Anda di halaman 1dari 13

SEMINAR AKUNTANSI MANAJEMEN

“Is ABC Suaitable for Your Company ?”

Oleh:

Kelompok 3

Fitri Wulan Dhini 1610531061


Nabilla Chintamy 1610532005
Puti Lathifah Hindriani 1610532033

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS ANDALAS

2019
“Is ABC Suaitable for Your Company?”

Konsep-Konsep Dasar dan Syarat Penerapan Sistem Activity-Based Costing

Activity Based Costing Sistem adalah suatu sistem akuntansi yang terfokus pada
aktivitas-aktifitas yang dilakukan untuk menghasilkan produk/jasa. Activity Based Costing
menyediakan informasi perihal aktivitas-aktivitas dan sumber daya yang dibutuhkan untuk
melaksanakan aktivitas-aktivitas tersebut. Aktivitas adalah setiap kejadian atau transaksi yang
merupakan pemicu biaya (cost driver) yakni, bertindak sebagai faktor penyebab dalam
pengeluaran biaya dalam organisasi. Aktivitas-aktivitas ini menjadi titik perhimpunan biaya.
Dalam sistem ABC, biaya ditelusur ke aktivitas dan kemudian ke produk. System ABC
mengasumsikan bahwa aktivitas aktivitaslah, yang mengkonsumsi sumber daya dan bukannya
produk.

Dalam penerapannya, penentuan harga pokok dengan menggunakan sistem ABC menyaratkan
tiga hal:
a. Perusahaan mempunyai tingkat diversitas yang tinggi
Sistem ABC mensyaratkan bahwa perusahaan memproduksi beberapa macam produk atau lini
produk yang diproses dengan menggunakan fasilitas yang sama. Kondisi yang demikian
tentunya akan menimbulkan masalah dalam membebankan biaya ke masing-masing produk.
b. Tingkat persaingan industri yang tinggi
Yaitu terdapat beberapa perusahaan yang menghasilkan produk yang sama atau sejenis. Dalam
persaingan antar perusahaan yang sejenis tersebut maka perusahaan akan semakin
meningkatkan persaingan untuk memperbesar pasarnya. Semakin besar tingkat persaingan
maka semakin penting peran informasi tentang harga pokok dalam mendukung pengambilan
keputusan manajemen.
c. Biaya pengukuran yang rendah
Yaitu bahwa biaya yang digunakan system ABC untuk menghasilkan informasi biaya yang
akurat harus lebih rendah dibandingkan dengan manfaat yang diperoleh.

Penerapan ABC sistem akan relevan bila biaya overhead pabrik merupakan biaya yang paling
dominan dan multiproduk. Dalam merancang ABC sistem, aktivitas untuk membuat dan
menjual produk digolongkan dalam 4 kelompok, yaitu:
- Facility sustaining activity cost: biaya yang berkaitan dengan aktivitas
mempertahankan kapasitas yang dimiliki perusahaan. Misal biaya depresiasi, biaya
asuransi, biaya gaji pegawai kunci
- Product sustaining activity cost: biaya yang berkaitan dengan aktivitas penelitian dan
pengembangan produk dan biaya untuk mempertahankan produk untuk tetap dapat
dipasarkan. Misal biaya pengujian produk, biaya desain produk
- Bacth activity cost: biaya yang berkaitan dengan jumlah bacth produk yang diproduksi.
Misalnya biaya set-up mesin
- Unit level activity cost: biaya yang berkaitan dengan besar kecilnya jumlah unit produk
yang dihasilkan. Misalnya biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja

Penggolongan aktivitas menjadi empat ketegori diatas disebut cost hierarchy (struktur biaya).
Langkah-langkah ABC sistem:
1. Tahap pertama pengelompokan biaya overhead ke dalam kelompok biaya yang
homogen. Kelompok biaya homogen merupakan kumpulan overhead yang variasinya
dapat dijelaskan oleh satu faktor penyebab (cost driver). Untuk menentukan mana
kelompok biaya yang homogen, dapat melihat biaya yang mempunyai rasio konsumsi
sama untuk seluruh produk.
2. Tahap kedua alokasi biaya overhead pabrik:
Alokasi biaya overhead = Tarif kelompok x Dasar pembebanan yang dikonsumsi

