Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Diharapkan perawat dan penulis dapat lebih memahami tentang TB
paru yang sampai dengan cara mengkaji pasien TB paru?
1.2.2 Tujuan khusus
1. Pembaca dapat memahami tentang penyebaran TB paru?
2. Mengetahui tentang proses terjangkitnya bakteri TB paru kedapa
orang ?
3. Menegtahu dampak-dampak yang ditimbulkan saat sesorang
didiagnosa TB paru?
4. Mengetahui proses pengkajian keprawatan pada penderita TB paru?
5. Mengetahu diagnosa tentang TB paru ?
6. Mengetahu tentang implentasi dan evaluasi tentang TB?
1.3 Manfaat
1.3.1 Teoritis
Diharapkan penulis dan perawat dapat mengetahui tentang konsep
teoritis tentang TB paru
1.3.2 Praktis
Diharapkan pembaca, perawat dan penulis agar menjadikan report
case ini menjadi reverensi untuk memehami tentang TB paru dan cara
mencegahnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
2.1.2 Etiologi
Penyebab tuberkulosis adalah Myobacterium tuberculosae, sejenis kuman
berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/Um dan tebal 0,3-0,6/Um.
Tergolong dalam kuman Myobacterium tuberculosae complex adalah :
1. M. Tuberculosae
2. Varian Asian
3. Varian African I
4. Varian African II
5. M. bovis.
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang
membuat kuman lebih tahan terhadap asam (asam alkohol) sehingga disebut
bakteri tahan asam (BTA) dan ia juga lebih tahan terhadap gangguan kimia dan
fisis. Kuman dapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan
dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena
kuman bersifat dormant, tertidur lama selama bertahun-tahun dan dapat
bangkit kembali menjadikan tuberkulosis aktif lagi. Di dalam jaringan, kuman
hidup sebagai parasit intraselular yakni dalam sitoplasma makrofag. Makrofag
yang semula memfagositasi malah kemudian disenanginya karena banyak
mengandung lipid (Asril Bahar,2001).
2.1.3 Klasifikasi
Tuberkulosis Primer
Tuberkulosis primer adalah infeksi bakteri TB dari penderita yang
berlum mempunyai reaksi spesifik terhadap bakteri TB. Bila bakteri TB
terhirup dari udara melalui saluran pernapasan dan mencapai alveoli atau
bagian terminal saluran pernapasan, maka bakteri akan ditangkap dan
dihancurkan oleh makrofag yang berada di alveoli. Jika pada proses ini ,
bakteri ditangkap oleh makrofag yang lemah, maka bakteri akan
berkembang biak dalam tubuh makrofag yang lemah itu dan
menghancurkan makrofag itu. Dari proses ini, dihasilkan bahan kemotaksik
yang menarik monosit atau makrofag dari aliran darah membentuk tuberkel.
Sebelum menghancurkan bakteri, makrofag harus diaktifkan terlebih dahulu
oleh limfokin yang dihasilkan limfosit T.
Tuberkulosis Sekunder
Setelah terjadi resolusi dari infeksi primer, sejumlah kecil bakteri TB
masih hidup dalam keadaan dorman di jaringan parut. Sebanyak 90%
diantaranya tidak mengalami kekambuhan. Reaktivasi penyakit TB terjadi
apabila daya tahan tubuh menurun, alkoholisme, keganasan, silikosis,
diabetes melitus, AIDS.
2.1.4 Patofisiologi
Proses dapat terus berlanjut dan bakteri terus difagosit dan berkembangbiak
di dalam sel. Basil juga menyebar melalui kelenjar limfe regional. Lesi
berkembang dan terbentuk jaringan parut yang mengelilingi tuberkel yang
disebut fokus ghon dan gabungan terserangnya kelenjar limfe regional dengan
fokus ghon disebut kompleks ghon. Fokus ghon dapat menjadi nekrotik dan
membentuk masa seperti keju, dapat mengalami kalsifiksi membentuk lapisan
protektif sehingga kuman menjadi dorman.
1. Ziehl Neelsen
(pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan darah) positif
untuk basil asam cepat.
2. Kultur sputum
Positif untuk mycobakterium pada tahap aktif penyakit.
4. Rontgen Dada
Menunjukan infiltrasi kecil lesi dini pada bidang atas paru, deposit
kalsium dari lesi primer yang telah menyembuh, atau cairan dari suatu
efusi. Perubahan yang menandakan TB lebih lanjut mencakup kavitasi,
area fibrosa.
6. AGD
Mungkin abnormal bergantung pada letak, keparahan, dan kerusakan paru
residual.
7. Pemeriksaan Fungsi Pulmonal
Penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang rugi, peningkatan rasio udara
residual terhadap kapasitas paru total, dan penurunan saturasi oksigen
sekunder akibat infiltrasi atau fibrosis parenkim.
2.1.8 Penatalaksanaan
Jika tuberkulosis resisten obat muncul, obat yang lebih toksik akan
diprogramkan. Pasien mungkin tetap menginap di rumah sakit atau di bawah
pengawasan sejenis karantina jika tingkat kepatuhan terhadap terapi medis
cenderung rendah. (Corwin, Elizabeth J.2009.Buku Saku
Patofisiologi.Jakarta:Buku Kedokteran EGC)
2.1.9 Komplikasi
Penyakit yang parah dapat menyebabkan sepsis yang hebat, gagal napas,
dan kematian. TB yang resisten terhadap obat dapat terjadi. Kemungkinan
galur lain yang resisten obat dapat terjadi.
1. TULANG
TBC tulang ini bisa disebabkan oleh bakteri TBC yang mengendap di
paru-paru, lalu terjadi komplikasi dan masuk ke tulang. Atau bisa juga
bakteri TBC langsung masuk ke tulang lewat aliran darah dari paru-paru.
Waktu yang dibutuhkan bakteri untuk masuk dan merusak tulang
bervariasi. Ada yang singkat, tapi ada pula yang lama hingga bertahun-
tahun. Bakteri TBC biasanya akan berkembang biak dengan pesat saat
kondisi tubuh sedang lemah, misalnya selagi anak terkena penyakit berat.
