Ny A dengan G2P1001Ab000, umur 26 tahun, hari pertama haid terakhir 3 januari 2012,
taksiran tanggal partus 10 Oktober 2012, Bayi Ny A, laki-laki, lahir dengan persalinan spontan pada
tanggal 5 september 2012 jam 05.00 dengan usia kehamilan 35 minggu, berat badan lahir 1900 gram,
panjang badan lahir 42 cm, apgar skor 7-9. Hasil pemeriksaan TTV bayi adalah HR 130 x/mnt, RR: 40
x/mnt, S: 36,6OC, tindakan keperawatan yang direncanakan rawat tali pusat dan rawat inkubator.
SLO
A. Definisi Prematur
B. Etiologi & Faktor Risiko Prematur
C. Patofisiologi Prematur
D. Manifestasi Klinis Prematur
E. Diagnostik Prematur
F. Penatalaksanaan Prematur
G. Komplikasi Prematur
H. Asuhan Keperawatan Prematur
PEMBAHASAN
A. Definisi Prematur
Bayi premature adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan kurang dari sama dengan 37
minggu, tanpa memperhatikan berat badan lahir (Donna L Wong 2004).
Bayi premature adalah bayi yang lahir sebelum minggu ke-37, dihitung dari mulai hari
pertama menstruasi terakhir, dianggap sebagai periode kehamilan memendek (Nelson. 1998 dan
Sacharin, 1996)
Bayi premature adalah bayi yang lahir belum cukup bulan. Berasarkan kesepakatan WHO,
belum cukup bulan ini dibagi lagi menjadi 3, yaitu :
1. Kurang bulan adalah bayi yang lahir pada usia kurang dari 37 minggu.
2. Sangat kurang bulan adalah bayi yang lahir pada usia kurang dari 34 minggu.
3. Amat sangat kurang bulan adalah bayi yang lahir pada usia kurang dari 28 minggu.
(Martono, Hari. 2007)
Prematur adalah kelahiran bayi pada saat masa kehamilan kurang dari 259 hari dihitung
dari terakhir haid / menstruasi ibu (Hasuki, Irfan. 2007).
Prematuritas murni adalah masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya
sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi itu (Hassan, Rusepno. 2005)
1
B. Etiologi dan Faktor Risiko Prematur
1. Faktor Maternal : Toksomia, hipertensi, malnutrisi atau penyakit kronis, misalnya diabetes
militus. Pada umumnya, kelahiran premature berkaitan dengan adanya kondisi dimana uterus
tidak mampu untuk menahan fetus, misalnya pada pemisahan premature, pelepasan plasenta
dan infark dari plasenta.
2. Faktor Fetal : Klainan kromosal (misalnya trisomi autosomal), fetus multi ganda, cidera radiasi,
deformitas fetus makroskopik.
3. Faktor Ibu : Penyakit yang berhubungan lansung dengan kehamilan, misalnya perdarahan
anterpartum, trauma fisik dan psikologi, diabetes militus, toksomia gravidarum dan nefritis
akut.
4. Usia Ibu : Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia < 20 th, dan multi grafida yang
jarak kelahirannya terlalu dekat.
5. Keadaan sosial dan ekonomi :Kedaan ini snagat berperan terhadap kejadian prematuritas.
Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi
dan pengawasan antenatal yang kurang.
6. Faktor Janin : Hidranion, kehamilan ganda dan kelainan kromosom.
7. Faktor lingkungan : Tempat tinggal didataran tinggi, radiasi dan zat-zat beracun.
(Sitohang, 2004)
2
D. Manifestasi Klinis Prematur
Ciri-ciri bayi prematur
3
1. Proporsi umum
a. Bayi preterm mempunyai kepala yang besar dibandingkan dengan proporsi dari ukuran
badannya.
b. Toraks secara relative kecil sementara abdomen secara relative besar dan anggota gerak
kecil dibandingkan dengan bagian tubuh lainnya.
c. Telinga tipis dan lembek
d. Tangisannya lemah
e. Tali pusat berwarna kuning kehijauan
f. Otot lemah dan aktivitas fisik sedikit (belum ada garis tangan)
2. Aktivitas
a. Lebih rendah umur gestasi bayi, maka semakin kurang aktif anak tersebut.
