Anda di halaman 1dari 46

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Pembuatan makalah ini dapat mengenal lebih dalam lagi tentang KONSEP DASAR
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELITUS. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kami demi
lancarnya penulisan makalah ini.
Sebagai penulis kami menyadari bahwa dalam pembuatan dan penyusunan
makalah ini masih jauh dari sempurna, sehingga kami mengharapkan masukan dan
saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan penyusunan tugas serupa di
kemudian hari.

Denpasar, November 2012

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................1

DAFTAR ISI ................................................................................................................2

BAB I. PENDAHULUAN

1
A. Latar belakang .......................................................................................................3
B. Rumusan masalah .................................................................................................4
C. Tujuan ....................................................................................................................4
D. Manfaat ..................................................................................................................4

BAB II. PEMBAHASAN


A. Konsep Dasar Teori..................................................................................................5
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan.....................................................................13

BAB III. PENUTUP


A. Kesimpulan............................................................................................................36
B. Saran......................................................................................................................36

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................37

KASUS ASUHAN KEPERAWATAN .........................................................................38

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Diabetes Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Suyono, 1995). Diabetes Melitus

2
merupakan penyakit yang menjadi masalah pada kesehatan masyarakat. Oleh
karena itu Diabetes Melitus tercantum dalam urutan keempat prioritas penelitian
nasional untuk penyakit degeneratif setelah penyakit kardiovaskuler,
serebrovaskuler, rheumatik dan katarak (Tjokroprawiro, 2001). Diabetes adalah
salah satu diantara penyakit tidak menular yang akan meningkat jumlahnya dimasa
mendatang. Orang lanjut usia mengalami kemunduran dalam sistem fisiologisnya
seperti kulit yang keriput, turunnya tinggi badan, berat badan, kekuatan otot, daya
lihat, daya dengar, kemampuan berbagai rasa (senses), dan penurunan fungsi
berbagai organ termasuk apa yang terjadi terhadap fungsi homeostatis glukosa,
sehingga penyakit degeneratif seperti DM akan lebih mudah terjadi (Rochmah,
2006).
Umur secara kronologis hanya merupakan suatu determinan dari perubahan
yang berhubungan dengan penerapan terapi obat secara tepat pada orang lanjut
usia. Terjadi perubahan penting pada respon terhadap beberapa obat yang terjadi
seiring dengan bertambahnya umur pada sejumlah besar individu (Katzung,2004).
Diabetes Mellitus (DM) pada geriatri terjadi karena timbulnya resistensi insulin pada
usia lanjut yang disebabkan oleh 4 faktor : pertama adanya perubahan komposisi
tubuh, komposisi tubuh berubah menjadi air 53%, sel solid 12%, lemak 30%,
sedangkan tulang dan mineral menurun 1% sehingga tinggal 5%. Faktor yang kedua
adalah turunnya aktivitas fisik yang akan mengakibatkan penurunan jumlah reseptor
insulin yang siap berikatan dengan insulin sehingga kecepatan transkolasi GLUT-4
(glucosetransporter-4) juga menurun. Faktor ketiga adalah perubahan pola makan
pada usia lanjut yang disebabkan oleh berkurangnya gigi geligi sehingga prosentase
bahan makanan karbohidrat akan meningkat. Faktor keempat adalah perubahan
neurohormonal, khususnya Insulin Like Growth Factor-1 (IGF-1) dan
dehydroepandrosteron (DHtAS) plasma (Rochmah, 2006).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah konsep dasar teori penyakit diabetes mellitus?
2. Bagaimanakah konsep dasar asuhan keperawatan diabetes mellitus?

C. TUJUAN
1. Mengetahui konsep dasar teori penyakit diabetes mellitus
2. Mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan diabetes mellitus
3
D. MANFAAT
Makalah ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan untuk menyelesaikan
masalah keperawatan dengan kasus pada penyakit diabetes mellitus.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
Diabetes Melitus ( DM ) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan
herediter, dengan tanda – tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai

4
dengan atau tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat
dari kuranganya insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak pada
metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan metabolisme
lemak dan protein. (Askandar, 2000).
Gangren adalah proses atau keadaan yang ditandai dengan adanya
jaringan mati atau nekrosis, namun secara mikrobiologis adalah proses
nekrosis yang disebabkan oleh infeksi. (Askandar, 2001).
Gangren Kaki Diabetik adalah luka pada kaki yang merah kehitam-
hitaman dan berbau busuk akibat sumbatan yang terjadi di pembuluh darah
sedang atau besar di tungkai. (Askandar, 2001).

2. Epidemologi
Menurut data statistik dari WHO tahun 1995 terdapat 135 juta penderita
DM di seluruh dunia, tahun 2005 jumlah penderita DM meningkat mencapai
sekitar 230 juta. Di Indonesia sendiri, pada tahun 2006 jumlah penyandang
diabetes (diabetasi) mencapai 14 juta orang. Dari jumlah itu, baru 50%
penderita yang sadar mengidap, dan sekitar 30% di antaranya melakukan
pengobatan secara teratur. Menurut beberapa penelitian epidemiologi,
prevalensi diabetes di Indonesia berkisar 1,5% sampai 2,3%, kecuali di
Manado yang cenderung lebih tinggi, yaitu 6,1 %. Faktor lingkungan dan gaya
hidup yang tidak sehat, seperti makan berlebihan, berlemak, kurang aktivitas
fisik, dan stres berperan besar sebagai pemicu diabetes. Tapi, diabetes juga
bisa muncul karena faktor keturunan.

3. Etiologi
a. Diabetes Melitus
DM mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai lesi dapat
menyebabkan insufisiensi insulin, tetapi determinangenetik biasanya
memegang peranan penting pada mayoritas DM. Faktor lain yang
dianggap sebagai kemungkinan etiologi DM yaitu :
1) Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai
kegagalan sel beta melepas insulin.
2) Faktor – faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara lain
agen yang dapat menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan
karbohidrat dan gula yang diproses secara berlebihan, obesitas dan
kehamilan.

5
3) Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh
autoimunitas yang disertai pembentukan sel – sel antibodi
antipankreatik dan mengakibatkan kerusakan sel - sel penyekresi
insulin, kemudian peningkatan kepekaan sel beta oleh virus.
4) Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan
jaringan terhadap insulin akibat kurangnya reseptor insulin yang
terdapat pada membran sel yang responsir terhadap insulin.

b. Gangren Kaki Diabetik


Faktor – faktor yang berpengaruh atas terjadinya gangren kaki
diabetik dibagi menjadi endogen dan faktor eksogen.
- Faktor endogen :
1) Genetik, metabolik
2) Angiopati diabetik
3) Neuropati diabetik
- Faktor eksogen :
1) Trauma
2) Infeksi
3) Obat

4. Patofisiologis
a. Diabetes Melitus
Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan
dengan salah satu efek utama akibat kurangnya insulin berikut :
1) Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel – sel tubuh yang
mengakibatkan naiknya konsentrasi glukosa darah setinggi 300 – 1200
mg/dl.
2) Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang
menyebabkan terjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai
dengan endapan kolestrol pada dinding pembuluh darah.
3) Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh.

