Pendahuluan
1
orang (45,32%). Selanjutnya paling banyak pada perempuan sebesar 331.051 orang
(36,85%). Kemudian ditemukan pada kelompok yang tidak bekerja sebesar 196.220
orang (39,73%). Penderita hipertensi ditemukan pada kelompok yang tinggal pada
daerah perkotaan sebesar 364.630 orang (34,43%).3,4
Menurut Laporan Nasional Riskesdas tahun 2018, proporsi minum obat anti
hipertensi di Indonesia secara rutin pada penduduk umur ≥ 18 tahun sebesar
54,40%, secara tidak rutin sebesar 32,27%, dan tidak minum obat anti hipertensi
sebesar 13,33%. Proporsi alasan tidak minum obat secara rutin pada penduduk
umur ≥ 18 tahun dengan Hipertensi karena sering lupa (sebesar 11,5%), obat tidak
tersedia (sebesar 2,0%), mengonsumsi obat tradisional (sebesar 14,5%), tidak tahan
dengan efek samping obat (sebesar 4,5%), tidak mampu beli obat rutin (sebesar
8,1%), tidak rutin berobat (sebesar 31,3%), merasa sudah sehat (sebesar 59,8%),
dan alasan lainnya (sebesar 12,5%).3
Menurut Laporan Nasional Riskesdas tahun 2018, proporsi mengukur
tekanan darah di Indonesia secara rutin pada penduduk umur ≥ 18 tahun sebesar
12,0%, yang kadang-kadang mengukur tekanan darah sebesar 47,0%, dan yang
tidak mengukur tekanan darah sebesar 41,0%. Proporsi mengukur tekanan darah
secara tidak rutin pada kelompok jenis kelamin laki-laki sebesar 50,9%. Proporsi
mengukur tekanan darah secara tidak rutin pada kelompok pendidikan tidak/ belum
pernah sekolah sebesar 44,6%. Proporsi mengukur tekanan darah secara tidak rutin
pada kelompok yang tinggal di perdesaan sebesar 44,0%.3
Berdasarkan data Laporan Nasional Riskesdas tahun 2018, prevalensi
hipertensi pada Provinsi Jawa Barat berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk
umur ≥ 18 tahun sebesar 39,60%. Proporsi minum obat anti hipertensi pada Provinsi
Jawa Barat secara rutin sebesar 55,12%, kemudian yang tidak rutin sebesar 32,54%,
dan yang tidak minum obat 12,34%. Proporsi alasan tidak minum obat secara rutin
pada Provinsi Jawa Barat dikarenakan tidak rutin berobat (sebesar 37,7%) dan
merasa sudah sehat (sebesar 55,2%). Proporsi mengukur tekanan darah secara tidak
rutin di Provinsi Jawa Barat sebesar 41,0%.3
Berdasarkan data profil kesehatan Provinsi Jawa Barat pada tahun 2016,
menemukan bahwa prevalensi hipertensi terhadap penduduk usia ≥ 18 tahun
2
berdasarkan pemeriksaan tekanan darah di Puskesmas, tingkat Kabupaten
Karawang adalah sebesar 0,9%. Data hipertensi di Kabupaten Karawang tahun
2017 sebanyak 15,83%. Program PTM dalam pemeriksaan hipertensi merupakan
program baru sehingga dalam operasional kegiatan masih belum menunjukkan
aktivitas yang optimal. Cakupan pelayanan kesehatan penderita hipertensi di
Puskesmas DTP Klari belum mencapai target 34,5%. Oleh karena masih kurangnya
pelayanan hipertensi yang sesuai di wilayah kerja UPTD Puskesmas DTP Klari,
sehingga perlu dilakukan evaluasi program untuk mengetahui keberhasilan
program pelayanan kesehatan bagi penderita hipertensi di UPTD Puskesmas DTP
Klari Periode Januari 2019 sampai dengan September 2019.3-5
1.2 Masalah
3
sebesar 44,6%, dan pada kelompok yang tinggal diperdesaan sebanyak
44,0%.
6. Berdasarkan data laporan nasional riskesdas tahun 2018 menyatakan
prevalensi hipertensi pada Provinsi Jawa Barat berdasarkan hasil
pengukuran penduduk umur ≥ 18 tahun sebesar 39,60%. Dimana proporsi
mengukur tekanan darah secara tidak rutin sebesar 41,0%.
