Anda di halaman 1dari 36

TUGAS UTILITAS

SISTEM AIR PENDINGIN (COOLING WATER)

Disusun oleh:
KELOMPOK 2

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2012

1
Disusun oleh:
Kelompok 2

1. ANGGARA YUDHA PRATAMA 21030110141029

2. SITA HIFDIAH MAULIDINI 21030110141087

3. LUCKYANTO ADI 21030110130087

4. Y.M PUSPARIZKITA 21030110130106

5. RANA WILYAN 21030110130104

6. YUNUS PRASETYO W 21030110141015

6. HANIF NUR AZHAR 21030110141018

7. MADE YUDHA SUBIANTARA 21030110141054

8. AZIZ SYAEFURROHMAN 21030110130099

9. SHODAQTA SAORI 21030110141021

10. FITRA PRATAMA SURYANTORO 21030110141060

11. DIMAS AZIZ 21030110130099

12. LAELA KHAERUNNISA EUGENIA L2C009040

13. AHMAD FAHRU RAHMAN L2C009148

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air adalah zat atau unsur kimia yang sangat dibutuhkan manusia diantaranya
untuk industri dan pertanian. Air untuk industri umumnya digunakan sebagai
pendingin (cooler, condensor, cooling tower), sebagai pemanas (heater), sebagai
pembangkit/steam (driver turbin generator/pompa), sebagai evakuasi gas (vacuum
system) dan sebagai air minum / proses (pelarut, drinking water, jacket water, boiler
feed water).
Kebanyakan sistem pengkondisian udara dan proses-proses industri
menghasilkan kalor yang harus dibuang dan disipasikan. Pada masa lampau, hal ini
dicapai dengan memanfaatkan pengaliran air dingin yang kontinu dari sumber-
sumber air, melewatkannya pada proses yang membutuhkan pendinginan, dan
kemudian membuangnya kembali sebagai air keluaran yang panas. Hal ini secara
langsung dapat menyebabkan gangguan ekologi air. Selain itu, semakin
berkembangnya kehidupan masyarakat dan sektor industri mengakibatkan dukungan
sumber air semakin terbatas baik secara kuantitas maupun kualitas.
Menara pendingin merupakan suatu peralatan yang digunakan
untuk menurunkan suhu aliran air dengan cara mengekstraksi panas dari air dan
mengemisikannya ke atmosfir. Menara pendingin mengatasi masalah tersebut di atas,
karena mampu menurunkan suhu air lebih dari peralatan-peralatan yang hanya
menggunakan udara untuk membuang kalor. Konsumsi air dari suatu sistem menara
pendingin hanya sekitar 5% dibandingkan dengan sistem pengaliran air sekali lewat
yang telah disebutkan di atas, sehingga merupakan sistem yang paling ekonomis dari
segi konservasi air. Selain itu, jumlah air panas yang terbuang (blowdown) sangatlah
kecil, sehingga efek terhadap ekologi juga sangat minim. Dalam dunia industri,
menara pendingin bertanggung jawab terhadap hampir 80% kebutuhan air pendingin
dalam suatu operasi pabrik

3
Dewasa ini terus dikembangkan bentuk dan susunan menara pendingin dan
komponennya memberikan tingkat keefektifan pendinginan yang memadai dengan
biaya produksi rendah. Pengetahuan lebih lanjut mengenai menara pendingin dan air
pendingin akan dikaji pada pembahasan makalah ini.

4
BAB II
PERMASALAHAN

2.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai


berikut :

a) Apa itu menara pendingin (cooling tower)?


b) Apa saja komponen yang terdapat dalam menara pendingin?
c) Apa saja jenis-jenis menara pendingin?
d) Bagaimana cara kerja menara pendingin?
e) Bagaimana karakteristik air pendingin?
f) Apa saja faktor yang mempengaruhi pemilihan system air pendingin?
g) Apa saja masalah yang timbul dalam system air pendingin?
h) Bagaimana perhitungan pada sistem air pendingin?
i) Apa aplikasi sistem air pendingin pada industri atau pabrik?

2.2. Tujuan

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam pembahasan makalah ini antara lain :

a) Mengetahui pengertian menara pendingin.


b) Memahami komponen yang terdapat pada menara pendingin.
c) Mengetahui dan mampu menjelaskan jenis-jenis menara pendingin.
d) Mengetahui aplikasi penggunaan menara pendingin pada industry.
e) Memahami dan mampu menjelaskan karakteristik air pendingin.
f) Mengetahui dan memahami faktor yang mempengaruhi pemilihan system air
pendingin.
g) Mengetahui masalah yang timbul dalam system air pendingin.
h) Dapat dijadikan sebagai materi penunjang mata kuliah utilitas.

5
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Pengertian Umum

Menara pendingin didefinisikan sebagai alat penukar kalor yang fluida


kerjanya adalah air dan udara yang berfungsi mendinginkan air kontak langsung
dengan udara yang mengakibatkan sebagian kecil air menguap. Dalam kebanyakan
menara pendingin yang bekerja pada sistem pendinginan udara menggunakan pompa
sentrifugal untuk menggerakkan air ke atas melintasi menara. Prestasi menara
pendingin biasanya dinyatakan dalam range dan approach seperti yang terlihat pada
gambar 3.1.

