Anda di halaman 1dari 86

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KARAWANG


PERIODE 5 AGUSTUS – 31 AGUSTUS 2019

APOTEKER ANGKATAN XXXVII


DISUSUN OLEH:

Febi Nurul F, S.Farm (18344086)


Ira Nurmalasari, S.Farm (18344094)
Idah Mulyati, S.Farm (18344123)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2019
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KARAWANG

Periode 5 Agustus - 31Agustus 2019

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Apoteker Pada Program
Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Institut Sains dan Teknologi Nasional Jakarta

Disusun Oleh:

Febi Nurul F, S.Farm (18344086)


Ira Nurmalasari, S.Farm (18344094)
Idah Mulyati, S.Farm (18344123)

APOTEKER ANGKATAN XXXVII

Disetujui Oleh
Dra. Aziza Nuraini, M.M., Apt Eka Mutia Sari, Ssi, Apt
Pembimbing Pembimbing
Institut Sains dan Teknologi Nasional Dinas Kesehatan Kab. Karawang
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas ridho dan karunia-
Nya, Laporan Kegiatan Praktik Kerja Profesi Apoteker di Dinas Kesehatan Kabupaten
Karawang dapat diselesaikan. Laporan ini diajukan sebagai salah satu syarat kelulusan
untuk mata kuliah Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Bidang Pemerintahan.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Aziza
Nuraini, M.M., Apt. sebagai pembimbing di ISTN dan Ibu Eka Mutia Sari,Ssi,Apt
sebagai pembimbing di Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang yang telah meluangkan
waktu untuk memberikan pengarahan dan bimbingan selama pelaksanaan Praktek Kerja
Profesi Apoteker di Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang. Penulis juga menyampaikan
terimakasih atas segala bantuan dan dukungan yang telah diberikan, baik dalam
pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker maupun dalam penyusunan Laporan Kegiatan
Praktik Kerja Profesi Apoteker ini kepada:
1. Dekan Fakultas Farmasi ISTN, Ibu Dr. Refdanita, M.Si., Apt.,
2. Kepala Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi ISTN, Ibu Jenny Pontoan,
M.Farm., Apt.,
3. Plt Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang, dr. H. Nurdin Hidayat yang telah
memberikan kesempatan kepada kami untuk melakukan Praktek Kerja Profesi
Apoteker di Dinas Kesehatan Kabupaten karawang.
4. Bapak Ahmad Suherman,SKM,MAP yang telah menerima kami untuk melaksanakan
PKPA di Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang
5. Seluruh staf Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang yang telah memberikan informasi
yang sangat berguna sehingga laporan ini dapat terselesaikan.
6. Kepala UPTD Puskesmas Cikampek, dr. H. Deddy Ferry Rachmat, MKM yang telah
memberikan kesempatan kepada kami untuk melakukan Praktek Kerja Profesi
Apoteker di Puskesmas Cikampek.
7. Kepala UPTD Puskesmas Klari Dr. Sondang Tampubolon yang telah memberikan
kesempatan kepada kami untuk melakukan Praktek Kerja Profesi Apoteker di
Puskesmas Klari.
8. Kepala UPTD Puskesmas Wanakerta Hj. Nur Khoiriyah, S.ST yang telah memberikan
kesempatan kepada kami untuk melakukan Praktek Kerja Profesi Apoteker di
Puskesmas Wanakerta.
9. Seluruh staf UPTD Puskesmas Cikampek yang telah memberikan informasi yang
sangat berguna sehingga laporan ini dapat terselesaikan.
10. Seluruh staf UPTD Puskesmas Klari yang telah memberikan informasi yang sangat
berguna sehingga laporan ini dapat terselesaikan.
11. Seluruh staf UPTD Puskesmas Wanakerta yang telah memberikan informasi yang
sangat berguna sehingga laporan ini dapat terselesaikan.
12. Seluruh Dosen Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi ISTN yang telah
memberikan ilmunya kepada kami selama melakukan perkuliahan di Institut Sains dan
Teknologi Nasional Jakarta.
13. Orang tua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan doa, moril dan materi serta
semua pihak yang telah banyak membantu selama melaksanakan PKPA maupun dalam
penyusunan laporan di Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang.
14. Teman-teman mahasiswa/i angkatan XXXVII Program Profesi Apoteker ISTN yang
telah memberikan dukungan dan pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu

VI
persatu yang telah membantu pembuatan Laporan Kegiatan Praktek Kerja Profesi
Apoteker ini, baik langsung maupun tidak langsung.
Penulis menyadari Laporan Kegiatan Praktik Kerja Profesi Apoteker ini masih
belum sempurna. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan demi
perbaikan laporan ini di masa yang akan datang. Akhir kata penulis berharap semoga
laporan ini dapat bermanfaat serta dapat memberikan kontribusi bagi ilmu pengetahuan.

Jakarta, Agustus 2019

Penulis

VI
DAFTAR LAMPIRAN
1. Contoh resep di Puskesmas Wanakerta
2. Sop peresepan
3. Lembar pemakaian dan lembar permintaan obat (LPLPO)
4. Sop pengadaan obat
5. Sop penyimpanan obat
6. Laporan penggunaan obat rasional (POR)
7. Gudang obat di Puskesmas Wanakerta
8. Kegiatan bulan imunisasi usia sekolah (BIAS)
9. Kegiatan pemberian informasi obat (PIO)
10. Apotek Puskesmas Wanakerta
11. Troley emergensi di UGD rawat inap dan poned
12. Pengecekan obat kadaluarsa
13. Gudang farmasi di Kabupaten Karawang
14. Struktur organisasi Kementrian Kesehatan

VI
Contents
KATA PENGANTAR ...................................................................................................................... i
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................................... i
BAB 1 .............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ...................................................... 1
1.2 Tujuan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ................................................................... 1
1.3 Tempat dan Waktu Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ................................................ 2
BAB II TINJAUAN UMUM ........................................................................................................... 3
2.1 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia ......................................................................... 3
2.1.1 Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat .................................................................... 3
2.1.2 Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ......................................... 4
2.1.3 Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan....................................................................... 5
2.1.4 Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan .................................................... 6
2.2. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) ..................................................................... 7
2.2.1 Tugas BPOM .................................................................................................................. 7
2.2.2 Tugas Balai Besar / Balai POM (Unit Pelaksana Teknis) .............................................. 7
2.2.3 Fungsi BPOM ................................................................................................................. 7
2.2.4 Fungsi Balai Besar/Balai POM (Unit Pelaksana Teknis) ............................................... 8
2.2.5 Kewenangan ................................................................................................................... 9
2.3. Dinas kesehatan Kabupaten/ Kota ........................................................................................ 9
2.3.1 Definisi Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota .................................................................. 9
2.3.2 Tugas dan fungsi Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota .................................................. 10
2.3.3 Susunan Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota............................................. 10
2.3.4 Perizinan Tenaga Kefarmasian dan sarana kefarmasian ............................................. 13
2.4 Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan (UPTD) Puskesmas ............................................. 23
1. Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas .............................................................. 26
BAB III .......................................................................................................................................... 31
TINJAUAN KHUSUS .................................................................................................................. 31
3.1 Kabupaten Karawang .......................................................................................................... 31
3.1.1 Letak Geografis ............................................................................................................ 31
3.1.2 Demografi .................................................................................................................... 31
3.2 Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang............................................................................... 31
3.3 Peran dan Fungsi Dinas Kesehatan...................................................................................... 33
3.4 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang............................................... 33
VI
3.5 Unsur Organisasi , Pokok Dan Fungsi Serta Tata Kerja Pada Dinas Kesehatan Kabupaten
Karawang ................................................................................................................................... 34
3.5.1 Kepala Dinas................................................................................................................. 34
3.5.2 Sekretariat ..................................................................................................................... 35
3.5.3 Bidang Sumber Daya Kesehatan .................................................................................. 35
3.5.3 PERIJINAN .................................................................................................................. 40
3.6 UPTD Puskesmas Kabupaten Karawang............................................................................ 42
3.6.3 Puskesmas Wanakerta ............................................................................................... 43
BAB IV .............................................................................................. Error! Bookmark not defined.
PEMBAHASAN................................................................................ Error! Bookmark not defined.
4.1 Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang................................... Error! Bookmark not defined.
4.2 Seksi kefarmasian ................................................................................................................ 50
BAB V ........................................................................................................................................... 63
KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................................................... 63
5.1 Kesimpulan .......................................................................................................................... 63
5.2 Saran .................................................................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 65

VI
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)


Apoteker adalah salah satu profesi kesehatan yang berperan penting dalam
melaksanakan pekerjaan kefarmasian dalam fasilitas pelayanan kefarmasian dan diakui
secara resmi berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia,
yaitu Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Peraturan
Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Lingkup kerja yang
menjadi kewenangan apoteker sangat luas, mulai dari apotek, rumah sakit, industri
farmasi termasuk kosmetik, Perusahaan Besar Farmasi (PBF), hingga pemerintahan.
Oleh sebab itu selain dituntut memiliki pengetahuan yang baik di bidang farmasi, untuk
melaksanakan tugasnya di lingkup kerja yang luas tersebut, seorang calon apoteker juga
perlu memiliki pengalaman dasar dalam melakukan praktik kerja kefarmasian. Praktik
kerja profesi ini adalah salah satu sarana dasar dalam mengenalkan calon apoteker pada
lapangan pekerjaannya.
Di bidang pemerintahan, seorang apoteker berperan dalam penyusun juga
pelaksana kebijakan, pengawasan, perizinan, pembinaan, dan pengendalian sarana
kefarmasian. Salah satu sarana pemerintahan tempat apoteker melaksanakan
pekerjaannya adalah dinas kesehatan. Apoteker lebih diarahkan untuk berperan dalam
mengurus proses perizinan, pembinaan, pengawasan, serta pengendalian sarana
kesehatan dan tenaga kefarmasian di dinas kesehatan. Selain itu, apoteker juga dapat
bekerja di puskesmas sebagai pelaksana kewajiban di tingkat pelayanan dasar.

1.2 Tujuan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)


Tujuan dari Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di bidang pemerintahan yaitu :
1. Mengetahui dan memahami gambaran umum dinas kesehatan beserta peran, fungsi,
dan tanggungjawab apoteker.
2. Mengetahui peran dan fungsi apoteker dalam melaksanakan manajemen dan
kepemimpinan secara efektif dan efisien dalam rangka pelaksanaan tugas pokok
regulasi, pembinaan, dan pengawasan pekerjaan kefarmasian dan perbekalan
farmasi yang bermutu aman dan berkhasiat/ bermanfaat bagi klien/masyarakat yang
membutuhkan.

1
2

3. Memahami peran, tugas, dan fungsi Apoteker di pemerintahan dalam hal ini di
Puskesmas sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan

1.3 Tempat dan Waktu Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)


Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) berlangsung di Dinas Kesehatan
Kabupaten Karawang selama satu bulan yaitu pada tanggal 5- 31 Agustus 2019 yang
ditempatkan di 3 puskesmas yaitu: Puskesmas Cikampek, Puskesmas Klari dan
Puskesmas Wanakerta.
BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia


Kementerian Kesehatan RI mempunyai tugas membantu Presiden dalam
menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang kesehatan. Berdasarkan
Permenkes 64 Tahun 2016, pasal 3 dalam melaksanakan tugas, Kementerian
Kesehatan RI menyelenggarakan fungsi:
1. Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang kesehatan
masyarakat, pencegahan dan pengendalian penyakit, pelayanan kesehatan, dan
kefarmasian dan alat kesehatan;
2. Koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi
kepada seluruh unsur organsisasi di lingkungan Kementerian Kesehatan;
3. Pengelolaan barang milik negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian
Kesehatan;
4. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang kesehatan;
5. Pelaksanaan pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia di bidang
kesehatan serta pengelolaan tenaga kesehatan;
6. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan
Kementerian Kesehatan di daerah;
7. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Kesehatan;
8. Pelaksanaan dukungan substansif kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan
Kementerian Kesehatan;
Struktur organisasi Kementerian Kesehatan dapat dilihat pada Lampiran 1.
Kementerian kesehatan Republik Indonesia mempunyai empat Direktorat Jendral
untuk membantu tugas dari kementerian kesehatan.
2.1.1 Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat
Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat mempunyai tugas merumuskan serta
melaksanakan kebijakan di bidang kesehatan masyarakat sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan Permenkes 64 Tahun 2015, pasal 136 dalam melaksanakan tugas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 135, Direktorat Jenderal Kesehatan
Masyarakat menyelenggarakan fungsi :

3
4

a. Perumusan kebijakan di bidang peningkatan kesehatan keluarga,


kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga, gizi masyarakat, serta
promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat;
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan kesehatan keluarga ,
kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga, gizi masyarakat, serta
promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat;
c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang peningkatan
kesehatan keluarga, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga,
gizi masyarakat, serta promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat;
d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peningkatan
kesehatan keluarga, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga,
gizi masyarakat, serta promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat;
e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang peningkatan kesehatan
keluarga, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga, gizi
masyarakat, serta promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat;
f. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat; dan
g. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
Struktur organisasi Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat dapat
dilihat pada Lampiran 2.

2.1.2 Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit mempunyai tugas
merumuskan serta melaksanakan kebijakan di bidang pencegahan dan
pengendalian penyakit sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan Permenkes 64 Tahun 2015, pasal 263 dalam melaksanakan tugas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 262, Direktorat Jenderal Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit menyelenggarakan fungsi:

a. Perumusan kebijakan di bidang surveillance epidemiologi dan karantina,


pencegahan dan pengendalian penyakit menular, penyakit tular vektor,
penyakit zoonotik, dan penyakit tidak menular, serta upaya kesehatan
jiwa dan Narkotika, Psikotropika, dan Zat adiktif lainnya (NAPZA);
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang surveillance epidemiologi dan
karantina, pencegahan dan pengendalian penyakit menular, penyakit tular
vektor, penyakit zoonotik, dan penyakit tidak menular, serta upaya
5

kesehatan jiwa dan Narkotika, Psikotropika, dan Zat adiktif lainnya


(NAPZA);
c. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang
surveillanceepidemiologi dan karantina, pencegahan dan pengendalian
penyakit menular, penyakit tular vektor, penyakit zoonotik, dan penyakit
tidak menular, serta upaya kesehatan jiwa dan Narkotika, Psikotropika,
dan Zat adiktif lainnya (NAPZA);
d. Pelaksanaan administrasi Direktorat Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit; dan
e. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan Menteri.
Struktur organisasi Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
dapat dilihat pada Lampiran 3.

2.1.3 Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan


Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas merumuskan serta
melaksanakan kebijakan di bidang pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan Permenkes nomor 64 Tahun 2015, pasal 394 dalam melaksanakan tugas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 393, Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
menyelenggarakan fungsi :
a. Perumusan kebijakan di bidang peningkatan pelayanan, fasilitas, dan mutu
pelayanan kesehatan primer, rujukan, tradisional, dan komplementer;
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan pelayanan, fasilitas, dan mutu
pelayanan kesehatan primer rujukan, tradisional, dan komplementer;
c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang peningkatan
pelayanan, fasilitas, dan mutu pelayanan kesehatan primer rujukan,
tradisional, dan komplementer;
d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peningkatan pelayanan,
fasilitas, dan mutu pelayanan kesehatan primer rujukan, tradisional, dan
komplementer;
e. Pelaksanaan evaluasi, dan pelaporan di bidang peningkatan pelayanan,
fasilitas, dan mutu pelayanan kesehatan primer rujukan, tradisional, dan
komplementer;
f. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan; dan
6

g. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.