3. Pengendalian suhu
a. Bayi preterm cenderung untuk memiliki suhu tubh yang subnormal. Hal ini disebabkan
oleh produksi panas yang buruk dan peningkatan kehilangan panas.
4. Sistem Pernafasan
a. Lebih pendek masa gestasi, maka semakin kurang perkembangan paru-paru pada
bayi dengan berat 900 gram alveoli cenderung kecil dengan adanya sedikit
pembuluh darah yang mengelilingi stroma selular.
b. Otot pernafasan bayi lemah dan pusat pernafasan kurang berkembang.
c. Kurangnya Lipoprotein paru-paru, yaitu sutu surfaktan yang dapat mengurangi
tegangan permukaan pada paru-paru.
d. Ritme dan dalamnya pernafasan cenderung tidak teratur, sering kali ditemukan
apnea, dalam keadaan ini timbul sianosis.
5. Sistem sirkulasi
a. Jantung secara relati kecil saat lahir, pada beberapa bayi preterm kerjanya lambat
dan lemah.
b. Terjadi ekstra systole dan bising yang dapat didengar pada atau segera setelah lahir.
Hal ini hilang, ketika aperture jantung fetus menutup secara berangsur-angsur.
c. Vena di bawah kulit terlihat
6. Sistem penceranaan
a. Semakin rendah umur gestasi, maka semakin lemah reflek menghisap dan menelan,
bayi yang paling kecil tidak mampu untuk minum secara efektif.
b. Lambung dari seorang bayi 900 gram memperlihatkan adanya sedikit lipatan
mukosa, glandula sekretoris, demikian juga otot kurang berkembang.
4
c. Hepar secara relative besar, tetapi kurang berkembang terutama pada bayi yang
kecil.
7. Sistem urinarius
a. Pada saat lahir, fungsi ginjal perlu menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan.
b. Fungsi ginjal kurang efisien dengan adanya angka filtrasi glomerolus yang menurun,
klirens urea dan bahan terlarut rendah. Hal ini menyebabkan konsentrasi urin
menjadi sedikit.
8. Sistem persarafan
a. Perkembangan susunan syaraf sebagian besar tergantung pada drajat maturitas.
b. Pusat pengendali fungsi vital, misalnya pernafasan, suhu tubuh dan pusat refleks
kurang berkembang.
9. Sistem genital
a. Pada wanita, labia minora tidak ditutupi oleh labia mayora hingga aterm.
b. Pada laki-laki, testis terdapat dalam abdomen, kanalis inguinalis atau skrotum.
2 1 0
Frekuensi > 100 <100 Tidak teraba atau
jantung tidak terlihat
Respirasi Sudah terjadi dan Intermitten, sekali- Sama sekali tidak
hampir teratur kali menarik nafas tampak bernafas
Warna kulit Seluruh tubuh Bagian tengah tubuh Sianosis/pucat
berwarna merah muda merah muda tetapi
ekstremitasnya biru
Tonus otot Baik, biasanya Cukup baik, tampak Tidak ada, tampak
menendang-nendang beberapa gerakan lunglai
Respon refleks Penarikan kaki yang Penarikan kaki Tidak ada
kuat minimal
5
Tentukan hasil penilaian kedalam 3 kategori asfiksia, yaitu:
a. Adaptasi baik: skor 7-10, normal dan tidak membutuhkan perawatan khusus pada kelahiran
b. Asfiksia ringan-sedang: skor 4-6, membutuhkan pertolongan misalnya pernafasan dan
pemberian oksigen
c. Asfiksia berat: skor 0-3, membutuhkan perawatan medis yang serius dan cepat
6
2) Konduksi
3) Radiasi
4) Evaporasi adalah kehilangan panas karena ada penguapan.
b. Nadi
Tekanan nadi fetus yang masih dalam kandungan adalah 120 – 160 bpm. Segera setelah
lahir, dimana bayi akan berjuang untuk bernafas, maka denyut jantung menjadi cepat
sekitar 180 bpm. Beberapa jam setelah lahir, denyut jantung akan stabil sekitar 120 – 140
bpm. Denyut jantung pada bayi baru lahir biasanya irregular karena kardiolegulator di
medulla belum matang. Murmur biasanya terjadi akibat penutupan inkomplit pada
sirkulasi. Pada saat menangis, denyut jantung menjadi 180 bpm dan pada saat tidur 90 –
110 bpm.
c. Pernafasan
Pernafasan pada bayi baru lahir adalah 80X/ mnt, setelah beberapa menit kehidupan.
