Anda di halaman 1dari 42

Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang secara
signifikan akan meningkatkan risiko penyakit jantung, otak, ginjal, dan penyakit
lainnya. Seringkali, penderita hipertensi tidak menunjukkan gejala (asimptomatik),
sehingga penyakit ini baru disadari bila telah menimbulkan gangguan fungsi organ
lainnya. Penyakit hipertensi disebut sebagai “silent killer”, karena sebagian besar
penderita hipertensi tidak sadar karena tidak bergejala, sehingga penting
pemeriksaan tekanan darah dilakukan secara reguler. Penyakit hipertensi dapat
menyebabkan komplikasi yang berbahaya pada jantung, karena peningkatan
tekanan darah akan menyebabkan pengerasan pembuluh darah, menurunkan aliran
darah dan oksigen ke jantung. Sehingga peningkatan tekanan darah dan penurunan
aliran darah dapat menyebabkan nyeri dada (angina), serangan jantung, gagal
jantung, dan aritmia (denyut jantung yang ireguler).1,2
Menurut Badan Kesehatan Dunia, prevalensi penyakit hipertensi
bergantung dengan kelompok pendapatan negara dan daerah. Peningkatan kasus
hipertensi pada orang dewasa terjadi dari tahun 1975 hingga 2015 sebesar 536 juta
penduduk, dan peningkatan tersebut terjadi paling banyak pada negara-negara
dengan pendapatan sedang hingga rendah. Menurut Badan Kesehatan Dunia pada
tahun 2015, satu dari empat laki-laki dan 1 dari lima perempuan memiliki penyakit
hipertensi. Komplikasi terbanyak yang dapat terjadi akibat hipertensi adalah
penyakit stroke dan jantung, dan terhitung kematian akibat hipertensi sebanyak 9,4
juta diseluruh dunia setiap tahunnya. Salah satu dari target global untuk penyakit
tidak menular adalah untuk menurunkan prevalensi hipertensi sebesar 25 % pada
tahun 2025.1,2
Menurut Laporan Nasional Riskesdas tahun 2013 prevalensi hipertensi di
Indonesia berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk umur ≥ 18 tahun sebesar
25,8%, terjadi peningkatan pada tahun 2018 sebesar 34,11%. Penderita hipertensi
ditemukan paling banyak pada kelompok umur 35 hingga 44 tahun sebesar 144.578

1
orang (45,32%). Selanjutnya paling banyak pada perempuan sebesar 331.051 orang
(36,85%). Kemudian ditemukan pada kelompok yang tidak bekerja sebesar 196.220
orang (39,73%). Penderita hipertensi ditemukan pada kelompok yang tinggal pada
daerah perkotaan sebesar 364.630 orang (34,43%).3,4
Menurut Laporan Nasional Riskesdas tahun 2018, proporsi minum obat anti
hipertensi di Indonesia secara rutin pada penduduk umur ≥ 18 tahun sebesar
54,40%, secara tidak rutin sebesar 32,27%, dan tidak minum obat anti hipertensi
sebesar 13,33%. Proporsi alasan tidak minum obat secara rutin pada penduduk
umur ≥ 18 tahun dengan Hipertensi karena sering lupa (sebesar 11,5%), obat tidak
tersedia (sebesar 2,0%), mengonsumsi obat tradisional (sebesar 14,5%), tidak tahan
dengan efek samping obat (sebesar 4,5%), tidak mampu beli obat rutin (sebesar
8,1%), tidak rutin berobat (sebesar 31,3%), merasa sudah sehat (sebesar 59,8%),
dan alasan lainnya (sebesar 12,5%).3
Menurut Laporan Nasional Riskesdas tahun 2018, proporsi mengukur
tekanan darah di Indonesia secara rutin pada penduduk umur ≥ 18 tahun sebesar
12,0%, yang kadang-kadang mengukur tekanan darah sebesar 47,0%, dan yang
tidak mengukur tekanan darah sebesar 41,0%. Proporsi mengukur tekanan darah
secara tidak rutin pada kelompok jenis kelamin laki-laki sebesar 50,9%. Proporsi
mengukur tekanan darah secara tidak rutin pada kelompok pendidikan tidak/ belum
pernah sekolah sebesar 44,6%. Proporsi mengukur tekanan darah secara tidak rutin
pada kelompok yang tinggal di perdesaan sebesar 44,0%.3
Berdasarkan data Laporan Nasional Riskesdas tahun 2018, prevalensi
hipertensi pada Provinsi Jawa Barat berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk
umur ≥ 18 tahun sebesar 39,60%. Proporsi minum obat anti hipertensi pada Provinsi
Jawa Barat secara rutin sebesar 55,12%, kemudian yang tidak rutin sebesar 32,54%,
dan yang tidak minum obat 12,34%. Proporsi alasan tidak minum obat secara rutin
pada Provinsi Jawa Barat dikarenakan tidak rutin berobat (sebesar 37,7%) dan
merasa sudah sehat (sebesar 55,2%). Proporsi mengukur tekanan darah secara tidak
rutin di Provinsi Jawa Barat sebesar 41,0%.3
Berdasarkan data profil kesehatan Provinsi Jawa Barat pada tahun 2016,
menemukan bahwa prevalensi hipertensi terhadap penduduk usia ≥ 18 tahun

2
berdasarkan pemeriksaan tekanan darah di Puskesmas, tingkat Kabupaten
Karawang adalah sebesar 0,9%. Data hipertensi di Kabupaten Karawang tahun
2017 sebanyak 15,83%. Program PTM dalam pemeriksaan hipertensi merupakan
program baru sehingga dalam operasional kegiatan masih belum menunjukkan
aktivitas yang optimal. Cakupan pelayanan kesehatan penderita hipertensi di
Puskesmas DTP Klari belum mencapai target 34,5%. Oleh karena masih kurangnya
pelayanan hipertensi yang sesuai di wilayah kerja UPTD Puskesmas DTP Klari,
sehingga perlu dilakukan evaluasi program untuk mengetahui keberhasilan
program pelayanan kesehatan bagi penderita hipertensi di UPTD Puskesmas DTP
Klari Periode Januari 2019 sampai dengan September 2019.3-5

1.2 Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat disimpulkan permasalahan sebagai


berikut :
1. Badan kesehatan dunia menyatakan terjadinya peningkatan kasus hipertensi
pada orang dewasa terjadi dari tahun 1975 hingga 2015 sebesar 536 juta
penduduk, dan peningkatan tersebut terjadi paling banyak pada negara-
negara dengan pendapatan rendah hingga sedang.
2. Badan kesehatan dunia menyatakan bahwa satu dari empat laki-laki dan satu
dari lima perempuan memiliki hipertensi.
3. Telah terhitung kematian akibat hipertensi sebanyak 9,4 juta diseluruh dunia
setiap tahunnya, dimana komplikasi terbanyak adalah penyakit stroke dan
jantung.
4. Telah terjadi peningkatan prevalensi hipertensi berdasarkan laporan
Riskesdas tahun 2013 dibandingkan tahun 2018 sebesar 8,31%. Dimana
menurut Riskesdas tahun 2018 prevalensi hipertensi di Indonesia
berdasarkan hasil pengukuran umur ≥ 18 tahun sebesar 34,11%.
5. Proporsi mengukur tekanan darah pada penduduk di Indonesia umur ≥ 18
tahun yang tidak mengukur tekanan darah sebesar 41,0%, dimana
ditemukan paling banyak pada kelompok yang tidak/belum pernah sekolah

3
sebesar 44,6%, dan pada kelompok yang tinggal diperdesaan sebanyak
44,0%.
6. Berdasarkan data laporan nasional riskesdas tahun 2018 menyatakan
prevalensi hipertensi pada Provinsi Jawa Barat berdasarkan hasil
pengukuran penduduk umur ≥ 18 tahun sebesar 39,60%. Dimana proporsi
mengukur tekanan darah secara tidak rutin sebesar 41,0%.
7. Berdasarkan data profil kesehatan Provinsi Jawa Barat pda tahun 2016,
menyatakan prevalensi hipertensi terhadap penduduk usia ≥ 18 tahun
berdasarkan pemeriksaan tekanan darah di Puskesmas, tingkat Kabupaten
Karawang adalah sebesar 0,9%.
8. Program PTM dalam pemeriksaan hipertensi merupakan program baru
sehingga dalam operasional kegiatan masih belum menunjukkan aktivitas
yang optimal.
9. Cakupan pelayanan kesehatan penderita hipertensi di Puskesmas DTP Klari
belum mencapai target.