Gambar 3.1. Range dan approach temperatur pada menara pendingin


Sumber: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22673/4/Chapter%20II.pdf

6
Range adalah perbedaan suhu antara tingkat suhu air masuk menara pendingin
dengan tingkat suhu air yang keluar menara pendingin atau selisih antara suhu air
panas dan suhu air dingin, sedangkan approach adalah perbedaan antara temperatur
air keluar menara pendingin dengan temperatur bola basah udara yang masuk atau
selisih antara suhu air dingin dan temperatur bola basah (wet bulb) dari udara
atmosfir.
Temperatur udara sebagaimana umumnya diukur dengan menggunakan
termometer biasa yang sering dikenal sebagai temperatur bola kering (dry bulb
temperature), sedangkan temperatur bola basah (wet bulb temperature) adalah
temperatur yang bolanya diberi kasa basah, sehingga jika air menguap dari kasa dan
bacaan suhu pada termometer menjadi lebih rendah daripada temperatur bola kering.
Pada kelembaban tinggi, penguapan akan berlangsung lamban dan temperatur bola
basah (Twb) identik dengan temperatur bola kering (Tdb). Namun pada kelembaban
rendah sebagian air akan menguap, jadi temperatur bola basah akan semakin jauh
perbedaannya dengan temperatur bola kering. Adapun sistem mesin pendingin yang
paling banyak digunakan adalah sistem kompresi uap. Secara garis besar komponen
sistem pendingin siklus kompresi uap terdiri dari:
1. Kompresor, berfungsi untuk mengkompresi refrijeran dari fasa uap tekanan
rendah evaporator hingga ke tekanan tinggi kondensor.
2. Kondensor, berfungsi untuk mengkondensasi uap refrijeran kalor lanjut yang
keluar dari kompresor.
3. Katup ekspansi, berfungsi untuk mencekik (throttling) refrijeran bertekanan
tinggi yang keluar dari konsensor dimana setelah melewati katup ekspansi ini
tekanan refrijeran turun sehingga fasa refrijeran setelah keluar dari katup
ekspansi ini adalah berupa fasa cair + uap.
4. Evaporator, berfungsi untuk menguapkan refrijeran dari fasa cair + uap
menjadi fasa uap

7
3.2. Fungsi Menara Pendingin
Semua mesin pendingin yang bekerja akan melepaskan kalor melalui
kondensor, refrijeran akan melepas kalornya kepada air pendingin sehingga air
menjadi panas. Selanjutnya air panas ini akan dipompakan ke menara pendingin.
Menara pendingin secara garis besar berfungsi untuk menyerap kalor dari air tersebut
dan menyediakan sejumlah air yang relatif sejuk (dingin) untuk dipergunakan
kembali di suatu instalasi pendingin atau dengan kata lain menara pendingin
berfungsi untuk menurunkan suhu aliran air dengan cara mengekstraksi panas dari air
dan mengemisikannya ke atmosfer. Menara pendingin mampu menurunkan suhu air
lebih rendah dibandingkan dengan peralatan-peralatan yang hanya menggunakan
udara untuk membuang panas, seperti radiator dalam mobil, dan oleh karena itu
biayanya lebih efektif dan efisien energinya.

3.3. Prinsip Kerja Menara Pendingin


Prinsip kerja menara pendingin berdasarkan pada pelepasan kalor dan
perpindahan kalor. Dalam menara pendingin, perpindahan kalor berlangsung dari air
ke udara. Menara pendingin menggunakan penguapan dimana sebagian air diuapkan
ke aliran udara yang bergerak dan kemudian dibuang ke atmosfir. Sehingga air yang
tersisa didinginkan secara signifikan. Skema menara pendingin dapat dilihat pada
gambar 3.2.

8
Gambar 3.2 Skema Menara Pendingin
Sumber: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22673/4/Chapter%20II.pdf

Prinsip kerja menara pendingin dapat dilihat pada gambar di atas. Air dari
bak/basin dipompa menuju heater untuk dipanaskan dan dialirkan ke menara
pendingin. Air panas yang keluar tersebut secara langsung melakukan kontak dengan
udara sekitar yang bergerak secara paksa karena pengaruh fan atau blower yang
terpasang pada bagian atas menara pendingin, lalu mengalir jatuh ke bahan pengisi.
Sistem ini sangat efektif dalam proses pendinginan air karena suhu kondensasinya
sangat rendah mendekati suhu wet-bulb udara. Air yang sudah mengalami penurunan
suhu ditampung ke dalam bak/basin. Pada menara pendingin juga dipasang katup
make up water untuk menambah kapasitas air pendingin jika terjadi kehilangan air
ketika proses evaporative cooling tersebut berlangsung.
3.4. Konstruksi / Komponen Menara Pendingin
Hensley, 2009 dalam bukunya menggambarkan konstruksi menara pendingin
jenis aliran angin tarik (induced draft counterflow cooling tower) dapat dilihat pada
gambar 3.3.

Gambar 3.3 Konstruksi Menara Pendingin


Sumber: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22673/4/Chapter%20II.pdf

9
Berdasarkan gambar 3.3, konstruksi menara pendingin secara garis besar terdiri atas:
1. Kipas (fan)
Kipas merupakan bagian terpenting dari sebuah menara pendingin karena
berfungsi untuk menarik udara dingin dan mensirkulasikan udara tersebut di dalam
menara untuk mendinginkan air. Jika kipas tidak berfungsi maka kinerja menara
pendingin tidak akan optimal. Kipas digerakkan oleh motor listrik yang dikopel
langsung dengan poros kipas.

2. Kerangka pendukung menara (tower supporter)


Kerangka pendukung menara berfungsi untuk mendukung menara pendingin
agar dapat berdiri kokoh dan tegak. Tower supporter terbuat dari baja.
3. Rumah menara pendingin (casing)
Rumah menara pendingin (casing) harus memiliki ketahanan yang baik
terhadap segala cuaca dan umur pakai (life time) yang lama. Casing terbuat dari seng.
4. Pipa sprinkler
Pipa sprinkler merupakan pipa yang berfungsi untuk mensirkulasikan air
secara merata pada menara pendingin, sehingga perpindahan kalor air dapat menjadi
efektif dan efisien. Pipa sprinkler dilengkapi dengan lubang-lubang kecil untuk
menyalurkan air.
5. Penampung air (water basin)
Water basin berfungsi sebagai pengumpul air sementara yang jatuh dari filling
material sebelum disirkulasikan kembali ke kondensor. Water basin terbuat dari seng.
6. Lubang udara (inlet louver)
Inlet louver berfungsi sebagai tempat masuknya udara melalui lubanglubang
yang ada. Melalui inlet louver akan terlihat kualitas dan kuantitas air yang akan
didistribusikan. Inlet louver terbuat dari seng.
7. Bahan Pengisi (filling material)
Filling material merupakan bagian dari menara pendingin yang berfungsi
untuk mencampurkan air yang jatuh dengan udara yang bergerak naik. Air masuk