Saat itu kekebalan tubuhnya menurun, sehingga bakteri pun leluasa
menjalankan aksinya.
Bagian tulang yang biasa diserang bakteri TBC adalah sendi panggul,
panggul dan tulang belakang. Gangguan tulang belakang bisa terlihat dari
bentuk tulang belakang penderita. Biasanya tidak bisa tegak, bisa miring
ke kiri, ke kanan, atau ke depan. Sendi panggul yang rusak pun membuat
penderita tidak bisa berjalan dengan normal. Sedangkan pada ibu hamil,
kelainan panggul membuatnya tidak bisa melahirkan secara normal. Jika
kelainannya masih ringan, upaya pemberian obat-obatan dan operasi bisa
dilakukan. Lain halnya jika berat, tindakan operasi tidak bisa menolong
karena sendi atau tulang sudah hancur. Penderita bisa cacat seumur hidup.
2. USUS
Selain karena komplikasi, TBC usus ini bisa timbul karena penderita
mengonsumsi makanan/minuman yang tercemar bakteri TBC. Bakteri ini
bisa menyebabkan gangguan seperti penyumbatan, penyempitan, bahkan
membusuknya usus. Ciri penderita TBC usus antara lain anak sering
muntah akibat penyempitan usus hingga menyumbat saluran cerna.
Mendiagnosis TBC usus tidaklah mudah karena gejalanya hampir sama
dengan penyakit lain. Ciri lainnya tergantung bagian mana dan seberapa
luas bakteri itu merusak usus. Demikian juga dengan pengobatannya. Jika
ada bagian usus yang membusuk, dokter akan membuang bagian usus itu
lalu menyambungnya dengan bagian usus lain.
3. OTAK
Bakteri TBC juga bisa menyerang otak. Gejalanya hampir sama dengan
orang yang terkena radang selaput otak, seperti panas tinggi, gangguan
kesadaran, kejang-kejang, juga penyempitan sel-sel saraf di otak. Kalau
sampai menyerang selaput otak, penderita harus menjalani perawatan yang
lama. Sayangnya, gara-gara sel-sel sarafnya rusak, penderita tidak bisa
kembali ke kondisi normal.
4. GINJAL
Bakteri TBC pun bisa merusak fungsi ginjal. Akibatnya, proses
pembuangan racun tubuh akan terganggu. Selanjutnya bukan tidak
mungkin bakal mengalami gagal ginjal. Gejala yang biasa terjadi antara
lain mual-muntah, nafsu makan menurun, sakit kepala, lemah, dan
sejenisnya. Gagal ginjal akut bisa sembuh sempurna dengan perawatan dan
pengobatan yang tepat. Sedangkan gagal ginjal kronik sudah tidak dapat
disembuhkan. Beberapa di antaranya harus menjalani cangkok ginjal.
(http://nerssaputra.blogspot.com/2011/01/konsep-dasar-asuhan-
keperawatan-pada.html)
2.2.1 Pengkajian
2.2.2 Diagnosa
2.2.3 Intervensi
Kriteria Evaluasi :
Klien mampu melakukan batuk efektif
Pernapasan klien normal (16-20x/menit) tanpa da penggunaan otot
bantu napas. Bunyi napas normal, Rh -/- dan pergerakan pernapasan
normal
Rencana Intervensi Rasional
Penurunan bunyi napas menunjukan
atelektasis, ronkhi menunjukan
Mandiri
akumulasi sekret dan ketidakefektifan
Kaji fungsi pernapasan ( bunyi napas,
pengeluaran sekresi yang selanjutnya
kecepatan, irama, kedalaman, dan
menimbulkan penggunaan otot bantu
penggunaan otot bantu napas)
napas dan peningkatan kerja
pernapasan.
Pengeluaran akan sulit bila sekret
sangat kental ( efek infeksi dan
Kaji kemampuan mengeluarkan
hidrasi yang tida adekuat). Sputum
sekresi, catat karakter, volume
berdarah apabila ada kerusakan
sputum, dan adanya hemoptisis.
(kavitas) paru atau luka bronkhial dan
memerlukan intervensi lebih lanjut.
Posisi fowler memaksimalkan
ekspansi paru dan menurunkan upaya
Berikan posisi fowler/semi fowler
napas. Ventilasi maksimal membuka
tinggi dan bantu klien berlatih napas
area atelektasis dan meningkatan
dalam dan batuk efektif.
gerakan sekret ke jalan napas besar
untuk dikeluarkan.
Hidrasi yang adekuat membantu
Pertahankan intake cairan sedikitnya
mengencerkan sekret dan
2500ml/hari kecuali tidak
mengefektifkan pembersihan jalan
diindikasikan.
napas.
Bersihkan sekret dari mulut dan Mencegah obstruksi dan aspirasi.
trekhea bila perlu melakukan Pengisapan diperlukan bila klien tidak
pengisapan (suction). mampu mengeluarkan sekret.
Pengobatan tuberkulosis terbagi
menjadi 2 yaitu, fase intensif (2-3
bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan).
Kolaborasi pemberian obat sesuai Paduan obat yang digunakan terdiri
dengan indikasi OAT atas obat utama dan obat tambahan.
Jenis obat utama yang digunakan
sesuai dengan rekomendasi WHO
adalah Rifampsin, INH, Pirazinamid,
Streptomisin, dan Etambutol.
Agen mukolitik menurunkan
kekentalan dan perlengketan sekret
Agen mukolitik
paru untuk memudahkan
pembersihan.
Bronkodilator meningkatkan diameter
lumen percabangan trakeobronkhial
Bronkodilator
sehingga menurunkan tahanan
terhadap aliran udara.
Kortikosteroid berguna dengan
keterlibatan luas pada hipoksemia dan
Kortikosteroid
bila reaksi inflamasi mengancam
kehidupan.
Kriteria Evaluasi :
Klien mampu melakukan batuk efektif
Irama, frekuensi, dan kedalaman pernapasan berada pada batas normal,
pada pemeriksaan rontgen dada tidak ditemukan adanya akumulasi
cairan, dan bunyi napas terdengar jelas
Rencana Intervensi Rasional
Dengan mengidentifikasi penyebab,
kita dapat menentukan jenis efusi
Identifikasi faktor penyebab
pleura sehingga dapat mengambil
tindakan yang tepat.
