Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH NEONATUS TENTANG

“ PEMERIKSAAN FISIK BAYI DAN BALITA”

Di susun oleh: kelompok 3


Renti 181015401015
Rinda Hanum 181015401017
Setri Oktadi 181015401019
Siti Zubaidah 181015401020

Dosen pengampuh:
Sulastri, SKM, M.kes

DIII KEBIDANAN STIKES KELUARGA BUNDA JAMBI


TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji syukur selalu kami haturkan khadirat allah SWT. Yang senantiasa
melimpahkan rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami, sehingga kami bisa
menyelesaikan tugas penyusun makalah NEONATUS yang berjudul “pemeriksaan fisik bayi
dan balita” Dalam penulisan makalah ini kami tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan
berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ibuk Sulastri, SKM,M.kes selaku pembimbing mata kuliah neonatus
2. Semua pihak yang membantu pembuatan makalah ini yang tidak bisa kami sebutkan
satu persatu
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah “
neonatus“ dibimbing oleh ibuk Sulastri, SKM, M.kes Kami merasa makalah ini jauh dari
sempurna, kami mengharap saran dan kritik untuk perbaikan makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan mudah – mudahan dengan tersusunnya makalah
ini dapat menjadi sumber pemikiran yang berharga bagi mahasiswai untuk tambahan
referensi pengetahuannya.kurang lebihnya kami mohon maaf yang sebesar-besarnya karena
makhluk Allah SWT tidak luput dari salah khilaf dan atas perhatiannya kami ucapkan terima
kasih.

Jambi,22 oktober 2019


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .........................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang...........................................................................1
B. Rumusan masalah.....................................................................1
C. Tujuan.......................................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pemeriksaan pada bayi dan balita........................................
B. penilaian hasil pemeriksaan fisik...........................................
C. penyakit yang lazim terjadi...................................................
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................
B. Saran..........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang
Pemeriksaan fisik pada bayi dan balita merupakan pemeriksaan fisik yang
digunakan untuk menilai status kesehatan yang dilakukan pada saat bayi baru lahir,
24 jam setelah lahir, dan pada waktu pulang dari rumah sakit. Dalam melakukan
pemeriksaan ini sebaiknya bayi dalam keadaan telanjang di bawah lampu terang.
Sehingga bayi tidak mudah kehilangan panas. Tujuan pemeriksaan fisik pada bayi
adalah menilai status adaptasi atau penyesuaian kehidupan intrauteri kedalam
kehidupan ekstrauteri serta mencari kelainan pada bayi.
Ditinjau dari pertumbuhan dan perkembangan bayi, periode neonatal
merupakan periode yang paling kritis. Maka dari itu diperlukan pemantauan pada
bayi baru lahir. Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui
aktivitas bayi normal atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir
yang memerlukan perhatian keluarga dan penolong persalinan serta tindak lanjut
petugas kesehatan. Dengan pemantauan neonatal dan bayi, kita dapat segera
mengetahui masalah-masalah yang terjadi pada bayi sedini mungkin. Contoh
masalah pada bayi yang sering kita temui yaitu bercak mongol, hemangioma,
ikterik, muntah dan gumoh, dll. Jika salah satu dari masalah tersebut tidak segera
diatasi maka bisa menyebabkan masalah atau komplikasi lainnya.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penyusunan makalah ini adalah bagaimana cara
pemeriksaan fisik pada bayi dan balita?

C. Tujuan Penulisan
1. Agar mahasiswa lebih mengetahui tentang cara pemeriksaan fisik pada bayi dan
balita.
2. Agar mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik dengan baik dan benar
3. Agar mahasiswa mengetahui seperti apa penyakit yang lazim terjadi pada bayi
dan balita
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pemeriksaan Fisik pada Bayi dan Balita

1. Pemeriksaan fisik bayi


Pemeriksaan fisik pada bayi dapat dilakukan oleh bidan, perawat atau dokter
untuk menilai status kesehatannya. Waktu pemeriksaan fisik dapat dilakukan saat
bayi baru lahir, 24 jam setelah lahir, dan akan pulang dari rumah sakit. Sebelum
melakukan pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, antara lain:
1. Bayi sebaiknya dalam keadaan telanjang di bawah lampu terang sehingga bayi tidak
mudah kehilangan panas, atau lepaskan pakaian hanya pada daerah yang diperiksa.
2. Lakukan prosedur secara berurutan dari kepala ke kaki atau lakukan prosedur yang
memerlukan observasi ketat lebih dahulu, seperti paru, jantung dan abdomen.
3. Lakukan prosedur yang mengganggu bayi, seperti pemeriksaan refleks pada tahap
akhir.
4. Bicara lembut, pegang tangan bayi di atas dadanya atau lainnya. Kegiatan ini
merupakan pengkajian fisik yang dilakukan oleh bidan yang bertujuan untuk
memastikan normalitas dan mendeteksi adanya penyimpangan dari normal.

