of
Hypertension., 31 (7), 1314-1315.
Maryam, R.S., Ekasari, M.F., Rosidawati, Jubaedi, A., dan Batubara, I., 2008. Mengenal
Usia Lanjut dan Perawatannya. Salemba Medika, Jakarta.
Medscape, 2016. Drug Interaction Checker (Online), http://reference.medscape.com/drug-
interactionchecker diakses pada 20 Desember 2016.
Drugs.com, 2016. Drug Interactions Checker (Online) ,
https://www.drugs.com/dru_interactions.php, Multum Information Services, Inc,
diakses tanggal 20 Desember 2016.
11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Muntha, P., 2013. Drug Interactions – Causes & Implications. RRJPPS., 2(3), 102-103.
Nguyen, Q.T., Anderson, S.R., Sanders, L., dan Nguyen L.D., 2012. Managing
Hypertension in the Elderly: A Common Chronic Disease with Increasing Age.
Am Health Drug Benefits., 5 (3), 146-153.
Oparil S., 2006. Hypertension in the Elderly: The Bottom Line: What Are the Best
Treatments for Hypertension in the Elderly?. Medscape Cardiology., 10(1), 5.
Rahajeng, E., dan Tuminah, S., 2009. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di
Indonesia. Majalah Kedokteran Indonesia., 59 (12), 580-586.
Rahmawati, F., Handayani, R., dan Gosal, V., 2006. Kajian Retrospektif Interaksi Obat di
Rumah Sakit Pendidikan Dr. Sardjito Yogyakarta. Majalah Farmasi Indonesia.,
hal 177.
Rocal, C.A., Reungjui, C.A., Sánchez-Lozada, L.G., Mu, W., Sautin, Y.Y., Nakagawa, T.,
dan Johnson, R.J., 2009. Combination of Captopril and Allopurinol Retards
Fructose-Induced Metabolic Syndrome. Am J NephroL., 30(5): 399–404.
Skolnik, N.S., Beck, J.D., dan Clark, M., 2000. Combination Antihypertensive Drugs:
Recommendations for Use. Am Fam Physician., 61(10):3049-3056.
Stokes, G.S., 2009. Management of Hypertension in the Elderly Patient. Clinical
Interventions in Aging,Vol. 4, 383-384.
Syamsudin, 2011. Interaksi Obat: Konsep Dasar dan Klinis. UI-Press, Jakarta.
Tatro, D.S., 2007. Drug Interaction Facts 2007. First Edition, Wolters Kluwer Health,
Facts & Comparisons, U.S.
Wang, MT., Su, CY., Chan, A.L.F., Lian, PW., Leu, HB., dan Hsu, YJ., 2010. Risk of
digoxin intoxication in heart failure patients exposed to digoxin–diuretic
interactions: a population-based study. Br J Clin Pharmacol. 70(2): 258–267.
12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kategori
Signifikansi Jenis
No Obat yang berinteraksi Klinis Interaksi
1 Valsartan Simvastatin Signifikan FD
2 Valsartan Gemfibrozil Signifikan FD
Valsartan Aspirin Signifikan FD
3 Amlodipin Methylprednisolone Minor FK
4 Furosemide CaCO3 Minor FK
Furosemide Asam Folat Minor FK
5 Valsartan Simvastatin Signifikan FD
6 Valsartan Aspirin Signifikan FD
Furosemide Aspirin Signifikan FD
Valsartan Furosemide Signifikan FD
Furosemide Bisoprolol Signifikan FK
Valsartan Bisoprolol Signifikan FD
7 Valsartan Meloxicam Signifikan FD
Valsartan Ketorolac Signifikan FD
8 Amlodipin Methylprednisolone Minor FK
9 Captopril Allopurinol Serius FD
10 Furosemide Diklofenak Signifikan FD
11 Valsartan Furosemide Signifikan FD
12 Valsartan Furosemide Signifikan FD
13 Valsartan Simvastatin Signifikan FD
Amlodipin Simvastatin Serius FK
14 Captopril Asam Mefenamat Signifikan FD
15 Valsartan Bisoprolol Signifikan FD
Valsartan Aspirin Signifikan FD
16 Valsartan Diklofenak Signifikan FD
17 Valsartan HCT Signifikan FD
18 Valsartan HCT Signifikan FD
Valsartan Simvastatin Signifikan FD
Amlodipin Simvastatin Serius FK
19 Valsartan Bisoprolol Signifikan FD
Amlodipin Bisoprolol Signifikan FD
Valsartan Aspirin Signifikan FD
20 Amlodipin Griseofulvin Minor FK
21 Lisinopril Candesartan Serius FD
22 Valsartan Aspirin Signifikan FD
16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4. Alat pengambilan data penelitian peresepan obat pada pasien hipertensi geriatri di Instalasi Rawat Jalan
Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta periode Januari – Juni 2016
21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 5. Tabel interaksi obat antar obat antihipertensi meliputi obat yang terlibat, kategori signifikansi klinis interaksi
obat, jenis interaksi obat, jumlah kasus, dan managemen interaksi obat
22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Valsartan , HCT Signifikan – Valsartan/ Irbesartan Antagonis Monitor serum kalium 9 (F)
Irbesartan perlu meningkatkan dan HCT farmakodinamik pasien
pemantauan menurun kalium serum. .
