Anda di halaman 1dari 14

LABORATORIUM ELEKTRONIKA

DASAR
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Osilator atau Oscillator adalah suatu rangkaian elektronika yang menghasilkan sejumlah
getaran atau sinyal listrik secara periodik dengan amplitude yang konstan. Jadi sinyal arus DC
(searah) dari rangkaian alat pencatu daya atau Power Supply dikonversikan oleh rangkaian
osilator menjadi sinyal AC (bolak-balik) sehingga menghasilkan sinyal listrik pada periodik
yang memiliki amplitude konstan.
Periodik yang dimaksud dalam pengertian osilator ini adalah waktu yang dibutuhkan
untuk menempuh satu kali getaran atau waktu yang dibutuhkan pada satu siklus gelombang
bolak-balik. Sedangkan amplitude adalah simpangan terjauh yang diukur dari titik
keseimbangan dalam suatu getaran. Gelombang yang dihasilkan pada osilator adalah
gelombang sinus (sinusoide wave), gelombang kotak (square wave), dan gelombang gigi
gergaji (saw tooth wave)..
Osilator dapat dibuat dengan menggunakan beberapa teknik dasar, yaitu:
 Menggunakan komponen-komponen yang memperlihatkan karakteristik resistansi
negatif serta pada umumnya menggunakan diode terobosan dan UJT.
 Menggunakan umpan balik postif pada penguat. Umpan balik positif ini
menguatkan desah internal yang terdapat pada penguat. Jika keluaran penguat
sefasa dengan masukkannya, maka osilasi akan terjadi.
Dalam suatu osilator tidak ada sinyal yang diberikan dari luar. Sinyal awal untuk
menyulut osilasi biasanya diberikan oleh tegangan derau yang muncul sewaktu catu daya
dihidupkan. Seluruh osilator umpan balik memerlukan beberapa alat atau mekanisme yang
menyediakan penguatan yang mana akan dikombinasikan dengan sebuah susunan umpan balik.
Pada penguat atau amplifier, maka terdapat penguatan tegangan yang input dan outputnya
terhubung melalui rangkaian umpan balik. Hal ini mengembalikan sebuah fraksi dari tegangan
output ke input. Pada umumnya penguat dan rangkaian umpan balik akan mengubah besar dan
fasa dari sinyal.
1.2.Tujuan Percobaan
1. Untuk mengetahui dan mempelajari serta merakit rangkaian osilator
2. Untuk membuat osilator monostable dan astable.
3. Untuk menghitung frekuensi, waktu, dan duty-cycle.
LABORATORIUM ELEKTRONIKA
DASAR
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Salah satu properti penting gerak osilasi adalah frekuensinya, atau jumlah getaran yang
diselesaikan setiap detik. Simbol untuk frekuensi adalah f, dan unit SI-nya adalah hertz
(disingkat Hz), di mana :
1 hertz = 1 Hz = 1 oscillation per second = 1 s-1 ......................................... (2-1)
Terkait dengan frekuensi adalah periode T dari gerak, yang merupakan waktu untuk satu
osilasi lengkap (atau siklus); itu adalah :
1
𝑇 = 𝑓 ............................................................................................................ (2-2)

