Anda di halaman 1dari 6

BAB II

DASAR TEORI

2.1. Definisi Dasar Aspal

Aspal atau bitumen merupakan material berwarna hitam kecoklatan yang


bersifat viskoelatis sehingga akan melunak dan mencair bila mendapat cukup
pemanasan dan sebaliknya. Sifat viskoelastis inilah yang membuat aspal dapat
menyelimuti dan menahan agregat tetap pada tempatnya selama proses produksi dan
masa pelayanannya. Pada dasarnya aspal terbuat dari suatu rantai hidrokarbon yang
disebut bitumen.

Aspal adalah material termoplastik yang akan menjadi keras atau lebih kental
jika temperature berkurang dan akan lunak atau lebih cair jika temperature
bertambah. Sifat ini dinamakan kepekaan terhadap perubahan temperature, yang
dipengaruhi oleh komposisi kimiawi aspal walaupun mungkin mempunyai nilai
penetrasi atau viskositas yang sama pada temperature tertentu. Aspal yang
mengandung lilin lebih peka terhadap temperature dibandingkan dengan aspal yang
tidak mengandung lilin. Hal ini terlihat pada aspal yang mempunyai viskositas yang
sama pada temperature tinggi tetapi sangat berbeda viskositas pada temperature
rendah. Kepekaan terhadap temperature akan menjadi dasar perbedaan umur aspal
untuk menjadi retak ataupun mengeras. Bersama dengan agregat, aspal merupakan
material pembentuk campuran perkerasan jalan (Sukirman, 2003 dalam skripsi L.A.
Nasution).

2.2. Perkerasan Aspal

Perkerasan aspal dan perkerasan beton aspal (Asphalt Concrete Pavement),


juga disebut perkerasan lentur (Flexible Pavement) merupakan campuran agregat batu
pecah, pasir, material pengisi dan aspal yang dihamparkan dan dipadatkan.
Perkerasan lentur dirancang untuk melendut dan kembali ke posisi semula bersama-
sama dengan tanah dasar. Konsep dasar dalam perencanaan ini adalah
menghamparkan lapisan-lapisan permukaan dan lapis pondasi beserta lapisan-
lapisannya hingga regangan pada tanah dasar dapat dikendalikan guna mencegah
terjadinya defleksi permanen. Tipe dan tebal dari komponen-komponen struktur
perkerasan jalan yang diletakkan di atas tanah dasar, harus dipilih dan
dipertimbangkan kekuatan dari tanah tersebut.

Perkerasan lentur akan mempunyai kinerja yang baik, bila perencanaan


dilakukan dengan baik dan seluruh komponen-komponen utama dalam sistem
perkerasan berfungsi dengan baik. Peranan komponen-komponen perkerasan lentur
oleh Federal Highway Administration di kutip dalam Hardiyatmo (2015) :

a. Lapisan aus (wearing course) yang memberikan cukup kekesatan, tahan gesek, dan
penutup kedap air atau drainase air permukaan.

b. Lapisan perkerasan terikat atau tersementasi yang memberikan daya dukung yang
cukup, sekaligus sebagai penghalang air yang masuk ke dalam material tak terlihat
dibawahnya.

c. Lapis pondasi (base course) dan Pondasi bawah (subbase course) tak terikat yang
memberikan tambahan kekuatan, dan ketahanan terhadap pengaruh air yang merusak
struktur perkerasan serta pengaruh degradasi yang lain. (erosi dan intrusi butiran
halus).

d. Tanah dasar (subgrade) yang memberikan cukup kekakuan, kekuatan yang seragam
dan merupakan landasan yang stabil bagi lapisan material perkerasan diatasnya.

e. Sistem drainase yang dapat membuang air dengan cepat dari sistem perkerasan,
sebelum air menurunkan kualitas lapisan material granuler tak terikat dan tanah dasar.

2.3. Campuran Beton Aspal

Campuran untuk lapis beton aspal pada dasarnya terdiri dari agregat kasar,
agregat halus, bahan pengisi dan aspal. Masing-masing fraksi agregat terlebih dahulu
harus diperiksa gradasinya dan selanjutnya digabungkan menurut perbandingan yang
menghasilkan agregat campuran yang memenuhi spesifikasi gradasi.

Proporsi agregat kasar, agregat halus dan bahan pengisi (filler) didasarkan
pada spesifikasi dan gradai yang tersedia. Jumlah agregat di dalam campuran aspal
biasanya 90-95%, atau 75-85% dari volume. Dengan pemilihan agregat yang tepat
dan memnuhi syarat akan sangat menentukan keberhasilan pembangunan jalan.
1) Agregat kasar
Agregat kasar adalah material yang tertahan pada saringan no.8 (2,36
mm). agregat kasar untuk campuran aspal harus terdiri dari batu pecah yang
bersih, kuat, kering , awet, bersudut, bebas dari kotoran lempung dan material
asing lainnya serta mempunyai tekstur permukaan yang kasar dan tidak bulat
agar dapat memberikan sifat interblocking yang baik dengan material yang
lain.
Agregat kasar pada umumnya harus memenuhi persyaratan yang telah
ditetapkan dalam tabel 1 berikut.