10
yang mempunyai suhu yang cukup tinggi (33oC) akan disemprotkan ke filling
material. Pada filling material inilah air yang mengalir turun ke water basin akan
bertukar kalor dengan udara segar dari atmosfer yang suhunya (28oC). Oleh sebab
itu, filling material harus dapat menimbulkan kontak yang baik antara air dan udara
agar terjadi laju perpindahan kalor yang baik. Filling material harus kuat, dan tahan
lapuk.
Filling material ini mempunyai peranan sebagai memecah air menjadi
butiran-butiran tetes air dengan maksud untuk memperluas permukaan pendinginan
sehingga proses perpindahan panas dapat dilakukan seefisien mungkin. Filling
material ini umumnya terdiri dari 2 jenis lapisan:
1. 1st level packing
Merupakan Filling material lapisan atas yang mempunyai celah sarang
lebah lebih besar dimaksudkan untuk pendinginan tahap pertama. Fluida yang akan
didinginkan pertama kali dialirkan ke lamella ini.
2. 2nd level packing
Merupakan Filling material yang lebih lembut untuk second stage
pendinginan. Pabrikan package menara pendingin umumnya merancang Filling
material pada stage ini lebih tebal sehigga dapat menampung kapasitas fluida yang
lebih banyak.

Jenis bahan pengisi dapat dibagi menjadi:


a. Bahan pengisi jenis percikan (Splash fill)
Air jatuh diatas lapisan yang berurut dari batang pemercik horisontal, secara terus
menerus pecah menjadi tetesan yang lebih kecil, sambil membasahi permukaan bahan
pengisi. Luas permukaan butiran air adalah luas permukaan perpindahan kalor dengan
udara. Bahan pengisi percikan dari plastik memberikan perpindahan kalor yang lebih
baik daripada bahan pengisi percikan dari kayu. Secara jelas bahan pengisi jenis
splash fill ini dapat dilihat pada gambar 3.4.

11
Gambar 3.4 Splash Fill

Sumber: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22673/4/Chapter%20II.pdf

b. Bahan pengisi jenis film (film fill)


Terdiri dari permukaan plastik tipis dengan jarak yang berdekatan dimana
diatasnya terdapat semprotan air, membentuk lapisan film yang tipis dan melakukan
kontak dengan udara. Permukaannya dapat berbentuk datar, bergelombang, berlekuk,
atau pola lainnya. Pada bahan pengisi film, air membentuk lapisan tipis pada sisi-sisi
lembaran pengisi. Luas permukaan dari lembaran pengisi adalah luas perpindahan
kalor dengan udara sekitar. Jenis bahan pengisi film lebih efisien dan memberi
perpindahan kalor yang sama dalam volume yang lebih kecil daripada bahan pengisi
jenis splash. Bahan pengisi film dapat menghasilkan penghematan listrik yang
signifikan melalui kebutuhan air yang lebih sedikit dan head pompa yang lebih kecil.
Film fill dapat dilihat pada gambar 3.5.

Gambar 3.5 Film fill

12
Sumber: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22673/4/Chapter%20II.pdf

c. Bahan pengisi sumbatan rendah (Low-clog film fill)


Bahan pengisi sumbatan rendah dengan ukuran flute yang lebih tinggi, saat ini
dikembangkan untuk menangani air yang keruh. Jenis ini merupakan pilihan terbaik
untuk air laut karena adanya penghematan daya dan kinerjanya dibandingkan tipe
bahan pengisi jenis percikan konvensional. Bahan pengisi ini dapat dilihat pada
gambar 3.6.

Gambar 3.6. Low Clog Film Fill

Sumber: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22673/4/Chapter%20II.pdf

3.5. Klasifikasi Menara Pendingin


Ada banyak jenis klasifikasi menara pendingin, namun pada umumnya
pengklasifikasian dilakukan berdasarkan sirkulasi air yang terdapat di dalamnya.
Menurut J.R. Singham menara dapat diklasifikasikan atas tiga bagian, yaitu:
1. Menara pendingin basah (wet cooling tower)
2. Menara pendingin kering (dry cooling tower)
3. Menara pendingin basah-kering (wet-dry cooling tower)
Setiap jenis menara pendingin ini mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-
masing.
3.5.1. Menara Pendingin Basah (Wet Cooling Tower)

13
Menara pendingin basah mempunyai sistem distribusi air panas yang
disemprotkan secara merata ke kisi-kisi, lubang-lubang atau batang-batang
horizontal pada sisi menara yang disebut isian. Udara masuk dari luar menara
melalui kisi-kisi yang berbentuk celah-celah horizontal yang terpancang pada sisi
menara. Celah ini biasanya mengarah miring ke bawah supaya air tidak keluar.
Oleh karena ada percampuran antara air dan udara terjadi perpindahan kalor
sehingga air menjadi dingin. Air yang telah dingin itu berkumpul di kolam atau
bak di dasar menara dan dari situ diteruskan ke dalam kondensor atau dibuang
keluar, sehingga udara sekarang kalor dan lembab keluar dari atas menara.
Berdasarkan literatur El. Wakil, menara pendingin basah dapat dibagi menjadi:

1. Menara Pendingin Basah Aliran Angin Alami (Natural-Draft Cooling


Tower)
Menara pendingin aliran angin alami pada mulanya berkembang di
Eropa. Beberapa unit pertama dibangun di Belanda pada awal abad ke-19
yang terbuat dari kayu dan akhirnya dibuat dari beton bertulang seperti yang
banyak digunakan sekarang ini. Pada awalnya unit ini berbentuk silinder dan
akhirnya berbentuk hiperbola yang umum dipakai dewasa ini. Alat ini
digunakan secara luas terutama di negara Inggris dan Amerika, unit pertama
dibuat tahun 1972.
Menara pendingin aliran angin alami tidak menggunakan kipas (fan).
Aliran udaranya bergantung semata-mata pada tekanan dorong alami. Pada
menara pendingin alami ini tidak ada bagian yang bergerak, udara mengalir ke
atas akibat adanya perbedaan massa jenis antara udara atmosfer dengan udara
kalor lembab di dalam menara pendingin yang bersuhu lebih tinggi daripada
udara atmosfer di sekitarnya. Karena perbedaan massa jenis ini maka timbul
tekanan dorong yang mendorong udara ke atas. Biasanya menara pendingin
tipe ini mempunyai tinggi yang besar dan dapat mencapai ketinggian puluhan
meter. Menara pendingin aliran angin alami dapat dibagi menjadi dua jenis
yaitu ,enara pendingin aliran angin alami aliran lawan arah yang dapat dilihat

14
pada gambar 3.7, dan menara pendingin aliran angin alami aliran silang pada
gambar 3.8.