A. Prinsip Pemeriksaan Pada Bayi Baru Lahir


 Jelaskan prosedur pada orang tua dan minta persetujuan tindakan
 Cuci dan keringkan tangan , pakai sarung tangan dan pastikan pencahayaan
baik.
 Periksa apakah bayi dalam keadaan hangat, buka bagian yang akan diperiksa
(jika bayi telanjang pemeriksaan harus dibawah lampu pemancar) dan segera
selimuti kembali dengan cepat, periksa bayi secara sistematis dan
menyeluruh.
a. Pengukuran Anthopometri
1. Penimbangan berat badan
2. Pengukuran panjang badan bayi
3. Pengukuran lingkar kepala
a. Lingkar kepala BBL : 33-35 cm (Lebih dari lingkar dada)
b. Kenaikan lingkar kepala tahun pertama 44-47 cm.
c. Perkiraan lingkar kepala :
· 6 bulan : 44 cm
· 1 tahun : 47 cm
· 2 tahun : 49 cm
4. Pengukuran lingkar
b. Pemeriksaan Kepala
Raba sepanjang garis sutura dan fontanel, apakah ukuran dan tampilannya
normal. Sutura yang berjarak lebar mengindikasikan bayi preterm, moulding
yang buruk atau hidrosefalus.
c. Pemeriksaan Wajah
Wajah harus tampak simetris. Terkadang wajah bayi tampak asimetris hal ini
dikarenakan posisi bayi di intrauteri. Perhatikan kelainan wajah yang khas
seperti sindrom down atau sindrom piere robin. Perhatikan juga kelainan
wajah akibat trauma lahir seperti laserasi, paresi N.fasialis.
d. Pemeriksaan Mata
Pemeriksaan mata di lakukan pada kelopak mata untuk menilai ada/tidaknya
kemerahan atau pembengkakan yaitu nanah yang keluar dari mata, dan
perdarahan subkonjungtiva.
e. Pemeriksaan Hidung
Bayi harus bernapas dengan hidung, jika melalui mulut harus diperhatikan
kemungkinan ada obstruksi jalan napas karena atresia koana bilateral,
fraktur tulang hidung atau ensefalokel yang menonjol ke nasofaring
f. Pemeriksaan Mulut
Perhatikan mulut bayi, bibir harus berbentuk dan simetris.
Ketidaksimetrisan bibir menunjukkan adanya palsi wajah. Mulut yang kecil
menunjukkan mikrognatia.
g. Pemeriksaan Telinga
Periksa dan pastikan jumlah, bentuk dan posisinya.Pada bayi cukup bulan,
tulang rawan sudah matang.Daun telinga harus berbentuk sempurna dengan
lengkungan yang jelas dibagian atas. Perhatikan letak daun telinga. Daun
telinga yang letaknya rendah (low set ears) terdapat pada bayi yang
mengalami sindrom tertentu (Pierre-robin).
h. Pemeriksaan Leher
Leher bayi biasanya pendek dan harus diperiksa kesimetrisannya.
Pergerakannya harus baik. Jika terdapat keterbatasan pergerakan
kemungkinan ada kelainan tulang leher.
i. Pemeriksaan tangan
Kedua lengan harus sama panjang, periksa dengan cara meluruskan kedua
lengan ke bawah. Kedua lengan harus bebas bergerak, jika gerakan kurang
kemungkinan adanya kerusakan neurologis atau fraktur.
j. Pemeriksaan genetalia
Pada bayi laki-laki panjang penis 3-4 cm dan lebar 1-1,3 cm.Periksa posisi
lubang uretra. Skrortum harus dipalpasi untuk memastikan jumlah testis ada
dua. Pada bayi perempuan cukup bulan labia mayora menutupi labia minora.
Lubang uretra terpisah dengan lubang vagina.
k. Pemeriksaan anus dan rectum
Anus dan rectum. Periksa adanya kelainan atresia ani , kaji posisinya
Mekonium secara umum keluar pada 24 jam pertama, jika sampai 48 jam
belumkeluar kemungkinan adanya mekonium plug syndrom, megakolon atau
obstruksi saluran pencernaan.
l. Pemeriksaan kaki
Periksa kesimetrisan tungkai dan kaki. Periksa panjang kedua kaki dengan
meluruskan keduanya dan bandingkan. Kedua tungkai harus dapat bergerak
bebas. Kuraknya gerakan berkaitan dengan adanya trauma, misalnya fraktur,
kerusakan neurologis. Periksa adanya polidaktili atau sidaktili padajari kaki.