Setelah aktivitas pernafasan dipertahankan, maka menjadi stabil sekitar 30 – 60X/ mnt
dalam keadaan istirahat. Kedalaman ritme masih irreguler dan terjadi apnea yang singkat
tanpa sianosi yang disebut pernafasan periodik dan merupakan keadaan normal. Reflek
batuk dan bersin pada bayi baru lahir dilakukan untuk membersihkan saluran nafas.
d. Tekanan darah
Tekanan darah bayi baru lahir adalah 80/ 46 mmHg. Setelah 10 hari akan meningkat ketika
bayi menangis.
7
Wintrobe : 0 – 13 mm/jam
Leukosit (SDP)
Normalnya 10.000/ mm³. pada bayi preterm jumlah SDP bervariasi dari 6.000 –
225.000/ mm³.
Trombosit
Rentang normalnya antara 60.000 – 100.000/ mm³.
Kadar serum / plasma pada bayi premature (1 minggu)
Adalah 14 – 27 mEq/ L
Jumlah eritrosit (SDM) darah lengkap bayi (1 – 3 hari)
Adalah 4,0 – 6,6 juta/mm³.
Ph darah lengkap arterial prematur (48 jam) : 7,35 – 7,5
d. Pemeriksaan sinar sesuai kebutuhan
Jika frekuensi nafas lebih dari 60x/menit dan tidak teratur setiap jam sebaiknya dibuat foto
thorax
e. Pemeriksaan Gas Darah
F. Penatalaksanaan Prematur
1. Perawatan di Rumah Sakit
Mengingat belum sempurnanya kerja alat – alat tubuh yang perlu untuk pertumbuhan
dan perkembangan dan penyesuaian diri dengan lingkungan hidup di luar uterus maka perlu
diperhatikan pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan dan bila perlu pemberian
oksigen, mencegah infeksi sertamencegah kekurangan vitamin dan zat besi.
a. Pengaturan suhu
Bayi prematur mudah dan cepat sekali menderita hipotermia bila berada di
lingkungan yang dingin. Kehilangan panas disebabkan oleh permukaan tubuh bayi yang
relative lebih luas bila dibandingkan dengan berat badan, kurangnya jaringan lemak di
bawah kulit dan kekurangan lemak coklat (brown flat). Untuk mencegah hipotermia perlu
diusahakan lingkunagn yang cukup hangat untuk bayi dan dalam keadaan istirahat
konsumsi okigen paling sedikit, sehingga suhu tubuh bayi tetap normal. Bila bayi di rawat
di dalam incubator maka suhu untuk bayi dengan berat badan kurang dari 2 kg adalah 35
˚C dan untuk bayi dengan berat badan 2 – 2,5 kg adalah 34 ˚C agar ia dapat
mempertahankan suhu tubuh sekitar 37 ˚C. Kelembapan incubator berkisar antara 50% -
60%. Kelembapan yang lebih tinggi diperlukan pada bayi dengan sindroma gangguan
pernafasan. Suhu incubator dapat diturunkan 1˚C perminggu untuk bayi dengan berat
8
badan 2 kg dan secara berangsur – angsur ia dapat di letakkan di dalam tempat tidur bayi
dengan suhu lingkungan 27˚C - 29˚C. Bila incubator tidak ada, pemanasan dapat dilakukan
dengan membungkus bayi dan meletakkan botol – botol hangat disekitarnya atau dengan
memasang lampu petromaks di dekat tempat tidur bayi. Cara lain untuk
mempertahankan suhu tubuh bayi sekitar 36˚C - 37˚C adalah dengan memakai alat
“perspexheat shield” yang diselimutkan pada bayi dalam incubator. Alat ini digunakan
untuk menghilangkan panas karena radiasi. Akhir – akhir ini telah mulai digunakan
incubator yang dilengkapi dengan alat temperature sensor (thermistor probe). Alat ini
ditempelkan di kulit bayi. Suhu incubator dikontrol oleh alat servomechanism. Dengan
cara ini suhu kulit bayi dapat dipertahankan pada derajat yang telah ditetapkan
sebelumnya. Alat ini sangat bermanfaat untuk bayi dengan lahir yang rendah.
