Anda di halaman 1dari 8

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEMANDIRIAN ANAK TUNAGRAHITA DI

SLB ABCD MUHAMMADIYAH


PALU

Relationship of Family Support To Self-Reliance Child of Tunagrahita At


SLB Abcd Muhammadiyah
Palu

Merdianto1, Dr. Tigor H. Situmorang2, Ismawati.3


Email: yayasfour@gmail.com
1. Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Widya Nusantara Palu
2. STIKes Widya Nusantara Palu

ABSTRAK
Anak tunagrahita memiliki kecerdasan di bawah rata-rata yang disertai hambatan dalam perkembangan
kognitif dan perilaku adaptif yang mengakibatkan anak tunagrahita kesulitan dalam belajar secara akademik
dan kesulitan dalam mengurus diri. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara dukungan
keluarga terhadap kemandirian anak tunagrahita dalam melakukan aktivitas sehari-hari di SLB ABCD
Muhammadiyah Palu. Jenis penelitan adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan Cross Sectional.
Sampel yang digunakan dalam penelitian berjumlah 34 responden dengan menggunakan teknik pengambilan
sampel Total Sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan analisa data menggunakan uji Chi
Square. Hasil penelitian dari 34 responden diperoleh hasil bahwa (p>a) yaitu 0,659>0,05, Yang berarti tidak
ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kemandirian anak tunagrahita dalam
melakukan aktivitas kegiatan sehari-hari di SLB ABCD Muhammadiyah Palu

Kata kunci: Dukungan keluarga, Kemandirian aktivitas kegiatan sehari-hari. Perawat, Tunagrahita,
Jumlah Hal. : 48 halaman

ABSTRACT
Tunagrahita children have below average intelligence accompanied by obstacles in cognitive
development and adaptive behavior that resulted in children with difficulty in learning academic and difficulty
in taking care of themselves. The purpose of this study was to determine the relationship between family
support for the independence of children tunagrahita in doing daily activities in SLB ABCD Muhammadiyah
Palu. Type of research is quantitative research with Cross Sectional approach. Samples used in the study
amounted to 34 respondents using sampling technique Total Sampling. Data collection using questionnaire
and data analysis using Chi Square test. Result of research from 34 respondents obtained result that (p> a)
that is 0,659> 0,05, Which mean there is no significant relation between family support with independence of
child of tunagrahita in doing activity of daily activity at SLB ABCD Muhammadiyah Palu

Keywords: Family support, Independence of activities of daily activities. Nurse, Tunagrahita,


Number of Things : 48 pages
PENDAHULUAN dalam hal membaca, menulis komunikasi lisan dan
Menurut World Health Organization (WHO) berhitung. Yang ke dua keterampilan perilaku
tercatat sebanyak 15% dari penduduk dunia atau 785 adaptif yaitu keterampilan mengurus diri dalam
juta orang mengalami gangguan mental dan fisik dan kehidupan sehari-hari (Activity daily living), dan
tunagrahita merupakan masalah dunia dengan kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan
implikasi yang besar terutama di negara-negara (social living skills)2 Dukungan dari keluarga adalah
berkembang. Berdasarkan Data Biro Pusat Statistik Salah satu unsur penting dalam membantu individu
(BPS) tahun 2006, dari 222 juta penduduk Indonesia menyelesaikan masalah ketergantungannya apabila
terdapat 0,7% (sekitar 2,8 juta) jiwa mengalami dukungan keluarga ada, rasa percaya diri akan
kecacatan mental ataupun fisik dan populasi anak bertambah, dan motivasi untuk mengatasi masalah
tunagrahita menempati angka terbesar diperkirakan akan meningkat4. Penyikapan dan perlakuan
berjumlah setengah dari total penderita cacat atau lingkungan keluarga memiliki kontribusi cukup kuat