Distres pernapasan dan perubahan
Kaji fungsi pernapasan, catat tanda vital dapat terjadi sebagai
pernapasan, dispnea, sianosis, dan akibat stress fisiologi dan nyeri atau
perubahan tanda vital dapat menunjukan terjadinya syok
akibat hipoksia.
Posisi fowler memaksimalkan
Berikan posisi fowler/semi fowler ekspansi paru dan menurunkan upaya
tinggi dan miring pada sisi yang sakit, napas. Ventilasi maksimal membuka
bantu klien latihan napas dalam dan area atelektasis dan meningkatkan
batuk efektif gerakan sekret ke jalan napas besar
untuk dikeluarkan.
Bunyi napas dapat menurun/tak ada
pada area kolaps yang meliputi satu
Auskultasi bunyi napas
lobus, segmen paru, atau seluruh area
paru (unilateral).
Ekspansi paru menurun pada area
Kaji pengembangan dada dan posisi kolaps. Deviasi trakhea ke arah sisi
trakhea yang sehat pada tension
pneumothoraks.
Bertujuan sebagai evakuasi cairan
Kolaborasi untuk tindakan
atau udara dan memudahkan ekspansi
thorakosentesis atau kalau perlu WSD
paru secara maksimal.
Bila dipasang WSD : periksa Memperthankan tekanan negatif
pengontrol pengisap dan jumlah intrapleural yang meningkatkan
isapan yang benar ekspansi paru optimum.
Periksa batas cairan pada botol Air dalam botol penampung berfungsi
pengisap dan pertahankan pada batas sebagai sekat yang mencegah udara
yang ditentukan atmosfer masuk ke dalam pleura.
Gelembung udara selama ekspirasi
menunjukan keluarnya udara dari
pleura sesuai dengan yang
diharapkan. Gelembung biasanya
Observasi gelembung udara dalam menurun seiring dengan
botol penampung bertambahnya ekspansi paru. Tidak
danya gelembung udara dapat
menujukan bahwa ekspansi paru
sudah optimal atau tersumbatnya
selang drainase.
Setelah WSD dilepas, tutup sisi
lubang masuk dengan kassa steril dan
Deteksi dini terjadinya komplikasi
observasi tanda yang dapat
penting seperti berulangnya
menunjukan berulangnya
pneumothoraks.
pneumothoraks seperti napas pendek,
keluhan nyeri
Tujuan : Dalam waktu 2x24 jam setelah diberikan gangguan petukaran gas
tidak terjadi.
Kriteria Evaluasi :
Melaporkan tak adanya/penurunan dispnea
Klien menunjukan tidak ada gejala distress pernapasan
Menunjukan perbaikan ventilasi dan kadar oksigen jaringan adekuat
dengan gas darah arteri dalam rentang normal
Rencana Intervensi Rasional
TB paru mengakibatkan efek luas
pada paru dari bagian kecil
Mandiri bronkhopneumonia sampai inflamasi
Kaji dispnea, takipnea, bunyi napas, difus yang luas, nekrosis, efusi pleura,
peningkatan upaya pernapasan, dan fibrosis yang luas. Efeknya
ekspansi thoraks, dan kelemahan terhadap pernapasan bervariasi dari
gejala ringan,dispnea berat, sampai
distress pernapasan.
Evaluasi perubahan tingkat Akumulasi sekret dan berkurangnya
kesadaran, catat sianosis, dan jaringan paru yang sehat dapat
perubahan warna kulit, termasuk mengganggu oksigenasi organ vita
membran mukosa dan kuku dan jaringan tubuh.
Membuat tahanan melawan udara luar
Tunjukkan dan dukung pernapasan
untuk mencegah kolaps/penyempitan
bibir selama ekspirasi khususnya
jalan napas sehingga membantu
untuk klien dengan fibrosis dan
menyebarkan udara melalui paru dan
kerusakan parenkim paru
mengurangi napas pendek.
Tingkatkan tirah baring, batasi Menurunkan konsumsi oksigen
aktivitas, dan bantu kebutuhan selama periode penurunan pernapasan
perawatan diri sehari – hari sesuai dan dapat menurunkan beratnya
keadaan klien gejala.
Penurunan kadar O2 (PO2) dan atau
Kolaborasi situasi dan peningkatan PCO2
Pemeriksaan AGD menunjukan kebutuhan untuk
intervensi/ perubahan program terapi.
Terapi oksigen dapat mengoreksi
Pemberian oksigen sesuai kebutuhan hipoksemia yang terjadi akibat
tambahan penurunan ventilasi/menurunnya
permukaan alveolar paru.
Kortikosteroid berguna dengan
keterlibatan luas pada hipoksia dan
Kortikosteroid
bila reaksi inflamasi mengancam
kehidupan.
Kriteria Evaluasi :
Klien dapat mempertahankan status gizinya dari yang semula kurang
menjadi adekuat
Pernyataan motivasi kuat untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya
Rencana Intervensi Rasional
Kaji status nutrisi klien, turgor kulit,
berat badan, derajat penurunan berat Memvalidasi dan menetapkan derajat
badan, integritas mukosa oral, masalah untuk menetapkan pilihan
kemampuan menelan, riwayat intervensi yang tepat.
mual/muntah, dan diare
Fasilitasi klien untuk memperoleh
Memperhitungkan keinginan individu
diet biasa yang disukai klien (sesuai
dapat memperbaiki intake gizi.
indikasi)
Pantau intake dan output, timbang
Berguna dalam mengukur keefektifan
berat badan secara periodik (sekali
intake gizi dan dukungan cairan.
seminggu)
Lakukan dan ajarkan perawatan mulut Menurunkan rasa tak enak karena sisa
sebelum dan sesudah makan serta makanan, sisa sputum, atau obat pada
sebelum dan sesudah pengobatan sistem pernapasan yang
intervensi/pemeriksaan oral dapat merangsang pusat muntah.
Memaksimalkan intake nutrisi tanpa
Fasilitasi pemberian diet TKTP,
kelelahan dan energi besar serta
berikan dalam porsi kecil tapi sering
menurunkan iritasi saluran cerna.
