Anda di halaman 1dari 8

Penentuan Koefisien Fenol pada Pembersih lantai

Fenol (asam karbolat) yang digunakan untuk pertama kalinya oleh Lister sekitar tahun
1860 didalam pekerjaannya untuk mengembangkan teknik - teknik pembedahan aseptik, telah
lama merupakan standar pembanding bagi desinfektan lain untuk mengevaluasi aktivitas
bakterisidalnya. pada masa kini telah tersedia banyak desinfektan lain yang lebih efektif dan aktif
pada konsentrasi yang jauh lebih rendah. Sturuktur kimiawi fenol dan beberapa turunannya yang
jumlahnya sangat banyak itu, yang memang disiapkan untuk digunakan sebagai desinfektan;
banyak diantaranya yang disebutkan terakhir ini lebih efektif dari pada fenol itu senditi.
Persenyawaan - persenyawaan ini boleh jadi bekerja terutama dengan cara mendenaturasi protein
sel dan merusak membran sel ( Pelczar, 2009).
Menurut SNI 06-1842-1995, syarat mutu cairan pembersih lantai dan lain-lain adalah
Alkali bebas, pH, kestabilan emulsi, koefisien fenol dan daya hambat (Djide, 2008). Nilai koefisi
en fenol adalah perbandingan pengenceran tertinggi cairan pembersih lantai dengan pengencera
n tertinggi bahan baku fenol 5%, dimana pengenceran tersebut daapat mematikan bak eri uji da
lam kontak 10 menit, tetapi tidak mematikan bakteri uji dalam kontak waktu 5 menit. Mikro
organisme yang dipakai, menurut FDA adalah galur Salmonella thyposa dan Staphylacoccus au
reus yang khas (Djide,2008). Fenol adalah zat pembaku daya antiseptic obat lain sehingga d
aya antiseptic dinyatakan dengan koefisien fenol. Obat ini bukan antiseptic yang kuat. Banyak
obat lain yang mempunyai daya antiseptic yang lebih kuat (Ganiswara, 1995).
Cara Kerja:
 Pengenceran Sampel Uji Koefisien Fenol untuk Desinfektan
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Dibuat larutan stock 1 : 10.
3. Dipipet 0,83 ml sampel lalu dilarutkan dalam 4,17 ml air steril.
4. Dipipet larutan stock sebanyak 0,625 ml untuk tabung 1 (1:80) yang telah berisi air steril.
5. Dipipet larutan stock sebanyak 0,5 ml untuk tabung 2 (1:100) yang telah berisi air steril.
6. Dipipet larutan stock sebanyak 0,41 ml untuk tabung 3 (1:120) yang telah berisi air steril.
7. Dipipet larutan stock sebanyak 0,35 ml untuk tabung 4 (1:140) yang telah berisi air steril.
8. Didiamkan dalam wadah yang berisi es batu.
9. Sedangkan tabung deret 2 – 4 berisi 5 ml medium NB
 Uji koefisien fenol untuk desinfektan
1. Disiapkan 5 buah tabung reaksi.
2. Untuk tabung yang berisi 5 ml air steril larutan sampel desifektan dianggap sebagai deret
I.
3. Untuk deret II, III, dan IV air steril diganti dengan 5 ml medium NB.
4. Pada detik pertama diinokulasikan suspensi bakteri menggunakan ose bulat ke dalam
tabung deret I pengenceran 1 : 60.
5. 30 detik selanjutnya dinokulasikan suspensi bakteri ke dalam tabung deret I pengenceran
1 : 80.
6. 30 detik selanjutnya dinokulasikan suspensi bakteri ke dalam tabung deret I pengenceran
1 : 100.
7. 30 detik selanjutnya dinokulasikan suspensi bakteri ke dalam tabung deret I pengenceran
1 :120.
8. 30 detik selanjutnya dinokulasikan suspensi bakteri ke dalam tabung deret I pengenceran
1 :140.
9. Di simpan tabung deret I pada wadah yang berisi air es.
