Anda di halaman 1dari 52

MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN

SOSIAL

Dosen Pengampu
( Abd. Kholid, M.Pdi )

Diajukan Oleh :
KELOMPOK VIII (DELAPAN)
KELAS : III.A.PAGI

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK
TAHUN AKADEMIK 2019-2020
MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN
SOSIAL

Dosen pengampu :
( Abd. Kholid, M.Pdi )

Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Menempuh Mata Kuliah Al Islam Kemuhammadiyahan II

Diajukan Oleh :
KELOMPOK VIII (DELAPAN)
KELAS : III.A.PAGI

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK
TAHUN AKADEMIK 2019-2020

1
DAFTAR KELOMPOK : VIII (DELAPAN)
KELAS : III.A.PAGI
AL ISLAM KEMUHAMMADIYAHAN II

NO. NIM NAMA


1 180301013 Mochamad Zaenal Fanani
2 180301060 Danang Bagus Pambudi
3 180301065 Novita Devi Wulansari

Gresik, 08 November 2019

Kelompok VIII (Delapan)

1
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat


limpahan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga Kelompok VIII (DELAPAN)
III.A / Pagi dapat menyelesaikan sebuah makalah dengan judul :
“Muhammadiyah Sebagai Gerakan Sosial ”
Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menyelesaikan tugas perkuliahan pada program studi Ekonomi Manajemen,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Gresik.
Dengan tersusunnya makalah ini kelompok / penulis berharap kepada
Bapak Pengampu Mata Kuliah Al Islam Kemuhammadiyahan II berkenan
meluangkan waktu untuk membina dan membimbing pembuatan makalah yang
ditugaskan kepada Mahasiswa. Untuk itu pemakalah mengucapkan terima kasih
kepada yang terhormat :
1. Suwarno, S.E.,M.Si. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas
Muhammadiyah Gresik
2. Anita Handayani, S.E., M.SM Selaku Ka Prodi Manajemen, Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Gresik.
3. Abd. Kholid, M.Pdi selaku pengampu Mata Kuliah Al Islam
Kemuhammadiyahan II yang dengan telaten dan sungguh-sungguh dalam
menyampaikan materinya.
4. Rekan-rekan seangkatan Tahun Akademik 2019-2020 yang selalu saling
memberikan semangat dalam menyelesaikan tugas.
Kelompok kami menyadari sepenuhnya, bahwa makalah ini masih
banyak kekurangannya. Untuk itu dengan kerendahan hati kelompok kami mohon
maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian untuk menjadikan periksa dan kami berharap atas kritik dan
saran, guna perbaikan dalam penulisan makalah ini. Amin

Penulis / Kelompok VIII (DELAPAN)

1
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK .......................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv

BAB I : PENDAHULUAN ......................................................................... 1


1.1. Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................ 2
1.3. Tujuan Masalah ................................................................... 3
1.4. Manfaat Penulisan .............................................................. 4

BAB II : PEMBAHASAN............................................................................. 5
2.1. Nilai-nilai dan Ajararan Sosial Kemanusiaan dalam
Perspektif Muhammadiyah (Fikih-Al Maun) ......................
2.2. Gerakan Peduli Pada Fakir Miskindan Anak Yatim............
2.3. Bentuk dan Model Gerakan Sosial Kemanusiaan
Muhammadiyah ...................................................................
2.4. Revitalisasi Gerakan Sosial .................................................

BAB III: PENUTUP....................................................................................... 26


3.1. Kesimpulan ......................................................................... 26
3.2. Saran .................................................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 31

LAMPIRAN-LAMPIRAN.

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Muhammadiyah sebagai gerakan sosial (Social movement) maksudnya

adalah segala upaya yang dilakukan oleh Muhammadiyah bertujuan untuk

mewujudkan kehidupan masyarakat (islam) dalam rangka menegakkan ajaran-

ajaran islam. Dalam konteks sosial, Muhammadiyah telah dan akan terus

memberikan kontribusi dalam segala bidang, politik, pendidikan, kesehatan,

ekonomi, dan agama kepada bangsa dan hal ini telah di lakukan oleh

Muhammadiyah sejak Muhammadiyah di dirikan sampai saat ini. Misi

Muhammadiyah dalam bidang sosial diarahkan kepada terwujudnya manusia

Indonesia yang berkualitas dan mampu bersaing di dunia global. Dalam

mewujudkan gerakan sosial tersebut, Muhammadiyah mendorong etos kerja dan

amanah bagi semua pengemban amal usaha Muhammadiyah. Dengan etos

semacam ini, Syafiq Mughni pernah menyatakan bahwa, ada orang bilang

Muhammadiyah itu seperti jam dinding. tidak kedengaran bunyinya tapi bergerak

terus. Di dalamnya terdapat onderdil yang beragam tapi membentuk suatu sistem.

Masing-masing menjalankan fungsinya dengan baik. Sekalipun kadang

mengalami trouble, ia segera berjalan normal ketika ditangani dengan baik oleh

ahlinya. Analog itu kedengarannya berlebihan, tetapi itulah penilaian banyak

orang. Muhammadiyah dikenal bukan karena suka konflik. Ia dikenal karena

mempunyai banyak amal usaha dan pikiran-pikiran pencerahannya. Tidak sedikit

1
orang penasaran, apa rahasia di balik performance (kinerja) seperti itu. Sebagian

dari jawabannya ialah karena kesadaran sejarah. Perjalanan Muhammadiyah masa

lampau dengan seluruh Dinamikanya adalah bahan baku bagi bangunan

Muhammadiyah. Orang tidak mungkin memahami jika tidak menghayati denyut

nadinya. Sejarah perjalanan sebuah organisasi sangat penting untuk kesehatannya,

sebagaimana Medical record penting bagi kesehatan seseorang.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana Nilai-nilai dan Ajararan Sosial Kemanusiaan dalam Perspektif

Muhammadiyah (Fikih-Al Maun) ?

2. Bagaimana Gerakan Peduli Pada Fakir Miskindan Anak Yatim ?

3. Bagaimana Bentuk dan Model Gerakan Sosial Kemanusiaan

Muhammadiyah ?

4. Bagaimana Revitalisasi Gerakan Sosial ?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah

1. Untuk mengetahui Nilai-nilai dan Ajararan Sosial Kemanusiaan dalam

Perspektif Muhammadiyah (Fikih-Al Maun).

2. Untuk mengetahui Gerakan Peduli Pada Fakir Miskindan Anak Yatim.

3. Untuk mengetahui Bentuk dan Model Gerakan Sosial Kemanusiaan

Muhammadiyah.

4. Untuk mengetahui Revitalisasi Gerakan Sosial .

1
1.4 Manfaat Penulisan Makalah

Berdasarkan dari tujuan penulisan diatas, maka manfaat dari penulisan makalah

ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi penulis, manfaat penulisan makalah ini yaitu untuk meningkatkan

pemahaman penulis tentang Muhammadiyah Sebagai Gerakan Sosial.

2. Bagi pembaca, manfaat penulisan makalah ini yaitu menjadi sumber referensi

dan informasi bagi pembaca makalah ini agar mengetahui dan lebih

mendalami Muhammadiyah Sebagai Gerakan Sosial.

1
BAB II
MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN SOSIAL

2.1 Nilai-nilai dan Ajararan Sosial Kemanusiaan dalam Perspektif

Muhammadiyah (Fikih-Al Maun)

1. Nilai Kemanusiaan

Dalam salah satu tulisannya, Abdul Munir Mulkan (2010:43)

mengatakan, inti visi kemanusiaan agama-agama intinya adalah cinta

kasih. Paus Johannes Paulus II dan Benediktus XVI adalah toko

agama yang dikenal sangat gigih memperjuangkan nilai

kemanusiaan. Tulisan Munir Mulkan tersebut dapat dipahami bahwa

KH. Ahmad Dahlan tidak ketinggalan jika dibanding dengan Paus

Johannes Paulus II dan Benediktus XVI. KH. Ahmad Dahlan

tampaknya menjadi tokoh pencari identitas kebenaran etos

kemanusiaan global. Berangkat dari gagasan mulia itu maka lahirlah

berbagai rumah sakit, rumah bersalin, sekolah mulai dari taman kanak-

kanak sampai perguruan tinggi. Dari diploma sampai doktoral, panti

asuhan yatim piatu, rumah miskin dan kepanduan.

Selanjutnya, Munir Mulkan (2010:80) mengutip hasil

penelitian Alfian dan Nakamura berkesimpulan bahwa paham

keislaman KH. Ahmad Dahlan adalah mengedepankan penafsiran

pragmatis yang oleh Nakamura disebut sebagai bermuka dua. Lebih

lanjut, dijelaskan bahwa amalan lahiriah adalah bekas dan hasil dari

1
daya ruh agama. Agama mengandung ajaran yang dapat menjadi

dasar pembentukan nilai-niali sosial dan prilaku sosial. Menurut

Muhammadiyah, gerakan sosial termasuk dalam urusan muamalah

al-duniawiyah.

Manusia mempunyai nilai universal tanpa dibatasi oleh

keyakinan, wilayah, etnis dan jenis kelamin. Nilai itu adalah nilai

kemuliaan yang disandang oleh setiap anak cucu Adam. Di dalam

al- Quran surah al-Israa’ ayat 70 secara deskriptif telah dijelaskan

bahwa:

‫ت َو ف َ ضَّ ل ْ ن َا ه ُ ْم‬
ِ ‫ح َم ل ْ ن َا ه ُ ْم ف ِ ي ال ْ ب َ ِر َو ال ْ ب َ ْح ِر َو َر َز ق ْ ن َا ه ُ ْم ِم َن ال ط َّ ي ِ ب َ ا‬
َ ‫َو ل َ ق َ د ْ ك َ َّر ْم ن َا ب َ ن ِ ي آ د َ م َ َو‬
ً ‫ض‬
‫يل‬ ِ ْ ‫ير ِم َّم ْن َخ ل َ ق ْ ن َا ت َ ف‬
ٍ ِ ‫ع َ ل َ ٰى ك َ ث‬
Artinya : “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami

angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang

baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas

kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan” (QS. Al-Israa’ :70).

