Anda di halaman 1dari 7

POLTEKKES KEMENKES

SEMARANG
STANDARD OPERASIONAL
PROSEDUR

MELAKUKAN PENGHISAPAN
LENDIRDARI MULUT,
HIDUNG DAN
TRAKHEOSTOMI
Pengertian Suction merupakan suatu cara untuk mengeluarkan
sekret dari saluran nafas dengan menggunakan kateter yang
dimasukan melalui hidung atau tenggorokan kedalam faring
atau trakeal. Tindakan penghisapan lendir digunakan bila
pasien tidak mampu membersihkan sekret dengan
mengeluarkan atau menelan. Tindakan penghisapan lendir
perlu dilakukan pada pasien yang mengalami penurunan
kesadaran karena kurang responsif atau yang memerlukan
pembuangan sekret oral. Dengan dilakukan tindakan
suction diharapkan saturasi oksigen pasien dalan batas
normal (>95%). (Nizar&Haryati,2017).
Tindakan suction merupakan suatu prosedur
penghisapan lendir yang dilakukan dengan memasukkan
selang kateter suction melalui hidung, mulut, atau selang
endotrakeal. Prosedur tersebut dilakukan untuk
mempertahankan jalan napas, memudahkan penghilangan
sekret jalan napas, merangsang batuk dalam, dan mencegah
terjadinya pneumonia. Suction harus dilakukan dengan
prosedur yang tepat untuk mencegah terjadinya infeksi luka,
spasme edema serta perdarahan jalan napas.
(Kristyaningsih, P, 2015).

Indikasi Indikasi
1. Penghisapan lendir digunakan bila pasien tidak mampu
membersihkan sekret dengan mengeluarkan atau
menelan.
2. Tindakan penghisapan lendir perlu dilakukan pada
pasien yang mengalami penurunan kesadaran karena
kurang responsif atau yang memerlukan pengeluaran
sekret oral (Nizar, 2017)

Tujuan Tujuan :
1. Membersihkan lendir yang menumpuk pada saluran
trackeobronkeal
2. Meningkatkan proses oksigenasi
3. Mengurangi penumpukan lendir
4. encegah terjadinya sumbatan pada pipa endotrakeal
5. Menurunkan kerja napas
6. Mencegah terjadinya ateletaksis
7. Mencegah iinfeksi pada sistem pernapasan. (Santoso &
Utami, 2018)

Komplikasi Komplikasi

1. Hipoksemia
2. Hipoksia
3. Penurunan saturasi oksigen
Septimar, Z.M & Novita, R.A (2018)
4. Trauma mukosa jalan napas (lesmana, H., Murni,
T.W. & Anna, A, 2015)
5. Disritmia Jantung (Chaseling W, et al. 2014)

Persiapan tempat Alat-alat


dan alat 1. Unit penghisapan dinding atau unit penghisapan yang
dapat dibawa (portable) dengan selang penghubung dan
ko nektor Y, jika dibutuhkan.
2. Mayo tube
3. Kateter steril (kateter suction)
4. Kateter yankauer (orofaring)
5. Air steril / air normal salin serta baskom steril (alkohol
70%, cairan NaCl 0,9%).
6. Kassa steril atau handuk.
7. Jalan napas oral atau nasal, jika diperlukan.
8. APD meliputi Masker, kacamata (google), sarung
tangan, apron
9. Oksigen dengan perlengkapanya.
10. Stetoskop, bengkok, dan spuit steril 5cc. (Roni,2015).
Persiapan pasien Persiapan pasien
1. Mengidentifikasi identitas klien, menjelaskan
prosedur, manfaat dan hal-hal yang perlu dilakukan
klien pada saat penghisapan dilakukan.
2. Siapkan posisi klien sesuai dengan letak sputum, bantu
dengan fisioterapi nafas (yang sesuai dengan
kebutuhan klien) dan atau berikan nebulisasi terlebih
dahulu.
3. Atur pelaksanaan klien sebelum makan atau dua jam
setelah makan atau sesuai kebutuhan.
4. Letakkan handuk dibawah bantal atau dibawah dagu.
(Kusnanto dkk, 2016)

Pelaksanaan Pelaksanaan
1. Mencuci tangan
2. Memakai sarung tangan, masker kaca mata, apron
3. Oksigenasi selama 2 menit
4. Observasi vital sign
5. Menghubungkan kateter penghisap dengan selang
penghisap
6. Hidupkan mesin
7. Memakai kateter penghisap kedalam kom Nacl 0,9 %.
8. Masukan kanul suction ke ETT.
9. Jepit pangkal kateter dengan tangan lain.
10. Lepas jepitan dan penghisap lender dengan menarik
dan masukan kateter perlahan-lahan.
11. Hisap kurang lebih 10-15 detik.
12. Tarik kateter perlahan-lahan dengan diputar.
13. Bersihan kanul suction.
14. Sambungkan ke ventilator
15. Oksigenasi 2 menit setelah suction
16. Lepas APD
17. Cuci tangan
18. Rapikan pasien dan lingkungan

