Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN JIWA
HDR (Harga Diri Rendah)

Di Susun Oleh :
INDA PERMATASARI
NIM : P00220217016

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


PRODI KEPERAWATAN POSO
T/A 2019
A. Defenisi
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui
individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain
termasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuannya berinteraksi dengan orang lain
dan lingkungannya, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek tujuan serta
keinginan (Stuart dan Sundeen, 1991).

Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri
yang dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan (Townsend, 1998).
Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri
sendiri, teramsuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan
(Kelliat, 1995).

Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga,tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri.
Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai
keinginan sesuai ideal diri. ( Yosep,2009).

Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri sendiri atau
kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak langsung
diekspresikan. ( Towsend,2008)

B. Penyebab
Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri seseorang. Dalam
tinjuan life span history klien. Penyebab terjadinya harga diri rendah adalah pada masa
kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas keberhasilannya. Saat individu mencapai
masa remaja keberadaannya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima.
Menjelang dewasa awal sering gagal di sekolah, pekerjaan atau pergaulan. Harga diri
rendah muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari
kemampuannya.( Yosep,2009)

Menurut Stuart & Sundeen (2006), faktor-faktor yang mengakibatkan harga diri rendah
kronik meliputi faktor predisposisi dan faktor presipitasi sebagai berikut :

a. Faktor predisposisi
1) Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan
orang tua yang tidak realistik, kegagalan yang berulang, kurang mempunyai
tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri yang
tidak realistis.
2) Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah stereotipe peran gender,
tuntutan peran kerja, dan harapan peran budaya
3) Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi ketidakpercayaan orangtua,
tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan struktur sosial. (Stuart &
Sundeen, 2006)
b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya adalah kehilangan
bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh,kegagalan atau produktivitas
yang menurun. Secara umum, gangguan konsep diri harga diri rendah ini dapat
terjadi secara emosional atau kronik. Secara situasional karena trauma yang muncul
secara tiba-tiba, misalnya harus dioperasi,kecelakaan,perkosaan atau dipenjara,
termasuk dirawat dirumah sakit bisa menyebabkan harga diri rendah disebabkan
karena penyakit fisik atau pemasangan alat bantu yang membuat klien sebelum
sakit atau sebelum dirawat klien sudah memiliki pikiran negatif dan meningkat saat
dirawat.( Yosep,2009).
Harga diri rendah sering disebabkan karena adanya koping individu yang
tidak efektif akibat adanya kurang umpan balik positif, kurangnya system pendukung
kemunduran perkembangan ego, pengulangan umpan balik yang negatif, disfungsi
system keluarga serta terfiksasi pada tahap perkembangan awal.(Townsend,2008)

C. Rentang Respon

1. Aktualisasi diri : pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang
pengalaman nyata yang sukses dan diterima.
2. Konsep diri : apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam beraktualisasi
diri
3. Harga diri rendah : transisi antara respon konsep diri adaptif dengan konsep diri mal
adiptif
4. Keracunan identitas : kegagalan aspek individu mengintergrasikan aspek- aspek
identitas masa kanak-kanak ke dalam kematang aspek psikososial, kepribadian pada
masa dewasa yang harmonis.
5. Depersonalisasi : perasaan yang tidak realistik dan asing terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya
dengan orang lain. (Kelliat, 1998).

D. Proses Terjadinya Masalah


a. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah kronis menurut Herman (2011) adalah
penolakan orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai
tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis.
Faktor predisposisi citra tubuh adalah :
1) Kehilangan atau kerusakan bagian tubuh
2) Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh akibat penyakit
3) Proses penyakit dan dampaknya terhadap struktur dan fungsi tubuh
4) Proses pengobatan seperti radiasi dan kemoterapi. Faktor predisposisi harga diri
rendah adalah :
 Penolakan
 Kurang penghargaan, pola asuh overprotektif, otoriter,tidak konsisten,terlalu
dituruti,terlalu dituntut
 Persaingan antar saudara
 Kesalahan dan kegagalan berulang
 Tidak mampu mencapai standar. Faktor predisposisi gangguan peran adalah :
- Stereotipik peran seks
- Tuntutan peran kerja
- Harapan peran kultural. Faktor predisposisi gangguan identitas adalah :
Ketidakpercayaan orang tua, Tekanan dari peer gruup, dan Perubahan
struktur sosial ( Herman,2011).
b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah adalah hilangnya sebagian anggota
tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh, mengalami kegagalan, serta
menurunnya produktivitas.Harga diri kronis ini dapat terjadi secara situasional maupun
kronik.
1) Trauma adalah masalah spesifik dengan konsep diri dimana situasi yang membuat
individu sulit menyesuaikan diri, khususnya trauma emosi seperti penganiayaan
seksual dan phisikologis pada masa anak-anak atau merasa terancam atau
menyaksikan kejadian yang mengancam kehidupannya.
2) Ketegangan peran adalah rasa frustasi saat individu merasa tidak mampu
melakukan peran yang bertentangan dengan hatinya atau tidak merasa sesuai
dalam melakukan perannya. Ketegangan peran ini sering dijumpai saat terjadi
konflik peran, keraguan peran dan terlalu banyak peran. Konflik peran terjadi saat
individu menghadapi dua harapan peran yang bertentangan dan tidak dapat
dipenuhi. Keraguan peran terjadi bila individu tidak mengetahui harapan peran yang
spesifik atau bingung tentang peran yang sesuai
 Trauma peran perkembangan
 Perubahan normatif yang berkaitan dengan pertumbuhan
 Transisi peran situasi
 Perubahan jumlah anggota keluarga baik bertambah atau berkurang
 Transisi peran sehat-sakit
 Pergeseran konsidi pasien yang menyebabkan kehilangan bagian tubuh,
perubahan bentuk , penampilana dan fungsi tubuh, prosedur medis dan
keperawatan. ( Herman,2011)
3) Perilaku
 Citra tubuh. Yaitu menolak menyentuh atau melihat bagian tubuh tertentu,
menolak bercermin, tidak mau mendiskusikan keterbatasan atau cacat tubuh,
menolak usaha rehabilitasi, usaha pengobatan ,mandiri yang tidak tepat dan
menyangkal cacat tubuh.
 Harga diri rendah diantaranya mengkritrik diri atau orang lain, produkstivitas
menurun, gangguan berhubungan ketengangan peran, pesimis menghadapi
hidup, keluhan fisik, penolakan kemampuan diri, pandangan hidup bertentangan,
distruktif kepada diri, menarik diri secara sosial, khawatir, merasa diri paling
penting, distruksi pada orang lain, merasa tidak mampu, merasa bersalah,
mudah tersinggung/marah, perasaan negatif terhadap tubuh.
 Keracunan identitasdiantaranya tidak ada kode moral, kepribadian yang
bertentangan, hubungan interpersonal yang ekploitatif, perasaan hampa,
perasaan mengambang tentang diri, kehancuran gender, tingkat ansietas tinggi,
tidak mampu empati pada orang lain, masalah estimasi
 Depersonalisasi meliputi afektif, kehidupan identitas, perasaan terpisah dari diri,
perasaan tidak realistis, rasa terisolasi yang kuat, kurang rasa
berkesinambungan, tidak mampu mencari kesenangan. Perseptual halusinasi
dengar dan lihat, bingung tentang seksualitas diri,sulit membedakan diri dari
orang lain, gangguan citra tubuh, dunia seperti dalam mimpi, kognitif bingung,
disorientasi waktu, gangguan berfikir, gangguan daya ingat, gangguan penilaian,
kepribadian ganda. ( Herman,2011).