Setiap gerakan yang berulang secara berkala disebut gerakan periodik atau gerak
harmonis. Kami tertarik di sini dalam gerakan yang berulang dengan cara tertentu. Untuk gerak
seperti itu, perpindahan x partikel dari titik asalnya diberikan sebagai fungsi waktu oleh
𝑥(𝑡) = 𝑥𝑚 cos(𝜔𝑡 + 𝜙) (pemindahan) .................................................... (2-3)
di mana 𝑥𝑚 , 𝜔, dan 𝜙 adalah konstanta. Gerakan ini disebut gerak harmonik sederhana
(SHM), sebuah istilah yang berarti gerakan periodik adalah fungsi waktu sinusoidal. Persamaan
15-3, di mana fungsi sinusoidal adalah fungsi kosinus.
Kuantitas 𝑥𝑚 , yang disebut amplitudo gerak, adalah konstanta positif yang nilainya
tergantung pada bagaimana gerak itu dimulai. Subskrip “m” berarti maksimum karena
amplitudo adalah besarnya perpindahan maksimum partikel di kedua arah. Fungsi cosinus
dalam Persamaan. 2-3 bervariasi antara batas ±1; sehingga perpindahan 𝑥(𝑡) bervariasi antara
batas ± 𝑥𝑚 .
Kuantitas yang bervariasi waktu (𝜔𝑡 + 𝜙) dalam Persamaan 2-3 disebut fase gerak,
dan 𝜙 konstan disebut konstanta fase (atau sudut fase). Nilai 𝜙 tergantung pada perpindahan
dan kecepatan partikel pada waktu 𝑡 = 0. Untuk plot 𝑥(𝑡), konstanta fase 𝜙 adalah nol.
Untuk menafsirkan konstanta 𝜔, yang disebut frekuensi sudut gerak, pertama-tama kita
perhatikan bahwa perpindahan 𝑥(𝑡) harus kembali ke nilai awalnya setelah satu periode 𝑇 dari
gerakan; yaitu, 𝑥(𝑡) harus sama dengan 𝑥(𝑡 + 𝑇) untuk semua t. Untuk menyederhanakan
analisis ini, izinkan kami menempatkan 𝜙 = 0 dalam Persamaan. 2-3. Dari persamaan itu kita
bisa menulis :
𝑥𝑚 𝑐𝑜𝑠𝜔 = 𝑥𝑚 𝑐𝑜𝑠𝜔(𝑡 + 𝑇) ........................................................................ (2-4)
𝜔(𝑡 + 𝑇) = 𝜔𝑡 + 2𝜋
LABORATORIUM ELEKTRONIKA
DASAR
Jadi, dari Persamaan. 2-2 frekuensi sudut adalah :
2𝜋
𝜔= = 2𝜋𝑓 ............................................................................................. (2-5)
𝑇