Struktur organisasi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan dapat dilihat pada
Lampiran 4.

2.1.4 Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan


Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan mempunyai tugas
merumuskan serta melaksanakan di bidang kefarmasian dan alat kesehatan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan Permenkes 64 Tahun 2015, pasal 505 dalam melaksanakan tugas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 504, Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat
Kesehatan menyelenggarakan fungsi :
a. Perumusan kebijakan di bidang produksi dan distribusi sediaan farmasi, alat
kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga, pengawasan alat
kesehatan dan perbekalan rumah tangga, tata kelola perbekalan kesehatan,
dan pelayanan kefarmasian;
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang produksi dan distribusi sediaan farmasi, alat
kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga, pengawasan alat
kesehatan dan perbekalan rumah tangga, tata kelola perbekalan kesehatan,
dan pelayanan kefarmasian;
c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang produksi dan
distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah
tangga, pengawasan alat kesehatan dan perbekalan rumah tangga, tata kelola
perbekalan kesehatan, dan pelayanan kefarmasian
d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang produksi dan distribusi
sediaan farmasi, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga,
pengawasan alat kesehatan dan perbekalan rumah tangga, tata kelola
perbekalan kesehatan, dan pelayanan kefarmasian;
e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang produksi dan distribusi sediaan
farmasi, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga, pengawasan
alat kesehatan dan perbekalan rumah tangga, tata kelola perbekalan
kesehatan, dan pelayanan kefarmasian;
f. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat
Kesehatan; dan
g. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
7

Struktur organisasi Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan


dapat dilihat pada Lampiran 5.

2.2. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)


2.2.1 Tugas BPOM
Berdasarkan pasal 2 pada Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2017 tentang Badan
Pengawas Obat dan Makanan:

1. BPOM mempunyai tugas menyelenggarakan tugas pemerintahan di bidang


pengawasan Obat dan Makanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
2. Obat dan Makanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas obat, bahan
obat, narkotika, psikotropika, prekursor, zat adiktif, obat tradisional, suplemen
kesehatan, kosmetik, dan pangan olahan.

2.2.2 Tugas Balai Besar / Balai POM (Unit Pelaksana Teknis)


Berdasarkan Pasal 3 Peraturan BPOM Nomor 12 Tahun 2018, Unit Pelaksana Teknis
BPOM mempunyai tugas melaksanakan kebijakan teknis operasional di bidang
pengawasan Obat dan Makanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
2.2.3 Fungsi BPOM
Berdasarkan pasal 3 pada Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2017 tentang Badan
Pengawas Obat dan Makanan, BPOM mempunyai fungsi:
1. Dalam melaksanakan tugas pengawasan Obat dan Makanan, BPOM
menyelenggarakan fungsi :
a) penyusunan kebijakan nasional di bidang pengawasan Obat dan Makanan;
b) pelaksanaan kebijakan nasional di bidang pengawasan Obat dan Makanan;
c) penyusunan dan penetapan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
Pengawasan Sebelum Beredar dan Pengawasan Selama Beredar;
d) pelaksanaan Pengawasan Sebelum Beredar dan Pengawasan Selama
Beredar;
e) koordinasi pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan instansi
pemerintah pusat dan daerah;
8

f) pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengawasan Obat dan


Makanan;
g) pelaksanaan penindakan terhadap pelanggaran ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang pengawasan Obat dan Makanan;
h) koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan
administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan BPOM;
i) pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab
BPOM;
j) pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan BPOM; dan
k) pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh unsur
organisasi di lingkungan BPOM.

2. Pengawasan Sebelum Beredar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah


pengawasan Obat dan Makanan sebelum beredar sebagai tindakan pencegahan
untuk menjamin Obat dan Makanan yang beredar memenuhi standar dan
persyaratan keamanan, khasiat/manfaat, dan mutu produk yang ditetapkan.
3. Pengawasan Selama Beredar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
pengawasan Obat dan Makanan selama beredar untuk memastikan Obat dan
Makanan yang beredar memenuhi standar dan persyaratan keamanan, khasiat/
manfaat, dan mutu produk yang ditetapkan serta tindakan penegakan hukum.

2.2.4 Fungsi Balai Besar/Balai POM (Unit Pelaksana Teknis)


Berdasarkan Pasal 4 Peraturan BPOM Nomor 12 Tahun 2018, Unit Pelaksana Teknis
BPOM menyelenggarakan fungsi:

1. Penyusunan rencana dan program di bidang pengawasan Obat dan Makanan;


2. Pelaksanaan pemeriksaan sarana/fasilitas produksi Obat dan Makanan;
3. Pelaksanaan pemeriksaan sarana/fasilitas distribusi Obat dan Makanan dan/atau
sarana/fasilitas pelayanan kefarmasian;
4. Pelaksanaan sertifikasi produk dan sarana/fasilitas produksi dan/atau distribusi
Obat dan Makanan;
5. Pelaksanaan pengambilan contoh (sampling) Obat dan Makanan;
6. Pelaksanaan pengujian Obat dan Makanan;
7. Pelaksanaan intelijen dan penyidikan terhadap pelanggaran ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang pengawasan Obat dan Makanan;
9

8. Pengelolaan komunikasi, informasi, edukasi, dan pengaduan masyarakat di bidang


pengawasan Obat dan Makanan;
9. Pelaksanaan koordinasi dan kerja sama di bidang pengawasan Obat dan Makanan;
10. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pengawasan Obat dan
Makanan;
11. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga;
12. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala Badan;

2.2.5 Kewenangan

Berdasarkan pasal 4 pada Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2017 tentang Badan
Pengawas Obat dan Makanan. Dalam melaksanakan tugas pengawasan Obat dan
Makanan, BPOM mempunyai kewenangan :

1. Menerbitkan izin edar produk dan sertifikat sesuai dengan standar dan persyaratan
keamanan, khasiat/manfaat dan mutu, serta pengujian obat dan makanan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
2. Melakukan intelijen dan penyidikan di bidang pengawasan Obat dan Makanan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
3. Pemberian sanksi administratif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Struktur organisasi Badan Pengawas Obat dan Makanan dapat dilihat pada Lampiran
6.

2.3. Dinas kesehatan Kabupaten/ Kota


2.3.1 Definisi Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
Dinas Kesehatan adalah Perangkat Daerah yang menyelenggarakan fungsi urusan
pemerintahan bidang kesehatan dalam bentuk Dinas.
Unit Pelaksana Teknis Dinas yang selanjutnya disingkat UPTD adalah unit pelaksana
teknis operasional Dinas yang melaksanakan tugas teknis tertentu dan berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.
Dinas Kesehatan berkedudukan sebagai unsur pembantu Wali Kota dalam
penyelenggaraan urusan Pemerintahan bidang kesehatan.
10

2.3.2 Tugas dan fungsi Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota


Hal-hal yang menjadi tugas dan fungsi Dinas merupakan satu kesatuan yang satu sama
lain tidak dapat dipisahkan.
(1) Kepala Dinas dalam melaksanakan tugasnya menyelenggarakan hubungan
fungsional dengan instansi terkait.
(2) Sekretaris dan Kepala Bidang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Kepala Dinas.
(3) Kepala Sub Bagian berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Sekretaris.
(4) Kepala Seksi berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang.
(5) Setiap kepala satuan organisasi di lingkungan Dinas bertanggung jawab
memimpin, memberikan bimbingan dan arahan bagi pelaksanaan pengawasan
melekat.
(6) Setiap kepala satuan organisasi di lingkungan Dinas dalam melaksanakan
tugasnya wajib melaksanakan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi
baik secara vertikal maupun horizontal.
2.3.3 Susunan Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
Penetapan susunan organisasi dilakukan dengan memperhatikan rumpun fungsi yang
diturunkan dari kewenangan pemerintahan, Dinas Kesehatan terdiri dari :
1. Sekretariat

 Tugas
Membantu Kepala Dinas dalam memimpin dan mengkoordinasikan
penyelenggaraan pelayanan teknis administratif kegiatan dan ketatausahaan yang
meliputi urusan Perencanaan, Umum dan Kepegawaian serta Keuangan untuk
mencapai tata kelola kesekretariatan yang baik
 Fungsi:
a. Pengoordinasian penyusunan dan perumusan bersama kebijakan, petunjuk
teknis serta rencana strategis Dinas;
b. Penyusunan bersama program kerja dan rencana kegiatan Dinas berdasarkan
pada visi dan misi Dinas;
c. Penyusunan program kerja dan rencana kegiatan Sekretariat;
d. Pengelolaan ketatausahaan perkantoran serta penelaahan dan pengkajian
konsep naskah dinas dan produk hukum lingkup Dinas;
11

e. Pembinaan dan pengendalian administrasi keuangan dan kepegawaian Dinas;

2. Bidang Kesehatan Masyarakat


Tugas
Membantu Kepala Dinas dalam memimpin, mengendalikan, dan
mengkoordinasikan perumusan kebijakan teknis dan pelaksanaan urusan
Pemerintahan yang menjadi kewenangan Dinas yang meliputi kesehatan keluarga
dan gizi, promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat serta kesehatan
lingkungan, kesehatan kerja dan olah raga untuk mencapai pelaksanaan teknis urusan
di bidangnya
Fungsi:
f. Penyusunan program kerja dan rencana kegiatan Bidang;
g. Perumusan kebijakan, petunjuk teknis serta rencana strategis sesuai lingkup
bidang tugasnya;
h. Perumusan kebijakan, perencanaan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian
dalam pelaksanaan kesehatan keluarga dan gizi;
i. Perumusan kebijakan, perencanaan, pengembangan, pemberdayaan dan
pembinaan dalam pelaksanaan promosi kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat;
j. Perumusan kebijakan, perencanaan, penyusunan, pengelolaan, pembinaan,
pengawasan dan pengendalian dalam pelaksanaan kesehatan lingkungan,
kesehatan kerja dan olah raga;
3. Bidang Pencegahan dan pengendalian Penyakit

Tugas
Membantu Kepala Dinas dalam memimpin, mengendalikan, dan
mengkoordinasikan perumusan kebijakan teknis dan pelaksanaan urusan
Pemerintahan yang menjadi kewenangan Dinas yang meliputi surveillance dan
imunisasi, pencegahan dan pengendalian penyakit menular sertapencegahan dan
pengendalian penyakit tidak menular dan kesehatan jiwa untuk mencapai
pelaksanaan teknis urusan di bidangnya.
Fungsi:
k. Penyusunan program kerja dan rencana kegiatan Bidang;
l. Perumusan kebijakan, petunjuk teknis serta rencana strategis sesuai lingkup
bidang tugasnya;
12

m. Perumusan kebijakan, perencanaan, pengoordinasian, pengendalian dan


fasilitasi dalam pelaksanaan surveillance dan imunisasi;
n. Perumusan kebijakan, perencanaan, penyusunan, pegelolaan, penyelenggaraan,
pengoordinasian dan fasilitasi dalam pelaksanaan pengendalian penyakit
menular;
o. Perumusan kebijakan, perencanaan, penyelenggaraan dan pengendalian dalam
pelaksanaan pengendalian penyakit tidak menular dan kesehatan jiwa;
4. Bidang Pelayanan Kesehatan

Tugas:

Membantu Kepala Dinas dalam memimpin, mengendalikan, dan


mengkoordinasikan perumusan kebijakan teknis dan pelaksanaan urusan
Pemerintahan yang menjadi kewenangan Dinas yang meliputi pelayanan kesehatan
primer, pelayanan kesehatan rujukan serta pelayanan kesehatan tradisionaldan
perawatan kesehatan masyarakat untuk mencapai pelaksanaan teknis urusan di
bidangnya.
Fungsi:
a. Penyusunan program kerja dan rencana kegiatan Bidang;
b. Perumusan kebijakan, petunjuk teknis serta rencana strategis sesuai lingkup
bidang tugasnya;
c. Perumusan kebijakan, perencanaan, pembinaan, pengolahan dan fasilitasi dalam
pelaksanaan pelayanan kesehatan primer;
d. Perumusan kebijakan, perencanaan, pengolahan, pembinaan, pengawasan dan
pengendalian dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan rujukan;
e. Perumusan kebijakan, perencanaan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian
dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan tradisional dan perawatan kesehatan
masyarakat;

5. Bidang Sumber Daya Kesehatan

Tugas:
Membantu Kepala Dinas dalam memimpin, mengendalikan, dan
mengkoordinasikan perumusan kebijakan teknis dan pelaksanaan urusan
Pemerintahan yang menjadi kewenangan Dinas yang meliputi kefarmasian, alat
13

kesehatan serta sumber daya manusia kesehatan untuk mencapai pelaksanaan teknis
urusan di bidangnya.
Fungsi:
a. Memimpin, mengatur, membina, dan mengendalikan pelaksanaan tugas sesuai
lingkup bidangnya;
b. Menyusun bahan visi dan misi sesuai bidang tugasnya untuk dirumuskan
menjadi konsep visi dan misi Dinas;
c. Menyusun dan merumuskan rencana strategis bidang;
d. Menyusun serta merumuskan bahan penetapan kebijakan dan/atau petunjuk
teknis sesuai lingkup bidang tugasnya sebagai bahan penetapan kebijakan
pimpinan;
e. Menyusun dan merumuskan pedoman kerja pada lingkup bidang tugasnya
sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
6. Bidang Pembinaan dan Pengawasan di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
1. Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
penyelenggaraan Puskesmas,sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing.
2. Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah
DaerahKabupaten/Kota dapat melibatkan organisasi profesi dalam melakukan
pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan Puskesmas.
3. Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud untuk meningkatkan mutu
pelayanan kepada masyarakat.
4. Pembinaan dan pengawasan sebagaimana yang dimaksud dalam bentuk fasilitasi,
konsultasi, pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan.
2.3.4 Perizinan Tenaga Kefarmasian dan sarana kefarmasian
Kegiatan perizinan meliputi tenaga kesehatan, sarana kesehatan dan produk yang
dimaksud dengan tenaga kesehatan adalah tenaga medis, psikologis, klinis,
keperawatan, kebidanan, kefarmasian, kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan,
gizi.
1. Perizinan Tenaga Kefarmasian

Tenaga Kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan kefarmasian, yang


terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian.
Setiap tenaga kefarmasian yang menjalankan pekerjaan kefarmasian wajib
memiliki surat tanda registrasi dan surat ijin sesuai tempat tenaga kefarmasian
14

bekerja. Surat tanda registrasi berupa STRA untuk apoteker dan STRTTK bagi
teknis kefarmasian.
A. Apoteker

STRA dikeluarkan oleh Menteri, Menteri mendelegasikan ke KFN, Untuk


memperoleh STRA, Apoteker harus memenuhi persyaratan:
a. Memiliki ijazah Apoteker
b. Memiliki sertifikat kompetensi profesi
c. Mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji Apoteker
d. Mempunyai surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang
memiliki surat izin praktik
e. Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika
profesi.
Dinas Penanaman Modal Terpadu Satu Pintu Kabupaten/Kota harus
menerbitkan SIPA paling lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak surat
permohonan diterima dan dinyatakan lengkap,
Permohonan SIPA harus melampirkan
a. Fotokopi STRA yang dilegalisir oleh KFN
b. Surat pernyataan mempunyai tempat praktik profesi atau surat keterangan
dari pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian atau dari pimpinan fasilitas
produksi atau distribusi/penyaluran
c. Surat rekomendasi dari organisasi profesi
d. Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 sebanyak 2 (dua) lembar dan 3 x 4
sebanyak 2 (dua) lembar;
B. Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK)