E. Tanda dan Gejala


Menurut Carpenito dalam keliat (2011) perilaku yang berhubungan dengan harga diri
rendah antara lain sebagai berikut :

1. Mengkritik diri sendiri


2. Menarik diri dari hubungan sosial
3. Pandangan hidup yang pesimis
4. Perasaan lemah dan takut
5. Penolakan terhadap kemampuan diri sendiri
6. Pengurangan diri/mengejek diri sendiri
7. Hidup yang berpolarisasi
8. Ketidakmampuan menentukan tujuan
9. Merasionalisasi penolakan
10. Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah
11. Menunjukkan tanda depresi ( sukar tidur dan sukar makan )

Sedangkan menurut Stuart (2006) tanda- tanda klien dengan harga diri rendah yaitu :

1. Perasaan malu terhadap diri sendiri adalah akibat penyakit dan akibat tindakan
terhadap penyakit
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri
3. Merendahkan martabat
4. Gangguan hubungan sosial seperti menarik diri
5. Percaya diri kurang
6. Menciderai diri

F. Akibat
Harga diri rendah dapat diakibatkan oleh rendahnya cita-cita seseorang. Hal ini
mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam mencapai tujuan. Tantangan yang rendah
menyebabkan upaya yang rendah. Selajutnya hal ini menyebutkan penampilan seseorang
yang tidak optimal. Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan dan
menuntut lebih dari kemampuanya. Ketika seseorang mengalami harga diri rendah,maka
akan berdampak pada orang tersebut mengisolasi diri dari kelompoknya. Dia akan
cenderung menyendiri dan menarik diri.( Eko P,2014)

Harga diri rendah dapat berisiko terjadi isolasi sosial yaitu menarik diri. Isolasi sosial
menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel pada tingkah laku yang
maladaptive, mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial.( DEPKES,2003)

G. Mekanisme Koping
Mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka panjang pendek atau jangka
panjang serta penggunaan mekanisme pertahanann ego untuk melindungi diri sendiri
dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan. Pertaahanan tersebut mencakup
berikut ini :
a. Jangka pendek :
1) Aktivitas yang memberikan pelarian semestara dari krisis identitas diri ( misalnya,
konser musik, bekerja keras, menonton tv secara obsesif)
2) Aktivitas yang memberikan identitas pengganti semestara ( misalnya, ikut serta dalam
klub sosial, agama, politik, kelompok, gerakan, atau geng)
3) Aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan diri yang tidak
menentu ( misalnya, olahraga yang kompetitif, prestasi akademik, kontes untuk
mendapatkan popularitas)
b. Pertahanan jangka panjang mencakup berikut ini :
1) Penutupan identitas : adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang terdekat
tanpa memerhatikan keinginan,aspirasi,atau potensi diri individu \
2) Identitas negatif : asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan harapan yang
diterima masyarakat.
Mekanisme pertahanan ego termasuk penggunaan fantasi, disosiasi,isolasi, proyeksi,
pengalihan ( displacement, berbalik marah terhadap diri sendiri, dan amuk ).
(Stuart,2006)