Gambar 3.7 Menara pendingin aliran angin alami aliran lawan arah
Sumber: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22673/4/Chapter%20II.pdf

Gambar 3.8 Menara pendingin aliran angin alami aliran silang


Sumber: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22673/4/Chapter%20II.pdf

Dari kedua jenis menara pendingin ini, menara pendingin aliran angin alami
aliran silang kurang disukai karena lebih sedikit memberi tahanan terhadap aliran

15
udara di dalam menara, sehingga kecepatan udaranya lebih tinggi dan mekanisme
perpindahan kalornya kurang efisien. Menara aliran angin alami aliran lawan arah
lebih sering digunakan karena mempunyai keunggulan-keunggulan sebagai berikut:

1. Memiliki konstuksi yang kuat dan kokoh sehingga lebih tahan terhadap
tekanan angin.
2. Mampu beroperasi di daerah dingin maupun lembab
3. Dapat digunakan untuk instalasi skala besar.
2. Menara Pendingin Aliran Angin Mekanik (Mechanical-Draft Cooling
Tower)
Menara pendingin aliran angin mekanik, udara mengalir karena adanya satu
atau beberapa kipas (fan) yang digerakkan secara mekanik. Fungsi kipas di sini
adalah untuk mendorong udara (forced-draft) atau menarik udara melalui menara
(induced-draft) yang dipasang pada bagian bawah atau atas menara. Berdasarkan
fungsi kipas yang digunakan menara pendingin aliran angin mekanik dapat dibagi
menjadi 2 jenis yaitu:
a. Tipe aliran angin dorong (forced-draft)
b. Tipe aliran angin tarik (induced draft)
Pada tipe aliran angin dorong (forced-draft), kipas yang dipasang pada
bagian bawah, mendorong udara melalui menara. Jenis ini secara teoritis lebih
disukai karena kipas beroperasi dengan udara yang lebih dingin, sehingga
konsumsi daya menjadi lebih kecil. Akan tetapi, berdasarkan pengalaman jenis ini
memiliki masalah-masalah yang berkaitan dengan distribusi udara, kebocoran dan
resirkulasi udara kalor dan lembab kembali ke menara, serta masalah pembekuan
pada masukan kipas ketika musim dingin. Mengingat banyaknya permasalahan di
atas maka pada saat ini menara pendingin aliran angin mekanik yang sering
digunakan pada instalasi adalah tipe aliran angin tarik (induced draft). Pada
menara pendingin aliran tarik, udara masuk dari sisi menara melalui bukaan-
bukaan yang cukup besar pada kecepatan rendah dan bergerak melalui bahan
pengisi (filling material). Kipas dipasang pada puncak menara dan membuang

16
udara kalor dan lembab ke atmosfer.Aliran udara masuk menara pada dasarnya
horizontal, tetapi aliran di dalam bahan pengisi (filling material) ada yang
horizontal seperti yang terdapat pada menara pendingin aliran silang (cross flow)
yang dapat dilihat pada gamba 3.9. Ada pula yang vertikal seperti menara
pendingin aliran lawan arah (counterflow) seperti pada gambar 3.10.

Gambar 3.9 Menara pendingin induced draft dengan aliran berlawanan

Sumber: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22673/4/Chapter%20II.pdf

17
Gambar 3.10 Menara pendingin induced draft dengan aliran melintang

Sumber: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22673/4/Chapter%20II.pdf

Aliran lawan arah lebih sering dipakai dan dipilih karena efisiensi
termalnya lebih baik daripada aliran silang. Menara pendingin aliran mekanik ini
memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan, yaitu:
Keunggulan menara pendingin aliran angin mekanik adalah:
1. Terjaminnya jumlah aliran udara dalam jumlah yang diperlukan pada
segala kondisi beban dan cuaca.
2. Biaya investasi dan konstruksinya lebih rendah
3. Ukuran dimensinya lebih kecil.
Kelemahan menara pendingin aliran angin mekanik adalah:
1. Kebutuhan daya yang besar
2. Biaya operasi dan pemeliharaan yang besar
3. Bunyinya lebih ribut.

3. Menara Pendingin Aliran Angin Gabungan (Combined Draft Cooling


Tower)
Menara pendingin aliran angin alami biasanya mempunyai ukuran yang
besar dan membutuhkan lahan yang luas, tetapi dengan konsumsi daya dan biaya

18
operasi yang kecil. Sebaliknya menara pendingin aliran angin mekanik ukurannya
lebih kecil, namun membutuhkan daya yang besar. Oleh sebab itu, kedua hal
tersebut digabungkan di dalam menara pendingin aliran angin
gabungan(combined draft cooling tower). Menara ini disebut juga menara
pendingin hiperbola berkipas (fan assisted hyperbolic tower) atau hibrida (hybrid
tower). Menara hibrida terdiri dari cangkang beton, tetapi ukurannya lebih kecil
dimana diameternya sekitar dua pertiga diameter menara aliran angin mekanik. Di
samping itu, terdapat sejumlah kipas listrik yang berfungsi untuk mendorong
angin. Menara ini dapat dioperasikan pada musim dingin tanpa menggunakan
kipas, sehingga lebih hemat listrik. Menara pendingin aliran gabungan dapat
dilihat pada gambar 3.11.