10. Kemudian istirahat selama 3 menit.
11. Dimasukkan 1 ose larutan dari tabung I (1 : 60) deret I ke dalam tabung I deret II.
12. 30 detik selanjutnya dimasukkan 1 ose larutan dari tabung II (1 : 80) deret I ke dalam
tabung III deret II.
13. 30 detik selanjutnya dimasukkan 1 ose larutan dari tabung III (1 : 100) deret I ke dalam
tabung IV deret II.
14. 30 detik selanjutnya dimasukkan 1 ose larutan dari tabung IV (1 : 120) deret I ke dalam
tabung V deret II.
15. 30 detik selanjutnya dimasukkan 1 ose larutan dari tabung IV (1 : 140) deret I ke dalam
tabung VI deret II.
16. Diulangi langkah tersebut untuk deret selanjutnya yaitu deret III sampai pada deret IV
dengan waktu kontak secara keseluruhan 15 menit.
17. Diinkubasi semua tabung selama 1 x 24 jam di dalam inkubator kecuali tabung deret I.
18. Diamati kejernihan medium NB.
 Pengenceran fenol 5%
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Dibuat pengenceran fenol 5% 1 : 80, 1 : 90, dan 1 : 100 dari fenol 5 %.
3. Dipipet fenol 5 % sebanyak 1,25 ml kemudian dicukupkan dengan hingga 5 ml dengan air
steril (1 : 80).
4. Dipipet fenol 5 % sebanyak 1,1 ml kemudian dicukupkan dengan hingga 5 ml dengan air steril
(1 : 90).
5. Dipipet fenol 5 % sebanyak 1,0 ml kemudian dicukupkan dengan hingga 5 ml dengan air steril
(1 : 100).
I. Uji koefisien fenol
1. Disiapkan 15 buah tabung reaksi
2. Untuk tabung yang berisi 5 ml air steril dan larutan medium NB dianggap sebagai deret I,
dan semua tabung deret I berisi air steril 5 ml
3. Untuk deret II, III, dan IV air steril diganti dengan 5 ml medium NB.
4. Dimasukkan fenol(1:80) lalu dimasukkan suspensi bakteri.
5. 30 detik selanjutnya dinokulasikan suspensi bakteri ke dalam tabung deret II pengenceran 1
: 90.
6. 30 detik selanjutnya dinokulasikan suspensi bakteri ke dalam tabung deret III pengenceran 1
: 100.
7. Di simpan tabung deret I.
8. Kemudian istirahat selama 4 menit.
9. Dimasukkan 1 ose larutan dari tabung I (1 : 80) deret I ke dalam tabung I deret II.
10. 30 detik selanjutnya dimasukkan 1 ose larutan dari tabung II (1:90) deret I ke dalam tabung
II deret II.
11. 30 detik selanjutnya dimasukkan 1 ose larutan dari tabung II (1:100) deret I ke dalam tabung
III deret II.
12. Diulangi langkah tersebut untuk tabung selanjutnya sampai pada tabung III deret IV dengan
waktu kontak secara keseluruhan 15 menit.
13. Diinkubasi semua tabung selama 1 x 24 jam di dalam inkubator kecuali tabung deret I.
14. Diamati kejernihan medium NB
15.
Penentuan Bahan Aktif Pada Deterjen Cair
Deterjen cair didefinisikan sebagai larutan surfaktan yang ditambahkan bahan-bahan lain
untuk memberikan warna dan aroma yang diinginkan, dan juga untuk menyesuaikan viskositas
dan mempertahankan karakteristik aslinya selama masa penyimpanan hingga penggunaan
(Woolat, 1985). Bhairi (2001), menambahkan deterjen merupakan molekul amfipatik, yaitu suatu
senyawa yang mengandung gugus polar dan nonpolar, sehingga dikenal juga sebagai
surfaktan karena dapat menurunkan tegangan permukaan air. Berdasarkan gugus
hidrofiliknya, deterjen secara umum diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu;