H. Penatalaksanaan
Terapi pada gangguan jiwa skizofrenia dewasa ini sudah dikembnagkan sehingga
penderita tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih manusiawi dari pada masa
sebelumnya. Terapi yang dimaksud meliputi :
a. Psikofarmaka
Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang hanya diperoleh dengan
resep dokter, dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu golongan generasi pertama (typical)
dan golongan kedua (atypical).Obat yang termasuk golongan generasi pertama
misalnya chlorpromazine HCL (psikotropik untuk menstabilkan senyawa otak), dan
Haloperidol (mengobati kondisi gugup).Obat yang termasuk generasi kedua misalnya,
Risperidone (untuk ansietas), Aripiprazole (untuk antipsikotik). (Hawari,2001)
b. Psikoterapi
Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang lain,
penderita lain, perawat dan dokter, maksudnya supaya ia tidak mengasingkan diri lagi
karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan
untuk mengadakan permainan atau latihan bersama. (Maramis,2005)
c. Terapi Modalitas
Terapi modalitas/ perilaku merupakan rencana pengobatan untuk skizofrenia yang
ditunjukan pada kemampuan dan kekurangan pasien.Teknik perilaku menggunakan
latihan keterampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial.Kemampuan
memenuhi diri sendiri dan latihan praktis dalam komunikasi interpersonal. Terapi
kelompok bagi skizofrenia biasnya memusatkan pada rencana dan masalah dalam
hubungan kehidupan yang nyata.( Eko P,2014)
d. Terapi Kejang Listrik (Electro Confulsive Terapi)
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmal secara artifisial dengan
melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang satu atau dua temples.Terapi
kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan dengan terapi neuroleptika
oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4 – 5 joule/detik. (Maramis, 2005)
I. Pohon masalah

Efek isolasi sosial

Cor problem harga diri rendah

Cause koping individu tidak evektive

Gambar Pohon masalah Ganguan Harga Diri.Sumber : Kelliat, 1998

J. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang diangkat adalah:

1. Risiko Isolasi sosial


2. harga diri rendah
3. Koping individu tidak efekti (Kelliat, 1998)

K. Rencana asuhan keperawatan Harga Diri Rendah


TUJUAN INTERVENSI
Tujuan Umum: Bina hubungan saling percaya dengan
Pasien memiliki konsep diri yang mengungkapkan prinsip komumikasi
positif terapeutik:
Tujuan khusus : 1. Sapa pasien dengan ramah baik
TUK 1 : verbal maupun non verbal
Pasian dapat membina hubungan 2. Perkenalkan diri dengan sopan
saling percaya dengan perawat 3. Tanyakan nama lengkap pasien dan
Kriteria hasil: nama panggilan yang disukai pasien
Setelah…..x interaksi,pasien 4. Jelaskan tujuan pertemuan
menunjukkan ekspresi wajah 5. Jujur dan menepati janji
bersahabat ,menunjukkan rasa 6. Tunjukkan sikap empati dan
senang,ada kontak mata,mau berjabat menerima pasien apa adanya
tangan,mau menyebut nama,mau 7. Beri perhatian kepada pasien dan
menjawab salam,pasien mau perhatikan kebutuhan dasar pasien
duduk,berdampingan dengan
perawat,mau mengutarakan masa-lah
yang dihadapi
TUK 2 : 1. Diskusikan kemampuan aspek positif
Pasien dapat mengidentifikasi , keluarga dan lingkungan yang
kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien
dimiliki 2. Bersama pasien membuat daftar
Kriteria hasil: tentang :
Setelah.….x interaksi pasien dapat a. Aspek positif pasien, keluarga,
menyebutkan: dan lingkungan
a. Kemampuan yang dimiliki pasien b. Kemampuan yang dimiliki pasien
b. Aspek positif keluarga 3. Utamakan memberi pujian yang
c. Aspek positif lingkungan realistik dan hindarkan penilaian
negatif

TUK 3 :
Pasien dapat menilai kemampuan 1. Diskusikan dengan pasien
yang dimiiki untuk digunakan kemampuan yang masih dapat
Kriteria hasil: dilaksanakan dan digunakan selama
Setelah…..x interaksi pasien dapat sakit
menyebutkan kemampuan yang dapat 2. Diskusikan kemampuan yang dapat
digunakan dilanjutkan penggunaannya

TUK 4 : 1. Rencanakan bersama pasien


Pasien dapat (menetapkan) aktivitas yang dapat dilakukan setiap
merencanakan kegiatan sesuai hari sesuai kemampuan
dengan kemampuan yang dimiliki a. Kegiatan mandiri
Kriteria hasil: b. Kegiatan dengan bantuan
Setelah…..x interaksi, pasien mampu c. Kegiatan yang membutuhkan
membuat rencana kegiatan harian. bantuan total
2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan
toleransi kondisi pasien
3. Beri contoh cara pelaksanaan
kegiatan yang boleh pasien lakukan

TUK 5 :
Pasien dapat melakukan kegiatan 1. Beri kesempatan pada pasien untuk
sesuai dengan rencana yang telah mencoba kegiatan yang telah
dibuat direncanakan
Kriteria hasil: 2. Pantau kegiatan yang dilaksanakan
Setelah…..x pertemuan,pasien dapat pasien
melakukan kegiatan jadwal yang telah 3. Beri pujian atas keberhasilan pasien
dibuat 4. Diskusikan kemungkinan
pelaksanaan kegiatan setelah pasien
pulang
TUK 6 :
Pasien dapat memanfaatkan system 1. Beri pendidikan kesehatan pada
pendukung yang ada keluarga tentang cara merawat
Kriteria hasil: pasien dengan harga diri rendah
Setela…..x pertemuan,pasien 2. Bantu keluarga memberikan
memanfaatkan system pendukung dukungan selama pasien dirawat
yang ada di keluarga 3. Bantu keluaga menyiapkan
lingkungan rumah