Pasien – pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat


mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi
sesudah makan. Pada hiperglikemia yang parah yang melebihi ambang
ginjal normal (konsentrasi glukosa darah sebesar 160 – 180 mg/100 ml ),
akan timbul glikosuria karena tubulus – tubulus renalis tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa. Glukosuria ini akan mengakibatkan
diuresis osmotik yang menyebabkan poliuri disertai kehilangan sodium,
klorida, potasium, dan pospat. Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi dan

6
timbul polidipsi. Akibat glukosa yang keluar bersama urine maka pasien
akan mengalami keseimbangan protein negatif dan berat badan menurun
serta cenderung terjadi polifagi. Akibat yang lain adalah astenia atau
kekurangan energi sehingga pasien menjadi cepat telah dan mengantuk
yang disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya proteintubuh dan juga
berkurangnya penggunaan karbohidrat untuk energi. Hiperglikemia yang
lama akan menyebabkan arterosklerosis, penebalan membran basalis dan
perubahan pada saraf perifer. Ini akan memudahkan terjadinya gangren.

b. Gangren Kaki Diabetik


Ada dua teori utama mengenai terjadinya komplikasi kronik DM
akibat hiperglikemia, yaitu teori sorbitol dan teori glikosilasi.
1) Teori Sorbitol
Hiperglikemia akan menyebabkan penumpukan kadar glukosa pada
sel dan jaringan tertentu dan dapat mentransport glukosa tanpa insulin.
Glukosa yang berlebihan ini tidak akan termetabolisasi habis secara
normal melalui glikolisis, tetapi sebagian dengan perantaraan enzim
aldose reduktase akan diubah menjadi sorbitol. Sorbitol akan
tertumpuk dalam sel/ jaringan tersebut dan menyebabkan kerusakan
dan perubahan fungsi.
2) Teori Glikosilasi
Akibat hiperglikemia akan menyebabkan terjadinya glikosilasi pada
semua protein, terutama yang mengandung senyawa lisin. Terjadinya
proses glikosilasi pada protein membran basal dapat menjelaskan
semua komplikasi baik makro maupun mikro vaskular.

Terjadinya Kaki Diabetik (KD) sendiri disebabkan oleh faktor – faktor


disebutkan dalam etiologi. Faktor utama yang berperan timbulnya KD
adalah angiopati, neuropati dan infeksi. Neuropati merupakan faktor
penting untuk terjadinya KD. Adanya neuropati perifer akan menyebabkan
terjadinya gangguan sensorik maupun motorik. Gangguan sensorikakan
menyebabkan hilang atau menurunnya sensasi nyeri pada kaki, sehingga
akan mengalami trauma tanpa terasa yang mengakibatkan terjadinya
ulkus pada kaki gangguan motorik juga akan mengakibatkan terjadinya
atrofi otot kaki, sehingga merubah titik tumpu yang menyebabkan ulsetrasi

7
pada kaki pasien. Angiopati akan menyebabkan terganggunya aliran
darah ke kaki. Apabila sumbatan darah terjadi pada pembuluh darah yang
lebih besar maka penderita akan merasa sakit tungkainya sesudah ia
berjalan pada jarak tertentu. Manifestasi gangguan pembuluh darah yang
lain dapat berupa : ujung kaki terasa dingin, nyeri kaki di malam hari,
denyut arteri hilang, kaki menjadi pucat bila dinaikkan. Adanya angiopati
tersebut akan menyebabkan terjadinya penurunan asupan nutrisi, oksigen
(zat asam ) serta antibiotika sehingga menyebabkan luka sulit sembuh
(Levin,1993). Infeksi sering merupakan komplikasi yang menyertai KD
akibat berkurangnya aliran darah atau neuropati, sehingga faktor angiopati
dan infeksi berpengaruh terhadap penyembuhan atau pengobatan dari
KD.

5. Pathway
(Terlampir)

6. Klasifikasi
a. Diabetes Mellitus
1) DM Tipe I (IDDM)
Penderita sangat bergantung terhadap insulin karena terjadi proses
autoimunyang menyerang insulinnya. IDDM merupakan jenis DM
yang diturunkan (inherited).
2) DM Tipe II (NIDDM)
Jenis DM ini dipengaruhi baik oleh keturunan maupun factor
lingkungan. Seseorang mempunyai risiko yang besar untuk menderita
NIDDM jika orang tuanya adalah penderita DM dan menganut gaya
hidup yang salah.
3) DM Gestasional
DM jenis ini cenderung terjadi pada wanita hamil dan dalam
keluarganya terdapat anggota yang juga menderita DM. Faktor
risikonya adalah kegemukan atau obesitas.
4) DM Sekunder
Merupakan DM yang berkaitan dengan keadaan atau sindrom lain
(pancreatitis, kelainan hormonal, dan obat-obatan).

b. Gangren Kaki Diabetik


Wagner (1983) membagi gangren kaki diabetik menjadi enam tingkatan,
yaitu :
8
- Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan
kemungkinan disertai kelainan bentuk kaki seperti “claw,callus“.
- Derajat I : Ulkus superfisial terbatas pada kulit.
- Derajat II : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.
- Derajat III : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.
- Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau
tanpa selulitis.
- Derajat V : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.

Sedangkan Brand (1986) dan Ward (1987) membagi gangren kaki menjadi
2 (dua) golongan :
1) Kaki Diabetik akibat Iskemia ( KDI )
Disebabkan penurunan aliran darah ke tungkai akibatadanya
makroangiopati (arterosklerosis) dari pembuluh darah besar ditungkai,
terutama di daerah betis.
Gambaran klinis KDI :
- Penderita mengeluh nyeri waktu istirahat
- Pada perabaan terasa dingin
- Pulsasi pembuluh darah kurang kuat
- Didapatkan ulkus sampai gangren
2) Kaki Diabetik akibat Neuropati ( KDN )
Terjadi kerusakan syaraf somatik dan otonomik, tidak ada gangguan
dari sirkulasi. Klinis di jumpai kaki yang kering, hangat, kesemutan,
mati rasa, oedem kaki, dengan pulsasi pembuluh darah kaki teraba
baik.

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Diagnostik
• Glukosa darah meningkat
• Asam lemak bebas meningkat
• Osmolalitas serum meningkat
• Gas darah arteri : PH menurun, HCO3 menurun
• Ureum/kreatinin meningkat/normal
• Urine : gula + aseton positip
• Elektrolit : Na, K, fosfor

b. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
1) Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa
>120 mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
2) Urine

9
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan
dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui
perubahan warna pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ),
dan merah bata ( ++++).

3) Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang
sesuai dengan jenis kuman.

c. Ktiteria Pengendalian DM

8. Komplikasi
Komplikasi yang bias timbul oleh DM antara lain:
a. Gangren Kaki Diabetik
b. Neurophaty
c. Retinophaty
d. Nephrophaty
e. Chronic Heart Disease

Sedangkan komplikasi akibat gangren yakni:


a. Osteomyelitis
b. Sepsis
c. Kematian

9. Penatalaksanaan
a. Diet
Penatalaksanaan nutrisi pada penderita DM diarahkan untuk mencapai
tujuan berikut:
1) Mencukupi semua unsure makanan essensial (misalnya vitamin dan
mineral)
2) Mencapai dan mempertahankan berat badan (BMI) yang sesuai.
Penghitungan BMI = BB(kg) / TB(m)2
BMI normal wanita = 18,5 – 22,9 kg/m2

10
BMI normal pria = 20 – 24,9 kg/m2
3) Memenuhi kebutuhan energy
4) Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan
mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-
cara yang aman dan praktis
5) Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat

b. Olahraga
Olahraga atau latihan fisik dilakukan sebagai berikut:
- 5 – 10’ pemanasan
- 20 – 30’ latihan aerobic (75 – 80% denyut jantung maksimal)
- 15 – 20’ pendinginan
Namun sebaiknya dalam berolahraga juga memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
c. Jangan lakukan latihan fisik jika glukosa darah >250 mg/dL
d. Jika glukosa darah <100 mg/dLsebelum latihan, maka sebaiknya
makan camilan dahulu
e. Rekomendasi latihan bagi penderita dengan komplikasi disesuaikan
dengan kondisinya
f. Latihan dilakukan 2 jam setelah makan
g. Pada klien dengan gangrene kaki diabetic, tidak dianjurkan untuk
melakukan latihan fisik yang terlalu berat

c. Pengobatan untuk gangren


1) Kering
 Istirahat di tempat tidur
 Kontrol gula darah dengan diet, insulin atau obat antidiabetik
 Tindakan amputasi untuk mencegah meluasnya gangrene, tapi
dengan indikasi yang sangat jelas
 Memperbaiki sirkulasi guna mengatasi angiopati dengan obat-obat
antiplatelet agregasi (aspirin, diprydamol, atau pentoxyvilin)
2) Basah
 Istirahat di tempat tidur
 Kontrol gula darah dengan diet, insulin atau obat antidiabetik
 Debridement
 Kompres dengan air hangat, jangan dengan air panas atau dingin
 Beri “topical antibiotic”
 Beri antibiotic yang sesuai kultur atau dengan antibiotic spectrum
luas
 Untuk neuropati berikan pyridoxine (vit B6) atau neurotropik lain

11
 Memperbaiki sirkulasi guna mengatasi angiopati dengan obat-obat
antiplatelet agregasi (aspirin, diprydamol, atau pentoxyvilin)
3) Pembedahan
 Amputasi segera
 Debridement dan drainase, setelah tenang maka tindakan yang
dapat diambil adalah amputasi atau skin/arterial graft
d. Obat
1) Obat Hipoglikemik Oral (OHD)
2) Insulin, dengan indikasi:
- Ketoasidosis, koma hiperosmolar, dan asidosis laktat
- DM dengan berat badan menurun secara cepat
- DM yang mengalami stress berat (infeksi sistemik, operasi berat, dll)
- DM gestasional
- DM tipe I
- Kegagalan pemakaian OHD

B. Konsep Dasar Asuhan keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses
keperawatan yang mempunyai dua kegiatan pokok, yaitu :
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam
menentukan status kesehatan dan pola pertahanan penderita,
mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapt
diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan fisik,
pemerikasaanlaboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
1) Anamnese
a) Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor
register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
b) Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba
yang menurun, adanya luka yang tidak sembuh – sembuh
danberbau, adanya nyeri pada luka.
c) Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka
serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk
mengatasinya.
d) Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakitlain yang
ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit

12
pankreas. Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun
arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun
obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
e) Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satuanggota
keluarga yang juga menderita DM atau penyakit keturunan yang
dapat menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi,
jantung.
f) Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang
dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta
tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.

2) Pola Kebutuhan
a) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Pada pasien gangren kaki diabetik terjadi perubahan persepsi
dan tata laksana hidup sehat karena kurangnya pengetahuan
tentang dampak gangren kaki diabetuk sehingga menimbulkan
persepsiyang negatif terhadap dirinya dan kecenderungan untuk
tidak mematuhi prosedur pengobatan dan perawatan yang lama,
oleh karena itu perlu adanya penjelasan yang benar dan mudah
dimengerti pasien.

b) Pola nutrisi dan metabolisme


Akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya defisiensi
insulin maka kadar gula darah tidak dapat dipertahankan
sehingga menimbulkan keluhan sering kencing, banyak makan,
banyak minum,berat badan menurun dan mudah lelah. Keadaan
tersebut dapat mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan
metabolisme yang dapat mempengaruhi status kesehatan
penderita.

c) Pola eliminasi
Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik
yang menyebabkan pasien sering kencing (poliuri) dan
pengeluaran glukosa pada urine ( glukosuria ). Pada eliminasi
alvi relatif tidak ada gangguan.

13
d) Pola tidur dan istirahat
Adanya poliuri, nyeri pada kaki yang luka dan situasi rumah sakit
yang ramai akan mempengaruhi waktu tidur dan istirahat
penderita, sehingga pola tidur dan waktu tidur penderita
mengalami perubahan.

e) Pola aktivitas dan latihan


Adanya luka gangren dan kelemahan otot – otot pada tungkai
bawah menyebabkan penderita tidak mampu melaksanakan
aktivitas sehari-hari secara maksimal, penderita mudah
mengalami kelelahan.

f) Pola hubungan dan peran


Luka gangren yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan
penderita malu dan menarik diri dari pergaulan.

g) Pola sensori dan kognitif


Pasien dengan gangren cenderung mengalami neuropati/ mati
rasa pada luka sehingga tidak peka terhadap adanya trauma.

h) Pola persepsi dan konsep diri


Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan
penderita mengalami gangguan pada gambaran diri. Luka yang
sukar sembuh, lamanya perawatan, banyaknya biaya perawatan
dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan
dan gangguan peran pada keluarga (self esteem).

i) Pola seksual dan reproduksi


Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ
reproduksi sehingga menyebabkan gangguan potensi sek,
gangguan kualitas maupun ereksi, serta memberi dampak pada
proses ejakulasi serta orgasme.

j) Pola mekanisme stres dan koping


Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik,
perasaan tidak berdaya karena ketergantungan menyebabkan
reaksi psikologis yang negatif berupa marah, kecemasan, mudah
tersinggungdan lain-lain, dapat menyebabkan penderita tidak

14
mampu menggunakan mekanisme koping yang konstruktif /
adaptif.
k) Pola tata nilai dan kepercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi
tubuh serta luka pada kaki tidak menghambat penderita dalam
melaksanakan ibadah tetapi mempengaruhi pola ibadah
penderita.

3) Pemeriksaan fisik
a) Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi
badan, berat badan dan tanda – tanda vital.

b) Kepala dan leher


Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada
leher, telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan
pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih
kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah,
apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.

c) Sistem integumen
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas
luka, kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar ulkus dan
gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan
kuku.

d) Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Padapenderita
DM mudah terjadi infeksi.

e) Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.

f) Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi,
dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan lingkar
abdomen, obesitas.

15
g) Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit
saat berkemih.

h) Sistem muskuloskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi
badan, cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di
ekstrimitas.

i) Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia,letargi,
mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien gangren kaki diabetik
adalah sebagai berikut :
1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik.
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakcukupan insulin.
3) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik
(neuropati perifer) ditandai dengan gangren pada ektremitas.
4) Gangguan rasa nyaman ; nyeri berhubungan dengan iskemik jaringan.
5) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kadar glukosa dalam darah tinggi
6) Resiko cedera berhubungan dengan peningkatan viskositas darah
7) Intoleran aktivitas berhubungan dengan penurunan energi metabolik.
8) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu
anggota tubuh.
9) Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit atau diet atau perawatan
dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.

3. Intervensi Keperawatan
N TUJUAN DAN
DIAGNOSA INTERVENSI RASIONAL
O KH
1 Kekurangan Setelah 1. Kaji riwayat 1. Membantu
volume dilakukan klien memperkirakan
cairan asuhan sehubungan kekurangan volume
berhubunga keperawatan dengan lamanya total. Adanya
n dengan diharapkan atau intensitas proses infeksi
diuresis kebutuhan dari gejala mengakibatkan

16
osmotik cairan atau seperti muntah demam dan
hidrasi pasien dan keadaan
terpenuhi pengeluaran hipermetabolik yang
Kriteria Hasil : urine yang meningkatkan.
tanda vital stabil berlebihan. 2. Merupakan
- S: 36 – 2. Kaji nadi perifer, indicator tingkat
37,50C pengisian dehidrasi atau
- N: 60 – 80 kapiler, turgor volume sirkulasi
x /menit kulit, dan yang adekuat
- T : 100 –
membrane 3. Hipovolemi
130
mukosa dimanifestasikan
mmHg
- RR : 18 – 3. Pantau tanda – oleh hipotensi dan

20 x tanda vital, catat takikardia.

/menit adanya Neuropati jantung

nadi perifer perubahan dapat memutuskan

dapat diraba, tekanan darah reflek-reflek yg

turgor kulit kullit ortostatik. secara normal

halus dan sedikit 4. Pantau suhu, meningkatkan

lembab dgn warna kulit, atau denyut jantung.

warna baik kelembapannya. 4. Demam dengan

pengisian kapiler 5. Pantau kulit kemerahan,

baik, masukan dan kering merupakan

haluaran urin pengeluaran. tanda dehidrasi

tepat ± 6. Pertahankan 5. Memperkirakan

600cc/hari pemberian kebutuhan cairan

kadar elektrolit cairan minimal pengganti, fungsi

dalam batas 2500 ml/hari. ginjal, dan

normal 7. Berikan terapi keefektifan terapi


cairan sesuai yang diberikan
indikasi: 6. Mempertahankan
 Normal hidrasi atau volume
salin atau sirkulasi
setengah 7. Tipe dan jumlah
cairan tergantung
17
normal salin pada derajat
dengan kekurangan cairan
atau tanpa dan respon klien
dekstrosa. secara individual.
 Albumin, Plasma ekspander
plasma, (pengganti)
atau dibutuhkan jika
dekstran. mengancam jiwa
8. Berikan kalium atau tekanan darah
atau elektrolit sudah tidak dapat
yang lain kembali normal
melalui IV dengan usaha
dan/atau melalui rehidrasi yang telah
oral sesuai dilakukan.
indikasi. 8. Kalium harus
ditambahkan pada
IV (segera aliran
urine adekuat)
untuk mencegah
hipokalemia.
2 Ketidakseim Setelah 1. Observasi 1. Karena
bangan diberikan asuhan tanda-tanda metabolisme
nutrisi keperawatan hipoglikemia. karbohidrat mulai
kurang dari diharapkan Seperti terjadi (gula darah
kebutuhan pasien mampu perubahan akan berkurang dan
tubuh meningkatkan tingkat sementara tetap
berhubunga kalori dan kesadaran, kulit diberikan insulin
n dengan nutrient yang lembab/dingin, maka hipoglikemi
ketidak tepat. denyut nadi dapat terjadi. Jika
cukupan Kriteria hasil : cepat , lapar pasien dalam
insulin IMT = 25 peka rangsang, keadaan koma,
Lab = cemas, sakit hipoglikemia
 Albumin : kepala, pusing, mungkin akan
3,5-5,5 sempoyongan. terjadi tanpa

18
MG/dL) 2. Timbang berat memperlihatkan
 Transferin : badan setiap hari perubahan tingkat
200-400 atau sesuai kesadaran.
mg/dL) dengan indikasi 2. Mengkaji
 Hb: 3. Auskultasi pemasukan
pria: 14,0- bising usus, catat makanan yang
17,5 mg/dL adanya nyeri adekuat
wanita: 13,0- abdomen/perut 3. Hiperglikemia dan
15,5 mg/dL) kembung, mual, gangguan
 BUN: 9-20 muntah, keseimbangan
mg/dL pertahankan cairan dan elektrolit

 Kreatinin:0,3 keadaan puasa dapat menurunkan

-1,3 mg/dL sesuai dengan motilitas/fungsi


indikasi. lambung (distensi

Klinis= 4. Tentukan atau ileus paralitik)

Nafsu makan program diet dan 4. Mengidentifikasi

membaik, BAB pola makan kekurangan dan

teratur, pasien dan penyimpangan dari

Membrane bandingkan kebutuhan

mukosa merah dengan makanan terapeutik.

muda, Kullit yang dapat 5. Pemberian

halus dan sedikit dihabiskan makanan melalui

lembab dgn wrn pasien. oral akan lebih baik

baik, kuku 5. Berikan jika pasien sadar an

penampilan makanan cair fungsi

keras dan merah yang gastrointestinal

muda, mengandung zat baik.

Diet = makanan 6. Jika makanan

Makanan yang (nutrient) dan yang disukai pasien

dianjurkan nasi, elektrolit Dan dapat dimasukkan

roti,ayam tanpa selanjutnya terus dalam perencanaan

kulit, susu skim, mengupayakan makan, kerjasama

tempe, tahu dll. pemberian ini dapat


makanan yang diupayakan setelah
19
lebih padat pulang.
sesuai dengan 7. Meningkatkan rasa
yang dapat keterlibatannya;
ditoleransi. memberikan
6. Identifiikasi informasi kepada
makanan yang keluarga untuk
disukai/ memahami
dikehendaki kebutuhan nutrisi
termasuk pasien.
kebutuhan
etnik/kultural. Kolaborasi
7. Libatkan 1. Gula darah
keluarga pasien menurun perlahan
pada pencernaan dengan
makan ini sesuai penggantian cairan
indikasi. dan terapi insulin
terkotrol.
Kolaborasi 2. Insulin reguler
1. pantau memiliki awitan
pemeriksaan cepat dan
laboratorium, karenanya dengan
seperti glukosa cepat pula dapat
darah, aseton, membantu
pH, dan HCO3. memindahkan
2. berikan glukosa kedalam
pengobatan sel.
insulin secara 3. Larutan glukosa
teratur dengan ditambahkan
metode IV setelah insulin dan
secara intermiten cairan mebawa gula
atau secara darah kira-kira 250
kontinyu. mgg/dl.
3. berikan larutan 4. Sangat barmanfaat
glukosa, dalam perhitungan
20
misalnya dan penyesuaian
dekstrosa dan diet untuk
setengah salin memenuhi
normal. kebutuhan nutrisis
4. lakukan pasien.
konsultasi Kompleks
dengan ahli diet. karbohidrat (seperti
berikan diet kira- jagung, wortel,
kira 60% brokoli, buncis,
karbohidrat, 20% gandum, dll)
protein dan 20% menurunkan kadar
lemak dalam glukosa/ kebutuhan
penataan insulin, menurunkan
makan/pemberia kadar kolesterol
n makanan darah dan
tambahan. meningkatkan rasa
5. berikan obat kenyang.
metaklopramid 5. Dapat bermanfaat
(reglan); dalam mengatasi
tetrasiklin. gejala yang
berhubungan
dengan neuropati
otonom yang
mempengaruhi
saluran cerna,
yang selanjutnya
meningkatkan
pemasukan
melalui oral dan
absorps zat
makanan
3 Kerusakan Setelah 1. Inspeksi kulit 1. M
integritas diberikan asuhan terhadap enandakan aliran
kulit keperawatan perubahan sirkulasi buruk yang

21
berhubunga diharapkan warna,turgor,vas dapat menimbulkan
n dengan tercapainya kuler,perhatikan infeksi
2. M
perubahan proses kemerahan.
2. Ubah posisi enurunkan tekanan
status penyembuhan
setiap 2 jam beri pada edema dan
metabolik luka dengan
bantalan pada menurunkan
(neuropati kriteria hasil :
tonjolan tulang iskemia
perifer) 1.Berkurangnya
3. Pertahankan 3. M
ditandai oedema sekitar
alas kering dan enurunkan iritasi
dengan luka.
bebas lipatan dermal
2. Pus dan
gangren 4. Beri perawatan 4. M
jaringan nekrotik
pada kulit seperti enghilangkan
berkurang
ektremitas penggunaan kekeringan pada
3. Adanya
lotion kulit dan robekan
jaringan
5. Lakukan
pada kulit
granulasi.
perawatan luka 5. M
4. Bau busuk
dengan teknik encegah terjadinya
luka berkurang.
asepti infeksi
6. Anjurkan pasien 6. M
untuk menjaga enurunkan resiko
agar kuku tetap cedera pada kulit
pendek oleh karena
7. Motivasi klien
garukan
untuk makan 7. M
makanan TKTP akanan TKTP dapat
membantu
penyembuhan
jaringan kulit yang
rusak
4 Gangguan Setelah 1. Kaji tingkat, 1. Untuk mengetahui
rasa diberikan asuhan frekuensi, dan berapa berat nyeri
nyaman; keperawatan reaksi nyeri yang dialami
nyeri diharapkan nyeri yang dialami pasien.
2. Rangasanga yang
berhubunga pasien pasien.
2. Ciptakan berlebihan dari
n dengan berkurang
lingkungan yang lingkungan akan
iskemik dengan kriteria

