Anda di halaman 1dari 25

KAJIAN TEKNIS RENCANA PENAMBANGAN DAERAH

SAMARANGAU PT. KIDECO JAYA AGUNG


DI KABUPATENPASIR, KALIMANTAN TIMUR

Proposal Tugas Akhir


Disusun sebagai salah satu syarat dalam melaksanakan Tugas Akhir
pada jurusan Teknik Pertambangan

Oleh :
RAMADHANU RACHMAN
112000022 / TA

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2004
2

KAJIAN TEKNIS RENCANA PENAMBANGAN DAERAH


SAMARANGAU PT.KIDECO JAYA AGUNG
DI KABUPATEN PASIR, KALIMANTAN TIMUR

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Oleh :
RAMADHANU RACHMAN
112000022 / TA

Mengetahui :
Dosen Wali

(Ir.Gunawan Nusanto, MT)


3

JUDUL : “KAJIAN TEKNIS RENCANA PENAMBANGAN DAERAH


SAMARANGAU PT. KIDECO JAYA AGUNG DI KABUPATEN
PASIR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR”

B. ALASAN PEMILIHAN JUDUL

PT Kideco Jaya Agung, suatu perusahaan patungan antara pemerintah Indonesia

dan perusahaan Korea, memiliki wilayah kontrak pertambangan yang mencakup empat

desa di Kabupaten Pasir, yaitu; desa Samurangau, Biu, Rantau Bintongon and Legai

(atau disingkat Sabiral).

Secara regional PT. KIDECO JAYA AGUNG terletak pada sayap barat dari

suatu sinklin besar dengan arah utara-selatan untuk sekala lokal terdiri dari serangkaian

sesar sinklin-antiklin siklin dari utara – barat laut. Terdapat 3 lingkungan struktur yang

berbeda satu sama lain yang dikenal sebagai samarangau, Roto Timur, dan Roto barat.

Lapisan batubara yang terpenting di daerah samarangau dan roto ini terbentuk

pada zaman miozen dalam sedimen trersier. Berdasarkan data penelitian sebelumnya

diperoleh perhitungan cadangan batubara di ke empat desa tersbut yang ditunjukkan

pada tabel 1.

Tabel 1.

Cadangan PT. Kideco jaya Agung

Cadangan Terukur Terkira Tereka Jumlah


Samarangau 43,377 151,690 216,129 143,196
Roto 30,377 46,585 70,191 147,502
Lain-lain 21,942 32,883 114,804 169,609
Total 98,095 231,158 401,124 730,307

Penelitian yang dilakukan tersebut memberikan gambaran bahwa cadangan

batubara PT. PT. KIDECO JAYA AGUNG memiliki prospek untuk dikembangkan lebih
4

lanjut salah satunya melalui kajian aspek teknis rencana penambangannya.

C. TUJUAN PENELITIAN

Dari penelitian ini diharapkan diperoleh gambaran mengenai rancangan geometri

penggalian, urutan penambangan, mengetahui batas penambangan (ultimate pit slope),

dan jalan angkut tambang terbuka untuk diterapkan di cadangan batubara PT. KIDECO

JAYA AGUNG.

D. RUMUSAN MASALAH

Mencari data-data yang akurat melalui pengamatan langsung terhadap kondisi

struktur geologi daerah dan keadaan topografi batubara serta melakukan penelitian

dengan lingkup kajian sistem/metode dan tata cara penambangan, tahapan kegiatan

penambangan (penanganan overburden), rencana produksi dan umur tambang, serta

peralatan (jenis, jumlah dan kapasitas).

E. PENYELESAIAN MASALAH

Dalam hal ini dapat mengacu pada beberapa hal diantaranya :

1. Dasar Teori

a. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Penambangan

1) Karakteristik endapan

- ukuran

- bentuk

- altitude

- kedalaman
5

2) Kondisi geologi

- mineralogi dan petrologi

- struktur endapan (lipatan, patahan, intrusi, diskontinuitas)

- bidang lemah (kekar, sesar)

3) Konsiderasi ekonomi

- cadangan

- produksi

- umur tambang

- produktivitas

4) Faktor teknologi

- modal, pekerja dan intensitas mekanisasi

- kefleksibelanmetode dengan perubahan kondisi

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perencanaan Penambangan

- iklim

- kerja alat

- kondisi lingkungan kerja

- topografi

- cara penambangan

- keadaan tanah penutup

- tempat penimbunan tanah penutup

- pembersihan lahan dan pengupasan tanah penutup

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kegiatan Pengupasan Lapisan Tanah

Penutup.