1. Deterjen ionik, memiliki gugus muatan yang terdiri dari deterjen anionik bermuatan
negatif dan deterjen kationik bermuatan positif. Deterjen ini efisien untuk memecah ikatan
protein-protein.
2. Deterjen nonionik, tidak memiliki muatan, secara umum deterjen ini lebih baik untuk
memecah ikatan lemak-lemak atau lemak-protein dibandingkan dengan ikatan protein-
protein.
3. Deterjen zwitterionik, merupakan kombinasi antara deterjen ionik dengan deterjen
nonionik.
Deterjen cair merupakan suatu emulsi yang terdiri dari bahan-bahan dengan tingkat
kepolaran yang berbeda. Untuk memformulasikan komponen- komponen deterjen cair di
dalam formula tunggal diperlukan suatu sistem emulsi
dengan karakteristik yang baik. Menurut Schueller dan Ramanowsky (1998) emulsi adalah
sistem heterogen dimana terdapat sedikitnya satu jenis cairan yang terdispersi di dalam cairan
lainnya dalam bentuk droplet-droplet kecil. Emulsi
dapat distabilkan oleh molekul-molekul surfaktan yang membentuk agregat melalui
pembentukan lapisan pelindung antara fase terdispersi dan pendispersi. Sedangkan menurut
Suryani et. al. (2000) sistem emulsi mampu mencampurkan berbagai macam bahan yang
memiliki perbedaan kepolaran ke dalam satu campuran yang homogen. Di dalam SNI
(06-0475-1996), deterjen cair dikategorikan sebagai pembersih berbentuk cair yang
dibuat dari bahan dasar deterjen dengan penambahan bahan lain yang diizinkan dan
digunakan untuk mencuci pakaian serta alat dapur, tanpa menimbulkan iritasi kulit. Terdapat dua
kelompok deterjen cair, yaitu yang digunakan dalam pencucian pakaian (kelompok P) dan
yang digunakan dalam pencucian alat-alat dapur (kelompok D). Pada penelitian ini deterjen
yang dihasilkan akan diaplikasikan untuk keperluan mencuci pakaian. Standar SNI (06-
0475-1996) untuk deterjen cair yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 1