Tabel 1. Ketentuan Agregat Kasar

2) Agregat halus
Agregat halus adalah material yang lolos saringan no.8 (2,36 mm) dan
tertahan saringan no.200 (0,075 mm). agregat halus pada umumnya harus
memnuhi persyaratan yang telah ditetapkan dalam tabel.2 berikut.

Tabel 2. Ketentuan Agregat Halus


3) Bahan pengisi (filler)
Fungsinya adalah sebagai pengisi rongga udara pada material sehingga
memperkaku lapisan aspal. Apabila campuran agregat kasar dan halus masih
belum masuk dalam spesifikasi yang telah ditentukan, maka pada campuran
laston perlu ditambah ditambah dengan filler. Sebagai filler dapat digunakan
debu batu kapur, debu dolomite atau semen Portland. Filler yang baik adalah
yang tidak tercampur kotoran atau bahan lain yang tidak dikehendaki dalam
keadaan kering (kadar air maks. 1%).

2.4. Gradasi Agregat

Gradasi adalah susunan butir agregat sesuai ukurannya, ukuran agregat dapat
diperoleh melalui pemeriksaan analisis saringan. Satu set saringan umumnya terdiri
dari saringan berukuran ¾”, ½”, 3/8”, no.4, no.8, no.16, no.30, no.50, no.100, no.200.
gradasi agregat dinyatakan dalam presentase lolos atau persentase tertahan yang
dihitung berdasarkan berat agregat.

Bentuk gradasi agregat biasanya digambarkan dalam grafik hubungan antara


ukuran saringan dan dinyatakan pada sumbu horizontal dan presentase agregat yang
lolos saringan tertentu dinyatakan pada sumbu vertikal, dengan gradasi agregat yang
ditentukan pada Spesifikasi Bina Marga 2010 seperti tabel 3 berikut.

% Berat Lolos
Ukuran Saringan Saringan AC
(mm) Campuran No. V
Standart Bina Marga
1" (25,4 mm) 100
3/4" (19,1 mm) 80 - 100
1/2" (12,7 mm) -
3/8" (9,25 mm) 60 - 80
no. 4 (4,76 mm) 48 - 65
no. 8 (2,38 mm) 35 - 50
no. 30 (0,59 mm) 19 - 30
no. 50 (0,27 mm) 13 - 23
no. 100 (0,149 mm) 14 - 15
no. 200 (0,074 mm) 1-8
Tabel 3. Spesifikasi Gradasi Agregat
Menurut Silvia Sukirman (2003) bahwa campuran dari aspal dan agregat yang
direncanakan harus dapat memnuhi karakteristik tertentu agar dapat bertahan pada
kondisi beban lalulintas dan iklim sehingga dapat menghasilkan suatu perkerasan
yang kuat, aman, dan nyaman. Maka setiap campuran beton aspal harus memliki
karakteristik sebagai berikut :

1) Stabilitas
Kemampuan perkerasan jalan menerima beban lalu lintas tanpa terjadi
perubahan bentuk tetap seperti gelombang, alur dan bleeding. Kebutuhan akan
stabilitas sebanding dengan fungsi jalan dan beban lalu lintas yang akan
dilayani.
2) Keawetan (durabilitas)
Kemampuan beton aspal menerima repetisi beban lalu lintas seperti berat
kendaraan dan gesekan antara roda kendaraan dan permukaan jalan, serta
menahan keausan akibat pengaruh iklim seperti udara, air, atau perubahan
temperature.
3) Kelenturan (fleksibilitas)
Kemampuan beton aspal untuk menyesuaikan diri akibat penurunan
(konsolidasi/settlement) dan pergerakan dari pondasi atau tanah dasar tanpa
terjadi retak.
4) Ketahanan terhadap kelelahan (fatique resistance)
Ketahanan terhadap kelelahan adalah kemampuan beton aspal menerima
lendutan berulang akibat repitisi beban, tanpa terjadinya kelelahan berupa alur
dan retak.
5) Kekesatan / tahanan geser (skid resistance)
Kemampuan permukaan beton aspal terutama pada kondisi basah,
memberikan gaya gesek pada roda kendaraan sehingga kendaraan tidak
tergelincir ataupu selip.
6) Kedap air (impermeabilitas)
Kedap air adalah kemampuan beton aspal untuk tidak dapat dimasuki air atau
udara ke dalam lapisan beton aspal. Air dan udara dapat mengakibatkan
percepatan proses penuaan aspal dan pengelupasan film/selimut aspal dari
permukaan agregat.
7) Kemudahan pelaksanaan (workability)
Mudah dilaksanakan adalah kemampuan campuran beton aspal untuk mudah
dihamparkan dan dipadatkan. Tingkat kemudahan dalam pelaksanaan,
menentukan tingkat efisiensi pekerjaan. Revisi atau koreksi terhadap
rancangan campuran dapat dilakukan jika ditemukan kesukaran dalam
pelaksanaan.

Anda mungkin juga menyukai