Merencanakan diet dengan
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk kandungan gizi yang cukup untuk
menetapkan komposisi dan jenis diet memenuhi peningkatan kebutuhan
yang tepat energi dan kalori sehubungan dengan
status hipermetabolik klien.
Kolaborasi untuk pemeriksaan Menilai kemajuan terapi diet dan
laboratorium khususnya BUN, protein membantu perencanaan intervensi
serum, dan albumin selanjutnya.
Multivitamin bertujuan untuk
Kolaborasi untuk pemberian memenuhi kebutuhan vitamin yang
multivitamin tinggi sekunder dari peningkatan laju
metabolisme umum.
Tujuan : Dalam waktu 1x24 jam klien mampu memahami dan menerima
keadaanya sehingga tidak terjadi kecemasan
Kriteria Evaluasi :
Tujuan : Dalam waktu 1x24 jam klien mampu melaksanakan apa yang telah
diinformasikan
Kriteria Evaluasi :
Tujuan :
Klien dapat memperlihatkan perilaku sehat ( menutup mulut ketika
batuk, bersin )
Tidak muncul tanda – tanda infeksi lanjutan
Tidak ada anggota keluarga/orang terdekat yang tertular TB
Kriteria Evaluasi :
Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan risiko
penyebaran infeksi
Menunjukan teknik/melakukan perubahan pola hidup untuk
meningkatkan lingkungan yang aman
Rencana Intervensi Rasional
Mandiri
Kaji patologi penyakit (fase aktif/ tak Untuk mengetahui kondisi nyata dari
aktif) dan potensial penyebaran masalah klien walaupun fase tak aktif,
infeksi melalui droplet udara selama tidak berarti tubuh klien sudah
batuk, bersin, meludah, bicara, terbebas dari kuman tuberkulosis.
tertawa, dan lain-lain.
Identifikasi orang lain yang berisiko, Orang-orang yang terpajan ini perlu
contohnya anggota keluarga, teman, program terapi obat untuk mencegah
kerabat. penyebaran / terjadinya infeksi.
Anjurkan pasien untuk batuk/bersin
dan mengeluarkan pada tissue dan
Perilaku yang diberikan untuk
menghindari meludah. Kaji
mencegah penyebaran infeksi.
pembuangan tissue sekali pakai dan
teknik mencuci tangan yang tepat.
Dapat membantu menurunkan rasa
Kaji tindakan kontrol infeksi
terisolasi pasien dan membuang
sementara, contoh masker atau isolasi
stigma sosial sehubungan dengan
pernapasan.
penyakit menular.
I. PENGKAJIAN
A. Tanggal Masuk : 02 November 2019
B. Jam masuk : 20.41 WIB
C. Tanggal Pengkajian : 10 November 2019
D. Jam Pengkajian : 15.00 WIB
E. No.RM : 11427xxx
F. Identitas
1. Identitas pasien
a. Nama : Ny. “O”
b. Umur : 34 tahun
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Agama : Islam
e. Pendidikan : SMU
f. Pekerjaan : Wiraswasta
g. Alamat : Parerejo Purwodadi Pasuruan
h. Status Pernikahan : Janda
2. Penanggung Jawab Pasien
a. Nama : Ny. “E”
b. Umur : 30 tahun
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Agama : Islam
e. Pendidikan : SMA
f. PekerjaanAlamat : Parerejo Purwodadi Pasuruan
g. Hub. Dengan PX : Saudara
G. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan sesak dan sulit untuk bernafas.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien dibawa ke kerumah sakit pada tanggal 3 November 2019 karena
mengalami penurunan kesadaran bertahap sejak 10 hari yang lalu tetapi
membuka mata jika dipanggil. Bicara melantur sejak ± 1 bulan yang lalu
(hilang timbul). Mulai malas bicara dan lebih banyak tidur ± 1 minggu
terakhir. Pasien menderita Tb Paru sejak Februari 2019. Pasien rutin
mengkonsumsi OAT saat ini efambutol 1 x 100 mg, INH 3 x 300 mg.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien menderita epilepsi sejak usia 2 tahun dan rutin berobat ke RSJ
Pasuruan. Pasien rutin mengkonsumsi obat depakote, fenitoine, rispendone.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
H. Pola Fungsi Kesehatan
1. Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
a. Merokok: Jumlah : Tidak merokok
Jenis : -
Ketergantungan : -
b. Alkohol : Jumlah : Tidak mengkonsumsi alkohol
Jenis: : -
Ketergantungan : -
c. Obat-obatan : Jumlah : 2 obat
Jenis : efambutol dan INH
Ketergantungan : -
d. Alergi : Tidak ada alergi
e. Harapan dirawat di RS : Pasien dan keluarga berharap pasien cepat
sembuh dan bisa beraktivitas seperti semula
f. Pengetahuan tentang penyakit : Pasien kurang mengetahui penyakit yang
diderita
g. Pengetahuan tentang keamanan dan keselamatan : Kurang, kadang pagar
tempat tidur tidak dinaikan ketika pasien tidur
h. Data lain :
2. Nutrisi dan Metabolik
a. Jenis diet :
Di RS : Diet Cair 1C
Di rumah : Makanan biasa (nasi, lauk dan sayur)
b. Diet/Pantangan : Makanan yang keras dan kasar
c. Jumlah porsi :
Di RS : 6 x 200 cc
Di rumah : 2 – 3 kali (1 porsi lengkap dengan lauk pauk)
d. Nafsu makan :
Di RS : Turun
Di rumah : Cukup
e. Kesulitan menelan :
Di RS : Ada
Di rumah : Tidak ada
f. Jumlah cairan/minum :
Di RS : 3000 cc/24 jam
Di rumah : 2500 cc/24 jam