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui tingkat keberhasilan program pelayanan kesehatan penderita
hipertensi di Puskesmas Kecamatan Klari Periode Januari 2019 sampai dengan
September 2019 dengan pendekatan sistem.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Diketahuinya cakupan kinerja dlam memberikan pelayanan bagi
penderita hipertensi yang dilayani sesuai standar pada semua kelompok
umur.
2. Diketahuinya pengadaan obat hipertensi oleh puskesmas.

4
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Evaluator
1. Mempunyai pengalaman dan pengetahuan tentang evaluasi program
pelayanan kesehatan penderita hipertensi dengan pendekatan sistem.
2. Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh saat kuliah dan
membandingkan dengan keadaan sebenarnya di dalam masyarakat.
3. Mengembangkan kemampuan minat dan bakat dalam mengevaluasi
program Puskesmas dan berpikir secara ilmiah.
1.4.2 Bagi Perguruan Tinggi
1. Mengamalkan Tri Dharma Perguruan Tinggi dalam melaksanakan
fungsi atau tugas perguruan tinggi sebagai lembaga yang
menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian bagi
masyarakat.
2. Mewujudkan kampus sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya
di bidang kesehatan.
1.4.3 Bagi Puskesmas
1. Mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam program Puskesmas
dan pemecahan masalahnya.
2. Memperoleh masukan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan bagi
masyarakat khususnya pada program pelayanan kesehatan penderita
hipertensi.
1.4.4 Bagi Masyarakat
1. Mendapatkan pelayanan yang lebih baik dari Puskesmas.
2. Memperoleh pelayanan dan pembinaan mengenai program pelayanan
kesehatan penderita hipertensi sehingga meningkatkan peran serta
masyarakat dalam ikut melaksanakan program tersebut.

1.5 Sasaran
Sasaran dalam program pelayanan kesehatan penderita hipertensi adalah
seluruh penduduk di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Klari pada semua umur
periode Januari 2019 hingga September 2019.

5
Bab II
Materi dan Metode

2.1 Materi
Materi yang dievaluasi dalam program ini terdiri dari laporan bulanan dan
catatan kegiatan Puskesmas mengenai program pelayanan kesehatan penderita
hipertensi di wilayah kerja UPTD Puskesmas DTP Klari Periode Januari 2019
sampai dengan September 2019 yang berisi : catatan surveilans pelayanan penyakit
tidak menular berbasis puskesmas pada semua umur, laporan distribusi pengadaan
obat hipertensi, pencatatan dan pelaporan.

2.2 Metode
Evaluasi program ini dilaksanakan dengan pengumpulan data, analisis data,
dan pengolahan data sehingga dapat digunakan untuk menjawab permasalahan
pelaksanaan program pelayanan kesehatan penderita hipertensi di UPTD
Puskesmas DTP Klari Periode Januari 2019 sampai dengan September 2019 dengan
cara membandingkan cakupan laporan bulanan program pelayanan kesehatan
penderita hipertensi terhadap tolok ukur yang telah ditetapkan dan menemukan
penyebab masalah dengan menggunakan pendekatan sistem.

6
Bab III

Kerangka Teoritis

3.1 Bagan Sistem

Gambar 3.1. Skematik pendekatan sistem dengan eleman-elemen saling


berhubungan

Gambar di atas menerangkan sistem dengan definisi menurut Ryans adalah


gabungan dari elemen-elemen yang saling dihubungkan oleh suatu proses atau
struktur dan berfungsi sebagai satu kesatuan organisasi dalam upaya menghasilkan
sesuatu yang telah ditetapkan. Elemen-elemen tersebut adalah :

1. Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam
sistem dan yang diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut.
2. Proses (process) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam
sistem dan yang berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran
yang direncanakan.
3. Keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan
dari berlangsungnya proses dalam sistem.
4. Lingkungan (environment) adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola
oleh sistem tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem.

7
5. Umpan balik (feed back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang
merupakan keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi
sistem tersebut.
6. Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu
sistem.

3.2 Tolok Ukur Keberhasilan


Tolok ukur keberhasilan terdiri atas variabel-variabel : masukan, proses,
keluaran, lingkungan, umpan balik dan dampak yang digunakan sebagai
pembanding atau target yang harus dicapai dalam Program Pelayanan Kesehatan
Penderita Hipertensi yang dikeluarkan oleh Peratutran Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 43 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan dan yang dikeluarkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu
Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan.6,7

8
Bab IV
Penyajian Data

4.1 Sumber Data


Sumber data sekunder diperoleh dari :
 Laporan Surveilans Pelayanan Penyakit Tidak Menular (PTM) UPTD
Puskesmas DTP Klari Periode Januari sampai dengan September 2019.
Sumber data tersier diperoleh dari:

 Profil UPTD Puskesmas DTP Klari Tahun 2018.


 Laporan Tahunan UPTD Puskesmas DTP Klari Tahun 2018.
 Laporan Penilaian Kinerja Puskesmas (PKP) Klari Tahun 2018.
 Laporan Data Dasar Penyehatan Lingkungan Tahun 2018.
 Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat Periode Januari 2019
sampai dengan September 2019.

4.2 Data Umum


4.2.1 Data Geografis
1) Lokasi Puskesmas
Lokasi unit pelaksana teknis dinas (UPTD) Puskesmas dengan tempat
perawatan (DTP) PONED Kecamatan Klari terletak di jalur Ring Road atau
Jalan Provinsi yaitu Jalan Raya Kosambi. Komplek UPTD Puskesmas DTP
PONED Klari terletak di desa Duren dan berada di depan kantor kepala desa
Duren di samping kiri kantor Kecamatan Klari, di belakang terdapat TK
Mawar dan di samping kanan rumah penduduk. UPTD Puskesmas DTP
PONED Klari merupakan puskesmas induk dengan luas wilayah 2.563,90
Ha yang terdiri dari tanah darat 2.123 Ha dan 440,90 Ha adalah persawahan.
Secara administratif UPTD Puskesmas DTP PONED Klari berbatasan
dengan:
a. Sebelah utara : wilayah kerja Puskesmas Malajaya.

9
b. Sebelah selatan : wilayah kerja Puskesmas Ciampel dan Puskesmas
Curug.
c. Sebelah timur : wilayah kerja Puskesmas Purwasari.
d. Sebelah barat : wilayah kerja Puskesmas Anggadita.
2) Wilayah Administrasi
UPTD Puskesmas DTP Klari memiliki wilayah kerja terdiri dari 8
Desa (Desa Duren, Desa Pancawati, Desa Walahar, Desa Kiarapayung,
Desa Sumurkondang, Desa Cibalongsari, Desa Klari, dan Desa
Belendung), 69 dusun, 67 RW dan 314 RT dengan jarak desa terjauh 6,6
km dari Puskesmas Klari dengan waktu tempuh 16 menit menggunakan
roda dua dan 30 menit menggunakan roda empat.

4.2.2 Geologi
Wilayah kerja UPTD Puskesmas DTP Klari, Kabupaten Karawang
berada pada wilayah dataran rendah.

4.2.3 Iklim
Sesuai dengan bentuk morfologinya, Klari merupakan dataran rendah
dengan temperatur udara rata-rata 26-310C. Tekanan udara rata-rata 0,01
milibar, penyinaran matahari 66% dan kelembaban 80%. Curah hujan
tahunan berkisar antara 1.100-3.200 mm/tahun. Pada bulan Januari sampai
April beriup angin muson laut dan sekitar bulan Juni bertiup angin muson
tenggara. Kecepatan angin antara 30-35 km/jam, lamanya tiupan rata-rata
5-7 jam.

4.2.4 Data Demografi (Data lengkap Terdapat pada Lampiran III)


a) Jumlah penduduk wilayah kerja UPTD Puskesmas DTP PONED Klari
pada tahun 2019 adalah 99.699 jiwa dengan jumlah laki-laki yaitu
50.305 jiwa dan perempuan yaitu 49.494.

10
 Jumlah RW : 67 RW
 Jumlah RT : 314 RT
 Jumlah penduduk laki-laki : 50.305 orang
 Jumlah penduduk perempuan : 49.494 orang
 Jumlah KK : 35.781 KK
 Jumlah rumah : 31.300 rumah
b) Jumlah penduduk rentan di Wilayah Klari tahun 2019 terdiri dari :
 Jumlah ibu hamil : 2.209 orang
 Jumlah ibu nifas : 2.230 orang
 Jumlah bayi : 2.218
 Jumlah neonatus : 2.217 orang
 Jumlah balita : 7.927 orang
c) Jumlah desa yang termasuk dalam wilayah kerja UPTD Puskesmas
DTP Klari adalah 8 desa dengan luas wilayah ± 2.563 Ha,
d) Sebagian besar penduduk tidak/belum tamat SD sebesar 25,4% (11.905
orang)
e) Sebagian besar penduduk mempunyai mata pencaharian sebagai
karyawan swasta/pabrik sebesar 41,65% (22.697 orang).

4.2.5 Transportasi
Saat ini sudah ada transportasi umum roda empat yang mencakup
wilayah kerja Puskesmas Klari, karena adanya perbaikan sarana jalan cor
yang dilakukan oleh pemerintah daerah, kedelepan desa tersebut dapat
dicapai dengan keadaan roda dua dan roda empat pribadi. Untuk mencapai
Puskesmas Klari, waktu tempuh berkisar antara 1 menit (Desa Duren)
hingga 16 menit (Desa Belendung), dengan biaya menggunakan ojek
sebesar Rp 20.000,- (Desa Blendung). Data lengkap terdapat pada Lampiran
III tabel 5.

11
4.2.6 Jenis sarana kesehatan
Jenis sarana kesehatan yang tersedia di wilayah kerja Puskesmas Klari,
antara lain : Puskesmas pembantu 2 buah, Praktek perorangan terdiri dari
dokter umum 6 orang dan bidan 26 orang. Kemudian ada klinik 24 jam 9
buah dan Klinik bersalin 3 buah. (Data lengkap terdapat pada Lampiran III
tabel 6)

4.3 Data Khusus


4.3.1 Masukan
1) Tenaga
 Penanggung jawab Program 1 orang sebagai koordinator program
PTM dan P2M sekaligus pelaksana program.
 Pelatihan Bidan desa. Dilakukan pelatihan bidan desa tentang
penanganan penderita hipertensi melalui pelatihan petugas pelaksana
Balai Pengobatan Umum (BPU) atau Lansia atau Puskesmas Keliling
sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan sebanyak 1 kali pertahun.
Kegiatan tersebut telah dilaksanakan pada bulan Juni 2019, dimana
terdapat pelatihan yang diberikan oleh pelaksana program Puskesmas
Keliling, tetapi tidak terdapat laporan kegiatan pelatihan kader
sehingga data tidak diberikan kepada evaluator.
 Pelatihan kader. Dilakukan penjadwalan pelatihan kader tentang
penanganan penderita hipertensi melalui kegiatan penataran kader
Posbindu Lansia sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan
sebanyak 1 kali per tahun pada bulan Mei 2019, untuk meningkatkan
kemampuan para kader dalam mengatasi secara dini penderita
hipertensi. Tetapi tidak terdapat laporan kegiatan pelatihan kader di
bulan Mei tidak diberikan kepada evaluator.

12
2) Dana
 Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) :Tidak ada (tidak diajukan)
 Tunai : Ada
 Non Tunai : Ada
 Askes/ Kapitasi : Ada

3) Sarana di puskesmas
a) Distribusi logistik
 Tersedia alat kesehatan untuk pelayanan kesehatan penderita
hipertensi seperti :
a. Balai pengobatan umum : terdapat dua tensimeter digital serta
dua stetoskop.
b. Usaha kesehatan lansia : terdapat tiga tensimeter digital serta
dua stetoskop.
c. Pusling : menggunakan alat dari program usaha kesehatan
lansia.
d. Pengadaan Kit Posbindu PTM sesuai Permenkes yang berlaku
sebagai sarana dan prasarana PTM.
e. Formulir pendataan untuk skrining PTM, bertujuan untuk
mendata pelayanan kesehatan bagi penderita hipertensi sesuai
standar.
f. Formulir rujukan terutama untuk kasus hipertensi sesuai
kriteria rujukan.
g. Ketersediaan media edukasi dan KIE sebagai sarana dan
prasarana untuk memberikan informasi kesehatan edukatif
pada penderita hipertensi, yang saat ini tersedia dalam bentuk
leaflet.
h. Tersedia obat anti hipertensi seperti amlodipin, captopril,
furosemide, dan nifedipin di Puskesmas.

13
4) Metode
a) Pelayanan Kesehatan Penderita Hipertensi6,7
Pelayanan kesehatan penderita hipertensi diberikan oleh petugas
kesehatan puskesmas (dokter, paramedik terlatih) sewaktu penderita
hipertensi datang berobat di BPU dan Pustu setiap hari kerja, Pusling setiap
jadwal ditentukan, unit pelayanan kesehatan Lansia setiap hari Sabtu, dan
pelaksanaan kegiatan PROLANIS setiap satu bulan sekali.
b) Mekanisme Pelayanan6,7
Pelayanan kesehatan penderita hipertensi sesuai standar meliputi
kegiatan :
1. Pengukuran tekanan darah dilakukan minimal satu kali sebulan di
fasilitas pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh dokter atau tenaga
kesehatan yang berkompeten atau yang terlatih,
2. Edukasi perubahan gaya hidup dan/atau kepatuhan minum obat yang
dilakukan oleh dokter atau tenaga kesehatan yang berkompeten atau
terlatih,
3. Melakukan rujukan jika diperlukan, dan
4. Penambahan layanan terapi farmakologi pada penderita dengan tekanan
darah sewaktu (TDS) lebih dari 140 mmHg yang diberikan oleh dokter.
c) Standar Pelayanan Kesehatan Penderita Hipertensi6,7
1. Mengikuti Panduan Praktik Klinik Bagi Dokter di Fasilitas kesehatan
tingkat pertama (FKTP).
2. Pelayanan kesehatan sesuai standar diberikan kepada penderita
hipertensi di FKTP.
3. Pelayanan kesehatan hipertensi sesuia standar meliputi kegiatan
pemeriksaan dan monitoring tekanan darah, edukasi, pengaturan diet
seimbang, aktivitas fisik, dan pengelolaan farmakologis.
4. Pelayanan kesehatan berstandar ini dilakukan untuk mempertahankan
tekanan darah pada < 140/90 mmHg untuk penderita hipertensi usia
dibawah 60 tahun, dan < 150/90 mmHg untuk penderita hipertensi usia