Furosemide Bisoprolol Signifikan – Aksi kardiovaskuler dari Farmakokinetik Tidak ada intervensi 7 (F)
( Diuretik (Beta perlu bisonolol dapat meningkat. yang diperlukan. Monitor
loop) Blocker) pemantauan Dapat meningkatkan risiko status kardiovaskuler
hiperglikemia dan pasien, sesuaikan disis
hipertrigliseridemia pada dari beta blocker sesuai
beberapa pasien terutama kebutuhan. Pemantauan
23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kelemahan, kelesuan,
kebingungan, kesemutan
dari ekstremitas, dan
denyut jantung tidak
teratur. Tidak dianjurkan,
terutama pada pasien
dengan nefropati
diabetik.
Spironolakt Valsartan Signifikan – ARB dan diuretik hemat Aditif Kalium serum dan fungsi 1
on perlu kalium dapat meningkatkan farmakodinamik ginjal harus diperiksa
pemantauan risiko hiperkalemia. sebelum memulai terapi
Mengancam jiwa dan dan teratur setelah itu,
hiperkalemia yang fatal dan suplemen kalium
dapat terjadi, terutama serta penggunaan
ketika kombinasi digunakan pengganti garam kalium
pasien dengan faktor risiko yang mengandung harus
seperti gangguan ginjal, dihindari kecuali benar-
diabetes, usia tua, berat atau benar diperlukan dan
perburukan gagal jantung, manfaat lebih besar
dehidrasi, penggunaan daripada potensi resiko.
bersama agen lain yang Beberapa peneliti
menghalangi renin- menyarankan dosis yang
angiotensin sistem - tidak melebihi 25 mg /
aldosterone atau hari pada pasien berisiko
meningkatkan kadar kalium tinggi.
serum.
(F)= interaksi yang biasanya diinginkan terjadi namun harus dipantau
28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 6. Tabel interaksi obat antara obat anti hipertensi dengan obat non antihipertensi meliputi obat yang terlibat,
kategori signifikansi klinis interaksi obat, jenis interaksi obat, jumlah kasus, dan managemen interaksi obat
29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
penyesuaian. Jangan
berhenti menggunakan
obat apapun tanpa
terlebih dahulu berbicara
dengan dokter Anda.
Amlodipine Simvastatin Serius. Menggabungkan obat-obat Farmakokinetik Hindari kombinasi ini 13
ini dapat secara signifikan atau gunakan obat
meningkatkan kadar darah alternatif lain. Dosis
simvastatin. penghambatan Simvastatin tidak boleh
amlodipine oleh melebihi 20 mg setiap
metabolisme simvastatin hari bila digunakan
melalui usus dan hati dalam kombinasi dengan
CYP450 3A4. Hal ini amlodipine. Perlu
dapat meningkatkan risiko penyesuaian dosis atau
efek samping seperti pemantauan lebih sering
kerusakan hati dan kondisi untuk keamanan
yang jarang namun serius menggunakan kedua
yang disebut obat.
rhabdomyolysis yang
melibatkan pemecahan
jaringan otot rangka.
Dalam beberapa kasus,
rhabdomyolysis dapat
menyebabkan kerusakan
ginjal dan bahkan
kematian
Amlodipine Triamcinolone Minor Triamcinolone dapat Farmakokinetik Pasien pada 1
mengurangi efek dari berkepanjangan (yaitu,
30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Furosemide Glimepirid, Minor Diuretik loop dapat Farmakokinetik Tidak ada intervensi 4
(Diuretik Glibenklamid, menurunkan toleransi yang diperlukan. Monitor
loop) Glikuidon glukosa, menghasilkan kadar gula.
hiperglikemia di pasien
yang sebelumnya
terkontrol dengan baik
menggunakan sulfonilurea.
Furosemide Asam Folat Minor Furosemide menurunkan Farmakokinetik Tidak ada intervensi 2
level asam folat dengan yang diperlukan.
meningkatkan klirens
ginjal
35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terbukti meningkatkan
waktu paruh digoxin dan
toksisitas selanjutnya
dapat terjadi.
Mekanisme: penurunan
klirens ginjal.
Spironolakton dapat
menyebabkan elevasi
palsu assay digoxin.
Spironolakton dan digoxin
sama-sama meningkatkan
kalium serum. Plasma
clearance dari digoxin
mungkin akan menurun,
dan kadar plasma dapat
meningkat.
Spironolakt Aspirin Signifikan – Spironolakton dan Aspirin Sinergis Jika diuresis tidak 1
on perlu sama-sama meningkatkan farmakodinamik memadai, pertimbangkan
pemantauan kalium serum. penghentian salisilat atau
meningkatkan dosis
spironolakto sementara
perhatikan konsentrasi
kalium serum pasien.
37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BIOGRAFI PENULIS
39