7. Berdasarkan data profil kesehatan Provinsi Jawa Barat pda tahun 2016,
menyatakan prevalensi hipertensi terhadap penduduk usia ≥ 18 tahun
berdasarkan pemeriksaan tekanan darah di Puskesmas, tingkat Kabupaten
Karawang adalah sebesar 0,9%.
8. Program PTM dalam pemeriksaan hipertensi merupakan program baru
sehingga dalam operasional kegiatan masih belum menunjukkan aktivitas
yang optimal.
9. Cakupan pelayanan kesehatan penderita hipertensi di Puskesmas DTP Klari
belum mencapai target.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui tingkat keberhasilan program pelayanan kesehatan penderita
hipertensi di Puskesmas Kecamatan Klari Periode Januari 2019 sampai dengan
September 2019 dengan pendekatan sistem.
4
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Evaluator
1. Mempunyai pengalaman dan pengetahuan tentang evaluasi program
pelayanan kesehatan penderita hipertensi dengan pendekatan sistem.
2. Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh saat kuliah dan
membandingkan dengan keadaan sebenarnya di dalam masyarakat.
3. Mengembangkan kemampuan minat dan bakat dalam mengevaluasi
program Puskesmas dan berpikir secara ilmiah.
1.4.2 Bagi Perguruan Tinggi
1. Mengamalkan Tri Dharma Perguruan Tinggi dalam melaksanakan
fungsi atau tugas perguruan tinggi sebagai lembaga yang
menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian bagi
masyarakat.
2. Mewujudkan kampus sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya
di bidang kesehatan.
1.4.3 Bagi Puskesmas
1. Mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam program Puskesmas
dan pemecahan masalahnya.
2. Memperoleh masukan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan bagi
masyarakat khususnya pada program pelayanan kesehatan penderita
hipertensi.
1.4.4 Bagi Masyarakat
1. Mendapatkan pelayanan yang lebih baik dari Puskesmas.
2. Memperoleh pelayanan dan pembinaan mengenai program pelayanan
kesehatan penderita hipertensi sehingga meningkatkan peran serta
masyarakat dalam ikut melaksanakan program tersebut.
1.5 Sasaran
Sasaran dalam program pelayanan kesehatan penderita hipertensi adalah
seluruh penduduk di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Klari pada semua umur
periode Januari 2019 hingga September 2019.
5
Bab II
Materi dan Metode
2.1 Materi
Materi yang dievaluasi dalam program ini terdiri dari laporan bulanan dan
catatan kegiatan Puskesmas mengenai program pelayanan kesehatan penderita
hipertensi di wilayah kerja UPTD Puskesmas DTP Klari Periode Januari 2019
sampai dengan September 2019 yang berisi : catatan surveilans pelayanan penyakit
tidak menular berbasis puskesmas pada semua umur, laporan distribusi pengadaan
obat hipertensi, pencatatan dan pelaporan.
2.2 Metode
Evaluasi program ini dilaksanakan dengan pengumpulan data, analisis data,
dan pengolahan data sehingga dapat digunakan untuk menjawab permasalahan
pelaksanaan program pelayanan kesehatan penderita hipertensi di UPTD
Puskesmas DTP Klari Periode Januari 2019 sampai dengan September 2019 dengan
cara membandingkan cakupan laporan bulanan program pelayanan kesehatan
penderita hipertensi terhadap tolok ukur yang telah ditetapkan dan menemukan
penyebab masalah dengan menggunakan pendekatan sistem.
6
Bab III
Kerangka Teoritis
1. Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam
sistem dan yang diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut.
2. Proses (process) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam
sistem dan yang berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran
yang direncanakan.
3. Keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan
dari berlangsungnya proses dalam sistem.
4. Lingkungan (environment) adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola
oleh sistem tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem.
7
5. Umpan balik (feed back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang
merupakan keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi
sistem tersebut.
6. Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu
sistem.
8
Bab IV
Penyajian Data
9
b. Sebelah selatan : wilayah kerja Puskesmas Ciampel dan Puskesmas
Curug.
c. Sebelah timur : wilayah kerja Puskesmas Purwasari.
d. Sebelah barat : wilayah kerja Puskesmas Anggadita.