Pembebanan Biaya Overhead pada Activity Based-Costing


Pada Activity-Based Costing meskipun pembebanan biaya-biaya overhad pabrik dan
produk juga menggunakan dua tahap seperti pada akuntansi biaya tradisional, tetapi pusat biaya
yang dipakai untuk pengumpulan biaya-biaya pada tahap pertama dan dasar pembebanan dari
pusat biaya kepada produk pada tahap kedua sangat berbeda dengan akuntansi biaya
tradisional. Activity-Based costing menggunakan lebih banyak cost driver bila dibandingkan
dengan sistem pembebanan biaya pada akuntansi biaya tradisional. Sebelum sampai pada
prosedure pembebanan dua tahap dalam Activity-Based Costing perlu dipahami hal-hal
sebagai berikut:
Cost Driver adalah suatu kejadian yang menimbulkan biaya. Cost Driver merupakan
faktor yang dapat menerangkan konsumsi biaya-biaya overhead. Faktor ini menunjukkan suatu
penyebab utama tingkat aktivitas yang akan menyebabkan biaya dalam aktivitas aktivitas
selanjutnya. Rasio konsumsi adalah proporsi masing-masing aktivitas yang dikonsumsi oleh
setiap produk, dihitung dengan cara membagi jumlah aktivitas yang dikonsumsi oleh suatu
produk dengan jumlah keseluruhan aktivitas tersebut dari semua jenis produk.
Homogeneous Cost Pool merupakan kumpulan biaya dari overhead yang variasi
biayanya dapat dikaitkan dengan satu pemicu biaya saja. Atau untuk dapat disebut suatu
kelompok biaya yang homogen, aktivitas-aktivitas overhead secara logis harus berhubungan
dan mempunyai rasio konsumsi yang sama untuk semua produk.

Cost Driver
Landasan penting untuk menghitung biaya berdasarkan aktivitas adalah dengan
mengidentifikasi pemicu biaya atau cost driver untuk setiap aktivitas. Pemahaman yang tidak
tepat atas pemicu akan mengakibatkan ketidaktepatan pada pengklasifikasian biaya, sehingga
menimbulkan dampak bagi manajemen dalam mengambil keputusan. Jika perusahaan
memiliki beberapa jenis produk maka biaya overhead yang terjadi ditimbulkan secara
bersamaan oleh seluruh produk. Hal ini menyebabkan jumlah overhead yang ditimbulkan oleh
masingmasing jenis produk harus diidentifikasi melalui cost driver. Cost driver merupakan
faktor yang dapat menerangkan konsumsi biaya-biaya overhead. Faktor ini menunjukkan suatu
penyebab utama tingkat aktifitas yang akan menyebabkan biaya dalam aktifitas.
Ada dua jenis cost driver, yaitu:
a. Cost Driver berdasarkan unit
Cost Driver berdasarkan unit membebankan biaya overhead pada produk melalui penggunaan
tarif overhead tunggal oleh seluruh departemen.
b. Cost Driver berdasarkan non unit
Cost Driver berdasarkan non unit merupakan factor-faktor penyebab selain unit yang
menjelaskn konsumsi overhead. Contoh cost driver berdasarkan unit pada perusahaan jasa
adalah luas lantai, jumlah pasien, jumlah kamar yang tersedia.
Aktivitas yang ada dalam perusahaan sangat kompleks dan banyak jumlahnya. Oleh karena
itu perlu pertimbangan yang matang dalam menentukan pemicu biayanya atau cost driver.