2. Pemeriksaan fisik balita


Pemeriksaan ini bertujuan untuk memperoleh data status kesehatan anak dan
sebagai dasar dalam menegakkan diagnosis. Pemeriksaan pada anak meliputi keadaan
umum dan keadaan khusus.
a. Pemeriksaan Kepala
Pemeriksaan ini dilakukan dengan menilai lingkar kepala. Lingkar kepala yang
lebih besar dari normal disebut makrosefali, biasanya ditemukan pada penyakit
hidrocephalus. Sedangkan lingkar kepala kurang dari normal disebut mikrosefali.
Pemeriksaan lain yang dilakukan pada ubun-ubun atau fontanel.
b. Pemeriksaan Wajah
Pemeriksaan ini dilakukan dengan menilai apakah asimetri atau tidak. Wajah
asimetri dapat disebabkan oleh adanya paralisis fasialis, serta dapat menilai
adanya pembengkakan daerah wajah.
c. Pemeriksaan Mata
Pemeriksaan ini dilakukan dengan menilai adanya virus atau ketajaman
penglihatan. Pemeriksaan virus ini dapat dilakukan dengan pemberian
rangsangan cahaya (khusus neonatus). Pemeriksaan mata yang lain adalah
menilai apakah terdapat palpebra simetris atau tidak. Kelainan yang muncul
antara lain :
a) Ptosis adalah palpebra tidak dapat terbuka.
b) Lagoftalmos yaitu kelopak mata yang tidak dapat menutup dengan sempurna
sehingga kornea tidak dilindungi oleh kelopak mata.
c) ditandai dengan kedua belah mata tidak tertutup sempurna.
d) Hordeolum merupakan infeksi lokal pada palpebra.
d. Pemeriksaan Telinga
Pemeriksaan telinga dapat dilakukan mulai telinga bagian luar, telinga bagian
tengah, dan telinga bagian dalam. Pada pemeriksaan telinga bagian luar dapat
dimulai dengan pemeriksaan daun telinga dengan menentukan bentuk, besar
dan posisinya. Pemeriksaan liang telinga ini dapat dilakukan dengan bantuan
otoskop. Pemeriksaan selanjutnya adalah pemeriksaan membran timpani.
e. Pemeriksaan Hidung
Pemeriksaan ini dilakukan dengan menilai adanya kelainan bentuk hidung dan
juga menentukan ada tidaknya epistaksis. Pemeriksaan yang dapat digunakan
adalah pemeriksaan rhinoskopi anterior dan posterior.
f. Pemeriksaan Mulut
Pemeriksaan mulut bertujuan untuk menentukan ada tidaknya,
a) Trismus yaitu kesukaran membuka mulut.
b) Halitosis yaitu bau mulut tidak sedap karena personal hygine yang kurang.
c) Labioskisis yaitu keadaan bibir yang tidak simetris.
g. Pemeriksaan Faring
Pemeriksaan ini dilakukan dengan menilai adanya hiperemia, edema, abses baik
retrofaringeal atau peritonsilar. Edema faring umumnya ditandai dengan mukosa
yang pucat dan sembab, serta dapat ditentukan adanya bercak putih abu-abu
yang sulit diangkat pada difteri (pseudomembran).
h. Pemeriksaan Laring
Pemeriksaan laring ini sangat berhubungan dengan pemeriksaan pernapasan.
Apabila ditemukan obstruksi pada laring, maka suara mengalami stridor yang
disertai dengan batuk dan suara sesak. Pemeriksaan laring dilakukan dengan
menggunakan alat laringoskop, baik secara langsung maupun tidak langsung,
dengan cara dimasukkan ke dalam secara perlahan-lahan dengan lidah ditarik ke
luar.
i. Pemeriksaan Leher
Pemeriksaan leher dilakukan dengan menilai adanya tekanan vena jugularis.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengondisikan pasien dalam kondisi telentang
dengan dada dan kepala diangkat setinggi 15º - 30º, kemudian dicek apakah
terdapat distensi pada vena jugularis. Selanjutnya lakukan pemeriksaan untuk
menilai ada atau tidaknya massa dalam leher.