2) Wilayah Administrasi
UPTD Puskesmas DTP Klari memiliki wilayah kerja terdiri dari 8
Desa (Desa Duren, Desa Pancawati, Desa Walahar, Desa Kiarapayung,
Desa Sumurkondang, Desa Cibalongsari, Desa Klari, dan Desa
Belendung), 69 dusun, 67 RW dan 314 RT dengan jarak desa terjauh 6,6
km dari Puskesmas Klari dengan waktu tempuh 16 menit menggunakan
roda dua dan 30 menit menggunakan roda empat.
4.2.2 Geologi
Wilayah kerja UPTD Puskesmas DTP Klari, Kabupaten Karawang
berada pada wilayah dataran rendah.
4.2.3 Iklim
Sesuai dengan bentuk morfologinya, Klari merupakan dataran rendah
dengan temperatur udara rata-rata 26-310C. Tekanan udara rata-rata 0,01
milibar, penyinaran matahari 66% dan kelembaban 80%. Curah hujan
tahunan berkisar antara 1.100-3.200 mm/tahun. Pada bulan Januari sampai
April beriup angin muson laut dan sekitar bulan Juni bertiup angin muson
tenggara. Kecepatan angin antara 30-35 km/jam, lamanya tiupan rata-rata
5-7 jam.
10
Jumlah RW : 67 RW
Jumlah RT : 314 RT
Jumlah penduduk laki-laki : 50.305 orang
Jumlah penduduk perempuan : 49.494 orang
Jumlah KK : 35.781 KK
Jumlah rumah : 31.300 rumah
b) Jumlah penduduk rentan di Wilayah Klari tahun 2019 terdiri dari :
Jumlah ibu hamil : 2.209 orang
Jumlah ibu nifas : 2.230 orang
Jumlah bayi : 2.218
Jumlah neonatus : 2.217 orang
Jumlah balita : 7.927 orang
c) Jumlah desa yang termasuk dalam wilayah kerja UPTD Puskesmas
DTP Klari adalah 8 desa dengan luas wilayah ± 2.563 Ha,
d) Sebagian besar penduduk tidak/belum tamat SD sebesar 25,4% (11.905
orang)
e) Sebagian besar penduduk mempunyai mata pencaharian sebagai
karyawan swasta/pabrik sebesar 41,65% (22.697 orang).
4.2.5 Transportasi
Saat ini sudah ada transportasi umum roda empat yang mencakup
wilayah kerja Puskesmas Klari, karena adanya perbaikan sarana jalan cor
yang dilakukan oleh pemerintah daerah, kedelepan desa tersebut dapat
dicapai dengan keadaan roda dua dan roda empat pribadi. Untuk mencapai
Puskesmas Klari, waktu tempuh berkisar antara 1 menit (Desa Duren)
hingga 16 menit (Desa Belendung), dengan biaya menggunakan ojek
sebesar Rp 20.000,- (Desa Blendung). Data lengkap terdapat pada Lampiran
III tabel 5.
11
4.2.6 Jenis sarana kesehatan
Jenis sarana kesehatan yang tersedia di wilayah kerja Puskesmas Klari,
antara lain : Puskesmas pembantu 2 buah, Praktek perorangan terdiri dari
dokter umum 6 orang dan bidan 26 orang. Kemudian ada klinik 24 jam 9
buah dan Klinik bersalin 3 buah. (Data lengkap terdapat pada Lampiran III
tabel 6)
12
2) Dana
Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) :Tidak ada (tidak diajukan)
Tunai : Ada
Non Tunai : Ada
Askes/ Kapitasi : Ada
3) Sarana di puskesmas
a) Distribusi logistik
Tersedia alat kesehatan untuk pelayanan kesehatan penderita
hipertensi seperti :
a. Balai pengobatan umum : terdapat dua tensimeter digital serta
dua stetoskop.
b. Usaha kesehatan lansia : terdapat tiga tensimeter digital serta
dua stetoskop.
c. Pusling : menggunakan alat dari program usaha kesehatan
lansia.
d. Pengadaan Kit Posbindu PTM sesuai Permenkes yang berlaku
sebagai sarana dan prasarana PTM.
e. Formulir pendataan untuk skrining PTM, bertujuan untuk
mendata pelayanan kesehatan bagi penderita hipertensi sesuai
standar.
f. Formulir rujukan terutama untuk kasus hipertensi sesuai
kriteria rujukan.
g. Ketersediaan media edukasi dan KIE sebagai sarana dan
prasarana untuk memberikan informasi kesehatan edukatif
pada penderita hipertensi, yang saat ini tersedia dalam bentuk
leaflet.
h. Tersedia obat anti hipertensi seperti amlodipin, captopril,
furosemide, dan nifedipin di Puskesmas.
13
4) Metode
a) Pelayanan Kesehatan Penderita Hipertensi6,7
Pelayanan kesehatan penderita hipertensi diberikan oleh petugas
kesehatan puskesmas (dokter, paramedik terlatih) sewaktu penderita
hipertensi datang berobat di BPU dan Pustu setiap hari kerja, Pusling setiap
jadwal ditentukan, unit pelayanan kesehatan Lansia setiap hari Sabtu, dan
pelaksanaan kegiatan PROLANIS setiap satu bulan sekali.
b) Mekanisme Pelayanan6,7
Pelayanan kesehatan penderita hipertensi sesuai standar meliputi
kegiatan :
1. Pengukuran tekanan darah dilakukan minimal satu kali sebulan di
fasilitas pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh dokter atau tenaga
kesehatan yang berkompeten atau yang terlatih,
2. Edukasi perubahan gaya hidup dan/atau kepatuhan minum obat yang
dilakukan oleh dokter atau tenaga kesehatan yang berkompeten atau
terlatih,
3. Melakukan rujukan jika diperlukan, dan
4. Penambahan layanan terapi farmakologi pada penderita dengan tekanan
darah sewaktu (TDS) lebih dari 140 mmHg yang diberikan oleh dokter.
c) Standar Pelayanan Kesehatan Penderita Hipertensi6,7
1. Mengikuti Panduan Praktik Klinik Bagi Dokter di Fasilitas kesehatan
tingkat pertama (FKTP).
2. Pelayanan kesehatan sesuai standar diberikan kepada penderita
hipertensi di FKTP.
3. Pelayanan kesehatan hipertensi sesuia standar meliputi kegiatan
pemeriksaan dan monitoring tekanan darah, edukasi, pengaturan diet
seimbang, aktivitas fisik, dan pengelolaan farmakologis.
4. Pelayanan kesehatan berstandar ini dilakukan untuk mempertahankan
tekanan darah pada < 140/90 mmHg untuk penderita hipertensi usia
dibawah 60 tahun, dan < 150/90 mmHg untuk penderita hipertensi usia
14
diatas 60 tahun, untuk mencegah terjadinya komplikasi jantung, stroke,
diabetes melitus, dan penyakit ginjal kronis.
5. Selama menjalani pelayanan kesehatan sesuai standar, jika tekanan
darah penderita hipertensi tidak bisa dipertahankan sebagaimana
dimaksud pada poin sebelumnya atau mengalami komplikasi (jantung,
stroke, penyakit ginjal kronis, dan diabetes melitus), maka penderita
perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat lanjut (FKTL) yang
berkompeten.
15
Tabel 4.1 Klasifikasi Tekanan Darah Berdasarkan JNC VII 20038
16
Tabel 4.2 Modifikasi gaya hidup8
- Tatalaksana farmakologis
1. Hipertensi tanpa compelling indication
- Hipertensi stage-1 dapat diberikan :
a. Diuretik (HCT 12,5 hingga 50 mg/hari; furosemide 2 x 20-
80 mg/hari), atau
b. Penghambat ACE (Captopril 2x25-100 mg/hari; enalapril 1-
2x2,5-40 mg/hari), atau
17
c. Penyekat reseptor beta /ARB (Atenolol 25-100mg/hari dosis
tunggal), atau
d. Penghambat calsium / CCB (Amlodipin 1x2,5-10 mg/hari;
nifedipin long acting 30-60 mg/hari), atau
e. Kombinasi obat anti hipertensi.
- Hipertensi stage-2 dapat diberikan :
Mulai dengan kombinasi dua antihipertensi misalnya antara
golongan diuretik dengan penghambat ACE atau dengan penyekat reseptor
beta atau penghambat kalsium. Dan sebaiknya pemilihan obat
antihipertensi yang diminum sekali sehari atau maksimum dua kali sehari.
18
perencanaan yang didapat evaluator dengan cara melihat keadaan
Puskesmas Klari dan mewawancarai petugas kesehatan terkait.