Untuk memperoleh STRTTK, Tenaga Teknis Kefarmasian harus memenuhi


persyaratan:
a. Memiliki ijazah sesuai dengan pendidikannya
b. Memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki
surat izin praktik;
c. Memiliki rekomendasi tentang kemampuan dari Apoteker yang telah
memiliki STRA, atau pimpinan institusi pendidikan lulusan, atau
organisasi yang menghimpun Tenaga Teknis Kefarmasian dan
15

d. Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika


kefarmasian.
Untuk memperoleh STRTTK, Tenaga Teknis Kefarmasian harus
mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dengan
melampirkan :
a. Fotokopi ijazah Sarjana Farmasi atau Ahli Madya Farmasi atau Analis
farmasi atau Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker
b. Surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki surat
izin praktik;
c. Surat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika
kefarmasian;
d. Surat rekomendasi kemampuan dari Apoteker yang telah memiliki STRA,
atau pimpinan institusi pendidikan lulusan, atau organisasi yang
menghimpun Tenaga Teknis Kefarmasian; dan
e. Pas foto terbaru berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar dan
ukuran 2 x 3 cm sebanyak 2 (dua) lembar
Untuk memperoleh SIkTTK, Tenaga Teknis Kefarmasian mengajukan
permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat
pekerjaan kefarmasian. Permohonan SIPTTK harus melampirkan:
a) Fotokopi STRTTK
b) Surat pernyataan Apoteker atau pimpinan tempat pemohon
melaksanakan pekerjaan kefarmasian
c) Surat rekomendasi dari organisasi yang menghimpun Tenaga Teknis
Kefarmasian; dan
d) Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 sebanyak 2 (dua) lembar dan 3 x 4
sebanyak 2 (dua) lembar
2. Perizinan Sarana Kefarmasian
A. Perizinan Apotek
Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian, tempat dilakukan praktik
kefarmasian oleh apoteker. Pekerjaan kefarmasian di apotek harus dilakukan
sepenuhnya oleh apoteker yang telah memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker
(STRA) dan Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA). Surat Izin Apotek (SIA)
adalah bukti tertulis yang diberikan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota
kepada apoteker sebagai izin untuk menyelenggarakan apotek.
16

Persyaratan, tata cara, dan masa berlaku perizinan apotek diatur menurut
permenkes nomor 26 tahun 2018 .
Izin Apotek diselenggarakan oleh Pelaku Usaha perseorangan yaitu Apoteker.
A.Persyaratan untuk memperoleh Izin Apotek terdiri atas:
a.STRA;
b.Surat Izin Praktik Apoteker;
c.Denah bangunan;
d.Daftar Sarana dan Prasarana
e.Berita Acara Pemeriksaan.

1. Tata Cara Perizinan Apotek, Prosedur perolehan izin apotek yaitu :

1) Pelaku Usaha yang telah memiliki NIB dan memenuhi Komitmen sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai pelayanan
perizinan terintegrasi secara elektronik, wajib memenuhi Komitmen Izin
Apotek/Izin Toko Obat.
 Nomor Induk Berusaha (NIB) adalah identitas Pelaku Usaha yang diterbitkan
oleh Lembaga OSS setelah Pelaku Usaha melakukan Pendaftaran.
 Komitmen adalah pernyataan Pelaku Usaha untuk memenuhi persyaratan
Izin Usaha dan/atau Izin Komersial atau Operasional.
2) Pemenuhan Komitmen oleh Pelaku Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) paling lama 6 (enam) bulan.
3) Untuk pemenuhan Komitmen sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pelaku
Usaha menyampaikan dokumen pemenuhan Komitmen melalui sistem OSS.
4) Pemerintah Daerah kabupaten/kota melakukan pemeriksaan lapangan paling
lama 6 (enam) Hari sejak Pelaku Usaha memenuhi Komitmen sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai pelayanan perizinan
terintegrasi secara elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
5) Pemerintah Daerah kabupaten/kota dalam melakukan Pemeriksaan lapangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) melibatkan unsur dinas kesehatan
daerah kabupaten/kota yang terdiri atas tenaga kefarmasian dan tenaga
lainnya yang menangani bidang sarana dan prasarana.
6) Dalam pemeriksaan lapangan sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
Pemerintah Daerah kabupaten/kota membuat berita
17

7) Berdasarkan hasil evaluasi dan berita acara pemeriksaan sebagaimana


dimaksud pada ayat (6) dinyatakan tidak terdapat perbaikan, Pemerintah
Daerah kabupaten/kota menyampaikan notifikasi pemenuhan Komitmen Izin
Apotek/Izin Toko Obat paling lama 3 (tiga) Hari melalui sistem OSS.
8) Dalam hal berdasarkan berita acara pemeriksaan diperlukan perbaikan,
Pemerintah Daerah kabupaten/kota menyampaikan hasil evaluasi kepada
Pelaku Usaha melalui sistem OSS.
9) Pelaku Usaha wajib melakukan perbaikan dan menyampaikan kepada
Pemerintah Daerah kabupaten/kota melalui sistem OSS paling lama 1 (satu)
bulan sejak diterimanya hasil evaluasi.
10) Berdasarkan perbaikan yang disampaikan oleh Pelaku Usaha sebagaimana
dimaksud pada ayat (8) dan dinyatakan tidak terdapat perbaikan, Pemerintah
Daerah kabupaten/kota menyampaikan notifikasi pemenuhan Komitmen Izin
Apotek/Izin Toko Obat paling lama 3 (tiga) Hari melalui sistem OSS.
11) Penyampaian notifikasi pemenuhan Komitmen Izin Apotek/Izin Toko Obat
sebagaimana dimaksud pada ayat (7) atau ayat (10) merupakan pemenuhan
Komitmen Izin Apotek/Izin Toko Obat.
12) Berdasarkan hasil evaluasi dan verifikasi menyatakan Pelaku Usaha tidak
memenuhi Komitmen sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah
Daerah kabupaten/kota menyampaikan notifikasi penolakan melalui sistem
OSS.
2. Masa Berlaku izin Apotek

1) Izin Usaha berlaku selama Pelaku Usaha menjalankan usaha dan/atau


kegiatannya.
2) Izin Komersial atau Operasional berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun
dan dapat diperpanjang selama memenuhi persyaratan.
18

B. Perizinan Toko Obat


Pedagang obat eceran adalah orang atau badan hukum yang memiliki ijin
untuk menyimpan obat-obat bebas dan obat-obat bebas terbatas (daftar W)
untuk dijual secara eceran ditempat tertentu sebagaiman tercantum dalam surat
ijin.
Persyaratan Perizinan Toko Obat:
a. Untuk mendirikan took obat harus ada ijin dari Kepala Daerah setempat
dengan memperhatikan saran-saran dari Kepala Dinas kesehatan Daerah
setempat.
b. Pada setiap pengeluaran ijin satu lembar turunan ijin harus dikirimkan
kepada Direktorat Jendral Farmasi dan satu lembar dikirim kepada Kepala
Direktorat Farmasi Daerah Propinsi setempat
c. Permohonan ijin Toko obat harus diajukan secara tertulis dengan disertai:
1. Alamat dan denah tempat usaha
2. Nama dana alamat pemohon
3. Nama dana alamat asisten apoteker
4. Turunan ijazah dan surat ijin kerja asisten apoteker
5. Surat pernyataan kesediaan bekerja asisten apoteker
d. Pedagang obat eceran harus memasang papan dengan tulisan “Toko Obat
Berijin” tidak menerima resep dokter dan namanya di depan tokonya.
C. Perizinan Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT)

Usaha Kecil Obat Tradisional yang selanjutnya disebut UKOT adalah usaha
yang membuat semua bentuk sediaan obat tradisional, kecuali bentuk sediaan
tablet dan efervesen.
1. Persyaratan Perizinan UKOT:
a. Surat permohonan
b. Fotokopi akta pendirian badan usaha yang sah sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan
c. Susunan Direksi/Pengurus dan Komisaris/Badan Pengawas
d. Fotokopi KTP/Identitas Direksi/Pengurus dan Komisaris/Badan
Pengawas
19

e. Pernyataan Direksi/Pengurus dan Komisaris/Badan Pengawas tidak


pernah terlibat pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang
farmasi
f. Fotokopi bukti penguasaan tanah dan bangunan
g. Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan
Lingkungan Hidup (SPPL)
h. Surat Tanda Daftar Perusahaan
i. Fotokopi Surat Izin Usaha Perdagangan
j. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak
k. Persetujuan lokasi dari Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
l. Asli Surat Pernyataan kesediaan bekerja penuh dari Tenaga Teknis
Kefarmasian sebagai penanggung jawab
m. Fotokopi surat pengangkatan penanggung jawab dari pimpinan
perusahaan
n. Fotokopi Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian
o. Daftar peralatan dan mesin - mesin yang digunakan
p. Diagram/alur proses produksi masing - masing bentuk sediaan obat
tradisional yang akan dibuat
q. Daftar jumlah tenaga kerja dan tempat penugasannya
r. Rekomendasi dari Kepala Balai setempat
2. Proses perizinan UKOT
a. Permohonan izin UKOT diajukan oleh pemohon kepada Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan Kepala Balai POM setempat
b. Paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak menerima tembusan permohonan
untuk izin UKOT, Kepala Balai setempat wajib melakukan pemeriksaan
terhadap kesiapan/pemenuhan CPOTB dan Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota wajib melakukan verifikasi kelengkapan administratif.
c. Paling lama 14 (empat belas) hari kerja setelah pemeriksaan terhadap
kesiapan/pemenuhan CPOTB sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dinyatakan selesai, Kepala Balai setempat wajib menyampaikan hasil
pemeriksaan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
d. Paling lama 14 (empat belas) hari kerja setelah pemeriksaan terhadap
kesiapan administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dinyatakan
20

selesai, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota wajib menyampaikan


hasil pemeriksaan kepada Kepala Dinas Kesehatan
e. Provinsi Apabila dalam 30 (tiga puluh) hari kerja setelah surat
permohonan diterima oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, tidak
dilakukan pemeriksaan/verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dan ayat (4), pemohon dapat membuat surat pernyataan siap berproduksi
kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dengan tembusan kepada
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Kepala Balai setempat
f. Dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja setelah menerima
rekomendasi Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Kepala Balai
setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) atau 30 (tiga
puluh) hari kerja setelah menerima surat pernyataan sebagaimana
dimaksud pada ayat (5), Kepala Dinas KesehatanProvinsi menyetujui,
menunda, atau menolak permohonan izin UKOT.
D. Perizinan Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT)
Usaha Mikro Obat Tradisional yang selanjutnya disebut UMOT adalah usaha
yang hanya membuat sediaan obat tradisional dalam bentuk param, tapel, pilis,
cairan obat luar dan rajangan.
Registrasi obat tradisional produksi dalam negeri hanya dapat dilakukan oleh
UKOT atau UMOT yang memiliki izin sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
1. Persyaratan perizinan UMOT:
a. Surat permohonan
b. Fotokopi akta pendirian badan usaha perorangan yang sah sesuai
ketentuan peraturan perundang undangan
c. Susunan Direksi/Pengurus dan Komisaris/Badan Pengawas dalam hal
permohonan bukan perseorangan
d. Fotokopi KTP/identitas pemohon dan/atau Direksi/Pengurus dan
Komisaris/Badan Pengawas
e. Pernyataan pemohon dan/atau Direksi/Pengurus dan Komisaris/Badan
Pengawas tidak pernah terlibat pelanggaran peraturan perundang -
undangan di bidang farmasi
f. Fotokopi bukti penguasaan tanah dan bangunan
21

g. Surat Tanda Daftar Perusahaan dalam hal permohonan bukan


perseorangan
h. Fotokopi Surat Izin Usaha Perdagangan dalam hal permohonan bukan
perseorangan
i. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak
j. Fotokopi Surat Keterangan Domisili.
2. Proses perizinan UMOT:
a. Permohonan Izin UMOT diajukan oleh pemohon kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten Kota sebagaimana.
b. Paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak menerima permohonan untuk izin
UMOT, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota .menunjuk tim untuk
melakukan pemeriksaan setempat.
c. Paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah menerima penugasan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), tim melakukan pemeriksaan
terhadap kesiapan administrasi dan teknis, dan menyampaikan hasil
pemeriksaan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
d. Paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah menerima hasil pemeriksaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota menyetujui, menunda, atau menolak permohonan izin
UMOT dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan
Kepala Balai POM setempat.
e. Apabila dalam 30 (tiga puluh) hari kerja setelah surat permohonan
diterima oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, tidak dilakukan
pemeriksaan/verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3), pemohon
dapat membuat surat pernyataan siap berproduksi Kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/kota
E. Perizinan PBF

Pedagang Besar Farmasi, yang selanjutnya disingkat PBF adalah perusahaan


berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan,
penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan
peraturan perundangundangan.
1. Persyaratan perizinan PBF:
a. Berbadan hukum berupa perseroan terbatas atau koperasi
22

b. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)


c. Memiliki secara tetap apoteker Warga Negara Indonesia sebagai
penanggung jawab
d. Komisaris/dewan pengawas dan direksi/pengurus tidak pernah terlibat
baik langsung atau tidak langsung dalam pelanggaran peraturan
perundang-undangan di bidang farmasi dalam kurun waktu 2 (dua) tahun
terakhir
e. Menguasai bangunan dan sarana yang memadai untuk dapat
melaksanakan pengadaan, penyimpanan dan penyaluran obat serta dapat
menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi PBF
f. Menguasai gudang sebagai tempat penyimpanan dengan perlengkapan
yang dapat menjamin mutu serta keamanan obat yang disimpan dan
g. Memiliki ruang penyimpanan obat yang terpisah dari ruangan lain sesuai
CDOB.
2. Proses perizinan PBF:
a. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak diterimanya tembusan
permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1), Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi melakukan verifikasi kelengkapan administratif
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) dan ayat (3).
b. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak diterimanya tembusan
permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1), Kepala Balai
POM melakukan audit pemenuhan persyaratan CDOB.
c. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak dinyatakan memenuhi
kelengkapan administratif, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
mengeluarkan rekomendasi pemenuhan kelengkapan administratif kepada
Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Balai POM.
d. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak melakukan audit
pemenuhan persyaratan CDOB, Kepala Balai POM melaporkan pemohon
yang telah memenuhi persyaratan CDOB kepada Kepala Badan.
e. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak menerima laporan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Kepala Badan POM memberikan
rekomendasi pemenuhan persyaratan CDOB kepada Direktur Jenderal
dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
23

f. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak menerima rekomendasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (4a) serta persyaratan lainnya yang
ditetapkan, Direktur Jenderal menerbitkan izin PBF
g. Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), ayat (4), ayat
(4a) dan ayat (5) tidak dilaksanakan pada waktunya, pemohon dapat
membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Direktur
Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan, Kepala Balai POM dan
Kepala Dinas Kesehatan
h. Paling lama 12 (dua belas) hari kerja sejak diterimanya surat pernyataan
sebagaimana dimaksud pada ayat (6), Direktur Jenderal menerbitkan izin
PBF dengan tembusan kepada Kepala Badan, Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Kepala Balai
POM.
Contoh permohonan izin PBF dapat dilihat pada Lampiran 12.