a. Penentuan jumlah cost driver yang dibutuhkan


Penentuan banyaknya cost driver yang dibutuhkan berdasarkan pada keakuratan laporan
product cost yang diinginkan dan kompleksitas komposisi output perusahaan. Semakin banyak
cost driver yang digunakan, laporan biaya produksi semakin akurat. Dengan kata lain semakin
tinggi tingkat keakuratan yang diinginkan, semakin banyak cost driver yang dibutuhkan.
b. Pemilihan cost driver yang tepat.
Dalam pemilihan cost driver yang tepat ada tiga faktor yang harus dipertimbangkan:
1. Kemudahan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam pemilihan cost driver
(cost of measurement).
2. Cost driver yang membutuhkan biaya pengukuran lebih rendah akan dipilih.
Korelasi antara konsumsi aktivitas yang diterangkan oleh cost driver terpilih dengan
konsumsi aktivitas sesungguhnya 20 (degree of correlation).
3. Cost driver yang memiliki korelasi tinggi akan dipilih.Perilaku yang disebabkan oleh
cost driver terpilih (behavior effect). Cost driver yang menyebabkan perilaku yang
diinginkan yang akan dipilih.

Contingency Grid

Globalisasi ekonomi telah menimbulkan peningkatan persaingan dalam industri dan


perubahan teknologi yang terjadi telah mendorong perubahan dan automasi dalam perusahaan
terutama yang bergerak di industri manufaktur. Ditambah lagi, perubahan kebutuhan
pelanggan telah mendorong perusahaan untuk melakukan pengembangan dan perbaikan sistem
manufakturnya, salah satunya terkait dengan penyediaan informasi terkait penentuan biaya
produk. Dengan sistem penetapan biaya produk yang lebih baik diharapkan perusahaan dapat
memperoleh dan mempertahankan keunggulan kompetitif yang berkelanjutannya.

Salah satu caranya adalah dengan beralih dari penggunaan sistem costing yang
tradisional ke sistem ABC. ABC (Activity Based Costing) sendiri merupakan suatu metode
yang digunakan oleh suatu organisasi atau perusahaan untuk mengalokasikan biaya overhead
pada produk yang dihasilkannya, baik berupa barang maupun jasa, dengan aktivitas sebagai
fokus utamanya. Dengan metode ini, diharapkan perhitungan biaya menjadi semakin akurat.

ABC dapat diimplementasikan di berbagai jenis perusahaan. Tidak hanya perusahaan


manufaktur, melainkan juga perusahaan jasa, dagang, organisasi pemerintahan, dan organisasi
lainnya. Namun, keputusan untuk mengimplementasikannya tergantung pada kebijakan dan
penilaian manajemen dari perusahaan tersebut. Salah satu cara yang dapat digunakan
manajemen dalam memutuskannya adalah dengan menggunakan Contingency Analysis Model.

Contingency Analysis Model merupakan suatu pendekatan manajemen terhadap cost &
benefit serta kemampuan pihak manajemen dalam menggunakan informasi biaya untuk
membuat keputusan dengan membandingkan berbagai faktor atau variabel yang
mempengaruhinya. Faktor tersebut meliputi:

1. Keanekaragaman produk

Pada product diversity, kriteria ini menunjukkan adanya penawaran terhadap jumlah
dan keanekaragaman dari produk families. Jadi jika produk yang dihasilkan semakin banyak,
maka kecocokan untuk menggunakan analisis ABC akan semakin cocok.

2. Keanekaragaman overhead pendukung

Kriteria ini menunjukkan mengenai akibat dari tingginya tingkat pengeluaran overhead
cost karena jumlah serta keanekaragaman dari aktivitas. Jika pengeluaran overhead cost tinggi,
maka pengalokasian untuk biaya overhead akan sulit. Analisis ABC cocok digunakan jika
jumlah dan juga keanekaragaman aktivitas semakin banyak.

3. Proses umum

Tinggi dan rendahnya kegiatan yang dilakukan bersamaaan untuk menghasilkan produk
tertentu ditunjukkan oleh kriteria ini. Analisis ABC cocok digunakan jika tingkat common
processes semakin tinggi.

4. Alokasi biaya periode

Kemampuan sistem akuntansi yang akurat ditunjukkan pada kriteria ini. Analisis ABC
cocok digunakan jika perusahaan dapat memperkecil biaya produk.