sekitar 1,5 juta jiwa, dan hanya 54.000 anak yang dalam memberikan warna terhadap perkembangan
dapat mengikuti pendidikan secara formal di sekolah anak berkelainan dalam meniti tugas
khusus1. perkembangannya, tidak lepas dari bimbingan dan
Berdasarkan data yang didapat dari Dinas perhatian yang diberikan oleh keluarga, khususnya
Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi kedua orang tuanya3
Tengah tahun 2017 khususnya di kota palu terdapat 4 Anak berkebutuhan khusus termasuk anak
SLB dengan jumlah siswa yang berkebutuhan khusus tunagrahita memerlukan perlakuan yang wajar,
tercatat 359 siswa, dimana tercatat anak tunagrahita bimbingan, pengarahan, belajar bersosialisasi dan
menempati urutan pertama dibandingkan jenis bermain dengan anak seusianya untuk belajar tentang
ketunaan yang lainnya yakni 267 siswa. dari ke-4 pola-pola perilaku yang dapat diterima sehingga
SLB yang ada dikota palu SLB-ABCD tidak menghambat perkembangan5. Orang tua juga
Muhammadiyah Palu tercatat memiliki siswa harus mampu mengajarkan/melatih kemandirian
berkebutuhan khusus paling banyak dengan jumlah anaknya untuk dapat mempelajari latihan dalam
siswa 149 orang dengan jumlah anak tunagrahita aktivitas kegiatan sehari-hari seperti cara berpakaian
berjumlah 100 orang. Anak tunagrahita adalah anak yang baik, menggunakan kamar mandi dan cara
yang secara signifikan memiliki kecerdasan di bawah makan sendiri6
rata-rata anak pada umumnya dengan di sertai Berdasarkan uraian diatas maka peneliti
hambatan dalam penyesuaian diri dengan lingkungan tertarik untuk meneliti hubungan dukungan keluarga
sekitarnya. Anak tunagrahita dalam kehidupannya terhadap kemandirian anak tunagrahita di SLB
memiliki hambatan dalam perkembangan kognitif ABCD Muhammadiyah Palu. Adapun tujuan umum
dan hambatan dalam perilaku adaptif. Akibat dari dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
kondisi seperti itu, anak tunagrahita mengalami hubungan dukungan keluarga terhadap kemandirian
kesulitan belajar secara akademik, kesulitan dalam anak tunagrahita di SLB ABCD Muhammadiyah
hubungan interpersonal, kesulitan dalam mengurus Palu, dan tujuan khusus penelitian ini adalah
diri, kesulitan dalam menilai situasi, ketergantungan Mengetahui dukungan yang diberikan keluarga pada
pada orang lain, konflik dan frustasi2. anak tunagrahita, mengetahui kemandirian anak
Anak tunagrahita akan mengalami tunagrahita dalam melakukan aktivitas kegiatan
ketergangtungan jika tidak dilatih dalam pemenuhan sehari-hari, serta mengetahui hubungan dukungan
aktivitasnnya, Dalam upaya mengurangi keluarga terhadap kemandirian anak tunagrahita di
ketergantungan dan keterbatasan yang diderita anak SLB ABCD Muhammadiyah Palu.
tunagrahita dapat dilakukan dengan cara memberikan
pendidikan khusus, latihan-latihan dan memberikan METODE PENELITIAN
pengetahuan keterampilan kegiatan kehidupan Desain penelitian ini adalah penelitian
sehari-hari atau activity daily living (ADL) guna kuantitaf dimana penelitian kuantitatif adalah suatu
menumbuhkan kemandirian hidup dalam penelitian/metode yang didasari oleh falsafah
bermasyarakat, kemampuan dalam melakukan positivisme yaitu ilmu yang valid, ilmu yang
perawatan dirinnya sendiri tanpa bantuan orang lain3. dibangun dari empiris, teramati terukur,
Kemandirian merupakan suatu keadaan menggunakan logika matematika dan membuat
dimana seseorang dapat mengurus dirinya sendiri generalisasi atas rerata7. Rancangan penelitian yang
tanpa bergantung pada orang lain. Menurut digunakan adalah analitik observasioanal dengan
Apriyanto (2012) bagi anak tunagrahita sekurang- menggunakan metode Penelitian Cross sectional
kurangnya diperlukan dua bidang kemandirian yang yaitu penelitian pada beberapa populasi yang diamati
harus dimiliki yang pertama yaitu keterampilan dasar pada waktu yang sama8.