22
jaringan hasil : tenang. memperberat rasa
3. Ajarkan teknik
• Penderita nyeri.
distraksi dan 3. Teknik distraksi dan
secara verbal
relaksasi. relaksasi dapat
mengatakan
4. Atur posisi
mengurangi rasa
nyeri
pasien
nyeri yang
berkurang/hil
senyaman
dirasakan pasien.
ang dengan
mungkin sesuai 4. Posisi yang nyaman
skala nyeri 0-
keinginan akan membantu
1
pasien. memberikan
• Penderita
5. Lakukan
kesempatan pada
dapat
massage dan
otot untuk relaksasi
melakukan
kompres luka
seoptimal mungkin.
metode atau
saat rawat luka. 5. Massage dapat
tindakan 6. Jelaskan pada
meningkatkan
mengurangi
pasien tentang
vaskulerisasi dan
nyeri
sebab-sebab
• Pergerakan pengeluaran pus
timbulnya nyeri.
penderita sedangkan kompres
7. Kolaborasi
bertambah sebagai desinfektan
dengan dokter
luas. yang dapat
• Tidak ada untuk
memberikan rasa
keringat pemberian
nyaman.
dingin, tanda analgesic 6. Pemahaman pasien
vital dalam tentang penyebab
batas normal nyeri yang terjadi
S: 36 – 37,50C
akan mengurangi
N: 60 – 80
ketegangan pasien
x /menit
T : 100 – 130 dan memudahkan
mmHg pasien untuk diajak
RR : 18 – 20 x
bekerjasama dalam
/menit
melakukan tindakan
7. Obat –obat
analgesik dapat
membantu
mengurangi nyeri

23
pasien.
5 Resiko Setelah 1. Observasi 1. P
tinggi infeksi diberikan asuhan tanda-tanda asien mungkin
berhubunga keperawatan infeksi dan masuk dengan
n dengan diharapkan peradangan infeksi yang
kadar pasien tidak seperti demam, biasanya telah
glukosa mengalami kemerahan, mencetuskan
dalam tanda – tanda adanya pus keadaan
darah tinggi infeksi dan pada luka, ketoasidosis atau
1)
mampu sputum dapat mengalami
mencegah purulem, urine infeksi nosokomial.
2.
komplikasi warna keruh
Mencegah
dengan kriteria atau berkabut.
timbulnya infeksi
hasil : 2. Tingkatkan
silang (infeksi
Mendemonstrasi upaya
nosokomial).
kan teknik dan pencegahan
3. K
perubahan gaya dengan
adar glukosa yang
hidup untuk melakukan cuci
tinggi dalam darah
mencegah tangan yang
akan menjadi media
terjadinya baik pada
terbaik bagi
infeksi, tidak ada semua orang
pertumbuhan
tanda infeksi yang
kuman.
seperti berhubungan 4.
Rubor,kalor, dengan pasien Mengurangi resiko
dolor, tumor, termasuk terjadinya infeksi
fungsiolesa. pasiennya saluran kemih.
sendiri. Pasien koma
3. Pertahankan mungkin memiliki
teknik aseptik resiko yang khusus
pada prosedur jika terjadi retensi
invasive (seperti urin pada saat awal
pemasangan dirawat.
5. Si
infus, kateter
rkulasi perifer bisa
foley, dan

24
sebagainya), tgerganggu yang
pemberian obat menempatkan
intravena dan pasien pada
memberikan peningkatan resiko
perawatan terjadinya
pemeliharaan. kerusakan pada
Lakukan kulit/iritasi kulit dan
pengobatan infeksi.
6. M
melalui IV
engurangi
sesuai indikasi.
penyebaran infeksi.
4. Pasang kateter
7. M
atau lakukan
eningkatkan aliran
perawatan
urine untuk
parineal
mencegah urine
dengan baik.
yang statis dan
Ajarkan pasien
membantu dalam
wanita untuk
mempertahankan
membersihkan
pH/keasaman urine,
daerah
yang menurunkan
perinealnya
pertumbuhan
dari depan
bakteri dan
kearah
pengeluaran
belakang
organisme dari
setelah
sistem organ
eliminasi.
tersebut.
5. Berikan
Kolaborasi
perawatan kulit
1. Untuk
dengan teratur
mengidentifikasi
dan sungguh-
organisme sehingga
sungguh,
dapat memulihkan
masage daerah
/memberikan terapi
tulang yang
antibiotik yang
tertekan, jaga
terbaik.
kulit tetap
25
kering, linen 2. Penanganan awal
kering dan dapat membantu
tetap kencang mencegah
(tidak berkerut). timbulnya sepsis.
6. Berikan tisu
dan tempat
sputum pada
tempat yang
mudah
dijangkau untuk
penampungan
sputum atau
sekret yang
lainnya.
Kolaborasi
1. Lakukan
pemeriksaan
kultur dan
sensitivitas
sesuai dengan
indikasi.
2. Berikan obat
antibiotik yang
sesuai.
6 Resiko Setelah 1. Hindarkan 1. Lantai licin dapat
cedera diberikan asuhan lantai yang licin menyebabkan risiko
berhubunga keperawtan 2. Gunakan bed jatuh pada pasien.
n dengan diharapkan yang rendah 2. Mempermudah
peningkatan pasien tidak 3. Orientasikan pasien untuk naik
viskositas mengalami injuri klien dengan dan turun dari
darah dengan kriteria ruangan tempat tidur
hasil : 4. Bantu klien 3. Lansia daya
- Dapat dalam ingatnya sudah
menunjukkan melakukan menurun, sehingga

26
terjadinya aktivitas sehari- diperlukan orientasi
perubahan hari ruangan agar lansia
perilaku untuk 5. Bantu pasien bisa menyesuaikan
menurunkan dalam ambulasi diri terhadap
factor risiko atau perubahan ruangan.
dan untuk posisi 4. Lansia sudah
melindungi diri mengalami
dari cidera. penurunan dalam
- Mengubah fisik, sehingga
lingkungan dalam melakukan
sesuai indikasi aktivitas sehari
untuk diperlukan bantuan
meningkatkan dari orang
keamanan lainsesuai dengan
yang dapat
ditoleransi
5. Keterbatasan
aktivitas tergantung
pada kondisi lansia
7 Intoleran Setelah 1. Pantau nadi, 1. Pendidikan dapat
aktivitas diberikan asuhan frekwensi memberikan
berhubunga keperawatan pernafasan dan motivasi untuk
n dengan diharapkan tekanan darah meningkatkan
penurunan pasien mampu sebelum/sesuda tingkat aktivitas
energi meningkatkan h melakukan meskipun pasien
metabolik aktivitasnya dan aktivitas. mungkin sangat
2. Diskusikan
melakukannya lemah.
dengan pasien 2. Mencegah
secara mandiri
kebutuhan akan kelelahan yang
dengan kriteria
aktivitas. Buat berlebihan.
hasil :
3. Mengindikasikan
jadwal
Menunjukkan
tingkat aktivitas
perencanaan
adanya
yang dapat
dengan pasien
perbaikan
ditoleransi secara
dan identifikasi
kemampuan

27
untuk aktivitas yang fisiologis.
4. Pasien akan dapat
berpartisipasi menimbulkan
melakukan lebih
dalam aktivitas kelelahan.
3. Berikan aktivitas banyak kegiatan
yang diinginkan.
alternatif dengan penurunan
dengan periode kebutuhan akan
istirahat yang energi pada setiap
cukup / tanpa kegiatan.
5. Meningkatkan
diganggu.
4. Diskusikan cara kepercayaan
menghemat diri/harga diri yang
kalori selama positif sesuai
mandi, dengan aktivitas
berpindah yang dapat
tempat dan ditoleransi pasien.
sebagainya.
5. Tingkatkan
partisipasi
pasien dalam
melakukan
aktivitas sehari-
hari sesuai
dengan yang
dapat ditoleransi
81) Gangguan Setelah 1. Kaji 1. Mengetahui
citra tubuh diberikan asuhan perasaan/perse adanya rasa
berhubung keperawatan psi pasien negatif pasien
an dengan diharapkan tentang terhadap dirinya
2. Memudahkan dalm
perubahan harga diri pasien perubahan
menggali
bentuk meningkat dan gambaran diri
2. Lakukan permasalahan
salah satu menerima apa
pendekatan dan pasien
anggota yang terjadi
3. Pasien akan
bina hubungan
tubuh pada anggota
merasa dirinya di
saling percaya
tubuhnya
hargai
dengan pasien
dengan kriteria 4. dapat

28
hasil : 3. Tunjukkan rasa meningkatkan
• Pasien mau empati, kemampuan dalam
berinteraksi perhatian dan mengadakan
dan penerimaan hubungan dengan
beradaptasi pada pasien orang lain dan
4. Bantu pasien
dengan menghilangkan
untuk
lingkungan perasaan terisolasi
mengadakan 5. Untuk
tanpa rasa
hubungan mendapatkan
malu dan
dengan orang dukungan dalam
rendah diri.
• Pasien yakin lain proses berkabung
5. Beri
akan yang normal
kesempatan 6. Untuk
kemampuan
kepada pasien meningkatkan
yang dimiliki
untuk perilaku yang
mengekspresika adiktif dari pasien
n perasaan
kehilangan
6. Beri dorongan
pasien untuk
berpartisipasi
dalam
perawatan diri
dan hargai
pemecahan
masalah yang
konstruktif dari
pasien

9 Kurangnya Setelah diberikan 1. Kaji tingkat 1. Untuk memberikan


pengetahu asuhan pengetahuan informasi pada
an tentang keperawatan pasien/keluarg pasien/keluarga,
proses diharapkan a tentang perawat perlu
penyakit pasien mengerti penyakit DM mengetahui sejauh

29
atau diet dan paham dan gangren mana informasi
2. Kaji latar
atau tentang atau pengetahuan
belakang
perawatan penyakitnya yang diketahui
pendidikan
dan dengan kriteria pasien/keluarga
pasien 2. Agar perawat
pengobata hasil :
3. Jelaskan
dapat memberikan
n • Pasien
tentang proses
penjelasandengan
berhubung mengetahui
penyakit, diet,
menggunakan
an dengan tentang proses
perawatan dan
kata-kata dan
kurangnya penyakit, diet,
pengobatan
kalimat yang dapat
informasi perawatan dan
pada pasien
dimengerti pasien
pengobatannya
dengan bahasa
sesuai tingkat
dan dapat
dan kata-kata
pendidikan pasien
menjelaskan
yang mudah 3. Agar informasi
kembali bila
dimengerti dapat diterima
ditanya. 4. Jelasakan
dengan mudah dan
• Pasien dapat
prosedur yang
tepat sehingga
melakukan
akan dilakukan,
tidak menimbulkan
perawatan diri
manfaatnya
kesalahpahaman
sendiri
bagi pasien 4. Dengan
berdasarkan
dan libatkan penjelasdan yang
pengetahuan
pasien ada dan ikut secra
yang diperoleh.
didalamnya langsung dalam
5. Gunakan
tindakan yang
gambar-
dilakukan, pasien
gambar dalam
akan lebih
memberikan
kooperatif dan
penjelasan
cemasnya
berkurang.
5. Gambar-gambar
dapat membantu
mengingat
penjelasan yang
telah diberikan

30
4. Evaluasi
No Dx Evaluasi
1 tanda vital stabil
- S: 36 – 37,50C
- N: 60 – 80 x /menit
- T : 100 – 130 mmHg
- RR : 18 – 20 x /menit
nadi perifer dapat diraba,
turgor kulit kullit halus dan sedikit lembab dgn warna baik
pengisian kapiler baik,
haluaran urin tepat ± 600cc/hari
kadar elektrolit dalam batas normal
2 IMT = 25
Lab =
- Albumin : 3,5-5,5 MG/dL)
- Transferin : 200-400 mg/dL)
- Hb:
- pria: 14,0-17,5 mg/dL
- wanita: 13,0-15,5 mg/dL)
- BUN: 9-20 mg/dL
- Kreatinin:0,3-1,3 mg/dL
Klinis=
Nafsu makan membaik, BAB teratur, Membrane mukosa merah muda,
Kullit halus dan sedikit lembab dgn wrn baik, kuku penampilan keras dan
merah muda,
Diet =
Makanan yang dianjurkan nasi, roti,ayam tanpa kulit, susu skim, tempe,
tahu dll.
3 - Berkurangnya oedema sekitar luka.

31
- Pus dan jaringan nekrotik berkurang
- Adanya jaringan granulasi.
- Bau busuk luka berkurang
4 - Penderita secara verbal mengatakan nyeri berkurang/hilang dengan
skala nyeri 0-1
- Penderita dapat melakukan metode atau tindakan
- mengurangi nyeri
- Pergerakan penderita bertambah luas.
- Tidak ada keringat dingin, tanda vital dalam batas normal
S: 36 – 37,50C
N: 60 – 80 x /menit
T : 100 – 130 mmHg
RR : 18 – 20 x /menit
5 - Mendemonstrasikan teknik dan perubahan gaya hidup untuk
mencegah terjadinya infeksi
- Tidak ada tanda infeksi seperti rubor,kalor, dolor, tumor, fungsiolesa
6 - Dapat menunjukkan terjadinya perubahan perilaku untuk menurunkan
factor risiko dan untuk melindungi diri dari cidera.
- Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan
7 Menunjukkan adanya perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam
aktivitas yang diinginkan.
8 • Pasien mau berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan tanpa
rasa malu dan rendah diri.
• Pasien yakin akan kemampuan yang dimiliki
9 • Pasien mengetahui tentang proses penyakit, diet, perawatan dan
pengobatannya dan dapat menjelaskan kembali bila ditanya.
• Pasien dapat melakukan perawatan diri sendiri berdasarkan
pengetahuan yang diperoleh

BAB III
PENUTUP

32
A. KESIMPULAN
Diabetes mellitus merupakan kelainan metabolisme yang kronis terjadi defisiensi insulin
atau retensi insulin, di tandai dengan tingginya keadaan glukosa darah (hiperglikemia)
dan glukosa dalam urine (glukosuria) atau merupakan sindroma klinis yang ditandai
dengan hiperglikemia kronik dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein
sehubungan dengan kurangnya sekresi insulin secara absolut / relatif dan atau adanya
gangguan fungsi insulin. Dalam hal ini kita sebagai perawat harus memberikan pelayanan
kesehatan dan asuhan kesehatan yang care kepada pasien.

B. SARAN
Penting sebagai seorang perawat dapat memahami penyakit diabetes mellitus
salah satu penyakit dalam sistem endokrin karena dapat menolong kita pada
saat terjun di lapangan atau rumah sakit ketika kita menemukan pasien dengan
gangguan penyakit system endokrin untuk mengetahui dan menentukan
diagnosa serta tindakan yang dapat diambil. Sedikit tidaknya,kita sudah
memahami dan mengerti konsep dasar dari penyakit diabetes melitus dan
bagaimana proses keperawatan untuk penderita diabetes melitus.