5. Tingkat pertumbuhan biaya periode

Tingkat pertumbuhan biaya pada periode di sepanjang tahun ditunjukkan pada kriteria
ini. Perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan biaya periode di sepanjang tahun yang
dapat cocok menggunakan analisis ABC.

6. Kebebasan dalam menentukan harga

Kriteria ini menunjukkan mengenai independensi harga untuk menghasilkan product


profitability. Perusahaan yang cocok menggunakan analisis ABC adalah yang tidak
mempunyai tingkat, independensi harga dalam menentukan harga.

7. Rasio beban periode


Tingkat penurunan dan kenaikan suatu biaya terhadap laba ditunjukkan pada kriteria ini.
Perusahaan yang memiliki pengaruh laba yang signifikan maka cocok menggunakan analisis
ABC.

8. Pertimbangan strategis

Strategic considerations menunjukkan pengambilan keputusan manajemen bergantung pada


informasi biaya. Jika informasi biaya tersebut semakin penting maka analisis ABC cocok
digunakan

9. Pengurangan biaya

Menunjukkan keputusan internal manajemen dipengaruhi oleh akurasi dari pelaporan


mengenai alokasi biaya periode. Tingkat akurasi yang semakin tinggi maka analisis ABC
semakin cocok digunakan.

10. Frekuensi analisis

Menggambarkan mengenai frekuensi dari kegiatan yang ada kaitannya dengan analisis biaya
produk. Jika frekuensinya memiliki tingkat yang tinggi, maka semakin cocok menggunakan
analsisi ABC.

Dengan menganalisis lima faktor pertama (faktor yang mendorong perusahaan


mengadopsi sistem ABC), pihak manajemen dapat mengetahui metode apa yang cocok
digunakan perusahaan, apakah ABC atau metode costing tradisional. Setelah mengetahui
metode apa yang cocok, maka pihak manajemen dapat menilai kemampuan mereka dalam
menggunakan informasi biaya yang dihasilkan metode tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan
menganalisis lima faktor berikutnya (faktor terkait kecenderungan manajemen menggunakan
informasi biaya untuk pengambilan keputusan) dari sepuluh faktor di atas. Setelah
menganalisis semuanya, maka hasil analisis tersebut diaplikasikan pada suatu alat bantu grafis
yang disebut dengan Contingency Grid.

Contingency Grid terdiri dari dua buah garis yang saling berpotongan dan membagi
daerah yang dilaluinya menjadi empat bagian, yaitu Kuadran I – IV. Seperti grafik pada
umumnya, Contingency Grid terdiri dari sumbu X dan sumbu Y, dengan skala antara -5 hingga
+5. Sumbu X pada Contingency grid mengindikasikan kebutuhan dan kemampuan manajemen
dalam bereaksi terhadap distorsi dalam penetapan harga produk, sedangkan sumbu Y
mengindikasikan manfaat dari penerapan sistem ABC dibandingkan dengan sistem tradisional.
Apakah ABC cocok untuk perusahaan Anda?

Saat ini, kita tahu bahwa aktivitas berdasarkan sistem biaya memberikan biaya overhead
ke produk atau jasa produk yang menggunakan proses dua tahap, yang berfokus pada kegiatan.
ABC adalah topik yang relatif baru dan sangat penting dalam akuntansi manajerial. ABC
memungkinkan kita untuk menemukan cara yang kita bisa menentukan profitabilitas setiap
produk, profitabilitas setiap pelanggan kami layani, dan profitabilitas proses kami. Isi secara
singkat, pertama yang membandingkan potensi keuntungan dari ABC dibandingkan metode
biaya tradisional.

Yang kedua yang bagaimana penggunaan manajemen informasi ABC dalam keputusan,
yang terdiri dari bobot dan menggabungkan bobot dari sepuluh faktor dan untuk mengevaluasi
pelaksanaan ABC.