Gambar 3.11 Menara Pendingin Aliran Gabungan


Sumber: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22673/4/Chapter%20II.pdf

3.5.2. Menara Pendingin Kering (Dry Cooling Tower)


Menara pendingin kering (dry cooling tower) adalah menara pendingin yang air
sirkulasinya dialirkan di dalam tabung-tabung bersirip yang dialiri udara. Semua
kalor yang dikeluarkan dari air sirkulasi diubah. Menara pendingin kering dirancang
untuk dioperasikan dalam ruang tertutup. Menara pendingin jenis ini banyak
mendapat perhatian akhir-akhir ini karena keunggulannya yaitu:

19
1. Tidak memerlukan pembersihan berkala sesering menara pendingin basah.
2. Tidak memerlukan zat kimia aditif yang banyak
3. Memenuhi syarat peraturan pengelolaan lingkungan mengenai pencemaran
termal dan pencemaran udara pada lingkungan. Meskipun begitu, menara
pendingin kering mempunyai beberapa kelemahan, yaitu efisiensinya lebih
rendah, sehingga mempengaruhi efisiensi siklus keseluruhan.

Ada dua jenis menara pendingin kering, yaitu:


1. Menara pendingin kering langsung (direct dry-cooling tower)
Menara pendingin kering jenis langsung merupakan gabungan antara kondensor dan
menara pendingin. Uap buangan turbin dimasukkan ke kotak uap melalui talang-
talang besar supaya jatuh pada tekanan yang tidak terlalu besar dan dapat
terkondensasi pada waktu mengalir ke bawah melalui sejumlah besar tabung atau
kumparan bersirip. Tabung ini didinginkan dengan udara atmosfer yang mengalir di
dalam atmosfer. Kondensat mengalir karena gaya gravitasi ke penampung kondensat
dan dipompakan lagi ke sistem air umpan instalasi dengan bantuan pompa kondensat.
Terdapat pula sistem untuk menyingkirkan gas dan mencegah pembekuan pada cuaca
dingin.
Beberapa kelemahan dari menara pendingin jenis ini adalah:
1. Hanya dapat beroperasi dengan volume besar.
2. Memerlukan talang-talang ukuran besar.

Gambar 3.12 Menara Pendingin Kering Langsung

Sumber: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22673/4/Chapter%20II.pdf

20
2. Menara pendingin kering tak langsung (indirect dry-cooling tower)
Menara pendingin jenis tak langsung dapat dibagi menjadi dua jenis lagi, yaitu:
a. Menara pendingin kering tak langsung dengan menggunakan kondensor
permukaan kovensional. Air sirkulasi yang keluar dari kondensor masuk
melalui tabung bersirip dan didinginkan oleh udara atmosfer di dalam menara.
Menara ini boleh menggunakan jujut jenis alami seperti pada gambar. Operasi
kondensor pada jenis ini harus dilakukan pada tekanan 0,17 sampai 0,27 kPa.
Pada jenis ini, digunakan kondensor terbuka atau kondensor jet. Kondensat
jatuh ke dasar kondensor dan dari situ dipompakan oleh pompa resirkulasi ke
kumparan bersirip di menara, yang kemudian didinginkan dan dikembalikan
ke kondensor, seperti pada gambar 3.13.

Gambar 3.14 Skema Instalasi Menara Pendingin Langsung

Sumber: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22673/4/Chapter%20II.pdf

b. Menara pendingin kering tak langsung dengan sirkulasi bahan pendingin 2


fase. Menara pendingin ini tidak menggunakan air pendingin, tetapi
menggunakan suatu bahan pendingin, seperti dengan menggunakan amoniak

21
sebagai bahan perpindahan kalor antara uap dan air, sehingga perpindahan
kalor dapat terjadi dengan perubahan fasa, yaitu pendidihan di dalam tabung
kondensor dan kondensasi di dalam tabung menara. Amoniak cair yang
hampir jenuh masuk kondensor permukaan dan diuapkan menjadi uap jenuh
dan uap jenuh tersebut dipompakan lagi ke kondensor. Pendidihan dan
kondensasi ini mempunyai koefisien perpindahan kalor yang lebih tinggi
daripada sisi tabung, sehingga menghasilkan beda suhu yang lebih rendah
antara uap dan amoniak dan antara amoniak dan udara seperti pada gambar
3.15.

Gambar 3.15 Skematik Menara Pendingin Tak Langsung

Sumber: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22673/4/Chapter%20II.pdf

3.5.3. Menara Pendingin Basah-Kering (Wet-Dry Cooling Tower)


Menara pendingin basah-kering (wet-dry cooling tower) merupakan gabungan
antara menara pendingin basah dan menara pendingin kering. Menara pendingin ini
mempunyai dua jalur udara paralel dan dua jalur udara seri. Bagian atas menara di

22
bawah kipas adalah bagian kering yang berisi tabung-tabung bersirip. Bagian bawah
adalah ruang yang lebar yang merupakan bagian yang basah yang terdiri dari bahan
pengisi (filling material). Air sirkulasi yang panas masuk melalui kepala yang terletak
di tengah. Air mula-mula mengalir naik-turun melalui tabung bersirip di bagian
kering, kemudian meninggalkan bagian kering dan jatuh ke isian di bagian basah
menuju bak penampung air dingin. Sedangkan udara ditarik dalam dua arus melalui
bagian kering dan basah. Kedua arus menyatu dan bercampur di dalam menara
sebelum keluar. Oleh karena arus pertama dipanaskan secara kering dan keluar dalam
keadaan yang kering (kelembaban relatif rendah) daripada udara sekitar, sedangkan
arus kedua biasanya jenuh. Secara lengkap gambar menara ini dapat dilihat pada
gambar 3.16.

Gambar 3.16 Menara Pendingin Basah-kering

Sumber: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22673/4/Chapter%20II.pdf

Menara pendingin basah-kering mempunyai keunggulan:


1. Udara keluar tidak jenuh sehingga mempunyai kepulan yang lebih sedikit

23
2. Karena airnya mengalami pendinginan awal di bagian kering, penyusutan
karena penguapan jauh berkurang, demikian juga dengan kebutuhan air
tambahan.