2.4 Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan (UPTD) Puskesmas


Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif,untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah
kerjanya(Permenkes No.75 tahun 2014 tentang Puskesmas)
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah salah satu sarana pelayanan kesehatan
masyarakat yang amat penting di Indonesia. Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas
kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di
suatau wilayah kerja (Depkes, 2011).
Sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (UPTD), Puskesmas
berperan menyelenggarakan sebagian dan tugas teknis operasional Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak
pembangunan kesehatan di Indonesia.
Upaya Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disingkat UKM adalah setiap kegiatan
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi
timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Upaya Kesehatan Perseorangan yang selanjutnya disingkat UKP adalah suatu kegiatan
dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan,
24

pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit dan


memulihkan kesehatan perseorangan.
Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan dasar yang menyelenggarakan upaya
Kesehatan Seperti pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit
(preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang
dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungaan.
1. Prinsip penyelenggaraan Puskesmas meliputi:
a. Paradigma sehat
Puskesmas mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk berkomitmen
dalam upaya mencegah dan mengurangi resiko kesehatan yang dihadapi
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
b. Pertanggungjawaban wilayah
Puskesmas menggerakkan dan bertanggung jawab terhadap pembangunan
kesehatan di wilayah kerjanya.
c. Kemandirian masyarakat
Puskesmas mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat.
d. Pemerataan
Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang dapat diakses dan
terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya secara adil tanpa
membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya dan kepercayaan.
e. Teknologi tepat guna
Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan memanfaatkan
teknologi tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan, mudah
dimanfaatkan dan tidak berdampak buruk bagi lingkungan.
f. Keterpaduan dan kesinambungan.
Puskesmas mengintegrasikan dan mengoordinasikan penyelenggaraan UKM
dan UKP lintas program dan lintas sektor serta melaksanakan sistem rujukan
yang didukung dengan manajemen puskesmas.
2. Tujuan Penyelenggaraan, Tugas dan Fungsi Puskesmas
Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan untuk
mewujudkan masyarakat yang:
1. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan, dan kemampuan
hidup sehat.
25

2. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu.


3. Hidup dalam lingkungan sehat.
4. Memiliki derajat kesehatan yang optimal baik individu, keluarga, kelompok,
dan masyarakat.
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai
tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung
terwujudnya kecamatan sehat. Dalam melaksanakan tugas Puskesmas
menyelenggarakan fungsi:
1. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya.
Dalam menyelenggarakan fungsi ini Puskesmas berwenang untuk:
a. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan
masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan
b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan
c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan
masyarakat dalam bidang kesehatan
d. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan
masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang
bekerjasama dengan sektor lain terkait
e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya
kesehatan berbasis masyarakat
f. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia puskesmas
g. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan
h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu,
dan cakupan pelayanan kesehatan; dan memberikan rekomendasi terkait
masalah kesehatan masyarakat, termasuk dukungan terhadap sistem
kewaspadaan dini dan respon penanggulangan penyakit.
2. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya.
Dalam menyelenggarakan fungsi ini Puskesmas berwenang untuk:
a. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dasar secara komprehensif,
berkesinambungan dan bermutu; menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan
yang mengutamakan upaya promotif dan preventif
b. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi padaindividu,
keluarga, kelompok dan masyarakat
26

c. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan keamanan


dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung
d. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsip koordinatif dan
kerja sama inter dan antar profesi
e. Melaksanakan rekam medis
f. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan
akses Pelayanan Kesehatan
g. Melaksanakan peningkatan kompetensi Tenaga Kesehatan
h. Mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya
i. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan Sistem
Rujukan.
Selain menyelenggarakan fungsi diatas Puskesmas dapat berfungsi sebagai
wahana pendidikan Tenaga Kesehatan.
1. Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab
kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan maksud mencapai hasil
yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien (Permenkes no.74 tahun
2016).

Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolok ukur yang dipergunakan sebagai


pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian.
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas sesuai permenkes no 74 tahun 2016 merupakan
satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan upaya kesehatan, yang berperan
penting dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas harus mendukung tiga fungsi pokok Puskesmas, yaitu
sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan
masyarakat, dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama yang meliputi pelayanan
kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat.
Pengaturan Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas bertujuan untuk:
a. Meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian;
b. Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian; dan
c. Melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional dalam
rangka keselamatan pasien (patient safety).
27

Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas meliputi standar:


1. pelayanan farmasi klinik
2. pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di puskesmas dilaksanakan pada unit
pelayanan berupa ruang farmasi. Ruang farmasi dipimpin oleh seorang apoteker
sebagai penanggung jawab.

A. Pelayanan Farmasi Klinik


Pelayanan farmasi klinik meliputi :
a. Pengkajian resep, penyerahan obat, dan pemberian informasi obat
Merupakan kegiatan yang dimulai dari persyaratan administrasi,
persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap
maupun rawat jalan.
b. Pelayanan informasi obat
Merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh apoteker untuk
memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini kepada dokter,
apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien.
c. Konseling
Merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan penyelesaian masalah
pasien yang berkaitan dengan penggunaan obat pasien rawat jalan dan rawat
inap serta keluarga pasien.
d. Ronde/ visite pasien (khusus puskesmas rawat inap)
Merupakan suatu kegiatan kunjungan terhadap pasien yang masih berada
dalam pengawasan tim kesehatan, yang berguna untuk mengetahui
perkembangan kemajuan penyakit.
e. Monitoring efek samping obat
Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang
merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang
digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau
memodifikasi fungsi fisiologis.
f. Pemantauan terapi obat
Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien mendapatkan
terapi obat yang efektif, terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan
meminimalkan efek samping.
28

g. Evaluasi penggunaan obat


Merupakan kegiatan untuk mengevaluasi penggunaan obat secara
terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin obat yang digunakan
sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau (rasional).
B. Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai,meliputi:
a. Perencanaan kebutuhan
Perencanaan merupakan proses kegiatan seleksi Obat dan Bahan Medis
Habis Pakai untuk menentukan jenis dan jumlah Obat dalam rangka
pemenuhan kebutuhan Puskesmas.
Tujuan perencanaan adalah untuk mendapatkan:
a). Perkiraan jenis dan jumlah Obat dan Bahan Medis Habis Pakaiyang
mendekati kebutuhan;
b). Meningkatkan penggunaan Obat secara rasional; dan
c). Meningkatkan efisiensi penggunaan Obat.
b. Permintaan
Tujuan permintaan obat dan bahan medis habis pakai adalah memenuhi
kebutuhan obat dan bahan medis habis pakai di puskesmas, sesuai dengan
perencanaan kebutuhan yang telah dibuat. Permintaan diajukan kepada
dinas kesehatan kabupaten/kota, sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan kebijakan pemerintah daerah setempat.
c. Penerimaan
Penerimaan obat dan bahan medis habis pakai adalah suatu kegiatan dalam
menerima obat dan bahan medis habis pakai dari instalasi farmasi
kabupaten/kota sesuai dengan permintaan yang telah diajukan.
Tujuannya adalah agar obat yang diterima sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan permintaan yang diajukan oleh puskesmas.
d. Penyimpanan
Penyimpanan obat dan bahan medis habis pakai merupakan suatu kegiatan
pengaturan terhadap obat yang diterima agar aman (tidak hilang),
terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin,
sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
29

Tujuannya adalah agar mutu obat yang tersedia di puskesmas dapat


dipertahankan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
Penyimpanan obat dan bahan medis habis pakai dengan
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a). Bentuk dan jenis sediaan
b). Stabilitas (suhu, cahaya, kelembaban)
c). Mudah atau tidaknya meledak/terbakar
d). Narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus.
e. Pendistribusian
Pendistribusian obat dan bahan medis habis pakai merupakan kegiatan
pengeluaran dan penyerahan obat dan bahan medis habis pakai secara
merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub unit/satelit farmasi
puskesmas dan jaringannya. Tujuannya adalah untuk memenuhi
kebutuhan obat sub unit pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja
puskesmas dengan jenis, mutu, jumlah dan waktu yang tepat.
f. Pengendalian
Pengendalian obat dan bahan medis habis pakai adalah suatu kegiatan
untuk memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan
strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi
kelebihan dan kekurangan/kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan
dasar. Tujuannya adalah agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan obat
di unit pelayanan kesehatan dasar. Pengendalian obat terdiri dari:
pengendalian persediaan, pengendalian penggunaan, dan penanganan obat
hilang, rusak, dan kadaluwarsa.
g. Pencatatan, pelaporan, dan pengarsipan
Pencatatan, pelaporan, dan pengarsipan merupakan rangkaian kegiatan
dalam rangka penatalaksanaan obat dan bahan medis habis pakai secara
tertib, baik obat dan bahan medis habis pakai yang diterima, disimpan,
didistribusikan dan digunakan di puskesmas atau unit pelayanan
lainnya.Tujuan pencatatan, pelaporan dan pengarsipan adalah:
a. Bukti bahwa pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai telah
dilakukan
b. Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian
c. Sumber data untuk pembuatan laporan.
30

h. Pemantauan dan evaluasi pengelolaan.


Pemantauan dan evaluasi pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai
dilakukan secara periodik dengan tujuan untuk:
a). Mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan dalam
pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai sehingga dapat
menjaga kualitas maupun pemerataan pelayanan
b). Memperbaiki secara terus-menerus pengelolaan obat dan bahan medis
habis pakai
c). Memberikan penilaian terhadap capaian kinerja pengelolaan.
31

BAB III
TINJAUAN KHUSUS

3.1 Kabupaten Karawang


3.1.1 Letak Geografis
Kabupaten Karawang adalah sebuah kabupaten yang terletak di bagian utara
Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibukotanya adalah Karawang. Kabupaten Karawang
berbatasan langsung dengan Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Bogor di barat, Laut Jawa
di utara, Kabupaten Subang di timur, Kabupaten Purwakarta di tenggara, serta Kabupaten
Cianjur di Selatan. Kabupaten Karawang memiliki luas wilayah 1.753,27 km2 atau 3,73%
dari luas Provinsi Jawa Barat. Karawang merupakan salah satu daerah yang memiliki lahan
subur di Jawa Barat, sehingga sebagian besar lahannya digunakan untuk pertanian.
3.1.2 Demografi
Kabupaten Karawang memiliki 30 kecamatan yang terdiri dari 297 desa dan 12
kelurahan. Jumlah desa terbanyak ada di Kecamatan Telagasari, Jatisari, dan Tempuran,
yaitu 14 desa dan yang paling sedikit adalah Kecamatan Majalaya dan Ciampel, yaitu
sebanyak 7 desa. Adapun dari 309 desa/kelurahan tersebut yang termasuk desa swadaya
hanya 9 desa, swakarya 251 desa, dan sisanya sebanyak 59 desa adalah desa swasembada.

Pada tahun 2014 jumlah penduduk Kabupaten Karawang mencapai 2.250.120 jiwa.
Penduduk laki-laki pada tahun 2014 berjumlah 1.154.982 jiwa dan penduduk perempuan
berjumlah 1.095.138 jiwa. Dengan luas Kabupaten Karawang sebesar 1.753,27 km2
didapatkan kepadatan penduduk per km2 sebesar 1.283,38 jiwa.

3.2 Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang


Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang memiliki Visi dan Misi jangka panjang dan
menengah. Visi jangka menengahnya adalah:

“TERWUJUDNYA MASYARAKAT KARAWANG YANG SEHAT DAN MANDIRI


TAHUN 2019 "

Visi ini memberikan pengertian suatu kondisi masyarakat Karawang menyadari, mau dan
mampu untuk mengenali, mencegah, dan mengatasi permasalahan kesehatan yang
dihadapi, sehingga dapat bebas dari gangguan kesehatan, baik yang disebabkan karena
penyakit termasuk gangguan kesehatan akibat bencana, maupun lingkungan dan perilaku
yang tidak mendukung untuk hidup sehat.
32

Kondisi yang diharapkan adalah masyarakat lebih proaktif dalam meningkatkan derajat
kesehatan baik individu ataupun bersama melalui fasilitas kesehatan yang disediakan
ataupun gerakan kesehatan masyarakat.

Visi ini merupakan cara pandang jauh ke depan tentang kemana Pembangunan Kesehatan
di Kabupaten Karawang akan diarahkan dan memperjelas arah yang akan dicapai Dinas
Kesahatan serta menggambarkan aspirasi di masa depan, dan menjadi inspirasi untuk
meningkatkan pelayanan yang profesional melalui persiapan sumber daya kesehatan yang
mempunyai keeratan dengan mutu pelayanan.

Dalam rangka mencapai visi tersebut, maka Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang
memiliki Misi yang harus diemban dan dilaksanakan yaitu:

1. Meningkatkan Pemberdayaan Masyarakat Dan Kesehatan Keluarga adalah upaya


pembangunan kesehatan melalui pendidikan kesehatan dan peran aktif masyarakat dalam
bidang kesehatan, peningkatan status gizi masyarakat, dan penurunan angka kematian ibu,
bayi, dan balita.

2. Meningkatkan Pencegahan, Pengendalian Penyakit, Dan Penyehatan Lingkungan adalah


upaya pembangunan kesehatan melalui kegiatan penemuan dan penatalaksanaan penyakit
menular dan tidak menular, pengamatan penyakit, kekebalan tubuh terhadap penyakit,
penanggulangan bencana, dan mewujudkan lingkungan yang sehat.

3. Meningkatkan Kualitas Pelayanan Dan Jaminan Kesehatan Masyarakat adalah upaya


pembangunan kesehatan melalui peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di Puskesmas
dan Jaringannya, penanganan kesehatan khusus, penanganan situasi

khusus lapangan dan kualitas laboratorium kesehatan daerah, serta adanya jaminan
kesehatan bagi masyarakat terutama masyarakat miskin

4. Meningkatkan Pemerataan, Pengawasan Dan Standarisasi Pelayanan Kesehatan Adalah


upaya pembangunan kesehatan melalui pemerataan obat dan perbekalan kesehatan di
Puskesmas dan Jaringannya, pengawasan obat, makanan, minuman dan zat yang berbahaya
di masyarakat, serta adanya pelayanan kesehatan swasta yang memenuhi standar
kesehatan.

5. Meningkatkan Manajemen Kesehatan Dan Kapasitas Sumber Daya Yang Bermutu


adalah upaya pembangunan kesehatan melalui pengembangan sistemin informasi,
perencanaan dan pelaporan kinerja kesehatan, penyediaan saarana dan prasarana
33

kesehatan, pelayanan administrasi kesehatan, serta peningkatan kuantitas dan kualitas


tenaga kesehatan.

3.3 Peran dan Fungsi Dinas Kesehatan


Berdasarkan Peraturan Bupati Karawang Nomor 43 Tahun 2016 tentang Rincian
Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang,

Dinas Kesehatan adalah unsur penyelenggara urusan pemerintahan yang menjadi


kewenangan daerah bidang kesehatan serta tugas pembantuan yang ditugaskan kepada
Daerah.