Analisis ABC bersama dua dimensi yang terpisah, dan ada sepuluh faktor mediasi dapat
membimbing manajemen dalam menentukan jawaban. Kelima faktor pertama berdasarkan
probabilitas, dimensi kedua model berusaha untuk mendirikan keputusan. Akhirnya analisis
tentang operasi ABC dapat memberitahu Anda ya atau tidak bahwa menggunakan model
analisis kontingensi. Menafsirkan hasil:

Kuadran 1 (baik X dan Y positif): dianjurkan untuk menggunakan ABC.

Kuadran 2 (X-positif, Y-negatif): ABC tidak dianjurkan.

Kuadran 3 (baik X dan Y adalah negatif): ABC tidak dianjurkan.

Kuadran 4 (X-negatif, Y-positif) Hal ini dimungkinkan untuk menerapkan ABC di jangka
panjang.

Sepuluh faktor yang dibahas di atas didasarkan pada kondisi bahwa metode ABC lebih baik
dari metode tradisional. Jadi tidak adil untuk satu tradisional. Manajemen harus
mempertimbangkan realitas untuk memutuskan untuk menggunakan ABC.

Banyak perusahaan yang beralih ke berbasis aktivitas-costing (ABC). ABC adalah cara
baru untuk mengalokasikan biaya overhead. ABC bahwa itu bukan pembuatan produk yang
secara langsung mempengaruhi biaya. Kegiatan secara langsung mempengaruhi biaya. Sebagai
kegiatan diciptakan atau diubah, biaya diciptakan atau diubah. Jadi, sistem biaya berdasarkan
aktivitas fokus pada kegiatan daripada produk, yang membantu untuk mencegah biaya produk
terdistorsi yang dapat timbul dari penggunaan sistem biaya tradisional berdasarkan volume.
Kita tahu, ABC adalah topik yang relatif baru dan sangat penting dalam akuntansi manajerial.
Hal ini memungkinkan kita untuk menemukan cara yang kita bisa menentukan profitabilitas
setiap produk, profitabilitas setiap pelanggan kami layani, dan profitabilitas proses kami. ABC
informasi yang dihasilkan lebih akurat dan lebih berguna untuk pengambilan keputusan.

Bagaimana manajemen menggunakan informasi ABC dalam keputusan? Metodologi ini


didasarkan pada analisis perusahaan itu sendiri. Ini terdiri dari bobot dan menggabungkan
bobot dari sepuluh faktor dan untuk mengevaluasi pelaksanaan ABC. Potensi manfaat ABC
dapat dianalisis terlebih dahulu bersama dua dimensi yang terpisah. Dan ada sepuluh faktor
mediasi (Keanekaragaman Harga, Keanekaragaman Dukungan, Proses umum, Alokasi Biaya,
Pertumbuhan Biaya Tidak Langsung, Harga Freedom, Tetap Rasio Beban, Pertimbangan
Strategis, Pengurangan Biaya Usaha, Analisis Frekuensi) dapat membimbing manajemen
dalam menentukan jawaban. Tinju lima faktor (PD, SD, CP, CA, FG) berdasarkan probabilitas.
Dimensi kedua model berusaha untuk mendirikan keputusan.

Potensi axis lY untuk ABC karena biaya distorsi-PD.SD.CP.CA.FG lX sumbu


kecenderungan untuk menggunakan informasi biaya dalam decision-PF.FE.SC.CR.AF Untuk
memulai manajemen harus menganalisis dan tanggapan terhadap dua pertanyaan kunci:

1. Untuk suatu organisasi, adalah mungkin bahwa ABC akan menghasilkan biaya yang
berbeda dari orang-orang yang dihasilkan dengan akuntansi konvensional, dan tidak
tampaknya mungkin bahwa biaya-biaya akan menjadi “lebih baik”?

2. Jika informasi yang dianggap “lebih baik” yang dihasilkan oleh sistem, akan informasi
baru mengubah keputusan tergantung dibuat oleh manajemen? Setelah selesai
pertanyaan-pertanyaan ini manajer perusahaan dapat discuses sepuluh faktor yang
mendukung atau menolak pelaksanaan. Akhirnya, skor tertimbang gabungan diplot
sebagai titik pada salah satu dari empat kuadran dari grafik.