Perencanaan pelayanan kesehatan penderita hipertensi akan dilakukan
di BPU dan Pustu setiap hari pada jam kerja, kemudian Posbindu dan
Pusling sesuai dengan jadwal dengan bidan serta kader desa, diikuti
dengan Pelayanan kesehatan lansia dilakukan setiap hari Sabtu, serta
kegiatan PROLANIS yang dilaksanakan setiap satu bulan sekali.
Perencanaan penegakkan diagnosis dan tatalaksana hipertensi akan
dilakukan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik oleh petugas
kesehatan di BPU dan Pustu setiap hari pada jam kerja, kemudian
Posbindu dan Pusling sesuai dengan jadwal dengan bidan serta kader desa,
diikuti dengan Pelayanan kesehatan lansia dilakukan setiap hari Sabtu,
serta kegiatan PROLANIS yang dilaksanakan setiap satu bulan sekali yang
dilakukan sesuai SOP (Standar Operasional Prosedur).
Perencanaan surveilans PTM berbasis FKTP yaitu pengumpulan data
pelayanan kesehatan penderita hipertensi secara terus menerus, yang
didapat dari laporan harian, dimana pencatatan dilakukan setiap saat
terhadap penderita hipertensi yang datang berobat di BPU dan Pustu setiap
hari pada jam kerja, kemudian Posbindu dan Pusling sesuai dengan jadwal
dengan bidan serta kader desa, diikuti dengan Pelayanan kesehatan lansia
dilakukan setiap hari Sabtu dan dilaporkan ke Puskesmas Kecamatan
dalam laporan mingguan. Dilaporkan ke Dinas Kesehatan tiap bulannya
dalam bentuk laporan bulanan.
Perencanaan distribusi logistik dimulai dari pemberian obat anti
hipertensi seperti amlodipin, captopril, furosemide, dan nifedipin di
Puskesmas, dan selama kegiatan Posbindu dan Pusling sesuai dengan
jadwal dengan bidan serta kader desa, diikuti dengan Pelayanan kesehatan
lansia dilakukan setiap hari Sabtu, serta kegiatan PROLANIS yang
dilaksanakan setiap satu bulan sekali.
Perencanaan penyuluhan / edukasi tentang pelayanan kesehatan bagi
penderita hipertensi dilakukan saat penderita hipertensi yang datang
19
berobat di BPU dan Pustu setiap hari pada jam kerja, kemudian Posbindu
dan Pusling sesuai dengan jadwal dengan bidan serta kader desa, diikuti
dengan Pelayanan kesehatan lansia dilakukan setiap hari Sabtu.
Tidak adanya perencanaan tertulis mengenai jadwal pelayanan
puskesmas keliling dan posbindu Puskesmas Kecamatan Klari.
Perencanaan pencatatan dan pelaporan yang direkapitulasi oleh
Koordinator PTM. Hasil penemuan pelayanan kesehatan penderita
hipertensi kemudian dicatat dalam form SP2TP berupa laporan mingguan.
Pelaporan ke Dinas Kesehatan setiap bulannya dalam bentuk laporan
bulanan.
b) Pengorganisasian
Terdapat struktur organisasi tertulis dan ada pembagian tugas dan
tanggung jawab yang jelas dan tertulis (Lampiran IV). Walau begitu,
pengorganisasian pada program PTM, terutama pelayanan kesehatan
penderita hipertensi tidak ada dalam bentuk tertulis.
c) Pelaksanaan
Pelayanan kesehatan penderita hipertensi dilakukan di BPU dan Pustu
setiap hari pada jam kerja, kemudian Posbindu dan Pusling sesuai dengan
jadwal dengan bidan serta kader desa, diikuti dengan Pelayanan kesehatan
lansia dilakukan setiap hari Sabtu, serta kegiatan PROLANIS yang
dilaksanakan setiap satu bulan sekali.
Terlaksananya penetapan diagnosis sesuai SOP yang dilakukan di BPU
dan Pustu setiap hari pada jam kerja, kemudian Posbindu dan Pusling sesuai
dengan jadwal dengan bidan serta kader desa, diikuti dengan Pelayanan
kesehatan lansia dilakukan setiap hari Sabtu, serta kegiatan PROLANIS
yang dilaksanakan setiap satu bulan sekali.