- Material
6

Setiap macam tanah atau batuan pada dasarnya memiliki sifat-sifat fisik dan

kimia yang berbeda-beda. Pada dasarnya pemindahan tanah itu merupakan

suatu pekerjaan untuk meratakan tanah atau penggalian suatu lahan. Beberapa

jenis tanah dianggap mudah untuk dimuat, jenis tanah yang dapat langsung

digusur dalam kondisi aslinya.

Tanah atau batuan yang keras akan lebih sukar dikoyak (ripped ) digali (dug)

atau dikupas ( stripped ). Hal ini tentu akan menurunkan produksi alat mekanis

yang digunakan. Nilai kekerasan tanah atau batuan biasanya diukur dengan

alat “Ripper Mater“ atau “ Seismic Test“ dan satuannya adalah meter per detik,

yaitu sesuai dengan satuan untuk kecepatan gelombang seismik pada batuan.

Tanah yang banyak mengandung humus harus dipisahkan, sehingga

dikemudian hari dapat untuk menutupi tempat penimbunan ( reklamasi ).

- Alat mekanis yang digunakan.

Pemilihan dan penggunaan alat mekanis sangat penting, karena alat mekanis

merupakan alat yang digunakan dalam pengupasan konvensional, sehingga

perlu pemilihan alat untuk kegiatan pengupasan tepat dan cepat. Pemilihan

alat mekanis dapat menentukan cepat lambatnya kegiatan pengupasan lapisan

tanah penutup terselesaikan.

- Effesiensi kerja
7

Hal ini sangat penting dalam hubungannya dengan produksi alat mekanis.

Karena dalam keadaan normal akan didapatkan effesiensi kerja yang

maksimum. Dari kondisi dan keadaan di lapangan dapat diketahui penilaian

mengenai effesiensi kerja, sering mengalami kesulitan. Karena sekali ada

perubahan maka kondisi dan keadaan akan berubah, sehingga akan

mempengaruhi kondisi effesiensi kerja.

d. Teknis Pelaksanaan Pembersihan Lahan

Pembabatan atau penebasan (clearing), yaitu semua kegiatan pembersihan

tempat kerja dari semak-semak, pohon–pohon besar kecil, sisa pohon yang

sudah ditebang, kemudian membuang bagian tanah atau batuan yang dapat

menghalangi pekerjaan selanjutnya. Seluruh pekerjaan tersebut dapat dikerjakan

sebelum pemindahan itu sendiri dilakukan, atau dikerjakan bersama-sama.

- Cara Pembersihan Lahan

Cara-cara pembabatan atau penebasan dan pembersihan lahan itu tergantung

dari keadaan lapangan, misalnya:

1. Bila di daerah itu hanya ditumbuhi oleh semak-semak dan pohon-pohon

yang diameternya < 10 cm, cukup langsung didorong. Tanah yang

berhumus dikumpulkan lagi untuk dipakai lagi pada waktu reklamasi.

2. Bila pohon-pohonya berdiameter agak (10 <  < 25 cm ) dan akarnya

kokoh, maka ada dua cara :

a). Didorong beberapa kali pelan-pelan untuk menjatuhkan dahan-dahan

atau cabang-cabang yang sudah kering, lalu didorong sekaligus


8

secara mendadak dengan sedikit mengangkat bilah sampai pohon itu

roboh.

b) Dengan dua Bulldozer yang menarik rantai baja.

3. Jika pohon-pohonnya berdiameter besar, misalnya  > 25 cm, maka

caranya adalah sebagai berikut :

a). Menggali tanah disekelilingnya dulu agar akar-akarnya putus dan

kekuatan pohon berkurang , baru pohon tersebut didorong sampai

roboh.

b). Kalau batang itu tidak roboh, dapat dipakai sebuah rantai yang panjang

untuk menarik pohon itu dengan sebuah Bulldozer, tetapi apabila ada

dua, Bulldozer dengan arah masing-masing menyerong agar lebih

aman.