Secara kultual, kemuliaan dapat diperoleh melalui banyak

cara, diantaranya: manusia dapat dianggap mulia karena ilmunya,

itulah sebabnya orang berilmu biasa disebut al-mukarram. Manusia

dapat dianggap mulia karena hartanya, itulah sebabnya orang kaya

biasanya dihormati. Manusia dapat dianggap mulia karena

jabatannya, itulah sebabnya pejabat biasa dihormati. Tetapi

kemuliaan tersebut bukanlah kemuliaan yang dimaksudkan di

dalam al-Quran. Kemuliaan tersebut dapat membawa nilai apabila

1
diikuti dengan sifat lain misalnya: Ilmuwan mempunyai nilai

apabila ia mengajarkan dan mengamalkan ilmunya. Orang kaya

dapat dianggap mempunyai nilai apabila ia menjadi dermawan.

Pejabat dianggap mempunyai nilai apabila ia menjalankan

kepemimpinannya dengan adil.

Secara subtansial, kemuliaan manusia itu melekat pada

fitrah, itulah sebabnya pada ayat lain dalam al–Qur’an surat al-

Hujurat ayat 13 disebutkan bahwa :

‫اس إ ِ ن َّ ا َخ ل َ قْ ن َا كُ ْم ِم ْن ذ َكَ ٍر َو أ ُنْ ث َ ٰى َو َج ع َ لْ ن َ ا كُ ْم شُ ع ُ و ب ً ا‬ ُ َّ ‫ي َ ا أ َي ُّ َه ا ال ن‬


‫ّللا ِ أ َت ْ ق َ ا كُ ْم‬
َّ َ ‫ار ف ُوا ۚ إ ِ َّن أ َ ْك َر َم كُ ْم ِع نْ د‬ َ َ ‫َو ق َ ب َ ا ئ ِ َل لِ ت َع‬
َّ ‫ۚ إ ِ َّن‬
‫ّللا َ عَ لِ ي مٌ َخ ب ِ ي ٌر‬
Artinya : “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari

seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-

bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya

orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling

bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha

Mengenal.” (Qs. Al-Hujurat : 13)

Bentuk kemuliaan itu direspon dalam al-Quran dengan janji antara

lain: mudkhalan kariman (dimasukkan ketempat yang mulia atau Surga) (QS

An-Nisa’:31), maghfirah wa rizkun karim memperoleh maghfirah

dan nikmat yang mulia (QS Al-Anfal:4) maqaam karim (tempat yang mulia)

(QS asy-Syuara/26:58) . Potensi untuk meraih kemuliaan itu disebut sebagai

1
sebaik baik makhluk. Dimana makhluk yang diberi potensi tersebut adalah

manusia. Inilah yang disinggung dalam Al-Quran surat Al-Thin ayat 4 bahwa

‫اْل نْ سَ ا َن ف ِ ي أ َ ْح سَ ِن ت َقْ ِو ي ٍم‬


ِ ْ ‫ل َ ق َ دْ َخ ل َ قْ ن َا‬
Artinya : “ Sesungguhnya, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk

yang sebaik-baiknya”. (QS. At-Tin:4)

Jelas bahwa dengan melihat deskripsi tersebut bahwa manusia

merupakan makhluk yang sangat mulia. Indikator kemuliaan seseorang dapat

dilihat dari lima aspek, antara lain :

a. Hubungan Dirinya DenganTuhan

Hubungan manusia dengan Tuhan diatur dalam aspek

aqidah dan ibadah. Aqidah adalah inti kehidupan beragama.

Jantung Islam adalah penyaksian keesaan Allah, kemutlakan

untuk tunduk pada kehendak Tuhan. Dua kalimat syahadat

adalah suatu pernyataan pokok yang mengandung makna

pembebasan diri dari bebagai bentuk ikatan kecuali ikatan

terhadap Allah SWT. Pernyataan kehambaan menegaskan

bahwa tidak ada tempat menghambakan diri kecuali hanya

menghabakan diri kepada AllahSWT. Iman adalah percaya

dengan penuh tanggung jawab, kepercayaan terhadap Tuhan

merupakan masalah personal, berada di dalam hati. Orang

bebas menentukan keyakinan dan kepercayaannya. Nabi

1
Muhammad SWA. Bukan dalam kapasitas memaksakan

keimanan, sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an bahwa

“Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka” (QS al-

Ghasyiah:22). Pada ayat lain dikatakan juga, “Dan jikalau

tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang

dimuka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa

manusia supaya mereka menjadi orang yang beriman semuanya?

(QS. Yusuf: 99)”

b. Hubungan Dirinya Dengan Alam

Tujuan utama diciptakan manusia adalah untuk menjadi

khalifah yang bertugas mengelolah, merawat, menjaga,

memakmurkan dan memelihara kelestarian alam semesta dalam

pengertain yang seluas-luasnya. Tugas tersebut disebutkan

dalam al-Qur’an, misalnya, “Ingatlah ketika Tuhan mu

berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya aku hendak

menjadikan seorang khalifah di muka bumi” (QS. Al-Baqarah:

30).

Keseimbangan dan keramahan lingkungan kepada

manusia tergantung pada bagaimana manusia memperlakukan

alam semesta. Al-Qur’an menyatakan dengan tegas tentang

bahaya ketidakramahan manusia terhadap lingkungan. Dalam

al-Qur’an dikatakan “ Telah nampak kerusakan didarat dan

dilaut disebabkan oleh perbuatan tangan manusia, supaya Allah

1
merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan

mereka, agar mereka kembali (kejalan yang benar)” (QS. Ar-

Rum:41)

c. Hubungan Dirinya Dengan Masyarakat

Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial, sebagai

makhluk yang cenderung hidup bermasyarakat, hidup bersama,

hidup berkelompok-kelompok, hidup berbangsa-bangsa. Islam

menekankan pada pentingnya menjaga akhlak dalam kehidupan

bermasyarakat, misalnya menghormati tetangga, menghormati

sejawat. sebagaimana disebutkan misalnya dalam surat an-Nisa

ayat 36 bahwa:

‫ش ِر كُ وا ب ِ ِه شَ يْ ئ ًا ۚ َو ب ِ الْ َو ا لِ د َيْ ِن إ ِ ْح سَ ا ن ً ا‬ْ ُ ‫ّللا َ َو ََل ت‬


َّ ‫ع ب ُد ُوا‬ ْ ‫َو ا‬
‫َو ب ِ ِذ ي الْ ق ُ ْر ب َ ٰى َو الْ ي َ ت َا َم ٰى َو الْ َم سَ ا ِك ي ِن َو ا لْ َج ا ِر ِذ ي الْ ق ُ ْر ب َ ٰى‬
‫اح بِ ب ِ الْ َج نْ بِ َو ا بْ ِن ال سَّ ب ِ ي ِل َو َم ا‬ ِ ‫ص‬ َّ ‫ار الْ ُج ن ُبِ َو ال‬ ِ ‫َو الْ َج‬
‫ور ا‬ً ‫ب َم ْن كَ ا َن ُم ْخ ت َا ًَل ف َ ُخ‬ َّ ‫ت أ َيْ َم ا ن ُكُ ْم ۚ إ ِ َّن‬
ُّ ‫ّللا َ ََل ي ُ ِح‬ ْ َ‫َم ل َ ك‬
Artinya :”Sembahlah Allah dan janganlah kamu

mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat

baiklah kepada dua orangibu- bapa, karib-kerabat, anak-anak

yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga

yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu.

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang

sombong dan membangga- banggakan diri”(QS. An-Nisa:36)

1
Didalam surat yang lain, yaitu al-Qur’an surat Luqman ayat 18-

19, juga dijelaskan bahwa:

‫ّللا َل ي ُِحبُّ ُك َّل‬


َ َّ ‫ض َم َر ًحا ِإ َّن‬ ْ ‫اس َوَل ت َ ْم ِش فِي‬
ِ ‫األر‬ َ ُ ‫َوَل ت‬
ِ َّ‫ص ِع ْر َخد ََّك ِللن‬

‫ص ْو ِت َك ِإ َّن أ َ ْن َك َر‬
َ ‫ض ِم ْن‬
ْ ‫ض‬ ِ ‫)وا ْق‬١٨(
ُ ‫ص ْد ِفي َم ْش ِي َك َوا ْغ‬ َ ٍ ‫ُم ْختَا ٍل فَ ُخ‬
‫ور‬

ِ ‫ص ْوتُ ْال َح ِم‬


)١٩(‫ير‬ َ َ‫ت ل‬
ِ ‫ص َوا‬
ْ ‫األ‬

Artinya : “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari

manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di

muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak

menyukai orang- orang yang sombong lagi membanggakan

diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah

suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara

keledai” (QS. Luqman:18-19)

Dua ayat tersebut menjelaskan secara eksplisit bahwa

sifat sombong adalah sifat yang dicelah, dikecam dalam al-

Qur’an. Sombong merupakan ungkapan yang menjadi simbol

dari sikap individuaisme, sikap menang sendiri, sikap

merendahkan orang lain. Merendahkan orang termasuk salah

satu penyakit masyarakat.

d. Hubungan Dirinya Dengan Keluarganya

Dalam melaksanakan hubungan dengan keluarga,

prinsip yang harus dijaga adalah: Prinsip saling menghormati,

1
prinsip ta’awun (tolong menolong), prinsip saling menasihati

dan prinsip musyawarah.

e. Hubungan Dengan Dirinya Sendiri

Menjaga diri dari hal-hal yang bisa merusak harkat dan

martabat atau bisa mengurangi derajat kemuliaan. Sebaliknya

harus memelihara diri dari sifat-sifat yang wajib dimiliki

seperti: ihlas, sabar, jujur, istiqamah. Perlakuan terhadap diri

sendiri menjadi acuan untuk memperlakukan orang lain.