1. persiapan
A. Peralatan Dan Perlengkapan
a. Kapas.
b. Senter.
c. Termometer.
d. Stetoskop.
e. Selimut Bayi.
f. Bengkok.
g. Timbangan Bayi.
h. Pita Ukur/Metlin
i. Pengukur Panjang Badan
2. Teknik Pemeriksaan
B. Prosedur
1) Persiapan Diri dan Pasien
2) Jelaskan pada ibu dan keluarga maksud dan tujuan dilakukan pemeriksan.
3) Lakukan anamnesa riwayat dari ibu meliputi faktor genetik, faktor
lingkungan, sosial, faktor ibu (maternal), faktor perinatal, intranatal, dan
neonatal.
4) Susun alat secara ergonomis.
5) Cuci tangan menggunakan sabun dibawah air mengalir, keringkan dengan
handuk bersih.
6) Memakai sarung tangan.
7) Letakkan bayi pada tempat yang rata
a) Pengukuran Anthopometri
1) Penimbangan berat badan Letakkan kain atau kertas pelindung diatas
timbangan dan atur skala penimbangan ke titik nol sebelum penimbangan.
Hasil timbangan dikurangi berat alas dan pembungkus bayi. Kemudian catat
hasilnya.
2) Pengukuran panjang badan Letakkan bayi di tempat yang datar. Ukur panjang
badan dari kepala sampai tumit dengan kaki/badan bayi diluruskan. Alat ukur
harus terbuat dari bahan yang tidak lentur. Catat hasilnya.
3) Pengukuran lingkar kepala Pengukuran dilakukan dari dahi kemudian
melingkari kepala kembali lagi ke dahi. Catat hasilnya.
4) Pengukuran lingkar dada Ukur lingkar dada dari daerah dada ke punggung
kembali ke dada (pengukuran dilakukan melalui kedua puting susu).
b) Pemeriksaan Kepala
Raba sepanjang garis sutura dan fontanel, apakah ukuran dan tampilannya normal.
Cara:
1) Lakukan inspeksi daerah kepala.
c) Pemeriksaan Wajah
d) Pemeriksaan Mata
Pemeriksaan mata di lakukan pada kelopak mata untuk menilai ada/tidaknya
kemerahan atau pembengkakan yaitu nanah yang keluar dari mata, dan perdarahan
subkonjungtiva.
Langkah – langkah :
1. Goyangkan kepala bayi secara perlahan-lahan supaya mata bayi terbuka.
2. Periksa jumlah, posisi atau letak mata.
3. Periksa adanya strabismus yaitu koordinasi mata yang belum sempurna.
4. Periksa adanya glaukoma kongenital. Mulanya akan tampak sebagai pembesaran
kemudian sebagai kekeruhan pada kornea. Katarak kongenital akan mudah
terlihat yaitu pupil berwarna putih. Pupil harus tampak bulat. Terkadang
ditemukan bentuk seperti lubang kunci (kolobama) yang dapat mengindikasikan
adanya defek retina.
e) Pemeriksaan Hidung
Kaji bentuk dan lebar hidung,
Cara:
1) Amati pola pernapasan
2) Amati mukosa lubang hidung
F) Pemeriksaan Mulut
Perhatikan mulut bayi
Cara:
1. Lakukan inspeksi adanya kista yang ada pada mukosa mulut.
2. Amati warna, kemampuan refieks menghisap.
3. Apabila lidah menjulur keluar dapat dinilai adanya kecacatan kongenital.
4. Amati adanya bercak pada mukosa mulut, palatum dan pipi bisanya disebut
sebagai Monilia albicans.
5. Amati gusi dan gigi, untuk menilai adanya pigmen.
g) Pemeriksaan Telinga
Periksa dan pastikan jumlah, bentuk dan posisinya.
Cara:
Bunyikan bel atau suara, apabila terjadi reflek terkejut maka pendengarannya baik,
kemudian apabila tidak terjadi refleks maka kemungkinan akan terjadi gangguan
pendengaran.
h) Pemeriksaan Leher
Cara:
Amati pergerakan leher apabila terjadi keterbatasan dalam pergerakannya maka
kemungkinan terjadi kelainan pada tulang leher. Seperti kelainan tiroid, himangiona
dan lain-lain.
i) Pemeriksaan tangan
Kedua lengan harus sama panjang, periksa dengan cara meluruskan kedua lengan ke
bawah
j) Pemeriksaan genetalia
Pada bayi laki-laki panjang penis 3-4 cm dan lebar 1-1,3 cm.Periksa posisi lubang
uretra. Prepusium tidak boleh ditarik karena akan menyebabkan fimosis. Skrortum
harus dipalpasi untuk memastikan jumlah testis ada dua. Pada bayi perempuan
cukup bulan labia mayora menutupi labia minora. Lubang uretra terpisah dengan
lubang vagina. Terkadang tampak adanya sekret yang berdarah dari vagina, hal ini
disebabkan oleh pengaruh hormon ibu (withdrawl bedding).
k) Pemeriksaan anus dan rectum
Anus dan rectum. Periksa adanya kelainan atresia ani , kaji posisinya Mekonium
secara umum keluar pada 24 jam pertama, jika sampai 48 jam belumkeluar
kemungkinan adanya mekonium plug syndrom, megakolon atau obstruksi saluran
pencernaan.
l) Pemeriksaan kaki
Periksa kesimetrisan tungkai dan kaki. Periksa panjang kedua kaki dengan
meluruskan keduanya dan bandingkan. Kedua tungkai harus dapat bergerak bebas.
B. Penilaian hasil pemeriksaan fisik pada Bayi dan Balita

