Oleh:
Kelompok 1
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
RPS 11
TAHAPAN PENGOLAHAN DAN PENYAJIAN DATA
1. Editing
Muhamad Teguh dalam bukunya “Metodologi Penelitian Ekonomi dan Aplikasi”
menyatakan editing merupakan kegiatan untuk meneliti kembali rekaman atau catatan
data yang telah dikumpulkan oleh pencari data dalam suatu penelitian, apakah hasil
rekaman data tersebut cukup baik dan dapat dipersiapkan untuk proses lebih lanjut
ataukah rekaman tersebut perlu dilakukan peninjauan kembali agar dapat dipakai untuk
proses lebih lanjut.
Lalu Kuncoro dalam bukunya yang berjudul “Metode Riset Untuk Bisnis dan
Ekonomi” juga menyatakan bahwa editing adalah proses yang bertujuan agar data yang
dikumpulkan memberikan kejelasan, dan dapat dibaca, konsisten, dan komplet. Editing
data agar jelas dari terbaca akan membuat data dengan mudah dapat dimengerti.
Penyunting (editor) akan melihat ada atau tidaknya ambiguitas dalam data yang
dikumpukan.tulisan tangan yang menimbulkan salah tafsir perlu diperjelas. Dalam
kasus wawancara personal wawancara dapat dipanggil untuk memecahkan masalah
penyuntingan. Penyuntingan instrumen survey, karena salah klasifikasi dan salah
jawaban, merupakan tanggung jawab penyunting.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa penyuntingan (editing) adalah pengecekan atau
pengoreksian data yang telah dikumpulkan, karena kemungkinan data yang masuk atau
data terkumpul itu tidak logis dan meragukan. Pada tahapan ini, data yang telah
terkumpul melalui daftar pertanyaan (kuesioner) ataupun pada wawancara perlu dibaca
kembali untuk melihat apakah ada hal-hal yang masih meragukan dari jawaban
responden. Jadi, editing bertujuan untuk memperbaiki kualitas data dan menghilangkan
keraguan data. Pada kesempatan ini, kekurangan data atau kesalahan data dapat
dilengkapi atau diperbaiki baik dengan pengumpulan data ulang atau pun dengan
interpolasi (penyisipan).
2. Coding
Coding adalah pemberian tanda, simbol, dan kode bagi tiap-tiap data yang
termasuk dalam kategori yang sama. Tanda dapat berupa angka atau huruf. Tujuan
coding adalah untuk mengklasifikasi jawaban kedalam kategori – kategori yang
penting. Ada dua langkah penting dalam melakukan coding yaitu :
1) Menentukan kategori-kategori yang akan digunakan.
2) Mengalokasikan jawaban individual pada kategori-kategori tersebut.
Kumpulan kategori-kategori ini disebut dengan “coding frame”. Pada pertanyaan
tertutup biasanya coding frame sudah dilengkapi, tetapi pada pertanyaan terbuka sulit
untuk merencanakan coding frame yang bersangkutan. Mengkostruksikan coding frame
hendaknya dilakukan oleh seseorang yang benar-benar mengetahui tujuan peneliti dan
mengetahui bagaimana hasil penelitian akan digunakan. Coding frame ini perlu di tes
terlebih dahulu oleh petugas coding. Hal ini dilakukan, selain untuk melatih petugas
coding juga untuk membuka kemungkinan terciptanya coding frame yang lebih baik
(Rahyuda, 2004:82).
Nasir mengemukakan bahwa mengkode adalah menaruh angka pada tiap jawaban
(Moh. Nasir, 1998:407), untuk dapat memberikan kode pada jawaban tersebut perlu
diperhatikan:
1) Kode dan jenis pertanyaan
a) Bila jawaban berupa angka maka kode yang digunakan adalah angka itu
sendiri.
b) Bila jawaban untuk pertanyaan tertutup jawabannya sudah disediakan
terlebih dahulu dan responden hanya mengecek jawaban tersebut sesuai
dengan instruksi. Responden tidak boleh menjawab di luar yang telah
ditetapkan.
c) Bila jawaban pertanyaan semi terbuka, selain dari jawaban yang telah
ditentukan maka jawaban lain yang dianggap cocok oleh responden
masih diperkenankan untuk dijawab. Jawaban tambahan tersebut perlu
diberi kode tersendiri.