Perlakuan orang lain kepada diri,merupakan refleksi dari

perlakuan diri terhadap oranglain.

2. Ajaran Sosial Kemanusiaan dalam Muhammadiyah

Islam menetapkan dua pola hubungan yang permanen

dalam kehidupan beragama yakni: hubungan terhadap AllahSWT.

yang lazim disebut hablun minallah dan hubungan terhadap sesama

manusia atau lazim disebut hablun minannas. Hubungan dengan

Allah dalam bentuk ibadah dibahas dalam ilmu fiqih, sedangkan

hubungan dengan sesama manusia dibahas dalam ilmu akhlak. Baik

yang berhubungan dengan ibadah maupun yang berhubungan

dengan akhlak apabila disebutkan secara jelas dan tegas di dalam

al-Quran atau al-hadis maka itu disebut ajaran. Jadi ajaran Islam

adalah ajaran yang terdapat didalam al-Qur’an atau al-hadis.

Berdasarkan konsep tersebut, dapat dinyatakan bahwa : menyantuni

anak yatim adalah ajaran islam, memberi makan orang miskin

1
adalah ajaran islam, membantu kaum duafa adalah ajaran islam,

seperti halnya shalat adalah ajaran islam, dan zakat adalah ajaran

Islam. Tiga bentuk ajaran Islam yang awal disebut merupakan

wajib kifayah dalam pandangan ulama’ fiqih, sedangkan dua ajaran

yang terakhir disebut termasuk kewajiban ‘ain (fardhu ‘ain). Dalam

pandangan Muhammadiyah, kedua kewajiban tersebut sama

nilainya dan sam pentingnya. Tiga bentuk ajaran tersebut

digolongkan dalam kategori hablun minannas, sementara dua

bentuk yang disebut terakhir digolongkan dalam kategori hablun

minallah.

Muhammadiyah menjadi pelopor gerakan filantropi atau

pembelaan pada kaum mustad’afin di Indonesia, Sebuah entitas yang tetap

menjadi ruh perjalanan gerakan sepanjang masa . dikisahkan bahwa pendiri

Muhammadiya KH.Ahmad Dahlan Membina Sebuah penggajian. “Materi

pengajiannya, sudah beberapa bulan membahas surat yang sama yaitu al-

maun. Sampai pada Suatu hari, salah seorang murid bertanya kepada kiai

Dahlan, “Pak kiai, pengajiannya kok membahas al-maun terus, kapan mengaji

surat lain?” Lantas, Kiai Dahlan pun balik bertanya, “sudahkah kamu

mengamalkan surat ini?” Si murid menjawab,”Sudah, Kiai saya sudah

menggunakan surat ini dalam shalat saya, dan suka membacanya berulang-

ulang dirumah”. Bukan begitu.... “ kata sang Kiai. “ Sudahkah kamu

mengamalkan kandungan surat ini ? Sudahkan kamu memberi santunan

terhadap orang miskin disekitarmu? Kalau belum, berarti kamu belum benar-

1
benar mengamalkan surat ini.” Akhirnya, Setelah itu sang Kiai dan para

muridnya berbondong-bondong mendatangi tempat-tempat dimana banyak

orang – orang miskin dan anak yatim. Mereka kemudian membawa kaum

duafa tersebut ke suraunya, memberi mereka makan , memberi pakaian dan

pendidikan.

Cerita terkenal tentang pengajaran surat Al- Ma’un oleh KH.

Ahmad Dahlan kepada murid-muridnya menjadi landasan kuat akan

berkembangnya prinsip “beramal ilmiah, berilmu amaliah” dalam

menjalankan gerak persyarikatan Muhammadiyah. Tidak cukup hanya

dengan mengaji dan mengkaji saja tentang ajaran agama Islam, namun juga

harus melakukan tindakan nyatadi lapangan. Harus meramal nyata, beramal

yang dilandasi ilmu, dan ilmu yang mesti diamalkan di dalam kehidupan

sehari-hari. Dari prinsip inilah kemudian lahir dan bertebaran lembaga

pendidikan, rumah sakit, panti asuhan, dlembaga sosial, dan sekian jumlah

amal usaha Muhammadiyah di berbagai plosok negeri (Febriansyah,dkk.,

2013: 20-21)

Atas dasar spirt surat al-Ma’un, KH. Ahmad Dahlan memberi isyarat

bahwa islam adalah agama yang menekankan bukan hanya aspek ritual dan

mengabaikan aspek sosial. Akan tetapi, Seorang muslim dikatakan salih

dalam menjalankan ibadah ritual, apabila melahirkan akhlakul karimah dan

kepekaan sosial terhadap lingkungan sekitarnya. Bahkan,orang yang

melupakan dan tidak peduli pada nasib anak yatim dan orang miskin di

golongkan sebagai pendusta agama.

1
Ajaran sosial kemanusiaan yang di populerkan dengan istilah

teologi al-Ma’un ini mengandung empat nilai, yakni :

a. Nilai Religi atau Nilai Iman

Iman adalah sesuatu yang menjadi ruh semangat

keberagamaan, sesuatu yang menjadi sumber dan sekaligus

motivasi atau penggerak amaliah. Dalam pandangan

Muhammadiyah, Iman bukanlah barang yang pasif melainkan

aktif. Iman bukan sesuatu yang absolut tidak dapat diamati,

tidak dapat diukur melainkan iman dapat diamati dapat diukur

dapat terlihat dalam interaksi sosial.

Di dalam al-Qur’an banyak disinggung tentang iman

dan amal sosial. Keduanya harus aktif secara bersamaan. Iman

disejajarkan dengan memberikan harta yang dicintai

sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat

177 bahwa :

‫ق َو الْ َم غْ ِر ب ِ َو ٰل َ ِك َّن‬ ِ ‫ج و هَ ك ُ ْم ق ِ ب َ َل الْ َم شْ ِر‬ ُ ‫ْس ال ْ ب ِ َّر أ َ ْن ت ُ َو ل ُّ وا ُو‬


َ ‫لَي‬
ِ‫اْل ِخ ِر َو ال ْ َم َل ئ ِ كَ ةِ َو ال ْ ِك ت َا ب‬ ْ ‫الْ ب ِ َّر َم ْن آ َم َن ب ِ اَّللَّ ِ َو ال ْ ي َ ْو ِم‬
‫ح ب ِ هِ ذ َ ِو ي ا لْ ق ُ ْر ب َ ٰى َو ال ْ ي َ ت َا َم ٰى‬ ُ ‫َو ال ن َّ ب ِ ي ِ ي َن َو آ ت َى ال ْ َم ا َل عَ ل َ ٰى‬
َ‫الر ق َ ا بِ َو أ َق َ ام‬ِ ‫َو ال ْ َم سَ ا ِك ي َن َو ا ب ْ َن ال س َّ ب ِ ي ِل َو ال س َّ ا ئ ِ ل ِ ي َن َو ف ِ ي‬
‫ال صَّ َل ة َ َو آ ت َى ال َّز كَ ا ة َ َو ال ْ ُم و ف ُ و َن ب ِ ع َ ْه ِد ِه ْم إ ِ ذ َ ا عَ ا هَ د ُوا‬
َ ِ ‫َو ال صَّ ا ب ِ ِر ي َن ف ِ ي ال ْ ب َ أ ْسَ ا ِء َو ال ضَّ َّر ا ِء َو ِح ي َن ا لْ ب َ أ ْ ِس أ ُو لٰ َ ئ‬
‫ك‬
‫ك ه ُ مُ ال ْ ُم ت َّق ُ و َن‬ َ ِ ‫ص د َ ق ُوا َو أ ُو ٰل َ ئ‬
َ ‫ال َّ ِذ ي َن‬

Artinya :”Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu

suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman

1
kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab- kitab, nabi-nabi

dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak

yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan

orang-orang yang meminta- minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya,

mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang

menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar

dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah

orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang- orang

yang bertakwa” (QS. Al-Baqarah: 177)

Ayat tersebut di atas menyebutkan ada 7 syarat

perbuatan yang disejajarkan nilainya dan menjadi syarat taqwa,

yakni: Beriman, Memberikan harta yang dicintainya,

Memerdekakan hamba sahaya, Mendirikan shalat, Menunaikan

zakat, Menepati janji, Sabar .Tujuh item dari pesan ayat di atas

dapat di identifikasi jadi dua bagian. Bagian pertama yang

terkait dengan hubungan dengan Tuhan: beriman dan

mendirikan shalat, bagian kedua menyangkut hubungan dengan

sesama manusia: Memberikan harta yang dicintainya,

Memerdekakan hamba sahaya, Mendirikan shalat, Menunaikan

zakat, Menepati janji, Sabar Hal ini berarti tanda-tanda taqwa

lebih banyak berdimensi kemanusiaan.

1
b. Nilai Belas Kasih atau Nilai Al- Rahmah

Nilai al- Rahmah atau cinta kasih atau belas kasihan

merupakan ajaran dasar yang sangat prinsipil. Berbagai sifat

yang berlawanan dengan sifat al-rahmah misalnya: pemarah,

sombong, dengki, dendam itu dikecam dalam al-Qur’an. Dalam

hadis nabi disebutkan bahwa cinta kasih merupakan indikator

iman seseorang sebagaimana dijelaskan dalam hadis dari Anas

bin Malik.

Artinya :”Dari Anas Ibn Malik ra, dari nabi saw. Bersabda,

tidak beriman seseorang di antara kamu sebelum ia mencintai

saudaranyaatau tetangganya, sebagaimana ia mencintai

dirinya sendiri “(hadis riwayat Muslim juz 1:49).

Rahmah adalah bagian dalam atau bagian dari aspek

kejiwaan (psikologi) yang menjadi dasar dari perasaan setiap

orang. Perasaan tersebut menjadi identitas diri kemanusiaan.

Apabila perasaan tersebut hilang maka identitas kemanusiaan

juga dapat dikatakan telah hilang. Istilah yang lebih eksterim

adalah perasaan telah mati. Inilah yang dimaksud jiwa yang

meninggal sementara jasad masih hidup. Untuk memahami

makna al-rahmah, berikut sebuah riwayat yang menceritrakan

bahwa, suatu ketika nabi menggendong seorang anak yang

sedang menghadapi sakaratulmaut, nafasnya tersenggal-

senggal, menyaksikan situasi tersebut air mata nabi saw.

1
Menetes membasahi pipinya. Sahabat yag hadir pada waktu

termasuk Thalhah merasa heran dan bertanya ada apa gerangan

ya rasulullah, Beliau menunjuk kepada air mata yang ada di

pipinya sambil menjawab, “hadzihi al-rahmah ” (ini adalah

rahmah). Jadi, orang menangis mengeluarkan air matakarena

kesedihan atau perasaan belas kasihan itulah yang disebut al-rahmah.

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa suatu ketika Nabi Saw.

diminta untuk mendoakan orang musyrik agar dilaknat oleh Allah SWT.

Lalu, Nabi menjawab sebagaimana disebutkan dalam hadits dari Abi

Hurairah bahwa:

Artinya: "Dari Abi Hurairah, berkata, ya rasulallah doakan orang

musyrik supaya dilaknat, lalu Nabi menjawab, saya diutus bukan untuk

melaknat melainkan sebagai rahmat" (HR. Muslim juz 8: 24).

Al-Rahmah adalah bagian dari cinta kasih sebagaimana

disinggung pada awal tulisan dan merupakan landasan atau basis

pendirian amal usaha di bidang sosial yang dibina oleh Muhammadiyah.

Amal usaha itu merupakan fokus gerakan Muhammadiyah. Menurut

Amien Rais (1998: 44-48), terdapat empat doktrin Muhammadiyah,

yakni: pertama, doktrin pencerahan umat, sehingga amal usaha yang

pertama-tama dirintis oleh tokoh-tokoh Muhammadiyah adalah

mendirikan sekolah. Kedua, doktrin amal shalih; dalam Anggaran Rumah

Tangga Muhammadiyah telah ditetapkan bahwa syarat berdirinya suatu

ranting adalah wajib memiliki amal usaha minimal mendirikan taman

1
kanak-kanak. Ketiga, doktrin kerjasama untuk kebajikan; doktrin ini

berlandaskan pada QS. al-Maidah: 2, dan keempat, doktrin tidak

berpolitik.

c. Nilai Syukur

Syukur adalah bentuk pernyataan terima kasih atas nikmat yang

telah diperoleh. Allah akan memberi balasan kepada hamba-Nya yang

suka bersyukur (QS. al-Qamar: 35). Bentuk syukur yang

diimplementasikan oleh Muhammadiyah adalah kerja keras.

Muhammadiyah memahami bahwa bekerja secara sungguh-sunggguh

dalam mengelola lembaga pendidikan merupakan perwujudan bentuk

syukur (tafsir syukur). Pintu untuk meraih kebahagiaan adalah kerja

keras (syukur). Allah tidak akan membiarkan hamba-Nya dalam keadaan

termarjinal, atau dalam keadaan tertinggal untuk keluar dari kesulitan

apabila si hamba beriman dan bekerja keras (bersyukur) (QS. an-Nisa:

147). Lebih tegas, dinyatakan bahwa Allah pasti membalas orang-orang

yang bekerja keras (syukur). Sebagaimana yang telah disebutkan dalam

al-Qur'an surat Ibrahim ayat 7 bahwa:

‫َو إ ِ ذ ْ ت َأ َذ َّ َن َر ب ُّ ك ُ ْم ل َ ئ ِ ْن ش َ ك َ ْر ت ُ ْم َأل َ ِز ي د َ ن َّ ك ُ ْم َو ل َ ئ ِ ْن ك َ ف َ ْر ت ُ ْم إ ِ َّن‬


ٌ ‫ع َ ذ َ ا ب ِ ي ل َ ش َ ِد ي د‬
Artinya: "Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan;

'Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah

(nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka,

sesungguhnya azab-Ku sangat pedih" (QS. Ibrahim: 7).

1
Pada ayat tersebut, terdapat dua istilah yang berlawanan, yakni

term "syukur/syakartum" dengan "kufr/kafartum". Syukur adalah simbol

dari orang yang tahu berterima kasih kepada Tuhan, sedangkan kufr

adalah simbol dari orang yang tidak tahu berterima kasih. Bekerja keras

untuk mengatasi masalah kemiskinan atau bekerja keras untuk mengurusi

anak yatim adalah sikap dan perilaku orang yang tahu bersyukur.

d. Nilai Tolong-Menolong

Tolong-menolong merupakan prinsip ajaran Islam dalam

kehidupan bermasyarakat. Tolong-menolong disebutkan dalam al-Qur'an

surat al-Maidah ayat 2 bahwa:

‫يا أيها الذين آمنوا َل تحلوا شعابر هللا وَل الشهر الحرام وَل الهذي وَل القلد وَل آتين البيت‬

‫الحرام يبتغون فضل ين بهمورضوانا وإذا خللثم فاضطادوا وَل يجرمنكم شنآن قوم أن صوم عن‬

‫المسجد الحرام أن تعتدوا وتعاونواعلى البر والتقوىوَل تعاونوا على اْلثم والعدوان واتقوا هللا إن‬

‫هللا شديدالعقاب‬

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu melanggar

syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan

haram, jangan mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-

binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orangorang yang

mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari karunia dan keridhaan

dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, Maka

bolehlah berburu. dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada

sesuatu kaum karena mereka menghalanghalangi kamu dari Masjidil

haram, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-

1
menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan

jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan

bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-

Nya" (QS. al-Maidah: 2).

Muhammadiyah menganut doktrin bahwa: hidup harus

bermasyarakat. Di dalamnya terkadung pengertian kerja sama, saling

menghargai, dan juga saling mengakui perbedaan. Ide atau cita-cita

sosial Muhammadiyah berkisar pada: ukhuwah, hurriyah, musawah, dan

'adalah (persaudaraan, kemerdekaan, persamaan dan keadilan) (Rais,

1998: 17). Hidup bermuhammadiyah berarti memperbanyak kawan, dan

berarti kita harus memelihara kesetiakawanan. Hidup bermuhammadiyah

berarti menghargai orang lain, menghargai organisasi lain, dan

menghargai agama lain.

2.2 Gerakan Peduli Pada Fakir Miskin dan Anak Yatim

Istilah "fakir" dalam kamus bahasa Indonesia diartikan sebagai orang

yang sangat berkekurangan. Miskin diartikan sebagai tidak berharta benda, serba

kekurangan (berpenghasilan rendah). Dalam bahasa Arab, kata "miskin" berakar

dari kata sa-ka-na yang berarti diam atau tenang. Kenapa orang miskin disebut

miskin, karena ia lebih banyak diam. Seperti halnya, kenapa keluarga yang

bahagia disebut keuarga sakinah, karena keduanya merasa tenteram atau tenang

(diam) terhadap pasangannya; keduanya tidak kemana-mana.Tentang kriteria

1
kemiskinan, tidak dijelaskan di dalam al-Qur'an maupun al-Hadist. Itulah

sebabnya ulama berbeda pendapat tentang pengertian fakir dan miskin.

Al-Qu'ran memuji kecukupan bahkan menganjurkan untuk memperoleh

kelebihan (Syihab, t.th: 451). Ayat yang dijadikan rujukan adalah al-Qur'an surat

al-Jum'ah ayat 10 yang menyatakan:

‫فإذا قضيتي الممل فانتشروا في األرض وابتغوا من فضل هللا واذكروا هللا گيرا لعلكم تفلون‬

Artinya: "Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka

bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-, banyak supaya

kamu beruntung" (QS. al-Jum'ah: 10).

Sedangkan dalam al-Qur'an di surat yang lain yaitu surat Al-Dhuha ayat

8 menerangkan bahwa:

‫ك ع َ ا ئ ِ ًل ف َ أ َغْ ن َٰى‬
َ َ ‫َو َو َج د‬

Artinya: “Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia

memberikan kecukupan" (QS. al-Dhuha: 8).

Bahkan ada ayat lain yaitu ayat dalanı surat al-Baqarah ayat 198 yang

juga mendeskripsikan bahwa:

‫م فإذا أقضم ممن عرفاتيت ليس عليكم جنا أن تبتغوا فضل ممن اذكروا هللا عند المشعر الحرام وا گروه گما‬

‫هداكم وإن کنتم من قبله لمين الضالين‬

Artinya: "Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil perniagaan)

dari Tuhanmu. Maka apabila kamu telah bertolak dari 'Arafat, berdzikirlah

kepada Allah di Masy'arilharam. Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah

1
sebagaimana yang ditunjukkanNya kepadamu; dan Sesungguhnya kamu sebelum

itu benar-benar Termasuk orang-orang yang sesat" (QS. al-Baqarah: 198).

Kedua ayat tersebut memberi kesan bahwa berkecukupan adalah sesuatu

yang mulia dan karenanya harus bekerja keras untuk meraih kecukupan tersebut.

Yang dilarang dan dicelah ialah rakus atau berkecukupan lalu kikir.

Muhammadiyah memahami bahwa tujuan yang hendak dicapai dari

diturunkannya agama di muka bumi ini adalah mengatur, menyelamatkan, dan

membimbing manusia ke tujuan yang luhur (baldatun thayyibatun warabbun

ghafur), mencerahkan kehidupan, membebaskan manusia dari segala bentuk

perbudakan. Tidak ada penghambaan kecuali hanya menghambakan diri kepada

Allah SWT. Dalam konteks kehidupan sekarang, manusia harus dibebaskan

paling tidak dari tiga bentuk cenkeraman yakni: kemiskinan, kebodohan, dan

keterbelakangan.

Salah satu problematika nasional, khususnya problem umat Islam saat

ini, adalah mengenai pengurangan kemiskinan. Kemiskinan merupakan bentuk

ketidak mampuan seseorang, satu keluarga, atau satu kelompok masyarakat untuk

memenuhi kebutuhan dasarnya yang berupa kebutuhan pangan, atau kebutuhan

pendidikan dasar dan menengah, atau kebutuhan kesehatan. Ketidak mampuan

dalam memenuhi kebutuhan dasar inilah yang biasa disebut dengan kemiskinan

absolut.

Gerakan peduli fakir miskin diserukan oleh Nabi Muhammad Saw.

sebagaimana disinggung dalam al-Qur'an. Tidak hanya memuat perintah untuk

menyantuni fakir miskin, tetapi al-Qur'an juga merekonstruksi perilaku

1
masyarakat Quraiys. Tidak jarang al-Qur'an mengecam berbagai bentuk sikap

mereka terkait dengan harta, anak yatim, dan fakir miskin. Kecaman tersebut

dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Peringatan kepada orang yang suka menghimpun harta,suka bermewah-

mewah atau serakah (QS. al-Takatsur: 1-2).

2. Mencintai harta secara berlebihan (QS. al-Fajar: 17-20).

3. Menghardik anak yatim, tidak memberi makan orangmiskin (QS. al-Fajar:

17-20; al-Maun: 1-6).

Dalam tafsir Bahr al-Ulum (t.th: Juz. 3, 600) disebutkan bahwa

pengertian yukadzdzibu biddin adalah orang-orang kafir; "Wahai Muhammad,

inilah orang-orang kafir". Jadi, orang yang menghardik anak yatim adalah simbol

dari orang kafir yang berkebalikan dengan orang-orang yang menghargai dan

mengasihi anak yatim sebagai orang yang beriman. Ayat ini berbicara secara

simbolis antara orang beriman dan orang kafir. Surat sebelumnya yakni QS. al-

Quraisy menegaskan, "Tuhanlah yang memberi makan dan minum kepada kamu

hai manusia, baik yang kaya maupun yang miskin." Lalu,pada surat sesudahnya,

yakni surat al-Kautsar disebutkan, "Sesungguhnya, Tuhanlah yang memberi

nikmat kepada kamu, berkorbanlah dengan harta yang kamu miliki."

Terdapat riwayat yang menceritakan bahwa pembesar suku Quraisy

setiap minggu menyembelih seekor unta. Namun, ketika anak yatim datang

meminta sedikit daging unta yang disembelih itu, para pembesar Quraisy tidak

memberi daging, bahkan mereka menghardik dan mengusir anak yatim tersebut.

Realitas sosial inilah yang menghidupkan spirit al-Ma'un dan memperkenalkan

1
ide sentral tauhid dan kemanusiaan serta keadilan sosial ekonomi. Spirit al-Maun

itulah yang menggerakkan Muhammad Saw. dalam melakukan transformasi sosio

moral ekonomi masyarakat Arab (Rahman, 2003:3).

Bahkan dalam al-Qur'an juga dieksplisitkan bahwa Allah memuji dan

menyejajarkan ibadah shalat dengan menginfaqkan sebagian harta. Hal ini

terekam dalam al-Qur'an surat al-Maarij ayat 19-25 yang menerangkan bahwa:

‫عا‬ ً ‫سهُ ْال َخي ُْر َمنُو‬ َّ ‫) َو ِإذَا َم‬٢٠( ‫عا‬


ً ‫ش ُّر َج ُزو‬ َّ ‫) ِإذَا َم‬١٩( ‫عا‬
َّ ‫سهُ ال‬ ً ‫سانَ ُخ ِلقَ َهلُو‬ َ ‫ِإ َّن اْل ْن‬
‫) َوالَّذِينَ ِفي أ َ ْم َوا ِل ِه ْم‬٢٣( َ‫صل ِت ِه ْم دَائِ ُمون‬
َ ‫علَى‬ َ ‫) الَّذِينَ ُه ْم‬٢٢( َ‫ص ِلين‬ َ ‫)إَِل ْال ُم‬٢١(
)٢٥( ‫وم‬ ِ ‫سائِ ِل َو ْال َم ْح ُر‬
َّ ‫) ِلل‬٢٤( ‫َح ٌّق َم ْعلُو ٌم‬

Artinya: "Sesungguhnya, manusia diciptakan bersifat keluh-kesah lagi kikir.

Apabila ia ditimpa kesusahan, ia berkeluh kesah. Dan apabila ia mendapat

kebaikan, ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, mereka

itu tetap mengerjakan shalatnya. Dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia

bagian tertentu. Bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak

mempunyai apaapa (vang tidak mau meminta)" (QS. al-Maarij: 19-25).

Ayat tersebut mempertentangkan antara orang kikir, keluh kesah di satu

sisi dan di sisi lain orang shalat sekaligus dermawan, menyisihkan sebagian

hartanya untuk kepentingan orang yang membutuhkan. Dua macam sifat yang

bertentangan tersebut merupakan dua kutub yang saling behadapan dan senantiasa

hadir pada setiap komunitas sepanjang waktu.

Sikap dan perilaku memuliakan anak yatim dan sikap memberi makan

orang miskin digambarkan sebagai suatu perbuatan yang amat susah bagi orang-

1
orang Quraisy, sehingga ayat menyebutnya sebagai jalan yang mendaki. Apa yang

dimaksud jalan mendaki (lihat OS. al-Balad: 11-16), jalan ini cenderung dihindari

oleh manusia yang justru dikecam oleh al-Qur'an. Jalan yang mendaki adalah

membebaskan perbudakan, memberi bantuan kepada anak yatim dan orang miskin

yang hidup dalam penderitaan dan kesengsaraan. Dalam keadaan situasi seperti

tersebut, manusia cenderung rakus, cinta harta berlebihan, tidak lagi memiliki

sikap kepedulian, suka menghardik, suka mencaci, membiarkan anak yatim dan

orang fakir miskin terlantar. Dalam kondisi seperti itulah al-Qur'an surat al-Maun

diturunkan.

Kemiskinan merupakan masalah kemanusiaan yang implikasi negatifnya

melibatkan berbagai aspek: terkait masalah-masalah keamanan, pendidikan,

politik, dan kesehatan. Sebagian bentuk nyata dari problem kemiskinan adalah

pengangguran, busung lapar, gizi kurang, kriminalitas, dan bunuh diri.

Berdasarkan pemahaman tentang al-Qur'an dan realitas sosial,

Muhammadiyah menggiatkan urusan menyantuni orang miskin, fakir dan anak

yatim dalam bentuk: mendirikan rumah miskin dan panti asuhan. Sebagai upaya

konsistensi keberpihakan Muhammadiyah pada rakyat miskin, pada Muktamar

tahun 2000 dibentuklah Lembaga Buruh, Petani dan Nelayan, sedangkan pada

Muktamar 2005 di Malang upaya ini lebih disempurnakan lagi dengan

pembentukan Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM).

1
2.3 Bentuk dan Model Gerakan Sosial Kemanusiaan Muhammadiyah

KH. Ahmad Dahlan menerjemahkan teks teks al-Qur'an ke dalam

kegiatan praksis sosial, amaliah, atau tindakan. Inilah yang menjadi pembeda

dengan tokoh-tokoh yang lain. Ia lebih menonjolkan aksi, bukan menonjolkan

pemikiran, tetapi tidak berarti Muhaammadiyah mengabaikan pemikiran

keagamaan. Konsistensi di bidang gerakan sosial ini menjadi ciri khas, dan

kemudian dikenal istilah metode tafsir sosial dalam Muhammadiyah.

Teologi al-Ma'un diterjemahkan ke dalam tiga pilar kerja atau tiga

bentuk pelayanan yakni: pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan dan

pelayanan sosial. Tiga pilar tersebut secara praktis dapat dideskripsikan sebagai

berikut:

1. Pelayanan Pendidikan

Seperti disebutkan pada uraian terdahulu, doktrin Muhammadiyah

adalah pencerahan dan doktrin amal salih. Konsekuensi dari doktrin ini

adalah Muhammadiyah mencurahkan segala kemampuannya untuk

mendirikan sekolah-sekolah, mulai taman kanak-kanak atau pendidikan usia

dini sampai ke perguruan tinggi. Besarnya apresiasi sejarah terhadap

organisasi Muhammadiyah tidak bisa dilepaskan dari peranan

Muhammadiyah dalam memajukan pendidikan di Indonesia. Tidak dapat

dimungkiri bahwa salah satu faktor yang mendorong Kiai Ahmad Dahlan

mendirikan Muhammadiyah adalah keterbelakangan bangsa Indonesia dari

segi pendidikan. Tentu problem tersebut sekaligus menjadi problem umat

Islam (Hamzah, 1985: 120).

1
Dewasa ini, Muhammadiyah mengelola lembaga pendidikan sebanyak

1132 Sekolah Dasar, 1769 Madrasah Ibtidaiyah, 1194 Sekolah Menengah

Pertama, 534 Madrasah Tsanawiah, 511 Sekolah Menengah Atas, 263

Sekolah Menengah Kejuruan, 172 Madrasah Aliyah, 67 Pondok Pesantren,

55 Akademi, 4 Politeknik, 70 Sekolah Tinggi, dan 36 Universitas yang

tersebar di seluruh Indonesia (Profil Muhammadiyah, 2005). Namun, 10

tahun kemudian, yakni pada tahun 2015, data tentang lembaga pendidikan

yang dikelola Muhammadiyah sebagai berikut: TK/TPQ 4.623, SD/MI:

2.604, SMP/MTs: 1772, SMA/SMK/MA: 1.143, Pondok Pesantren: 67 dan

Perguruan Tinggi: 172 (Profil Muhammadiyah, 2015).

Data tersebut menujukkan bahwa Muhammadiyah telah bekerja keras

dalam melayani masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya dalam bidang

pendidikan. Usaha kerja keras tersebut dimaknai sebagai ibadah yang nilainya

tidak kalah mulia daripada ibadah mahdhah.

2. Pelayanan Kesehatan

Tahun 1918 telah berdiri Penolong Kesengsaraan Umum (PKU) yang

pada tahun 1921 menjadi bagian khusus dalam Muhammadiyah. Pada tahun

1926, berdirilah klinik di Surabaya, Malang dan Surakarta atau Solo, selain

klinik yang ada di Yokyakarta. Sekarang ini, masalah pelayanan kesehatan

diurus oleh suatu majelis yang diberi nama Majelis Pembina Kesehatan

Umum. Dalam mewujudkan visi Muhammadiyah tahun 2025, salah satu

usahanya adalah meningkatkan kualitas kesehatan dan kesejahteraan

masyarakat. Sekarang, Muhammadiyah mengelola Rumah Sakit, Rumah

1
Bersalin, BKIA, BP dan lain sebagainya yang secara keseluruhan telah

berjumlah 457 buah (lihat Profil Muhammadiyah, 2015). Semangat warga

Muhammadiyah mendirikan amal usaha dalam bidang kesehatan semakin

tumbuh. Hal ini mungkin disebabkan oleh banyaknya putra-putri

Muhammadiyah yang kuliah di Fakultas Kedokteran (Syamsuddin, 2014: 63).

3. Pelayanan sosial

Dalam mewujudkan visi Muhammadiyah tahun 2025, usaha lainnya

adalah memajukan perekonomian dan kewirausahaan ke arah perbaikan hidup

yang berkualitas. Selain masalah pendidikan yang menjadi alasan utama KH.

Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah, masalah ekonomi umat juga

menjadi faktor dominan pendorong lahirnya persyarikatan Muhammadiyah.

Jika usaha pendidikan berusaha untuk mengubah situasi umat yang bodoh

jadi umat yang cerdas, maka bidang ekonomi digarap dalam rangka

mengubah keadaan masyarakat miskin jadi masyarakat yang kaya atau paling

tidak menjadi masyarakat yang berkecukupan.

Amal usaha dalam bidang kesejahteraan/kesehatan meliputi

pembinaan anak yatim dan anak fakir miskin, pembinaan daerah kumuh,

daerah tertinggal, anak jalanan, pekerja anak, rumah sakit, rumah bersalin,

Balai Kesehatan Masỹarakat (Keputusan Muktamar Muhamadiyah 43: 162),

Pemberdayaan masyarakat, pendampingan usaha masyarakat tani dan

nelayan.

Sampai tahun 2015, amal usaha Muhammadiyah dalam bidang sosial

meliputi: panti asuhan, santunan, asuhan keluarga dan lain sebagainya

1
sebanyak 318, panti jompo: 54, rehabilitasi cacat: 82, SLB: 71, mesjid: 6118.

Majelis-majelis yang terkait dengan urusan sosial adalah: Majelis Pelayanan

Sosial, Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan, Majelis Pemberdayaan

Masyarakat. Lembaga yang terkait adalah: Lembaga Penanganan Bencana

dan Lembaga Zakat Infaq dan Shadaqah.

Muhammadiyah melalui MPM melaksanakan program pemberdayaan

petani, pendampingan kelompok-kelompok usaha mikro, dan pemberdayaan

masyarakat miskin, yang dilakukan dalam berbagai usaha dan bentuk

kegiatan, antara lain:

a. Pemberdayaan petani, yaitu pembinaan tata cara tanam yang

menggunakan pupuk organik, pelatihan dan penyediaan fasilitator

pemberdayaan serta penyadaran fungsi penting pupuk organik, dan lain-

lain.

b. Pemberdayaan kelompok usaha mikro: MPM melakukanpendampingan

terhadap kelompok usaha mikro, misalnya; kelompok perempuan petani

kakao, kelompok petani di Tasikmalaya dan kelompok industri rumah

tangga, dan lain-lain.

c. Pemberdayaan kelompok miskin kota: MPM membuat pilot project

pemberdayaan pengemudi becak, dan lain-lain.

Dalam gerakan peduli pada anak yatim, Muhammadiyah aktif

mendirikan panti asuhan di berbagai daerah dan merevitalisasi panti asuhan

dan lembaga-lembaga lainnya guna meningkatkan pelayanan dan kepedulian

pada anak yatim. Kelahiran panti asuhan adalah buah pengamalan atas

1
pemahaman KH. Ahmad Dahlan mengenai pentingnya memperhatikan dan

menyantuni anak-anak serta fakir miskin dan anak-anak terlantar,

sebagaimana yatim terkandung dalam al-Qur'an surat al-Ma'un tersebut

(Febriansyah, dkk., 2013: 54-56, 144).

2.4 Revitalisasi Gerakan Sosial

1. Revitalisasi Pendidikan

Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya Muslim. Jauh

sebelum Islam datang, penduduk Indonesia mayoritas beragama Hindu, di

samping agama-agama lokal yang tumbuh. Setelah Islam datang, penduduk

berubah jadi mayoritas Muslim terbesar di dunia. Faktor yang menjadi

pendorong transformasi agama adalahfaktor strategi dakwah yang mampu

memikat hati dan menawarkan jalan hidup yang memberi harapan lebih baik

bagi masyarakat di kepulauan nusantara ini. Kini, misi gerakan Islam

sungguh-sungguh masih sulit, seperti bagaimana membebaskan,

memberdayakan, dan memajukan umat Islam maupun masyarakat Indonesia

dari berbagai ketertinggalan menuju kehidupan yang berkemajuan di segala

bidang.

Tantangan Gerakan Islam menjadi lebih berat ketika mereka

berhadapan dengan misi gerakan agama lain yang lebih progresif dan

sistematis. Gerakan Islam diharapkan mampu menjadi alternatif. Karenanya,

perlu meninjau ulang dan memperbarui pesan, pendekatan, strategi, dan

langkah-langkah gerakan Islam agar selain dapat merawat jumlah pemeluk

1
umat, sekaligus mampu menjadikan pemeluk Islam sebagai umat terbaik

(Nashir, 2010).

Muhammadiyah memandang untuk membangun Indonesia yang

berkemajuan, diperlukan dukungan manusia yang cerdas dan berkarakter .

Ikhtiar untuk membangun pendidikan yang mencerahkan menjadi pilihan

utama. Haedar Nashir (2010) mengatakan bahwa ikhtiar membangun

Indonesia berkemajuan menuntut pengembangan pendidikan yang

mencerahkan. Kutipan lengkap dari pemikiran Nashir mengatakan bahwa:

"Indonesia berkemajuan meniscayakan dukungan sumber daya manusia yang

cerdas dan berkarakter utama. Manusia yang cerdas adalah manusia Indonesia

seutuhnya yang memiliki kekuatan akal budi, moral, dan ilmu pengetahuan

yang unggul untuk memahami realitas persoalan serta mampu membangun

kehidupan kebangsaan yang bertujuan bagi terwujudnya cita-cita nasional.

Manusia Indonesia yang cerdas memiliki fondasi iman dan taqwa yang

kokoh, kekuatan intelektual yang berkualitas, kepribadian yang utama, dan

menjadi kehidupan kebangsaan yang positif sesuai dengan nilai-nilai yang

terkandung dalam Pancasila. Sumber daya manusia Indonesia yang cerdas

dan berkarakter utama hanya dapat dihasilkan oleh sistem pendidikan yang

"mencerdaskan kehidupan bangsa" diterbitkan diamanatkan Pembukaan UUD

1945. Pendidikan tersebut dalam prosesnya tidak hanya sesuai pada

kemampuan membaca, menulis, dan berhitung, melainkan sebagai proses

aktualisasi diri yang mendorong peserta didik untuk memiliki ilmu

pengetahuan tinggi dan berkeadaban mulia. Karenanya, pendidikan nasional

1
yang selama ini berlaku harus direkontruksi menjadi sistem pendidikan yang

mencerahkan.”

Berikut ini penulis kemukakan uraian tentang revitalisasi pendidikan

Muhammadiyah yang meliputi: Filsafat pendidikan Muhammadiyah , Visi

dan misi Muhammadiyah, dan konsep pendidikan Muhammadiyah. Uraian

tersebut dipaparkan sebagaimana berikut:

a. Rumusan filsafat pendidikan Muhammadiyah Pendidikan

Muhammadiyah adalah penyiapan lingkungan yang memungkinkan

seseorang tumbuh sebagai manusia yang menyadari kehadiran Allah

SWT. Sebagai Rabb yang menguasai dan memiliki ilmu pengetahuan,

teknologi dan seni (Ipteks). Dengan kesadaran spiritual (iman) dan

penguasaan ipteks seseorang mampu memenuhi kebutuhan hidupnya

secara mandiri, peduli terhadap sesama. menyebarluaskan kemakmuran,

mencegah kemunkaran, ramah lingkungan, beradab, mewujudkan

kesejahteraan dalam kerangka ibadah kepada Allah SWT. (Nashir, 2010:

63).

Pendidikan Muhammadiyah merupakan pendidikan Islam

modern yang mengintegrasikan agama dengan kehidupan sosial, iman

dengan kemajuan yang holistik. Dari pendidikan Islam, diharapkan lahir

generasi muda islam yang kuat iman dan kepribadiannya, sekaligus

mampu menghadapi dan menjawab tantangan zaman. Inilah pendidikan

Islam yang berkemajuan (Nashir, 2010: 63).

1
Ayat kauniyah dan ayat qauliah merupakan kesatuan integral

yang terus dikembangkan melalui penelitian dan pengembangan yang

berorientasi pada kemuliaan, kemanusiaan dan dalam alam kehidupan

yang lestari. Penguasaan ipteks adalah langkah awal dari tumbuhnya

kesadaran makrifat, demikian pemikiran rasional adalah awal dari

kesadaran makrifat spiritual ketuhanan. Pengabdian ibadah kepada Allah

memuat ibadah yang terangkum dalam rukun Islam. penelitian dan

pengembangan ipteks, penataan lingkungan hidup, pembebasan setiap

orang dari penderitaan akibat kebodohan dan kemiskinan (Nashir, 2010:

64).

b. Visi dan Misi Pendidikan Muhammadiyah

Visi pendidikan Muhammadiyah adalah, terbentuknya

manusia pembelajar yang bertaqwa, berakhlak mulia,

berkemajuan dan unggul dalam IPTEKS sebagai perwujudan

tajdid dakwah amar maruf nahi munkar.

Misi dari Pendidikan Muhammadiyah mencakup :

1) Mendidik manusia memiliki kesadaran ketuhanan (spiritual

makrifat).

2) Membentuk manusia berkemajuan yang memiliki etos

tajdid, berfikir cerdas, alternatif dan berwawasan luas.

3) Mengembangkan potensi manusia, berjiwa mandiri, beretos

kerja keras,wirausaha,kompetitif dan jujur.

4) Membina peserta didik agar menjadi manusia yang memiliki

1
kecakapan hidup dan keterampilan sosial, teknologi,

informasi dan komunikasi.

5) Membimbing peserta didik agar menjadi manusia yang

memiliki jiwa, kemampuan menciptakan dan mengapresiasi

karya seni budaya

6) Membentuk kader persyarikatan, umat dan bangsa yang

ikhlas, peka, peduli dan bertanggung jawab terhadap

kemanusiaan dan lingkungan (Nashir,2010: 64).

c. Konsep Pendidikan Muhammadiyah

1) Nilai dasar Pendidikan Muhammadiyah

Amal usaha Muhammadiyah dalam bidang pendidikan

merupakan wilayah yang sangat strategis dalam rangka

mewujudkan kemajuan umat dan bangsa. Lembaga

pendidikan yang dikelola oleh Muhammadiyah sudah

bertahan lebih dari 100 tahun. Fakta ini menjadi argumen

bahwa Muhammadiyah telah memberikan kontribusi yang

tidak bisa dihitung nilainya terhadap perkembangan bangsa

Indonesia. Amal usaha ini pula yang menjadi pembeda antara

Muhammadiyah dengan organisasi lainnya. Hampir setiap

daerah atau kabupaten berdiri bangunan sekolah Muhammadiyah.

Pendidikan Muhammadiyah di dasarkan pada lima nilai

dasar yakni: pertama, pendidikan Muhammadiyah

dilaksanakan berdasarkan nilai al-Qur’an dan sunnah. Nilai

1
dasar dikembangkan berdasarkan nilai kebenaran, nilai

pencerahan, dan nilai budi pekerti yang baik. (Nashir,

2010:65). Hal ini secara eksplisit telah terekam dalam al-

Qur’an surat al-Furqan ayat 44 bahwa:

‫ب أ َ َّن أ َ ْكث َ َر ُه ْم يَ ْس َمعُونَ أ َ ْو يَ ْع ِقلُونَ ِإ ْن ُه ْم ِإ ََّل َك ْٱأل َ ْن ٰ َع ِم بَ ْل ُه ْم‬ُ ‫س‬ َ ‫أ َ ْم ت َ ْح‬


ً ‫س ِب‬
‫يل‬ َ ‫ض ُّل‬ َ َ‫أ‬
Artinya: “Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan

mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak

lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih

sesat jalannya (dari binatang ternakitu)”(QS. Al-Furqaan: 44)

Berdasarkan telaah terhadap ayat tersebut, KH.

Ahmad Dahlan mengeluarkan fatwa, “manusia tidak

menuruti, tidak mempedulikan sesuatu yang sudah terang

benar bagi dirinya, artinya dirinya sendiri, fikirannya sendiri,

sudah dapat mengatakan itu benar tetapi ia tidak mau

menuruti kebenaran itu karena takut mendapatkan kesukaran

takut berat dan takut bermacam-macam yang dikhawatirkan

karena nafsu dan hatinya sudah terlanjur rusak berpenyakitan

akhlak (budi pekerti), hanyut dan tertarik oleh kebiasaan

buruk (Hadjid:2005:24-25).

Kedua, Nilai Ikhlas. Ikhlas menjadi dasar dalam

mencari ridha Allah SWT. Ikhlas menjadi inspirasi dalam

ikhtiar mendirikan dan menjalankan amal usaha dibidang

1
pendidikan. Ketiga, Nilai kerjasama (musyawarah) dengan

tetap menjaga sikap kritis baik pada masa Hindia Belanda,

Dai Nippon (Jepan), Orde Baru hingga pasca Orde Baru.

Keempat, nilai tajdid, yakni selalu memelihara dan

menghidup- hidupkan prinsippembaruan (tajdid) inovasi

dalam menjalankan amal usaha dibidang pendidikan. Kelima,

memelihara kultur memihak kepada kaum dhuafa dan

mustadhafin dengan melakukan proses-proses kreatif sesuai

dengan tantangan dan perkembangan yang terjadi pada

masyarakat Indonesia. (Nashir,2010: 66).

Kehadiran Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang

mengemban misi dakwah dan tajdid selama perjalanan satu

abad lebih, sungguh dituntut untuk memberi sibghah

sekaligus mengubah jalan kehidupan umat dan bangsa

kearah yang lebih berkemajuan. Disinilah pentingnya gerakan

pencerahan yang menyinari penduduk negeri, sehingga Indonesia

menjadi negara dan bangsa yang berkemajuan. Islam yang

Mencerahkan Islam sesungguhnya agama yang mencerahkan

kehidupan umat manusia (din at-tanwir). Kehadiran Islam membawa

misi penting untuk mengeluarkan umat manusia dari segala bentuk

kegelapan (kejahiliyahan) menuju pada keadaan terang-benderang,

takhrij min al-dhulumat ila al-nur (QS Al-Baqarah: 257). Pesan-

pesan Islam seperti perintah iqra (QS Al-'Alaq: 1-5), al-Quran sebagai

1
hidayah-bayan-furqan (QS Al- Baqarah: 189), agar setiap umat

mengubah nasib dirinya dan memperhatikan masa depan (QS Ar-

ra'du: 11; Al-Hasyr: 18), membebaskan kaum dhu'afa mustadh'afin

(QS Al-Ma'unn: 1-7; Al- Balad:11-16,dst), menjadi khalifah dimuka

bumi untuk membangun dan tidak untuk merusak (QSAl-Baqarah:30;

Hud: 61; Al-Baqarah: 11; dst.); menunjukkan pesan imperatif Allah

bahwa ajaran Islam menawarkan pencerahan bagi umat manusia

semesta.

2) Aspek-Aspek Pendidikan Muhammadiyah

a) Aspek Pembelajar

Pendidikan Muhammadiyah memberikan peluang

kepada perkembangan akal sehat peserta didik, pada saat

yang sama juga mendorong untuk tumbuhnya hati yang

suci dalam diri peserta didik, serta mendorong

tumbuhnya softskill (IQ,EQdanSQ). Terkait dengan

masalah ini KH. Ahmad Dahlan berpesan, Akal manusia

sesungguhnya suatu ketika akan menghadapi bahaya dan

jika manusia menghadapi hal yang demikian maka

sesungguhnya iatelah memiliki perangkat untuk

menghadapinya yaitu hati yang suci. Oleh karena itu

orang yang mempunyai akal harus menjaga bahaya akal

yang merusak kesucian hati. (Nashir,2010: 67).

1
b) Aspek Pembelajaran

Pendidikan yang menghidupkan dan

membebaskan memerlukan adanya integrasi kritis antara

legitimasi normatif (al- Qur’an dan sunnah) dengan

realitas sosial. Pendidikan Muhammadiyah terkait

dengan nilai-nilai dasar persyarikatan, artinya pendidikan

dalam Muhammadiyah harus menjamin terciptanya

lulusan yang cerdas sekaligus berposisi sebagai kader

organisasi demi kelangsungan organisasi Muhammadiyah.

Penyelenggaraan pendidikan Muhammadiyah

perlu memperhatikan nilai manfaat sebagai upaya

pemenuhan prinsip-prinsip sosiokemanusiaan sehingga

out putnya memiliki kontribusi nyata bagi masyarakat

bangsa dan Negara. Pendidikan Muhammadiyah harus

memperhatikan dimensi sosialnya sehingga bermanfaat

bagi kemanusiaan, harus memperhatikan dimensi

ideologis sehingga menjamin pencerahan peradaban

sekaligus menjadi sarana terciptanya kader yang mampu

membaca tanda-tanda zaman. (Nashir, 2010: 69)

c) Aspek Pendidik

Pendidik dalam pendidikan Muhammadiyah

terkait dengan kompetensi akademik, kompetensi

pedagogik, kompetensi atau komitmen ideologi

1
persyarikatan, kompetensi sosial, dan kompetensi

keperibadian. Pendidik yang mengabdi pada lembaga

pendidikan Muhammadiyah adalah pendidik yang

memiliki kompetensi dasar sebagai pendidik yang

didukung oleh komitmennya pada persyarikatan

Muhammadiyah, nilai-nilai dan pemahamann keislaman

sebagaimana yang dipahami oleh Muhammadiyah.

Kemampuan komparatif yang dimiliki oleh

pendidik akan menentukan arah perubahan peradaban.

Pendidik harus memiliki pengetahuan dasar mengenai

pendidikan akhlak sebagai dasar untuk menanamkan

karakter pembelajar yang sesuai dengan nilai-nilai Islam.

Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan pendidik

individu yang utuh dan pendidikan kemasyarakatan yang

bertujuan untuk menjamin kemampuan hidup

bermasyarakat. (Nashir,2010: 70).

Dalam pandangan KH. Ahmad Dahlan pendidikan

yang utuh adalah pendidikan yang berkeseimbangan

antara perkembangan mental dan jasmani, antara

keyakinan dan intlek, antara perasaan dan akal fikiran

serta antara dunia dan akhirat (Hadikusumo,1980: 5).

1
d) Aspek Persyarikatan

Pendidikan Muhammadiyah yang menghidupkan

dan membebaskan dikaitkan dengan persyarikatan adalah

model pendidikan yang mampu menjadi media dan

instrumen bagi eksistensi dan pengembangan kegiatan

sosial kemanusiaan persyarikatan Muhammadiyah.

Sinergi lembaga pendidikan Muhammadiyah sebagai

instrumen persyarikatan untuk mencapai tujuan

terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

Lembaga pendidikan perlu mengembangkan misi

persyarikatan dengan konsisten agar lembaga pendidikan

benar-benar menjadi alat persyarikatan mencapai tujuannya.

KH. Ahamad Dahlan pernah berpesan,

“Muhammadiyah sekarang ini lain dengan

Muhammadiyah yang akan datang. Maka teruslah kamu

bersekolah menuntut ilmu pengetahuan di mana saja.

Jadilah guru kembalilah ke Muhammadiyah, jadilah

dokterkembalilah ke Muhammadiyah, jadilah Insinyur

dan kembalilah ke Muhammadiyah. (Salam, 2009: 135).

e) Aspek Manajerial

Aspek manajerial manajemen yang dipakai dalam

lingkungan persyarikatan Muhammadiyah yang sesui

dengan prinsip- prinsip Islam disamping mengadopsi

1
prinsip manajemen modern. Penerapan manajemen

modern seperti adanya standarisasi, profesionalisme,

impersonal, reward and Punishment di satu sisi

memberikan dasar yang kuat bagi eksistensi lembaga

pendidikan Muhammadiyah tetapi pada sisi lain, jika

diterapkan sacara kaku akan merugikan persyarikatan

Muhammadiyah. Dalam soal recruitment misalnya biasa

jadi mengesampinkan aspek pertimbangan idiologi

persyarikatan. Implementasi manajemen modern dalam

pengelolaan institusi pendidikan di Lingkungan

Muhammadiyah harus dapat dikembalikan pada prinsip-

prinsip dasar yang telah disepakati oleh persyarikatan

Muhammadiyah.

f) Aspek Kurikulum

Strategi pengembangan kurikulum berdasarkan

pada orientasi kebutuhan, dimana dimensi akademik dan

keorganisasian menjadi faktor krusial dan inti dalam

penentuan muatan kurikulum. Pendekatan backward

curriculum harus dikedepankan agar prinsip religious

ideologis dan humanistis dapat dipenuhi dalam

kurikulum yang diterapkan dalam penyelenggaraan

pendidikan Muhammadiyah.

1
Muatan Kurikulum dirancang berdasarkan pertimbangan

kebutuhan dasar keilmuan, idiologi persyarikatan, dan pasar

atau yang dibutuhkan masyarakat. Kurikulum Muhammadiyah

harus menganut prinsip desentralisasi yang mampu

memberdayakan pendidik untuk mendinamisasikan isi kurikulum

secara maksimal. Pencapaian kurikulum pendidikan

Muhammadiyah harus berorientasi pada kompetensi dan

berkelanjutan. Dalam pengelolan lembaga pendidikan

Muhammadiyah tetap memperhatikan kepentingan organisasi

bukan semata-mata memperhatikan stakeholders. Keberadaan

institusi pendidikan sebagai amal usaha ditempatkan sebagai

instrument dan wahana beramal sehingga pendidikan tidak

diarahkan semata pada pencapaian kompetensi tetapi juga dalam

kerangka pengkaderan persyarikatan.

g) Aspek Kemasyarakatan

Pendidikan Muhammadiyah yang menghidupkan,

mencerdaskan, dan membebaskan pengelolaannya harus

memihak kepada orang-orang lemah, orang yang

sengsara. Pendidikan yang dikelola oleh Muhammadiyah

harus mampu mengentaskan kemiskinan. Pembaruan dan

pengembangan amal usaha pendidikan Muhammadiyah

harus dimotivasi kembali dengan semangat teologi al-

maun agar tidak sekedar menjadi lembaga pelayanan

1
sosial yang bersifat rutin, tetapi menjadi institusi

pembebasan dan pemberdayaan terutama masyarakat

dhuafa (lemah, miskin) dan mustadafin (temarginal,

tersingkir, tertindas) (Haedar Nashir,2010 :421-422).

1
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Atas dasar spirt surat al-Ma’un, KH. Ahmad Dahlan memberi isyarat bahwa

islam adalah agama yang menekankan bukan hanya aspek ritual dan

mengabaikan aspek sosial. Akan tetapi, Seorang muslim dikatakan salih

dalam menjalankan ibadah ritual, apabila melahirkan akhlakul karimah dan

kepekaan sosial terhadap lingkungan sekitarnya.

2. Istilah "fakir" dalam kamus bahasa Indonesia diartikan sebagai orang yang

sangat berkekurangan. Miskin diartikan sebagai tidak berharta benda, serba

kekurangan (berpenghasilan rendah). Dalam bahasa Arab, kata "miskin"

berakar dari kata sa-ka-na yang berarti diam atau tenang.

3. Teologi al-Ma'un diterjemahkan ke dalam tiga pilar kerja atau tiga bentuk

pelayanan yakni: pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan dan pelayanan

sosial.

4. Faktor yang menjadi pendorong transformasi agama adalah faktor strategi

dakwah yang mampu memikat hati dan menawarkan jalan hidup yang

memberi harapan lebih baik bagi masyarakat di kepulauan nusantara ini.

Kini, misi gerakan Islam sungguh-sungguh masih sulit, seperti bagaimana

membebaskan, memberdayakan, dan memajukan umat Islam maupun

masyarakat Indonesia dari berbagai ketertinggalan menuju kehidupan yang

berkemajuan di segala bidang.

47
3.2 Saran

Tujuan dakwah muhammadiyah adalah meningkatkan kualitas hidup manusia.

Seharusnya kita ikut berpartisipasi dalam dakwah tersebut, karena dengan dakwah

tersebut menggerakkan dinamika kehidupan masyarakat islam di bidang

pendidikan, ekonomi, dan sosial budaya.

47
DAFTAR PUSTAKA

Al-Hanafi, Abu Naim Nashr ibn Muhammad ibn Ibrahim al- Samarqandi al-
Faqih.T.th. Tafsir Bahr al-Ulum, Dar al-Fikr,Beirut.

Al-Naisaburiy, Abu al-Husain Muslim ibn al-Hajjaj ibn Muslim al-Qusyairiy.


T.th. Al-jami’al-Shahih. Dar al-jill-Dar al-Afaq al-Jadiidah, Beirut.

Febriansyah, M. Raihan dkk. 20013. Muhammadiyah 100 Tahun Menyinari


Negeri. Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah.Yogyakarta.

Hadikusumo, Djarnawi. 1980. Ilmu Akhlak. Persatuan. Yogyakarta.

Hadjid, R. 2005. Pelajaran KH. Ahmad Dahlan 7 Falsafah Ajaran dan 17


Kelompok Ayat al-Qur’an. LPI PP Muhammadiyah. Yogyakarta.

Hamzah, Amir. 1985. Pembaharuan Pengajaran Dan Pendidikan oleh


Penggerakan Muhammadiyah. Universitas Muhammadiyah Jember.
Jember.

Nashir, Haedar. 2010. Muhammadiyah Gerakan Pembaharuan. Suara


Muhamadiyah. Yogayakarta.

Rahman, Fazlur. 2003. Islam, Penterj: Ashim Mohammad. Pustaka. Bandung.

Rais, M. Amin. 1998. Visi dan Misi Muhammadiyah. Suara Muhammadiyah.


Yogyakarta.

Salam, Yunus. 2009. KH. Ahmad Dahlan Amal dan Perjuangannya. Al-Wasat.
Tangerang.

Tim Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian Dan Pengembangan Kerjasama


Lembaga Pustakan dan Informasi. 2010. 1 Abad Muhammadiyah:
Gagasan Pembaruan Sosial Keagamaan. PT Kompas Media Nusantara.
Jakarta.

47

Anda mungkin juga menyukai