1. Kepala
Perhatikan besarnya kepala dengan mengukur lingkaran kepala. Normal ukuran
lingkaran kepala bayi baru lahir 33 cm – 35 cm, pada umur 1 tahun menjadi 44 –
47 cm. Ukuran lingkaran kepala penting diketahui untuk mengetahui
pertumbuhan otak Pada pasien Hidrocephalus terjadi penimbunan cairan otak
(liquor cerebrospinalis) dalam otak, karena terjadi penyumbatan pada aliran
liquor .
-Pada hydrocehalus terlihat kepala makin lama makin besar. Ukuran kepala
yang kecil disebut mikrocephalus .
-Pada dehidrasi ubun ubun besar menjadi cekung
2. Rambut
Pada pasien Kwashiorkor rambut kepala mudah dicabut, warna rambut kusam,
kering, halus , jarang , dan berubah warnanya menjadi putih.
3. Mata
- Kelopak mata , pada inspeksi dapat dijumpai ptosis,peradangan,
- Conyuntiva , pada peradangan (conyuntivitis), terlihat pembuluh darah
bertambah banyak (congesti) sehingga warna conyuntiva menjadi merah sekali -
-sclera : pada penyakit hati terlihat kuning (icterik)
- cornea : perubahan pada warna cornea yaitu terdapat bercak abu abu sampai
putih
4. Hidung
Bentuk hidung pada syphilis menjadi pesek (saddle nose) Bentuk hidung pada
acromegali menjadi besar. Rongga hidung apakah terlihat septum deviasi
(septum hidung bengkok), Apakah ada corpus alienum dalam hidung, Ulcus pada
septum hidung karena sering dikorek , syphilis dan tbc.
5. Bibir
Cyanosis pada bibir terlihat biru, karena kelainan jantung bawaan, penyakit paru.
Warna bibir pucat pada anemia. Pada herpes labialis terlihat gelembung
gelembung kecil pada bibir.
Bibir yang retak retak dijumpai pada penderita dengan demam
Bibir yang kering dijumpai pada pasien dengan dehidras
Bibir yang mengalami luka pada sudut mulut pada kekurangan riboflavin Pada
kelumpuhan N. Fasialis terjadi asimetri pada bibir.
6. Gigi
Pertumbuhan gigi yang terlambat terdapat pada kretinisme, rachitis, lues,
mongolisme. Pada Syfilis dijumpai gigi Hutchinson yaitu gigi seri atas tengah
berbentuk gunting
7. Lidah
Lidah yang pucat terjadi pada pasien dengan anemia Pada dehydrasi lidah
terlihat kering Lidah yang kotor terjadi pada orang yang bernafas melalui mulut
atau yang banyak merokok. Pada anemia perniciosa dan anemia defisiensi besi
terlihat permukaan lidah licin karena papil menghilang
8. Gusi
Gusi dapat membengkak tanpa rasa nyeri pada pemakaian obat Dilantin Pada
pasien Morbilli sebelum timbul merah pada kulit didapat bercak koplik yaitu
pada mukosa rongga mulut setinggi gigi molar timbul bintik abu abu yang
dilingkari tepi yang merah
9. Pharing
Diperiksa palatum molle, arcus pharyngeus, tonsil dan dinding pharynx Pada
peradangan mukosa bagian tersebut menjadi merah. Pada Difteri terdapat
selaput berwarna putih keabuan yang sukar diangkat, mudah berdarah pada
pharynx , tonsil. Pada Tonsilitis tonsil menjadi bengkak merah dan pada
permukaannya didapat infiltrat. Pada abcess retropharynx dinding pharynx
menjadi bengkak.
10. Thorax
Pada Pleural effusion (cairan dalam rongga Pleura) didapat :
 Hemithorax yang mengandung cairan lebih besar dari yang sehat
 Pergerakan thorax sisi yang sakit berkurang
 Suara Pernafasan pada sisi yang sakit melemah
 karena nyeri pernafasan pasien terlihat dangkal dan cepat .
 Palpasi Fremitus melemah karena adanya hambatan berupa cairan.
 Perkusi redup atau pekak
Pada Pneumothorax (dalam rongga pleura berisi udara)
 Hemithorax yang menderita pneumothorax terlihat lebih besar dari yang
sehat
 Pergerakan hemithorax yang sakit berkurang karena terhalang oleh udara
 Sela iga melebar, Fremitus melemah
 Pada perkusi terdengar tympanis
 Suara pernafasan melemah
Pada tuberculosis terdengar rhonchi basah halus.
11. Jantung
Pada V.S.D. (Ventrikel septal defek) dijumpai bising sistole diruang intercosta IV
parasternal kiri
 Pada Stenosis Pulmonalis bising sistole diruang intercosta II parasternal
kiri.
 Pada Stenosis Aorta bising sistole diruang intercosta parasternal kanan.
 Pada Paten ductus arteriosus bising sistole diastole di ruang intercosta II
subclavicular Kiri.
 Pada tetralogi Fallot bising sistole pada ruang intercosta III parasternal
kiri.
12. Abdomen
Adanya cairan dalam abdomen dijumpai pada Cirrosis hepatis, kegagalan
jantung. Pada appendicitis acut terdapat nyeri tekan didaerah iliaca kanan .
13. Alat kelamin
Pada orchitis (infeksi scrotum) terjadi pembengkakan , merah , nyeri, dapat
dijumpai akibat infeksi parotitis Pembesaran scrotum terjadi pada Hernia
inguinalis yang turun kearah scrotum Pada varicocele terjadi pelebaran
pembuluh vena discrotum, seperti gambaran cacing. Pada Hydrocel terdapat
cairan dalam scrotum. Testis diraba, kalau hanya teraba satu berarti belum
turun,operasi dilakukan umur 5 th.
14. Gangguan kesadaran
 Apatis : penderita tidak mempunyai perhatian terhadap keadaan
sekitarny
 Somnolent : mengantuk, dapat tertidur tetapi mudah dibangunkan
 Sopor : keadaan seperti tidur lelap dan sukar dibangunkan
 Soporous-coma : Penderita tidak dapat dibangunkan , tetapi masih
bereaksi pada rangsang nyeri
 Coma : penderita tidak bereaksi lagi pada rangsang nyeri

C. Penyakit-penyakit yang lazim terjadi dan penatalaksanaannya

1. Bercak Mongol
Bercak mongol merupakan bercak rata berwarna kebiruan, kehitaman, atau
kecoklatan yang lebar, dan umumnya terdapat pada sisi punggung bawah, juga
paha belakang, punggung atas, bokong dan bahu.
Penyebabnya adalah terdapatnya melanosit yang mengandung melanin.
Bercak ini hanya merupakan lesi jinak dan tidak berhubungan dengan kelainan-
kelainan sistematik.
Perencanaan :
a. Jelaskan penyebab bintik mongol pada keluarga ( yang akan menghilang dalam 1
tahun)
b. Penuhi kebutuhan nutrisi
c. Pencegahan infeksi dengan menjaga kebersihan bayi
d. Libatkan kedua orang tua pada perawatan
e. Lakukan program imunisasi