TUK 7 : Diskusikan dengan pasien dan keluarga


Pasien dapat memanfaatkan obat tentang dosis ,frekuensi dan manfaat
dengan baik obat
Kriteria hasil: 1. Anjurkan pasien meminta sendiri obat
Setelah…..x pertemuan pada perawat, dan merasakan
1. Pasien dan keluarga dapat manfaatnya
menyebutkan manfaat,dosis dan 2. Anjurkan pasien dengan bertanya
efek samping obat kepada dokter tentang efek dan efek
2. Pasien dapat mendemonstrasikan samping obat yang dirasakan.
penggunaan obat 3. Diskusikan akibat berhentinya tanpa
3. Pasien termotivasi untuk berbicara konsultasi
dengan perawat apabila dirasakan 4. Bantu pasien menggunakan obat
ada efek samping obat dengan prinsip 5 benar
4. Pasien memahami akibat
berhentinya obat
5. Pasien dapat menyebutkan prinip
5 benar penggunaan obat
BINA HUBUNGAN SALING PERCAYA (BHSP)

1. Fase Orentasi
a. Salam Terapeutik
“ Selamat Pagi pak!” Perkenalkan saya perawat...., biasa di panggil..., saya mahasiswa
poltekkes Poso. Saya praktek disini mulai dari hari ini dan saya bertugas untuk
merawat bapak. Kalau boleh tahu nama bapak siapa? Senang di panggil siapa? Boleh
saya berbicara dengan bapak
b. Validasi
“ Bagaimana perasaan bapak hari ini ?”
c. Kontrak
- Topik
“ Senang ya bisa berkenalan dengan bapak hari ini, bagaimana kalau kita
berbincang-bincang untuk lebih saling mengenal sekaligus tentang keadaan
bapak?”
- Waktu
“ berapa lama bapak punya waktu untuk berbincang-bincang dengan saya?
Bagaimana kalau 20 menit saja?
- Tempat
“ di mana bapak mau berbincang-bincang dengan saya? Ya sudah... di ruangan ini
saja kita berbincang-bincang...”
- Tujuan
“Agar bapak dengan saya dapat saling mengenal sekaligus saya tau keadaan
bapak sekarang bagaimana.”
2. Fase kerja
“baiklah pak, kalau boleh tau kenapa bapak di bawah kemari?, oh jadi begitu, bagaimana
kalau bapa k menceritakan tentang kelebihan atau kemampuan bapak?, bagaimana
tanggapan keluarga bapak mengenai kelmampuan bapak tadi?”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang tadi?”
b. Tindak Lanjut
“yaa..bapak tadi kita tadi sudah berbincang-bincang mengenai keadan bapak dan
bagaimana kalau nanti kita berbincang-bincang mengenai kelebihan atau kemampuan
yang bapak miliki?“
c. Kontrak yang akan datang
1. Topik
“baiklah... pertemuan kita cukup sampai disini. Besok kita akan berbincang-bincang
lagi mengenai kemampuan dan kelebihan bapak!, apakah bapak mau?”
2. Waktu
“besok saya datang kembali jam 10:00, berapa lama bapak punya waktu untuk
berbincang-bincang dengan saya besok? Bagaimana kalau 20 menit saja?”
3. Tempat
“ di mana bapak mau berbincang-bincang dengan saya besok? Ya sudah...
diruangan ini saja kalau begitu”.

Evaluasi :

S:

“Pagi suster”. “nama saya A, saya senang di panggil A”. “boleh suster”. “saya
merasa baik suster”. “iya suster”. “20 menit saja suster”. “di ruangan ini saja suster:” “iya
suster”. “saya sering marah-marah suster, saya malu suster karena saya tidak memiliki
pekerjaan tetap”, saya juga merasa tidak berguna dan tidak bermanfaat. “tidak tau
suster” “mau suster”. “iya suster”. “iya suster 20 menit saja”. “di ruangan ini saja suster”.

O:

1. Pasien menjawab salam


2. Pasien mau berjabat tangan
3. Pasien mau menjawab pertanyaan
4. Pasien mau menceritakan keadaannya

A:

BHSP Tercapai

P:

Lanjutkan SP1P : menceritakan tentang kemampuan dan kelebihan yang dimiliki pasien.
DAFTAR PUSTAKA
1. Luffi Nooraini (2016) ‘Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Jiwa Harga Diri Rendah’,
Jurnal Keperawatan Jiwa
2. Noor Rio Prastyo (2015) ‘Laporan Pendahuluan Keperawatan Jiwa: Harga Diri Rendah’, Jurnal
Keperawatan Jiwa
Pasien Tn.A usia 40 tahun dirawat di RSJ dengan keluhan mengamuk dirumah, mengejar orang
dan sering berteriak serta marah tanpa sebab. Pada saat pengkajian pasien mengatakan malu
karna tidak memiliki perjaan tetap. Pasien mengatakan dirinya tidak berguna sehingga istrinya
meninggalkannya. Pasien mengatakan tidak mampu memenuhi kebutuhan keluarga, putus asah
karna merasa tidak bermanfaat
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian keperawatan kesehatan jiwa

RUANG RAWAT: TANGGAL DIRAWAT:

I. Identitas klien
MRS Ke :1
Nama /inisial : Tn.A (L/P) Tanggal pengkajian :
Umur : 40 thn RM No :
Informan : Hub.dengan klien :

II. ALASAN MASUk


a. Keluhan saat MRS : pasien masuk rumah sakit dengan keluhan mengamuk dirumah,
mengejar orang dan sering berteriak serta marah tanpa sebab
b. Keluhan saat dikaji : Pada saat pengkajian pasien mengatakan malu karna tidak
memilikiperjaan tetap. Pasien mengatakan dirinya tidak
berguna sehingga istrinya meninggalkannya. Pasien
mengatakan tidak mampu memenuhi kebutuhan keluarga,
putus asah karna merasa tidak bermanfaat

III. FAKTOR PREDISPOSISI


Klien tidak pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu,pasien belum pernah

menjalani pengobatan sebelumnya.klientidak pernah melakukan dan atau

mengalami atau menyakskan penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari

lingkungan, kekerasan dalam keluarga, dan tindakan kriminal. Selama kurang lebih 2

thn pasien belum bisa memenihi kebutuhan keluarganya yang memiliki 2 anak

dikarenakan pasien belum mendapatkan pekerjaan dan istrinya memutuskan

meninggalkan suaminya untuk kepentingan anaknya yang masih sekolah dan

membutuhkan biaya sekolah . sejak dari situ klien merasa malu tidak memiliki

pekerjaan yang menetap, pasien merasa tidak berguna sebagai kepala rumah

tangga,tidak mampu memenuhi kbutuhan keluarga dan merasa putus asah karena

mmerasa tidak bermanfaa

Masalah keperawatan :
1. harga diri rendah
2. koping individu tidak efektif

Dalam keluarga pasien tidak ada yang mengalami gangguan jiwa,pengalaman


masalalu pasien, pasien pernah dibuly semasa duduk di bangku SMP sampe kelas 2
SMA karna memiliki penampilan yang culun, hal itu membuat pasien susah untuk
bersosialisai
Masalah keperawatan : isolasi sosial
IV. FISIK
1. Tanda vital : TD : 130/90 mmHg N: 86x/m S: 36,8◦c R: 24x/m
2. Ukur :TB : 170cm BB : 64 kg

3. Keluhan fisik : pasien mengatakan sering pusing

V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram :

: nenek

: kakek

:orang tua laki-laki

:orang tua perempuan

: anak laki-laki/suami dari nenek dan kakek

: anak perempuan/istri dari nenek dan kakek

: anak perempuan dari suami dan istri pasien

: sudah meninggal

.…… : Tinggal serumah

: orang yang dekat (suami istri)

: pasien
2. Konsep diri :
a. Gambaran diri :

Pasien mengatakan tubuhnya biasa-biasa saja, penampilannya jelek, dan tidak

memiliki kemampuan atau kelebihan apapun.

b. Identitas :

Pasien mengetahui dirinya adalah seorang laki-laki, pasien adalah kepala rumah

tangga mempunyai istri dan 2 anak perempuan. Pasien mengatakan sebelum

masuk RSJ dia tidak mempunyai pekerjaan tetap.

c. Peran :

Pasien sebagai seorang suami/kepala rumah keluarga, namun semenjak masuk

RSJ dia tidak pernah peduli lagi dengan perannya.

d. Ideal diri :

Pasien berharap dirinya cepat sembuh dan mendapatkan pekerjaan untuk

memenuhi kebutuhan keluarga dan membuat keluarganya menjadi bahagia dan

dapat bersosialisasi dengan baik

e. Harga diri :

Pasien mengatakan dirinya tidak berguna sehingga istrinya meninggalkannya.

Pasien mengatakan tidak mampu memenuhi kebutuhan keluarga, putus asah

karna merasa tidak bermanfaat

Masalah keperawatan :harga diri rendah

3. Hubungan sosial :

Klien mengatakan orang yang berarti adalah keluarganya, terutama istri dan

anaknya yang ia cintai. Tn.A mengatakan mengikuti organisasi dan pernah

melakukan dakwah .Tn.A mengatakan sebelum masuk rumahsakit jiwa sering

berinteraksi dengan orang sekitarnya, namun setelah masuk dirumah sakit jiwa klien

jarang berinteraksi dengan teman-temannya,Tn.A hanya berdiam diri ,tidak mau

bergaul dengan orang lain dan lebih sering menyendiri

Masalah keperawatan :Kerusakan interaksi sosial


4. Spiritual

Tn.A mengatakan apa yang terjadi pada dirinya sekarang adalah kehendak tuhan,
dan ia menerima dengan iklas dan berharap tuhan selalu melindunginya. Tn.A
mengatakan sebelum masuk rumah sakit Jiwa selalu melaksanakan sholat 5 watu.

Masalah keperawatan : tidak ada masalah

VI. STATUS MENTAL


1. Penampilan : pasien terlihat kurang rapi, tidak tercium bau yang tidak mengenakan,
rambut sedikit rapi, kuku kotor, kulit kusam dan lebih sering memakai baju yang tidak
sesuai
Masalah keperawatan :Defisit perawatan diri

2. Pembicaraan : Saat diajak berbicara pasien mampu menjawab namun tidak dapat
memulai pembicaraan dan disaat pasien menjawap sesuai dengan apa yang
ditanyakan,namun agak lambat

Masalah keperawatan : Kerusakan interaksi sosial

3. Aktivitas motorik : pasien tampak lesuh, lebih banyak diam, kontak mata kurang, dan
gelisah
Masalah keperawatan :

4. Alam perasaan : Tn.A nampak murung, khawatir , putus asah dan terkadang sedih.
Serta selalu menanyakan kapan bisa pulang dan dijemput keluarganya
Masalah keperawatan :harga diri rendah

5. Efek: tumpul ; pada saat dilakukan wawancara Tn.A hanya merespon pada saat
diberikan pertanyaan(stimulus)
Masalah keperawatan :Kerusakan interaksi sosial

6. Interaksi selama wawancara : kontak mata kurang pada saat berinteraksi pasien
tidak mau menatap lawan bicara dan pasien sibuk bermain denganjarinya
Masalah keperawatan :Kerusakan interaksi sosial

7. Persepsi : tidak ada masalah di persepsi


Masalah keperawatan :tidak ada masalah

8. Proses pikir :
saat berbicara pasien tiba-tiba terhenti dan terkadang terjadipengulangan
pembicaraan/persevarasi namun sampai pada tujuan pembicaraan
9. Isi pikir :
Hipokondria ; pasien berfikir adanya gangguan pada tubuhnya
Waham : tidak memiliki masalah
10. Tingkat kesadaran :
Composmentis ; orientasi waktu tempat dan orang yang jelas. Pasien tau kalau saat
ini sedang berbicara dengan suster di luar ruangan pada pagi hari
11. Memori : pasien mengalami gangguan daya ingat saat ini terkadang pasien lupa apa
yang telah ia lakukan sebelumnya
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung : pasien mampu menyebut angka dengan baik
13. Kemampuan penilaian : gangguan kemampuan penilaian ringan ; pasien bisa
membedakan yang mana baik dan bisa mengambil keputusan
14. Daya tilik diri : pasien mangenali penyakitnya dan mempunyai keinginan untuk
sembuh
VII. Mekanisme koping :
Saat dilakukan wawancara dengan klien data mampu merespon pertanyaan dengan
baik(adaptif) dan reaksi lambat (maladaptif)
VIII. Masalah psikososial dan lingkungan :
Pasien mengatakan sulit untuk membangun huungan dengan orang lain, keluarga
pasien mengatakan jarang bersosialisasi dengan orang lain
IX. Pengetahuan kurang tentang penyakit yang diderita tetapi mengetahui pasien sakit
X. Aspek medis
a. Diagnosa medis :
b. Terapi medis :

XI. Daftar masalah keperawatan


1. Harga diri rendah
2. Kerusakan interaksi sosial (isolasi sosial)
3. Defisit perawatan diri
4. Koping individu tidak efektif
XII. Analisa data

No DATA MASALAH

1 Data subjek :

1. pasien mengatakan malu karna


tidakmemilikiperjaan tetap

2. Pasien mengatakan dirinya tidak


berguna sehingga istrinya
meninggalkannya

3. Pasien mengatakan tidak mampu Harga diri rendah


memenuhi kebutuhan keluarga

Data objek :

1. Klien nampak putus asah karna


merasa tidak bermanfaat

2. Klien kadang-kadang menyendiri

3. Kontak mata kurang

4. Menghindar diri dari orang lain

5. Perasaan tidak mampu

6. Pasien banyak menunduk saat


berinteraksi
2 Data subjek :

1. Pasien mengatakan tidak mau


berinteraksi

2. Pasien mengatakan malas


berbocara

Data objek :

1. Pasien lebih banyak berdiam diri


Isolasi sosial
2. Kontak mata kurang

3. Pasien sering menyendiri

4. Pasien tidak mau berbicara

5. Pasien tidak pernah memulai


pembicaraan

6. Pasien nampak duduk dan


menundukkan kepalanya
XIII. POHON MASALAH

Efek isolasi sosial

Cor problem harga diri rendah

Cause koping individu tidak evektive

XIV. Diaknosa keperawatan


1. Isolasi sosial
2. Harga diri rendah
3. Koping individu tidak evektif
XV. Intervensi

DIAGNOS PERENCANAAN
A TUJUAN INTERVENSI
Ganggua Pasien mampu SP. 1 ( tgl. )
n Konsep  Mengidentifikasi kemampuan 1. Mengidentifikasi kemampuan dan
Diri : dan aspek positif yang aspek positif yang dimiliki klien
Harga dimiliki 2. Membantu klien menilai kemampuan
Diri  Menilai kemampuan yang yang masih dapat digunakan
Rendah dapat digunakan 3. Membantu klien memilih atau
 Menetapkan atau memilih menetapkan kegiatan yang akan
kegiatan yang sesuai dengan dilatih sesuai dengan kemampuan
kemampuan klien
 Merencanakan kegiatan yang 4. Melatih klien sesuai dengan dengan
sudah dilatihnya kemampuan yang dipilih
5. Memberikan pujian yang wajar
Kriteria evaluasi terhadap kebersihan klien
 Setelah ... kali pertemuan Menganjurkan klien memasukkan
klien dapat mengidentifikasi dalam jadwal kegiatan harian
kemampuan aspek positif
yang di miliki, memiliki
kemampuan yang dapat di
gunakan, memilih kegiatan
yang sesuai kemampuan,,
melakukan kegiatan yang
sudah di pilih dan
merencanakan kegiatan yang
sudah dilatih

SP. 2 ( tgl. )
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
klien
2. Melatih klien melakukan kegiatan lain
yang sesuai dengan kemampuan klien
3. Menganjurkan klien memasukkan
dalam dalam jadwal kegiatan harian
Keluarga mampu : Sp.1 ( tgl. )
Merawat pasien dengan harga 1. Identifikasi masalah yang diraskan
diri rsndah dirumah dan menjadi dalam merawat pasien
sistem pendukung yang efektif 2. Jelaskan proses terjadinya HDR
bagi pasien 3. Jelaskan tentang cara merawat pasien
4. Main peran dalam merawat pasien
Kriteria evaluasi : HDR
Setelah.... kali pertemuan 5. Susun RTL keluarga/ jadwal keluarga
a. Diharapkan keluarga utuk merawat pasien
mengidentifikasi kemampun
yang dimiliki pasien Sp.2 (tgl. )
b. Menyediakan fasiliats untuk 1. Evaluasi kemampuan Sp.1
pasian melakukan kegiatan 2. Latih keluarga langsung kepasien
c. Mendorong pasien 3. Menyusun RTL keluarga/ jadwal
melakukan kegiatan keluarga untuk merawat pasien
d. Memuji pasien saat pasien
dapat melakukan kegiatan Sp.3 (tgl. )
e. Membantu melatih pasien 1. Evaluasi kemampuan keluarga
f. Membantu menyusunjadwal 2. Evaluasi kemampuan keluarga
kegiatan pasien 3. RTL keluarga
a. Follow Up
b. Rujukan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

SP1P Harga Diri Rendah

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi klien

1. pasien mengatakan malu karna tidak memiliki perjaan tetap

2. Pasien mengatakan dirinya tidak berguna sehingga istrinya meninggalkannya

3. Pasien mengatakan tidak mampu memenuhi kebutuhan keluarga

2. Diagnosa Keperawatan

Gangguan harga diri rendah

3. Tindakan keperawatan

1. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien


2. Membantu klien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan
3. Membantu klien memilih atau menetapkan kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan
kemampuan klien
4. Melatih klien sesuai dengan dengan kemampuan yang dipilih
5. Memberikan pujian yang wajar terhadap kebersihan klien
6. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

B. Strategi komunikasi tindakan keperawatan


1. Fase Orientasi :
“Sealamat pagi bapak , saya mahasiswa keperawatan POLTEKKES yang akan
merawat bapak. Nama saya inda permatasar, senang dipanggil suster inda. Nama
bapak siapa? Bapak senang di panggil dengan nama apa?”.“baiklah, bagaimana kalau
kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan yang pernah bapak lakukan?
Setelah itu kita akan menilai kegiatan mana yang masih dapat bapak lakukan .setelah
kita nilai, kita akan pilih satu kegiatan untuk dilatih”.“kalau begitu dimana kita duduk?
Bagaimana kalau diruang tamu?berapa lama? Bagaiman kalau 30 menit”
2. Fase Kerja :
“bapak, apa saja kemampuan yang bapak miliki? ” .”Bagus, apa lagi?”.“Saya buat
daftarnya ya! Kegiatan apa yang biasa bapak lakukan dirumah? Bagaimana dengan
merapikan tempat tidur? Menyapu? Menyuci piring/baju/kendaraan?”. “wah, bagus
sekali ada 3 kegiatan/kemampuan yang bapak miliki.”. “bapak, dari tiga
kegiatan/kemampuan ini,yang mana yang masih dapat dikerjakan dirumahsakit? Coba
kita liat yang pertama dan kedua bisakah?”.“bagus sekali ada 2 kegiatan yang masih
bisa dikerjakan dirumah sakit ini.”. “sekarang, coba bapak pilih satu kegiatan yang
masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini?”. “bagus sekali kegiatan merapikan tempat
tidur masih bisa bapak lakukan di rumah sakit”. “kalau begitu, bagaimana kalau
sekarang kita latihan merapikan tempat tidur bapak?”. “marikita lihat tempat tidur
bapak.coba lihat, sudah rapikah tempat tidur bapak?”. “ayo kita latihan merapikannya”
“nah, kalau kita mau merapikan tempat tidur bapak, mari kita pindahkan dulu bantal dan
selimutnya.bagus! sekarang kita angkat sepreinya, dan kasurnya kita balik.”
“nah, sekarang kita pasang lagi sepreinya, kita mulai dari arah atas, yah bagus!”
“sekarang sebelah kaki,tarik dan masukkan lalu sebelah pinggir dimasukkan. sekarang
ambil bantal,rapikan, dan letakkan di sebelah atas/kepala.mari kita lipat selimut, nah
letakkan sebelah bawa/kaki.bagus!.”.“bapak sudah bisa merapikan tempat tidur dengan
baik sekali.coba perhatikan bedakan dengan sebelum dirapikan?”
3. Fase Terminasi :
“ bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap dan latihan merapikan
tempat tidur?.”. “yah, ternyata banayak memiliki kemampuan yang bisa dilakukan
dimumah sakit in. Salah satunya, merapikan tempat tidur, yang sudah bapak
peraktekkan dengan baik sekali. Nah kemampuan ini dapat dilakukan juga dirumah
setelah pulang.”. “sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. Bapak mau
berapakali sehari merapikan tempat tidur?. “bagus, dua kali pagi-pagi jam berapa?”.
“Lalu sehabis istirahat, jam 16.00, ya?”. “besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang
kedua. bapak masih ingat kegiatan apa lagi yang mampu dilakukan dirumah selain
merapikan tempat tidur?”. “yah,bagus cuci piring, kalau begitu kita akan latihan cuci
piring besok jam 8 pagi di dapur ruangan ini sehabis makan pagi, ya!”. “terimah kasih
yaa pak sudah mau bercerita dengan saya dan mau melakukan kegiatan/kemampuan
yang bapak punya.sampai jumpa besok pak!”
4. Evaluasi :
Hari/tang
Diagnisa Implementasi Evaluasi
gal/jam
Harga diri 1. Mengidentifik S: :
rendah asi - “pagi sus inda, nama saya
kemampuan Andrianto,biasa dipanggil
dan aspek Anto sus”
positif yang - “banyak suster”
dimiliki klien - “iya boleh suster”
2. Membantu - “saya bisa bawa
klien menilai motor,mobil,mencangkul,me
kemampuan nanam bunga,mencuci”
yang masih - “saya biasa merapikan
dapat tempat tidur,mencuci piring,
digunakan merapika bunga ditaman
3. Membantu dengan mengguntingnya
klien memilih sus”
atau - “yang nomor 1 sus
menetapkan merapikan tempat tidur”
kegiatan yang - “iya boleh sus”
akan dilatih - “rapi suster”
sesuai dengan - “iya baik sus,tempat tidurku
kemampuan lebih rapi”
klien - “dua kali sus”
4. Melatih klien - “pagi sus”
sesuai dengan - “iya masih sus, cuci piring”
dengan - “sama-sama sus”
kemampuan
yang dipilih O:
5. Memberikan 1. Pasien bisa menjawap
pujian yang salam,memperkenalkan diri
wajar 2. Klien melakukan merapikan
terhadap tempat tidur
kebersihan 3. Klien koperatif
klien 4. Kontak mata lumayan baik
6. Menganjurkan
klien A:SP1P tercapai
memasukkan
dalam jadwal P: lanjutkan SP2P harga diri rendah
kegiatan pada pukul 09.00 di ruang
harian perawatan pasien
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

SP2P Harga Diri Rendah

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi klien

1. Pasien mengatakan tidak mau berinteraksi

2. Pasien mengatakan malas berbicara

2. Diagnosa Keperawatan

Gangguan harga diri rendah

3. Tindakan keperawatan

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien Sp1


2. Melatih klien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan kemampuan klien
3. Menganjurkan klien memasukkan dalam dalam jadwal kegiatan harian

B. Strategi komunikasi tindakan keperawatan


1. Fase Orientasi :
“selamat pagi, masih ingat dengan saya?.“bagai mana perasaanya bapak pagi
ini?”.“bagus, bapak memang terlihat tampak lebih cerah”.“bagaimana bapak,sudah
dicoba merapikan tempat tidur sore kemari/tadi pagi?. “wah,bagus sekali bapak bisa
merapikannya dengan sendiri”.“baik, apa bapak masih ingat apa kegiatan yang
kedua?”. “ya benar, kita akan latihan mencuci piring di dapur”.“waktunya 15 menit. Mari
kita kedapur”
2. Fase Kerja :
“bapak sebelum kita mencuci piring kita perlu siapkan dulu perlengkapannya yaitu
sabut/tapes untuk membersihkan piring, sabun khusus untuk mencuci pirng dan air
untuk membilas. Bapak bisa menggunakan air yang mengalir dari kran air. Oh ya
jangan lupa sediakan tempat sampah untuk membuang sisa-sisa makanan”
“apakah bapak sudah tau apa semua yang disediakan untuk mencuci piring?”.
“sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya”.“setelah semuanya perlengkapan tersedia,
bapak ambil satu piring kotor, lalu buang dulu sisa kotorannya yang ada dipiring
tersebut ketempat sampah. Kemudian bapak bersihkan piring tersebut dengan
menggunakan sabun/tapes yang sudah diberikan sabun pencuci piring. Setelah selesai
disabuni, bilas dengan air bersih sampai tidak ada busa sabunnya sedikitpun dipiring
tersebut. Setelah itu bapak bisa mengeringkan piring yang sudah bersih tadi di rak
piring yang sudah tersedia di dapur.nahh selesai...”
“apa bapak sudah paham dan bisa mempraktekkan yang telah saya perlihatkan cara
mencuci piring?”. “bagus sekali, bapak dapat mempraktekkan mencuci piring dengan
baik”. “Sekarang di lap tangannya”
3. Fase Terminasi :
“bagaimana perasaanya bapak setelah latihan cuci piring?”. “wah,bagus lah bapak
sudah paham dan bisa melakukan cucipiring dengan baik”.“bagai mana jika kegiatan
cuci piring ini dimasukkan menjadi kegiatan sehari-hari? Bapak mau berapa kali tiap
mencuci piring?”. “bagus sekali bapak mau mencuci piring tiga kali setelah selesai
makan”
“jadi bapak saya ucapkan terimah kasih sudah mau melakukan latihan yang masih
mampu bapak lakukan dirumah sakit ini,saya harap bapak bisa melakukan jadwal
harian yang telah kita buat dengan baik.. sampai jumpa dilain waktu pak”

4. Evaluasi :
Hari/tangg
Diagnosa Implementasi Evaluasi
al/jam
Harga diri 1. Mengevaluasi jadwal S :
rendah kegiatan harian klien - “pagi suster,iya ngat
2. Melatih klien suser namanya inda”
melakukan kegiatan - “baik sus”
lain yang sesuai - “iya sudah saya rapikan
dengan kemampuan suster”
klien - “latihan cuci piring sus”
3. Menganjurkan klien - “iyaa sudah suster”
memasukkan dalam - “Iya suster”
dalam jadwal - “iyaa paham, bisa suster”
kegiatan harian - “baik sus,saya bisa
mencuci piringnya”
- “Iya boleh sus. Cuci
piringnya 3 kali sehari
saja suster”

O:
1. Klien koeratif
2. Klien melakukan
kegiatan mencuci piring
3. Kontak mata baik

A :SP2P tercapai

P: lanjutkan SP2P

Anda mungkin juga menyukai