Contingency Grid

Karena Contingency Grid terdiri dari empat kuadran, maka ada empat kemungkinan
yang muncul dari analisis pihak manajemen.
Pertama, jika sumbu X dan Y bernilai postif, maka hasil analisis terletak pada kuadran
I. Hal ini menunjukkan bahwa akan lebih menguntungkan jika perusahaan menggunakan ABC
dan pihak manajemen pun mampu untuk menggunakan informasi biaya tersebut untuk
membuat keputusan. Dengan demikian, perusahaan direkomendasikan untuk
mengimplementasikan ABC.

Kedua, jika sumbu X bernilai positif, sedangkan sumbu Y bernilai negatif, maka hasil
analisis terletak pada kuadran II, perusahaan tidak direkomendasikan untuk
mengimplementasikan ABC. Perusahaan yang terletak di Kuadran II adalah perusahaan yang
kemampuan dalam menggunakan informasi biaya masih kurang.

Ketiga, jika sumbu X dan Y bernilai negatif, maka hasil analisis terletak pada kuadran
III. Hal ini menunjukkan bahwa akan lebih menguntungkan jika perusahaan menggunakan
metode tradisional daripada ABC dan pihak manajemen pun belum mampu menggunakan
informasi biaya yang diperoleh melalui metode ABC, mereka hanya mampu menggunakan
informasi biaya yang diperoleh melalui metode tradisional dalam membuat keputusan. Dengan
demikian, perusahaan tidak direkomendasikan untuk mengimplementasikan ABC. Perusahaan
yang terletak di Kuadran II adalah perusahaan yang faktor yang mendorong perusahaan
mengadopsi sistem ABC masih rendah. Begitu juga dengan faktor yang terkait kecenderungan
manajemen menggunakan informasi biaya untuk pengambilan keputusan masih rendah.

Keempat, jika sumbu X bernilai negatif, sedangkan sumbu Y bernilai positif, maka
hasil analisis terletak pada kuadran IV, ABC dapat direkomendasikan dalam jangka panjang.
Contoh dalam perusahaan ini adalah perusahaan yang menggunakan teknologi super canggih,
seperti perusahaan perbankan dan perusahaan maskapai.

1. Kelebihan dan Kekurangan Metode ABC

Setiap metode yang digunakan akan selalu memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dan
kekurangan dari sistem ABC adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Kelebihan dan Kekurangan Metode ABC

Kelebihan Kekurangan

c. Lebih akurat dalam pengukuran biaya h. Sulit diimplementasikan dan


produk membutuhkan sumber daya dan
d. Mendukung pembuatan keputusan biaya yang besar karena pengalihan
bauran produk dan penetapan harga ke sistem costing yang baru
produk yang lebih baik bagi manajemen membutuhkan upaya pembentukan
e. Memungkinkan perencanaan dan pola berfikir manajemen yang baru
pengendalian biaya yang lebih baik pula
f. Memberikan informasi untuk analisis i. Adanya resitensi karyawan
profitabilitas pelanggan j. Kesulitan dalam pengumpulan
g. Menciptakan peluan g bagi desainer informasi pendukung pengambilan
produk untuk pengembangan upaya keputusan
pengurangan biaya produk

Sebagian perusahaan menggunakan sistem ABC secara parsial yaitu perusahaan


mengalokasikan sebagian biaya overhead dengan sistem ABC dan sebagian lainnya dengan
metode akuntansi tradisional.