Lokasi pada penelitian ini adalah SLB ABCD Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan
Muhammadiyah Palu, waktu pelaksanaan penelitian dukungan keluarga di SLB ABCD
ini pada bulan agustus 2017. Populasi dalam Muhammadiyah Palu
penelitian ini adalah orang tua dan murid SLB No Dukungan keluarga f %
ABCD Muhammadiyah Palu yang berjumlah 100 1 Baik 19 55,9
orang. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 34 2 Sedang 11 32,4
orang anak tunagrahita sedang. 3 Kurang 4 11,8
Tehnik pengambilan sampel dengan non Total 34 100
propability sampling dimana tehnik pengambilan Sumber: Data primer 2017
sampel dengan tidak memberikan peluang yang sama Tabel 2. Menunjukan bahwa sebagian besar
dari setiap anggota populasi. Pengambilan sampel keluarga responden memiliki dukungan
dengan menggunakan total sampling yaitu teknik keluarga yang baik yaitu 55,9%
penentuan sampel dengan cara mengambil seluruh
anggota populasi sebagai responden atau sampel. Tabel 3. Distribusi responden berdasarkan
Alat pengumpulan data dalam penelitian ini kemandirian anak tunagrahita di SLB ABCD
menggunakan kuesioner dukungan keluarga dengan Muhammadiyah Palu
Kemandirian anak
jumlah total 20 pertanyaan dan lembar observasi No f %
tunagrahita
indeks kemandirian Katz yang terdiri dari 6 item
1 Mandiri 21 61,8
yaitu mandi, berpakaian, toileting, berpindah, 2 Bergantung 13 38,2
kontinensia dan makan. Analisa data yang digunakan Total 34 100
dalam penelitian ini adalah uji Chi-Square. Sumber: Data primer 2017
Tabel 3. Menunjukan bahwa sebagian
HASIL PENELITIAN besar responden mampu mandiri dalam
1. Analisa Univariat
melakukan aktivitas kegiatan sehari-hari
Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan usia, jenis
kelamin dan tingkat tunagrahita di SLB ABCD yaitu 61,8%.
Muhammadiyah Palu 2. Analisa bivariat
No Karakteristik (f) %) Tabel 4. Hubungan dukungan keluarga
1. Usia terhadap kemandirian anak tunagrahita di
Usia sekolah awal (12 tahun SLB ABCD Muhammadiyah palu.
27 79,4
kebawah) Kemandirian anak tunagrahita
Dukungan P
Usia sekolah lanjut (12 mandiri bergantung total
7 20,6 keluarga Value
tahun keatas) f % f % f %
Baik 13 68,4 6 31,6 19 100
2 Jenis kelamin
Sedang 6 54,5 5 45,5 11 100 0,659
Laki-laki 21 61,8 Kurang 2 50 2 50 4 100
Perempuan 13 38,2 Total 21 61,8 13 38,2 34 100
3 Tingkat tunagrahita Sumber: Data primer 2017
Tunagrahita sedang 34 100 Tabel 4. Menunjukan sebanyak 13 responden
Total 34 100 (68,4 %) memiliki dukungan keluarga baik serta
Sumber: Data primer 2017 mampu mandiri dalam melakukan aktivitas kegiatan
Tabel 1. Menunjukan bahwa karasteristik sehari-hari dan 6 (31,6%) responden yang memiliki
responden terbanyak berdasarkan usia adalah dukungan keluarga baik tetap masih bergantung
responden yang berusia 12 tahun kebawah dalam melakukan aktivitas kegiatan sehari-hari.
yaitu 27 responden (79,4 %) dari 34 Responden yang memiliki dukungan keluarga sedang
responden, berdasarkan jenis kelamin tetapi mampu mandiri dalam melakukan aktivitas
kegiatan sehari-hari berjumlah 6 responden (54,5%)
responden terbanyak adalah responden
dan 5 (45,5%) responden yang masih bergantung
berjenis kelamin laki-laki yaitu 21 responden dalam melakukan aktivitas kegiatan sehari-hari,
(61,8%) dari total keseluruhan responden dan sedangkan responden yang memiliki dukungan
berdasarkan tingkat tunagrahita semua keluarga cukup tetapi mampu mandiri berjumlah 2
responden tergolong ke dalam tunagrahita responden (50%) dan 2 diantaran masih bergantung
sedang yaitu 34 responden (100) dalam melakukan aktivitas kegiatan sehari-hari. Hasil
uji statistik menggunakan chi-square di peroleh nilai
p = 0,659 (p value > 0,05) menunjukan bahwa tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan didik tunagrahita sehingga rasa kasih sayang dan
keluarga dengan kemandirian anak tunagrahita. perhatian keluarga terhadap tunagrahita juga
berkurang2.
PEMBAHASAN Hal ini juga sejalan dengan pendapat Kiki M.