No Kriteria Satuan Persyaratan


Biasa Konsentrat
1 Keadaan
a. Bentuk - Cairan Cairan
b. Bau - Homogen Homogen
c. Warna - Khas Khas
Khas Khas
2 pH, 25oC - 10 - 12 10-12
3 Bahan Aktif % Min 15 Min 25
4 Bobot Jenis 25% - 1,1 – 1,3 1,2 – 1,5
5 Cemaran Koloni/g Maks 1X105 Maks 1X105
Mikroba:
Angka Lempeng
Total
Bahan aktif pada detegen cair merupakan surfaktan anionik yang berfungsi mengangkat
kotoran yang bersifat kationik. Surfaktan anionik pada detergen cair dapat dianalisis
menggunakan metode titrasi. Cara kerja analisis surfaktan anionic pada detergen cair adalah:
1. Timbang sampel sebanyak 1 ± 0,001 g, masukkan ke dalam gelas piala 100 mL lalu larutkan
dengan air suling
2. Masukkan ke dalam labu ukur 250 mL, kemudian encerkan sampai tanda batas, kocok
larutan sampai homogen
3. Pipet 10 ml larutan tersebut, masukkan kedalam labu Erlenmeyer dan tambahkan 10 mL air
suling dan 1-2 tetes indicator PP 0,1 %
4. Netralkan dengan menggunakan H2SO4 0,1 N sampai warna merah jambu hampir hilang.
Tambahkan 15 ml kloroform kemudian kocok dan diamkan beberapa saat
5. Lakukan titrasi dengan larutan Hiamine 1622 0,003 M sampai warna larutan berubah dari
merah jambu menjadi abu-abu kebiruan.
𝑉 𝑥 𝑀 𝑥 𝑓 𝑥 𝐵𝑀 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑓
Bahan aktif = 𝑥 = x 100 %
𝑊
Dimana
V: Volume Hiamine untuk titrasi
M: Molaritas larutan Hiamine
W: Berat Sampel
F: Faktor Pengenceran
Pemeriksaan Bobot Jenis dan Stabilitas Busa Sabun Cuci Piring
Sabun adalah garam natrium atau kalium dari asam lemak yang berasal dari minyak nabati
atau hewani. Sabun cair dapat berwujud padat atau cair. Sabun cair memiliki keunggulan daripada
sabun padat yaitu persepsi konsumen bahwa sabun cair lebih higienis, lebih menguntungkan,
ekonomis bagi konsumen dan lebih mudah dan menguntungkan bagi produsen (Gandasasmita,
2009).
Sabun adalah bahan yang digunakan untuk mencuci, baik pakaian, perabotan, badan, da
lain-lain yang terbuat dari campuran alkali(natrium atau kalium hidroksida), dan trigliserida dari
asam lemak rantai karbon C (Zulkifli dan Estiasih, 2014) melalui reaksi saponifikasi atau disebut
juga reaksi penyabunan pada suhu 80-100oC (Jongko, 2009). Dalam proses ini asam lemak akan
terhidrolisa oleh basa membentuk gliserin dan sabun mentah. Sabun dapat menghilangkan
kotoran dan minyak karena struktur kimia sabun terdiri dari bagian yang bersifat hidrofil pada
rantai ionnya, dan bersifat hidrofobik pada rantai karbonnya. Karena adanya rantai hidrokarbon,
sebuah molekul sabun secara keseluruhan tidaklah benar-benar larut dalam air. Namun sabun
mudah tersuspensi dalam air karena membentuk misel (micelles), yakni segerombolan (50-150)
molekul yang rantai hidrokarbonnya mengelompok dengan ujung- ujung ionnya yang
menghadap ke air (Fessenden dan Fessenden, 1992).
Dalam menghilangkan kotoran dan minyak, bagian yang bersifat hidrofobik pada sabun
akan larut dalam minyak dan mengepung kotoran minyak, sedangkan bagian hidrofilik akan
terlepas dari permukaan yang dibersihkan dan terdispersi dalam air sehingga dapat dicuci
(Djatmiko dan Widjaja, 1984). Sabun sebagai salah satu kebutuhan utama untuk mendapatkan
standar kebersihan yang baik dalam kehidupan sehari-hari termasuk dalam kebutuhan pokok,
tetapi sabun tidak termasuk dalam kelompok kebutuhan primer. Pemenuhan akan sabun seringkali
dianggap sebagai kebutuhan sekunder, karena kebutuhan primer (sandang, pangan, papan)
merupakan kebutuhan yang wajib untuk dipenuhi setiap hari. Konsumsi sabun yang terus menerus
setiap harinya, menyebabkan kebutuhan pengadaan sabun yang
membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Tinggi busa.

Sampel ditimbang sebanyak 1 g, dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian


ditambahkan akuades sampai 10 ml, dikocok dengan membolak-balikkan tabung reaksi, lalu
segera diukur tinggi busa yang dihasilkan. Lalu, tabung didiamkan selama 5 menit, kemudian
diukur lagi tinggi busa yang dihasilkan setelah 5 menit.

Tinggi busa akhir


Uji Busa = x 100%
Tinggi busa awal

Bobot jenis.
Penetapan bobot jenis menggunakan alat piknometer. Piknometer kosong ditimbang dan
dicatat bobotnya. Kemudian piknometer diisi air dan ditimbang, lalu ke dalam piknometer yang
sama dimasukkan sampel sabun dan ditimbang.

Rumus yang digunakan adalah:

𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Bobot jenis = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐴𝑖𝑟

Anda mungkin juga menyukai