Dinas dipimpin oleh Kepala Dinas berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati
melalui Sekretaris Daerah

3.4 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang


Susunan Organisasi Dinas terdiri atas :
A. Kepala Dinas;
B. Sekretariat, membawahi :
a) Subag Program dan Pelaporan;
b) Subag Keuangan;dan
c) Subag Umum dan Kepegawaian.
C. Bidang Kesehatan Masyarakat, membawahi;
a) Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi;
b) Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat;dan
c) Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olah Raga;
D. Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, membawahi:
a) Seksi Surveilans dan Imunisasi;
b) Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular;dan
c) Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa.
E. Bidang Pelayanan Kesehatan, membawahi;
a) Seksi Pelayanan Kesehatan Primer;
b) Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Jaminan Kesehatan;dan
c) Seksi Pelayanan Kesehatan Tradisional, Mutu dan Akreditasi.
F. Bidang Sumber Daya Kesehatan,membawahi:
a) Seksi Kefarmasian;
b) Seksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan rumah tangga
34

c) Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan


G. UPTD ( Unit Pelaksana Teknik Dinas )
H. Jabatan Fungsional Khusus

Menurut Peraturan Bupati Kabupaten Karawang No.43 tahun 2016 tentang kedudukan
Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang adalah sebagai berikut:

3.5 Unsur Organisasi , Pokok Dan Fungsi Serta Tata Kerja Pada Dinas Kesehatan
Kabupaten Karawang
Unsur organisasi yang ada di Dinas Kesehatan terdiri atas:
1. Pimpinan adalah Kepala Dinas
2. Pembantu Pimpinan adalah Sekretariat dan Sub Bagian
3. Pelaksana adalah Bidang, Seksi, Unit Pelaksana Teknis Dinas, serta Kelompok Jabatan
Fungsional
3.5.1 Kepala Dinas
Kepala Dinas mempunyai tugas pokok memimpin, mengkoordinasikan,
mengendalikan serta mengarahkan pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan Daerah bidang kesehatan serta tugas pembantuan yang ditugaskan kepada
Daerah.
35

Kepala Dinas mempunyai fungsi :


1. Penetapan kebijakan teknis Dinas dan/atau bahan kebijakan daerah dalam hal
penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah bidang
kesehatan;
2. pengkoordinasian penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah bidang kesehatan;
3. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan penyelenggaraan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan daerah bidang kesehatan;
4. pelaksanaan administrasi Dinas sesuai dengan tugasnya
5. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan Bupati terkait dengan tugas dan fungsinya.
3.5.2 Sekretariat
Sekretaris mempunyai tugas pokok mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi Dinas
dalam hal pengelolaan administrasi perencanaan dan program, keuangan serta
kepegawaian dan umum di lingkungan Dinas serta mengkoordinasikan pelaksanaan tugas
dan fungsi bidang-bidang.
Dalam menyelenggarakan tugas pokok Sekretaris mempunyai fungsi :
1. pengkoordinasian penyusunan perencanaan, program dan anggaran di lingkungan
Dinas;
2. pembinaan dan pemberian dukungan administrasi yang meliputi ketatausahaan,
kepegawaian, keuangan, kerumahtanggaan, kerjasama, hubungan masyarakat,
arsip dan dokumentasi;
3. pembinaan dan pengkoordinasian penataan kelembagaan dan ketatalaksanaan di
lingkup Dinas;
4. pengkoordinasian penyusunan peraturan perundang-undangan di lingkup Dinas;
5. pengelolaan barang/kekayaan milik daerah dan/atau negara di lingkup Dinas;
6. pengkoordinasian pelaksanaan tugas dan fungsi bidang-bidang; dan
7. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan Kepala Dinas terkait dengan tugas dan
fungsinya.
3.5.3 Bidang Sumber Daya Kesehatan
Bidang Sumber Daya Kesehatan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas
Kepala Dinas dalam hal fasilitasi, koordinasi, pengelolaan, pembinaan, monitoring dan
evaluasikefarmasian, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga serta sumber
daya manusia kesehatan
36

Dalam menyelenggarakan tugas pokok Bidang Sumber Daya Kesehatan mempunyai fungsi
:

a) perumusan bahan kebijakan teknis Dinas dan/atau bahan kebijakan daerah dalam
hal kefarmasian, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga serta
sumber daya manusia kesehatan;
b) pelaksanaan kebijakan teknis Dinas dan/atau kebijakan daerah dalam hal
kefarmasian, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga serta sumber
daya manusia kesehatan;
c) pelaksanaan evaluasi dan pelaporan dalam hal kefarmasian, alat kesehatan dan
perbekalan kesehatan rumah tangga serta sumber daya manusia kesehatan;
d) pelaksanaan administrasi Dinas dalam hal kefarmasian, alat kesehatan dan
perbekalan kesehatan rumah tangga serta sumber daya manusia kesehatan; dan
e) pelaksanaan tugas lain yang diberikan pimpinan terkait dengan tugas pokok dan
fungsinya

Tugas pokok dan fungsinya.

Tugas Substantif:

Mengkoordinasikan, memfasilitasi dan/atau merumuskan pengelolaan, pembinaan,


monitoring dan evaluasi dalam hal :

1. Kefarmasian, meliputi :

1) peningkatan manajemen dan klinikal farmasi;


2) pembinaan penggunaan obat rasional;
3) pengawasan sarana produksi dan distribusi produk obat dan kosmetika;
4) pengawasan sarana produksi dan distribusi produk alat kesehatan;
5) pengawasan sarana produksi dan distribusi produk alat kesehatan rumah tangga;

2. Obat dan alat kesehatan, meliputi :

a) perencanaan dan penilaian ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan;


b) peningkatan seleksi obat dan alat kesehatan;
c) analisis farmako ekonomi obat dan alat kesehatan;
d) pengaturan pengadaan obat dan perbekalan kesehatan;
e) penyimpanan dan distribusi obat dan perbekalan kesehatan; dan
f) pelayanan kalibrasi peralatan kesehatan.
37

3. sumber daya kesehatan, meliputi :

A. perencanaan kebutuhan sumber daya manusia kesehatan;


B. pengembangan sumber daya manusia kesehatan;
C. pendayagunaan sumber daya manusia kesehatan;
D. pengembangan pendidikan dan kemitraan;
E. analisis kompetensi dan kebutuhan pendidikan dan pelatihan SDM kesehatan;
F. profesi tenaga kesehatan;
G. analisis dan pemetaan jabatan SDM kesehatan;
H. pemantauan dan evaluasi jabatan SDM kesehatan; dan
I. fasilitasi bimbingan siswa / mahasiswa.
3.5.3.1 Seksi Kefarmasian
Seksi Kefarmasian mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang
Sumber Daya Kesehatan dalam hal fasilitasi, koordinasi, pengelolaan, pembinaan,
monitoring dan evaluasi penyelenggaraan kefarmasian.

Rincian tugas Seksi Kefarmasian, yaitu :

a. Tugas Atributif:
1) menyusun perencanaan dan program kerja Seksi Kefarmasian;
2) menyusun bahan kebijakan teknis Dinas dan/atau bahan kebijakan daerah dalam
hal kefarmasian;
3) membagi tugas kepada bawahan;
4) memimpin, mengarahkan, membina dan mengawasi pelaksanaan tugas
bawahan;
5) mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi Seksi Kefarmasian dengan
unit kerja lain;
6) melaporkan pelaksanaan tugas dan fungsi Seksi Kefarmasian; dan
7) melaksanakan tugas lain yang diperintahkan pimpinan sesuai dengan tugas
pokok dan bidang tugasnya.
b. Tugas Substantif :

Mengkoordinasikan memfasilitasi dan/atau menyelenggarakan pengelolaan,


pembinaan, monitoring dan evaluasi dalam hal :

a) peningkatan manajemen dan klinikal farmasi;


b) pembinaan penggunaan obat rasional;
38

c) pengawasan sarana produksi dan distribusi produk obat dan kosmetika;


d) pengawasan sarana produksi dan distribusi produk alat kesehatan;dan
e) pengawasan sarana produksi dan distribusi produk alat kesehatan rumah
tangga.
3.5.3.2 Seksi Alat Kesehatan dan Perbekalan kesehatan Rumah Tangga
Seksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga mempunyai tugas
pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Sumber Daya Kesehatan dalam hal
fasilitasi, koordinasi, pengelolaan, pembinaan, monitoring dan evaluasi obat dan alat
kesehatan serta perbekalan kesehatan rumah tangga.

Rincian tugas Seksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga,
yaitu :

a. Tugas Atributif:

1. menyusun perencanaan dan program kerja Seksi Alat Kesehatan dan


Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga;
2. menyusun bahan kebijakan teknis Dinas dan/atau bahan kebijakan daerah
dalam hal obat dan alat kesehatan serta perbekalan kesehatan rumah tangga;
3. membagi tugas kepada bawahan;
4. memimpin, mengarahkan, membina dan mengawasi pelaksanaan tugas
bawahan;
5. mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi Seksi Alat Kesehatan dan
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga dengan unit kerja tertentu;
6. melaporkan pelaksanaan tugas dan fungsi Seksi Alat Kesehatan dan
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga; dan
7. melaksanakan tugas lain yang diperintahkan pimpinan sesuai dengan tugas
pokok dan bidang tugasnya.

b. Tugas Substantif :

mengkoordinasikan, memfasilitasi dan/atau menyelenggarakan :

1) perencanaan dan penilaian ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan;


2) peningkatan seleksi obat dan alat kesehatan;
3) analisis farmako ekonomi obat dan alat kesehatan;
4) pemantauan pasar obat publik dan perbekalan kesehatan;
5) pengaturan pengadaan obat dan perbekalan kesehatan;
39

6) penyimpanan dan distribusi obat dan perbekalan kesehatan; dan


7) pelayanan kalibrasi peralatan kesehatan
3.5.3.3 Seksi Sumber daya Manusia Kesehatan
Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian
tugas Bidang Sumber Daya Kesehatan dalam hal fasilitasi, koordinasi, pembinaan,
pengelolaan, monitoring dan evaluasi dalam hal perencanaan, pengembangan dan
pemanfaatan sumber daya manusia kesehatan

Rincian tugas Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan, yaitu :

a. Tugas Atributif:

1) menyusun perencanaan dan program kerja Seksi Sumber Daya Manusia


Kesehatan;
2) menyusun bahan kebijakan teknis Dinas dan/atau bahan kebijakan daerah dalam
hal perencanaan, pengembangan dan pemanfaatan sumber daya manusia
kesehatan;
3) membagi tugas kepada bawahan;
4) memimpin, mengarahkan, membina dan mengawasi pelaksanaan tugas bawahan;
5) mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi Seksi Sumber Daya Manusia
Kesehatan;
6) melaporkan pelaksanaan tugas dan fungsi Seksi Sumber Daya Manusia
Kesehatan; dan
7) melaksanakan tugas lain yang diperintahkan pimpinan sesuai dengan tugas pokok
dan bidang tugasnya.

b. Tugas Substantif :

Mengkoordinasikan, memfasilitasi dan/atau menyelenggarakan :

1) perencanaan kebutuhan sumber daya manusia kesehatan;


2) pengembangan sumber daya manusia kesehatan;
3) pendayagunaan sumber daya manusia kesehatan;
4) pengembangan pendidikan dan kemitraan;
5) analisis kompetensi dan kebutuhan pendidikan dan pelatihan SDM kesehatan;
6) profesi tenaga kesehatan;
7) analisis dan pemetaan jabatan SDM kesehatan;
8) pemantauan dan evaluasi jabatan SDM kesehatan; dan
40

9) bimbingan siswa / mahasiswa.


3.5.3 PERIJINAN
Dahulu, sebelum ada BPMPT (Badan Penanaman Modal Pelayanan Terpadu), izin-izin
mengenai tenaga kesehatan dan sarana kesehatan diatur melalui Dinas Kesehatan
Kabupaten. Namun sejak 2011, sebagian ijin harus melalui BPMPT sekarang DPMPTSP
dan sejak 2017 semua perijinan dibuat melalui satu pintu yaitu melalui DPMPTSP. Dinas
Kesehatan Kabupaten berdasarkan SK Bupati menjadi Tim Teknis dari DPMPTSP. Ijin-
ijin yang harus diurus ke DPMPTSP adalah ijin Apotek, Rumah sakit, Toko Obat, Klinik,
SIP, SIK, SIKTTK,SIPA, dan Batra.

Baru-baru ini Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadau Satu Pintu (DPMPTSP)
Karawang, meluncurkan program “Si Teteh” (Sistem Informasi Tepat dalam pelaksanaan,
transparan dalam pelayanan, Efektif dalam proses, dan Handal dalam pengelolaan).

Dijelaskan, program Si Teteh baru mencakup perizinan Surat Izin Usaha Perdagangan
(SIUP), Tanda Daftar Perusahaan (TDP), Surat Izin Usaha Jasa Konstruksi (SIUJK) serta
izin praktek perorangan saja. Sementara, untuk penerbitan Izin Mendairikan Bangunan
(IMB) atau izin yang memerlukan survei lapangan, harus langsung mendatangi kantor
DPMPTSP. Total perizinan yang bias diakses secara elektronik online atau melalui
program Si Teteh ada tujuh belas jenis layanan perizinan.

Khusus izin PIRT masih melalui dinkes kesehatan melalui Seksi Kefarmasian.
1. Perizinan Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT)
Perizinan pangan industri rumah tangga adalah perizinan yamg diberikan
kepada perusahaan pangan yang memiliki tempat usaha di tempat tinggal dengan
peralatan pengolahan pangan manual hingga semi otomatis.
Perizinan produk yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota
adalah sertifikasi produksi produk pangan industri rumah tangga. Sesuai dengan Surat
Keputusan Kepala Badan Pengawasan Obat Makanan RI Nomor HK.00.05.5.1640
tentang Setifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT), SPP-IRT
diberikan oleh oleh Bupati / Walikota. SPP-IRT diberikan setelah Industri Rumah Tangga
(IRT) memenuhi persyaratan dengan membuktikan :
1. Surat Penyuluhan Keamanan Pangan
2. Hasil Rekomendasi Pemeriksaan Sarana Produksi Pangan
Indutri Rumah Tangga.
Tata cara pemberian SPP-IRT adalah sebagai berikut :
41

1. Penerimaan Pengajuan Permohonan SPP-IRT


Permohonan diterima oleh Bupati / Walikota melalui Dinas Kesehatan
Kabupaten / Kota dan dievaluasi kelengkapan dan kesesuaiannya yang
meliputi :
(1) Formulir Permohonan SIPP-IRT yang memuat informasi sebagai
berikut :
(a) Nama jenis pangan
(b) Nama dagang
(c) Jenis kemasan
(d) Berat bersih / isi bersih (mg/g/kg atau ml/l/kl)
(e) Komposisi
(f) Tahapan produksi
(g) Nama, alamat, kode pos dan nomor telepon IRTP
(h) Nama pemilik
(i) Nama penanggung jawab
(j) Informasi tentang masa simpan (kadaluwarsa)
(k) Informasi tentang kode produksi
(2) Dokumen lain antara lain :
(a) Surat keterangan atau izin usaha dari instansi yang berwenang
(b) Rancangan label pangan

2. Penyelenggaraan Penyuluhan Keamanan Pangan


(a) Penyelenggaraan Penyuluhan Keamanan Pangan dikoordinasi
oleh Bupati / Walikota melalui Dinas Kesehatan Kabupaten /
Kota.
(b) Kriteria Tenaga Penyuluh Keamanan Pangan (PKP) adalah
Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang memiliki Sertifikasi kompetensi
di bidang penyuluhan keamanan pangan dari Badan POM dan
ditugaskan oleh Bupati / Walikota melalui Dinas Kesehatan
Kabupaten / Kota.
(c) Narasumber pada penyuluhan keamanan pangan adalah tenaga
PKP yang kompeten dari Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota dan
Balai Besar / Balai POM setempat.
(d) Peserta Penyuluhan Keamanan Pangan
42

Peserta Penyuluhan Keamanan Pangan adalah pemilik atau


penanggung jawab IRTP
Untuk mendapatkan izin perbekalan kesehatan rumah tangga
permohonan harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut:
 Surat permohonan dari direktur atau piminan perusahaan yang
ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat
sebanyak dua rangkap dan satu rangkap diatas materai Rp.6.000.
 Surat izin perindustrian atau tanda daftar industri (TDI) dari Dinas
Perindustrian (yang operasionalnya > dari lima juta rupiah).
 Surat keterangan dari perindustrian dan energi (yang operasionalnya >
dari lima juta rupiah).
 Akte pendirian perusahaan, bila dalam bentuk CV lampirkan akte
notaris;
 Peta lokasi dan denah ruang produksi.
 Rancangan etiket atau label.
 Fotokopi KTP pemilik
 Pas foto pemilik 3x4 berwarna sebanyak 2 lembar
 Status bangunan (sewa/ bangunan milik sendiri). Apabila milik sendiri
harus melampirkan fotocopy sertifikat dan bila sewa harus
melampirkan surat sewa minimal dua tahun beserta fotokopi pemilik
bangunan yang masih berlaku.