14
diatas 60 tahun, untuk mencegah terjadinya komplikasi jantung, stroke,
diabetes melitus, dan penyakit ginjal kronis.
5. Selama menjalani pelayanan kesehatan sesuai standar, jika tekanan
darah penderita hipertensi tidak bisa dipertahankan sebagaimana
dimaksud pada poin sebelumnya atau mengalami komplikasi (jantung,
stroke, penyakit ginjal kronis, dan diabetes melitus), maka penderita
perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat lanjut (FKTL) yang
berkompeten.

d) Penegakkan diagnosis pada pelayanan kesehatan penderita hipertensi


1. Diagnosis klinis
- Penegakan diagnosis klinis didasarkan pada hasil anamnesis dan
temuan pemeriksaan fisik yang sesuai dengan Panduan Praktek
Klinis pada FKTP tahun 2017.
- Pada hasil anamnesis akan ditemukan mulai dari yang tidak
bergejala sampai dengan bergejala. Keluhan hipertensi antara lain
sakit / nyeri kepala, gelisah, jantung berdebar-debar, pusing, leher
kaku, penglihatan kabur, dan rasa sakit di dada.
- Ditemukannya faktor risiko yang dibedakan dalam dua kelompok,
yaitu kelompok yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat
dimodifikasi. Dimana hal yang tidak dapat dimodifikasi adalah
umur, jenis kelamin, riwayat hipertensi, dan riwayat penyakit
kardiovaskular dalam keluarga. Sementara faktor risiko yang
dapat dimodifikasi, yaitu riwayat pola makan (konsumsi garam
berlebih), konsumsi alkohol berlebih, aktivitas fisik kurang,
kebiasaan merokok, obesitas, dislipidemia, diabetes melitus,
psikososial, dan stres
2. Pada pemeriksaan fisik ditemukan peningkatan tekanan darah sesuai
kriteria JNC VII.

15
Tabel 4.1 Klasifikasi Tekanan Darah Berdasarkan JNC VII 20038

Klasifikasi TD Sistolik TD Diastolik

Normal < 120 mmHg < 80 mmHg

Pre-hipertensi 120-139 mmHg 80-89 mmHg

Hipertensi stage-1 140-159 mmHg 80-99 mmHg

Hipertensi stage-2 ≥ 160 mmHg ≥ 100 mmHg

e) Rencana penatalaksanaan komprehensif


Peningkatan tekanan darah dapat dikontrol dengan perubahan gaya
hidup dan bila diberikan obat anti hipertensi, penderita hipertensi harus
diberikan pengertian bahwa pengobatan ini jangka panjang. Kontrol
pengobatan dilakukan setiap 2 minggu atau 1 bulan untuk mengoptimalkan
hasil pengobatan.8
- Tatalaksana non farmakologis
Modifikasi gaya hidup dapat dianjurkan pada penderita hipertensi
karena telah terbukti dapat menurunkan tekanan darah, dan secara umum
sangat menguntungkan dalam menurunkan risiko permasalahan
kardiovaskular. Pada pasien hipertensi stage-1 tanpa faktor risiko
kardiovaskular lainnya, maka strategi pola hidup sheat merupakan
tatalaksana awal, yang harus dijalani setidaknya selama empat hingga enam
bulan. Bila dalam jangka waktu tersebut tidak didapatkan penurunan
tekanan darah yang diharapkan atau bila didapatkan faktor risiko
kardiovaskular lainnya, maka sangat dianjurkan untuk memulai terapi
farmakologis.8,9

16
Tabel 4.2 Modifikasi gaya hidup8

Modifikasi Rekomendasi Rerata penutunan TDS


Jaga berat badan ideal
Penurunan berat badan 5-20 mmHg / 10 kg
(BMI : 18,5 – 24,9 kg/m2)
Diet kaya buah, sayura,
Dietary approaches to produk rendah lemak
stop hypertension dengan jumlah lemak 8-14 mmHg
(DASH) total dan lemak jenuh
yang rendah
Kurangi hingga < 100
mmol per hari (2,0 g
Pembatasan intake
natrium atau 5 g natrium 4-9 mmHg
natrium
klorida atau satu sendok
teh garam perhari)
Aktivitas fisik aerobik
yang teratur (misalnya
jalan cepat) selama 30
Aktivitas fisik aerobik 4-9 mmHg
menit sehari yang
dilakukan setiap hari
dalam seminggu.
Laki-laki : dibatasi hingga
< 2 kali per hari.
Pembatasan konsumsi
alkohol Wanita dan orang yang 2-4 mmHg
lebih kurus : dibatasi
hingga < 1 kali per hari.

- Tatalaksana farmakologis
1. Hipertensi tanpa compelling indication
- Hipertensi stage-1 dapat diberikan :
a. Diuretik (HCT 12,5 hingga 50 mg/hari; furosemide 2 x 20-
80 mg/hari), atau
b. Penghambat ACE (Captopril 2x25-100 mg/hari; enalapril 1-
2x2,5-40 mg/hari), atau

17
c. Penyekat reseptor beta /ARB (Atenolol 25-100mg/hari dosis
tunggal), atau
d. Penghambat calsium / CCB (Amlodipin 1x2,5-10 mg/hari;
nifedipin long acting 30-60 mg/hari), atau
e. Kombinasi obat anti hipertensi.
- Hipertensi stage-2 dapat diberikan :
Mulai dengan kombinasi dua antihipertensi misalnya antara
golongan diuretik dengan penghambat ACE atau dengan penyekat reseptor
beta atau penghambat kalsium. Dan sebaiknya pemilihan obat
antihipertensi yang diminum sekali sehari atau maksimum dua kali sehari.

2. Hipertensi compelling indication


Bila target tidak tercapai maka dilakukan optimalisasi dosis atau
ditambahkan obat lain sampai target tekanan darah tercapai (sebaiknya
merujuk ke dokter spesialis).

f) Pencatatan dan pelaporan


Pencatatan dilakukan saat register penderita hipertensi menurut
wilayah kerja FKTP yang datang berobat ke Puskesmas. Pencatatan
laporan harian dan direkap dalam laporan mingguan. Kemudian, hasil
pelayanan kesehatan penderita hipertensi, dicatat dalam formulir Sistem
Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) yang dilakukan
setiap hari kerja pada jam kerja oleh petugas. Hasil pencatatan dilaporkan
ke Dinas Kesehatan setiap bulannya dalam bentuk laporan surveilans
penyakit PTM berbasis FKTP.
4.3.2 Proses
a) Perencanaan
Perencanaan yang diberikan kepada evaluator di Puskesmas Klari
tidak mengikuti kaidah perencanaan yang baik selain karena tidak
diberikan dalam bentuk tertulis, tidak ditandatangani oleh kepala
Puskesmas dan juga tidak terdapat 5W+1H didalamnya. Berikut adalah

18
perencanaan yang didapat evaluator dengan cara melihat keadaan
Puskesmas Klari dan mewawancarai petugas kesehatan terkait.
Perencanaan pelayanan kesehatan penderita hipertensi akan dilakukan
di BPU dan Pustu setiap hari pada jam kerja, kemudian Posbindu dan
Pusling sesuai dengan jadwal dengan bidan serta kader desa, diikuti
dengan Pelayanan kesehatan lansia dilakukan setiap hari Sabtu, serta
kegiatan PROLANIS yang dilaksanakan setiap satu bulan sekali.
Perencanaan penegakkan diagnosis dan tatalaksana hipertensi akan
dilakukan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik oleh petugas
kesehatan di BPU dan Pustu setiap hari pada jam kerja, kemudian
Posbindu dan Pusling sesuai dengan jadwal dengan bidan serta kader desa,
diikuti dengan Pelayanan kesehatan lansia dilakukan setiap hari Sabtu,
serta kegiatan PROLANIS yang dilaksanakan setiap satu bulan sekali yang
dilakukan sesuai SOP (Standar Operasional Prosedur).
Perencanaan surveilans PTM berbasis FKTP yaitu pengumpulan data
pelayanan kesehatan penderita hipertensi secara terus menerus, yang
didapat dari laporan harian, dimana pencatatan dilakukan setiap saat
terhadap penderita hipertensi yang datang berobat di BPU dan Pustu setiap
hari pada jam kerja, kemudian Posbindu dan Pusling sesuai dengan jadwal
dengan bidan serta kader desa, diikuti dengan Pelayanan kesehatan lansia
dilakukan setiap hari Sabtu dan dilaporkan ke Puskesmas Kecamatan
dalam laporan mingguan. Dilaporkan ke Dinas Kesehatan tiap bulannya
dalam bentuk laporan bulanan.
Perencanaan distribusi logistik dimulai dari pemberian obat anti
hipertensi seperti amlodipin, captopril, furosemide, dan nifedipin di
Puskesmas, dan selama kegiatan Posbindu dan Pusling sesuai dengan
jadwal dengan bidan serta kader desa, diikuti dengan Pelayanan kesehatan
lansia dilakukan setiap hari Sabtu, serta kegiatan PROLANIS yang
dilaksanakan setiap satu bulan sekali.
Perencanaan penyuluhan / edukasi tentang pelayanan kesehatan bagi
penderita hipertensi dilakukan saat penderita hipertensi yang datang

19
berobat di BPU dan Pustu setiap hari pada jam kerja, kemudian Posbindu
dan Pusling sesuai dengan jadwal dengan bidan serta kader desa, diikuti
dengan Pelayanan kesehatan lansia dilakukan setiap hari Sabtu.
Tidak adanya perencanaan tertulis mengenai jadwal pelayanan
puskesmas keliling dan posbindu Puskesmas Kecamatan Klari.
Perencanaan pencatatan dan pelaporan yang direkapitulasi oleh
Koordinator PTM. Hasil penemuan pelayanan kesehatan penderita
hipertensi kemudian dicatat dalam form SP2TP berupa laporan mingguan.
Pelaporan ke Dinas Kesehatan setiap bulannya dalam bentuk laporan
bulanan.
b) Pengorganisasian
Terdapat struktur organisasi tertulis dan ada pembagian tugas dan
tanggung jawab yang jelas dan tertulis (Lampiran IV). Walau begitu,
pengorganisasian pada program PTM, terutama pelayanan kesehatan
penderita hipertensi tidak ada dalam bentuk tertulis.
c) Pelaksanaan
Pelayanan kesehatan penderita hipertensi dilakukan di BPU dan Pustu
setiap hari pada jam kerja, kemudian Posbindu dan Pusling sesuai dengan
jadwal dengan bidan serta kader desa, diikuti dengan Pelayanan kesehatan
lansia dilakukan setiap hari Sabtu, serta kegiatan PROLANIS yang
dilaksanakan setiap satu bulan sekali.
Terlaksananya penetapan diagnosis sesuai SOP yang dilakukan di BPU
dan Pustu setiap hari pada jam kerja, kemudian Posbindu dan Pusling sesuai
dengan jadwal dengan bidan serta kader desa, diikuti dengan Pelayanan
kesehatan lansia dilakukan setiap hari Sabtu, serta kegiatan PROLANIS
yang dilaksanakan setiap satu bulan sekali.
Pengobatan berdasarkan SOP yang dilakukan di BPU dan Pustu setiap
hari pada jam kerja, kemudian Posbindu dan Pusling sesuai dengan jadwal
dengan bidan serta kader desa, diikuti dengan Pelayanan kesehatan lansia
dilakukan setiap hari Sabtu, serta kegiatan PROLANIS yang dilaksanakan
setiap satu bulan sekali. Evaluator tidak mendapatkan data harian lengkap

20
diagnosis dan pelayanan kesehatan penderita hipertensi berdasarkan derajat
dan komplikasinya.
Pada surveilans PTM berbasis FKTP, terlaksananya pengumpulan data
pelayanan kesehatan penderita hipertensi di sarana kesehatan dan kader
yang dikumpulkan dalam bentuk laporan harian, mingguan dan bulanan.
Tetapi data dari fasilitas kesehatan lainnya tidak ada, sehingga data belum
lengkap.
Pada distribusi logistik, dilaksanakan pemberian pemberian obat anti
hipertensi seperti amlodipin, captopril, furosemide, dan nifedipin di
Puskesmas, dan selama kegiatan Posbindu dan Pusling sesuai dengan
jadwal dengan bidan serta kader desa, diikuti dengan Pelayanan kesehatan
lansia dilakukan setiap hari Sabtu, serta kegiatan PROLANIS yang
dilaksanakan setiap satu bulan sekali.
Penyuluhan kepada perorangan dilakukan setiap hari kerja di BPU dan
Pustu. Kemudian penyuluhan kelompok dilakukan kepada masyarakat
mengenai pelayanan kesehatan hipertensi dalam bentuk edukasi leaflet.
Pada kegiatan pelatihan kader dan bidan desa terlaksana sebanyak 1 kali
per tahun, yaitu pada bulan Mei dan Juni 2019. Walau begitu tidak ada
laporan tertulis mengenai kegiatan tersebut.
Pencatatan dan Pelaporan, terlaksananya pencatatan yang dicatat dalam
form SP2TP berupa laporan mingguan,dan dilaporkan ke Dinas Kesehatan
dalam bentuk laporan bulanan setiap bulannya oleh koordinator program
tiap bulan.

d) Pengawasan
Laporan dan rapat bulanan sebanyak 12 kali per tahun dan dilakukan
secara berjenjang di setiap jenjang administrasi yaitu Dinas Kesehatan
Provinsi, Kabupaten/Kota, dan Puskesmas.
Penilaian mengenai seluruh hasil kegiatan yang digunakan untuk
menentukan program tahun depan, diadakan 1 tahun sekali. Bila dalam
pengawasan ditemukan masalah, maka akan diberikan saran pemecahan

21
atau bimbingan kepada pengelola program PTM dalam pelayanan kesehatan
penderita hipertensi, agar kegiatan pelayanan kesehatan penderita hipertensi
dapat dilaksanakan sesuai rencana.

4.3.3 Keluaran
1. Cakupan kinerja pelayanan kesehatan penderita hipertensi
Capaian kinerja pemerintah kabupaten / kota dalam memberikan
pelayanan kesehatan sesuai standar bagi penderita hipertensi, dinilai
dari persentase jumlah penderita usia 15 tahun ke atas yang
mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar di wilayah kerjanya
dalam kurun waktu satu tahun.

Dimana jumlah penderita hipertensi ≥ 15 tahun yang


mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar dalam kurun waktu
satu tahun, yang terdiri dari pengukuran dan monitoring tekanan darah,
edukasi, dan terapi farmakologi.