Satuan SI dari frekuensi sudut adalah radian per detik. (Agar konsisten, 𝜙 harus dalam
radian.) Mmembandingkan 𝑥(𝑡) untuk dua gerakan harmonik sederhana yang berbeda baik
dalam amplitudo, dalam periode (dan dengan demikian dalam frekuensi dan frekuensi sudut),
atau dalam fase konstan . (Walker, 2011)
Menggunakan satu kumparan yang ditandai dua bagian yaitu L1 dan L2 mengalihkan dua
kumparan yang terpisah. Jadi sejauh sinyal yang dihubungkan, satu sisi L2 telah
menghubungkan ke C1 dan yang lainnya ke ground dan C3. Dengan kata lain, salah satu ujung
L1 terhubumg ke kolektor melalui C2 dan yang lainnya ke sirkit common – emitter dan
sedangkan sirkit emitter – dasar yaitu sirkuit input. Kedua bagian ini secara induktif
digabungkan dan membentuk tangki induktor. Umpan balik antara sirkit output dan input
dicapai melalui tindakan autotransformer yang juga memperkenalkan pembalik fasa sebesar
180°. Pembalikan fasa antara dua tegangan terjadi karena diambil dari ujung yang berlawanan
dari kombinasi induktor (kombinasi L1 – L2) dengan hubungan yang terikat pada terminal
transistor umum, yaitu emitter yang dihubungkan ke ground melalui C3 karena transistor sendiri
memperkenalkan pergeseran 180° menuju 360°. Dengan demikian dapat membuat umpan balik
positif atau regeneratif yang penting untuk osilasi.
Resistor R1 dan R2 membentuk pembagi tegangan untuk memberikan bias dasar dan R3
adalah penghasil emisi setiap degenerasi sinyal sambil tetap memberikan stabilisasi suhu. Radio
– Frequency Choke (RFC) menyediakan arus DC untuk kolektor dan juga menjaga arus AC
keluar dari supply DC VCC.
Osilator collpits pada dasarnya sama dengan osilator Hartley kecuali untuk satu perbedaan
osilator Collpits menggunakan kapasitansi, sedangkan osilator Hartley menggunakan
induktansi. Transistor itu sendiri menghasilkan pergeseran fasa sebesar 180°. Pergeseran fasa
yang lain dari 180° disediakan oleh umpan balik kapasitif sehingga memberikan pergeseran fasa
total 360° antara sirkit basis – emitter dan basis – kolektor. Resistor R1 dan R2 membentuk
pembagi tegangan yang melintasi Vcc untuk menyediakan bias dasar R3 adalah untuk stabilisasi
emitter dan RFC menyediakan tahanan beban DC Resistansi Rc diperlukan untuk melakukan
penguat. Ini juga mencegah sinyal AC memasuki pasokan DC VCC. Kapasitor C5 adalah
kapasitor bypass sedangkan C4 menyampaikan umpan balik dari rangkaian kolektor ke
rangkaian dasar. Jika S ditutup, gelombang arus kolektor akan mengalir sirkuit tangki ke
osilator Collpits banyak digunakan dalam sinyal generator komersial hingga 1 MHz. frekuensi
dari osilator bervariasi oleh penyetelan waktu kedua kapasitor C1 dan C2. (Theraja, 2000)
LABORATORIUM ELEKTRONIKA
DASAR
tegangan supali yang diberikan kepada UJT di antara basis 1 dan basis 2 (VBB) akan
menyebabkan mengalirnya arus nominal yang rendah. Tegangan di antara basis 1 dan emitter
akan selalu berupa proporsi VBB yang tetap sesuai dengan:
𝑉EB1 = ɳ𝑉BB ………………………………................……………….........(2-6)
Dengan ɳ adalah rasio pengimbang yang merupakan sifat dasar. Rasio ini berada di antara 0,5
dan 0,8. Seperti yang terbukti kemudian, ukuran ɳ sebesar 0,7 akan sangat berguna bagi UJT.
Bila tegangan 𝑉𝐸𝐵1 dibentuk oleh beberapa sirkit eksternal, suatu nilai Vp akan tercapai. Vp ini
cukup untuk menghidupkan basis 1 – emitter adalah jaringan pengisian C – R. tegangan pada
kapasitor naik, kalau kapasitor diisi dan mencapai nilai 0,63 Vs volt setelah C – R detik. Karena
Vp untuk UJT berkaitan dengan nilai ɳ, dapat diatur supaya UJT “menyala” setelah C – R detik.
(konstanta waktunya), sistem ini ternyata sangat bermanfaat.
Kalau tegangan suplai VBB dihidupkan, UJT sebenarnya OFF. Kapasitor C mulai terisi
lewat R dengan kecepatan yang tergantung pada ukuran C dan R. ketika Vc mencapai Vp ,