DAFTAR PUSTAKA

33
Carpenito, L.J. 1999. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2.
Jakarta : EGC
Marilyn E. Doengoes. 1999.Rencanaan Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Mansjoer, Arif., et all. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI
: Media Aescullapius.
Price Anderson Sylvia, Wilson M.Lorraine. 2005.Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume 2. Jakarta:EGC
Smeltzer, Suzanne. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
Volume 2 .Jakarta : EGC.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.AB


DENGAN DIAGNOSA MEDIS DIABETES MELITUS TIPE 2
34
DI RS WIRA MEDIKA
TANGGAL 29 NOVEMBER 2012

I. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas pasien
Nama : Tn.AB
Umur : 69 Tahun
Agama : Hindu
Jenis kelamin : Laki-laki
Status : Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku bangsa : Indonesia
Alamat : Denpasar
Tanggal Masuk: 28-11-2012
Tanggal Pengkajian : 28-11-2012
No. Register : 103210727
Diagnose medis : Diabetes Melitus Tipe 2

b. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Ny. G
Umur : 60 thn
Hub. Dengan pasien : Istri
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Denpasar

2. Status Kesehatan
a. Status kesehatan saat ini
1) Keluhan utama (saat MRS dan Saat ini)
Pasien mengeluhkan nyeri pada kaki

2) Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan saat ini


Pasien mengatakan memiliki riwayat diabetes tipe 2 sejak 5 tahun
yang lalu walaupun pasien didiagnosa baru pada tahun 2007. Pasien
juga mengatakan mengalami gejala yang mengindikasikan
hiperglikemi 2 tahun sebelum didiagnosis.

3) Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya


Selama menderita DM pasien mengatakan bahwa ia tidak melakukan
control secara optimal. Pasien mengatakan pernah minum obat oral
glyburide, namun dihentikan karena pusing setelah minum obat
disertai dengan berkeringan dan gelisah tengah malam.

35
b. Status kesehatan masa lalu
1) Penyakit yang pernah dialami
Pasien mengatakan menderita DM sejak 5 tahun yang lalu, namun
baru didiagnosa sejak tahun 2007 dan tidak pernah control secara
rutin di puskesmas atau unit kesehatan lain.

2) Pernah dirawat
Pasien mengatakan tidak pernah dirawat dirawat di rumah sakit
sebelumnya .

3) Alergi
Pasien mengatakan tidak memiliki alergi terhadap makanan dan
obat-obatan .

4) Kebiasaan (merokok/kopi/alcohol dll)


Pasien mengatakan tidak memiliki kebiasaan buruk seperti merokok ,
minum minuman beralkohol dan meminum kopi yang mengandung
kafein (kopi).
c. Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan di dalam keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit
diabetes
d. Diagnose medis dan therapy
-

3. Pola Kebutuhan Dasar (bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)


a. Pola persepsi dan manajemen kesehatan
Pasien mengatakan sejak pensiun, ia lebih aktif secara fisik. Pasien
biasa bermain golf sekali dalam seminggu dan berkebun.

b. Pola nutrisi metabolic


- Sebelum sakit :
Pasien mengatakan, sebelum sakit biasa banyak mengkonsumsi
karbohidrat dalam bentuk roti dan pasta. Pada porsi makan malam
normalnya, terdiri dari 2 mangkuk pasta dengan saus dan 3-4 potong
roti italia. Saat itu, pasien mengatakan juga sering mengkonsumsi
satu sampai dua potong roti dengan margarine atau minyak zaitun. Ia
juga mengkonsumsi 8-10 buah segar saat makan maupun saat
ngemil. Pasien juga suka makan daging ayam dan ikan, biasanya
disajikan dengan tomat dan saus krim disertai pasta. Istri pasien
36
pernah menyajikan daging panggang polos, namun pasien
mengatakan hambar. Pasien minum 8 cangkir red wine setelah
makan malam.
- Saat sakit :
Pasien mengatakan tidak pernah melakukan diet saat sakit

c. Pola eliminasi
1) BAB
- Sebelum sakit :
(tidak terkaji)

- Saat sakit :
(tidak terkaji)

2) BAK
- Sebelum sakit : (tidak terkaji)
- Saat sakit : (tidak terkaji)

d. Pola aktivitas dan latihan


1) Aktivitas
Kemampuan perawatan 0 1 2 3 4
diri
Makan dan minum 

Mandi 

Toileting 

Berpakaian 

Berpindah 

0 : mandiri, 1 : alat bantu, 2 : dibantu orang lain, 3 : dibantu orang lain


dan alat, 4 : tergantung total

2) Latihan
- Sebelum sakit : Pasien mengatakan biasa berkebun dan bermain
golf sekali dalam seminggu
- Saat sakit :. (tidak terkaji)

e. Pola kognitif dan persepsi

37
(tidak terkaji)

f. Pola persepsi-konsep diri


(tidak terkaji)

g. Pola tidur dan istirahat


- Sebelum sakit : (tidak terkaji)
- Saat sakit : (tidak terkaji)

h. Pola peran-hubungan
(tidak terkaji)

i. Pola seksual-reproduksi
- Sebelum sakit : (tidak terkaji)
- Saat sakit : (tidak terkaji)

j. Pola toleransi stress-koping


(tidak terkaji)

k. Pola nilai-kepercayaan
(tidak terkaji)

4. Pengkajian Fisik
a. Keadaan umum :
Tingkat kesadaran : komposmentis
GCS : E4, V5, M6
mata : (tidak terkaji)
verbal : (tidak terkaji)
psikomotor : (tidak terkaji)

b. Tanda-tanda vital
Nadi = 88 x/menit
Suhu = (tidak terkaji)
TD = 154/96 mmHg (saat berbaring), 140/90 mmHg (saat duduk)
RR = 20 x/menit

c. Keadaan fisik
1) Kepala dan leher :
Kepala : Mesochepal, simetris, tidak ada tumor, tidak ada tanda
radang, bekas luka tidak ada, distribusi rambut merata dan tidak
mudah dicabut
Mata : lensa jernih, pupil simetris dan bereaksi terhadap cahaya dan
berakomodasi. fundus bersih, tidak ada torehan pada pembuluh
darah, tidak ada retinopati.
Leher : thyroid tidak teraba

38
2) Dada :
- Paru :
Auskultasi : suara paru vesikuler, suara tambahan paru kanan
dan kiri tidak ada
- Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tampak
Auskultasi : suara jantung S1>S2 (normal), bising (-) tidak ada
murmur atau suara jantung gallops

3) Payudara dan ketiak :


(tidak terkaji)

4) Abdomen :
Inpeksi : tegang (-), venektasi (-)
Auskultasi : peristaltic usus normal
Perkusi : timpani (-), meteorismus (-), asites (-)
Palpasi : nyeri tekan (-), tidak teraba pembesaran hepar, lien dan
ginjal.

5) Genetalia :
(tidak terkaji)

6) Integument :
(tidak terkaji)

7) Ektremitas :
(tidak terkaji)

8) Neurologis :
- Status mental dan emosi : (tidak terkaji)
- Pengkajian saraf cranial : (tidak terkaji)
- Pemeriksaan reflek : sensasi getar berkurang pada paha, reflex
pergelangan kaki negative

d. Pemeriksaan penunjang
1) Data laboratorium yang berhubungan
a) Glukosa puasa: 178 mg/dl (normal: 65-109 mg/dl)
b) Kreatinin: 1.0 mg/dl (normal: 0.5-1.4 mg/dl)
c) Urea darah nitrogen: 18 mg/dl (normal: 7-30 mg/dl)
d) Sodium: 141 mg/dl (normal: 135-146 mg/dl)
e) Potassium: 4.3 mg/dl (normal: 3.5-5.3 mg/dl)
f) Lipid panel
 Total kolesterol :162 mg/dl (<200mg/dl)

39
 HDL cholesterol : 43mg/dl (≥40mg/dl)
 LDL cholesterol (calculated) : 84mg/dl (<100mg/dl)
 Trygliseride : 177mg/dl (150mg/dl)
 Cholesterol HDL : 3,8 (<5.0)
g) AST :14 IU/I (0-40 IU/I)
h) ALT : 19 IU/I (5-40IU/I)
i) Alkaline Phosphatase : 56IU /I (35-125 IU/I)
j) A1C : 8.1% (4-6%)
k) Urine microalbumin : 45mg ( <30mg)
2) Pemeriksaan radiologi
(tidak terkaji)