Jumlah penderita hipertensi usia ≥ 15


tahun di dalam wilayah kerjanya yang
Persentase penderita mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
standar dalam kurun waktu satu tahun
hipertensi yang
mendapatkan
pelayanan kesehatan = X 100%
sesuai standar Jumlah estimasi penderita hipertensi usia
≥ 15 tahun di dalam wilayah kerjanya
berdasarkan angka prevalensi kab/kota
dalam kurun waktu satu tahun yang sama

450
Maka cakupan kinerja pelayanan hipertensi = 24308 × 100%

= 1,85 %

22
2. Laporan pengadaan obat antihipertensi di Puskesmas Klari
Tabel 4.3 Laporan penggunaan obat antihipertensi di Puskesmas Klari
tahun 2019
Jenis dan jumlah obat antihipertensi
Waktu per
Amlodipin Amlodipin Captopril Furosemide Nifedipin
bulan
5 mg 10 mg 25 mg 40 mg 10 mg
Januari 2019 300 740 128 35 0
Februari
1100 1650 650 45 0
2019
Maret 2019 204 577 371 266 0
April 2019 280 627 354 165 0
Mei 2019 650 550 410 165 0
Juni 2019 1396 326 348 35 0
Juli 2019 1115 435 333 32 0
Agustus 2019 873 900 1148 48 4
September
1123 876 324 31 0
2019
Sumber : Data apotik Puskesmas Klari tahun 2019

4.3.4 Lingkungan
a) Lingkungan Fisik
 Lokasi
Cukup strategis, RS rujukan berlokasi sekitar 4,4 km dari UPTD
Puskesmas DTP Klari dengan waktu tempuh kurang lebih 10 menit
kendaraan bermotor. Ada 1 lokasi desa yang cukup jauh, tetapi tidak
sulit untuk dijangkau yaitu Belendung.
 Transportasi
Tersedia sarana transportasi umum yang relatif murah seperti angkot
atau ojek. Dengan adanya perbaikan sarana jalan cor yang dilakukan
oleh pemerintah daerah, kedelapan desa dapat dicapai dengan
kendaraan roda dua dan roda empat pribadi. Di Puskesmas terdapat
1 ambulans yang siap pakai.
 Sarana air bersih (SAB)

23
Jumlah KK yang memiliki SAB adalah 24.636 atau 68,85% dari
seluruh jumlah KK. Sedangkan persentase SAB yang memenuhi
syarat adalah 24.114 atau 97,88% dari seluruh KK yang memiliki
SAB (Lampiran II Tabel 7).
 Sistem pembuangan sampah
Dari setiap rumah, penduduk memiliki total 31.308 system
pembuangan sampah. Pengelolaan sampah biasanya dilakukan
dengan dibuang ke tempat pembuangan sampah sebanyak 15.599
rumah (49,82%), dibakar sebanyak 10.797 (34,49%) rumah,
ditimbun sebanyak 4.126 rumah (13,18%), atau dibuang
sembarangan sebanyak 786 rumah (2,51%). Data lengkap terdapat
pada Lampiran II Tabel 8.
 Penyediaan jamban keluarga
Jumlah penduduk yang menggunakan jamban keluarga di UPTD
Puskesmas DTP Klari adalah sebanyak 30.255 (96,66%) dari total
31.300 rumah penduduk, dengan persentase jamban keluarga yang
memenuhi syarat adalah 28.187 atau 93,16% dari seluruh rumah
yang memiliki jamban keluarga (Lampiran II Tabel 9).
 Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)
Sebanyak 1.290 (4,26%) dari total keseluruhan rumah penduduk di
wilayah kerja UPTD Puskesmas DTP Klari yang memiliki SPAL,
dengan persentase SPAL yang memenuhi syarat adalah 1.241 rumah
atau 96,20% dari seluruh rumah yang memiliki SPAL. (Lampiran II
Tabel 9).
b) Lingkungan Non Fisik
 Tingkat pendidikan
Sebagian besar penduduk tidak/belum tamat SD (25,4%), memiliki
pendidikan terakhir SD/MI (23,6%), kemudian tidak/belum pernah
sekolah (22,9%), dilanjutkan SMP/MTS (14,7%), SMA/MA (6,4%),
D3/diploma (4,0%), dan sarjana (2,9%). Berdasarkan data tersebut

24
dapat disimpulkan bahwa mayoritas penduduk memiliki pendidikan
yang rendah (%).
 Sosial ekonomi
Sebagian besar penduduk memiliki mata pencaharian sebagai
karyawan swasta/pabrik (41,65%), disusul oleh pedagang (26,01%),
dan lain-lain/tidak bekerja sebesar (13,02%). Dari data tersebut
dapat disimpulkan bahwa proporsi terbesar penduduk adalah yang
pekerjaannya memberikan penghasilan yang pasti setiap bulannya.
 PHBS rumah tangga
Persentase rumah tangga yang melakukan PHBS masih tergolong
rendah, yaitu sebesar 13,1%.
4.3.5 Umpan Balik
 Didapat dari hasil pencatatan dan pelaporan yang lengkap dan sesuai
dengan waktu yang ditentukan akan dapat digunakan sebagai masukan
dalam pelayanan kesehatan penderita hipertensi.
 Pertemuan bulanan antara kepala puskesmas, koordinator PTM, dan
pelaksana harian.
 Pertemuan triwulanan membahas masalah dengan instansi lain dan juga
kader, kepala desa masyarakat, LSM.
4.3.6 Dampak
 Peningkatan angka pelayanan kesehatan penderita hipertensi di
Puskesmas Klari.
 Peningkatan derajat kesehatan sesuai Paradigma Sehat.

25
Bab V
Pembahasan

5.1 Masalah Menurut Variabel Keluaran


No. Variabel Tolok Ukur Pencapaian Masalah
Cakupan kinerja
1. pelayanan kesehatan 34,5% 1,85% 32,65%
penderita hipertensi

5.2 Masalah Menurut Variabel Masukan


No. Variabel Tolok Ukur Pencapaian Masalah
1. Tenaga : a. Terdapat a. Adanya a. (+)
a. Penanggung penanggung jawab rangkap b. (-)
jawab program. jabatan oleh
program b. Dilakukan pemegang
sekaligus penjadwalan program.
pelaksana pelatihan bidan dan b. Telah
program. kader desa guna dilakukan pada
b. Pelatihan meningkatkan bulan Mei dan
bidan desa pelayanan minimal Juni 2019.
dan kader 1 kali dalam satu
desa. tahun.
2. Dana a. BOK a. Tidak a. (+)
b. Tunai diajukan b. (-)
c. Non Tunai oleh c. (-)
d. Askes/Kapitasi pemegang d. (-)
program
b. Ada
c. Ada
d. Ada
3. Sarana Distribusi logistik Terlaksana (-)
kegiatan
pelayanan
4. Metode a. Pelayanan Seluruh (-)
kesehatan bagian
penderita program
hipertensi telah
b. Mekanisme dijalankan
pelayanan dengan
c. Standar pelayanan dibuktikan
kesehatan adanya
pencatatan

26
penderita laporan
hipertensi sebagian
d. Penegakkan kegiatan.
diagnosis
e. Rencana
penatalaksanaan
yang
komprehensif
f. Pencatatan dan
pelaporan.