sambungan basis 1 – emitter hidup dan muatan yang tersimpan dalam kapasitor. Dapat keluar
melalui sambungan basis 1 – emitter dan resistor RB1. Hal ini menyebabkan terjadinya dua hal:
1. Pada arus yang melalui RB1 menghasilkan pulsa tegangan output positif pada RB1.
2. Arus yang mengalir pada basis 1 dan basis 2 bertambah dan tegangan pada R B2 naik
pula, menyebabkan suatu pulsa dari tingkat + VBB menuju negatif dan diperoleh pada
output 2, yaitu antara basis 2 dan 0 V.
Karena muatan kapasitor berkurang dengan sangat cepat, tegangannya tidak dapat
mempertahankan hidup basis emitter 1 lebih lama dan tegangan ini kembali ke keadaan
nonkonduksi. Tegangan pada output 1 jatuh ke 0, tegangan pada output 2 kembali ke + V BB.
Kapasitor terisi dari tingkat residual ini dan siklusnya terulang secara tidak menentu, sehingga
dinamakan osilator relaksasi. Sirkit jenis ini bekerja sendiri, yaitu memulai osilasi setelah suplai
dihidupkan. Osilator relaksasi UJT digunakan untuk menyuplai pulsa pemacu stroboskop,
tiristor (thyristor), triak (triac) dan sirkit – sirkit yang lain.
Amati kembali bentuk gelombang tegangan vC dan output 1. Cobalah mngubah –
mengubah ukuran C dan R, lalu perhatikanlah pengaruhnya dalam bentuk gelombang yang
dihasilkan, khususnya pada ukuran, masa, dan frekuensinya. Osilator ini juga dapat digunakan
pada suplai AC yang diperbaiki (bila perlu dipotong). Pada umumnya osilator ini dipakai ketika
menyuplai pulsa ke tiristor. Pulsa – pulsa itu sekarang sinkron dengan suplai AC.
(Wollard, 2003)
Keberadaan transien (dan osilasi terkait) adalah karakteristik dari sistem yang memiliki elemen
penyimpanan energi dan yang mengalami gangguan. Biasanya solusi lengkap dari persamaan
diferensial memberikan informasi maksimum tentang kinerja dinamis sistem. Akibatnya, kapan
LABORATORIUM ELEKTRONIKA
DASAR
pun nyaman, upaya dilakukan untuk menetapkan solusi ini terlebih dahulu. Sayangnya,
bagaimanapun, ini tidak mudah dilakukan untuk sistem tingkat tinggi. Karena itu kami terpaksa
mencari metode lain yang lebih mudah dan lebih langsung, seperti metode analisis frekuensi-
respons.
Banyak teori kontrol linier didasarkan pada perumusan frekuensi-respons dari
persamaan sistem, dan beberapa teknik quasi-grafis dan aljabar telah dikembangkan untuk
menganalisis dan merancang sistem kontrol linier berdasarkan metode respons-frekuensi.
Meskipun teknik respon frekuensi terbatas pada sistem yang relatif sederhana, dan hanya
berlaku untuk sistem linier dalam arti matematis yang ketat, teknik tersebut masih sangat
berguna dalam desain sistem dan analisis stabilitas sistem praktis dan dapat memberikan banyak
informasi tentang hubungan antara parameter sistem (seperti konstanta waktu dan penguatan)
dan respons sistem.
Formulasi matriks yang terkait dengan teknik variabel-negara sebagian besar telah
menggantikan formulasi diagram blok. Perangkat lunak komputer untuk memecahkan berbagai
formulasi persamaan-negara tersedia di sebagian besar sistem komputer saat ini. Namun, dalam
formulasi variabel-negara, banyak realitas fisik dari suatu sistem hilang, termasuk hubungan
antara respons sistem dan parameter sistem.
Dengan perkembangan dan penggunaan luas sistem kontrol digital (diskrit) dan
munculnya komputer digital yang relatif murah, metode respons waktu menjadi lebih
diperlukan dan tersedia. Ini dapat dibagi menjadi dua metodologi luas:
 Simulasi atau pemodelan aktual dari persamaan diferensial sistem baik oleh
komputer analog maupun digital.
 Rumusan keadaan-variabel dari persamaan status sistem dan solusinya oleh
komputer digital. Metode variabel negara mungkin menawarkan pendekatan yang
paling umum untuk analisis sistem dan berguna dalam penyelesaian persamaan