Bayi dalam incubator hanya dipakaikan popok. Hal ini mungkin untuk pengawasan
mengenai keadaan umum, perubahan tingkah laku, warna kulit, pernafasan, kejang dan
sebagainya sehingga penyakit yang diderita dapat dikenal sedini – dininya dan tindakan
serta pengobatan dapat dilaksanakan secepatnya.
9
2) Bayi prematur dengan berat lahir 1500- 1800 gram (32 – 34 minggu), refleks hisap
belum baik, tetapi refleks menelan sudah ada, diberikan ASI perah dengan sendok /
cangkir, 10 – 12 kali sehari.
3) Bayi prematur dengan berat lahir 1250 – 1500 gram (30 – 31 minggu), refleks hisap dan
menelan belum ada, perlu diberikan ASI perah melalui pipa orogastrik 12X sehari.
c. Makanan bayi
Pada bayi prematur, reflek hisap, telan dan batuk belum sempurna, kapasitas
lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan terutama lipase masih kurang disamping
itu kebutuhan protein 3 – 5 gram/ hari dan tinggi kalori (110 kal/ kg/ hari), agar berat
badan bertambah sebaik – baiknya. Jumlah ini lebih tinggi dari yang diperlukan bayi cukup
bulan. Pemberian minum dimulai pada waktu bayi berumur 3 jam agar bayi tidak
menderita hipoglikemia dan hiperbilirubinemia.
Sebelum pemberian minum pertama harus dilakukan penghisapan cairan lambung.
Hal ini perlu untuk mengetahui ada tidaknya atresia esophagus dan mencegah muntah.
Penghisapan cairan lambung juga dilakukan setiap sebelum pemberian minum
berikutnya. Pada umumnya bayi denagn berat lahir 2000 gram atau lebih dapat menyusu
pada ibunya. Bayi dengan berat lahir kurang dari 1500 gram kurang mampu menghisap
air susu ibu atau susu botol, terutama pada hari – hari pertama, maka bayi diberi minum
melalui sonde lambung (orogastrik intubation).
Jumlah cairan yang diberikan untuk pertama kali adalah 1 – 5 ml/jam dan
jumlahnya dapat ditambah sedikit demi sedikit setiap 12 jam. Banyaknya cairan yang
diberikan adalah 60mg/kg/hari dan setiap hari dinaikkan sampai 200mg/kg/hari pada
akhir minggu kedua.
d. Mencegah infeksi
Bayi prematur mudah sekali terserang infeksi. Ini disebabkan oleh karena daya
tahan tubuh terhadap infeksi kurang, relatif belum sanggup membentuk antibodi dan
daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan belum baik oleh karena itu perlu
dilakukan tindakan pencegahan yang dimulai pada masa perinatal memperbaiki keadaan
sosial ekonomi, program pendidikan (nutrisi, kebersihan dan kesehatan, keluarga
berencana, perawatan antenatal dan post natal), screening (TORCH, Hepatitis, AIDS),
vaksinasi tetanus serta tempat kelahiran dan perawatan yang terjamin kebersihannya.
Tindakan aseptik antiseptik harus selalu digalakkan, baik dirawat gabung maupun
10
dibangsal neonatus. Infeksi yang sering terjadi adalah infeksi silang melalui para dokter,
perawat, bidan, dan petugas lain yang berhubungan dengan bayi.
Untuk mencegah itu maka perlu dilakukan :
1. Diadakan pemisahan antara bayi yang terkena infeksi dengan bayi yang tidak terkena
infeksi
2. Mencuci tangan setiap kali sebelum dan sesudah memegang bayi
3. Membersihkan temapat tidur bayi segera setelah tidak dipakai lagi (paling lama seorang
bayi memakai tempat tidur selama 1 minggu untuk kemudian dibersihkan dengan
cairan antisptik)
4. Membersihkan ruangan pada waktu – waktu tertentu
5. Setiap bayi memiliki peralatan sendiri
6. Setiap petugas di bangsal bayi harus menggunakan pakaian yang telah disediakan
7. Petugas yang mempunyai penyakit menular dilarang merawat bayi
8. Kulit dan tali pusat bayi harus dibersihkan sebaik – baiknya
9. Para pengunjung hanya boleh melihat bayi dari belakang kaca
11
mencapai 2kg kendati sebenarnya berat badan tidak berbanding lurus dengan kondisi
kesehatan bayi secara umum.(Didinkaem, 2007).