Pengobatan berdasarkan SOP yang dilakukan di BPU dan Pustu setiap
hari pada jam kerja, kemudian Posbindu dan Pusling sesuai dengan jadwal
dengan bidan serta kader desa, diikuti dengan Pelayanan kesehatan lansia
dilakukan setiap hari Sabtu, serta kegiatan PROLANIS yang dilaksanakan
setiap satu bulan sekali. Evaluator tidak mendapatkan data harian lengkap
20
diagnosis dan pelayanan kesehatan penderita hipertensi berdasarkan derajat
dan komplikasinya.
Pada surveilans PTM berbasis FKTP, terlaksananya pengumpulan data
pelayanan kesehatan penderita hipertensi di sarana kesehatan dan kader
yang dikumpulkan dalam bentuk laporan harian, mingguan dan bulanan.
Tetapi data dari fasilitas kesehatan lainnya tidak ada, sehingga data belum
lengkap.
Pada distribusi logistik, dilaksanakan pemberian pemberian obat anti
hipertensi seperti amlodipin, captopril, furosemide, dan nifedipin di
Puskesmas, dan selama kegiatan Posbindu dan Pusling sesuai dengan
jadwal dengan bidan serta kader desa, diikuti dengan Pelayanan kesehatan
lansia dilakukan setiap hari Sabtu, serta kegiatan PROLANIS yang
dilaksanakan setiap satu bulan sekali.
Penyuluhan kepada perorangan dilakukan setiap hari kerja di BPU dan
Pustu. Kemudian penyuluhan kelompok dilakukan kepada masyarakat
mengenai pelayanan kesehatan hipertensi dalam bentuk edukasi leaflet.
Pada kegiatan pelatihan kader dan bidan desa terlaksana sebanyak 1 kali
per tahun, yaitu pada bulan Mei dan Juni 2019. Walau begitu tidak ada
laporan tertulis mengenai kegiatan tersebut.
Pencatatan dan Pelaporan, terlaksananya pencatatan yang dicatat dalam
form SP2TP berupa laporan mingguan,dan dilaporkan ke Dinas Kesehatan
dalam bentuk laporan bulanan setiap bulannya oleh koordinator program
tiap bulan.
d) Pengawasan
Laporan dan rapat bulanan sebanyak 12 kali per tahun dan dilakukan
secara berjenjang di setiap jenjang administrasi yaitu Dinas Kesehatan
Provinsi, Kabupaten/Kota, dan Puskesmas.
Penilaian mengenai seluruh hasil kegiatan yang digunakan untuk
menentukan program tahun depan, diadakan 1 tahun sekali. Bila dalam
pengawasan ditemukan masalah, maka akan diberikan saran pemecahan
21
atau bimbingan kepada pengelola program PTM dalam pelayanan kesehatan
penderita hipertensi, agar kegiatan pelayanan kesehatan penderita hipertensi
dapat dilaksanakan sesuai rencana.
4.3.3 Keluaran
1. Cakupan kinerja pelayanan kesehatan penderita hipertensi
Capaian kinerja pemerintah kabupaten / kota dalam memberikan
pelayanan kesehatan sesuai standar bagi penderita hipertensi, dinilai
dari persentase jumlah penderita usia 15 tahun ke atas yang
mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar di wilayah kerjanya
dalam kurun waktu satu tahun.
450
Maka cakupan kinerja pelayanan hipertensi = 24308 × 100%
= 1,85 %
22
2. Laporan pengadaan obat antihipertensi di Puskesmas Klari
Tabel 4.3 Laporan penggunaan obat antihipertensi di Puskesmas Klari
tahun 2019
Jenis dan jumlah obat antihipertensi
Waktu per
Amlodipin Amlodipin Captopril Furosemide Nifedipin
bulan
5 mg 10 mg 25 mg 40 mg 10 mg
Januari 2019 300 740 128 35 0
Februari
1100 1650 650 45 0
2019
Maret 2019 204 577 371 266 0
April 2019 280 627 354 165 0
Mei 2019 650 550 410 165 0
Juni 2019 1396 326 348 35 0
Juli 2019 1115 435 333 32 0
Agustus 2019 873 900 1148 48 4
September
1123 876 324 31 0
2019
Sumber : Data apotik Puskesmas Klari tahun 2019
4.3.4 Lingkungan
a) Lingkungan Fisik
Lokasi
Cukup strategis, RS rujukan berlokasi sekitar 4,4 km dari UPTD
Puskesmas DTP Klari dengan waktu tempuh kurang lebih 10 menit
kendaraan bermotor. Ada 1 lokasi desa yang cukup jauh, tetapi tidak
sulit untuk dijangkau yaitu Belendung.