sistem linear dan nonlinier.
Bagian transien dari respons waktu sistem kontrol yang stabil adalah bagian yang berubah
menjadi nol seiring dengan meningkatnya waktu dan menjadi cukup besar. Perilaku transien
dari sistem kontrol biasanya ditandai dengan penggunaan input unit-step. Kriteria kinerja umum
yang digunakan untuk mengkarakterisasi respon transien ke input unit-step termasuk overshoot,
waktu tunda, waktu naik, dan waktu penyelesaian. (Sarma, 2001)
Osilator adalah rangkaian elektronik untuk mengkonversi sinyal DC menjadi Sinyal AC. Dalam
Arti lain Osilator merupakan rangkaian yang mampu menghasilkan gelombang periodik pada
sisi outpunya tanpa sinyal input eksternal. Dengan menggunakan rangkaian Osilator RC, sinyal
output pada Osilator dapat dirubah menjadi sawtooth wave (sinyal gergaji) atau square wave
LABORATORIUM ELEKTRONIKA
DASAR
(sinyal pulsa). Fungsi osilator pada radio maupun pada implementasi lainnya umumnya adalah
untuk mengubah sinyal DC menjadi sinyal arus bolak – baik AC. Contoh penggunaan osilator
di kehidupan sehari-hari adalah pada pemancar Radio, pemancar Televisi, Jam, Beeper. Prinsip
kerjadi Osilator adalah membuat arus DC menjadi AC dengan menggunakan komponen aktif
sehingga sinyal input dapat dikonversi menjadi sinyal yang berbeda bentuknya. Suatu Osilator
dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk gelombang output nya ataupun feedback yang
digunakan. Berdasarakan bentuk gelobambangnya osliator di bagi dua yaitu:
1. Osilator Sinusoidal : Osilator Sinusoidal adalah osilator yang ouputnya berupa sinyal
sinusoidal atau setidaknya mendekati sinyal sinusoidal (dengan frekuensi
tertentu). Biasanya Osilator jenis ini di design menggunakan kombinasi L (induktor)
dan C (Capasitor). Osilator Sinusoidal digunakan untuk ultrasonic dan radio frekuensi.
2. Osilator Relaksasi : Osilator Relaksasi (Relaxation Oscillator) adalah osilator yang
ouputnya berupa sinyal non- sinusoidal, seperti sawtooth wave atau square wave.
Osilator Relaksasi biasanya menggunakan dua amplifier dan sebuah frequency control
yang memberikan delay antara dua action. Kedua amplifeir ini dioperasikan secara
switch mode, melakukan switching dari fully on ke fully off atau sebaliknya. Nama lain
dari Osilator relaksasi adalah astable multivribator dikarenakan osilator jenis ini
mengandung lebih dari satu osillatingelement.
Berdasarkan tipe Feedbacknya osliator di bagi dua yaitu:
1. Osilator LC (Inductor-Capacitor) : Osilator LC biasanya digunakan untuk men-generate
dan menerima sinyal RF (pada Channel Radio) dimana dibutuhkan nilai frekuensi yang
variable. Osilator LC bekerja pada frekuensi ratusan KHz hingga ratusan MHz. Contoh
dari Osilator LC adalah Colpitts, Hartley, dan Crystal Osilator. Penggunaan Cristal
Osilator banyak ditemukan pada sistem komputer kita. Crystal Osilator terbuat dari
silicon oxide (SiO2) dan secara fisik disebut piezoelectric yang dapat menghasilkan
sinyal sinusoidal maupun sinyal pulsa. Frekuensi yang dihasilkan oleh Crystal Osilator
sangatlah stabil dan akurat sesuai dengan spesifikasi yang ditanamkan. Osilator ini
dirancang untuk mengatasi masalah output fluctuation yang selalu terjadi pada osilator
konvesional.
2. Osilator RC (Resistor-Capacitor) : Osilator RC biasa digunakan untuk frekuensi rendah
pada audio, yaitu dibawah 1 MHz. Penggunaan RC lebih sulit dibandingkan dengan LC
untuk mendapatkan sinyal yang stabil. Contoh Osilator RC adalah Wien-bridge dan
phase-shift. Dari beberapa jenis Osilator di bawah, Osilator Kristal bisa dikatakan
sebagai Osilator yang paling sering didengar.
(http://froye.blogspot.com/2018/02/pengertian-osilator-dan-klasifikasinya.html)
LABORATORIUM ELEKTRONIKA
DASAR
BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Komponen dan Peralatan