Sikap Sikap Selama Pelaksanaan :


Hati-hati, teliti, ramah dan sopan.
Evaluasi . Evaluasi
1. Tidak ada atau terdapat bunyi nafas bersih pada
pemeriksaan auskultasi
2. Apakah frekuensi nafas klien dalam batas normal
3. Klien tampak tenang atau tidak selama tindakan
4. Tidak memperlihatkan tanda-tanda kecemasan
(Kusnanto dkk, 2016)

Dokumentasi Dokumentasi :
1. Pengkajian fisik pasien sebelum dan sesudah dilakukan
tindakan suction
2. Monitor indikasi pada pasien untuk dilakukan tindakan
suction

3. Catat hasil / produk dari tindakan suction

4. Catat jika terjadi adanya efek samping selama dilakukan


tindakan suction

5. Catat nilai secara berkala sepanjang hari untuk


mengidentifikasi kebutuhan untuk hisap nafas buatan,
seperti kinerja kedua jam auskultasi atau ventilator
pemasangan.
DAFTAR PUSTAKA

Nizar, A.M., Hariati, D.S. (2017). Pengaruh suctio terhadap kadar saturasi oksigen
pada pasein koma di ruang ICU RSUD Dr Moewardi Surakarta tahun
2015. Jurnal keperawatan global, Volume 2(2), 63. (Online)
http://jurnal.poltekes-solo.ac.id/index.php/JKG/articel/viewFile/351/313.
(Diakses pada tanggal 17 September 2019)
Kristyaningsih, P. (2015). Hubungan pengetahuan perawat terhadap pelaksanaan
tindakan suction diruang ICU RSUD Gambiran Kediri. Jurnal Wiyata,
Volume 2(2), 158. (Online)
http://ojs.iik.ac.id/index.php/wiyata/article/view/5. (Diakses pada tanggal
17 September 2019)
Nizar, A.M., Hariati, D.S. (2017). Pengaruh suctio terhadap kadar saturasi oksigen
pada pasein koma di ruang ICU RSUD Dr Moewardi Surakarta tahun
2015. Jurnal keperawatan global, Volume 2(2), 63. (Online)
http://jurnal.poltekes-solo.ac.id/index.php/JKG/articel/viewFile/351/313.
(Diakses pada tanggal 17 September 2019)
Santoso, T., & Utami, R. S. (2018). Efektivitas model suction terbuka dan tertutup
terhadap kejadian pneumonia pada pasien yang terpasang ventilator
mekanik (VAP): systematic review. Journal of Health. Juli 2018, Vol. 5,
No2.(online)(http://journal.gunabangsa.ac.id/index.php/joh/article/view/1
30, diakses pada tanggal 17 September 2019)
Chaseling W, et al. (2014).Suctioning an Adult ICU patient with an artificial
airway. Agency for Clinical Innovation NSW Government Version 2.
Chatswood,NSW, Australia. (online) ( www.aci.health.nsw.gov.au,
diakses pada tanggal 7 Agustus 2019)
Septimar, Z.M & Novita, R.A (2018) Pengaruh Tindakan Penghisapan Lendir
(Suction) Terhadap Perubahan Kadar Saturasi Oksigen Pada Pasien Kritis
di ICU. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat. Vol.07, No. 01
lesmana, H., Murni, T.W. & Anna, A (2015) Analisis Dampak Penggunaan
Varian Tekanan Suction Terhadap Pasien Cidera Kepala Berat. Jurnal
Keperawatan Padjajaran. Vol.3, No. 03
Ely, Achmad dkk. 2011. Penuntun Praktikum Keterampilan Kritis II untuk
Mahasiswa D-3 Keperawatan. Maluku : Salemba Medika.
Kusnanto, Suarilah, I., A, Candra P., W, Andri S. (2016). Standar Prosedur
Operasional Keperawatan Dasar. Fakultas Keperawatan Universitas
Airlangga : Surabaya. Diakses pada tanggal 17 September 2019
Roni, 2015. Perubahan saturasi oksigen pada pasien kritis yang dilakukan
tindakan suction Endotracheal Tube Di ICU RSUD Soewardi Surakarta.
Karya ilmiah Akhir Ners, tidak dipubikasikan. Surakarta Stikes Kusuma
Kusada, Indonesia.
Chaseling W, et al. (2014).Suctioning an Adult ICU patient with an artificial
airway. Agency for Clinical Innovation NSW Government Version 2.
Chatswood,NSW,Australia. (online) (www.aci.health.nsw.gov.au, diakses
pada tanggal 7 Agustus 2019)

Anda mungkin juga menyukai