Transportasi
Tersedia sarana transportasi umum yang relatif murah seperti angkot
atau ojek. Dengan adanya perbaikan sarana jalan cor yang dilakukan
oleh pemerintah daerah, kedelapan desa dapat dicapai dengan
kendaraan roda dua dan roda empat pribadi. Di Puskesmas terdapat
1 ambulans yang siap pakai.
Sarana air bersih (SAB)
23
Jumlah KK yang memiliki SAB adalah 24.636 atau 68,85% dari
seluruh jumlah KK. Sedangkan persentase SAB yang memenuhi
syarat adalah 24.114 atau 97,88% dari seluruh KK yang memiliki
SAB (Lampiran II Tabel 7).
Sistem pembuangan sampah
Dari setiap rumah, penduduk memiliki total 31.308 system
pembuangan sampah. Pengelolaan sampah biasanya dilakukan
dengan dibuang ke tempat pembuangan sampah sebanyak 15.599
rumah (49,82%), dibakar sebanyak 10.797 (34,49%) rumah,
ditimbun sebanyak 4.126 rumah (13,18%), atau dibuang
sembarangan sebanyak 786 rumah (2,51%). Data lengkap terdapat
pada Lampiran II Tabel 8.
Penyediaan jamban keluarga
Jumlah penduduk yang menggunakan jamban keluarga di UPTD
Puskesmas DTP Klari adalah sebanyak 30.255 (96,66%) dari total
31.300 rumah penduduk, dengan persentase jamban keluarga yang
memenuhi syarat adalah 28.187 atau 93,16% dari seluruh rumah
yang memiliki jamban keluarga (Lampiran II Tabel 9).
Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)
Sebanyak 1.290 (4,26%) dari total keseluruhan rumah penduduk di
wilayah kerja UPTD Puskesmas DTP Klari yang memiliki SPAL,
dengan persentase SPAL yang memenuhi syarat adalah 1.241 rumah
atau 96,20% dari seluruh rumah yang memiliki SPAL. (Lampiran II
Tabel 9).
b) Lingkungan Non Fisik
Tingkat pendidikan
Sebagian besar penduduk tidak/belum tamat SD (25,4%), memiliki
pendidikan terakhir SD/MI (23,6%), kemudian tidak/belum pernah
sekolah (22,9%), dilanjutkan SMP/MTS (14,7%), SMA/MA (6,4%),
D3/diploma (4,0%), dan sarjana (2,9%). Berdasarkan data tersebut
24
dapat disimpulkan bahwa mayoritas penduduk memiliki pendidikan
yang rendah (%).
Sosial ekonomi
Sebagian besar penduduk memiliki mata pencaharian sebagai
karyawan swasta/pabrik (41,65%), disusul oleh pedagang (26,01%),
dan lain-lain/tidak bekerja sebesar (13,02%). Dari data tersebut
dapat disimpulkan bahwa proporsi terbesar penduduk adalah yang
pekerjaannya memberikan penghasilan yang pasti setiap bulannya.
PHBS rumah tangga
Persentase rumah tangga yang melakukan PHBS masih tergolong
rendah, yaitu sebesar 13,1%.
4.3.5 Umpan Balik
Didapat dari hasil pencatatan dan pelaporan yang lengkap dan sesuai
dengan waktu yang ditentukan akan dapat digunakan sebagai masukan
dalam pelayanan kesehatan penderita hipertensi.
Pertemuan bulanan antara kepala puskesmas, koordinator PTM, dan
pelaksana harian.
Pertemuan triwulanan membahas masalah dengan instansi lain dan juga
kader, kepala desa masyarakat, LSM.
4.3.6 Dampak
Peningkatan angka pelayanan kesehatan penderita hipertensi di
Puskesmas Klari.
Peningkatan derajat kesehatan sesuai Paradigma Sehat.
25
Bab V
Pembahasan
26
penderita laporan
hipertensi sebagian
d. Penegakkan kegiatan.
diagnosis
e. Rencana
penatalaksanaan
yang
komprehensif
f. Pencatatan dan
pelaporan.