g. Jenis cairan :
Di RS : Infus, air putih, dan diet cair dari RS (susu)
Di rumah : Air putih, teh, dan susu
h. Data lain :
3. Aktivitas dan Latihan
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan/minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Berpindah
Mobilisasi di tempat tidur & ambulasi ROM
0: Mandiri 2: Dibantu orang 4: Tergantung total
1: Menggunakan alat bantu 3: Dibantu orang lain dan alat
a. Alat bantu :
b. Data lain :
4. Tidur dan Istirahat
a. Kebiasaan tidur :
Di Rs : normal
Di rumah : normal
b. Lama tidur :
Di RS : 10 – 12 jam/hari
Di rumah : 9 – 10 jam/hari
c. Masalah tidur :
Di RS : tidak ada
Di rumah : tidak ada
d. Data lain :
5. Eliminasi
a. Kebiasaan defekasi :
Di RS : 1 kali/hari
Di rumah : 1 kali/hari
b. Pola defekasi :
Di RS : normal
Di rumah : normal
c. Warna feses :
Di RS : kuning
Di rumah : kuning
d. Kolostomi : Tidak ada
e. Kebiasaan miksi :
Di RS : terpasang kateter
Di rumah : 5 – 6 kali/24 jam
f. Pola miksi :
Di RS : normal
Di rumah : normal
g. Warna urine :
Di RS : kuning pekat
Di rumah : kuning
h. Jumlah urine :
Di RS : 2500 cc/24 jam
Di rumah : 2100 cc/24 jam
i. Data lain :
6. Pola Persepsi Diri (Konsep Diri)
a. Harga diri : harga diri pasien menurun
b. Peran : peran pasien terganggu selama di rawat di RS
c. Identitas diri : pasien tidak mengenal dirinya sendiri
d. Ideal diri :
e. Penampilan : penampilan pasien sedikit berantakan, kurang rapi (rambut
tidak disisir dan bajunya tidak dikancingkan)
f. Koping :
g. Data lain :
7. Peran dan Hubungan Sosial
a. Peran saat ini : terganggu selama sakit dan menjalani pengobatan
b. Penampilan peran : terganggu selama dirawat di RS
c. Sistem pendukung : keluarga mendukung sepenuhnya pengobatan pasien
d. Interaksi dengan orang lain : terganggu, pasien sulit diajak komunikasi
e. Data lain :
8. Seksual dan Reproduksi
a. Frekuensi hubungan seksual : tidak berhubungan seksual
b. Hambatan hubungan seksual : pasien adalah janda
c. Periode menstruasi : normal
d. Masalah menstruasi : tidak ada
e. Data lain :
9. Kognitif Perseptual
a. Keadaan mental : terganggu
b. Berbicara : sulit untuk diajak berkomunikasi
c. Kemampuan memahami : kurang (pasien kurang memahami mengenai
apa yang dijelaskan)
d. Ansietas : ada
e. Pendengaran : normal (pasien dapat mendengar dengan jelas)
f. Penglihatan : normal (pasien dapat melihat dengan jelas)
g. Nyeri : tidak ada
h. Data lain :
10. Nilai dan Keyakinan
a. Agama yang dianut : Islam
b. Nilai/keyakinan terhadap penyakit : pasien yakin penyakitnya bisa
sembuh walaupun tidak bisa sembuh seperti dulu
c. Data lain :
I. Pengkajian
a. Vital Sign
Tekanan Darah : 130/80 mmHg Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,6 ºC RR : 25x/menit
b. Kesadaran : Compos mentis
GCS :436
c. Keadaan Umum
a. Status gizi : Gemuk Normal Kurus
Berat Badan : 50 kg Tinggi Badan : 155 cm
b. Sikap : Tenang Gelisah Menahan nyeri
d. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
a. Warna rambut : hitam
b. Kuantitas rambut : lebat
c. Tekstur rambut : lepek
d. Kulit kepala : bersih tidak ada ketombe, tidak ada benjolan, dan tidak
ada luka
e. Bentuk kepala : normal
f. Data lain :
2) Mata
a. Konjungtiva : anemis
b. Sclera : putih
c. Reflek pupil : isokor
d. Bola mata : bulat
e. Data lain :
3) Telinga
a. Bentuk telinga : normal simetris kanan kiri
b. Kesimetrisan : simetris kanan kiri
c. Pengeluaran cairan : tidak ada
d. Data lain :
4) Hidung dan Sinus
a. Bentuk hidung : normal simetris kanan kiri
b. Warna : sawo matang
c. Data lain :
5) Mulut dan tenggorokan
Bibir : merah muda dan lembab
Mukosa : lembab
Gigi : kotor
Lidah : kotor
Palatum : merah muda
Faring : merah muda
Data lain :
6) Leher
Bentuk : normal
Warna : sawo matang
Posisi trakea : di tengah tidak ada pergeseran
Pembesaran tiroid : tidak ada
JVP : tidak ada
Data lain :
7) Thorax
Paru-Paru
a. Bentuk dada : normal chest
b. Frekuensi nafas : 25 x/menit
c. Kedalaman nafas : dangkal
d. Jenis pernafasan : pernafasan dada
e. Pola nafas : abnormal
f. Retraksi dada : ada
g. Irama nafas : irreguler
h. Ekspansi paru :
i. Vocal fremitus : normal
j. Nyeri : tidak ada
k. Batas paru : tidak terkaji
l. Suara nafas : vesikuler
m. Suara tambahan : tidak ada
n. Data lain :
Jantung
a. Ictus cordis : tidak teraba
b. Nyeri : tidak ada
c. Batas jantung : tidak terkaji
d. Bunyi jantung : S1 S2 tunggal
e. Suara tambahan : tidak ada
f. Data lain :
8) Abdomen
a. Bentuk perut : normal
b. Warna kulit : sawo matang
c. Lingkar perut : 80 cm
d. Bising usus : 25 x/menit
e. Massa : tidak ada
f. Acites : tidak ada
g. Nyeri : tidak ada
h. Data lain :
9) Genetalia :
a. Kondisi meatus : -
b. Kelainan skrotum : -
c. Odem vulva : tidak ada
d. Kelainan : tidak ada