1. Tanggapan terhadap Kasus

Pada kasus T. L. Estrin, CMA, Jeffrey Kantor, dan David Albers (Young, hal 72-77),
nilai dari suatu organisasi terletak pada kuadran III contingency grid. Hal ini menunjukkan
bahwa setelah dilihat dari segi keanekaragaman produk, keanekaragaman dukungan, proses
umum, alokasi biaya periode, dan tingkat pertumbuhan periodenya, perusahaan belum cocok
untuk menerapkan ABC. Dari segi kemampuan manajemennya, juga terlihat bahwa
manajemen tidak bebas dalam menentukan harga, kurang mampu meminimalkan rasio beban
periode yang memungkinkan adanya distorsi biaya, kurang baik dalam melakukan
pertimbangan strategis, kurang baik dalam mereduksi biaya, serta jarang melakukan analisis
terhadap biaya produk dan perusahaan secara keseluruhan. Dengan kondisi seperti itu, yang
mana perusahaan dan manajemennya sama-sama tidak siap, perusahaan tidak mungkin dapat
mengimplementasikan ABC.

Selain hal-hal di atas, sebelum mengambil keputusan terkait penggunaan sistem ABC,
juga harus dipertimbangkan beberapa indikator berikut, yaitu :

1) Manajer tidak sepenuhnya yakin dengan informasi biaya produk yang dihasilkan

2) Beberapa produk menunjukkan adanya perolehan keuntungan meskipun dijual pada


harga pasarnya

3) Adanya peningkatan pada penjualan namun terdapat penurunan pada laba perusahaan
4) Persentase biaya overhead yang tinggi dan cenderung meningkat

5) Persentase biaya tenaga kerja langsung yang rendah

Jika di dalam perusahaan ditemui indikator-indikator tersebut, hal tersebut


menunjukkan bahwa adanya kebutuhan akan sistem costing yang baru—sistem costing yang
memiliki “cost of errors” yang rendah.

Untuk menilai apakah implementasi sistem ABC akan sesuai dengan perusahaan, maka
selain 10 faktor yang diungkapkan Estrin et al (1994), juga harus dipertimbangkan faktor-faktor
lain secara komprehensif sehingga keputusan nantinya tidak akan keliru. Berikut kesimpulan
akhir dari beberapa penelitian :

 Perusahaan dengan persentase biaya tenaga kerja langsung yang rendah sebaiknya
beralih ke sistem ABC

 Perusahaan dengan persentase biaya tidak langsung yang besar seharusnya


menggunakan sistem ABC.

Jadi, kesimpulannya adalah sistem ABC yang menghasilkan estimasi biaya yang lebih
akurat tidak mungkin diimplementasikan jika tidak ada kebutuhan manajemen akan informasi
biaya yang lebih baik. Dengan kata lain, perlu mempertimbangkan kebutuhan manajemen itu
sendiri.
KESIMPULAN

Sistem ABC yang menghasilkan estimasi biaya yang lebih akurat tidak mungkin
diimplementasikan jika tidak ada kebutuhan manajemen akan informasi biaya yang lebih baik.
Dengan kata lain, perlu mempertimbangkan kebutuhan manajemen itu sendiri.

Kriteria dalam menerapkan pembebanan biaya yang berdasarkan aktivitas di dalam suatu
perusahaan terdiri dari 10 kriteria yang masing-masing menunjukkan tingkat pertumbuhan
ekonomi perusahaan. Berikut ini adalah kriterianya:

1) Keanekaragaman produk
2) Keanekaragaman overhead pendukung
3) Proses umum
4) Alokasi biaya periode
5) Tingkat pertumbuhan biaya periode
6) Kebebasan dalam menentukan harga
7) Rasio beban periode
8) Pertimbangan strategis
9) Pengurangan biaya
10) Frekuensi analisis

Dari sepuluh kriteria tersebut, dapat dibangun sebuah contingency grid yang menentukan
apakah perusahaan cocok menggunakan ABC atau lebih disarankan menggunakan metode
tradisional.

DAFTAR PUSTAKA

T.L. Estrin, J. Kantor and D. Albers. 1994. Is ABC Suitable for Your Company. Management
Accounting: 40-45

Hansen, Don R., Mowen, Maryanne M. & Guan, Liming. Cost Management, Accounting and
Contro 6 th edition. South-Western: Engage Learning: 2009.

Anda mungkin juga menyukai