Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
di air dan bernafas dengan insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling
beranekaragam dengan jumlah species lebih dari 27.000 jenis yang terdiri dari 483
famili dan 57 ordo, terbagi atas 3 kelas berdasarkan hubungan evolusioner yaitu,
kelas Agnatha, kelas Chondroichtyes, kelas Oseteichtyes. Salah satu habitat ikan
adalah Sungai. Sungai adalah salah satu habitat perairan air tawar yang berasal dari
air hujan pada suatu alur yang panjang di atas permukaan bumi, dan merupakan
salah satu badan air lotik yang utama. Ikan merupakan organisme aquatik yang
banyak dijumpai sekitar kita sebagai bahan konsumsi masyarakat dan memiliki nilai
ekonomis.
Anai terletak di perbatasan antara Padang dengan Pariaman menuju jalan ke Bandara
kehidupan masyarakat juga sebagai resapan air. Sumatera Barat memiliki potensi
sumber daya air di daratan yang cukup besar, terdapat 606 sungai besar dan kecil, 27
Dengan kondisi alam yang bergelombang, berbukit dan bergunung serta banyak
dilalui sungai-sungai, maka hal ini merupakan potensi alam yang sangat besar yang
mengandung tanggung jawab yang besar bagi daerah untuk mengelola dan menjaga
cenderung menurun yaitu Sungai Batang Agam, Batang Anai, Batang Ombilin dan
Batang Pangian (Putri, 2010). Untuk Sungai Batang Agam sudah hampir tercemar
pada segmen Kota Bukittinggi, dimana pada lokasi ini terdapat RPH yang
Batang Anai (Segmen Tanah Datar) juga terdapat aktifitas domestik dan tumpukan
sampah. Hasil Perhitungan indeks pencemaran air (IPA) terendah adalah Sungai
Batang Anai yaitu 53,83 % (Laporan SLHD Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014)
Batang Anai Nagari Ketaping Kecamatan Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman
sudah sering dilakukan dengan tenaga sendiri menggunakan alat tradisional yaitu
sampan dan sekop, serta penangkapan ikan dengan menggunakan jaring, pancing
dan tangguk. Keberadaan ikan cukup banyak seperti ikan Simontong, Ikan Simbubu,
Patai dan jenis ikan lainnya. Saat ini jumlah dan jenis populasi ikan tersebut di duga
mengalami penurunan, karena adanya limbah pabrik dari PT. Bumi Sarimas
Indonesia (BSI). Menurut salah seorang warga yang penulis temui bernama Bapak
jon (penambang pasir) limbah pabrik dari PT BSI ini telah mencemari sungai Batang
Anai, limbah pabrik berupa zat cair dan ampas kelapa karena pabrik ini adalah
pabrik santan yang ampas nya di buang setiap harinya pada saat malam hari sekitar
jam 12 dan jam 01 pagi. Limbah pabrik ini di buang langsung ke badan sungai
melalui saluran pipa. Tentunya juga mengganggu sejumlah biota yang hidup di
perairan. Di sekitar pabrik yang dulunya air di sungai batang anai di gunakan untuk
mandi, mencuci dan kebutuhan lainnya sekarang tidak di gunakan lagi kerena jika
mandi akan menyebabkan kulit terasa gatal dan mata perih, juga di temui banyak
Arau dan daerah Muara Padang yang cukup beragam diantaranya pertanian, industri,
rumah sakit, pelabuhan kapal-kapal nelayan dan kapal penumpang serta sebagai
Muara Padang mulai mengalami penurunan kualitas perairan. Jika dilihat dari
cenderung coklat disertai aroma tidak sedap dan tingkat sedimentasi yang tinggi
yaitu 3482 ton/th (Bapedalda Kota Padang 2004), maka ada dugaan Perairan Muara
Padang tercemar bahan organik. Kondisi seperti ini tidak bisa dibiarkan berlanjut
diperlukan informasi lebih lanjut tentang kondisi kualitas perairan dilihat dari bahan
faktor fisika yaitu : kecerahan, suhu, dan kecepatan arus. Kemudian factor kimia
yaitu: DO, salinitas, Ph, Phospate dan Nitrat. Di dapatkan jenis ikan yang terdiri dari
Limbah Pabrik Tepung Kelapa Sebagai Bahan Ajar Klasifikasi Makhluk Hidup
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka identifikasi penelitian dalam masalah ini
2. Belum diketahui semua jenis-jenis Ikan di Sungai Batang Anai Nagari Ketaping
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka batasan masalah dalam
2. Faktor fisika dan kimia yang diukur adalah suhu air sungai, kecepatan arus air
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
1. Apa sajakah jenis-jenis Ikan di Sungai Batang Anai Nagari Ketaping Kecamatan
2. Bagaimanakah faktor fisika dan kimia air di Sungai Batang Anai Nagari Ketaping
2. Untuk mengetahui keadaan faktor fisika dan kimia air di Sungai Batang Anai
3. Menghasilkan Atlas untuk pokok bab klasifikasi makhluk hidup pada sub bab
F. Manfaat Penelitian
taksonomi vertebrata.