3.1.1. Komponen
1. Resistor (R) (1kΩ dan 10kΩ)
Fungsi : Menghambat atau membatasi aliran listrik yang mengalir dalam suatu rangkain
elektronika.
2. Intergrated Circuit – IC555
Fungsi :
3. Light Emitting Diode (LED)
Fungsi : Sebagai indikator rangkaian.
4. Kapasitor (C)
Fungsi : Sebagai Pemilih Gelombang Frekuensi (Kapasitor Variabel yang digabungkan
dengan Spul Antena dan Osilator)
5. Baterai
Fungsi : untuk menyimpan energi listrik dalam bentuk energi kimia, yang akan
digunakan untuk mensuplai (menyediakan) listik.

3.1.2. Peralatan
1. Protoboard
Fungsi : tempat perangkaian pertama dari suatu rangkaian komponen.
2. Penjepit Buaya
Fungsi : Untuk menghubungkan baterai ke rangkaian
3. Jumper
Fungsi : Untuk menghubungkan komponen dalam rangkaian
4. Multimeter Digital
Fungsi : Untuk mengukur tegangan.
5. Stopwatch
Fungsi : Untuk menghitung waktunya osilasi.

3.2. Prosedur Percobaan


1. Rangkai percobaan sesuai gambar berikut.
LABORATORIUM ELEKTRONIKA
DASAR
2. Sambungkan rangkaian pada catu daya
3. Atur nilai R menjadi potensiometer 50KΩ, atau dengan mengganti C
4. Ukur semua besaran : frekuensi, waktu dan duty cycle nya
5. Analisa perubahan pada LED
6. Buat data percobaannya

3.3. Skema Rangkaian


Vcc= 5V

4 8 10K
R vcc
D 7
10K
2 TRIG TH 6
220 555

3 o 5 4,7 µF
1
0,1 µF
LABORATORIUM ELEKTRONIKA
DASAR
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Percobaan

R1 R2 C T ON T OFF
10 0,35 10 10,06 03,87
10 0,35 10 10,02 03,8
10 0,35 10 09,01 03,9
10 0,35 10 08,69 03,7
10 0,35 10 08,0 03,8

Medan, 05 April 2019


Asisten Praktikan

(Rizki Suwari) ( Khairul Hadi )


LABORATORIUM ELEKTRONIKA
DASAR
4.2. Analisa Data

T1 = 0,693 (R1+R2)C
= 0,693(10+0,35)10
= 71,7255
T2 = 0,693(R2)C
= 0,693(10+0,35)10
=2,4255

Menghitung Periode
T = T1 + T2
= 0,693(R1+2R2)
= 0,693 (10+2(0,35))
= 0,693(10,7)
= 7,4151

Menghitung Frekuensi f (Hz)


1
𝐹=𝑇
1,44
F = (𝑅1+𝑅2)𝐶
1,44
F = (10,35)10
1,44
F = 103,5

F = 0,0139

Percobaan Pertama Siklus Penuh


𝑇𝑜𝑛 𝑅1+ 𝑅2
= %
𝑇𝑜𝑓𝑓 + 𝑇𝑜𝑛 𝑅1+2𝑅2
10,066 10 + 0,35
= 10 + 2(0,35) %
03,87 + 10,066
10,66 10,35
= %
13,936 10,7

0,722 = 0,96 𝑥 100% = 96,72%

Percobaan Kedua Siklus Penuh


𝑇𝑜𝑛 𝑅1+𝑅2
= %
𝑇𝑜𝑓𝑓 + 𝑇𝑜𝑛 𝑅1+2𝑅2
10,02 10 + 0,35
= 10+2(0,35) %
03,8 + 10,02
LABORATORIUM ELEKTRONIKA
DASAR
10,02 10,35
= %
13,82 10,7

0,725 = 0,96 𝑥 100% = 96,72%

Percobaan Ketiga Siklus Penuh


𝑇𝑜𝑛 𝑅1+ 𝑅2
= %
𝑇𝑜𝑓𝑓 + 𝑇𝑜𝑛 𝑅1+2𝑅2
09,01 10 + 0,35
= 10 + 2(0,35) %
03,9 + 09,01
09,01 10,35
= %
12,91 10,7