5.3 Masalah Menurut Variabel Proses


No Masalah Tolok Ukur Pencapaian Masalah
1. Perencanaan Terdapat Tidak terdapat perencaan (+)
perencanaan tertulis sesuai kaidah
tertulis perencanaan menangani jadwal
mengenai kegiatan.
jadwal
kegiatan.
2. Pengorganisasian Terdapat Tidak dilakukannya pembagian (+)
pengaturan tugas secara terstruktur dan
dan adanya rangkap jabatan.
pembagian
tugas yang
teratur
3. Pelaksanaan - Pelayanan - Dilakukan pelayanan di BPU - (-)
kesehatan dan Pustu setiap hari di jam - (-)
hipertensi di kerja, Pusling dan Posbindu - (-)
BPU, Pustu, sesuai perjanjian dengan - (-)
Pusling, bidan dan kader desa. - (+)
Posbindu - Dilakukan anamnesis,
dan pemeriksaan fisik sesuai SOP
Prolanis. pelayanan kesehatan
- Penetapan penderita hipertensi.
diagnosis - Telah dilakukan pencatatan
dan dan terdapat bukti laporan
pemberian surveilans PTM.
terapi - Telah terlaksana distribusi
berdasarkan logistik selama kegiatan
SOP. pelayanan.
- Surveilans - Kurangnya dilakukan
PTM penyuluhan kelompok saat
- Distribusi pelayanan, tidak
logistik ditemukannya laporan

27
- Penyuluhan frekuensi penyuluhan pada
perorangan pelayanan program.
dan
kelompok
saat
pelayanan

28
Bab VI
Perumusan Masalah

Dari hasil pembahasan Evaluasi Program Pelayanan Kesehatan Penderita


Hipertensi di UPTD Puskesmas DTP Klari Periode Januari sampai dengan
September didapatkan beberapa masalah sebagai berikut :

6.1 Masalah pada Keluaran


a. Rendahnya cakupan kinerja pelayanan kesehatan penderita hipertensi sebesar
1,85% dari target 34,5%
6.2 Masalah pada Masukan
a. Tenaga

-. Struktur organisasi yang dibuat oleh Puskesmas belum mencantumkan tugas


masing-masing bagian dalam pelaksanaan program pelayanan kesehatan penderita
hipertensi. Tidak ditemukan pembagian yang jelas antara siapa yang akan
melakukan melaksanakan kegiatan pelayanan dan penyuluhan kelompok, karena
programmer berperan sebagai pemegang program juga pelaksana kegiatan.

b. Dana
-. Bantuan operasional kesehatan khusus program PTM tidak diajukan oleh
pemegang program, sehingga pelaksan program dilapangan menggunakan dana
pribadi dalam melaksanakan programnya.
6.3 Masalah pada Proses
a. Perencanaan
-. Tidak terdapat perencanaan tertulis sesuai kaidah perencanaan menangani jadwal
kegiatan.
b. Pengorganisasian
-. Tidak dilakukannya pembagian tugas secara terstruktur dan adanya rangkap
jabatan.

29
c. Pelaksanaan
-. Kurangnya dilakukan penyuluhan kelompok saat pelayanan, tidak ditemukannya
laporan frekuensi penyuluhan pada pelayanan program.
-. Kurangnya pencatatan hasil kegiatan baik di dalam maupun di luar gedung

30
Bab VII
Prioritas Masalah

7.1 Keterangan Masalah


“Rendahnya cakupan kinerja pelayanan kesehatan penderita hipertensi sebesar
1,85% dari target 34,5% (besar masalah 32,65%).”
Dengan demikian maka keterangan masalah menjadi prioritas masalah
dalam evaluasi program pelayanan kesehatan penderita hipertensi di UPTD
Puskesmas Klari Periode Januari sampai dengan September 2019.

31
Bab VIII
Penyelesaian Masalah

8.1 Rendahnya cakupan kinerja pelayanan kesehatan penderita hipertensi


sebesar 1,85% dari target 34,5%
Rendahnya cakupan kinerja pelayanan kesehatan penderita hipertensi
sebesar 1,85% dari target 34,5% (besar masalah 32,65%).
a. Penyebab :
-. Tidak ada perencanaan tertulis mengenai rencana kegiatan pelayanan kesehatan
penderita hipertensi dalam hal jadwal kegiatan, diluar pelayanan BPU dan Pustu.
-. Jumlah tenaga kesehatan dirasa cukup, namun kualifikasi mutu tenaga kesehatan
dalam menjalankan kegiatan program PTM masih kurang.
-. Belum diajukannya BOK untuk program pelatihan bidan dan kader desa, seerta
penganggaran dana untuk pengukuran faktor risiko khususnya pada penderita
hipertensi (penganggaran dana disediakan oleh pemegang program, pelaksana
program, dan masyarakat) pelayanan hipertensi.
-. Minimnya sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan.
-. Kurang dilakukan penyuluhan kelompok saat pelayanan, tidak ditemukannya
laporan frekuensi penyuluhan pada pelayanan program.

b. Penyelesaian masalah :

-. Membuat perencanaan pasti mengenai jadwal kegiatan yang memenuhi kaidah


perencanaan yaitu berisi 5W + 1 H serta dana yang dibutuhkan untuk setiap
kegiatan dan ditanda tangani oleh kepala Puskesmas.

-. Pelatihan terhadap pelaksana program guna meningkatkan mutu pelayanan


kesehatan penderita hipertensi bersama pemangku kebijakan terkait program PTM.

-. Pengajuan anggaran dana pada BOK untuk meningkatkan pelayanan kesehatan


penderita hipertensi terutama dalam pembentukan posbindu, pelatihan bagi bidan
desa dan kader desa, serta untuk pengukuran faktor risiko PTM.

32
-. Melengkapi sarana dan prasarana di Puskesmas maupun saat pelayanan di luar
gedung, dan melakukan pemeliharaan pada sarana logistik yang telah tersedia
(melakukan kalibrasi ulang pada alat tensi digital).
-. Menyusun materi penyuluhan yang menarik dan menyediakan alat peraga
penyuluhan seperti brosur, spanduk, presentasi power point, ataupun video supaya
lebih menarik minat dan lebih mudah dimengerti oleh penderita hipertensi.

33
Bab IX
Kesimpulan dan Saran

9.1 Kesimpulan

Dari hasil evaluasi program pelayanan kesehatan penderita Hipertensi yang


dilakukan dengan cara pendekatan sistem di Puskesmas Kecamatan Klari,
Kabupaten Karawang periode Januari 2019 sampai September 2019 didapatkan
data bahwa :
a. Cakupan kinerja pelayanan kesehatan penderita hipertensi sebesar
1,85% dari target 34,5%.
b. Struktur organisasi yang dibuat oleh Puskesmas belum mencantumkan
tugas masing-masing bagian dalam pelaksanaan program pelayanan
kesehatan penderita hipertensi.
c. Bantuan operasional kesehatan khusus program PTM tidak diajukan
oleh pemegang program, sehingga pelaksan program dilapangan
menggunakan dana pribadi dalam melaksanakan programnya.
d. Tidak terdapat perencanaan tertulis sesuai kaidah perencanaan
menangani jadwal kegiatan.
e. Kurangnya dilakukan penyuluhan kelompok saat pelayanan, tidak
ditemukannya laporan frekuensi penyuluhan pada pelayanan program.
f. Kurangnya pencatatan hasil kegiatan baik di dalam maupun di luar
gedung
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil pencapaian program
pelayanan kesehatan penderita Hipertensi di Puskesmas Kecamatan Klari belum
mencapai target yang telah ditentukan.

9.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran yang ditujukan kepada Kepala


Puskesmas Kecamatan Klari untuk penyelesaian masalah adalah sebagai berikut :

a. Dibutuhkan sistem penyimpanan data hasil kegiatan baik di dalam maupun

34
luar gedung secara harian dan penatalaksanaan penderita hipertensi
berdasarkan derajat dan kepatuhan minum obatnya, sehingga evaluasi
program pelayanan kesehatan penderita Hipertensi dapat dilakukan secara
maksimal kedepannya, hal ini guna untuk meningkatkan tingkat
keberhasilan program di masa yang akan datang.
b. Dibutuhkan pengawasan oleh Kepala Puskesmas dan Koordinator PTM
agar pelaksanaan program dapat dikerjakan sesuai prosedurnya.
c. Puskesmas perlu membuat rencana koordinasi kegiatan antara Puskesmas
dengan fasilitas kesehatan lain atau stakeholder terkait yang secara tertulis
dan telah disetujui oleh Dinas Kesehatan, diharapkan kegiatan seperti ini
mampu meningkatkan kesadaran penderita Hipertensi akan pentingnya
mendapat pelayanan yang sesuai standar.
d. Peningkatan keaktifan koordinator PTM untuk mencari kasus hipertensi
secara aktif, disamping meningkatkan cakupan pelayanan lewat data hasil
pelayanan BPU, Pustu, Pusling, Posbindu, dan Prolanis, sehingga akan
meningkatkan layanan bagi penderita hipertensi yang memiliki keterbatasan
akses menjangkau sarana kesehatan.
e. Menyusun materi penyuluhan yang menarik dan menyediakan alat peraga
penyuluhan seperti brosur, spanduk, presentasi power point, ataupun video
supaya lebih menarik minat dan lebih mudah dimengerti oleh penderita
hipertensi.
Melalui saran-saran di atas diharapkan dapat membantu dalam keberhasilan
program Pemberantasan Penyakit Diare di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas
Klari, sehingga permasalahan yang timbul dapat teratasi.