Dukungan keluarga pada anak tunagrahita verawati (2016) dalam penelitiannya yang
Setelah dilakukan penelitian tentang dukungan menyatakan bahwa pengetahuan berpengaruh
keluarga yang diterima oleh anak tunagrahita di SLB terhadap dukungan perilaku orang tua dalam
ABCD Muhammadiyah didapatkan hasil bahwa memberikan dukungan kepada anaknya dalam
terdapat dukungan keluarga yang diberikan pada melakukan perawatan diri anak retardasi mental atau
anak tunagrahita di SLB ABCD Muhammadiyah, tunagrahita9. Anak berkebutuhan khususnya anak
dalam menilai dukungan keluarga peneliti menilai tunagrahita memerlukan perlakuan yang wajar,
berdasarkan dukungan keluarga yang diberikan orang bimbingan, pengarahan, belajar bersosialisasi dan
tua terhadap anaknya yang meliputi dukungan bermain dengan anak seusianya untuk belajar tentang
informasional (berupa memberikan penjelasan atau pola-pola perilaku yang dapat diterima sehingga
mengingatkan apa yang seharusnya dilakukan), tidak menghambat perkembangannya5. Penyikapan
dukungan instrumental (berupa menyediakan barang dan perlakuan lingkungan keluarga memiliki
yang dibutuhkan serta memberikan contoh hal yang kontribusi cukup kuat dalam memberikan warna
belum dimengerti), dukungan emosional terhadap perkembangan anak berkelainan dalam
(menunjukan kasih sayang dan perhatian) dan meniti tugas perkembangannya yang tentunya tidak
dukungan penilaian (pujian atas keberhasilan yang lepas dari bimbingan dan perhatian yang diberikan
sudah dapat dikerjakan secara mandiri). oleh keluarga, khususnya kedua orang tuanya .
Dari hasil penilain tersebut maka didapatkan Keluarga yang memiliki anak tunagrahita
hasil bahwa dukungan yang diterima oleh anak hendaknya membantu anak untuk menumbuhkan dan
tunagrahita yang paling banyak adalah dukungan meningkatkan kemampuan anak dalam tatalaksana
keluarga dalam kategori baik yaitu 19 (55,9 %) orang pribadi (mengurus diri, menolong diri dan merawat
yang berarti hampir semua anak-anak tunagrahita di diri), dengan cara meberikan latihan keterampilan
SLB ABCD Muhammadiyah memiliki dukungan pada anak dan membiasakan anak untuk melakukan
keluarga yang baik, keluarga yang mempunyai aktivitas-aktivatas ringan yang dapat dilakukannya
dukungan keluarga baik umumnya memiliki serta mencari informasi atau bertanya kepada para
dukungan informasional, instrumental, emosional staf guru di SLB ABCD Muhammadiyah agar orang
dan penilain yang baik, dan dari 34 responden yang tua dapat memahami kebutuhan-kebutuhan serta
ada terdapat juga dukungan keluarga yang termasuk bagaimana cara mendidik anak tunagrahita.
dalam kategori sedang yaitu 11 (32,4%) orang dan
kategori cukup 4 (11,8%) orang. Keluarga yang Kemandirian anak tunagrahita
memiliki dukungan keluarga dalam kategori sedang Berdasarkan hasil penelitian tentang
dan cukup umumnya memiliki dukungan keluarga kemandirian aktivitas kegiatan sehari-hari anak
yang rendah, berdasarkan hasil analisa terhadap hasil tunagrahita di SLB ABCD Muhammadiyah
kuesioner keluarga yang memiliki dukungan didapatkan hasi bahwa anak-anak di SLB ABCD
keluarga sedang ataupun kurang, didapat persentase Muhammadiya memiliki tingkat kemandirian yang
dukungan keluarga terendah terdapat pada item berbeda-beda. Berdasarkan hasil observasi terhadap
dukungan penilaian yang berarti orang tua tidak 34 responden terdapat 21 responden (61,8%) yang
terlalu memberikan apresiasi atas setiap pencapaian mampu melakukan aktivitas secara mandiri yang
yang dilakukan anak. berarti kebanyakan dari siswa/siswi di SLB ABCD
Peneliti berasumsi hal ini terjadi karena Muhammadiyah tidak lagi bergantung kepada
dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan dan keluarga khususnya orang tua dalam melakukan
tingkat pengetahuan serta penerimaan dari orang tua aktivitas kegiatan sehari-hari. Peneliti berasumsi hal
responden, semakin rendah tingkat pengetahuan ini terjadi disebabkan karena faktor usia dari anak
keluarga maka semakin buruk dampaknya bagi anak tunagrahita sebagaimana dalam penelitian ini
tunagrahita. Sebaliknya semakin baik tingkat siswa/siswi tunagrahita yang diteliti berada pada usia
pengetahuan keluarga maka semakin baik sekolah yaitu 7-15 tahun, dimana semakin
dampaknya bagi perkembangan tunagrahita Hal ini bertambahnya usia maka kemampuan untuk
sejalan dengan teori Apriyanto (2012) yang melakukan keterampilan tertentu akan semakin
mengatakan bahwa tingkat pendidikan yang rendah bertambah. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
berdampak pada kurangnya pengetahuan keluarga dilakukan oleh Widyartanty (2009) dengan judul
tentang kebutuhan-kebutuhan tunagrahita dan cara “hubungan pemberian motivasi keluarga terhadap
kemampuan merawat diri pada anak tunagrahita di dan untuk para staf guru atau pengajar di SLB ABCD
SDLB Putra Jaya Malang” didapatkan hasil bahwa Muhammadiyah hendaknya selalu menunjukan pada
mayoritas anak tunagrahita pada usia sekolah mampu anak cara melakukan sesuatu yang benar, dan berikan
untuk melakukan perawatan diri10. contoh-contoh yang mudah dipahami anak jangan
Dari ke 34 responden yang diteliti terdapat terlalu banyak kata-kata karena akan
juga anak-anak yang belum mampu mandiri atau membingungkan anak.
masih bergantung dalam melakukan aktivitas sehari-
hari yaitu sebanyak 13 orang (31,6%). Peneliti Hubungan dukungan keluarga terhadap
berasumsi hal ini terjadi karena dipengaruhi faktor kemandirian anak tunagrahita di SLB ABCD
usia seperti yang dijelaskan diatas dimana semakin Muhammadiyah Palu
bertambahnya usia maka kemampuan untuk Berdasarkan hasil analisa data dengan
melakukan keterampilan tertentu akan semakin menggunakan uji chi-square seperti yang ditunjukan
bertambah. Oleh karena itu semakin rendah usia anak pada tabel 4. Didapatkan nilai P Value = 0,659 (p
maka kemampuan dalam melakukan keterampilan value > 0,05) yang berarti tidak ada hubungan yang
tertentu akan sulit selain itu peneliti juga berasumsi signifikan antara dukungan keluarga terhadap
hal ini dipengaruhi oleh fungsi kognitif dari anak kemandirian anak tunagrahita dalam melakukan
tunagrahita serta tingkat ketunaan yang diderita anak aktivitas kegiatan sehari-hari di SLB ABCD
tunagrahita sebagaimana seperti yang ditunjukan Muhammadiyah penelitian ini tidak sejalan dengan
tabel 1. Bahwa keseluruhan responden adalah anak- penelitian yang dilakukan Elfa mbuinga (2015)
anak yang menderita tunagrahita sedang yang dengan judul “Hubungan dukungan keluarga dengan
memiliki tingkat IQ dibawah rata-rata, menurut tingkat kemandirian activity daily living (adl) pada
DSM-IV dalam Wong (2009), rentang IQ pada anak tunagrahita di kabupaten pohuwato” yang
tunagrahita sedang adalah 35-55 atau setara dengan mendapatkan hasil bahwa ada hubungan antara
anak tunagrahita yang mampu latih, yang berarti dukungan keluarga dan tingkat kemandirian activity
untuk mengajarkan atau melatih suatu keterampilan daily living (adl)1 . Dari hasil penelitian terhadap 34
harus dilakukan secara perlahan, bertahap dan responden terdapat 19 responden (55,9%) yang
dilakukan secara terus-menerus agar anak tunagrahita memiliki dukungan keluarga baik, 13 (68%)
mampu melakukan apa yang diajarkan11. diantaranya dapat mandiri sedangkan 6 responden
Pendapat ini sejalan dengan Semiun (2006), (31,6%) yang masih bergantung kepada orang lain.
yang menyatakan bahwa tunagrahita dengan Responden yang memiliki dukungan keluarga sedang
kemampuan intelektual yang rendah dapat menguasai berjumlah 11 responden, 6 (54,5%) diantaranya dapat
keterampilan-keterampilan hidup sederhana seperti mandiri, 5 (45,5%) diantaranya masih bergantung.
perawatan diri dan kegiatan rumah tangga bila Dan terdapat 4 responden yang memiliki dukungan
diajarkan secara terus menerus dan konsisten. Anak keluarga cukup dimana 2 responden (50%) mampu
tunagrahita yang tergolong kedalam tunagrahita mandiri sedangkan 2 responden (50%) masih
sedang termasuk kedalam kelompok latih, anak bergantung.