4. Bila selain semak-semak terdapat bongkah-bongkah batu besar (boulders)

yang akan menghalangi pekerjaan, maka kalau batu itu sangat besar tidak

boleh didorong sekaligus, karena akan melampaui batas kemampuan

dorong Bulldozer.

- Perkiraan Waktu Untuk Menumbangkan Pohon

Alat yang digunakan untuk kegiatan pembabatan ( clearing) adalah

Bulldozer, dan untuk memperkirakan waktu yang diperlukan oleh Bulldozer

untuk merobohkan pepohonan dipergunakan persamaan sebagai berikut:

T = B + M1. N1 + M2.N2 + D . F

Dimana :
9

T = Waktu yang diperlukan untuk merobohkan pepohonan untuk

lapangan kerja seluas 1 acre (1 acre = 0,047 km2)

B = Waktu untuk menjelajah lapangan seluas 1 acre tanpa merobohkan

pepohonan, menit

M = Waktu untuk merobohkan pepohonan yang memiliki diameter

tertentu

N = Jumlah pohon tiap acre untuk tertentu, berdasarkan survey di

lapangan

D = Jumlah pohon yang mempunyai diameter yang lebih dari dari 6 ft

( 180 cm )

F = Waktu yang diperlukan untuk merobohkan pohon dengan diameter

lebih dari 6 ft ( 180 cm )

e. Teknis Pelaksanaan Pengupasan Lapisan Tanah Penutup

Hal yang perlu diperhatikan dalam teknis pelaksanaan pengoperasian Bulldozer

untuk pekerjaan pengupasan lapisan penutup, yaitu :

- Diusahakan agar kerja Bulldozer pada saat mengupas dan mendorong

material penutup dengan arah menuruni lereng, hal ini dimaksudkan untuk

memenfaatkan gaya gravitasi sehingga diharapkan tenaga dorongnya akan

bertambah.

- Jarak dorongnya diusahakan tidak terlalu jauh, dimana hal ini berkaitan

dengan waktu edar, apabila jarak dorong terlalu jauh maka akan dapat

mengurangi kemempuan produksinya. Jarak dorong rata-rata oleh Bulldozer

dalam pengupasan lapisan tanah penutup bisanya berkisar 50 meter.


10

f. Metode kerja Wheel Loader

Wheel Loader mempunyai gerakan yang penting yaitu : menurunkan mangkuk

di atas permukaan tanah, mendorong ke depan ( memuat / menggusur ),

mengangkat magkuk, membawa dan membuang muatan. Dengan dasar gerakan

penting dari Wheel Loader, metode kerja untuk memuat material hasil

pengupasan lapisan tanah penutup ke Dump Truck yaitu :

- Pola kerja “ V – Shape Loading “ adalah pola kerja pemuatan dengan lintasan

seperti bentuk huruf “ V “ atau membentuk sudut 45, dan alat angkut tidak

ikut aktif.

- Pola kerja “ Cross Loading “ adalah pola kerja pemuatan dengan lintasan

saling berpotongan tegak lurus, dan alat angkut juga ikut aktif.

g. Metode kerja Dump Truck

Bila alat gali yang dipakai berupa Wheel Loader maka sangat perlu untuk

memilih alat angkut dengan kapasitas yang seimbang dengan Out put dari Wheel

Loader itu. Apabila penyesuaian pemilihan kapasitas alat angkut dengan out put

Wheel Loader tidak seimbang maka tidak akan mencapai kondisi keserasian alat

berat yang dipakai, ini akan mempengaruihi dalam penanganan material dari

pengupasan lapisan tanah penutup itu. Adapun fungsi utama dari Dump Truck

pada kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup yaitu sebagai pengangkut

material yang telah digali dan dimuat oleh Wheel Loader tadi ke tempat

penimbunan material yang telah direncanakan sebelumnya.

Ada tiga macam cara Dump Truck mengosongkan muatannya, yaitu :

- End dump or rear dump, mengosongkan muatan ke belakang


11

- Side dump, mengosongkan muatan ke samping

- Bottom dump, mengosongkan muatan ke arah bawah.

h. Produksi Bulldozer

Untuk menghitung produksi Bulldozer, di tentukan dengan dengan faktor-faktor

yang ada , adapun faktor-faktor tersebut adalah :

 Operator

 Jenis material

 Faktor Dozing secara berdampingan

 Efisiensi kerja

 Swell faktor

Di dalam perhitungan secara teoritis yang diperhitungkan dalam perkiraan

produksi Bulldozer secara berdampingan adalah sama seperti pada perhitungan

produksi bulldozer secara terpisah, hanya perbedaannya terletak pada faktor

koreksi penggunaan Blade ( bilah ).

Perhitungan produksi Bulldozer secara terpisah :

- Kapasitas Blade ( q ) ……BCM

- Waktu edar ( cycle time ) …. detik

60  menit 
- Banyaknya trip = waktu edar
= ( x ) trip

- produksi teoritis ( PT ) = kapasitas blade( q )X banyaknya trip (x).

- faktor koreksi ( FK ) =

 operator ( op )

 material ( m )
12

 dozing secara terpisah ( dst )

 efisiensi kerja ( ek )

 grade faktor ( gf )

Sehingga didapatkan produksi secara nyata ( PN ) adalah :

PN = PT x FK

= PT x ( Op X m X dst X ek X gf )………BCM /jam

= ( BCM / jam ) X ( Ton / BCM )

= …………. Ton / jam.

Perhitungan produksi Bulldozer secara berdampingan

- Kapasitas Blade ( q ) ……BCM

- Waktu edar ( cycle time ) …. detik

60  menit 
- Banyaknya trip = waktu edar
= ( x ) trip

- produksi teoritis ( PT ) = kapasitas blade( q )Xbanyaknya trip(x)

- faktor koreksi ( FK ) =

 operator ( op )

 material ( m )

 dozing secara berdampingan ( dst )

 efisiensi kerja ( ek )

 grade faktor ( gf )

Sehingga didapatkan produksi secara nyata ( PN ) adalah :

PN = PT x FK

= PT x ( Op X m X dst X ek X gf )………BCM /jam

= ( BCM / jam ) X ( Ton / BCM )


13

= …………. Ton / jam.

Perhitungan produksi alat muat :

- Kapasitas bucket ( q ) ……….M3

- Cycle time ( Ct )…………….. detik

60 menit
- Jumlah trip tiap jam = Cycle time

- Produksi secara teoritis (PT)= kapasitas bucket X jumlah trip per jam

- Faktor koreksi ( FK ) =

 faktor pengisian bucket

 effesiensi kerja

 tata laksana dan kondisi pekerjaan

- Produksi nyata ( PN ) = PT X FK ……….BCM / jam

= ( BCM / jam ) X ( Ton / jam )

= ……… Ton / jam.

Perhitungan produksi alat angkut :

- Kapasitas bak ( q ) ……….M3

- Cycle time ( Ct )…………….. detik

60 menit
- Jumlah trip tiap jam = Cycle time

- Produksi secara teoritis(PT) = kapasitas bak X jumlah trip per jam

- Faktor koreksi ( FK ) =

 faktor pengisian bucket

 effesiensi kerja

 tatalaksana dan kondisi pekerjaan

- Produksi nyata ( PN ) = PT X FK ……….BCM / jam


14

= ( BCM / jam ) X ( Ton / jam )

= ……… Ton / jam.

i. Langkah-langkah dalam pemilihan alat-alat mekanis adalah :

- Analisa tempat kerja

Medan kerja sangat berpengaruh sekali, karena apabila medan kerja buruk akan

mengakibatkan peralatan mekanis sulit untuk dapat dioperasikan secara optimal.

Kondisi suatu medan kerja tercipta oleh keadaan alam dan jenis material yang ada

didalamnya seperti ketinggian tempat kerja serta sifat fisik dari material itu

sendiri. Sifat fisik material berpengaruh besar terhadap pengoperasian alat-alat,

terutama dalam menentukan jenis alat yang akan digunakan dan taksiran kapasitas

produksinya serta perhitungan volume pekerjaan. Beberapa sifat fisik material

yang perlu diperhatikan dalam pemilihan peralatan adalah :

a. Pengembangan dan penyusutan ( swell factor )

Pengembangan dan penyusutan material adalah perubahan yang berupa

penambahan atau pengurangan volume material, apabila material tersebut

diganggu dari bentuk aslinya ( digali, diangkut atau dipadatkan ). Untuk

menghitung swell faktor digunakan rumus

- swell factor ( faktor pengembangan )

V insitu
SF = x 100%
V loose

- shringkage factor (faktor penyusutan )

V compt
Sh = ( 1 - ) x 100%
15

V loose

dimana :

V insitu = volume material dalam keadaan asli ( BCM )

V loose = volume material dalam keadaan lepas ( LCM )

V compt= volume material dalam keadaan padat (CCM)

b. Berat material

Berat adalah suatu sifat yang dimiliki oleh setiap material. Kemampuan alat

mekanis untuk melakukan pekerjaan seperti mendorong, mengangkat, menarik,

mengangkut dan lainnya sangat dipengaruhi oleh berat material tersebut. Pada

umumnya setiap alat berat mempunyai batasan kapasitas, volume tertentu.

Berat material akan berpengaruh trerhadap volume yang diangkat/didorong dan

biasanya dihitung dalam keadaan asli atau lepas.

c. Bentuk material

Bentuk material ini didasarkan pada ukuran butir material, yang akan

mempengaruhi susunan butir-butir material dalam suatu satu kesatuan volume

dan tempat. Material yang kondisi butirnya halus dan seragam kemungkinan

isinya sama dengan ruang yang ditempati, sedangkan material yang berbutir

kasar dan berbongkah-bongkah akan lebih kecil dari nilai ruangan yang

ditempati, hal tersebut terjadi karena material ini akan membentuk rongga-

rongga udara yang akan memakan sebagian dari ruangan tersebut. Ukuran butir

disini akan berpengaruh dalam pengisian bucket.

d. Kohesivitas material

Kohesivitas material adalah daya lekat atau kemampuan saling mengikat

diantara butir-butir material itu sendiri. Material dengan kohesivitas tinggi akan
16

mudah menggunung. Jadi apabila material ini berada pada suatrutempat, akan

munjung. Volume material yang menempati ruangan ini akan ada kemungkinan

bisa melebihi volume ruangan. Kohesivitas ini berhubungan dengan daya

dukung tanah, dimana semakin tinggi kohesivtas semakin tinggi pula daya

dukung tanah.

e. Kekerasan material

Material yang keras akan lebih sukar untuk dikoyak, digali atau dikupas oleh

alat mekanis. Hal ini akan menurunkan produktivitas alat. Material yang

umumnya keras adalah batu-batuan (beku, sedimen atau metamorf )

f. Daya dukung tanah

Daya dukung tanah adalah kemampuan tanah untuk mendukung alat yang

berada diatasnya. Apabila suatu alat berada diatas tanah, maka alat tersebut

akan memberikan “Ground Pressure”, sedangkan perlawanan yang akan

diberikan tanah adalah “Daya Dukung”. Jika daya dukung relatif lebih kecil

maka alat tersebut akan terbenam. Daya dukung tanah dapat dirumuskan

sebagai berikut 8) :

q = c Nc +  DNq + 1/2  BN

dimana :

q = daya dukung keseimbangan

B = lebar jejak ban luar alat

D = dalamnya jejak ban terhadap tanah

 = berat isi tanah

c = kohesi
17

g. Keadaan jalan angkut

Pemilihan alat-alat mekanis untuk transportasi sangat ditentukan oleh jarak

yang dilalui. Fungsi jalan adalah untuk menunjang operasi tambang terutama

dalam kegiatan pengangkutan. Secara geometri yang perlu diperhatikan dan

dipenuhi dalam penggunaan jalan angkut :

- Lebar jalan angkut

Lebar jalan angkut minimum yang dipakai sebagai jalur ganda atau lebih

menurut “Aasho Manual Rural High-Way” pada jalan lurus adalah :

L(m) = n . Wt + (n + 1)(1/2 . Wt)

dimana :

L(m) = lebar minimum jalan angkut ,m

n = jumlah jalur

W(t) = lebar alat angkut, m

- Lebar jalan angkut pada belokan

Lebar jalan angkut pada tikungan selalu lebih besar dari pada jalur lurus. Untuk

jalur ganda, lebar minimum pada tikungan dihitung dengan mendasarkan pada :

i. Lebar jejak ban

Lebar juntai atau tonjolan alat angkut bagian depan dan belakang saat

membelok.

W = 2 ( U + Fa + Fb + Z ) + C

U + Fa + Fb
Z =
2
18

dimana :

W = lebar jalan angkut pada tikungan, m

U = jarak jejak roda, m

Fa = lebar juntai depan, m

Fb = lebar juntai belakang, m

Z = lebar bagian tepi jalan, m

C = total lateral clearance, m

ii. Jari-jari tikungan

Jari-jari tikungan jalan angkut berhubungan dengan konstruksi kendaraan atau

alat angkut yang digunakan, dimana jari-jari lingkaran yang dijalani oleh roda

belakang dan roda depan berpotongan di pusat C dengan sudut sama terhadap

sudut penyimpangan roda depan.

W
R=
Sin 

dimana :

R = jari-jari tikungan jalan angkut, m

W = jarak antara poros depan dan belakang, m

 = sudut penyimpangan roda depan (derajat )

h. Curah hujan dan waktu yang tersedia

Dalam memilih alat-alat mekanis harus diperhatikan pula adalah iklim dan

curah hujan, hal ini perlu untuk mengetahui sampai batasan mana landasan

kerja bila terkena air hujan akan rusak atau tidak, dan untuk mengetahui

jumlah hari kerja yang benar-benar tersedia didaerah bersangkutan.


19

- Penambangan

Penambangan yang dilaksanakan disesuaikan dengan kondisi yang ada,

misalnya letak endapan andesit, lebar jenjang, tinggi jenjang.

- Jenis alat dan sistem kerja yang digunakan

Sistem kerja dan jenis alat yang digunakan disesuaikan dengan kondisi kerja

yang ada, karena jika tidak sesuai akan menyebabkan berkurangnya

produktivitas.

- Memeperkirakan kapasitas produksi alat muat dan angkut

a. Kemampuan ideal

- Alat muat ( Excavator Back Hoe )

Qi = ( 60/Ct ) x Cm x F , BCM/ jam

- Alat angkut ( Dump truck )

Qi = ( 60/Ct ) x Cb x F , BCM

dimana :

Qi = kemampuan ideal

Cb = kapasitas bilah

Ct = waktu edar, menit

Cm= kapasitas mangkuk

F = faktor pengembangan

b. Kemampuan nyata

- Alat muat ( Excavator Back Hoe )

Qi = ( 60/Ct ) x Cm x F x Eu , BCM/jam

- Alat angkut ( Dump truck )


20

Qi = ( 60/Ct ) x Cb x F x Eu , BCM/jam

dimana :

Qi = kemampuan nyata

Cb = kapasitas bilah

Ct = waktu edar, menit

Cm= kapasitas mangkuk

F = faktor pengembangan

Eu = penggunaan efektif

- Estimasi jumlah alat yang diperlukan

Untuk dapat mengestimasikan jumlah alat yang diperlukan, maka harus

diketahui terlebih dahulu :

a. volume pekerjaan, dinyatakan dalam m3/ton

b. waktu penyelesaian pekerjaan, dinyatakan dalam jam kerja

c. taksiran kapasitas produksi alat yang digunakan, dinyatakan dalam m3/jam

atau ton/jam.

Dari ketiga data tersebut maka dapat dihitung jumlah alat yang diperlukan,

dengan memasukkan kepersamaan 5) :

Vp / Wp TVp
N = atau N=
Kp Kp

dimana :

Vp = volume pekerjaan

Wp = waktu penyelesaian

Tvp = target volume pekerjaan ( Tvp = Vp/Wp )

Kp = kapasitas produksi alat


21

- Keserasian kerja alat muat dan alat angkut

Untuk menilai keserasian kerja alat muat dan alat angkut digunakan dengan

menggunakan Mitch Factor yang dirumuskan :

n H x Lt
MF =
nL x cH
dimana :

nH = jumlah alat angkut

Lt = waktu yang diperlukan alat muat untuk mengisi alat angkut sampai penuh.

nL = jumlah alat muat

cH = waktu edar alat angkut diluar waktu tunggu

Adapun cara menilainya adalah :

- MF < 1 , artinya alat muat bekerja kurang dari 100%, sedang alat angkut

bekerja 100% sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat muat karena menunggu

alat angkut yang belum datang.

- MF = 1 , artinya alat muat dan angkut bekerja 100%, sehigga tidak terjadi

waktu tunggu dari kedua jenis alat tersebut.

