Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN HARIAN KUNJUNGAN HARIAN KE APOTEK PENDIDIKAN

KIMIA FARMA

Jl. Ir. H. Juanda No.284, Sekeloa, Kecamatan Coblong


Kota Bandung, Jawa Barat 40134
Rabu, 6 November 2019 (13.00-17.00 WIB)

Apoteker Bertugas :

Wina Angellina, S. Farm., Apt.

Disusun Oleh :
Frita Karisma Alvianita
260110160088
Shift C 2016

LABORATORIUM BIOKIMIA KLINIK

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2019
I. Pendahuluan
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan
yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Salah satu
tempat yang dapat membantu pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan
bagi masyarakat adalah apotek. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian
tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh Apoteker. Dalam peraturan
pemerintah ini mengatur pula pekerjaan kefarmasian yang meliputi pengadaan,
produksi, distribusi atau penyaluran dan pelayanan sediaan farmasi. Pekerjaan
kefarmasian tersebut harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai
keahlian dan kewenangan yaitu Apoteker (Depkes RI, 2009).
Berdasarkan hal tersebut kini telah terjadi pergeseran orientasi pada pelayanan
kefarmasian yang mengacu kepada pharmaceutical care. Dengan demikian, fokus
apoteker dalam pelayananannya di apotek tidak lagi hanya pada manajemen
persediaan obat, melainkan juga pada pelayanan pasien. Apoteker selain
menyiapkan dan menyerahkan obat, saat ini juga harus memberikan pelayanan
informasi terkait dengan obat yang diterima pasien. Kegiatan pelayanan
kefarmasian yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi
menjadi pelayanan yang komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas hidup dari pasien.
PT. Kimia Farma Apotek adalah anak perusahaan PT Kimia Farma (Persero)
Tbk yang didirikan berdasarkan akta pendirian No. 6 tanggal 4 Januari 2003 yang
dibuat dihadapan Notaris Ny. Imas Fatimah, S.H. di Jakarta dan telah diubah
dengan akta No. 25 tanggal 14 Agustus 2009 yang dibuat dihadapan Notaris Ny.
Imas Fatimah, S.H. Akta ini telah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman
dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. : AHU-
45594.AH.01.02.Tahun 2009 tanggal 15 September 2009 (Kimia Farma, 2013)
Bangunan Apotek Kimia Farma yang kami kunjungi adalah bangunan
permanen dengan fasilitas yang cukup memadai dan lengkap yang terdiri dari
ruang tunggu pelanggan dan pasien, ruang penerimaan dan penyerahan resep,
ruang pengambilan obat dimana tersedia meja pelayanan informasi obat sebagai
tempat dimana apoteker memberikan obat dengan resep dokter sekaligus
pemberian informasi obat, ruang peracikan, ruang penulisan etiket dan pengecekan
etiket, lemari penyimpanan obat, lemari obat psikotropika dan narkotika, lemari
pendingin (kulkas), gudang penyimpanan stok obat, mushola, dan toilet.
Apotek ini dipimpin oleh seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang
dalam struktur organisasi berkedudukan sebagai PhM Pharmacy manager
bertanggung jawab kepada Manajer Bisnis Bandung PT Kimia Farma Apotek.
Dalam bertugas PhM dibantu oleh Apoteker Pendamping dan tenaga teknis
kefarmasian untuk menangani pembelian, penjualan, dan pelayanan resep serta
informasi obat.
Dalam kunjungan harian yang dilakukan terdapat beberapa kegiatan yang
dilakukan, yaitu swamedikasi, pengadaan obat dari resep, kajian pemberian
informasi obat yang dilakukan oleh apoteker, dan skrining resep. Kegiatan yang
dilakukan mendapatkan pengawasan dari apoteker dan tenaga kefarmasian yang
bekerja pada hari itu.

II. Pengadaan Obat dari Resep


Seluruh resep yang didapat berupa sediaan tablet dan sirup dan tidak ada yang
memerlukan perlakuan khusus seperti penggerusan atau pelarutan. Pengambilan
obat yang diresepkan dilakukan dengan melihat jenis obat apa yang diberikan,
dapat berupa obat bpjs atau obat dengan pembayaran tunai (non bpjs), kemudian
nama obat dan jumlah yang tertera di resep. Setelah itu, obat dicari pada rak obat
berdasarkan indikasi, kemudian melihat nama obat secara alfabetis hingga
ditemukan obat yang dibutuhkan.
Obat diambil sesuai jumlah yang dibutuhkan, kemudian masing-masing obat
disimpan dalam plastic zip lock yang telah ditempeli etiket dan disimpan pada baki.
Jika obat yang diberikan kepada pasien bpjs, maka plastic ziplock yang diberikan
berwarna putih. Sedangkan jika pasien non bpjs, maka plastic yang diberikan
adalah yang berwarna biru.
Penulisan etiket dilakukan dengan menulis tanggal pemberian obat, nama
penerima obat, aturan pemakaian serta nama obat dan jumlah obat yang diberikan.
Aturan pemakaian dituliskan dengan jelas seperti 3x1 hari (tablet/kapsul/kaplet),
kemudian keterangan obat diminum sebelum atau setelah makan dilingkari pada
etiket. Setelah itu, baki tersebut diberikan kepada Apoteker yang bertugas untuk
diparaf dan diberikan kepada pasien. Baki yang diserahkan berbeda-beda setiap
resep sehingga pada satu baki hanya ada satu resep beserta obatnya.
Untuk obat dengan sediaan sirup, botol sirup ditempeli etiket berwarna putih
terlebih dahulu, kemudian dimasukkan sendok takar ke dalam wadah sekunder
sirup bersamaan dengan botol sirup yang telah diberi etiket, obat kemudian
diberikan kepada apoteker untuk diparaf dan diserahkan kepada pasien.
Jika obat yang dibutuhkan merupakan obat psikotropika, maka tempat
pengambilan obat psikotropika terpisah dari obat-obat lainnya, yaitu pada rak atas
dan jumlah yang diambil harus langsung dicatat pada data pengeluaran obat sesaat
setelah mengambil obat tersebut. Selain itu, resep yang mengandung obat
psikotropik disimpan terpisah dengan resep-resep obat lainnya.