tunagrahita sedang dapat belajar bicara dan Peneliti berasumsi bahwa ketidakmandirian
menyampaikan kebutuhan-kebutuhan dasarnya tetapi anak tunagrahita dalam melakukan aktivitas kegiatan
tidak dapat belajar membaca dan menulis, mereka sehari-hari bukan semata-mata hanya dipengaruhi
dapat dapat dilatih untuk melakukan aktivitas atau oleh baik tidaknya dukungan keluarga, melainkan
pekerjaan yang kongkret misalnya makan minum ada faktor-faktor lain didalam diri anak tunagrahita
sendiri, berpakaian, cuci piring atau baju12. yang mempengaruhi kemandirian dalam melakukan
Salah cara untuk membantu keterbatasan anak aktivitas secara mandiri di antaranya adalah usia atau
tunagrahita adalah dengan cara melakukan status perkembangan, fungsi kognitif dan fungsi
pengajaran dan pelatihan secara terus menerus yang muskuloskeletal hal ini sesuai dengan teori yang
diharapkan agar kelak anak tunagrahita dapat dikemukan oleh Votroubek dan Tabacco (2010) yang
melakukan aktivitas kegiatan sehari-hari secara menyatakan bahwa pada anak dengan retardasi
mandiri dan tidak bergantung kepada keluarga, untuk mental atau tunagrahita ada beberapa faktor yang
itu orang tua dan guru dapat berpartisipasi dalam mempengaruhi kemampuan anak dalam memenuhi
membantu anak. Orang tua diharapkan senantiasa kebutuhan perawatan dirinya antara lain, usia, fungsi
selalu mendampingi dan melatih serta selalu kognitif dan fungsi musculoskeletal13.
mengajarkan anak keterampilan aktivitas kegiatan Perlu diperhatikan bahwa usia yang berbeda
sehari-hari secara bertahap dengan cara melatih anak memiliki kemampuan yang berbeda pula. seperti
tunagrahita dimulai dari hal-hal yang sederhana ke yang ditunjukan pada table 1 bahwa sebagian besar
yang rumit, tingkat yang termudah ke yang tersulit responden berada pada kategori usia sekolah awal
atau dibawah 12 tahun yaitu sebanyak 27 responden untuk melakukan ambulasi dan merawat diri secara
dan 7 responden yang termasuk dalam kateogori usia mandiri. Anak tunagrahita bukan hanya mengalami
sekolah lanjut atau 12 tahun keatas. Dari kedua gangguan atau retardasi mental tetapi kadang bisa
kategori diatas responden yang belum mampu diiringi dengan kelemahan motorik bahkan cacat
melakukan aktivitas secara mandiri paling banyak tubuh yang menyebabkan anak tunagrahita kesulitan
terdapat pada kategori usia sekolah awal atau usia 12 dalam melakukan aktivitasnya secara mandiri13 .
tahun kebawah yaitu 11 orang dan 2 orang pada Manusia pada dasarnya sama secara genetik dan
kategori usia sekolah lanjut hal ini sejalan dengan mempunyai pengalaman yang hampir sama, sehingga
teori Wong (2009) yang mengatakan bahwa anak mereka diharapkan untuk sungguh-sungguh
yang berusia lebih tua memiliki kemampuan memperlihatkan keseragaman dalam perkembangan
perawatan diri lebih baik dari anak yang memiliki kognitif mereka14. Namun berbeda halnya dengan
usia lebih muda11. anak-anak penyandang tunagrahita, anak-anak
Faktor usia pada anak tunagrahita dihitung penyandang tunagrahita cenderung memiliki tingkat
bukan hanya berdasarkan usia kronologis atau usia IQ dibawah rata-rata serta memiliki tingkat
sejak anak dilahirkan tetapi ditetapkan berdasarkan perbedaan IQ antara penyandang tunagrahita ringan,
usia mental, yang mengalami perkembangan selama sedang, berat dan sangat berat yang mengakibatkan
8 bulan setiap tahun kalender12. Oleh sebab itu jika mereka mengalami hambatan dalam perkembangan
anak tunagrahita masuk sekolah umur 6 tahun maka kognitif dan perilaku adaftif (Apriyanto, 2012), untuk
usia mentalnya baru 4 tahun, sehingga bila anak mengatasi hambatan tersebut tentunya dibutuhkan
tersebut diharapkan untuk mampu melakukan dukungan dari keluarga dan para guru atau pihak
aktivitas secara mandiri maka ia belum dapat sekolah dalam bentuk bimbingan konseling.