e. Data lain :
10) Ekstremitas
a. Kekuatan otot :
55
5 5
455 4
b. Turgor : bagus
c. Odem : tidak ada
d. Nyeri : tidak ada
e. Warna kulit : sawo matang
f. Akral : hangat
g. Sianosis : tidak ada
h. Parese : tidak ada
i. Alat bantu : tidak ada
j. Data lain :
e. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Nama : Ny. “O” Tanggal : 10 November 2019
No. RM : 11427xxx Ruang : 24b
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan Normal
Dewasa
Hematologi
Hemoglobin (HGB) 12,00 g/dL 13,0 – 15,1
Eritrosit (RBC) 4,21 4,0 – 5,0
Leukosit (WBC) 8,58 % 4,7 – 11,3
Hematokrit 37,70 38 - 42
Trombosit (PLT) 203 fL 142 – 424
MCV 89,50 pg 80 – 93
MCH 30,20 27 – 31
MCHC 33,70 g/dL 32 – 36
RDW 12,50 % 11,5 – 14,5
PDW 9,4 fL 9 – 13
MPV 9,2 fL 7,2 – 11,1
P-LCR 18,0 % 15,0 – 25,0
PCT 0,19 % 0,150 – 0,400
NRBC Absolute 0,01
NRBC Percent 0,1 %
Hitung Jenis
Eosinofil 1,9 % 0–4
Basofil 0,2 % 0–1
Neutrofil 40,3 % 51 – 67
Limfosit 43,5 % 25 – 33
Monosit 14,1 % 2–5
Eosinofil Absolute 0,16
Basofil Absolute 0,02
Neutrofil Absolute 3,46
Limfosit Absolute 3,73
Monosit Absolute 1,21 0, 16 – 1
Immature Granulosit (%) 1,30
Immature Granulosit 0,11 %
Lain-lain
Kimia Klinik
Faal Hati
Bilirubin total 0,35 mg/dL < 1,0
Bilirubin direk 0,27 mg/dL < 0,25
Bilirubin indirek 0,08 mg/dL < 0,75
AST/SGOT 20 U/L 0 – 32
ALT/SGPT 38 U/L 0 – 33
Albumin 3,12 g/dL 3,5 – 5,5
Imunoserologi
Test lain
Procalcitonin 0,10 mg/dL < 0,5 resiko rendah untuk
terjadinya sepsis berat
atau syok septik
>2 resiko tinggi untuk
terjadinya sepsis berat
atau syok septik
Kimia Klinik
Analisa Gas Darah
pH 7,37 7,35 – 7,45
pCO2 44,0 mmHg 35 -45
pO2 80,9 mmHg 80 – 100
Bikarbonat (HCO3) 25,6 mmol/L 21 – 28
Saturasi O2 94 mmol/L > 95
Suhu 37
Asam Laktat 1,9 mmol/L Darah Vena : 0,5 – 2,2
Darah Arteri : 0,5 – 1,6
f. Terapi Medik
Tanggal 12 November 2019 :
1. O2 2 -4 lpm
2. IVFD DS ½ NS : 1500cc/24jam
3. Injeksi :
- Streptomisin 1 x 1 gr (IM)
- Flucanazole 1 x 200 mg (IV)
- Levofloxacine 1 x 750 mg (IV)
4. PO :
- Efambutol 1 x 100 mg
- INH 3 x 300 mg
DO :
- Frekuensi pernafasan 25 kali/menit
- Terlihat penggunaan otot bantu
pernafasan
- Pernafasan dangkal
2. DS : Gangguan Gangguan
- Pasien mengatakan sesak neurologis pertukaran gas
DO :
- Keadaan umum : lemah
- Kesadaran : compos mentis
- TTV
TD : 130/80 mmHg
N : 80 x/menit
S : 36,6 ºC
RR : 25 x/menit
- Pasien terpasang O2 nasal canule
4 lpm
- Pasien duduk dengan posisi
semifowler
- Retraksi dindingi dada : ada
- BGA :
- pH : 7,37
- pCO2 : 44,0 mmHg
- pO2 : 80,9 mmHg
- bikarbonat (HCO3) : 25,6
mmol/L
- kelebihan basa (BE) : 0,1
mmol/L
- Saturasi O2 : 94 %
3. DS : Ketidakmampua Ketidakseimbang
n untuk an nutrisi
- Keluarga mengatakan pasien tidak
memasukkan kurang dari
mau makan atau mencerna kebutuhan
nutrisi tubuh
DO :
- Kondisi umum : lemah
- Terpasang NGT
- BB awal : 60 kg
- BB sekarang : 55 kg
- Diet cair
- TTV :
TD : 130/80 mmHg
N : 80 x/menit
S : 36,6 ºC
RR : 25 x/menit
3.4 Intervensi
3 Selasa/ NIC :
1. Mengkaji adanya alergi makanan
12
2. Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk
Novem menentukan jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien
ber
3. Meyakinkan diet yang dimakan
2019 mengandung tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
4. Mengajarkan pasien bagaimana membuat
catatan makanan harian.
5. Memonitor adanya penurunan BB dan
gula darah
6. Memonitor lingkungan selama makan
7. Menjadwalkan pengobatan dan tindakan
tidak selama jam makan
8. Memonitor turgor kulit
9. Memonitor kekeringan, rambut kusam,
total protein, Hb dan kadar Ht
10. Memonitor mual dan muntah
11. Memonitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
12. Memonitor intake nuntrisi
13. Menginformasikan pada klien dan
keluargam tentang manfaat nutrisi
14. Berkolaborasi dengan dokter tentang
kebutuhan suplemen makanan seperti
NGT/ TPN sehingga intake cairan yang
adekuat dapat dipertahankan.
15. Mengatur posisi semi fowler atau fowler
tinggi selama makan
16. Menganjurkan banyak minum
17. Mempertahankan terapi IV line
18. Mencatat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas oval
1 Rabu/ NIC:
1. Memposisikan pasien untuk
13
memaksimalkan ventilasi
Novem 2. Melakukan fisioterapi dada jika perlu
3. Mengeluarkan 38ecret dengan batuk atau
ber
suction
2019 4. Mengauskultasi suara nafas, catat adanya
suara tambahan
5. Memonitor respirasi dan status O2
6. Membersihkan mulut, hidung dan secret
trakea
7. Mempertahankan jalan nafas yang paten
8. Mengobservasi adanya tanda tanda
hipoventilasi
9. Memonitor adanya kecemasan pasien
terhadap oksigenasi
10. Memonitor vital sign
11. Menginformasikan pada pasien dan
keluarga tentang tehnik relaksasi untuk
memperbaiki pola nafas.