Sungai Batang Anai Nagari Ketaping Kecamatan Batang Anai Kabupaten Padang
Pariaman.
A. Keanekaragaman Ikan
Indonesia memiliki keanekaragaman jenis ikan yang banyak baik ikan air tawar
maupun laut. Pembahasan ikan dengan lingkungan hidupnya sangat penting agar
terhadap kehidupan ikan dapat dipahami. Bentuk badan ikan dapat member banyak
ini berasal dari pengetahuan umum saja, namun demikian informasi mengenai
hubungan bentuk ikan dengan ekologinya sangat berharga karena akan membantu
Sebanyak 13.000 spesies air tawar hidup di danau dan sungai yang cakupannya
hanya 1% di permukaan bumi, sedangkan 16.000 spesies hidup di habitat air laut
yang merupakan 70% bagian permukaan bumi (Leveque et al, 2008). Menurut
Adiesoemarto dan Rifai, dalam Haryono dkk (2002) ada sekitar 8500 spesies ikan
terdapat di Perairan Indonesia, dan jumlah jenis ikan tersebut masih terus bertambah
dengan ditemukannya jenis-jenis baru. Dilihat dari jumlah jenis ikan air tawar,
Indonesia menempati rangking ke dua di dunia setelah Brazil dan pertama di Asia
Ikan Nila adalah salah satu biota air yang terdapat di Sungai Batang Anai sebagai
badan air penerima dan dikonsumsi oleh masyarakat setempat. Selain itu ikan Nila
dapat menunjukkan reaksi terhadap perubahan fisik air maupun terhadap adanya
senyawa pencemar yang terlarut dalam batas konsentrasi tertentu karena ikan Nila
Menurut masyarakat setempat jenis ikan yang biasa ditemukan di sekitar Sungai
Batang Anai tepatnya di Kayutanam adalah ikan Gariang (Tor sp.), ikan Bauang
(Hemibagrus sp.), ikan Mujair (Oreochromis sp.), ikan Tali-Tali (Nemacheilus sp.),
ikan Situkah (Glytothorax sp.), ikan Bada (Puntius sp.), ikan Nila (Orheochromis
sp.), dan ikan Paweh (Barbonymus sp.). Jumlah hasil tangkapan ikan-ikan tersebut
sepanjang sempadan Sungai Batang Anai. Mulya (2004) menyatakan bahwa, limbah
yang dihasilkan oleh aktifitas manusia yang terbawa oleh air sungai, secara langsung
perairan termasuk ikan. Keberadaan dan pertumbuhan ikan sangat dipengaruhi oleh
kualitas air tersebut, apabila habitatnya terganggu maka akan terganggu pula
Disamping itu, ikan merupakan indikator alami dalam ekosistem, karena perairan
yang tercemar oleh limbah tentu dapat di indikasikan dari jumlah ikan di perairan
tempat seperti penelitian yang dilakukan oleh Marini dan Husnah (2010) melakukan
penelitian di bagian hulu Sungai Siak, Provinsi Riau yang telah mengalami proses
kelimpahan paling tinggi. Jukri, Emiyarti dan Kamri (2012) yang melakukan
Naborsahan Danau Toba Sumatera Utara mendapatkan 10 jenis ikan dengan nilai
Dalam siklus hidupnya, ikan mengalami suatu fase yang disebut larva. Larva ikan
merupakan fase atau tingkatan ikan setelah telur menetas. Awal daur hidup ikan
meliputi stadia telur dan perkembangannya, yaitu stadia larva dan juvenil (Effendie,
1997). Stadia telur dan larva ikan dapat digolongkan sebagai plankton yaitu sebagian
1993). Larva ikan yang baru menetas ditandai dengan adanya yolk sac (kantong
kuning telur) yang terletak di bagian bawah depan dan sebuah sirip tak berjari yang
mengelilingi badan larva, mulai dari punggung, ekor sampai pada bagian bwah
sebatas belakang anus. Pada beberapa jenis ikan batas sirip keliling terletak tepat di
Secara garis besar, perkembangan larva dibagi menjadi dua fase yaitu pro larva
dan post larva (Russel,1976 dalam Bensman,1990). Pro larva merupakan fase dimana