3.6.Air Pendingin

3.6.1 Pengertian air pendingin dan karakteristiknya

Air pendingin adalah air yang digunakan untuk menyerap panas yang
berlebihan pada reaktor untuk menghasilkan listrik. Karakteristik dari air pendingin
yaitu air tawar yang tahan terhadap radiasi, dan kapasitas panas tinggi. Air yang
digunakan untuk air pendingin yaitu air berat karena mempunyai kapasitas panas
tinggi, tahan radiasi tinggi pada hal ini digunakan pada reaktor yang menggunakan
uranium alam sehingga tampang lintang air kecil. Air lainnya yang digunakan yaitu
air bertekanan tinggi dan air biasa.

Untuk mempertahankan kondisi air pendingin tetap stabil, maka


gangguan terhadap air pendingin tersebut harus kita hilangkan antara lain :
1. Kerak dan pergerakan
2. Korosi
3. Pertumbuhan lumut dan mikroba
4. Kotoran-kotoran (fouling)

3.6.2. Faktor-faktor yang menyebabkan air dipilih sebagai pendingin yang baik
adalah :
1. Terdapat banyak sekali dan murah
2. Mudah memakainya
3. Tiap unit air dapat membawa jumlah panas yang besar
4. Pada batas-batas suhu penggunaan yang normal tidak terjadi pemuaian
5. Tidak terjadi penguraian

24
3.6.3. Karakter Kimia System Air Pendingin

1. pH
pH setiap system air pendingin biasanya dekendalikan pada suatu range
tertentu. Pada nilai pH air sirkulasi sekitar 8 dengan alkalinitas sekitar 50
ppm CaCO3, perkalukan yang terbaik ialah phosphate terstabilkan atau
molibdat. Bila alkalinitas 200 ppm CaCO3 perlakuan organic, seng, aklakli
dan molibdat memerlukan penambahan asam untuk menurunkan alkalinitas
Pada alkalinitas diatas 500 ppm CaCO3, mutlak diperlukan asam untuk
sembarang perlakuan atau blow down dipertinggi, kedua cara tersebut
menambah ongkos

2. Hardnes Kalsium
Kalsium berintreaksi dengan phosphate organic maupun anorganik
membentuk lapisan pelindung korosi. Harga terkecil yang diperlukan 50
ppm sebagai CaCO3. Bila lapisan dibawah ini sebaiknya digunakan
inhibitor seng atau molibdat.
Pada kadar kalsium tinggi (>10000 ppm sebagai CaCO3) perlakuan organic
dan basa mungkin akan memberikan masalah pengendapan. Perlakuan
terbaik untuk ini ialah phosphate terstabilkan dengan pH netral.

3. Alkalinitas
Parameter ini paling susah dikendalikan karena di satu pihak dapat
memberikan perlindungan korosi secara ilmiah tetapi juga mempunya
potensi pergerakan. Pada nilai pH air sirkulasi sekitar 7 dengan alkalinitas
sekitar 50 ppm CaCO3 perlakuan yang terbaik adalah phosphate
terstabilkan atau molibdat. Bila alkalinitas air 200 ppm CaCO3, perlakuan
organic, seng, alkali dan molibdat memerlukan penambahan asam untuk
menurunkan alkalinitas.

25
Pada alkalinitas diatas 500 ppm CaCO3 mutlak diperlukan asam untuk
sembarang perlakuan atau blow down dipertinggi, kedua cara tersebut
menambah ongkos.

4. Besi
Ion besi diatas 4 ppm tidak diperkenankan bila perlakuan phosphate
terstabilkan dipergunakan. Besi berbentuk endapan besi fosfat dan
menyebabkan terjadinya korosi dibawah endapan

5. Silika
Sering kali merupakan penghambat siklus konsentrasi.
Pada tingkat konsentrasi 150 – 200 ppm, silica amorf mulai menjadi
masalah bersama dengan magnesium pada pH > 8,0 silika dapat
menimbulkan masalah meskupun konsentrasi dibawah 180 ppm. Untuk
kondisi demikian perlakuan phosphate terstabilkan adalah yang terbaik

6. Phospat
Kadar phosphate yang tinggi dalam air make up, paling baik digabung
dengan perlakuan phosphate terstabilkan. Phosphate hamper selalu ada
dalam air baku terutama air olahan menggunakan poliphosphat, bila kadar
orthophospat dalam air sirkulasi 4-8 ppm, perlakuan organic atau seng
dapat digunakan tanpa perlu modifikasi.

7. Daya hantar listrik


Daya hantar listrik lebih besar dari 1000 us/cm sebaiknya diberi perlakuan
sebagia alkali atau molibdat. Batas maksimum daya hantar listrik untuk
perlakuan:
1. Seng alkali  4000
2. Molibdat  3000
3. Organik  4000

26
3.7. Pengendalian Air Pendingin

Beberapa parameter yang berguna dalam pengendalian system


air pendingin:

a. Neraca Massa
Dasar utama neraca massa pada ssytem air pendingin ialah “apapun yang
masuk harus keluar (segera mati). Dari dasar ini kemudian mucul banyak
variasi sesuai dengan kebutuhan, salah satu bentuk pokok dari prinsip
dasar ialah:
M=E+B
dengan (M) make up, (E) evaporasi, (B) fow down.
b. Siklus Konsentrasi (N)
Tingkat pemakaian zat-zat yang ada dalam air pendingin dihitung
berdasarkan pengukuran konsentrasi dalam air pendingin dan air umpan
C pendingin
(make up) dengan rumusan : N= ,
C make up

Dimana C pendingin adalah konsentrasi zat dalam air pendingin, dan C


make up konsentrasi dalam air make up.
c. Evaporasi (E)
Pada open recirculating system, penguapan harus selalu terjadi karena
efek pendinginan diperoleh dari panas penguapan. Rate penguapan
dipengaruhi banyak factor diantaranya :
1. Kelembapan udara sekitar
2. Beda suhu air pendingin panas (inlet tower) dengan suhu air
pendingin dingin (outlet tower), selisih ini disebut “range”
3. Kecepatan siklus
Rate evaporasi yang sebenarnya sulit diukur karena bervariasi tergantung
cuaca dan iklim. Sebagai patokan :
E = 1% dari recycle rate per 5𝑜 range = 0.002 (E) (dT)

27
Ket : E = evaporasi (𝑚3 jam)
R = Recycle rate (𝑚3 /jam)
dT = Range pendinginan 𝑜𝐶
d. Retention Time
Waktu tinggal rata-rata air pendingin dalam system sebelum keluar lewat
blow down, biasanya dinyatakan dalam jam atau hari.
Retention time = V/B
Retention time berguna untuk menghiitung waktu tinggal ion dalam
system air pendingin dibawah pengaruh penambahan dan pengurangan
e. Time Cycle
Waktu yang diperlukan seluruh air pendingin (V) untuk melewati lingkar
pendingin sebanyak satu kali. Seacra matematis sama dengan V/R yang
berguna untuk mengetahui kecepatan tanggapan system air pendingin
terhadap penambahan bahan-bahan kimia.