0,697 = 0,96 𝑥 100% = 96,72%

Percobaan Keempat Siklus Penuh


𝑇𝑜𝑛 𝑅1+ 𝑅2
= %
𝑇𝑜𝑓𝑓 + 𝑇𝑜𝑛 𝑅1+2𝑅2
08,69 10 + 0,35
= 10 + 2(0,35) %
03,7 + 08,69
08,69 10,35
= %
12,39 10,7

0,701 = 0,96 𝑥 100% = 96,72%

Percobaan Kelima Siklus Penuh


𝑇𝑜𝑛 𝑅1+ 𝑅2
= %
𝑇𝑜𝑓𝑓 + 𝑇𝑜𝑛 𝑅1+2𝑅2
08,0 10 + 0,35
= 10 + 2(0,35) %
03,8 + 08,0
08,0 10,35
= %
11,8 10,7

0,677 = 0,96 𝑥 100% = 96,72%


LABORATORIUM ELEKTRONIKA
DASAR
4.3. Gambar Percobaan
LABORATORIUM ELEKTRONIKA
DASAR
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
1. Osilator atau Oscillator adalah suatu rangkaian elektronika yang menghasilkan
sejumlah getaran atau sinyal listrik secara periodik dengan amplitude yang konstan.
Jadi sinyal arus DC (searah) dari rangkaian alat pencatu daya atau Power Supply
dikonversikan oleh rangkaian osilator menjadi sinyal AC (bolak-balik) sehingga
menghasilkan sinyal listrik pada periodik yang memiliki amplitude konstan.
2. Rangkaian monostable adalah rangkaian satu (mono) kestabilan (Stable). Jika kita
hubungkan dengan fungsinya sebagai rangkaian pembangkit pulsa atau pewaktu
maka dapat kita tarik kesimpulan bahwa rangkaian monostable adalah rangkaian
elektronika yang berfungsi untuk membangkitkan atau menghasilkan satu pulsa
sesuai dengan waktu yang ditentukan. Berbeda dengan rangkaian Astable yang
mengahasilkan dua macam lebar pulsa yang bisa sama atau berbeda secara berulang
ulang dengan kecepatan sesuai dengan yang telah ditentukan.
3. a. Frekuensi yang dihasilkan dari rangkaian osilator adalah 0,0139 Hz.
b. Periode yang dibutuhkan rangkaian osilator adalah 7,4151 s.
c. Persentase siklus penuh setiap percobaan pertama sampai kelima adalah 96,72%.

5.2. Saran
1. Sebaiknya, alat dan bahan pada praktikum ini diperbaiki / diganti dengan yang baru
agar proses praktikum berjalan dengan lancar.
2. Sebaiknya, praktikan selanjutnya mempersiapkan diri sebelum melakukan
percobaan.
3. Sebaiknya, praktikan selanjutnya mengetahui semua alat dan bahan beserta
fungsinya.
LABORATORIUM ELEKTRONIKA
DASAR
DAFTAR PUSTAKA

Robertson, C. R. 2008. Fundamental of Electrical Engineering I. Texas : CONNEXIONS.


Pages : 10, 11, 13, 14, 22, 173, 187, 208, 272 – 273.
Navas, K. A, and Suhail, T. A. 2010. Basics of Electrical, Electronics and Communication
Engineering. New York : Oxford University Press.
Page : 193
Rizzoni, G. 2009. Fundamental of Electrical Engineering - First Edition. New York :
McGraw-Hill Higher Eduction
Pages : 410, 422, 436, 437
Andini, Puti. 2013. Cara pengukuran komponen menggunakan AVO meter.
http://putiaandini.blogspot.com/2013/09/cara-pengukuran-komponen-
menggunakan_22.html
Diakses pada tanggal 24 Oktober 2018, pukul 12.44 GMT+7.

Medan, 5 April 2019


Asisten Praktikan

(Risky Suari) (Khairul Hadi)

Anda mungkin juga menyukai