3.6 UPTD Puskesmas Kabupaten Karawang


Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Berdasarkan struktur organisasi UPTD Puskesmas berada langsung dibawah Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten Karawang. Jumlah Puskesmas di Kabupaten Karawang sebanyak 50
Puskesmas.
43

3.6.3 Puskesmas Wanakerta


3.6.3.1 Geografi
Puskesmas Wanakerta terletak di wilayah Karawang Selatan, di jalan Raya
Pangkalan Wanakerta Kecamatan Teluk Jambe Barat dengan luas wilayah 6.107
Km2.
3.6.3.2 Demografi
Puskesmas Wanakerta memiliki 10 Desa dengan jumlah penduduk berdasarkan
data dari Biro Pusat Statistik Kabupaten Karawang tahun 2018 adalah sebanyak
49.855 jiwa.

Tabel VI
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Wilayah kerja Puskesmas
Wanakerta
Tahun 2018

Jumlah
Laki –
Tahun Perempuan Jumlah Rumah
Laki
Tangga
2018 24.553 25.302 49.855 33.086

Sumber : BPS Karawang

3.6.3.3 Visi dan Misi Puskesmas Wanakerta

Puskesmas wanakerta saat ini mendapat predikat akreditasi Madya


Visi Puskesmas Wanakerta adalah :
“TERWUJUDNYA MASYARAKAT TELUK JAMBE BARAT YANG
SEHAT DAN MANDIRI“
Misi :
1. Meningkatkan Pemberdayaan Masyarakat Dalam Bidang Kesehatan
2. Meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Secara Mandiri
44

3. Meningkatkan Kualitas Penyehatan Lingkungan


4. Meningkatkan Kualitas Pelayanan Kesehatan Pada Masyarakat dan Jaminan
Kesehatan Masyarakat
5. Meningkatkan Kualitas Manajemen dan Sumber Daya Manusia Petugas
Puskesmas
Motto :
“PELAYANAN KAMI ADALAH KESEHATAN ANDA”

3.6.3.4 Struktur Organisasi Puskesmas Wanakerta

3.6.3.5 Ketenagakerjaan

Ketenagakerjaan Jumlah
SKM 2
Dokter 2
Dokter Gigi 1
Apoteker 1
Asisten Apoteker 1
Perawat 9
45

Bidan 20
Perawat gigi 1
Ahli Gizi 1
Sanitarian 1
Administrasi 4
Petugas kebersihan 3
Petugas Keamanan 1
TOTAL 46

3.6.3.6. Jenis Pelayanan

Jenis Pelayanan Jam Operasional


Poli KIA-KB Hari Kerja
Poli Umum Hari Kerja
Poli Gigi Hari Kerja
Farmasi Hari Kerja
Pelayanan Program Hari Kerja
Laboratorium Hari Kerja
UGD 24 jam
Rawat Inap 24 jam
Poned 24 jam

3.6.3.7. JENIS- JENIS KEGIATAN DI PUSKESMAS WANAKERTA

Jenis kegiatan di puskesmas wanakaerta dibagi menjadi 2 kegiatan yaitu,


Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Usaha Kesehatan Perorangan
(UKP).

Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM) meliputi :

1. Pelayanan Promosi Kesehatan (Promkes)


2. Pelayanan Kesehatan Lingkungan (Kesling)
3. Posyandu
4. Pelayanan gizi
5. Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular
6. Prolanis
7. Program BATRA
46

8. Pelayanan UKGS
9. Pelayanan UKS
10. Pelayanan imunisasi
11. Program bina jaringan

Usaha kesehatan Perorangan (UKP) meliputi :


1. Poli MTBS
2. Poli TB
3. Poli graha semesta
4. Poli lansia
5. Poli laktasi
6. Pelayanan iva
7. Pelayanan kusta
8. Pelayanan HIV

3.6.3.8 Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Wanakerta

Kegiatan Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Wanakerta meliputi :

1. Pelayanan Farmasi klinik

A.Skrining resep
Resep yang dibawa oleh pasien diterima oleh petugas apotek yang
kemudian dilakukan skrining resep . Skrining resep yang dilakukan di
apotek Puskesmas Wanakerta yaitu skrining administrasi,
farmasetik dan klinis. Skrining tersebut dilakukan oleh Apoteker, jika
Apoteker sedang tidak ada ditempat maka skrining didelegasikan
kepada seorang Tenaga Teknis Kefarmasian
Kegiatan peracikan dan penyerahan obat merupakan kegiatan
pelayanan obat mulai dari pengambilan, menyiapkan/meracik obat,
memberikan label/etiket, hingga menyerahkan sediaan farmasi
dengan informasi yang memadai disertai dengan pendokumentasian.
Proses compounding dan dispensing obat di apotek Puskesmas
Wanakerta dilakukan dengan berpedoman pada SOP yang ada.
B. PIO
Pelayanan Informasi Obat adalah kegiatan pelayanan yang dilakukan
oleh Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, jelas, dan
terkini kepada Dokter, Apoteker, Perawat, Profesi kesehatan lainnya
dan pasien.
47

2. Pengelolaan Perbekalan Farmasi

2.1 Perencanaan

Perencanaan obat dan alkes yang dilaksanakan menggunakan metode


konsumsi. Puskesmas merencanakan kebutuhan obat dan alkes untuk
Puskesmas setahun sekali dengan membuat Rencana Kebutuhan
Obat (RKO) .sedangkan perencanaan untuk tiga bulan sekali
digunakan format laporan LPLPO .

Perencanaan tersebut didasarkan pada Laporan Pemakaian dan


Lembar Permintaan Obat (LPLPO) dari sub unit yaitu apotek, Pustu,
IGD dan Poned, serta pusling. Selanjutnya berdasarkan LPLPO tiap
bulan dan LPLPO triwulan tersebut, dihitung Rencana Kebutuhan Obat
untuk tahun depan yang diusulkan ke Gudang Farmasi Karawang.

2.2 Pengadaan
Pengadaan obat di puskesmas Wanakerta dilakukan tiap 3 bulan sekali
lewat laporan LPLPO ke Gudang Farmasi Kabupaten ( GFK) , adapun
kalau pelaksaannya dalam bulan berjalan ada obat kosong atau ada
permintaan dari obat program maka puskesmas bisa mengajukan
permintaan kembali ke GFK, dasar permintaan obat tersebut adalah
laporan dari masing-masing sub unit puskesmas yang selanjutnya
dibuat dalam bentuk LPLPO Puskesmas. Lplpo kemudian diserahkan
ke Gudang Farmasi Kabupaten karawang paling lambat tanggal 10.
Untuk permintaan bulanan selain LPLPO puskesmas juga harus
menyertakan daftar usulan obat yang akan di minta yang harus di
tandatangan sama kepala puskesmas .

2.3 Penerimaan

Penerimaan obat dari Gudang Farmasi Kabupaten karawang dilakukan


dengan pengambilan oleh pihak puskesmas langsung ke Gudang
Farmasi Kabupaten . Apabila obat telah disiapkan oleh petugas
Gudang Farmasi Kabupaten (GFK) maka obat akan diambil sendiri
48

oleh petugas dari Puskesmas menggunakan ambulan puskesmas


sebagai kendaraan. Sebagai bukti dari penerimaan barang maka GFK
menyerahkan surat bukti barang keluar atau SBBK yang harus ditanda
tangani oleh bagian pemberi dan yang mnerima , juga kepala GFK.

2.1 Penyimpanan
Penyimpanan sediaan farmasi dan BMHP dilakukan berdasarkan
sistem FEFO (First Expire First Out) barang yang mempunyai
kadaluarsa lebih dekat dikeluarkan lebih dahulu. Penyimpanan obat
dan perbekalan farmasi di Gudang obat puskesmas dilaksanakan di
dua Gudang yg berbeda, 1 gudang obat sediaan tablet, salep sirup dan
injeksi, Gudang kedua diisi oleh cairan dan bmhp.
Semua obat di tata berdasarkan jenis sediaan, alfabetis,dan suhu yang
diperlukan obat .obat diletakan di rak -rak. Dan
2.2 Pendistribusian
Obat di Puskesmas Wanakerta didistribusikan menggunakan sistem
FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out) untuk
kemudian dikeluarkan secara bertahap guna keperluan pelayanan.
Puskesmas wanakerta mendisdtribusikan obat ke sub unit tiap satu
bulan sekali,kecuali untuk yang habis belum waktunya sub unit boleh
meminta obat lagi ke gudang puskesmas

2.3 Pemusnahan

Untuk obat-obat yang sudah kedaluwarsa (Expired Date) maka


dilakukan pengembalian ke gudang Farmasi Kabupaten dengan
menyertakan berita acara penyerahan obat kadaluarsa, selanjutnya
pihak GFK melakukan kerjasama dengan pihak ketiga untuk melukan
pemusnahan obat tsb.

2.4 Pencatatan dan pelaporan


Pencatatan dan Pelaporan di Puskesmas Wanakerta meliputi :
1. Buku pendokumentasian SBBK adalah buku pencatatan semua
penerimaan obat dari gudang farmasi.
49

2. Buku Pengeluaran Harian berisi catatan pengeluaran obat ke pasien


dan ke sub unit.
3. Kartu stok obat adalah kartu yang digunakan untuk mencatat setiap
penerimaan dan pengeluaran obat.
4. LPLPO adalah Format laporan yang digunakan untuk melaporkan
pemakaian obat di puskesmas dalam satu bulan dan lembar untuk
permintaan obat ke gudang farmasi Kabupaten.
5. LPLPO Sub Unit adalah format laporan obat/bahan medis habis
pakai dari tiap sub unit pelayanan , juga sebagai lembar permintaan
ke gudang obat puskesmas .
6. Laporan penggunaan Obat Rasional adalah pelaporan penggunaan
obat yang rasional dengan ketentuan jumlah penggunaan antibiotik
untuk ISPA non pnemonia tidak lebih dari 20%,Diare tidak lebih
dari 8% dan injeksi Mialgia 0%. Berdasarkan sampling dari resep
yang awal masuk ke apotek.masing – masing 1 Lembar resep untuk
setiap kasus per hari, kemudian direkap setiap bulan untuk
selanjutnya dilaporkan ke dinas kesehatan.
7. Laporan Pemberian Informasi Obat adalah laporan setiap
pemberian obat kepada pasien dengan disertai bukti ceklis dan
diarsipkan.
8. Laporan Narkotik dan Psikotropik adalah laporan mengenai
pemakaian obat narkotik dan psikotropik disertai tanda tangan
penerima.
9. Laporan manajemen mutu adalah laporan tentang obat rusak dan
kadaluarsa
10. Laporan obat generik adalah pelaporan mengenai persentase obat
generik yang digunakan
11. Laporan SABU adalah laporan pencatatan mengenai jumlah pasien
yang digigit ular.
Laporan LPLPO diserahkan ke Seksi Alat Kesehatan dan perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga,sedangkan laporan POR dan PIO
disampaikan ke Seksi Kefarmasian Dinas Kesehatan.
50

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang


Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang saat ini tidak mempunyai kepala dinas
setelah 2 tahun yang lalu kepala dinkes (dr.Yuska Yasin ) pensiun., saat ini dipimpin
oleh Plt yang merupakan Sekertaris Dinas Kesehatan yaitu dr.Nurdin Hidayat.

4.2 Seksi kefarmasian


Seksi ini menangani urusan perizinan bagi seluruh sarana kesehatan. Sarana
kesehatan dapat berupa cabang pedagang besar farmasi, cabang penyalur alat
kesehatan, apotek, toko obat, toko alkes, dan izin produksi makanan dan minuman
pada industri rumah tangga dan melaksanakan pengawasan post-market produk
makanan minuman industri rumah tangga. Namun untuk saat ini Dinas Kesehatan
hanya menangani urusan perizinan pangan PIRT untuk perizinan yang lainya
dilimpahkan kepada DPMPTSP (Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu
Pintu).
Selain itu, bagian ini juga melakukan pembinaan kepada semua sarana kesehatan.
Pembinaan tersebut mempunyai tujuan untuk memantau suatu sarana kesehatan dalam
melakukan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Apabila ditemukan
penyimpangan yang tidak sesuai aturan di sarana kesehatan, maka akan diberikan
teguran. Apabila sampai 3 kali teguran belum juga ada perubahan dan perbaikan pada
sarana kesehatan yang diberi pembinaan sebelumnya, maka dapat dilakukan
pembekuan atau pencabutan izin tersebut.
Jenis pangan yang diizinkan untuk memperoleh izin pangan berupa makanan
yang dikemas dan daya tahannya lebih dari 7 hari, untuk syarat PIRT yaitu harus
memiliki sertifikat penyuluhan (PKP) yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan.
Kegiatan di seksi kefarmasian ini termasuk juga pemeriksaan jajanan anak
sekolah , yaitu pemeriksaan terhadap makanan yang mngandung BORAK, Formalin
juga pewarna buatan. Kegiatan ini rutin dilakukan ke semua SD yang ada di wilayah
kabupaten Karawang bekerja sama dengan petugas Kesling, UKS dan pemeriksaan
51

dilakukan bersama dengan tim dari UPT LABKESDA (Laboratorium Kesehatan


Daerah) ,dari kegiatan yang kami ikuti kemarin ke SD ada jajanan yang mengandung
borak yaitu makaroni basah.

4.3 Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan


Seksi Sumber daya manusia kesehatan di dinas kesehatan kabupaten kota sudah bekerja
sesuai dengan tupoksi nya yaitu diantaranya : tempat penerimaan peserta penelitian dan
Latihan termasuk kegiatan PKPA ini sebagai Kasie nya Bapak Ahmad Suherman ,banyak
memberikan arahan dan bimbingannya selama pelaksanaan PKPA ini.

4.4 Seksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga


Seksi Alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga sudah bekerja sesuai
Tupoksi nya termasuk didalamnya gudang Farmasi.meskipun seksi ini bernama seksi
Alkes dan PKRT tetapi didalamnya termasuk pengadaan dan pengelolaan sediaan farmasi
yaitu obat dan Bahan Medis Habis Pakai.
Tugas Seksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga yaitu dalam
pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan mulai dari perencanaan sampai dengan
evaluasi. Gudang Farmasi memiliki 9 SDM, diantaranya: 1 Tenaga SKM, 1 Apoteker, 2
Asisten Apoteker, dan 5 Administrasi, namun Apoteker disini bukan merupakan kepala
gudang farmasi, sebaiknya Kepala gudang sekaligus penanggungjawab Gudang
merupakan seorang Apoteker karena Apoteker memahami tentang pengelolaan sediaan
farmasi.
Ruang lingkup pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan di Dinas Kesehatan
di mulai dari perencanaan dengan membentuk tim perencanaan obat terpadu yang di
ketahui oleh kepala Dinas Kesehatan.
4.4.1 Pemilihan dan Perencanaan
Pemilihan dan Perencanaan obat di Gudang Farmasi meliputi tahap pemilihan obat,
tahap kompilasi pemakaian obat, tahap perhitungan kebutuhan obat, tahap penyesuaian
rencana pengadaan obat. Perencanaan obat mengacu pada Daftar Obat Esensial Nasional
(DOEN) dan Formularium Nasional (FORNAS). Perencanaan obat merupakan hal yang
52

penting karena perencanaan obat sangat mempengaruhi ketersediaan obat di gudang


farmasi kabupaten karawang. Dengan perencanaan obat yang tepat dapat mencegah
terjadinya kekurangan obat, kekosongan obat maupun kelebihan obat di gudang farmasi
kabupaten karawang. Perencanaan obat gudang farmasi kabupaten karawang dilakukan
setiap satu tahun sekali dengann metode kombinasi yaitu merupakan gabungan dari
metode konsumsi dan metode morbiditas, dimana metode konsumsi adalah suatu metode
perencanaan obat berdasarkan pada kebutuhan obat pada periode tahun lalu, dengan
penyesuaian dan koreksi berdasarkan pada penggunaan obat tahun sebelumnya. Metode
morbiditas adalah metode perencanaan yang didasarkan pada penyakit yang ada disuatu
daerah yang paling sering muncul dimasyarakat. Setiap perencanaan yang dilakukan
puskesmas dalam bentuk RKO (Rencana Kebutuhan Obat) direkap dan di analisis di dinas
kesehatan sehingga terbentuk perencanaan obat terpadu tingkat kabupaten.
RKO telah disusun sedemikian rupa sehingga tiap puskesmas dapat mengirim RKO
ke gudang farmasi setiap akhir tahun berdasarkan perhitungan data pemakaian selama 18
bulan ( 12 bulan berjalan + 6 bulan Buffer stok) dkurangi sisa stok yang ada di tiap
puskesmas, (data hasil stok opname tiap puskesmas).
Data RKO ini dipakai untuk memperhitungkan Rencana pengadaan obat di
puskesmas kabupaten Karawang.kemudian disesuaikan dengan anggaran yang tersedia ,
anggaran bisa berasal dari Dana Alokasi Khusus (DAK), dana APBD, untuk selanjutnya
diolah oleh Tim Perencanaan tingkat Kabupaten.

4.4.2 Pengadaan

Pengadaan obat merupakan proses untuk penyediaan obat yang dibutuhkan di gudang
farmasi kabupaten karawang. Pengadaan obat dan perbekalan kesehatan di Dinas
Kesehatan menggunakan E-Purchasing dengan harga E-Catalogue sesuai dengan PerPres
No.4 tahun 2015 tentang perubahan ke 4 dari PerPres Nomor 54 tahun 2010 Tentang
Pengadaan Barang Jasa, untuk pembelian melalui e-Purchasing bisa dilakukan oleh PPK
(Pejabat Pembuat Komitmen ) atau pejabat pengadaan yang ditunjuk oleh Kepala Dinas
Kesehatan. Pemilihan sistem ini karena merupakan metode yang paling mudah, dengan
sistem ini semua obat dan alkes sudah ada legalitasnya karena sudah merupakan hasil
seleksi dan pilihan dari pemerintah.
Selain menggunakan metode e-catalogue untuk obat yang tidak ada di e-catalogue
maka dilakukan sistem lelang dan pembelian langsung. Anggaran yang digunakan untuk
53

pengadaan berasal dari APBD Kabupaten, APBD Provinsi, Dana Alokasi Khusus (DAK),
Program Pemberantasan dan Pencegahan Penyakit (P2P).
Untuk pengadaan obat ini salah satu persyaratan distributor yang mengikuti lelang/tender
harus diperkuat oleh surat dukungan Pabrik , karena distributor yang memenangkan tender
tidak hanya dikarenakan harga produk yang murah saja, tetapi ada spesifikasi yang harus
dipenuhi oleh distributor yang memenangkan tender tersebut,yang kemudian dituangkan
dalam surat kontrak pengadaan barang. Surat dukungan pabrik diperlukan untuk
menghindari kekurangan dalam memenuhi kebutuhan pengadaan obat tersebut.

4.4.3 Penerimaan
Barang datang di cocokkan dengan faktur dan kontrak pengadaan, yaitu di cek nama
obat, jenis obat, jumlah obat, kondisi fisik, kuantitas, kualitas, expire date, no batch, dan
nama distributor. Didalam kontrak pengadaan antara distributor dan dinas kesehatan
isinya mencakup antara lain : spesifikasi tentang kemasan primer suatu produk, rasa dari
produk obat yang dipesan, jadi ketika barang datang harus dicocokkan, karena sudah
tercantum di surat kontrak tersebut. Setelah semua barang dicek dan disesuaikan dengan
faktur dan sudah sesuai dengan yang tertera di kontrak pengadaan, maka barang diterima
dan faktur di tanda tangani kemudian di catat di buku penerimaan ,dimasukkan ke kartu
stok dan di entri ke SIPOK. Khusus untuk obat golongan Psikotropika faktur harus
ditandatangani oleh Apoteker. Untuk barang di bawah 200 juta diterima oleh pejabat
penerimaan, sedangkan jika lebih dari 200 juta diterima oleh panitia penerimaan.Pejabat
penerimaan terdiri dari 1 orang yang telah ditunjuk oleh kepala dinas berdasarkan SK,
sedangkan panitia penerimaan berupa tim,biasanya terdiri dari 3 orang atau 5 orang (
selalu ganjil ).

4.4.4 Penyimpanan
Penyimpanan obat dan BMHP adalah suatu kegiatan pengaturan terhadap obat dan
BMHP yang diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun
kimia dan mutunya tetap terjamin, sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. Tujuan
penyimpanan obat yaitu memelihara mutu obat, menghindari dari penggunaan yang
tidak bertanggung jawab, menjaga kelangsungan persediaan dan mempermudah
pencarian dan pengawasan.
Penyimpanan obat di gudang farmasi kabupaten karawang berdasarkan Anggaran
pembelian , jenis sediaan dan obat fast moving, hal ini dikarenakan adanya keterbatasan
54

tempat yang tidak memungkinkan untuk penyimpanan secara alphabet atau berdasarkan
kelas farmakologi. Selain itu penyimpanan tidak berdasarkan FIFO-FEFO karena obat
dalam skala besar, tetapi untuk mengatasi masalah tersebut, pemantauan expired obat
dipandu oleh system yang bernama SIPOK.
Penyimpanan obat dan pembekalan kesehatan di Gudang Farmasi Kabupaten
Karawang sudah memenuhi syarat, Penyimpanan obat yang menggunakan alas berupa
palet kayu yang berfungsi untuk menjaga kualitas obat dari kelembaban, pengaturan
suhu di Gudang Farmasi menggunakan termometer ruangan dan AC untuk menjaga
suhu ruangan agar tetap terjaga, untuk penyimpanan vaksin ada di ruang terpisah dengan
lemari vaksin yang dilengkapi dengan listrik tenaga surya untuk antisipasi jika terjadi
pemadaman listrik agar vaksin tetap terjaga suhunya ( 2 - 8 ºC) . Namun untuk
penyimpanan cairan infus masih ada beberapa tumpukan dus yang lebih dari 8 tumpukan
dikarenakan keterbatasan ruang. Penyimpanan narkotika dan psikotropika di Gudang
Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang telah sesuai dengan Permenkes No. 3
Tahun 2015, yaitu disimpan dalam lemari yang kuat, tidak mudah dipindahkan,
memiliki 2 buah kunci yang berbeda, dan diletakkan di sudut gudang, namun
dikarenakan banyaknya barang sehingga ada beberapa kardus yang masih diletakan di
luar lemari, maka sebaiknya disediakan lemari yang lebih besar.

4.4.5 Distribusi

Pendistribusian obat dan pembekalan kesehatan dilakukan kepada 1 Poliklinik


Pemda dan 50 puskesmas yang berada di wilayah Kabupaten Karawang. Distribusi obat
dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Permintaan obat terjadwal
Pendistribusian obat terjadwal dilakukan dengan cara Penyerahan laporan pemakaian
dan lembar permintaan obat (LPLPO) yang di ajukan oleh Puskesmas pertiga bulan
kemudian Gudang Farmasi mengeluarkan surat bukti barang keluar (SBBK),
distribusi obat program kepada puskesmas di lakukan atas permintaan penanggung
jawab program yang di ketahui oleh Kepala Dinas Kesehatan.
b. Permintaan obat tidak terjadwal
Biasanya permintaan obat yang tidak terjadwal dari puskesmas disebabkan oleh
adanya KLB ataupun stok obat di puskesmas habis sebelum waktu meminta obat.
Untuk pendistribusian atau permintaan obat seperti ini, maka puskesmas datang ke
55

Gudang Farmasi dengan membawa surat permohonan permintaan obat disertai tanda
tangan Kepala Puskesmas.
Pendistribusian obat dan BMHP terkadang mengalami keterlambatan dalam jadwal
pendistribusian setiap bulannya. Ini disebabkan karena pengadaan obat dan BMHP
yang tidak tepat waktu sampai ke Gudang Farmasi.

4.4.6 Pencatatan dan pelaporan.

Pencatatan yang ada di gudang farmasi berupa Buku Penerimaan Obat yaitu buku
yang mencatat penerimaan obat dari semua Distributor , program SIPOK (Sistem
Informasi Pengelolaan Obat Kabupaten)

Pelaporan di gudang Farmasi meliputi laporan pengeluaran obat perbulan dan


per 3 bulan, yang terdiri dari laporan narkotika dan psikotropika, laporan obat
rasional, laporan ketersediaan obat, laporan penggunaan obat generik, laporan
pemakaian obat, laporan pemakaian antibisa ular, monitoring dan evaluasi
pengadaan dan laporan manajemen mutu.
Laporan ketersediaan obat (20 obat essensial ) yang berasal dari laporan
puskesmas di kabupaten Karawang dikirim ke Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat

4.4.7 Pengembalian dan pemusnahan obat kadaluarsa


Pemusnahan adalah kegiatan penghapusan obat dan BMHP yang rusak atau
kadaluarsa, tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan,
dan izin edar yang telah dicabut. Pemusnahan telah berjalan dengan baik.
Pemusnahan obat dilakukan 1 tahun sekali atas kerjasama dengan pihak ketiga ( PT
Tenang jaya ) yang disaksikan oleh petugas dari Dinas Kesehatan, selanjutnya akan
dibuat dalam berita acara pemusnahan dan dilaporkan kepada Pemerintah Daerah.
Obat – obat kadaluarsa /obat rusak ini berasal dari kiriman puskesmas berdasarkan
berita acara yang dibuat oleh puskesmas tersebut , juga berasal dari gudang farmasi
itu sendiri karena penumpukan obat juga keterbatasan tempat sehingga banyak obat
yang kadaluarsa nya dekat terletak dibelakang tumpukan yang susah dijangkau.atau
dikarenakan gudang farmasi bocor saat hujan, sehingga banyak obat yang
kemasannya rusak dan tidak dapat diberikan kepada pasien di puskesmas.
56

Salah satu tupoksai seksi ALKES dan PKRT yang saat ini belum bisa dilakukan
adalah pelayanan kalibrasi alat kesehatan, mungkin dikarenakan kurangnya anggaran
untuk melaksanakan kegiatan ini.

4.6 Puskesmas Wanakerta


Kegiatan pelayanan obat dilakukan hampir setiap hari berlangsung. Apotek
Puskesmas Wanakerta melayani resep dari Ruang Pemeriksaan yang ditulis oleh
dokter, Poli Gilut (gigi dan mulut )yang ditulis oleh dokter gigi dari ruang KIA dan
dari ruang perawatan.
4.6.1 Pengelolaan sediaan Farmasi dan BMHP
Pengelolaan Farmasi di Puskesmas Wanakerta dalam hal ini dilakukan oleh
Apoteker dibantu oleh seorang TTK dan seorang tenaga administrasi.

Pengelolaan obat di gudang obat Puskesmas Wanakerta meliputi perencanaan,


pengadaan, penerimaan, distribusi, penyipanan, pemusnahan, dan pelaporan adalah
sebagai berikut:

A. Perencanaan
Perencanaan obat dan alkes yang dilaksanakan di UPTD Puskesmas
Wanakerta menggunakan metode konsumsi. Puskesmas merencanakan
kebutuhan obat dan alkes untuk Puskesmas setiap 3 bulan sekali dan Puskesmas
mendistribusikan obat ke tiap sub-unit di Puskesmas setiap 1 bulan sekali.

Perencanaan tersebut didasarkan pada Laporan Pemakaian dan Lembar


Permintaan Obat (LPLPO) dari apotek, Pustu,IGD dan Poned, KIA serta
pusling. Adapun formulir LPLPO yang digunakan dapat dilihat pada Lampiran
1 . Dalam perencanaan,mahasiswa berperan serta membantu kepala gudang
obat untuk mengecek dan mengkompilasi kebutuhan perbekalan farmasi dari
sub unit puskesmas berdasarkan LPLPO yang dikumpulkan setiap bulannya.
Selanjutnya berdasarkan LPLPO tersebut,dihitung Rencana Kebutuhan Obat
untuk 3 bulan kedepannya yang diusulkan ke Gudang Farmasi Karawang.

Perencanaan obat dan alkes di Puskesmas Wanakerta juga


mempertimbangkan aspek morbiditas, yakni didasarkan pada 10 besar jenis
penyakit di Puskesmas Wanakerta, dimana obat yang dibutuhkan dalam
57

pengobatan penyakit tersebut menjadi prioritas dalam pengadaan obat di Gudang


Obat Puskesmas.

Dalam melakukan proses perencanaan, Puskesmas Wanakerta telah


memiliki Prosedur Tetap (PROTAP) yang telah ditetapkan oleh kepala
Puskesmas Wanakerta.

B. Pengadaan
Pengadaan obat dan perbekalan kesehatan yang dilakukan diPuskesmas
Wanakerta dilakukan berdasarkan RKO dan LPLPO dari masing-masing subunit
puskesmas yang selanjutnya dibuat dalam bentuk LPLPO Puskesmas. LPLPO
kemudian diserahkan ke Gudang Farmasi Kabupaten karawang paling lambat
tanggal 10. Untuk obat-obat yang habis sebelum jangka waktu1 bulan dan obat
yang diperlukan segera (cito), puskesmas dapat melakukan permintaan ke
Instalasi Farmasi Kabupaten dengan membawa LPLPO bulan tersebut disertai
surat pengantar.

C. Penerimaan
Penerimaan obat dari Gudang Farmasi Kabupaten karawang dilakukan
dengan pengambilan oleh pihak puskesmas langsung ke Gudang Farmasi
Kabupaten. Apabila obat telah disiapkan oleh petugas Gudang Farmasi
Kabupaten (GFK) maka obat akan diambil sendiri oleh petugas dari Puskesmas
Wanakerta menggunakan ambulan puskesmas sebagai kendaraan. Umumnya,
petugas puskesmas mengambil langsung barang yang dipesan ke Gudang
Farmasi Kabupaten.