2. Perawatan di rumah
a. Minum susu
Bayi prematur membutuhkan susu yang berprotein tinggi. Namun dengan kuasa Tuhan,
ibu – ibu hamil yang melahirkan bayi prematur dengan sendirinya akan memproduksi ASI
yang proteinnya lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang melahirkan bayi cukup bulan.
Sehingga diusahakan untuk selalu memberikan ASI eksklusif, karena zat gizi yang
terkandung didalamnya belum ada yang menandinginya dan ASI dapat mempercepat
pertumbuhan berat anak.
b. Jaga suhu tubuhnya
Salah satu masalah yang dihadapi bayi prematur adalah suhu tubuh yang belum stabil. Oleh
karena itu, orang tua harus mengusahakan supaya lingkungan sekitarnya tidak memicu
kenaikan atau penurunan suhu tubuh bayi. Bisa dilakukan dengan menempati kamar yang
tidak terlalu panas ataupun dingin.
c. Pastikan semuanya bersih
Bayi prematur lebih rentan terserang penyakit dan infeksi. Karenanya orang tua harus
berhati – hati menjaga keadaan si kecil supaya tetap bersih sekaligus meminimalisir
kemungkinan terserang infeksi. Maka sebaiknya cuci tangan sebelum memberikan susu,
memperhatikan kebersihan kamar.
d. BAB dan BAK
BAB dan BAK bayi prematur masih terhitung wajar kalau setelah disusui lalu dikeluarkan
dalam bentuk pipis atau pup. Menjadi tidak wajar apabila tanpa diberi susu pun bayi terus
BAB dan BAK. Untuk kasus seperti ini tak ada jalan lain kecuali segera membawanya ke
dokter.
e. Berikan stimulus yang sesuai
Bisa dilakukan dengan mengajak berbicara, membelai, memijat, mengajak bermain,
menimang, menggendong, menunjukkan perbedaan warna gelap dan terang, gambar –
gambar dan mainan berwarna cerah.
G. Komplikasi Prematur
Kebanyakan komplikasi yang terjadi pada bayi prematur adalah yang berhubungan dengan
fungsi imatur dari sistem organ. Komplikasi-komplikasi yang bisa terjadi meliputi:
a. Paru-paru
12
Produksi surfaktan seringkali tidak memadai guna mencegah alveolar collapse dan atelektasis,
yang dapat terjadi Respitarory Distress Syndrome.
c. Infeksi
Sepsis atau meningitis kira-kira 4X lebih berisiko pada bayi prematur daripada bayi normal.
d. Pengaturan suhu
Bayi prematur mempunyai luas permukaan tubuh yang besar dibanding rasio masa tubuh,oleh
karena itu ketika terpapar dengan suhu lingkungan di bawah netral, dengan cepat
akankehilangan panas dan sulit untuk mempertahankan suhu tubuhnya karena efek shivering
pada prematur tidak ada
f. Hiperbilirubinemia
Pada bayi prematur bisa berkembang hiperbilirubinemia lebih sering daripada pada bayi
aterm, dankernicterus bisa terjadi pada level bilirubin serum paling sedikit 10mg/dl (170
umol/L) pada bayikecil, bayi prematur yang sakit.
g. Hipoglikemia
Hipoglikemia merupakan penyebab utama kerusakanotak pada periode perinatal. Kadar
glukosadarah kurang dari 20 mg/100cc pada bayi kurang bulan atau bayi prematur dianggap
menderita hipoglikemia.
13
h. Mata
Retrolental fibroplasia, kelainan ini timbul sebagai akibat pemberian oksigen yang berlebihan
pada bayi prematur yang umur kehamilannya kurang dari 34 minggu. Tekanan oksigen yang
tinggidalam arteri akan merusak pembuluh darah retina yang masih belum matang (immatur)
A. Identitas Klien
Nama bayi : Bayi Ny. A..............................
14
Usia : prematur 35 minggu
Jenis kelamin : Laki-laki .................................
Nama Ibu : Ny. A .....................................
Jenis kelamin : Perempuan ...........................
Status pernikahan : Menikah ................................
Riwayat Obstetri : G2P1001Ab000 .....................
Taksiran partus : 10 Oktober 2012...................
B. Riwayat Kehamilan
Nama Ibu : Ny. A .....................................
Jenis kelamin : Perempuan ...........................
Usia kehamilan : 35 minggu .............................
Tanggal lahir : 05 September 2012 ..............
Jam lahir : 05.00 .....................................
Jenis kelamin : Laki-laki .................................
Jenis persalinan : Normal spontan ....................
D. Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda vital: - Tekanan darah : 90/60 mmHg - Suhu : 36,6 oC
- Nadi : 130 x/menit - RR : 40 x/menit
Panjang Badan Lahir : 42 .......................... cm Berat Badan Lahir: 1900 .............. g
E. Terapi
Perawatan tali pusat dan perawatan inkubator ..................................................................................
2. Analisa Data
Masalah
Data Etiologi
keperawatan
15
DS: - Komplikasi obstetri : rahim ibu tidak Risiko Infeksi
DO: mampu melindungi dan memenuhi
Bayi lahir dengan nutrisi janin
persalinan spontan dengan Komplikasi medis : kondisi
usia kehamilan 35 minggu kandungan sangat beresiko
BB = 1900 gram Faktor ibu : kondisi janin &fisik ibu
PB = 42cm melemah
Suhu = 36,6 0 C Faktor janin : mengganggu
Apgar skor 7-9 pertumbuhan dan perkembangan
janin
Bayi Prematur
(Pemindahan substansi kekebalan dari
ibu ke janin terjadi pada minggu
terakhir kehamilan)
Risiko Infeksi
16
Suhu = 36,6 0 C Faktor ibu : kondisi janin &fisik ibu
melemah
Faktor janin : mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan
janin
Bayi Prematur
17
Kehamilan tidak dapat dipertahankan
Bayi Prematur
3. Diagnosa Keperawatan
a. Risiko Infeksi b.d imunitas didapat yang tidak adekuat
b. Risiko Ketidakefektifan Suhu Tubuh b.d usia ekstrem dan berat badan
c. Ketidakefektifan Pemberian ASI b.d prematuritas
4. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria hasil
18
a. Risiko Tujuan : Berikan lingkungan yang Agar bayi terhindar dari
Infeksi b.d Setelah dilakukan melindungi bayi dari risiko infeksi
imunitas tindakan resiko infeksi, seperti :
didapat keperawatan - Cuci tangan sebelum
yang tidak selama 3x24 jam menyentuh bayi
adekuat bayi preterm tidak - Ikuti protap isolasi bayi
mengalami infeksi Monitor perubahan suhu Untuk mengetahui setiap
dengan Kriteria tubuh dan gejala klinis perubahan yang terjadi
Hasil: yang timbul pada bayi
- Leukosit normal Monitor tanda-tanda Agar tanda dan gejala
- Tali pusat tidak terjadi infeksi, serta terjadinya infeksi dapat
ada tanda-tanda rawat tali pusat bayi segera diketahui
infeksi seperti dengan benar
kemerahan, Monitor adanya fluktuasi Untuk mengetahui setiap
adanya suhu tubuh, alergi, perubahan yang
perdarahan apnea, malas minum, mengarah pada risiko
- Integritas kulit gelisah dan ikterus infeksi
baik Kaji riwayat ibu, kondisi Untuk mengetahui apa
selama kehamilan, dan bayi memiliki risiko untuk
epidemi infeksi di ruang terkena infeksi
perawatan
Pantau ulang hasil Untuk mengetahui
pemeriksaan eritrosit, apabila terkena infeksi
leukosit diferensiasi dan secara dini
imunoglobin
Kolaborasi antibiotika Mengatasi infeksi dan
sesuai indikasi pernafasan atau sepsis
Berikan ASI untuk ASI mengandung Ig A,
pemberian makanan makrofag, Limfosit &
netrofil yang memberikan
beberapa perlindungan
dari infeksi
b. Risiko Tujuan: Kaji suhu dengan sering, Hipotermia membuat bayi
Ketidakefek periksa suhu rektal pada cenderung pada stress
19
tifan Suhu Setelah dilakukan awalnya, selanjutnya dingin , penggunaan
Tubuh b.d tindakan periksa suhu aksila atau simpanan lemak coklat
usia keperawatan gunakan alat termostat yang tidak dapat
ekstrem selama 1x24 jam dengan dasar terbuka diperbaharui bila ada
dan berat bayi preterm dapat dan penyebab hangat. penurunan sensitifitas
badan memper tahankan Ulangi setiap 15 menit untuk meningkatkan kadar
suhu tubuh selama pemeriksaan. CO₂ (hiperkapnea) /
dengan Kriteria penurunan kadar O₂
Hasil: (hipoksia)
- Suhu tubuh Tempatkan bayi pada Mempertahankan
dalam batas isolette, penghangat, lingkungan termo netral
normal 36,5- inkubator, tempat tidur membantu mencegah
37,5⁰C terbuka dengan stress dingin
- tidak terjadi penyebar hangat /
hipotermia tempat tidur terbuka
dengan pakaian tepat.
Ganti pakaian/ linen Mencegah kehilangan
tempat tidur bila basah, cairan melalui evaporasi
pertahankan kepala bayi
tetap tertutup
- Kolaborasi
Pemberian D-10 W dan Pemberia dextrose
ekspander volume secara mungkin perlu untuk
intra vena bila diperlukan memperbaiki hipoglikemia,
hipotensi karena
vasodilatasi perifer
mungkin memerlukan
tindakan pada bayi yang
mengalami stress panas,
hipertermia, dapat
menyebabkan peningkatan
dehidrasi 3-4kali lipat.
Berikan obat-obatan Membantu mencegah
sesuai indikasi kejang berkenaan dengan
20
fenobarbital, natrium perubahan SSP yang
bikarbonat disebabkan oleh
hipertermia, memperbaiki
asidosis yang dapat terjadi
pada hipotermia dan
hipertermia.
c. Ketidak Tujuan: Kaji faktor ketidak Mengetahui faktor
efektifan Setelah dilakukan efektifan laktasi penyebab masalah
Pemberian tindakan Jelaskan , Meningkatkan kemampuan
ASI b.d keperawatan demonstrasikan breast klien untuk merawat
prematuritas selama 1x24 jam care dan pantau payudara secara mandiri
bayi preterm dapat kemampuan klien untuk
memper tahankan melakukan secara teratur
suhu tubuh Ajarkan cara Produksi ASI dapat lancar,
dengan Kriteria mengeluarkan ASI penyimpanan &
Hasil: dengan benar, cara transportasi ASI aman
- Suhu tubuh menyimpan, cara sehingga bayi tidak
dalam batas transportasi sehingga beresiko mengalami
normal 36,5- bisa diterima oleh bayi masalah pencernaan
37,5⁰C Bantu ibu selama Memberi kenyamanan
- tidak terjadi menyusui pertama pada ibu dan bayi ketika
hipotermia dengan memberi posisi menyusui
yang benar
Ajarkan ibu cara Meningkatkan kemampuan
memberikan ASI kepada ibu merawat bayi dan
bayi, teknik yang benar memenuhi kebutuhan bayi
saat bayi belum bisa dengan cara yang benar.
minum laktasi secara
langsung.
REFERENSI
21
Nelson.1999.Ilmukesehatan Anak. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Ed. Ketiga Jilid 1. Jakarta: Media Aesculapius.
Surasmi,Asrining.2003.Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta : EGC
Babak et al. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta: EGC.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.
Wong,Donna L.2008.Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC
Hidayati, Ratna. 2009. Asuhan Keperawatan pada kehamilan Fisiologis dan Patologis. Jakarta: Salemba
Medika.
Manuaba, Ida Ayu Chandranita et al. 2009. Buku Ajar Patologi Obstetri untuk Mahasiswa Kebidanan.
Jakarta: EGC.
Doengoes, Marilyn et al. 2010. Nursing Diagnosis Manual: Planning, Individualizing, and Documenting
Client Care 3rd ed. Philadelphia: F.A Davis Compang.
22