12. Mengajarkan bagaimana batuk efektif
13. Memonitor pola nafas
14. Berkolaborasi dengan tim medis lainnya
(dokter) mengenai pemberian terapi O2
dan pengobatan
Rabu/ NIC :
1. Memposisikan pasien untuk
13
memaksimalkan ventilasi
Novem 2. Memasang mayo bila perlu
3. Melakukan fisioterapi dada jika perlu
ber
4. Mengeluarkan sekret dengan batuk atau
2019 suction
5. Mengauskultasi suara nafas, catat adanya
suara tambahan
6. Mengatur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan.
7. Memonitor respirasi dan status O2
8. Mencatat pergerakan dada,amati
kesimetrisan, penggunaan otot tambahan,
retraksi otot supraclavicular dan
intercostals
9. Memonitor suara nafas, seperti dengkur
10. Memonitor pola nafas : bradipena,
takipenia, kussmaul, hiperventilasi,
cheyne stokes, biot
11. Mengauskultasi suara nafas, catat area
penurunan / tidak adanya ventilasi dan
suara tambahan
12. Memonitor TTV, AGD, elektrolit dan
ststus mental
13. Mengobservasi sianosis khususnya
membrane mukosa
14. Menjelaskan pada pasien dan keluarga
tentang persiapan tindakan dan tujuan
penggunaan alat tambahan (O2, Suction,
Inhalasi)
15. Mengauskultasi bunyi jantung, jumlah,
irama dan denyut jantung
16. Berkolaborasi pemberian bronkodilator :
3 Rabu/ NIC :
1. Mengkaji adanya alergi makanan
13
2. Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk
Novem menentukan jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien
ber
3. Meyakinkan diet yang dimakan
2019 mengandung tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
4. Mengajarkan pasien bagaimana membuat
catatan makanan harian.
5. Memonitor adanya penurunan BB dan
gula darah
6. Memonitor lingkungan selama makan
7. Menjadwalkan pengobatan dan tindakan
tidak selama jam makan
8. Memonitor turgor kulit
9. Memonitor kekeringan, rambut kusam,
total protein, Hb dan kadar Ht
10. Memonitor mual dan muntah
11. Memonitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
12. Memonitor intake nuntrisi
13. Menginformasikan pada klien dan
keluargam tentang manfaat nutrisi
14. Berkolaborasi dengan dokter tentang
kebutuhan suplemen makanan seperti
NGT/ TPN sehingga intake cairan yang
adekuat dapat dipertahankan.
15. Mengatur posisi semi fowler atau fowler
tinggi selama makan
16. Menganjurkan banyak minum
17. Mempertahankan terapi IV line
18. Mencatat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas oval
1 Kamis/ NIC:
1. Memposisikan pasien untuk
14
memaksimalkan ventilasi
Novem 2. Melakukan fisioterapi dada jika perlu
3. Mengeluarkan sekret dengan batuk atau
ber
suction
2019 4. Mengauskultasi suara nafas, catat adanya
suara tambahan
5. Memonitor respirasi dan status O2
6. Membersihkan mulut, hidung dan secret
trakea
7. Mempertahankan jalan nafas yang paten
8. Mengobservasi adanya tanda tanda
hipoventilasi
9. Memonitor adanya kecemasan pasien
terhadap oksigenasi
10. Memonitor vital sign
11. Menginformasikan pada pasien dan
keluarga tentang tehnik relaksasi untuk
memperbaiki pola nafas.
12. Mengajarkan bagaimana batuk efektif
13. Memonitor pola nafas
14. Berkolaborasi dengan tim medis lainnya
(dokter) mengenai pemberian terapi O2
dan pengobatan
2 Kamis/ NIC :
1. Memposisikan pasien untuk
14
memaksimalkan ventilasi
Novem 2. Memasang mayo bila perlu
3. Melakukan fisioterapi dada jika perlu
ber
4. Mengeluarkan sekret dengan batuk atau
2019 suction
5. Mengauskultasi suara nafas, catat adanya
suara tambahan
6. Mengatur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan.
7. Memonitor respirasi dan status O2
8. Mencatat pergerakan dada,amati
kesimetrisan, penggunaan otot tambahan,
retraksi otot supraclavicular dan
intercostals
9. Memonitor suara nafas, seperti dengkur
10. Memonitor pola nafas : bradipena,
takipenia, kussmaul, hiperventilasi,
cheyne stokes, biot
11. Mengauskultasi suara nafas, catat area
penurunan / tidak adanya ventilasi dan
suara tambahan
12. Memonitor TTV, AGD, elektrolit dan
ststus mental
13. Mengobservasi sianosis khususnya
membrane mukosa
14. Menjelaskan pada pasien dan keluarga
tentang persiapan tindakan dan tujuan
penggunaan alat tambahan (O2, Suction,
Inhalasi)
15. Mengauskultasi bunyi jantung, jumlah,
irama dan denyut jantung
16. Berkolaborasi pemberian bronkodilator :
3 Kamis/ NIC :
1. Mengkaji adanya alergi makanan
14
2. Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk
Novem menentukan jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien
ber
3. Meyakinkan diet yang dimakan
2019 mengandung tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
4. Mengajarkan pasien bagaimana membuat
catatan makanan harian.
5. Memonitor adanya penurunan BB dan
gula darah
6. Memonitor lingkungan selama makan
7. Menjadwalkan pengobatan dan tindakan
tidak selama jam makan
8. Memonitor turgor kulit
9. Memonitor kekeringan, rambut kusam,
total protein, Hb dan kadar Ht
10. Memonitor mual dan muntah
11. Memonitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
12. Memonitor intake nuntrisi
13. Menginformasikan pada klien dan
keluargam tentang manfaat nutrisi
14. Berkolaborasi dengan dokter tentang
kebutuhan suplemen makanan seperti
NGT/ TPN sehingga intake cairan yang
adekuat dapat dipertahankan.