larva masih mempunyai kantung kuning telur, tubuhnya transparan dengan beberapa
butir pigmen yang fungsinya belum diketahui . Sirip dada dan ekor sudah ada tetapi
belum sempurna bentuknya dan kebanyakan prolarva yang baru keluar dari cangkang
telur ini tidak mempunyai sirip perut yang nyata melainkan hanya bentuk tonjolan
saja. Sistem pernafasan dan peredaran darah pun belum sempurna sedangkan mulut
dan rahang belum berkembang serta ususnya masih berupa tabung yang lurus.
Makanannya didapat dari sisa kuning telur yang belum habis diserap. Postlarva
adalah fase larva mulai dari hilangnya kantung kuning telur sampai terbentuknya
organ-organ baru atau selesainya taraf penyempurnaan organ-organ yang telah ada
sehingga pada masa akhir dari postlarva tersebut secara morfologi sudah mempunyai
bentuk hampir seperti induknya. Sel-sel pigmen berkembang menurut pola-pola yang
menjadi karakter berbagai jenis post larva ikan. Tanda-tanda pengenal lainnya adalah
bentuk dan ukuran badan serta bentuk ukuran sirip. Pada perkembangan larva lebih
lanjut, sirip ekor berkembang diikuti oleh pemisahan sirip punggung dan sirip dubur.
Bahan ajar adalah segala bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam
melaksanakan kegiatan belajar dan mengajar. Bahan ajar yang dimaksud bisa berupa
1. Bahan ajar (printed) antara lain atlas, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur,
2. Bahan ajar dengan (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk
audio.
3. Bahan ajar pandang dengan (video visual) seperti vidio, compact disk, film.
mengikuti kegiatan pembelajaran, atlas dibuat dengan tujuan untuk memperlancar dan
pesera didik. Kemudian, ada juga mengartikan atlas sebagai tertulis yang disiapkan
2011). Atlas merupakan salah satu bentuk media cetak yang mudah dikembangkan dan
3. Untuk mendukung bahan ajar lainnya atau penjelasan dari pendidik (Prastowo,
2011).
Adapun unsur-unsur atlas yaitu identitas atlas (terdiri dari semua madrasah, kelas,
nama mata pelajaran, pertemuan, atlas, jumlah halaman dan masa berlakunya atlas),
materi pokok atau materi pendukung yang akan dismpaikan. Atlas juga dapat berisi
penjelasan, pertanyaan dan kegiatan para peserta didik dan pemberian umpan balik
2. Tentukan judul atlas dan sesuaikan dengan kompetensi dasar serta materi pokok
yang akan dicapai. Pada tahap ini, lakukan dengan berdasarkan hasil penyusunan
4. Dalam menulis usahakan agar kalimat yang digunakan tidak terlalu panjang.
5. Evaluasi hasil tulisan dengan cara di baca ulang. Bila perlu, mintalah orang lain
7. Gunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi atlas, misalny
Penelitian ini dilakukan secara 2 tahap. Tahap pertama yaitu pengambilan jenis
ikan di lapangan, serta pengawetan dan identifikasi ikan yang dilakukan pada bulan
pembuatan bahan ajar atlas hasil penelitian, yang dilakukan pada bulan Oktober-
November 2019 yang dilakukan di kampus STKIP PGRI Sumatera Barat dan di
B. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah jaring (seine net) kira-kira 8x2
m dengan mata jala berukuran 1cm, pancing, ember, plastik, karet gelang, senter, botol
koleksi, kertas label, jarum pentul, kamera digital, jangka sorong, lup, mikroskop,
perbandingan 1:10%, dan alkohol 70%. Sedangkan bahan untuk mengukur kesadahan
air adalah MnSO4, KOH-KI, CaCO3, H2SO4, Na2S2O3, EDTA, indicator EBT, Buffer
Identifikasi mengacu pada buku sumber Kottelat dkk (1993) dan Weber dkk (1901-
1922).
Daerah Aliran Sungai Batang Anai sekitar pembuangan limbah pabrik Tepung
Kelapa terletak di, Kenagarian Ketaping, Kecamatan Batang Anai , Kabupaten Padang
Pariaman, Sungai Batang Anai merupakan sungai yang melintasi empat wilayah
2X11 Kayutanam sampai ke kecamatan Batang Anai. Sungai Batang Anai terletak di
perbatasan antara Padang dengan Pariaman dan menuju jalan ke Bandara Internasional
Minangkabau (BIM).
D. Metode Penelitian
tahap, tahap pertama penelitian yaitu penelitian deskriptif dengan metode survey
yang berupa pembuatan bahan ajar atlas pada sub materi adaptasi lingkungan.
E. Prosedur Kerja
1. Pengambilan sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan bantuan nelayan, sebelum dilakukannya
persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan di lapangan. Alat yang digunakan
dalam penelitian ini adalah jala (seine net) kira-kira panjang 2,1 m, pancing, ember,
plastik, karet gelang, senter, botol koleksi, kertas label, jarum pentul, kamera digital,
jangka sorong, lup, mikroskop, thermometer, Ph meter, bola pimpong, tali raffia dan
alat tulis.
Sedangkan bahan yang digunakan adalah sampel ikan, formalin 35-40% dengan
perbandingan 1:10%, dan alkohol 70%. Sedangkan bahan untuk mengukur kesadahan
air adalah MnSO4, KOH-KI, CaCO 3, H2SO4, Na2S2O3, EDTA, indicator EBT, Buffer
Identifikasi mengacu pada buku sumber Kottelat dkk (1993) dan Weber dkk (1901-
1922).
metode survey deskriptif dengan cara koleksi langsung terhadap ikan yang ada di
lapangan secara random sampling. Pengambilan sampel dilakukan selama 7 hari disaat
cuaca cerah ataupun hujan setiap pagi pukul 08.00 - 12.00 WIB dan malam hari pukul
a) Pengukuran suhu
Setelah thermometer menunjukkan angka yang konstan, lalu catat angka yang
Ph meter ke dalam air beberapa menit kemudian di baca angka yang tertera (suin
c) Salinitas
Salinitas air tanah memiliki peranan penting sebagai faktor penentu dalam
sejumlah faktor seperti genangan pasang, topologi curah hujan, masuknya air
jumlah berat semua garam (dalam garam) yang terlarut dalam satu liter air yang
dinyatakan dengan satuan (ppt). Kisaran salinitas pada perairan Indonesia antara
30 - 35 ‰ (Nontji, 1993). Salinitas air akan meningkat jika pada siang hari cuaca
panas dan dalam keadaan pasang. Salinitas air tanah lebih rendah dari salinitas air
air seperti bola pimpong. Tentukan jarak antara dua titik sejauh 1m, kemudian
bola pimpong dijatuhkan pada titik pertama (A1) dan dibiarkan sampai ke titik
Kecepatan di peroleh dengan jarak yang ditempuh dibagi dengan waktu yang
memiringkan botol sehingga air masuk melalui sisi mulut botol dan jangan
2) Kemudian botol dibuka dan ditambahkan 1-2 ml larutan MnSO 4 pekat dan 1-
endapan.
3) Selanjutnya botol dibuka dan ditambahkan 1-2 H 2SO4 pekat dan botol ditutup
dalam Erlenmeyer.
pucat.
5) Selanjutnya ditambahkan 1-3 tetes larutan amilun 1 % dalam sampel air dan
akan terlihat warna sampel air menjadi biru. Kemudian titrasi diteruskan
keterangan :
DO = Oksigen Terlarut (mg/l)
N = Normalitas larutan natrium thiosulfat (ck/L) (Suin, Syafinah 2006).
3. Di laboratorium
standar, panjang moncong, tinggi sirip punggung atau tinggi batang ekor.