d) Bila jawaban pertanyaan terbuka, jawaban yang diberikan sifatnya
bebas. untuk memberi kode, jawaban- jawaban tersebut harus
dikategorikan lebih dahulu atau dikelompokkan sehingga tiap kelompok
berisi jawaban yang sejenis. Kalau masih ada jawaban yang tidak bisa
masuk ke kelompok tersebut dapat dibuatkan kategori-kategori lain-lain,
tetapi tidak boleh terlalu banyak dan juga perlu diingat jawaban
pertanyaan tidak boleh tumpang tindih.
e) Bila jawaban kombinasi, hampir serupa dan jawaban pertanyaan
tertutup. Selain ada jawaban yang jelas, responden masih dapat
menjawab kombinasi dari beberapa jawaban.
2) Tempat kode
Kode dapat dibuat pada kartu tabulasi atau pun daftar pertanyaan itu sendiri,
jika data diolah dengan komputer, kode-kode harus dibuat dalam coding sheet.
Setelah tahap editing selesai, maka data-data yang berupa jawaban-jawaban
responden perlu diberi kode untuk memudahkan dalam menganalisis data.
Pemberian kode pada data dapat dilakukan dengan melihat jawaban dari jenis
pertanyaan yang diajukan dalam questioner (Moh.Nazir,2014:306). Pengkodean
data dapat dibedakan atas beberapa hal berikut ini :
a) Pengkodean terhadap jawaban yang berupa angka.
b) Pengkodean terhadap jawaban dari pertanyaan tertutup.
- Pertanyaan untuk mengetahui pendapat responden
- Pertanyaan dengan jawaban bertingkat
c) Pengkodean terhadap jawaban dari pertanyaan semi terbuka.
d) Pengkodean terhadap jawaban dari pertanyaan terbuka.
Untuk jenis ini sebelum melakukan pengodean, peneliti harus membuat
kategorisasi atas jawaban-jawaban dari pertanyaan terbuka ini. Hal itu penting karena
variasi jawaban yang diperoleh barangkali cukup banyak. Untuk membuat kategori
jawaban harus diperhatikan beberapa hal berikut:
1. Perbedaan kategori jawaban harus tegas agar tidak tumpang tindih antara
jawaban yang satu dan jawaban yang lainnya.
2. Jika terdapat jawaban yang tidak sesuai dengan kategori yang sudah
disusun, jawaban tersebut dikelompokan dalam ‘lain-lain”. Namun
presentasi jawaban untuk lain-lain harus kecil, jika terlampau tinggi, banyak
informasi yang terbuang.
Setelah seluruh data responden dalam daftar pertanyaan diberi kode, maka
langkah berikutnya adalah menyusun buku kode. Buku kode ini sebagai pedoman
untuk memindahkan kode jawaban responden dalam questioner ke lembaran kode,
yang kemudian juga akan berguna sebagai pedoman peneliti dalam mengindentifikasi
variabel penelitian yang akan digunakan dalam analisis data (membaca tabulasi data)
(Moh.Nazir, 2014:309).
RPS 12
METODE ANALISIS DATA
1) Statistik deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan
cara mendeskripsikan atau menggambarkan data tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang
berlaku untuk umum atau generalisasi. Termasuk dalam statistic deskriptif adalah penyajian
data melalui table, grafik, diagram lingkaran, pictogram, pengukuran tendensi sentral,
perhitungan desil, persentil, perhitungan penyebaran data melalui rata-rata dan standar
deviasi, perhitungan prosentase.
Frekuensi, merupakan salah satu ukuran dalam statistik deskriptif yang menunjukkan
nilai sidtribusi data penelitian yang memiliki kesatuan kategori. Frekuensi suatu
distribusi data penelitian dinyatakan dengan ukuran absolut (f) atau proporsi (%).
Tendensi Sentral, merupakan ukuran dalam statistik deskriptif yang menunjukkan
nilai sentral dari distribusi data penelitian. Tendensi sentral dapat dinyatakan dalam
tiga ukuran, yaitu rata-rata (mean), median, dan modus.
Dispersi, mengukur variasi data yang diteliti dari angka rata-ratanya. Perbedaan
antara nilai data yang diteliti dengan nilai rata-ratanya disebut dengan deviasi.
