Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

PROSEDUR KETERAMPILAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


LATIHAN PRE OPP UNTUK POST OPP
(BATUK EFEKTIF DAN ROM)

D
I
S
U
S
U
N
OLEH

KELOMPOK : 8 (DELAPAN)
NAMA : 1. ADI CANDRA
NIM PO.71.20.2.06.004
2. CATUR WAHYUNI
NIM PO.71.20.2.06.009
3. LYDIA VERONICA FASHA
NIM PO.71.20.2.06.040
TINGKAT : IIA
DOSEN PEMBIMBING : NI KETUT SUJATI, M.Kes

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN BATURAJA
2007 - 2008
Latihan Pre Opp untuk Post Opp
(Batuk efektif dab ROM)

A. Batuk Efektif

I. Pengkajian
- Pengertian : latihan batuk efektif ialah suatu tindakan yang diperlukan untuk membersihkan
sekresi
- Tujuan
1. Mengeluarkan/menghilangkan sekret yang berada di jalan napas dan mobilisasi sekresi
2. Menungukkan batuk yang efektif dan peningkatan udara dalam paru-paru
3. Tidak mengalami aspirasi
4. Memperbaiki ventilasi dan oksigenasi
5. Mencegah efek samping dan retensi sekresi (pneumonia, atelekrasais, dan demam)

- Indikasi
1. Pasien pre dan post opp
2. Pasien penyakit paru

II. Diagnosa Keperawatan


Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan resiko terhadap perubahan
fungsi pernapasan yang ditandai dengan batuk tidak efektif/ketidakmampuan, kakakuan otot, yang
secara bertahap dan beraturan
Jenis range of motion
1. ROM aktif
Adalah suatu latihan gerak sendi yang dilakukan kepada pasien yang dapat dilakukan oleh
pasien sendiri tanpa orang lain atau perawat
2. ROM pasif
Adalah suatu latihan gerak sendi yang dilakukan kepada pasien dengan bantuan orang lain
atau perawat karena kondisi pasien yang immobilitas

Tujuan
1. Untuk memperbaiki dan mempertahankan posisi sendi
2. Untuk mencegah kontraktur
3. Untuk mengurangi resiko efek negatif dan bed rest yang lama dan immobil
4. Memberikan rasa nyaman pada pasien karena dengan latihan ROM akan terjadi peregangan
otot
5. Membantu mempermudah pasien dalam teknik ambulasi
6. Membantu mempercepat proses penyembuhan

Indikasi dan Kontra Indikasi


a. Indikasi
1. Pada pasien Immobil atau bed rest total
2. Pada pasien post operasi
3. Pada pasien terancam kontraktur, atau kekakuan sendi
4. Pada pasien yang terancam dekubitus
b. Kontra Indikasi
Pada area yang mengharuskan di immobil, misalnya : fiksasi area fraktur pada pasien
dengan fraktur
III. Dasar Diagnosa
1. Resiko kerusakan integritas kulit sehubungan tirah baring yang lama
2. Intoleran aktifitas sehubungan dengan gangguan transport oksigen peningkatan kebutuhan
metabolisme
3. Potensial komplikasi : konfraktur sehubungan dengan immobilitas
TINDAKAN KEPERAWATAN
MEDIKAL BEDAH

KETERAMPILAN : ...........................................................................................................
NAMA PRAKTIKAN : ................................................................. TANGGAL : ..................
NAMA OBSERVER :

Dikerjakan
Kompetensi yang
No DENGAN DENGAN TTD
Di Demonstrasikan
BENAR SALAH
I FASE PRA INTERAKSI
- Persiapan alat
1. Bantal (opsional)
2. Spirometer
3. Stocking elastis atau manset konpresi
pneumatik
4. Piala ginjal/nierbeken/bengkok
5. Tissue
6. Stetoscope

II FASE INTERAKSI
- Mengetuk pintu, salam, berhenti sejenak
- Masuk ke ruang pasien
- Pasien diberitahu tentang hal-hal yang akan
dilakukan
- Atur posisi pasien senyaman mungkin
- Ajak pasien untuk bekerja sama

III FASE KERJA


- Perawat cuci tangan
- Menjelaskan tujuan berbagai latihan pascaoperatik,
termasuk kepentingannya terhadap pemulihan dan
manfaat fisiologis yang akan diperoleh

Pernapasan Diafragma
1. bantu klien ke posisi yang nyaman baik duduk atau
berdiri
2. Berdiri atau duduk menghadap klien
3. Instruksikan klien untuk meletakkan telapak
tangannya berseberangan satu sama lain, di
bawah dan di sepanjang batas bawah tulag rusuk
aterior. Letakkan ujung jari ke tiga kedua tangan
dengan saling bersentuhan
4. Minta klien mengambil napas dalam secara mbat,
menghirup napas melalui hidung
5. Jelaskan bahwa klien akan merasakan pergerakan
normal diafragma ke bawah yang terjadi selama
inspirasi
6. Jangan menggunakan dada dan bahu saat
menghirup napas
7. Minta klien menahan napas sampai hitungan ke tiga
dan perlahan-lahan hembuskan napas melalui
mulut
8. Ulangi latihan ini sebanyak 3-5 X