melakukannya. Dukungan keluarga merupakan salah satu
Responden yang masih bergantung padahal unsur penting dalam membantu individu
memiliki dukungan keluarga baik serta tergolong menyelesaikan masalah ketergantungannya apabila
kedalam kategori usia sekolah lanjut berjumlah 2 dukungan keluarga ada, rasa percaya diri akan
orang peneliti berasumsi hal ini dipengaruhi oleh bertambah, dan motivasi untuk mengatasi masalah
fungsi kognitif dan fungsi musculoskeletal. Hasil akan meningkat (Tamher dan Noorkasiani, 2009).
analisa terhadap kuesioner penilaian status Bimbingan dan konseling adalah pelayanan dan
fungsional serta pengamatan pada ke 2 anak bantuan untuk peserta didik baik secara perorangan
tunagrahita tersebut didapatkan bahwa salah satu maupun kelompok agar mandiri dan berkembang
anak tersebut sangat aktif namun hanya mampu secara optimal, dalam bimbingan pribadi, sosial,
melakukan 1 aktivitas yaitu hanya berpindah belajar serta karir berdasarkan norma-norma yang
sedangkan aktivitas seperti mandi, berpakaian, berlaku dan salah satu bentuk komponen layanan
toileting, kontinen dan makan masih sepenuhnya bimbingan konseling adalah layanan konsultasi
dibantu oleh keluarga, sedangkan anak yang satunya kepada orang orang tua15.
memiliki kelemahan motorik pada salah satu anggota Kepada semua pihak baik keluarga dan guru
geraknya sehingga untuk melakukan beberapa diharapkan agar dapat menjalin komunikasi yang
aktivitas anak tersebut masih membutuhkan bantuan. baik serta saling bekerja sama dalam memahami,
Tabel 1. Menunjukan bahwa keseluruhan membantu, mengajari, melatih serta mendampingi
responden tergolong kedalam kategori tunagrahita anak tunagrahita secara terus menerus sehingga
sedang dimana menurut Wong (2009), Anak nantinya anak tunagrahita dapat mengatasi
tunagrahita sedang memilik tingkat IQ berkisar keterbatasan-keterbatasan yang ada pada dirinya
antara 35-5511. Berarti anak tunagrahita dalam serta dapat melakukan aktivitasnya secara mandiri
menerima informasi serta mempelajari berbagai tanpa bergantung lagi kepada keluarga atau orang
keterampilan akan mengalami sedikit keterlambatan lain.
dan perlu pengajaran yang harus dilakukan secara
berulang-ulang agar anak tunagrahita bisa mengerti KESIMPULAN DAN SARAN
dan mampu melakukan keterampilan yang diajarkan. 1. Simpulan
Fungsi kognitif memegang peranan penting dalam a. Dukungan keluarga pada anak tunagrahita di
mempengaruhi kemampuan anak tunagrahita dalam SLB ABCD Muhammadiyah mayoritas
mempelajari keterampilan perawatan diri atau memiliki dukungan keluarga baik
aktivitas harian dalam mencapai kemandirian. b. Kemandirian anak tunagrahita dalam
Faktor yang terakhir adalah fungsi melakukan aktivitas kegiatan sehari-hari di
musculoskeletal, fungsi musculoskeletal SLB ABCD Muhammadiyah mayoritas dapat
mempengaruhi kemampuan fisik anak tunagrahita melakukan aktivitas secara mandiri
c. Tidak terdapat hubungan antara dukungan DAFTAR PUSTAKA
keluarga dengan kemandirian anak 1. Mbuinga, E. (2015). Hubungan Dukungan
tunagrahita di SLB ABCD Muhammadiyah Keluarga dengan Tingkat Kemandirian Activity
Palu Daily Living (ADL) Pada Tunagrahita Di
2. Saran Kabupaten Pohuwato. (internet)
a. Bagi institusi pendidikan/SLB ABCD Http://eprints.ung.ac.id/12357/. [diunduh 2017
Muhammadiyah. mei 15]
Diharapkan bagi pihak sekolah SLB 2. Apriyanto, N. (2012). Seluk-Beluk Tunagrahita
ABCD Muhammadiyah agar dapat tetap dan Strategi Pembelajarannya. Jogjakarta:
mempertahankan dan mengembangkan Jayalitera.
