KEPERAWATAN JIWA
HDR (Harga Diri Rendah)
Di Susun Oleh :
INDA PERMATASARI
NIM : P00220217016
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri
yang dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan (Townsend, 1998).
Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri
sendiri, teramsuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan
(Kelliat, 1995).
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga,tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri.
Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai
keinginan sesuai ideal diri. ( Yosep,2009).
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri sendiri atau
kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak langsung
diekspresikan. ( Towsend,2008)
B. Penyebab
Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri seseorang. Dalam
tinjuan life span history klien. Penyebab terjadinya harga diri rendah adalah pada masa
kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas keberhasilannya. Saat individu mencapai
masa remaja keberadaannya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima.
Menjelang dewasa awal sering gagal di sekolah, pekerjaan atau pergaulan. Harga diri
rendah muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari
kemampuannya.( Yosep,2009)
Menurut Stuart & Sundeen (2006), faktor-faktor yang mengakibatkan harga diri rendah
kronik meliputi faktor predisposisi dan faktor presipitasi sebagai berikut :
a. Faktor predisposisi
1) Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan
orang tua yang tidak realistik, kegagalan yang berulang, kurang mempunyai
tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri yang
tidak realistis.
2) Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah stereotipe peran gender,
tuntutan peran kerja, dan harapan peran budaya
3) Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi ketidakpercayaan orangtua,
tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan struktur sosial. (Stuart &
Sundeen, 2006)
b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya adalah kehilangan
bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh,kegagalan atau produktivitas
yang menurun. Secara umum, gangguan konsep diri harga diri rendah ini dapat
terjadi secara emosional atau kronik. Secara situasional karena trauma yang muncul
secara tiba-tiba, misalnya harus dioperasi,kecelakaan,perkosaan atau dipenjara,
termasuk dirawat dirumah sakit bisa menyebabkan harga diri rendah disebabkan
karena penyakit fisik atau pemasangan alat bantu yang membuat klien sebelum
sakit atau sebelum dirawat klien sudah memiliki pikiran negatif dan meningkat saat
dirawat.( Yosep,2009).
Harga diri rendah sering disebabkan karena adanya koping individu yang
tidak efektif akibat adanya kurang umpan balik positif, kurangnya system pendukung
kemunduran perkembangan ego, pengulangan umpan balik yang negatif, disfungsi
system keluarga serta terfiksasi pada tahap perkembangan awal.(Townsend,2008)
C. Rentang Respon
1. Aktualisasi diri : pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang
pengalaman nyata yang sukses dan diterima.
2. Konsep diri : apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam beraktualisasi
diri
3. Harga diri rendah : transisi antara respon konsep diri adaptif dengan konsep diri mal
adiptif
4. Keracunan identitas : kegagalan aspek individu mengintergrasikan aspek- aspek
identitas masa kanak-kanak ke dalam kematang aspek psikososial, kepribadian pada
masa dewasa yang harmonis.
5. Depersonalisasi : perasaan yang tidak realistik dan asing terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya
dengan orang lain. (Kelliat, 1998).
Sedangkan menurut Stuart (2006) tanda- tanda klien dengan harga diri rendah yaitu :
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri adalah akibat penyakit dan akibat tindakan
terhadap penyakit
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri
3. Merendahkan martabat
4. Gangguan hubungan sosial seperti menarik diri
5. Percaya diri kurang
6. Menciderai diri
F. Akibat
Harga diri rendah dapat diakibatkan oleh rendahnya cita-cita seseorang. Hal ini
mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam mencapai tujuan. Tantangan yang rendah
menyebabkan upaya yang rendah. Selajutnya hal ini menyebutkan penampilan seseorang
yang tidak optimal. Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan dan
menuntut lebih dari kemampuanya. Ketika seseorang mengalami harga diri rendah,maka
akan berdampak pada orang tersebut mengisolasi diri dari kelompoknya. Dia akan
cenderung menyendiri dan menarik diri.( Eko P,2014)
Harga diri rendah dapat berisiko terjadi isolasi sosial yaitu menarik diri. Isolasi sosial
menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel pada tingkah laku yang
maladaptive, mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial.( DEPKES,2003)
G. Mekanisme Koping
Mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka panjang pendek atau jangka
panjang serta penggunaan mekanisme pertahanann ego untuk melindungi diri sendiri
dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan. Pertaahanan tersebut mencakup
berikut ini :
a. Jangka pendek :
1) Aktivitas yang memberikan pelarian semestara dari krisis identitas diri ( misalnya,
konser musik, bekerja keras, menonton tv secara obsesif)
2) Aktivitas yang memberikan identitas pengganti semestara ( misalnya, ikut serta dalam
klub sosial, agama, politik, kelompok, gerakan, atau geng)
3) Aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan diri yang tidak
menentu ( misalnya, olahraga yang kompetitif, prestasi akademik, kontes untuk
mendapatkan popularitas)
b. Pertahanan jangka panjang mencakup berikut ini :
1) Penutupan identitas : adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang terdekat
tanpa memerhatikan keinginan,aspirasi,atau potensi diri individu \
2) Identitas negatif : asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan harapan yang
diterima masyarakat.