Spirometri Stimulaty
1. Cuci tangan
2. Instruksikan klien untuk berada pada posisi semi
fowler atau fowler
3. Demonstrasikan pada klien cara memasukkan
mouthplace sehingga seluruh bibir menutupi
mouthplace tersebut
4. instruksikan klien untuk menghirup napas secara
perlahan dan pertahankan aliran yang konstan pada
alat tersebut. Apabila inspirasi maksimal telah
tercapai, klien harus menahan napas selama 2-3
detik dan kemudian mengeluarkan secara perlahan.
Jumlah pernapasan tidak boleh lebih dari 10-12 kali
permenit
5. instruksikan klien untuk bernapas secara normal
dalam periode waktu yang singkat
6. Minta klien mengulangi latihan tersebut sampai
tujuan tercapai
7. Cuci tangan

Batuk terkontrol
1. Jelaskan pentingnya mempertahankan posisi
duduk tegak
2. Demonstrasikan batuk. Hirup napas dalam dua kali
secara perlahan melalui hidung dan hembuskan
melalui mulut
3. Hirup napas dalam ketiga kalinya dan tahan napas
sampai hitungan ke tiga. Batukkan dengan kuat
dua atau tiga kali secara berturut-turut tanpa
menghirup napas kembali selama melakukan batuk
4. ingatkan pada klien bahwa selain batuk, ia juga
membersihkan tenggorokannya
5. Jika insisi bedah akan terdapat pada abdomen
atau toraks, ajarkan klien untuk meletakkan salah
satu tangannya pada tempat insisi dan letakkan
tangan lain di atas tangan sebelumnya selama
melakukan latihan napas batuk, klien menekan
atau menyangga tempat insisi secara lembut.
Meletakkan bantal di tempat insisi juga
diperbolehkan
6. Klien melanjutkan latihan batuk, sambil menekan
tempat insisi. Instruksikan klien untuk batuk
sebanyak 2-3 kali setiap 2 jam pada saat klien
terjaga
7. Minta klien untuk memeriksa adanya perubahan
konsistensi jumlah dan warna spurum
Mengganti Posisi
1. Instruksikan klien untuk berbaring pada posisi
telentang pada bagian kanan tempat tidur, pasang
kedua pembatas tempat tidur
2. Instruksikan klien untuk meletakkan tangan kirinya
diatas tempat insisi untuk menahan tempat insisi
tersebut
3. Instruksikan klien untuk mempertahankan kaki
kirinya tetap lurus dan kaki kanan ditekuk
menyilang ke atas kaki kiri
4. Minta klien memegang pembatas tempat tidur
bagian kiri dengan menggunakan tangan
kanannya, tarik ke arah kiri dan miringkan
tubuhnya ke arah kiri
5. Instruksikan klien untuk mengganti posisinya
setiap 2 jam pada saat klien terjaga

Latihan Kaki
1. Minta klien berada pada posisi telentang di tempat
tidur. Demonstrasikan latihan kaki dengan
melakukan latihan tentang pergerakan sendi pasif
dan dilanjutkan dengan penjelasan tentang latihan
tersebut
2. Rotasikan kedua pergelangan kaki membentuk
lingkaran penuh. Instruksikan klien untuk
menggambarkan lingkaran dengan menggunakan
jempol kakinya. Ulangi sebanyak lima kali
3. Latihan dasofleksi dan plantar fleksi secara
bergantian pada kedua kaki klien. Bimbing klien
untuk merasakan kontraksi dan intraksasi otot
betis secara bergantian. Ulangi sebanyak 5 kali
4. Minta untuk klien melanjutkan latihan kaki dengan
fleksi dan ekstensi lutut secara bergantian. Ulangi
sebanyak 5 kali
5. Minta klien mengangkat kedua kakinya secara
tega lurus dari permukaan tempat tidur secara
bergantian. Ulangi sebanyak 5 kali
6. Minta klien melakukan latihan ini minimal setiap 2
jam pada saat klien terjaga. Instruksikan klien
untuk menggabungkan perpindahan posisi dan
latihan kaki dengan latihan tersebut secara
mandiri
7. Observasi kemampuan klien dalam melakukan
kelima latihan tersebur secara mandiri
8. Catat latihan yang telah didemontrasikan dan
kemampuan klien melakukan latihan tersebut
secara mandiri
IV Teriginasi
- Evaluasi
1. Perhatikan keadaan umum pasien
2. Bagaimana reaksi pasien terhadap tindakan
perawatan
3. Pasien merasa aman dan nyaman
4. Pasien dapat mempertahankan sendi
5. Pasien tidak mengalami kontrakrur
6. Pasien tidak mengambil resiko efek negatif dan
bedresi yang lama dan immobil
7. Pasien mendapatkan rasa nyaman
8. Pasien dapat melakukan teknik ambulasi
9. Pemberitahuan terhadap pasien tentang kontrak
waktu
DAFTAR PUSTAKA

 Brunner, Suddarth. 2005. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8. Volume I.
Jakarta : EGC

 Potter, Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Edisi 4. Penerbit Buku
Kedokteran : EGC

Anda mungkin juga menyukai