Sosio Hukum Bahan
Sosio Hukum Bahan
Sosiologi hukum adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang secara analisis dan empiris mempelajari
hubungan timbal balik antara hukum dan gejala sosial lainnya atau mempelajari masyarakat khususnya
gejala dalam masyarakat tersebut.
“Ilmu pengetahuan hukum yang memerlukan studi dan analisis empiris tentang hubungan timbal balik
antara hukum dan gejala-gejala sosial lain”.
Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sosiologi hukum merupakan bagian dari
ilmu hukum yang mengkaji hubungan timbal balik atau pengaruh timbal balik antara hukum dan gejala
sosial yang dilakukan secara analistis dan empiris. Jadi dalam konteks ini yang diartikan hukum adalah
suatu kompleksitas dari pada sikap tindak manusia yang bertujuan untuk mencapai kedamaian di dalam
pergaulan hidup.
Dari pemikirannya, Durkheim menyimpulkan bahwa penyebabnya adalah “social order the primary of
the social” akan tetapi yang terpokok dalam masyarakat adalah “the social”. Jadi, arti penting Emile
Durkheim adalah karena ia termasuk orang yang pertama memandang peranan hukum dalam
membentuk masyarakatnya, yang kini lazim disebut hukum dan pembangunan. Durkheim membedakan
masyarakat dengan solidaritas sosial serta jenis hukumnya ke dalam dua jenis. Pertama, bentuk
masyarakat sederhana dengan solidaritas mekanik dan hukumnya yang bersifat represif. Kedua,
masyarakat yang kompleks dengan solidaritas organik di mana hukumnya bersifat represif. Kedua,
masyarakat yang kompleks dengan solidaritas organik dimana hukumnya bersifat restitutif. Menurutnya
masyarakat sederhana mempunyai solidaritas mekanik yaitu bahwa diantara warga masyarakat terdapat
suatu keterikatan yang besar dan keterikatan tersebut menjadi dasar berdirinya masyarakat sederhana
itu. Inilah yang menyebabkan hubungan-hubungan di dalam masyarakat bersifat mekanis. Sedangkan
masyarakat kompleks adalah mengandalkan kebebasan dan kemerdekaan warga masyarakatnya, karena
dengan begitu, terjamin berdirinya masyarakat yang kompleks.
3. Ajaran Jhering
Jhering adalah seorang Juris Jerman terkenal dengan gelarnya sebagai “the father of sociological
jurisprudence”. Doktrinnya yang sistematis didasarkan pada “social utilitarianism” yang berasal dari
prinsip “plain-pleasure”-nya Betham. Menurut Jhering esensi hukum itu adalah suatu kehendak nyata
untuk melindungi kepentingan kehidupan bersama dan kepentingan individu melalui koordinasi antara
kedua jenis kepentingan itu. Jhering menganggap bahwa dengan adanya koordinasi antara kepentingan
masyarakat di satu pihak dengan kepentingan individu di lain pihak maka kemungkinan terjadinya
konflik dapat diperkecil. Karena beliau yakin bahwa di bawah hukum kepentingan masyarakat harus
lebih didahulukan daripada kepentingan individu dalam hal terjadinya konflik antara kedua kepentingan
tersebut. Jadi konsep-konsep hukum Jhering terbukti didominir oleh ajaran tentang kebutuhan-
kebutuhan manusia di dalam masyarakat. menurutnya hukum adalah seperangkat kondisi-kondisi
kehidupan sosial dalam arti luas sekali, yang ditegakkan oleh kekuasaan negara melalui usaha paksaan
dari luas (external compulsion), jadi beliau menitikberatkan hakikat hukum pada jenis paksaan. Jadi
akhirnya teori sosiologis dari Jhering meneropong bahwa arah yang sebenarnya dari hukum adalah
realisasi dari suatu keseimbangan antara asas-asas (the principles) dan maksud/motivasi individu di satu
pihak dan asas-asas dan motivasi masyarakat di pihak lain. Dalam pandangannya hukum adalah
perwujudan dari persekutuan individu dan masyarakat.
Sebagai individu beliau membagi manusia ke dalam 4 sub sistem yaitu: cultural system, social system,
personality and behavioral organism. Kemudian sebagai warga masyarakat, beliau membedakan
kehidupan manusia ke dalam empat subsistem yaitu cultural system, social system, political system dan
economy system. Jadi teori sibernetik persons adalah melihat arus energi terbesar pada sub sistem
ekonomi dan makin ke bawah makin berkurang sebaliknya arus informasi terbanyak pada subsistem
budaya dan makin ke atas makin berkurang. Jadi letak hukum sebagian terletak pada subsistem budaya
dan sebagian lagi pada subsistem sosial, maka tidak heran lagi jika di dalam kenyataannya, kekuatan
ekonomi dan politik dapat mempengaruhi pelaksanaan hukum.
a. Melakukan analisis tentang akibat-akibat sosial yang aktual dari lembaga-lembaga hukum, serta
memandang hukum pada pelaksanaannya.
c. Mengutamakan prioritas tujuan sosial yang ingin dicapai oleh pembuatan peraturan dan tak ada
sanksinya.
d. Membahas tentang sejarah sosiologis hukum, membela pelaksanaan hukum secara adil dan
mendesak agar ajaran-ajaran hukum dianggap sebagai pedoman ke arah yang adil bagi masyarakat.
e. Pengefektifan usaha untuk pencapaian tujuan hukum dan kegunaan sosiologi hukum bagi profesi
hakim dan legislator.
Dari pembahasan ini beliau menelorkan konsep yang kemudian sangat dikenal yaitu “Law is a tool of
social engineering” yaitu hukum sebagai alat rekayasa sosial atau masyarakatnya.