Pada saat menerima obat, dilakukan penandatanganan pengambilan


obat pada lembar SBBK baik dari petugas puskesmas maupun petugas yang
menyerahkan obat di GFK.

Pada saat penerimaan obat, petugas dari puskesmas melakukan pemeriksaan


dan kesesuaian dengan LPLPO meliputi kebenaran nama obat, satuan antara fisik
barang dengan LPLPO, mengecek tangga expired date (ED) obat, dan
menghitung kesesuaian jumlah fisik.
58

D. Penyimpanan
Gudang farmasi di apotek Wanakerta terdapat 2, yaitu Gudang obat dan
Gudang cairan + BMHP. Dalam ruangan gudang obat terdapat rak kayu dan
rak besi, semua obat-obat termasuk obat berbentuk sirup tersusun secara
alfabetis dalam rak berbeda sesuai dengan bentuk sediaan. Dalam gudang obat
terdapat thermometer ruangan.Dalam gudang cairan,dus obat diletakan
bertumpuk dan tidak diletakan diatas palet, ada beberapa tumpukan dus obat yang
melebihi persyaratan (tidak lebih dari 8 tumpukan), hal ini dikarenakan
keterbatasan ruangan.

Terdapat beberapa permasalahan yang ada di gudang obat Puskesmas


Wanakerta yaitu tidak tersedianya AC dalam ruangan gudang obat. AC pada
ruangan gudang obat diperlukan untuk dapat mengontrol suhu ruangan tetap
stabil dan sesuai dengan persyaratan suhu penyimpanan obat sehingga mutu dan
stabilitas obat terjamin.

E. Distribusi
Obat di Puskesmas Wanakerta didistribusikan menggunakan system FIFO
(First In FirstOut) dan FEFO (First Expired First Out) untuk kemudian
dikeluarkan secara bertahap guna keperluan pelayanan.Pendistribusian obat dan
bahan habis pengeluaran obat dan bahan habis pakai secara merata dan teratur
untuk memenuhi kebutuhan sub unit puskesmas. Obat yang tersedia digudang obat
Puskesmas Wanakerta didistribusikan kepada pasien melalui apotek Puskesmas,
Pustu, Perawatan dan Poned, serta Pusling diwilayah Puskesmas Wanakerta.

Setiap pengambilan obat digudang obat dilakukan pencatatan pengambilan obat


pada kartu stok obat bersangkutan dengan menyertakan tanggal pengambilan.
Hal ini akan mempermudah petugas gudang dalam memantau jumlah obat yang
masuk dan keluar di gudang obat sehingga mempermudah petugas dalam stok
opname obat. Stok opname dilaksanakan dengan cara mencocokkan jumlah obat
yang ada di gudang dengan yang tertera pada kartu stok obat. Apabila tidak
sesuai dengan kartu stok obat maka perlu dilakukan penelususran lebih lanjut
mengenai data obat tersebut.
59

F. Pemusnahan

Untuk obat-obat yang sudah kadaluwarsa (Expired Date) maka dilakukan


pengembalian ke gudang Farmasi Kabupaten dengan menyertakan berita acara
penyerahan obat kadaluarsa. Untuk menghindari banyaknya obat yang kadaluwarsa
(Expired Date) maka sistem penyerahan obat khusus untuk obat yang mendekati ED
harus menggunakan sistem FEFO sehingga obat dikeluarkan lebih cepat. Sejauh ini
pemantauan obat-obat yang mendekati kadaluarsa di Apotek dan gudang sudah
cukup baik, namun untuk sub-unit kurang terpantau karena sebenarnya obat yang
berada di sub-unit merupakan tanggungjawab sub-unit dibawah pengawasan
Apoteker.

G. Pencatatan, Pelaporan dan Dokumentasi

Pencatatan di Puskesmas Wanakerta dilakukan secara manual dimulai dari


rekap harian obat, buku besar lalu ke LPLPO, dengan menggunakan kartu stok.
Sehingga diharapkan untuk kedepannya pencatatan obat dapat dilaksanakan
secara komputerisasi untuk mempermudah pekerjaan penanggung jawab apotek
sekaligus penanggung jawab gudang. Penggunaan sistem komputerisasi juga
memberi kefisienan waktu kerja sehingga tidak diperlukan waktu yang lama
dalam pencatatan obat tersebut.

Apabila ada obat yang ED atau rusak maka dilakukan pengecekan dengan
menghitung fisik obat yang rusak dan ED, kemudian dilakukan pencatatan nama
obat, satuan obat, jumlah obat, no batch dan tanggal EDnya. Pengembalian obat dari
Pustu/sub unit ke Gudang Puskesmas dilakukan setiap ada obat yang ED di pustu.
Selanjutnya dibuat berita acara pengembalian obat ED/rusak disertai lampiran obat
ED/rusak yang telah ditandatangani oleh petugas penanggung jawab gudang dan
Kepala Puskesmas.

Selain tersebut diatas, di puskesmas Wanakerta juga membuat catatan dan pelaporan
berupa buku pendokumentasian SBBK, Kartu stok obat, Laporan penggunaan Obat
Rasional yaitu pelaporan penggunaan obat yang rasional dengan ketentuan jumlah
penggunaan antibiotik untuk ISPA non pnemonia tidak lebih dari 20% Diare tidak
lebih dari 8% dan injeksi Mialgia 0%. Berdasarkan sampling dari resep yang awal
masuk ke apotek.masing – masing 1 Lembar resep untuk setiap kasus per hari,
kemudian direkap setiap bulan untuk selanjutnya dilaporkan ke dinas kesehatan.
60

Adapula Laporan Pemberian Informasi Obat yaitu laporan setiap pemberian obat
kepada pasien dengan disertai bukti ceklis dan diarsipkan, laporan Psikotropik yaitu
laporan mengenai pemakaian obat psikotropik disertai tanda tangan penerima,
Laporan obat generik yaitu pelaporan mengenai persentase obat generik yang
digunakan, dan laporan SABU adalah laporan pencatatan mengenai jumlah pasien
yang digigit ular.

4.6.2. Pelayanan Farmasi Klinik


Pelayanan kefarmasian yang ada pada Puskesmas Wanakerta terdiri
dari skrining resep, compounding and dispensing (penyiapan, pemberian etiket,
dan penyerahan obat), serta memberikan pelayanan informasi obat pada pasien
rawat jalan. Lalu konseling baik untuk rawat jalan maupun rawat inap belum
dilaksanakan karena hanya ada satu Apoteker.

A. Skrining Resep

Resep yang dibawa oleh pasien diterima oleh petugas apotek yang
kemudian dilakukan skrining resep. Skrining resep terdiri dari skrining
administrasi (nama, umur, jenis kelamin, berat badan pasien), skrining
farmasetik (bentuk dan kekuatan sediaan, dosis dan jumlah obat, stabilitas dan
ketersediaan, aturan dan cara penggunaan, inkompatibilitas), dan skrining
farmakologi (ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat, melihat
adanya duplikasi pengobatan, alergi, interaksi, efek samping, dan kontraindikasi)
(Menkes RI, 2014).

Pada prakteknya, skrining resep yang dilakukan di apotek Puskesmas


Wanakerta yaitu skrining administrasi, farmasetik dan klinis. Skrining tersebut
dilakukan oleh Apoteker, jika Apoteker sedang tidak ada ditempat maka skrining
didelegasikan kepada seorang Tenaga Teknis Kefarmasian.

B. Peracikan (Coumpounding) dan Penyerahan (dispensing) obat


Kegiatan peracikan dan penyerahan obat merupakan kegiatan pelayanan
obat mulai dari pengambilan, menyiapkan/meracik obat, memberikan label/etiket,
61

hingga menyerahkan sediaan farmasi dengan informasi yang memadai disertai


dengan pendokumentasian (Menkes RI, 2014).

Compounding dan dispensing untuk setiap sediaan berbeda-beda, diantaranya:

1. Proses compounding dan dispensing sediaan tablet, kapsul dan kaplet


Setelah dilakukan skrining terhadap resep yang diterima, petugas apotek
kemudian mengambil obat sesuai dengan permintaan yang tertulis pada resep.
Etiket obat kemudian diisi dengan tanggal terima resep, nama pasien dan signa
yang sesuai dengan permintaan dokter serta aturan pakai sebelum atau setelah
makan.
2. Proses compounding dan dispensing sediaan pulveres
Proses compounding dan dispensing sediaan pulveres dilakukan dengan
bantuan mortir dan stamper. Obat yang tertera dalam resep diambil sejumlah
yang tertulis dalam resep kemudian dimasukkan ke dalam mortir. Obat
kemudian digerus menggunakan stamper hingga tercampur secara homogen.
Obat kemudian dikemas dalam kertas pembungkus sesuai dengan jumlah
puyer yang dibutuhkan dan dimasukan ke dalam klip obat yang telah diisi
tanggal, nama pasien, dan aturan pakai obat.
3. Proses compounding dan dispensing sediaan sirup kering
Proses peracikan sirup kering di Puskesmas Wanakerta yaitu resep yang
diterima dilakukan proses skrining resep. Obat kemudian diberi aturan pakai
yang sesuai dengan permintaan dokter. Obat sirup kering antibiotika
diambilkan dalam lemari apotek, tutup botol dibuka dan ditambahkan air ke
dalam botol sebanyak tanda yang tertera pada botol atau sesuai petunjuk
sediaan. Air yang digunakan untuk merekonstitusi sirup kering adalah air
mineral yang matang yang tidak panas dan dingin. Batas waktu penggunaan
sirup yaitu selama 7 hari, sehingga perlu dilakukan edukasi kepada pasien.
Di apotek telah tersedia alat-alat untuk rekonstitusi sirup kering yaitu 1 buah
gelas ukur 100mL dan sebuah gallon.
C. Pelayanan Informasi Obat ( PIO )

Setelah obat disiapkan, kemudian obat diserahkan kepada pasien disertai


dengan pemberian informasi obat. Adapun informasi yang umumnya
diberikan kepada pasien pada saat penerimaan obat antara lain:
62

a. Nama obat, jumlah dan indikasi/kegunaan masing-masing obat


b. Aturan pakai obat seperti waktu minum obat, kocok terlebih dahulu untuk
sediaan sirup, penggunaan antasida yang berupa tablet kunyah, aturan
pakai salep mata, salep kulit, tetes telinga dan suppositoria, serta cara
meminum sediaan puyer yang perlu dilarutkan dengan air terlebih dahulu
c. Lama pakai obat seperti obat antibiotik harus diminum hingga habis, obat-
obat simptomatis dapat dihentikan jika gejala hilang, dan obat-obat
penyakit kronik harus diminum teratur hingga habis.
d. Efek samping obat misalnya pemberian CTM yang menyebabkan kantuk
dapat diinformasikan kepada pasien untuk meminimalkan penggunaan
kendaraan untuk menghindari kecelakaan akibat kantuk.
Pelayanan informasi obat sangat penting dilakukan dalam pemberian
informasi mengenai obat dari petugas apotek ke pasien, hal ini akan sangat
mempengaruhi ketercapaian terapi dan meminimalkan medication error.
Pemberian informasi obat di puskesmas Wanakerta dilakukan oleh apoteker.jika
apoteker berhalangan maka di delegasikan kepada TTK.
63

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Peran Apoteker di Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang terdapat pada Seksi
Kefarmasian dan Seksi Alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga
yaitu dalam pengelolaan Obat dan BMHP serta pemberian rekomendasi pada
pembuatan izin sarana kefarmasian seperti Apotek, Toko Obat, UKOT, UMOT dan
lain-lain.
2. Peran Apoteker di Puskesmas adalah sebagai penanggung jawab pengelola obat dan
BMHP, berperan penting dalam melaksanakan pengelolaan obat dan perbekalan
kesehatan mulai dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian,
pencatatan dan pelaporan, dan evaluasi serta pelayanan farmasi klinis.
3. Pengadaan obat dan BMHP dilakukan terintegrasi yaitu dilakukan oleh Dinas
Kesehatan dan didistribusikan kepada Puskesmas se-Kabupaten Karawang
menggunakan LPLPO Puskesmas.
4. Pelayanan Farmasi Klinis di Apotek Puskesmas dilakukan sama seperti halnya
pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit, hanya saja di Puskesmas tidak terdapat
konseling, penelusuran riwayat penggunaan obat, rekonsiliasi obat, dispensing
sediaan steril dan Pemantauan Kadar Obat dalam Darah.

5.2 Saran
5.2.1 Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang
Dalam rangka meningkatkan pengelolaan obat di Dinas Kesehatan Kabupaten
Karawang, Diharapkan untuk mempertimbangkan penambahan luas gudang farmasi yang
dianggap belum cukup memadai dan diperlukan pengaturan tata ruang gudang dengan baik
bertujuan untuk mendapatkan kemudahan dalam penyimpanan, penyusunan, pencarian,
dan pengawasan obat-obat serta menjamin mutu obat terjaga dalam keadaan baik. Selain
itu untuk penanggungjawab gudang sebaiknya merupakan seorang tenaga Apoteker.
5.2.2 Puskesmas
1. Setiap Apotek di Puskesmas sebaiknya harus memiliki minimal 1 orang apoteker
untuk mencegah medication error / kesalahan pemberian, penggunaan obat.
64

2. Sistem pelaporan SIKDA GENERIK yang sudah ada sebaiknya digunakan di semua
tahapan baik penulisan resep, pelayanan resep, penggunaan obat, stok, dan laporan
sehingga kegiatan dapat lebih efektif dan efisien.
65

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Republik


Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta.
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta.
3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 Perubahan Keempat Atas Peraturan Presiden
Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah. Jakarta.
4. Kementrian Kesehatan. 2011. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 889 Tahun
2011 tentang Registrasi, Izin Praktek, Dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian.
Jakarta.
5. Kementrian Kesehatan. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun
2014 tentang Puskesmas. Jakarta.
6. Kementrian Kesehatan. 2015 . Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2015
tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan dan Pelaporan Narkotika,
Psikotropika dan Prekursor. Jakarta.
7. Kementrian Kesehatan. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 31 Tahun 2016
tentang Perubahan Registrasi, Izin Praktek, Dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian.
Jakarta.
8. Kementrian Kesehatan. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 49 Tahun 2016 tentang Pedoman Teknis Pengorganisasian Dinas
Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota. Jakarta.
9. Kementrian Kesehatan. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 Tahun
2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Jakarta.
10. Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang. 2017. Peraturan Bupati Nomor 28 Tahun
2017 tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten
Karawang. Karawang.
66

LAMPIRAN

Lampiran 1. Resep di Puskesmas Wanakerta

Lampiran 2. SOP Peresepan Obat


67

Lampiran 3. LPLPO

Lampiran 4. SOP pengadaan obat di Puskesmas Wanakerta


68

Lampiran 5. SOP Penyimpanan obat

Lampiran 6. Laporan POR


69
70

Lampiran 7. Gudang Farmasi Wanakerta


71

Lampiran 8. Kegiatan BIAS

Lampiran 9. Kegiatan PIO


72

Lampiran 10. Apotek Puskesmas Wanakerta


73
74

Lampiran 11. Trolley emergency di Rawat inap dan IGD

LAmpiran 12. Pengecekan obat kadaluarsa


75

Lampiran 13. Gudang Farmasi Kabupaten Karawang


76
77
78

Lampiran 14
79

Anda mungkin juga menyukai