3.8. Masalah-masalah yang Timbul Dalam Cooling Water

1. Pembentukan Kerak
Peristiwa korosi adalah peristiwa elektrokimia, dimana logam berubah
menjadi bentuk asalnya akibat dari oksidasi yang disebabkan berikatannya
oksigen dengan logam, atau kerugian logam disebabkan oleh akibat beberapa
kimia
Penyebab korosi Boiller:
 Oksigen Terlarut
 Alkalinity ( Korosi pH tinggi pada Boiler tekanan tinggi )
 Karbon dioksida ( korosi asam karbonat pada jalur kondensat )
 Korosi khelate ( EDTA sebagai pengolahan pencegah kerak )
Akibat dari peristiwa korosi adalah penipisan dinding pada permukaan boiler
sehingga dapat menyebabkan pipa pecah atau bocor.

2. Terjadinya Korosi

28
 Pengerakan pada sistem boiler :
 Pengendapan hardness feedwater dan mineral lainnya
 Kejenuhan berlebih dari partikel padat terlarut ( TDS ) mengakibatkan
tegangan permukaan tinggi dan gelembung sulit pecah
 Kerak boiler yang lazim : CaCO3, Ca3(PO4)2, Mg(OH)2, MgSiO3,
SiO2, Fe2(CO3)3, FePO4.

Hal ini menyebabkan butuhnya treatment penghilangan kesadahan sebelum


masuk ke cooling tower (Fadiah, 2011).

3. Terjadinya Fouling
Padatan yang tersuspensi di dalam air pendingin jumlahnya bisa
bertambah atau semakin pekat, karena partikel-partikel yang ada di udara bisa
terjaring oleh air di dalam menara pendingin. Ditambah dengan hasil korosi,
semua padatan itu terbawa oleh aliran dan bisa mengendap pada permukaan
perpindahan panas atau pun pada perpipaan. Peristiwa semacam ini tidak
hanya mengurangi efisiensi perpindahan panas tetapi juga mendorong
terjadinya korosi yang disebabkan oleh perbedaan konsentrasi oksigen yang
terjadi pada bagian bawah endapan tersebut.

4. Pertumbuhan Lumut dan Mikroba


Mikroorganisme yang berasal dari air baku atau yang terjaring dari
udara, pada umumnya memperoleh suasana lingkungan yang sesuai dengan
syarat hidupnya, suhu yang lebih hangat dan pada aliran air pendingin banyak
nutrient sebagai bahan makanan. Akibat yang ditimbulkan adalah berkembang
biaknya bakteri berlipat ganda sehingga menghasilkan endapan yang bisa
dilihat mata. Endapan inipun akan mengurangi efisiensi perpindahan panas
dan mendorong terjadinya proses korosi seperti akibat yang ditimbulkan oleh
padatan yang tersuspensi.

29
3.9 Berbagai Macam Perlakuan Water Treatment

1. Kromat/Seng
Merupakan perlakuan tradisional dan banyak dipergunakan. Tetapi semakin
ketatnya peraturan lingkungan hidup, penggunaan perlakukan ini semakin
berkurang. Perkembangan terakhir memungkinkan penggunaan kromat/seng
dalam suasana basa (alkali)
2. Molibdat
Mempunyai keunggulan serupa dengan kromat tetapi tidak beracun. Harganya
mahal sekitar 5 kali dari kromat. Amat cocok untuk keperluan khusus
misalnya pada system dengan air suhu diatas 70oC yang tidak korosif.
3. Phosphat
Perlakuan phosphate adalah cara terbaru untuk menghindari masalh dengan
lingkungan. Phosphate terstabilkan dengan menggunakan phosphate
konsentrasi tinggi untuk menghambat korosi. Perlakuan phosphate alkali
(basa) umumnya menggunakan senyawa phosphate organic dan sering disebut
sebagai “Perlakuan Organik”

Perlakuan Kromat/seng memiliki perlindungan korosi yang terbaik dan paling


ekonomis namun perlu dikaji mengenai batasan untuk lingkungan. Pada umumnya
lingkungan hidup membatasi pembuangan kromat ke air dalam bentuk krom valensi 6
yang larut dan beracun. Pengolahan limbah krom valensi 6 ialah dengan
mereduksinya menjadi Cr3+ yang tidak larut dan dapat dipisahkan sebagai lumpur.
Langkah ini semua memerlukan biaya dan penyesuaian dengan peraturan. Pada akhir-
akhir ini kromat dicurigai pula berpotensi sebagai penyebab kanker (carcinogenic),
oleh karena itu dari segi lingkungan hidup penggunaan khromat akan semakin sulit.

3.9 Aplikasi Sistem Air Pendingin


1. Pendingin Turbin Alternator (PH)

2. Pendingin Turbin penggerak Gilingan

30
3. Pendingin Turbin penggerak FDF, IDF, dan BFWP

3.10 PERHITUNGAN
1. Cara Mengolah Data

Data-data yang telah didapatkan., digunakan untuk menghitung neraca massa.


Perhitungan neraca massa dilakukan dengan cara menghitung neraca massa
komponen dan neraca massa total pada unit proses Cooling Tower.

Persamaan yang digunakan dalam perhitungan adalah persamaan make up water


pada cooling tower meliputi :

We = 0,00085 x Wc x (T2-T1)

Wd = 0,00002 x Wc

𝑊𝑒− (𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒𝑠−1) 𝑥 𝑊𝑑
Wb = 𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒𝑠−1

Wm = We + Wd + Wb

Dimana massa air yang hilang digantikan dengan make up water sehingga massa air
pendingin yang masuk ke dalam Colling Tower sama dengan massa yang keluar dari
Cooling Tower. Neraca massa berguna untuk mengetahui aliran-aliran massa yang
masuk dan keluar.