2. Hemangioma
Hemangioma adalah tumor pembuluh darah yang paling banyak dijumpai
pada bayi terjadi pada 10% anak kulit putih dan sampai 20 % pada bayi
premature dengan berat badan kurang dari 1000 g. Hemongioma paling sering
terjadi pada kulit, lebih pada anak perempuan dan jarang berkembang
sepenunya pada waktu lahir. Hampir 60% ditemukan didaerah kepala dan leher
Klasifikasi hemangioma:
1. Hemangioma intradermal (port wine hemangioma/stain/nevus), merupakan
pelebaran pembuluh darah dermis yang letaknya superfisial. Lesi merah kebiruan
terutama di kepala dan leher.
2. Kapler (strawberry hemangioma, involiting hemangioma of in fancy, nevus
hipertrophy , infantile mixed cavernoves hemangioma), merupakan pelebaran
pembuluh darah dibawah epidermis (papillar layer) masih dalam dermis dengan
dinding pembuluh darah dibentuk oleh sel endotelium embrional sehingga sensitive
terhadap radiasi. Lesi merah dimana – mana terutama dikepala dan leher yang
muncul di pemukaan kulit yang bersifar progresif.
3. Hemangioma kavernosa, merupakan pelebaran pembuluh darah subkutis yang
kadang – kadang invasi ke fasia dan otot membentuk rongga dengan dinding
pembuluh darah yang dibentuk oleh sel endotelium dewasa.
4. Hemangioma campuran, jenis ini terdiri atas campuran antara jenis kapiler dan jenis
kavernosum. Gambaran klinisnya juga terdiri atas gambaran kedua jenis tersebut
sebagian besar ditemukan pada ekstremitas inferior, biasanya unilateral, soliter,
dapat terjadi sejak lahir atau masa anak – anak. Lesi berupa tumor yang lunak
berwarna merah kebiruan.
Penatalaksanaan masalah ini menggunakan pendekatan :
1) Konservatif
a. Ditunggu regresi (<5-6 tahun) untuk hemangioma buah arbei. Tindakan
pemasangan pembalut elastis dengan sedikit penekanan secara terus menerus.
Tindakan ini membantu mempercepat proses pemulihan.
b. Kamuflase dengan krem pewarna.
c. Penyuntikan sclerosing agent. Untuk anak kecil sebaiknya menggunakan narkosa
sebelum dipasang jahitan utuk tie over. Cara penyuntikan sclerosing agent:
2) Lakukan aspirasi untuk memastikan suntikan masuk kedalam rongga rongga.
Tandanya adalah ketika aspirasi keluar darah.
3) Suntikan sclerosing agent dan tangan yang lain memegang kassa menekan bagian
atas tumor
4) Pasang sufratur dan kassa lembab untuk tie over.
5) Lakukan pembalutan dengan perban elastis.
Perencanaan :
1. Jelaskan penyebab hemangioma kepada keluarga (akan menghilang dalam 1 tahun)
2. Penuhi kebutuhan nutrisi
3. Cegah infeksi dengan menjaga kebersihan bayi
4. Libatkan kedua orang tuan untuk perawatan
5. Lakukan program imunisasi
6. Lakukan kolaborasi untuk tindakan lanjut

3. Ikterik
Ikterik adalah menguningnya sklera, kulit, atau jaringan lain akibat
penimbunan bilirubin dalam tubuh. Ikterik atau ikterus pada bayi baru lahir
terdapat pada 25-50% neonatus cukup bulan dan lebih tinggi lagi pada neonatus
kurang bulan.
Klasifikasi:
1. Ikterus fisiologis: ikterus yang timbul pada hari kedua dan ketiga yang tidak
mempunyai dasar patologis
2. Ikerus patologis: ikterus yang mempunyai dasar patologis atau kadar bilirubin
mencapai suatu nilai yang disebut hiperbilirubinemia.
Ikterus dapat dicegah dengan:
1. Pengawasan antenatal yang baik
2. Tindakan menghindari obat yang dapat meningkatkan ikterus pda bayi selama masa
kehamilan dan kelahiran (misalnya surfafurazol, novobiosin).
3. Penanganan asfiksia dan trauma persalinan yang tepat.
4. Pemenuhan kebutuhan nutrisi bayi baru lahir dengan ASI
5. Pencegahan infeksi.
Penatalaksanaan ikterus fisiologis dengan minum ASI dini dan sering. Bayi
yang pulang sebelum 48 jam, diperlukan pemeriksaan ulang dan kontrol lebih cepat
terutama bila tampak kuning. Ikterus yang patologis diatasi dengan terapi sinar dan
transfusi tukar.
Perencanaan:
1. Jelaskan penyebab ikterus pada keluarga yang akan menghilang dalam waktu 10 hari
2. Anjurkan ibu untuk menjemur bayi pada pagi hari agar terkena sinar matahari
3. Penuhi kebutuhan nutrisi, anjurkan ibu untuk sering menyusui bayinya
4. Cegah infeksi dengan menjaga kebersihan bayi
5. Libatkan kedua orang tua untuk perawatan
6. Lakukan program imunisasi
7. Lakukan kolaborasi untuk tindak lanjut