27
- Penyuluhan frekuensi penyuluhan pada
perorangan pelayanan program.
dan
kelompok
saat
pelayanan
28
Bab VI
Perumusan Masalah
b. Dana
-. Bantuan operasional kesehatan khusus program PTM tidak diajukan oleh
pemegang program, sehingga pelaksan program dilapangan menggunakan dana
pribadi dalam melaksanakan programnya.
6.3 Masalah pada Proses
a. Perencanaan
-. Tidak terdapat perencanaan tertulis sesuai kaidah perencanaan menangani jadwal
kegiatan.
b. Pengorganisasian
-. Tidak dilakukannya pembagian tugas secara terstruktur dan adanya rangkap
jabatan.
29
c. Pelaksanaan
-. Kurangnya dilakukan penyuluhan kelompok saat pelayanan, tidak ditemukannya
laporan frekuensi penyuluhan pada pelayanan program.
-. Kurangnya pencatatan hasil kegiatan baik di dalam maupun di luar gedung
30
Bab VII
Prioritas Masalah
31
Bab VIII
Penyelesaian Masalah
b. Penyelesaian masalah :
32
-. Melengkapi sarana dan prasarana di Puskesmas maupun saat pelayanan di luar
gedung, dan melakukan pemeliharaan pada sarana logistik yang telah tersedia
(melakukan kalibrasi ulang pada alat tensi digital).
-. Menyusun materi penyuluhan yang menarik dan menyediakan alat peraga
penyuluhan seperti brosur, spanduk, presentasi power point, ataupun video supaya
lebih menarik minat dan lebih mudah dimengerti oleh penderita hipertensi.
33
Bab IX
Kesimpulan dan Saran
9.1 Kesimpulan
9.2 Saran
34
luar gedung secara harian dan penatalaksanaan penderita hipertensi
berdasarkan derajat dan kepatuhan minum obatnya, sehingga evaluasi
program pelayanan kesehatan penderita Hipertensi dapat dilakukan secara
maksimal kedepannya, hal ini guna untuk meningkatkan tingkat
keberhasilan program di masa yang akan datang.
b. Dibutuhkan pengawasan oleh Kepala Puskesmas dan Koordinator PTM
agar pelaksanaan program dapat dikerjakan sesuai prosedurnya.
c. Puskesmas perlu membuat rencana koordinasi kegiatan antara Puskesmas
dengan fasilitas kesehatan lain atau stakeholder terkait yang secara tertulis
dan telah disetujui oleh Dinas Kesehatan, diharapkan kegiatan seperti ini
mampu meningkatkan kesadaran penderita Hipertensi akan pentingnya
mendapat pelayanan yang sesuai standar.
d. Peningkatan keaktifan koordinator PTM untuk mencari kasus hipertensi
secara aktif, disamping meningkatkan cakupan pelayanan lewat data hasil
pelayanan BPU, Pustu, Pusling, Posbindu, dan Prolanis, sehingga akan
meningkatkan layanan bagi penderita hipertensi yang memiliki keterbatasan
akses menjangkau sarana kesehatan.
e. Menyusun materi penyuluhan yang menarik dan menyediakan alat peraga
penyuluhan seperti brosur, spanduk, presentasi power point, ataupun video
supaya lebih menarik minat dan lebih mudah dimengerti oleh penderita
hipertensi.
Melalui saran-saran di atas diharapkan dapat membantu dalam keberhasilan
program Pemberantasan Penyakit Diare di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas
Klari, sehingga permasalahan yang timbul dapat teratasi.
35
Daftar Pustaka
36
https://djsn.go.id/storage/app/uploads/public/58d/486/f01/58d486f010a3f06710
8647.pdf
8. Ikatan Dokter Indonesia. Panduan praktis klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan
kesehatan primer. Edisi ke-1. Jakarta : Tim Editor PB IDI; 2017. Hal.162.
9. PERKI. Pedoman tatalaksana hipertensi pada penyakit kardiovaskular. Edisi ke-
1. Jakarta : Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia; 2015. Hal.
3-7
37
Daftar Lampiran
Lampiran 1. Data Demografis dan Geografis Puskesmas Kecamatan Klari
dan Wilayah Kerjanya
38
Tabel 1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2019
41
Tabel 6. Laporan Surveilans Penyakit Hipertensi Periode Januari 2019 hingga
September 2019
42