program bina diri anak tunagrahita dalam hal 3. Efendi, M. (2009). Pengantar Psikopedagonik
melakukan aktivitas sehari-hari seperti mandi, Anak Berkelainan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
berpakaian, makan, berpindah, BAK/BAB 4. Tamher, & Noorkasiani. (2009). Kesehatan Usia
serta menyediakan layanan kolsultasi Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan.
seminggu sekali atau sebulan sekali untuk Jakarta: Salemba Medika.
orang tua anak tunagrahita sehingga orang tua 5. Nani, & desyiana, e. a (2009). The Effect Of
dapat mengetahui serta memahami Social Support To Socialization Skills On Special
perkembangan anaknya dan kesulitan apa Needs Children. Jurusan Keperawatan, Fakultas
yang masih dialami anaknya Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Unsoed
b. Bagi Stikes Widya Nusantara Palu (Internet)[diunduh Pada Tanggal 26 Mei 2017]
Diharapkan kepada institusi pendidikan :http://download.portalgaruda.org/article.php?arti
agar dapat memberikan pembelajaran cle=127175&val=4792.
mengenai keperawatan anak berkebutuhan 6. Supriyanto. (2012). Peran pengasuh Orang tua
khusus bukan hanya sebatas materi Anak Berkebutuhan Khusus Dalam Aktivitas
pembelajaran di kelas saja tetapi praktek Olahraga. (internet) diunduh 2017 Mei 25
langsungkelapangan. Sehingga nantinya http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/
diharapkan mahasiswa stikes dapat Agus%20Supriyanto,%2
meningkatkan perannya dimasyarakat dalam 0S.Pd.,M.Si./PERAN%20PENGASUHAN%20O
melakukan pengkajian dan merencanakan RANGTUA%20%20AN
program-program pelatihan atau penyuluhan AK%20BERKEBUTUHAN%20KHUSUS%20D
kesehatan terkait keterampilan perawatan diri ALAM%20AKTIVITAS
anak tunagrahita atau disabilitas lainnya baik 7. Sedarmayanti, & Hidayat, S. (2011). Metodologi
kepada yang bersekolah maupun yang tidak Penelitian. Bandung: Mandar Maju.
bersekolah. 8. Hidayat, A. (2007). Metode Penelitian
c. Bagi keluarga Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta:
Diharapkan kepada keluarga agar dapat Salemba Medika.
selalu mendampingi anak serta selalu 9. Kiki M. Verawati (2016) . Hubungan Dukungan
senantiasa melatih serta membantu anak Keluarga Dengan Kemampuan Perawatan Diri
dalam melakukan aktivitas kegitatan sehari- Pada Anak Retardasi Mental Di Slb Negeri 1
hari. bantul. (Internet).
d. Bagi peneliti http://digilib.unisayogya.ac.id/2152/1/NASKAH
Diharapkan peneliti selanjutnya jika %20PUBLIKASI%20%28MELISA%20KIKI%2
ingin meneliti mengenai kemandirian anak 0VERAWATI%20201210201041%29.pdf.[diund
tunagrahita dalam melakukan aktivitas uh 3 september 2017]
kegiatan sehari-hari diharapkan agar 10. Widyartanty, (2009). “Hubungan Pemberian
melakukan penelitian tentang faktor-faktor Motivasi Keluarga Terhadap Kemampuan
lain misalnya usia, status perkembangan dan Merawat Diri Pada Anak Tunagrahita di SDLB
fungsi kognitif Putra Jaya
Malang”from:http://old.fk.ub.ac.id/artikel/id/filed
ownload/keperawatan/Kriesty.%20W.pdf.
[diunduh tanggal 7 september 2017]
11. Wong, L.D. (2009). Buku Ajar Keperawatan
Pediatrik (6 Ed.,Vol. 1). Jakarta: EGC
12. Semiun. Y. (2006) Kesehatan Mental 2.
Yogyakarta: Penerbit Kanisisu.
13. Votroubek, W & Tabbaco, A. (2010). Pediatric
Home Car For Nurses: A Family-Centered
Approach. 3rd Ed. USA: Jones & Bartlett’s
Publishers
14. Hergenhahn, B.R dan Olson, M.H.
(2010).Theories of learning. Jakarta : Kencana
Prenada Media Grup
15. Prayitno, Dkk (2004), dasar-dasar bimbingan dan
konseling, Jakarta : Rineka cipta

Anda mungkin juga menyukai