4. Muntah
Muntah adalah proses refleks yang sangat terkoordinasi yang mungkin
didahului oleh peningkatan air liur. Muntah pada bayi merupakan gejala yang
sering sekali dijumpai dan dapat terjadi pada berbagai kondisi. Muntah dapat
merupakan gejala penyakit ringan atau penyakit berat.
Penyebab muntah:
1. Dalam masa neonatus. Kelainan kongenital saluran pencernaan, paralisis palatum,
atresia esofagus, kalasia, akalasia, iritasi pada lambung (mekonium, amnion, darah)
2. Setelah masa neonatus. Pada masa ini penyebab muntah makin banyak dan semakin
sulit. Diagnosis perlu mempertimbangkan :
Muntah dapat mengakibatkan kehilangan cairan tubuh atau elektrolit sehingga dapat
terjadi dehidrasi. Bila tadak mau makan dan minum, akan terjadi ketosis. Ketosis akan
menyebabkan asidosis yang akhirnya dapat menjadi syok.

Penatalaksanaan muntah adalah


1. Kaji faktor penyebab
2. Obati sesuai penyebabnya
3. Beri suasana tenang
4. Perlakukan bayi atau anak ddengan baik dan hati – hati
5. Beri diet yang sesuai dan jangan beri makanan yanng merangsang
6. Kaji sifat muntah
7. Bila ada kelainan yang sangat penting, segera lapor atau rujuk kerumah sakit.

5. Gumoh
Regurgitasi atau gumoh adalah keluarnya susu yang telah ditelan ketika atau
beberapa saat setelah meminum susu botol atau menyusu dan dalam jumlah yang
sedikit. Penyebabnya adalah anak atau bayi sudah kenyang, posisi anak atau bayi
saat menyusui yang salah, posisi botol yang salah, atau tergesa – gesa waktu
menyusu. Regurgitasi yang tidak berlebihan merupakan keadaan yang normal,
terutama pada bayi muda di bawah 6 bulan.
Penatalaksanaannya dengan memperbaiki posisi botol pada saat menyusu,
setelah makan atau minum usahakan anak bersendawa, bayi atau anak yang
menyusu pada ibu harus dengan bibir yang mencakup rapat pada puting susu ibu.
Perencanaan:
1. Jelaskan penyebab terjadinya gumoh pada keluarga
2. Ajarkan ibu dan keluarga tentng teknik menyusui yang benar atau berikan susu
dengan cara yang benar
3. Jika bayi diberi susu botol, perbaiki posisi botol pada saat menyusu
4. Anjurkan ibu untuk menyendawakan anak/bayinya setelah menyusu

6. Oral trush
Oral Trush adalah infeksi jamur yang terjadi pada area hangat dan basah yang
ditandai dengan bercak-bercak membran berwarna putih, menimbul, mirip sisa-sisa
susu di selaput lendir bibir, lidah, palatum, dan faring. Mula-mula dianggap endapan
susu, tetapi apabila dipaksa diangkat akan menyebabkan bayi malas menyusu karena
terasa agak nyeri.
Pencegahan oral trush adalah dengan membersihkan dan mengeringkan
segera daerah mulut bayi dan sekitarnya setiap selesai menyusu serta menjaga
kebersihan ibu dan bayinya.
Perencanaan:
1. Jelaskan penyebab oral trush pada keluarga
2. Ajarkan ibu dan kelurga tentang teknik menyusui yang benar dan cara memberi susu
yang benar
3. Anjurkan ibu untuk membersihkan mulut dan daerah sekitar mulut bayinya sesudah
menyusui
4. Anjurkan ibu untuk membilas mulut bayinya dengan air putih setelah menyusu
5. Berikan larutan nistatin 1 ml 4 kali sehari
6. Kolaborasi dengan dokter untuk penanganan lebih lanjut

7. Diaper trush
Diaper rush terjadi akibat kontak kulit yang terus menerus dengan lingkungan
yang tidak baik, diaper rush disebut juga ruam popok. Ruam popok adalah masalah
yang amat lazim dan perlu perhatian agar daerah popok tetap bersih dan kering
sehingga ruam tidak berkembang.Tanda dan gejala ruam popok adalah iritasi terjadi
di daerah di lipatan paha, tangan, dan erupsi pada daerah kontak yang menonjol
seperti bokongnya.
Penyebab ruam popok:
1. Kebersiahan kulit kurang terjaga
2. Jarang ganti popok setelah buang air kecil
3. Udara/ suhu yang terlalu panas
4. Diare
5. Reaksi kontak terhadap karet, plastik, deterjen