2) Statistik inferensial
Statistik inferensial adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data
sampel dengan maksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. statistik ini disebut
sebagai statistik probabilitas, karena kesimpulan yang diberlakukan untuk populasi
berdasarkan data sampel itu kebenarannya bersibat peluang (probability). Statistik inferensial
meliputi :
Inferensi Univariat
Metode penyajian data univariat, yaitu bagian ini langkah-langkah tersebut digunakan
untuk membuat pernyataan yang lebih luas tentang populasi. Bagian ini membahas
dua ukuran univariat, yaitu persentase dan rata-rata Jika- 50 persen dari sampel orang
mengatakan mereka telah flu selama tahun lalu, perkiraan kami adalah 50 persen juga
proporsi pilek dalam total populasi tempat atau asal sampel tersebut diambil
(Perkiraan ini mengasumsikan sampel acak sederhana). Hal ini menyangkut
pendugaan titik, akan lebih tepat jika digunakan pendugaan interval. Secara prinsip
pendugaan interval melaporkan tingkat kesalahan yang digunakan dalam pendugaan,
nilai pendugaan akan terletak (nilai yang terkecil dan nilai yang terbesar).
Chi Square
Chisquare (x2) adalah tes signifikansi yang sering digunakan dalam ilmu pengetahuan
sosial ini didasarkan pada hipotesis nol, yaitu asumsi bahwa tidak ada hubungan
antara dua variable dalam total populasi. Salah satu kegunaan statistic Chisquare (kai
kuadrat ) adalah untuk mengetahui hubungan antara dua kategori populasi atau dua
variabel yang berisifat independen.
Faktor lain yang menjadi pertimbangan dalam memilih metode analisis adalah:
1) Apakah analisis dilakukan untuk 1 sampel, jarang atau sering dengan contoh yang
sama.
2) Pereaksi apa saja yang harus tersedia.
3) Berapa lama waktu yang diperlukan.
4) Apa jenis matriks sampel yang dianalisis.
5) Berapa tingkat ketelitian yang diharapkan.
6) Apa ada zat pengganggu.
7) Apa ada badan khusus atau persyaratan peraturan, batas tindakan, atau batas
pelaporan.
8) Apakah diperlukan prosedur yang mampu menseleksi,mendeteksi, dan
identifikasi untuk campuran.
9) Berapa biaya yang harus dibayar pelanggan.
Jika menggunakan metode yang dikembangkan sendiri harus:
1) Merupakan kegiatan yang direncanakan.
2) Ditugaskan kepada personil yang memenuhi persyaratan.
3) Dilengkapi dengan sumber daya laboratorium yang memadai.
Menurut sugiono (2003:147), hipotesis deskriptif yang akan diuji dengan statistik
parametrik merupakan dugaan terhadap nilai dalam satu sampel dibandingkan dengan
standar, sedangkan hipotesis deskriftif yang akan diuji dengan statistik non parametrik
merupakan dugaan ada tidaknya perbedaan secara signifikan nilai antar kelompok dalam satu
sampel. Hipotesis komparatif merupakan dugaan ada tidaknya perbedaan secara signifikan
nilai-nilai 2 kelompok atau lebih. Hipotesis asosiatif adalah dugaan terhadap ada tidaknya
hubungan secara signifikan antara dua variabel atau lebih.
Dibawah ini diberikan tabel yang berisi tentang penggunaan statistik parametrik dan
non parametrik untuk menguji hipotesis.
Pemilihan metode statistik juga dipengaruhi oleh tipe skala pengukuran yang digunakan
(skala nominal, skala ordinal, skala interval, skala rasio). Tipe skala pengukuran menjadi
pertimbangan peneliti untuk menetukan pemilihan metode parametrik dan non parametrik
dalam statistik inferensial. Jika suatu penelitian menggunakan skala interval dan skala rasio
dengan ukuran sampel relative besar (n>30) statistik parametrik merupakan metode analisis
data yang tepat, dengan asumsi bahwa distribusi populasi datanya normal. Jika peneliti tidak
menggunakan asumsi normalitas, penggunaan statistik non parametrik merupakan metode
analisis yang tepat.
Rahyuda, Ketut. 2016. Metode Penelitian Bisnis. Denpasar: Udayana University Press.
Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang. 2013. Metode Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi
dan Manajemen. Yogyakarta : BPFE
Saebani, Beni Ahmad. 2008. Metode Penelitian. Bandung : Pustaka Setia
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta