Anda di halaman 1dari 15

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

( NURSING ADVOCACY )

Kelompok 7 :

WELEM TIAUMESA

CLAUDIA JOLIA SUMAH

SYANIE BETI SAIRATU

SISKA MALEWAN

ERNA MISYE TELEHALA

BLANDINA LARTUTUL

LEONORA THENU

FAKULTAS KESEHATAN

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

MALUKU

2019/2020
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur dipanjatkan kepada Allah Bapa di Sorga, Yesus Kristus Penyelamat, dan
Roh Kudus yang selalu menjaga, melindungi, memelihara sehingga penulis mampu
menyelesaikan Makalah “Nursing Advocacy” sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan.

Penulis menyadari bahwa Makalah ini tentunya tak lepas dari bantuan moril maupun material
dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian Makalah ini .

Penulis

Ambon,13 november 2019


DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

BAB II

PEMBAHASAN

BAB III

PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Nursing Advocacy adalah proses dimana perawat secara objektif memberikan klien informasi
yang dibutuhkan untuk membuat keputusan dan mendukung klien apapun keputusan yang ia
buat.

Menurut para ahli perawat advokat ada 3 yaitu:

1. Ana pada tahun 1985

Melindungi klien atau masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dan keselamatan praktik
tidak sah yang tidak kompeten dan melanggar etika yang dilakukan oleh siapapun.

2. Fry pada tahun 1987

Advokasi sebagai dukungan aktif tarhadap setiap hal yang memiliki penyebab atau dampak
penting.

3. Gondow pada tahun 1983

Advokasi merupakan dasar falsafat dan ideal keperawatan yang melibatkan bantuan perawat
secara aktif kepada individu secara bebas menentukan nasibnya sendiri.

Perawat sebagai advokat merupakan penghubung antara klien tim kesehatan lain dalam rangka
pemenuhan kebutuhan klien,membela kepentingan klien dan membantu klien memahami semua
informasi dan upaya kesehatan yang diberikan tim kesehatan dengan pedekatan tradisional
maupun profesional,narasumber dan fasilitator dalam tahap pengembalian keputusan terhadap
upaya kesehatan yang harus dijalani oleh klien.

Peran Advokat Keperawatan

1. Melindungi hak klien sebagai manusia dan secara hukum


2. Membantu klien dalam menyatakan hak-haknya bila dibutuhkan

3. Memberikan bantuan mengandung dua peran yaitu peran aksi dan peran nonaksi

Tanggung jawab perawat

Secara Umum: Mempunyai tanggung jawab dalam memberikan aspek,meningkatkan ilmu


pengetahuan dan menigkatkan diri sebagai profesi.

Secara khusus: Memberikan aspek kepada klien mencakup asapek bio-spiko-sosio-kultural-


spiritual yang kompehansif dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasarnya.

Dalam menjalankan tugasnya perawat dilindungi oleh Undang-Undang no. 6 tahun 1960 UU ini
membedakan tenaga kesehatan sarjana dan bukan sarjana.Tenaga perawat termasuk dalam
tenaga bukan sarjana atau tenaga kesehatan dengan pendidikan rendah,termasuk bidan dan
asisten farmasi dimana dalam menjalankan tugas di bawah pengawasan dokter,dokter gigi,dan
apotek.

Permenkes No. 363/Menkes/Per/XX/1980 tahun 1980

Pemerintahan membuat suatu pernyataan yang jelas perbedaan antara tenaga keperawatan dan
bidang.Bidang seperti halnya dokter,diijinkan mengadakan praktik swasta,sedangkan tenaga
keperawatan secara resmi tidak diijinkan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

Definisi perawat advokat proses dimana perawat secara objektif memberikan klien informasi
yang dibutuhkan untuk membuat keputusan dan mendukung klien apapun keputusan yang buat.

Perawat sebagai advokat yaitu sebagai penghubung antara klien-tim kesehatan lain dalam
rangka pemenuhan kebutuhan klien. Membela kepentingan klien dan membantu
klien,memahami semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan tim kesehatan dengan
pendeketan tradisional maupun profesional.

Definisi perawat advokat menurut beberapa ahli:

1. Arti advokasi menurut ANA adalah melindungi klien atau masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan dan keselamatan praktik tidak sah yang tidak kompeten dan melanggar etika yang
dilakukan oleh siapa pun.

2. FRY mendefinisikan advokasi sebagai dukungan aktif terhadap setiaap hal yang memiliki
penyebab atau dampak penting.

3. GADOW menyatakan bahwa advokasi merupakan dasar falsafah dan ideal keperawatan
yang melibatkan bantuan perawat secara aktif kepada individu secara bebas menentukan
nasibnya sendiri.

Tanggung jawab perawat secara umum mempunyai tanggung jawab dalam memberikan asuhan
keperawatan,meningkatkan ilmu pengetahuan dan meningkatkan diri sebagai profesi.

Tanggung jawab perawat secara khusus adalah memberikan asuhan keperawatan kepada klien
mencakup aspek bio-psiko-sosio-kultural-spiritual yang komprehensif dalam upaya pemenuhan
kebutuhan dasarnya.
Peran perawat sebagai advokasi

Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung antara klien dengan tim
kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien, membela kepentingan klien dan
membantu klien memahami semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan oleh tim
kesehatan dengan pendekatan tradisional maupun professional. Peran advokasi sekaligus
mengharuskan perawat bertindak sebagai nara sumber dan fasilitator dalam tahap pengambilan
keputusan terhadap upaya kesehatan yang harus dijalani oleh klien. Dalam menjalankan peran
sebagai advocat (pembela klien) perawat harus dapat melindungi dan memfasilitasi keluarga dan
masyarakat dalam pelayanan keperawatan.

Selain itu, perawat juga harus dapat mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, hak-hak
klien tersebut antara lain: hak atas informasi; pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata
tertib dan peraturan yang berlaku di rumah sakit/sarana pelayanan kesehatan tempat klien
menjalani perawatan. Hak mendapat informasi yang meliputi hal-hal berikut:

1. penyakit yang dideritanya;


2. tindakan medik apa yang hendak dilakukan;
3. kemungkinan penyulit sebagai akibat tindakan tersebut dan tindakan untuk
mengatasinya;
4. alternatif terapi lain beserta resikonya;
5. prognosis penyakitnya;
6. perkiraan biaya pengobatan/rincian biaya atas penyakit yang dideritanya;
7. hak atas pelayanan yang manusiawi, adil, dan jujur;
8. hak untuk memperoleh pelayanan keperawatan dan asuhan yang bermutu sesuai
dengan standar profesi keperawatan tanpa diskriminasi;
9. hak menyetujui/ memberi izin persetujuan atas tindakan yang akan dilakukan oleh
perawat/ tindakan medik sehubungan dengan penyakit yang dideritanya (informed
consent);
10. hak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan mengakhiri
pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sesudah memperoleh informasi
yang jelas tentang penyakitnya;
11. hak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;
12. hak menjalankan ibadah sesuai agama/ kepercayaan yang mengganggu pasien lain;
13. hak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di rumah sakit;
14. hak mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan rumah sakit terhadap dirinya;
15. hak menerima atau menolak bimbingan moral maupun spiritual;
16. hak didampingi perawat keluarga pada saat diperiksa dokter;
17. hak untuk memilih dokter, perawat atau rumah sakit dan kelas perawatan sesuai
dengan keinginannya dan sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit atau
sarana pelayanan kesehatan;
18. hak atas rahasia medic atau hak atas privacy dan kerahasian penyakit yang diderita
termasuk data-data medisnya;
19. hak meminta konsultasi kepada dokter lain yang terdaftar di rumah sakit tersebut
(second opion), terhadap penyakit yang dideritanya dengan sepengetahuan dokter
yang menangani;
B. Pengambilan Keputusan Legal Etis

Membuat keputusan bukanlah hal yang mudah, tetapi merupakan suatu tantangan bagi seorang
manajer. Dalam era global dan serba cepat ini, langkah untuk mengambil keputusan harus cepat
dan tepat pula.

Definisi pengambilan keputusan

1. Suatu tindakan pemilihan, dimana pimpinan menetukan suatu kesimpulan tentang apa
yang harus dilakukan/ tidak dilakukan dalam suatu situasi tertentu.
2. Merupakan pendekatan yang sistematis terhadap suatu masalah yang dihadapi.
3. Penyelesaian masalah,yaitu menghilangkan adanya ketidakseimbangan antara yang
seharusnya dengan yang terjadi.
Pengambilan keputusan adalah tugas terpenting dari semua tugas yang membentuk fungsi
kepemimpinan manajerial. Sebelum mengambil suatu keputusan, diperlukan informasi-informasi
pendukung, misalnya informasi mengenai:

1. laporan anggaran
2. laporan sensus pasien
3. catatan medis
4. catatan personil pegawai
5. laporan jumlah waktu sakit pegawai, dan
6. waktu libur

pengambilan keputusan adalah proses kognitif yang tidak tergesa-gesa. Suatu rangkaian
tahapan yang dianalisis, diperlukan, dan dipadukan, hingga dihasilkanlah ketepatan serta
ketelitian dalam menyelesaikan masalah.
Berdasarkan kebutuhan, jenis keputusan yang dipakai adalah:
1. Keputusan strategis, keputusan yang dibuat oleh eksekutif tertinggi.
2. Keputusan administratif, yaitu keputusan yang dibuat manajer tingkat menengah
dalam menyelesaikan masalah yang tidak biasa dan mengembangkan teknik
inovatif untuk perbaikan jalannya kelembagaan.
3. Keputusan operasional, yaitu keputusan rutin yang mengatur peristiwa harian
yang dibuat sesuai dengan aturan kelembagaan, dan peraturan-peraturan lainnya.
Berdasarkan situasi yang mendorong dihasilkannya suatu keputusan , keputusan manajemen
dibagi menjadi dua macam:
1. Keputusan terprogram, yaitu keputusan yang diperlukan dalam situasi
menghadapi masalah. Masalah yang biasa dan yang terstruktur memunculkan
kebijakan dan keseimbangan dan peraturan untuk membimbing pemecahan
peristiwa yang sama. Misalnya keputusan tentang cuti hamil.
2. Keputusan yang tidak terprogram, yaitu keputusan kreatif yang tidak terstruktur
dan bersifat baru, yang dibuat untuk menangani situasi tertentu. Misalnya
keputusan yang berkaitan dengan pasien.
Berdasarkan proses pembuatan keputusan, keputusan manajemen juga dapat dibedakan menjadi
dua model:
1. Keputusan model normatif atau model ideal memerlukan proses sistematis dalam
pemilihan satu alternative dan beberapa alternatif; perlu waktu yang cukup untuk
mengenal dan menyukai pilihan yang ada.
2. Keputusan model deskriptif (pendekatan, lebih pragmatis) berdasarkan pada
pengamatan dalam membuat keputusan yang memuaskan ataupun yang terbaik.
Aspek kelompok dalam pengambilan keputusan
Ada perbedaan antara keputusan bersama kelompok dan keputusan kelompok. Dalam
pengambilan keputusan bersama kelompok, kelompok sepenuhnya berpartisipasi dalam
mengambil keputusan, kecuali dalam menetapkan keputusan akhir. Sedangkan dalam
pengambilan keputusan kelompok, kelompok sepenuhnya ikut menentukan dalam pengambilan
keputusan akhir.
Tipe Pengambilan Keputusan
1. Pengambilan keputusan yang kurang tanggapan (metode yang kurang
diperhatikan)
2. Pengambilan keputusan dengan cara otomatis
3. Pengambilan keputusan minoritas (yang lebih pandai yang unggul)
4. Pengambilan keputusan mayoritas (melalui pemungutan suara)
5. Pengambilan keputusan dengan consensus
6. Pengambilan keputusan dengan suara bulat

C. Metode Pemecahan Masalah


Masalah adalah perbedaan antara keadaan nyata sekarang dengan keadaan yang dikehendaki.
Dalam manajemen diperlukan proses pemecahan masalah secara sistematis. Hal ini perlu untuk
mengatasi kesulitan pada waktu membuat keputusan, misalnya menghadapi situasi yang tidak
diduga (pada keputusan yang tidak terprogram atau tidak rutin).
Elemen-elemen dari proses pemecahan masalah:
 Masalah
 Desired state (keadaan yang diharapkan)
 Current state (keadaan saat ini)
 Pemecah masalah/manajer
 Adanya solusi alternatif dalam memecahkan masalah
 Solusi.

Hal lain yang harus diketahui dalam pemecahan masalah adalah, harus mengetahui perbedaan
antara masalah dengan gejala. Pertama, gejala dihasilkan oleh masalah. Kedua, masalah
menyebabkan gejala. Ketiga, ketika masalah dikoreksi maka gejala akan berhenti, bukan
sebaliknya.
Masalah mempunyai beberapa struktur
1. Masalah Terstruktur. Adalah masalah yang terdiri dari elemen-elemen dan
hubungan antar elemen yang semuanya dipengaruhi oleh pemecah masalah.
Pemecah masalah tersebut adalah komputer. Karena komputer dapat memecahkan
masalah tanpa perlu melibatkan manajer.
2. Masalah Tidak Terstruktur. Adalah masalah yang berisi elemen-elemen atau
hubungan antar elemen yang tidak dipahami oleh pemecah masalah. Pemecahan
masalah dilakukan oleh manajer. Karena manajer harus melakukan sebagian besar
tugas memecahkan masalah.
3. Masalah Semi Terstruktur. Adalah masalah yang berisi sebagian elemen atau
hubungan yang dimengerti oleh pemecah masalah. Pemecahan masalah dilakukan
oleh manajer dan komputer, yang harus bisa bekerja sama memecahkan masalah.

Proses pemacahan masalah menurut John Dewey, Profesor di Colombia University pada
tahun 1970, mengidentifikasi seri penilaian pemecahan masalah:
1. Mengenali kontroversi (masalah)
2. Menimbang klaim alternatif.
3. Membentuk penilaian (solusi).
Secara umum, pemecahan masalah dalam manajemen menggunakan tahap pemecahan masalah
sebagai berikut:
1. Menyelidiki Situasi
Suatu penyelidikan yang diteliti perlu dilakukan berdasarkan tiga aspek, yaitu
aspek penentuan masalah, pengenalan tujuan dan penentuan diagnosis.
2. Mengembangkan Alternative
Sebelum mengambil keputusan, pemecahan masalah memerlukan penemuan
berbagai alternative yang kreatif dan imajinatif.
3. Mengevaluasi berbagai alternative dan menetapkan pilihan yang terbaik
Setelah mengembangkan seperangkat alternative, manajer harus mengevaluasinya
untuk melihat keefektifan setiap alternative melalui dua kriteria, yaitu seberapa
realistis alternative itu dipandang dari sumber daya organisasi yang dimiliki dan
seberapa baik alternative itu akan membantu memecahkan masalah.
4. Melaksanakan keputusan dan Menetapkan tindak lanjut
Dalam memecahkan masalah yang menyangkut masalah teknis, ada beberapa
langkah yang dapat ditempuh :
Menggunakan inferensi, yaitu menarik simpulan dari beberapa bukti untuk mencari arti
atau penafsiran, yang merupakan suatu cara untuk menghasilkan data dan informasi baru
dari data yang ada.
1) Menentukan hambatan, yaitu menentukan hambatan yang sesungguhnya dari
perwujudan sasaran.
2) Membuat subsasaran, dengan mencoba membagi masalah menjadi beberapa
bagian masalah yang lebih sederhana agar dapat dipecahkan secara sendiri-
sendiri.
3) Mencari kunci melalui proses yan logis, seperti menarik simpulan dari bukti,
pengertian dan penghayatan.
4) Mengatur data untuk mengatur data dan keterkaitannya.
5) Memulai dari sasaran dan menggunakan konsep sebab akibat dari sasaran kepada
data yang ada.
Dalam pemecahan masalah yang menyangkut manusia, seringkali terdapat sisi yang terlupakan,
yaitu “perasaan”. Perasaan dapat menimbulkan hambatan mental yang menyebabkan proses
pemecahan masalah terganggu. Hambatan mental merupakan perasaan frustasi yang dapat
menghentikan kemampuan berfikir untuk memecahkan masalah, antara lain:
1) Aku (ego), yaitu yang menyangkut harga diri seseorang.
2) Kecemasan
3) Semantik, yaitu mempunyai makna ganda.
4) Ritual, yaitu peraturan, kebiasaan, atau prosedur yang harus dilalui.
Untuk menanggulangi hambatan mental dapat dilakukan dengan cara-cara:
1) Curah pendapat
2) Menggunakan suatu analogi
3) Menggunakan imajinasi untuk membentuk kreasi baru
4) Persepsi
5) Dengan komunikasi secara berkelompok.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Advokasi merupakan salah satu peran perawat dan menjadi dasar yang penting dalam
membrikan asuhan keperawatan kepada pasien. Peran perawat sebagai advokat pasien menuntut
perawat untuk dapat mengidentifikasi dan mengetahui nilai-nilai dan kepercayaan yang
dimilikinya tentang peran advokat, peran dan hak-hak pasien, perilaku profesional, dan
hubungan pasien-keluarga-dokter. Di samping itu, pengalaman dan pendidikan yang cukup
sangat diperlukan untuk memiliki kompetensi klinik yang diperlukan sebagai syarat untuk
menjadi advokat pasien.
DAFTAR PUSTAKA

academia.edu/11703995/NURSING_ADVOCACY
mellytamie.blogspot.com/2013/12/nursing-advocacy.html

Anda mungkin juga menyukai