Mekanisme pertahanan ego termasuk penggunaan fantasi, disosiasi,isolasi, proyeksi,
pengalihan ( displacement, berbalik marah terhadap diri sendiri, dan amuk ).
(Stuart,2006)
H. Penatalaksanaan
Terapi pada gangguan jiwa skizofrenia dewasa ini sudah dikembnagkan sehingga
penderita tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih manusiawi dari pada masa
sebelumnya. Terapi yang dimaksud meliputi :
a. Psikofarmaka
Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang hanya diperoleh dengan
resep dokter, dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu golongan generasi pertama (typical)
dan golongan kedua (atypical).Obat yang termasuk golongan generasi pertama
misalnya chlorpromazine HCL (psikotropik untuk menstabilkan senyawa otak), dan
Haloperidol (mengobati kondisi gugup).Obat yang termasuk generasi kedua misalnya,
Risperidone (untuk ansietas), Aripiprazole (untuk antipsikotik). (Hawari,2001)
b. Psikoterapi
Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang lain,
penderita lain, perawat dan dokter, maksudnya supaya ia tidak mengasingkan diri lagi
karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan
untuk mengadakan permainan atau latihan bersama. (Maramis,2005)
c. Terapi Modalitas
Terapi modalitas/ perilaku merupakan rencana pengobatan untuk skizofrenia yang
ditunjukan pada kemampuan dan kekurangan pasien.Teknik perilaku menggunakan
latihan keterampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial.Kemampuan
memenuhi diri sendiri dan latihan praktis dalam komunikasi interpersonal. Terapi
kelompok bagi skizofrenia biasnya memusatkan pada rencana dan masalah dalam
hubungan kehidupan yang nyata.( Eko P,2014)
d. Terapi Kejang Listrik (Electro Confulsive Terapi)
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmal secara artifisial dengan
melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang satu atau dua temples.Terapi
kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan dengan terapi neuroleptika
oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4 – 5 joule/detik. (Maramis, 2005)
I. Pohon masalah
J. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang diangkat adalah:
TUK 3 :
Pasien dapat menilai kemampuan 1. Diskusikan dengan pasien
yang dimiiki untuk digunakan kemampuan yang masih dapat
Kriteria hasil: dilaksanakan dan digunakan selama
Setelah…..x interaksi pasien dapat sakit
menyebutkan kemampuan yang dapat 2. Diskusikan kemampuan yang dapat
digunakan dilanjutkan penggunaannya
TUK 5 :
Pasien dapat melakukan kegiatan 1. Beri kesempatan pada pasien untuk
sesuai dengan rencana yang telah mencoba kegiatan yang telah
dibuat direncanakan
Kriteria hasil: 2. Pantau kegiatan yang dilaksanakan
Setelah…..x pertemuan,pasien dapat pasien
melakukan kegiatan jadwal yang telah 3. Beri pujian atas keberhasilan pasien
dibuat 4. Diskusikan kemungkinan
pelaksanaan kegiatan setelah pasien
pulang
TUK 6 :
Pasien dapat memanfaatkan system 1. Beri pendidikan kesehatan pada
pendukung yang ada keluarga tentang cara merawat
Kriteria hasil: pasien dengan harga diri rendah
Setela…..x pertemuan,pasien 2. Bantu keluarga memberikan
memanfaatkan system pendukung dukungan selama pasien dirawat
yang ada di keluarga 3. Bantu keluaga menyiapkan
lingkungan rumah
1. Fase Orentasi
a. Salam Terapeutik
“ Selamat Pagi pak!” Perkenalkan saya perawat...., biasa di panggil..., saya mahasiswa
poltekkes Poso. Saya praktek disini mulai dari hari ini dan saya bertugas untuk
merawat bapak. Kalau boleh tahu nama bapak siapa? Senang di panggil siapa? Boleh
saya berbicara dengan bapak
b. Validasi
“ Bagaimana perasaan bapak hari ini ?”
c. Kontrak
- Topik
“ Senang ya bisa berkenalan dengan bapak hari ini, bagaimana kalau kita
berbincang-bincang untuk lebih saling mengenal sekaligus tentang keadaan
bapak?”
- Waktu
“ berapa lama bapak punya waktu untuk berbincang-bincang dengan saya?
Bagaimana kalau 20 menit saja?
- Tempat
“ di mana bapak mau berbincang-bincang dengan saya? Ya sudah... di ruangan ini
saja kita berbincang-bincang...”
- Tujuan
“Agar bapak dengan saya dapat saling mengenal sekaligus saya tau keadaan
bapak sekarang bagaimana.”
2. Fase kerja
“baiklah pak, kalau boleh tau kenapa bapak di bawah kemari?, oh jadi begitu, bagaimana
kalau bapa k menceritakan tentang kelebihan atau kemampuan bapak?, bagaimana
tanggapan keluarga bapak mengenai kelmampuan bapak tadi?”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang tadi?”
b. Tindak Lanjut
“yaa..bapak tadi kita tadi sudah berbincang-bincang mengenai keadan bapak dan
bagaimana kalau nanti kita berbincang-bincang mengenai kelebihan atau kemampuan
yang bapak miliki?“
c. Kontrak yang akan datang
1. Topik
“baiklah... pertemuan kita cukup sampai disini. Besok kita akan berbincang-bincang
lagi mengenai kemampuan dan kelebihan bapak!, apakah bapak mau?”
2. Waktu
“besok saya datang kembali jam 10:00, berapa lama bapak punya waktu untuk
berbincang-bincang dengan saya besok? Bagaimana kalau 20 menit saja?”
3. Tempat
“ di mana bapak mau berbincang-bincang dengan saya besok? Ya sudah...
diruangan ini saja kalau begitu”.
Evaluasi :
S:
“Pagi suster”. “nama saya A, saya senang di panggil A”. “boleh suster”. “saya
merasa baik suster”. “iya suster”. “20 menit saja suster”. “di ruangan ini saja suster:” “iya
suster”. “saya sering marah-marah suster, saya malu suster karena saya tidak memiliki
pekerjaan tetap”, saya juga merasa tidak berguna dan tidak bermanfaat. “tidak tau
suster” “mau suster”. “iya suster”. “iya suster 20 menit saja”. “di ruangan ini saja suster”.
O:
A:
BHSP Tercapai
P:
Lanjutkan SP1P : menceritakan tentang kemampuan dan kelebihan yang dimiliki pasien.
DAFTAR PUSTAKA
1. Luffi Nooraini (2016) ‘Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Jiwa Harga Diri Rendah’,
Jurnal Keperawatan Jiwa
2. Noor Rio Prastyo (2015) ‘Laporan Pendahuluan Keperawatan Jiwa: Harga Diri Rendah’, Jurnal
Keperawatan Jiwa
Pasien Tn.A usia 40 tahun dirawat di RSJ dengan keluhan mengamuk dirumah, mengejar orang
dan sering berteriak serta marah tanpa sebab. Pada saat pengkajian pasien mengatakan malu
karna tidak memiliki perjaan tetap. Pasien mengatakan dirinya tidak berguna sehingga istrinya
meninggalkannya. Pasien mengatakan tidak mampu memenuhi kebutuhan keluarga, putus asah
karna merasa tidak bermanfaat
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian keperawatan kesehatan jiwa
I. Identitas klien
MRS Ke :1
Nama /inisial : Tn.A (L/P) Tanggal pengkajian :
Umur : 40 thn RM No :
Informan : Hub.dengan klien :
lingkungan, kekerasan dalam keluarga, dan tindakan kriminal. Selama kurang lebih 2
thn pasien belum bisa memenihi kebutuhan keluarganya yang memiliki 2 anak
membutuhkan biaya sekolah . sejak dari situ klien merasa malu tidak memiliki
pekerjaan yang menetap, pasien merasa tidak berguna sebagai kepala rumah
tangga,tidak mampu memenuhi kbutuhan keluarga dan merasa putus asah karena
Masalah keperawatan :
1. harga diri rendah
2. koping individu tidak efektif
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram :
: nenek
: kakek
: sudah meninggal
: pasien
2. Konsep diri :
a. Gambaran diri :
b. Identitas :
Pasien mengetahui dirinya adalah seorang laki-laki, pasien adalah kepala rumah
c. Peran :
d. Ideal diri :
e. Harga diri :
3. Hubungan sosial :
Klien mengatakan orang yang berarti adalah keluarganya, terutama istri dan
berinteraksi dengan orang sekitarnya, namun setelah masuk dirumah sakit jiwa klien
Tn.A mengatakan apa yang terjadi pada dirinya sekarang adalah kehendak tuhan,
dan ia menerima dengan iklas dan berharap tuhan selalu melindunginya. Tn.A
mengatakan sebelum masuk rumah sakit Jiwa selalu melaksanakan sholat 5 watu.
2. Pembicaraan : Saat diajak berbicara pasien mampu menjawab namun tidak dapat
memulai pembicaraan dan disaat pasien menjawap sesuai dengan apa yang
ditanyakan,namun agak lambat
3. Aktivitas motorik : pasien tampak lesuh, lebih banyak diam, kontak mata kurang, dan
gelisah
Masalah keperawatan :
4. Alam perasaan : Tn.A nampak murung, khawatir , putus asah dan terkadang sedih.
Serta selalu menanyakan kapan bisa pulang dan dijemput keluarganya
Masalah keperawatan :harga diri rendah
5. Efek: tumpul ; pada saat dilakukan wawancara Tn.A hanya merespon pada saat
diberikan pertanyaan(stimulus)
Masalah keperawatan :Kerusakan interaksi sosial
6. Interaksi selama wawancara : kontak mata kurang pada saat berinteraksi pasien
tidak mau menatap lawan bicara dan pasien sibuk bermain denganjarinya
Masalah keperawatan :Kerusakan interaksi sosial
8. Proses pikir :
saat berbicara pasien tiba-tiba terhenti dan terkadang terjadipengulangan
pembicaraan/persevarasi namun sampai pada tujuan pembicaraan
9. Isi pikir :
Hipokondria ; pasien berfikir adanya gangguan pada tubuhnya
Waham : tidak memiliki masalah
10. Tingkat kesadaran :
Composmentis ; orientasi waktu tempat dan orang yang jelas. Pasien tau kalau saat
ini sedang berbicara dengan suster di luar ruangan pada pagi hari
11. Memori : pasien mengalami gangguan daya ingat saat ini terkadang pasien lupa apa
yang telah ia lakukan sebelumnya
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung : pasien mampu menyebut angka dengan baik
13. Kemampuan penilaian : gangguan kemampuan penilaian ringan ; pasien bisa
membedakan yang mana baik dan bisa mengambil keputusan
14. Daya tilik diri : pasien mangenali penyakitnya dan mempunyai keinginan untuk
sembuh
VII. Mekanisme koping :
Saat dilakukan wawancara dengan klien data mampu merespon pertanyaan dengan
baik(adaptif) dan reaksi lambat (maladaptif)
VIII. Masalah psikososial dan lingkungan :
Pasien mengatakan sulit untuk membangun huungan dengan orang lain, keluarga
pasien mengatakan jarang bersosialisasi dengan orang lain
IX. Pengetahuan kurang tentang penyakit yang diderita tetapi mengetahui pasien sakit
X. Aspek medis
a. Diagnosa medis :
b. Terapi medis :
No DATA MASALAH
1 Data subjek :
Data objek :
Data objek :
DIAGNOS PERENCANAAN
A TUJUAN INTERVENSI
Ganggua Pasien mampu SP. 1 ( tgl. )
n Konsep Mengidentifikasi kemampuan 1. Mengidentifikasi kemampuan dan
Diri : dan aspek positif yang aspek positif yang dimiliki klien
Harga dimiliki 2. Membantu klien menilai kemampuan
Diri Menilai kemampuan yang yang masih dapat digunakan
Rendah dapat digunakan 3. Membantu klien memilih atau
Menetapkan atau memilih menetapkan kegiatan yang akan
kegiatan yang sesuai dengan dilatih sesuai dengan kemampuan
kemampuan klien
Merencanakan kegiatan yang 4. Melatih klien sesuai dengan dengan
sudah dilatihnya kemampuan yang dipilih
5. Memberikan pujian yang wajar
Kriteria evaluasi terhadap kebersihan klien
Setelah ... kali pertemuan Menganjurkan klien memasukkan
klien dapat mengidentifikasi dalam jadwal kegiatan harian
kemampuan aspek positif
yang di miliki, memiliki
kemampuan yang dapat di
gunakan, memilih kegiatan
yang sesuai kemampuan,,
melakukan kegiatan yang
sudah di pilih dan
merencanakan kegiatan yang
sudah dilatih
SP. 2 ( tgl. )
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
klien
2. Melatih klien melakukan kegiatan lain
yang sesuai dengan kemampuan klien
3. Menganjurkan klien memasukkan
dalam dalam jadwal kegiatan harian
Keluarga mampu : Sp.1 ( tgl. )
Merawat pasien dengan harga 1. Identifikasi masalah yang diraskan
diri rsndah dirumah dan menjadi dalam merawat pasien
sistem pendukung yang efektif 2. Jelaskan proses terjadinya HDR
bagi pasien 3. Jelaskan tentang cara merawat pasien
4. Main peran dalam merawat pasien
Kriteria evaluasi : HDR
Setelah.... kali pertemuan 5. Susun RTL keluarga/ jadwal keluarga
a. Diharapkan keluarga utuk merawat pasien
mengidentifikasi kemampun
yang dimiliki pasien Sp.2 (tgl. )
b. Menyediakan fasiliats untuk 1. Evaluasi kemampuan Sp.1
pasian melakukan kegiatan 2. Latih keluarga langsung kepasien
c. Mendorong pasien 3. Menyusun RTL keluarga/ jadwal
melakukan kegiatan keluarga untuk merawat pasien
d. Memuji pasien saat pasien
dapat melakukan kegiatan Sp.3 (tgl. )
e. Membantu melatih pasien 1. Evaluasi kemampuan keluarga
f. Membantu menyusunjadwal 2. Evaluasi kemampuan keluarga
kegiatan pasien 3. RTL keluarga
a. Follow Up
b. Rujukan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
2. Diagnosa Keperawatan
3. Tindakan keperawatan
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
2. Diagnosa Keperawatan
3. Tindakan keperawatan
4. Evaluasi :
Hari/tangg
Diagnosa Implementasi Evaluasi
al/jam
Harga diri 1. Mengevaluasi jadwal S :
rendah kegiatan harian klien - “pagi suster,iya ngat
2. Melatih klien suser namanya inda”
melakukan kegiatan - “baik sus”
lain yang sesuai - “iya sudah saya rapikan
dengan kemampuan suster”
klien - “latihan cuci piring sus”
3. Menganjurkan klien - “iyaa sudah suster”
memasukkan dalam - “Iya suster”
dalam jadwal - “iyaa paham, bisa suster”
kegiatan harian - “baik sus,saya bisa
mencuci piringnya”
- “Iya boleh sus. Cuci
piringnya 3 kali sehari
saja suster”
O:
1. Klien koeratif
2. Klien melakukan
kegiatan mencuci piring
3. Kontak mata baik
A :SP2P tercapai
P: lanjutkan SP2P