15. Mengatur posisi semi fowler atau fowler
tinggi selama makan
16. Menganjurkan banyak minum
17. Mempertahankan terapi IV line
18. Mencatat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas oval
5 2 Rabu/ S:
13 - Pasien mengatakan sesak berkurang
Novem O:
ber - Keadaan umum : lemah
2019 - Kesadaran : compos mentis
- TTV
TD : 120/80 mmHg
N : 86 x/menit
S : 36.5ºC
RR : 23 x/menit
- Pasien terpasang O2 nasal canule 4 lpm
- Pasien duduk dengan posisi semifowler
- Retraksi didi dada : tidak terlihat
- BGA :
- pH : 7,37
- pCO2 : 44,0 mmHg
- pO2 : 80,9 mmHg
- bikarbonat (HCO3) : 25,6 mmol/L
- kelebihan basa (BE) : 0,1 mmol/L
- Saturasi O2 : 94 %
A : Masalah Teratasi Sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
6 3 Rabu/ S : Keluarga mengatakan pasien tidak mau makan
13 O:
Novem - Kondisi umum : lemah
ber - Terpasang NGT
2019 - BB awal : 60 kg
- BB sekarang : 55 kg
- Diet cair
- TTV
TD : 120/80 mmHg
N : 86 x/menit
S : 36.5ºC
RR : 23 x/menit
A : Masalah Belum Teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
7 1 Kamis/ S : Pasien mengatakan sesak dan sulit untuk
14 bernafas berkurang
Novem O:
ber - Frekuensi pernafasan 22 kali/menit
2019 - Terlihat penggunaan otot bantu pernafasan
- Pernafasan dangkal
A : Masalah Teratasi Sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
8 2 Kamis/ S:
14 - Pasien mengatakan sesak berkurang
Novem O:
ber - Keadaan umum : lemah
2019 - Kesadaran : compos mentis
- TTV
TD : 130/90 mmHg
N : 90 x/menit
S : 36,9 ºC
RR : 22 x/menit
- Pasien terpasang O2 nasal canule 4 lpm
- Pasien duduk dengan posisi semifowler
- Retraksi didi dada : tidak terlihat
- BGA :
- pH : 7,37
- pCO2 : 44,0 mmHg
- pO2 : 80,9 mmHg
- bikarbonat (HCO3) : 25,6 mmol/L
- kelebihan basa (BE) : 0,1 mmol/L
- Saturasi O2 : 94 %
A : Masalah Teratasi Sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
9 3 Kamis/ S : Keluarga mengatakan pasien sudah mau makan
14 sedikit
Novem O:
ber - Kondisi umum : lemah
2019 - Terpasang NGT
- BB awal : 60 kg
- BB sekarang : 55 kg
- Diet cair
- TTV
TD : 130/90 mmHg
N : 90 x/menit
S : 36,9 ºC
RR : 22 x/menit
A : Masalah Teratasi Sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien Ny. O saat masuk rumahsakit tanggal 3-11-2019 saat pengkajian didapat
pasien mengalami penurunan kesadaran, akan tetapi saat pasien di panggil dapat
dapat membuka mata. Tanggal 10 November 2019 didpatkan pasien mengeluhkan
sesak nafas kondisi pasien lemas, tidak koperatif, aktivity daily living pasien dibantu
oleh orang tua diet makanan berbentuk cair dan pasien terpasang NGT, terpasang
oksigen nasal, pasien terpasang kateter.pada hari pertama tanggal 10 November 2019
didapat pasien menegeluhkan sesak nafas dengan data objektif respirasi : 25 x/menit,
penggunaan otot bantu nafas, nafas dangkal, dengan terapi medis terpasang oksigen 4
tpm, IVFDD5 ½ NS : 1500cc/24jam injeksi streptomisin 1 x 1 gram, flucanzole 1 x
200mg, levofloxacine 1 x 75 mg , pemberian obat oral : efambutol 1 x 100 mg, INH
3 x 300 mg, didapat diagnose ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan
keletihan otot pernafasan data subjektif pasien mengatakan sesak dan sulit bernafas
dan data objektif frekuensi pernafasan 25 kali/menit, terlihat penggunaan otot bantu
pernafasan, dan pernafasan dangkal. Hari yang sama dapat pula di tegak kan
diagnose yang kedua dengan gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
gangguan neurologis didapat hasil data subjektif pasien mengatakan sesak dan sulit
bernafas, dengan data objektif yang mendukung keadaan umum : lemah, kesadaran :
compos mentis, TTV : TD : 130/80 mmHg N : 80 x/menit S : 36,6 ºC RR : 25
x/menit, pasien terpasang O2 nasal canule 4 lpm, pasien duduk dengan posisi
semifowler, retraksi dindingi dada : ada, BGA : pH : 7,37, pCO2 : 44,0 mmHg, pO2 :
80,9 mmHg, bikarbonat (HCO3) : 25,6 mmol/L, kelebihan basa (BE) : 0,1 mmol/L,
saturasi O2 : 94%. Diagnosa ketiga didapatkan pasien ketidakseimbangan nutrisi:
kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakmampuan untyk menelan
makanan, didapatkan data subjektif: pasien tidak nafsu makan , dengan data objektif
yang mendukung pasien terlihat terpsag NGT, makanan pasien berbentuk cair pasien
mengalami penurunan berat bada sebelum MRS berat badan pasien 75 kg setelah
MRS berat badan pasien 50 kg. pegkajian ini dilakukan selama 3 hari dengan dilihat
perkembagan setiap hari pasien sampai dengan berhasilnya intervensi yang dilakukan
kedapa pasien
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
1. Keluarga pasien
Diharapkan keluarga pasien agar dapat mengetahu tentang TB paru dan
ciri-ciri TB paru serta dan dan gejala dan penyebabnya dengan begitu
anggota keluarga yang sudah tibul ciri-ciri terkena penyakit TB paru
dapat segera diobati.
2. Perawat
Diharapkan report case ini dijadikan reverensi untuk terus memberikan
healt education terhadap keluarga dan pasien yang menderita TB paru
3. Peneliti
Diharapkan repot case ini dapat dijadikan reverensi untuk lebih mengikuti
perjalanan pegobatan pasien sampai di nyatakan sembuh total.
DAFTAR PUSTAKA
http://nerssaputra.blogspot.com/2011/01/konsep-dasar-asuhan-keperawatan-
pada.html