III. Swamedikasi
Pada hari kunjungan tidak dilakukan swamedikasi, dikarenakan tidak ada
pasien yang datang untuk swamedikasi. Pasien yang datang langsung menyebut
nama merk dari obat, sehingga tidak dilakukan swamedikasi.
Swamedikasi memiliki beberapa poin penting untuk dilakukan yaitu wwham
(what, wo, how long, action, medication).
1. What
Apa keluhan yang dialami oleh pasien. Apoteker wajib menanyakan perihal ini
2. Who
Siapa yang menderita penyakit tersebut atau siapa yang merasakan keluhan
tersebut.
3. How Long
Berapa lama pasien mengalami penyakit atau keluhan tersebut
4. Action
Apa yang telah dilakukan oleh pasien, misalnya telah meminum obat apa. Lalu
bagaimana keadaan pasien setelah meminum obat tersebut.
5. Medication
Apoteker merekomendasikan obat apa yang sebaiknya diberikan. Namun tidak
hanya obat, jika pasien telah meminum obat sebelumnya selama 3 hari namun
gejala yang dirasakan tidak kunjung berkurang, maka apoteker dapat
memberikan saran yaitu dengan melakukan pengobatan ke dokter atau rumah
sakit.

IV. Kajian Pemberian Informasi Obat


Apoteker melakukan pemberian informasi obat kepada pasien, setelah pasien
menebus resep. Pemberian informasi obat meliputi :
1. Apoteker waib bertanya tentang keluhan yang dirasakan oleh pasien. Seperti
yang terjadi saat praktik apotek. Yaitu seorang ibu membawa anaknya yang
terkena penyakit cacar. Kemudian di resep tidak dicantumkan obat antivirus,
lalu ibu tersebut bertanya kepada apoteker saat penyerahan obat. Sebagai
apoteker maka diharuskan jika ada keraguan dapat ditanyakan kepada dokter
yang memberikan resep tersebut. Kemudian setelah ditanya kepada dokter
tersebut, dokter menyatakan bahwa cacarnya belum parah, sehingga tidak
diperlukan obat antivirus
2. Apoteker memberikan informasi mengenai berapa kali obat diminum dalam
sehari, sebelum makan atau sesudah makan, serta dihabiskan atau diminum
ketika nyeri.
3. Apoteker juga memberikan informasi bahwa apabila dalam 3 hari, gejala yang
dirasakan pasien tidak berkurang, maka dapat melakukan pemeriksaan oleh
dokter.

V. Skrining dan Kajian Resep

1. Kajian Administratif

No. Kriteria Ada Tidak


1 Nama dokter √
2 SIP dokter √
3 Alamat dokter √
4 No Telepon Dokter √
5 Tanggal penulisan resep √
6 Superscription (tulisan R/) √
7 Nama Obat √
8 Kekuatan Obat √
9 Jumlah Obat √
10 Nama pasien √
11 Alamat Pasien √
12 Umur √
13 Jenis kelamin √
14 Berat badan √
15 Aturan pake Obat √
16 Tanda Tangan Dokter √

2. Kajian Resep
Resep diatas berisi empat buah obat, yaitu Sanmol syrup 60 mL,
Hystrine syrup 60 mL, Curcuma Plus Imuns 60 mL, dan Bedak salisilat 2%.
Resep diberikan kepada seorang anak yang berumur 7 tahun. Sanmol yang
memiliki kandungan 125 gr Paracetamol dalam 5 mL merupakan obat yang
dapat menurunkan demam, menghilangkan nyeri. Dikonsumsi 3 kali sehari,
satu setengah sendok teh. Diminum sesudah makan.
Hystrine syrup merupakan obat yang memiliki kandungan
cetirizine. Cetirizine merupakan obat golongan antihistamin dan antialergi.
Obat ini dikonsumsi untuk meringankan gejala alergi, gatal-gatal. Dimana 5
mL hystrine mengandung 5 mL cetirizine HCl. Dikonsumsi 1 kali sehari, satu
sendok teh. Diminum sesudah makan.
Curcuma plus imuns merupakan suplemen yang mengandun
imunomodulator, multivitamin, dan temulawak yang dapat membantu
menjaga daya tahan tubuh, memenuhi kebutuhan vitamin, serta
meningkatkan nafsu makan. Dikonsumsi 1 kali sehari, satu sendok teh.
Diminum sesudah makan.
Bedak salisilat 2 % mengandung asam salisilat sebagai zat aktifnya.
Bedak ini digunakan untuk menghilangkan keluhan gatal-gatal akibat
gangguan kulit. Digunakan dibagian tubuh yang terasa gatal.
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai