Disusun Oleh :
Marcelina keni
214119097
B. Etiologi
Pada umumnya masyarakat kita mengetahui penyebab dari Dengue
Haemoragic Fever adalah melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Virus
Dengue mempunyai 4 tipe, yaitu : DEN 1, DEN 2, DEN 3, dan DEN 4,
yang ditularkan melalui nyamuk Aedes Aegypti. Nyamuk ini biasanya
hidup dikawasan tropis dan berkembang biak pada sumber air yang
tergenang. Keempatnya ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 serotipe
terbanyak. Infeksi salah satu serotip akan menimbulkan antibodi yang
terbentuk terhadap serotipe yang lain sangat kurang, sehingga tidak dapat
memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe yang lain
tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat
terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus
dengue dapat ditemukan diberbagai daerah di Indonesia (Sudoyo dkk.
2010).
Virus Dengue berbentuk batang, bersifat termoragil, sensitif
terhadap inaktivitas oleh distiter dan natrium diaksikolat, stabil pada suhu
700C. Keempat tipe tersebut telah ditemukan pula di Indonesia dengan tipe
DEN 3 yang paling banyak ditemukan (Hendarwanto 2010).
C. Klasfikasi
DHF diklasifikasikan berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara klinis
dibagi menjadi (WHO, 2011).
1. Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan uji
torniquet (+), trombositopenia dan hemokonsentrasi.
2. Derajat II
Derajat I dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau di tempat
lain.
3. Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan
darah rendah (hipotensi), gelisah, sianosis sekitar mulut, hidung dan
ujung jari (tanda-tanda dini renjatan).
4. Derajat IV
Renjatan berat (DSS) dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak
dapat diukur.
D. Manifestasi Klinis
1. Demam dengue
Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan dua
lebih manifestasi klinis sebagai berikut :
a) Nyeri kepala
b) Nyeri retro-orbital
c) Mialgia / artralgia
d) Ruam kulit
e) Manifestasi perdarahan(petekie atau uji bending positif)
f) Leucopenia
2. Demam berdarah dengue
Berdasarkan kriteria WHO 2011 diagnosis DBD ditegakkan bila
semua hal dibawah ini dipenuhi demam atau riwayat demam akut 2-7
hari, biasanya bersifat bifasik.
3. Manifestasi perdarahan yang biasanya berupa :
a. Uji tourniquet positif
b. Petekie, ekimosis, atau purpura
c. Hematemesis atau melena
d. Trombositopenia <100.00/ul
e. Kebocoran plasma yang ditandai dengan:
f. Peningkatan nilai hematokrit ≥20% dari nilai baku sesuai umur dan
jenis kelamin.
g. Penurunan nilai hematokrit ≥20% setelah pemberian cairan yang
adekuat
4. Tanda kebocoran plasma seperti :
a. Hipoproteinemia
b. Asites
c. Efusi pleura
E. Patofisiologi
Fenomena patologis yang utama pada penderita DHF adalah
meningkatnya permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan
terjadinya perembesan plasma ke ruang ekstra seluler. Hal pertama yang
terjadi setelah masuk ke dalam tubuh penderita adalah viremia yang
mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri
otot, pegal-pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik merah pada kulit
(ptekie), hiperemi tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti
pembesaran getah bening, pembesaran hati (hepatomegali) dan
pembesaran limpha (splenomegali). (Tjokronegoro Arjatmo, Utama
Hendra, 2009).
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah
Pada kasus DHF yang dijadikann pemeriksaan penunjang yaitu
menggunakan darah atau disebut lab serial yang terdiri dari
hemoglobin, PCV, dan trombosit. Pemeriksaan menunjukkan adanya
tropositopenia (100.000 / ml atau kurang) dan hemotoksit sebanyak
20% atau lebih dibandingkan dengan nilai hematoksit pada masa
konvaselen.
2. Hematokrit meningkat > 20 %, merupakan indikator akan timbulnya
renjatan. Kadar trombosit dan hematokrit dapat menjadi diagnosis
pasti pada DHF dengan dua kriteria tersebut ditambah terjadinya
trombositopenia, hemokonsentrasi serta dikonfirmasi secara uji
serologi hemaglutnasi (Brasier dkk 2012).
3. Leukosit menurun pada hari kedua atau ketiga
4. Hemoglobin meningkat lebih dari 20 %
5. Protein rendah
6. Natrium rendah (hiponatremi)
7. SGOT/SGPT bisa meningkat
8. Urine kadar albumin urine positif (albuminuria) (Vasanwala, 2012)
Sumsum tulang pada awal sakit biasanya hiposeluler, kemudian
menjadi hiperseluler pada hari ke 5 dengan gangguan maturasi dan
pada hari ke 10 sudah kembali normal untuk semua system
9. Foto Thorax
Pada pemeriksaan foto torax dapat ditemukan efusi pleura. Umumnya
posisi lateral dekubitus kanan (pasien tidur disisi kanan) lebih baik
dalam mendeteksi cairan dibandingkan dengan posisi berdiri apalagi
berbaring (Mansjoer, A. 2011).
G. Patway
H. Penatalaksanaan
1. Tirah baring
2. Diet makan lunak
3. Minum banyak (2 - 2,5 liter/24 jam) dapat berupa susu, teh manis,
sirup dan beri penderita oralit, pemberian cairan merupakan hal yang
paling penting bagi penderita DHF.
4. Pemberian cairan intravena (biasanya Ringer Laktat, NaCl faali).
Ringer Laktat merupakan cairan intravena yang paling sering
digunakan, mengandung Na+ 130 mEg/l, K+ 4 mEg/l, korektor basa 28
mEg/l, Cl- 109 mEg/l, dan Ca++ 3 mEg/l.
5. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernapasan).
Jika kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.
6. Periksa Hb, Ht dan Trombosit setiap hari.
7. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
8. monitor tanda-tanda dini renjatan meliputi keadaan umum, perubahan
tanda-tanda vital, hasil-hasil pemeriksaan laboratorium yang
memburuk.
I. Intervensi Keperawatan
5. Menganjurkan
untuk tidak 5. Pakaian yang tipis akan
memakai selimut membantu mengurangi
dan pakaian yang penguapan tubuh.
tebal.
6. Memberikan
terapi cairan 6. Pemberian cairan sangat
intravena dan penting bagi pasien dengan
obat-obatan suhu tinggi.
sesuai dengan
program
(masalah
kolaborasi).
1. Memonitor
Potensial Tidak terjadi tanda-tanda 1. Penurunan jumlah trombosit
terjadinya perdarahan, setelah penurunan merupakan tanda-tanda
perdarahan lebih dilakukan tindakan trombosit yang adanya kebocoran pembuluh
lanjut keperawatan selama disertai dengan darah yang pada tahap
berhubungan 1x24 jam dengan tanda-tanda tertentu dapat menimbulkan
dengan kriteria hasil : klinis. tanda-tanda klinis adanya
trombositopenia. Tidak perdarahan (nyata) seperti
terjadi tanda- epistaksis, ptekie, dll.
tanda 2. Memberikan
perdarahan penjelasan 2. Agar pasien / keluarga
lebih lanjut tentang pengaruh mengetahui hal-hal yang
(secara klinis). trombositopenia mungkin terjadi pada pasien
Jumlah pada pasien. dan dapat membantu
trombosit mengantisipasi terjadinya
meningkat. perdarahan karena
trombositopenia.
3. Memonitor
jumlah trombosit 3. Dengan jumlah trombosit
setiap hari. yang dipantau setiap hari,
dapat diketahui tingkat
kebocoran pembuluh darah
dan kemungkinan perdarahan
yang dapat dialami pasien.
4. Menganjurkan
pasein untuk 4. Aktivitas pasien yang tidak
banyak terkontrol dapat
beristirahat. menyebabkan terjadinya
perdarahan.
5. Memberikan
penjelasan pada 5. Keterlibatan keluarga dengan
pasein / keluarga segera melaporkan terjadinya
untuk melapor perdarahan (nyata) akan
jika ada tanda- membantu pasien
tanda perdarahan mendapatkan penanganan
lebih lanjut sedini mungkin.
seperti
hematemesis,
melena, dan
epistaksis.
6. Menjelaskan
obat-obatan yang 6. Dengan mengetahui obat-
diberikan dan obatan yang diminum dan
manfaatnya serta manfaatnya maka pasien akan
akibat bagi termotivasi untuk mau minum
pasien. obat sesuai dengan dosis /
jumlah yang diberikan.
1. Mengkaji
Gangguan keluhan pasien 1. Untuk mmengidentifikasi
aktivitas sehari- Aktivitas sehari- masalah-masalah pasien.
hari hari tidak 2. Mengkaji hal-hal
berhubungan terganggu, setelah yang mampu / 2. Untuk mengetahui tingkat
dengan kondisi dilakukan tindakan tidak mampu ketergantungan pasien dalam
tubuh yang keperawatan selama dilakukan oleh memenuhi kebutuhannya.
lemah. 1x24 jam dengan pasien
kriteria hasil : berhubungan
Kebutuhan dengan
aktivitas sehari- kelemahan
hari terpenuhi. fisiknya.
Pasien
dapat mandiri 3. Membantu pasien
setelah terbebas memenuhi 3. Pemberian bantuan sangat
dari demam. kebutuhan diperlukan oleh pasien pada
aktivitasnya saat kondisinya lemah dan
sehari-hari perawat mempunyai tanggung
berhubungan jawab dalam pemenuhan
dengan tingkat kebutuhan dan sehari-hari
keterbatasan pasien tanpa membuta pasien
pasien seperti mengalami ketergantungan
mandi, makan, pada perawat.
eliminasi.
4. Meletakkan
barang-barang 4. Akan membantu pasien untuk
ditempat yang memenuhi kebutuhan sendiri
mudah dijangkau tanpa bantuan orang lain.
oleh pasien.
5. Menyiapkan bel
di dekat pasien. 5. Agar pasien dapat segera
meminta bantuan perawat saat
membutuhkannya.
1. Mengkaji tingkat
Gangguan rasa nyeri yang 1. Untuk mengetahui berapa
nyaman (nyeri) Rasa nyeri dialami pasien berat nyeri yang dialami
berhubungan berkurang / hilang, dengan memberi pasien. Reaksi pasien
dengan setelah dilakukan rentang nyeri (0 – terhadap nyeri dapat
mekanisme tindakan 10). Biarkan dipengaruhi oleh berbagai
patologis (proses keperawatan selama pasien faktor dan dengan mengetahui
penyakit) 1x24 jam dengan menentukan faktor-faktor tersebut maka
kriteria hasil : tingkat nyeri perawat dapat menentukan
Rasa yang dialami intervensi yang sesuai dengan
nyaman pasien, respon masalah pasien.
terpenuhi. pasien terhadap
Nyeri nyeri yang
berkurang atau dialami.
hilang.
2. Memberikan 2. Respon individu terhadap
posisi yang nyeri sangat berbeda atau
nyaman, bervariasi, sehingga perawat
usahakan situasi perlu mengkaji lebih lanjut
ruangan yang untuk menghindari kesalahan
tenang. persepsi terhadap kondisi
yang dialami pasien.
Tjokronegoro Arjatmo, Utama Hendra. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta : FKUI