Penatalaksanaan ruam popok adalah:


a. Gunakan popok sekali pakai tanpa pemutih
b. Gunakan popok secara teratur, jangan biarkan bayi terbaring dengan popok basah.
c. Letakkan pelapis popok sekali pakai satu muka di sisi kulit bayi anda
d. Jaga agar bokong bayi tetap kering dan bersih.
e. Usahakan bokong bayi terbuka agar terkena angin setiap kali mengganti popok
f. Jaga kebersihan, ganti popok sesering mungkin, jaga suhu bayi.
g. Jaga agar tidak terkena air, tetap terbuka dan tetap kering.
h. Bersihkan dengan kapas halus dan minyak (baby oil)
i. Atur posisi tidur agar tidak menekan luka
j. Jaga kebersihan kulit dan tubuh, kebersihan pakaian
k. Bilas bekas perianal setelah berkemih atau defekasi.
Perencanaan:
1. Jelaskan penyebab terjadinya diaper rush pada keluarga
2. Jangan biarkan bayi berbaring dengan popok yang basah
3. Sering cek poopok apakah sudah penuh atau belum
4. Jaga agar bokong dan genetalia bayi tetap bersih dan kering
5. Usahakan bokkong bayi terbuka agar terkena angin
6. Hindari kontak dengan karet atau plastik
7. Jaga kebersihan kulit

8. Seborhea
Seborrhea adalah sebum lemak yang berlebihan, terjadi pada 3 bulan
pertama kehidupan. Gejala klinisnya beruparuam merah mengelupas pada kulit
kepala, alis mata, lipatan leher, ketiak, lipatpaha dan daerah popok.
Perencanaan:
1. Jelaskan penyebab terjadinya seborea pada keluarga.
2. Anjurkan ibu untuk tidak megelupaskan sebum lemak yang terdapat pada bagian
kepala bayi atau pada bagian lain yang terkena.
3. Gunakan emolien atau hidrokortison 0,5% dan kulit kepala diurut secara perlahan
tanpa dipaksa dengan sampo ringan.
4. Jaga kebersihan kulit.

9. Bisul
Bisul (furunkel) adalah suatu infeksi nekrotik akut folikel rambut atau
benjolan yang nyeri pada kulit karena radang terbatas pada kulit jangat dan jaringan
bawah kulit yang meliputi mata bisul. Bisul disebabkan oleh bakteri yang masuk
kedalam kulit melalui kandung rambut, kelenjar palit, atau kelenjar kringat.
Furunkulosis adalah timbulnya segrombolan bisul atau furunkel secara serentak,
sering terjadi pada penderita penyakit gula (diabetes melitus).
Penyebab furunkulosis disebabkan oleh strain khusus stafilokokus. Gejalanya
menimbulkan demam dan terasa sangat nyeri sebelum terbentuknya nanah. Gejala
awal adalah penderita akan merasa gatal, lesi menjadi nyeri bila ditekan atau diusap
selama proses supurasi, lesi terasa sakit sekali.

Perencanaan:
1. Jelaskan penyebab terjadinya bisul pada keluarga
2. Anjurkan ibu untuk memberi kompres hangat pada bisul
3. Cegah pecahan bisul mengenai bagian kulit lain agar tidak tertular
4. Pengobatannya dengan parasetamol, antibiotik, penisilin
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masalah yang lazim terjadi pada bayi antara lain bercak mongol, hemangioma,
ikterik, muntah & gumoh, oral trush, diaper rush, seborrea, dan bisul. Bercak mongol
merupakan bercak rata berwarna biru. Ikterik adalah menguningnya sklera, kulit, atau
jaringan lain akibat penimbunan bilirubin dalam tubuh. Muntah adalah proses refleks yang
sangat terkoordinasi yang mungkin didahului oleh peningkatan air liur.Regurgitasi atau
gumoh adalah keluarnya susu yang telah ditelan ketika atau beberapa saat setelah
meminum susu botol atau menyusu dan dalam jumlah yang sedikit.Oral Trush adalah infeksi
jamur yang terjadi pada area hangat dan basah. Diaper rush terjadi akibat kontak kulit yang
terus menerus dengan lingkungan yang tidak baik, diaper rush disebut juga ruam popok.
Seborrhea adalah sebum lemak yang berlebihan, terjadi pada 3 bulan pertama kehidupan.
Bisul adalah suatu infeksi nekrotik akut folikel rambut atau benjolan yang nyeri pada kulit
karena radang terbatas pada kulit jangat dan jaringan bawah kulit yang meliputi mata bisul.
Pemeriksaan fisik pada bayi dan balita merupakan pemeriksaan fisik yang digunakan
untuk menilai status kesehatan yang dilakukan pada saat bayi baru lahir, 24 jam setelah
lahir, dan pada waktu pulang dari rumah sakit. Dalam melakukan pemeriksaan ini sebaiknya
bayi dalam keadaan telanjang di bawah lampu terang. Sehingga bayi tidak mudah
kehilangan panas.

B. Saran
Sebaiknya orang tua memantau bayinya agar dapat mengetahui masalah-masalah
yang terjadi pada bayi sedini mungkin. Karena jika salah satu dari masalah tersebut tidak
segera diatasi maka bisa menyebabkan masalah atau komplikasi lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Deslidel, dkk. 2011. Buku Ajar Asuhan Neonatus, Bayi, & Balita. Jakarta: EGC.
Dewi Vivian N. L.2010.Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta: SalembaMedika.
Prawiroharjo, sarwono. 2005. Pelayanan Kesehatan Material dan Neonatus. Jakarta:
JNPKKR. POG
Sudarti, dan Endang Khoirunnisa. 2010. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Dan Anak Balita.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Yeyeh, Ai.2010.Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: CV. Trans InfoMedika.

Anda mungkin juga menyukai