2. Data-data cooling water

Steam Condensor

Flow steam = 60.100 kg/jam

Temperatur Steam in = 43,61o C

Temperatur Steam out = 43,61 oC

Cp air = 4.200 joule/kg oC

31
U udara = 2.579.950 joule/kg

Cw in = 31 oC

Cw out = 41 oC

Cooling Tower

Cw in = 41 oC

Cw out = 31 oC

Cycles = 3

Temperatur dry bulb out = 37 oC

Temperatur wet bulb out = 34 oC

Temperatur dry bulb in = 31 oC

Temperatur wet bulb in = 27,5 oC

V = 3 m/s

3. Cara Menghitung :

1. Hitung Flow Cooling water pada steam condenser sesuai dengan azas
Black dengan persamaan :
Q lepas = Q terima

ma.cp.∆T = ms.λ

dimana : ma = massa air(kg/jam)

cp = calor jenis air(joule/kg C)

∆T = beda steam masuk dan keluar condenser ©

32
ms = massa steam (kg/jam)

λ = kalor laten air( joule/kg)

Massa cooling water (Wc) adalah perkalian antara massa air dengan
densitas (Perry 8th table 2-30).

2. Hitung laju alir evaporated water pada coling tower dengan persamaan :

We = 0,00085. Wc . (∆T) ………

Dimana : We = massa air yang terevaporasi / evaporated water


(m3/jam)

Wc = massa cooling water ( m3/jam)

∆T = perbedaan suhu cooling water masuk dan keluar ( C)

3. Hitung laju alir drift loss pada cooling tower dengan persamaan :

Wd = 0,0002 . Wc

Dimana : Wd = massa air yang hilang karena drift loss (m3/jam)

Wc = massa cooling water ( m3/jam)

4. Hitung laju alir blow down pada cooling tower dengan persamaan :

𝑊𝑒− (𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒𝑠−1) 𝑥 𝑊𝑑
Wb = 𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒𝑠−1

Dimana : Wb = massa air yang hilang karena blow down


(m3/jam)

We = massa air yang terevaporasi / evaporated water (m3/jam)

Wd = massa air yang hilang karena drift loss (m3/jam)

solid dissolved in recirculating water


Cycles = dengan range 3-5, diambil 3.
𝑠𝑜𝑙𝑖𝑑 𝑑𝑖𝑠𝑠𝑜𝑙𝑣𝑒𝑑 𝑖𝑛 𝑚𝑎𝑘𝑒𝑢𝑝 𝑤𝑎𝑡𝑒𝑟

33
5. Hitung jumlah makeup water dengan neraca massa total disekitar cooling
tower.

Input = output

Makeup water = jumlah air yang hilang karena evaporasi+ drift


loss+blowdown.

6. Tentukan kebutuhan udara kontak yang diperlukan pada cooling tower


dengan menghitung humiditynya

7. Menghitung diameter pipa makeup water yang diperlukan dengan


persamaan :

Q= v.A

1
Q= v. (4πD2)

Dimana : Q = debit makeup water ( m3/s)

v = velocity standard antara 1-3, dipilih 3m/s

A = luas panampang pipa makeup water yang dibutuhkan


(m2)

D = diameter pipa makeup water yang dibutuhkan (m)

34
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan

1. Menara pendingin didefinisikan sebagai alat penukar kalor yang fluida


kerjanya adalah air dan udara yang berfungsi mendinginkan air kontak
langsung dengan udara yang mengakibatkan sebagian kecil air menguap.
2. Prinsip kerja menara pendingin berdasarkan pada pelepasan kalor dan
perpindahan kalor. Dalam menara pendingin, perpindahan kalor berlangsung
dari air ke udara
3. Konstruksi menara pendingin secara garis besar terdiri atas: Kipas (fan),
kerangka pendukung menara (tower supporter), rumah menara pendingin
(casing), pipa sprinkler, penampung air (water basin), lubang udara (inlet
louver), bahan Pengisi (filling material).
4. Klasifikasi Menara Pendingin yaitu : Menara pendingin basah (wet cooling
tower), Menara pendingin kering (dry cooling tower), Menara pendingin
basah-kering (wet-dry cooling tower).
5. Cooling water merupakan suatu sistem yang menggunakan air sebagai media
dan berfungsi menurunkan suhu/temperatur dalam suatu proses industri. Air
dipilih sebagai pendingin karena jumlahnya yang melimpah dan pemakaian
yang mudah. Permasalahan yang sering timbul adalah terjadinya kerak,
korosi, fouling dan tumbuhnya lumut. Parameter dalam sistem cooling water
adalah neraca massa, siklus konsentrasi, evaporasi, retention time dan time
cycle.
IV.2. Saran

Dengan mengetahui apa itu menara pendingin dan air pendingin, diharapkan
pembaca dapat mengetahui, memahami dan menjelaskan mengenai komponen, jenis
dan aplikasi penggunaannya dalam industri. Selain itu diharapkan dapat mengetahui
cara mengatasi masalah yang sering terjadi pada sistem air pendingin, serta faktor –
faktor pemilihan system pendingin sehingga dapat diaplikasikan di industri

35
DAFTAR PUSTAKA

Budiati, Sri C. Dan Slamet Priyanto. 2009. Buku Ajar UTILITAS, 1𝑆𝑇 edition,
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Unioversitas Diponegoro, Semarang

Fadiah, Abu. 2011. Softening (pelunakan) pada air sadah. Blog hijau.

Hensley,J.C. 2009. Cooling Tower Fundamental 2nd edition. SPX Cooling


Technologies,Inc

Perry. Perry’s Chemical Engineers Handbook 8th ed. Page 12-17.

http:// en.wikipedia.org/wiki/Cooling_Towers

http://ja.scribd.com/doc/83245365/Cooling-Tower-Makalah

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22673/4/Chapter%20II.pdf

36

Anda mungkin juga menyukai