35
Daftar Pustaka

1. World Health Organization. Newsroom : hypertension. September 13, 2019.


Available from : https://www.who.int/news-room/fact-
sheets/detail/hypertension
2. P2PTM Kemenkes RI. Hipertensi dan penanganannya. 14 Januari, 2017. Diakses
dari : http://p2ptm.kemkes.go.id/artikel-sehat/hipertensi-dan-penanganannya
3. Kemenkes RI. Riset kesehatan dasar riskesdas 2013 dalam : penyakit tidak
menular hipertensi. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan;
2013. Hal.88-9. Diunduh dari :
https://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%20
2013.pdf
4. Kemenkes RI. Laporan nasional riskesdas 2018 dalam : penyakit tidak menular
hipertensi. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan; 2019.
Hal.152-63. Diunduh dari :
http://labmandat.litbang.depkes.go.id/images/download/laporan/RKD/2018/La
poran_Nasional_RKD2018_FINAL.pdf
5. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Profil kesehatan dinas kesehatan provinsi
jawa barat 2016. Bandung : Dinas Kesehatan; 2017. Hal. 188-9. Diunduh dari :
https://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_PROVIN
SI_2016/12_Jabar_2016.pdf
6. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Permenkes nomor empat tahun 2019
tentang standar teknis pemenuhan mutu pelayanan dasar pada standar pelayanan
minimal bidang kesehatan : dalam pelayana kesehatan penderita hipertensi. Hal.
97-103. Diunduh dari :
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No__4_Th_2019_ttg
_Standar_Teknis_Pelayanan_Dasar_Pada_Standar_Pelayanan_Minimal_Bidan
g_Kesehatan.pdf
7. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Permenkes nomor 43 tahun 2016
tentang standar pelayanan minimal bidang kesehatan : dalam pelayanan
kesehatan penderita hipertensi. Hal. 97-103. Diunduh dari :

36
https://djsn.go.id/storage/app/uploads/public/58d/486/f01/58d486f010a3f06710
8647.pdf
8. Ikatan Dokter Indonesia. Panduan praktis klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan
kesehatan primer. Edisi ke-1. Jakarta : Tim Editor PB IDI; 2017. Hal.162.
9. PERKI. Pedoman tatalaksana hipertensi pada penyakit kardiovaskular. Edisi ke-
1. Jakarta : Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia; 2015. Hal.
3-7

37
Daftar Lampiran
Lampiran 1. Data Demografis dan Geografis Puskesmas Kecamatan Klari
dan Wilayah Kerjanya

Gambar 1. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Klari

Gambar 2. Peta Wilayah Administrasi


Puskesmas Kecamatan Klari

38
Tabel 1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2019

No R Jumlah Penduduk Kepala Keluarga


Desa Dusun RT
W L P Jumlah L P Jumlah
1 Duren 16 16 82 15484 14793 30277 9120 751 9871
2 Pancawati 7 10 31 4483 4619 9102 3407 301 3708
3 Walahar 4 4 18 3718 4045 7763 2863 946 3809
4 Kiarapayung 4 4 10 1478 1403 2881 917 100 1017
5 Sumurkondang 5 5 15 2713 2690 5403 1337 198 1535
6 Cibalongsari 11 15 109 13646 13401 27047 8745 841 9586
7 Klari 4 8 29 4814 4745 9559 2588 677 3265
8 Belendung 5 5 20 3869 3798 7667 2249 741 2990
Jumlah 69 67 314 50305 49494 99699 31226 4555 35781

Tabel 2. Mata Pencaharian atau Pekerjaan Penduduk Kecamatan Klari Tahun


2019
No Mata Pencaharian Jumlah Persentase (%)
1 Petani 4134 6,55
2 Buruh 5211 8,25
3 Pedagang/Pengusaha 16422 26,01
4 Karyawan Swasta/Pabrik 22697 41,65
5 Pengrajin 833 1,32
6 Pegawai Negeri Sipil 1558 2,47
7 TNI/Polisi 286 0,45
8 Penjahit 87 0,14
9 Montir 90 0,14
10 Lain-lain/Tidak bekerja 8220 13,02
Jumlah Usia Produktif 63138 100,00
(15-64 tahun)
Tabel 3. Data Sebaran Tingkat Pendidikan Penduduk di Kecamatan Klari Tahun
2019

No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)


1 SD/MI 11069 23,6
2 SMP/MTs 6928 14,7
3 SMA/Aliyah 2981 6,4
4 D3/Diploma 1917 4,0
5 Sarjana
Jumlah Usia > 10 1367 2,9
tahun
6 Tidak/belum pernah 10786 22,9
sekolah
7 Tidak/belum tamat 11905 25,4
SD
Jumlah Penduduk 46935 100

Tabel 4. Data Sebaran Pemeluk Agama di Kecamatan Klari Tahun 2019

No Agama Jumlah Persentase(%)


1 Islam 98921 99,5
2 Kristen Protestan 228 0,13
3 Kristen Katolik 399 0,32
4 Hindu dan Budha 151 0,045
Jumlah 99699 100,00
Tabel 5. Data Pelayanan Kesehatan di Kecamatan Klari Tahun 2019

No Jenis Sarana Kesehatan Swasta Pemerintah Jumlah


1 Pustu 2 2
2 Polindes Plus - -
3 Poskesdes 1 1
4 Pusling 6 6
5 Ambulans 2 2
6 Pos Bindu 8 8
7 Posyanu 95 95
8 Klinik 24 jam 20 20
9 Klinik Bersalin 3 3
10 BP Sore :
- Dokter Umum 6 6
- Perawat
- Bidan 26
11 Pengobatan Tradisional 19 19
12 Apotek 6 6
13 Toko Obat 6 6

41
Tabel 6. Laporan Surveilans Penyakit Hipertensi Periode Januari 2019 hingga
September 2019

< 15 15-20 21-44 45-54 >55 Jenis


No. Bulan tahun tahun tahun tahun tahun Kasus Total
L P L P L P L P L P L B
1. Januari 0 0 0 0 0 0 6 4 14 11 5 30 35
2. Februari 0 0 0 0 0 0 8 2 24 12 32 14 46
3. Maret 0 0 0 0 0 0 12 15 10 11 38 10 48
4. April 0 0 0 0 0 0 10 12 8 2 22 10 32
5. Mei 0 0 0 0 0 0 10 12 10 0 27 5 32
6. Juni 0 0 0 0 0 0 7 7 11 4 23 6 29
7. Juli 0 0 0 0 0 0 10 14 8 4 26 10 36
8. Agustus 0 0 0 0 0 0 0 20 46 10 66 10 76
9. September 0 0 0 0 0 0 24 28 34 34 144 22 166

42

Anda mungkin juga menyukai