3) Hasil konsultasi
Konsul bedah (debridement)

4) Pemeriksaan penunjang diagnostic lain


(tidak terkaji)

5. Analisa Data
Data Interpretasi Masalah
DS : Pasien mengeluh nyeri Hiperglikemi Nyeri akut
pada kaki
DO : pasien terlihat gangguan aliran darah ke
jaringan
memegangi daerah kaki
yang nyeri
Penurunan O2 dan nutrisi
ke jaringan

Iskemik jaringan

Nyeri akut

40
Ds : Px mengatakan banyak Intake berlebih Ketidakseimbangan
mengkonsumsi karbohidrat nutrisi lebih dari
Do : Penimbunan glukosa dalam
kebutuhan tubuh
BB = 178 kg tubuh
IMT = 32.6 kg/m2
Glukosa puasa178 mg/dl hiperglikemia

Obesitas

Ketidakseimbangan nutrisi
lebih dari kebutuhan tubuh

DS : px mengatakan tidak Intake berlebih Kurang pengetahuan


mengerti tentang
penyakitnya Peningkatan glukosa
DO : px sering dalam darah
mengkonsumsi karbohidrat
tidak sesuai asupan yang Ketidaktahuan tentang
penyakit yang diderita
dibutuhkan.

Kurang pengetahuan

A. Tabel daftar diagnosa keperawatan


No Diagnosa keperawatan
1 Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iskemik jaringan

2 Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan berhubungan dengan


intake yang berlebih
3 Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak tahu tentang
penyakitnya

B. Rencana tindakan keperawatan

41
No DIAGNOSA TUJUAN DAN KH INTERVENSI RASIONAL
1 Gangguan Setelah diberikan 8. Kaji skala nyeri 8. Untuk
rasa asuhan pasien dengan mengetahui
nyaman keperawatan PQRST. berapa berat
9. Kaji tanda vital
nyeri selama 3 x 24 jam nyeri yang
pasien
berhubunga diharapkan nyeri dialami pasien.
10. Ciptakan
9. Mengetahui berat
n dengan pasien berkurang
lingkungan yang
ringannya nyeri
iskemik dengan kriteria
tenang.
yang dialami
jaringan hasil : 11. Ajarkan
pasien.
• Penderita teknik distraksi
10. Rangasang
secara verbal dan relaksasi.
yang berlebihan
12. Atur posisi
mengatakan
dari lingkungan
pasien
nyeri
akan
senyaman
berkurang/hilan
memperberat
mungkin sesuai
g dengan skala
rasa nyeri.
keinginan pasien.
nyeri 0-1 11. Teknik
13. Jelaskan
• Penderita
distraksi dan
pada pasien
dapat
relaksasi dapat
tentang sebab-
melakukan
mengurangi rasa
sebab timbulnya
metode atau
nyeri yang
nyeri.
tindakan
Kolaborasi dengan dirasakan pasien.
mengurangi
12. Posisi yang
dokter untuk
nyeri
nyaman akan
• Pergerakan pemberian
membantu
penderita analgesic
memberikan
bertambah
kesempatan pada
luas.
• Tidak ada otot untuk
keringat dingin, relaksasi
tanda vital seoptimal
dalam batas mungkin.
13. Pemahaman
normal
S: 36 – 37,50C pasien tentang
N: 60 – 80 x
penyebab nyeri
/menit

42
T : 100 – 130 yang terjadi akan
mmHg mengurangi
RR : 18 – 20
ketegangan
x /menit
pasien dan
memudahkan
pasien untuk
diajak
bekerjasama
dalam melakukan
tindakan
Obat –obat
analgesik dapat
membantu
mengurangi nyeri
pasien.

2 Ketidaksei Setelah diberikan 8. Observasi 2. untuk


mbangan asuhan tanda-tanda memberikan
nutrisi lebih keperawatan hiperglikemia. pelayanan
dari selama 2 x 24 jam Seperti keperawatan
kebutuhan diharapkan pasien perubahan yang tepat.
berhubunga mampu tingkat 3. Mengidentifikasi
n dengan menurunkan kesadaran, kelebihan dan
intake yang intake makanan denyut nadi penyimpangan
berlebih yang berlebih. cepat , dari kebutuhan
Kriteria hasil : rangsang lapar. terapeutik.
IMT = 25 9. Tentukan 4. Mengetahui
Lab = program diet perubahan kadar
 Total dan pola makan glukosa dalam
kolesterol pasien dan darah
:<200mg/dl bandingkan 5. Dukungan
 HDL dengan keluarga sangat

43
cholesterol : makanan yang diperlukan dalam
(≥40mg/dl) dapat proses
 LDL cholesterol
dihabiskan penyembuhan
(calculated) : pasien. pasien
(<100mg/dl) 10. Pantau hasil lab 6. Meningkatkan
 Trygliseride :
11. Libatkan rasa
(150mg/dl)
 Cholesterol HDL keluarga pasien keterlibatannya;
: (<5.0) pada proses memberikan
pemeberian diet informasi kepada
Klinis= keluarga untuk
Nafsu makan Kolaborasi memahami
terkontrol, 1. berikan kebutuhan nutrisi
Membrane pengobatan pasien.
mukosa merah insulin secara
muda, Kullit halus teratur dengan Kolaborasi
dan sedikit lembab metode IV 1. Insulin reguler
dgn wrn baik, Laju secara memiliki awitan
denyut dan irama intermiten atau cepat dan
jantung yg normal, secara kontinyu. karenanya
tdk ada mur2. 2. berikan obat dengan cepat
sesuai indikasi pula dapat
membantu
Diet =
memindahkan
Makanan yang
glukosa kedalam
dianjurkan
sel.
kentang, sayur
2. Untuk
hijau, buah-
mendukung
buahan dan air
proses
putih.
penyembuhan
pasien
3 Kurang Setelah diberikan 6. Kaji tingkat 6. Untuk
pengetahua asuhan pengetahuan memberikan
n keperawatan pasien/keluarga informasi pada
berhubunga selama 1 x 24 jam tentang penyakit pasien/keluarga,

44
n dengan diharapkan pasien DM dan perawat perlu
tidak tahu mengerti dan gangren mengetahui
7. Kaji latar
tentang paham tentang sejauh mana
belakang
penyakitnya penyakitnya informasi atau
pendidikan
dengan kriteria pengetahuan
pasien
hasil : yang diketahui
8. Jelaskan
• Pasien pasien/keluarga
tentang proses
7. Agar perawat
mengetahui
penyakit, diet,
dapat
tentang proses
perawatan dan
memberikan
penyakit, diet,
pengobatan
penjelasandenga
perawatan dan
pada pasien
n menggunakan
pengobatannya
dengan bahasa
kata-kata dan
dan dapat
dan kata-kata
kalimat yang
menjelaskan
yang mudah
dapat dimengerti
kembali bila
dimengerti
pasien sesuai
ditanya. 9. Jelasakan
Pasien dapat tingkat
prosedur yang
melakukan pendidikan
akan dilakukan,
perawatan diri pasien
manfaatnya bagi
8. Agar informasi
sendiri
pasien dan
dapat diterima
berdasarkan
libatkan pasien
dengan mudah
pengetahuan yang
didalamnya
dan tepat
diperoleh Gunakan gambar-
sehingga tidak
gambar dalam
menimbulkan
memberikan
kesalahpahaman
penjelasan
9. Dengan
penjelasdan
yang ada dan
ikut secra
langsung dalam
tindakan yang
dilakukan,
pasien akan
lebih kooperatif
45
dan cemasnya
berkurang.
Gambar-gambar
dapat membantu
mengingat
penjelasan yang
telah diberikan

46

Anda mungkin juga menyukai