- MF > 1 , artinya alat muat bekerja 100%, sedangkan alat angkut bekerja

kurang dari 100%, sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat angkut.

2. Data – Data

a. Data-data yang berhubungan dengan daerah penelitian, yang meliputi antara lain:

 Data geologi, stratigrafi, topografi

 Data singkapan

 Data penyebaran sumur bor


22

 Data curah hujan

b. Data-data yang dibutuhkan untuk pengolahan data, yang meliputi :

 Data banyaknya sampel

 Data hasil pemboran

 Data singkapan dan lapisan penutup

c. Data pendukung

Data-data yang dapat mendukung data-data lapangan guna menganalisa

permasalahan yang ada untuk mencari alternatif penyelesaian masalah. Data

pendukung dapat diambil antara lain dari laporan eksplorasi, brosur-brosur dari

perusahaan, data dari instansi terkait dan dari literatur-literatur.

3. Analisa

Analisa yang dilakukan terhadap data-data yang diambil tersebut diatas yang

diantaranya :

 Analisa geologi, topografi, litologi

 Analisa data hasil pemboran (misal : kualitas dan penyebarannya).

F. METODOLOGI PENELITIAN

1. Studi Literatur

Dalam hal ini dilakukan dengan menggabungkan antara teori dengan data-data di

lapangan, adapun bahan-bahan diperoleh dari Instansi yang terkait dengan penelitian

ini dan perpustakaan kampus dan daerah yang mana dapat berupa :

a. Literatur
23

b. Brosur-brosur

c. Peta dasar, peta geologi, topografi dan litologi

2. Penelitian Langsung di lapangan

Hal ini dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu :

a. Observasi lapangan

Yaitu dengan melihat langsung kondisi lapangan daerah penelitian, luas

serta kesampaian daerah serta mencocokkan dengan data-data yang diperoleh.

b. Penentuan titik pengamatan

Yaitu dengan menentukan batas-batas penyebaran lubang bor yang diamati sesuai

dengan data-data yang diperoleh.

c. Cek kembali perumusan masalah

Yaitu dengan menyesuaikan data-data yang diperoleh agar apa yang telah di dapat

sesuai dengan yang dibutuhkan untuk masalah yang akan dipecahkan.

3. Pengambilan Data

Dalam penelitian ini pengambilan data diperoleh dari :

 Perusahaan yang bersangkutan, baik melalui para karyawan secara lisan maupun

tulisan.

 Instansi yang terkait, seperti P3TMB dan pusat informasi lainnya

 Perpustakaan, baik perpustakaan kampus UPN “Veteran” maupun perpustakaan

daerah.

4. Akuisisi Data

Hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam pengolahan data, diantaranya :

 Pengumpulan dan pengelompokan data

 Menghitung jumlah data dengan metode statistik


24

5. Pengolahan data

Dilakukan dengan melakukan beberapa perhitungan dan penggambaran, selanjutnya

disajikan dalam bentuk tabel, grafik, atau rangkaian perhitungan pada penyelesaian

dalam suatu proses tertentu.

6. Analisa hasil pengolahan data

Dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh kesimpulan sementara. Selanjutnya

kesimpulan sementara ini akan diolah lebih lanjut pada bagian pembahasan.

7. Kesimpulan

Diperoleh setelah dilakukan korelasi antara hasil pengolahan dengan permasalahan

yang diteliti. Kesimpulan ini merupakan hasil akhir dari semua masalah yang

dibahas.

G. JADWAL KEGIATAN

H. DAFTAR PUSTAKA

Waktu Februari Maret April


No Kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Studi Pustaka
2 Pengamatan
3 Pengambilan Data
4 Pengolahan Data
5 Pembuatan Draft

1. Howard, L. Hartman, “Introductory Mining Engineering”, John Willey and Sons.


.
2. Yanto Indonesianto, Ir., “Pemindahan Tanah Mekanis”, Dikat I, Teknik
pertambangan UPN “Veteran”, Yogyakarta, 2001.

3. Peurifoy, RL., (1987), Construction Planning, Equipment and Methods, Second


Edition, Mc Graw Hill, Kogasukha, Ltd, Tokyo, Singapura, Sidney.
25

4. Sidney G. Seiffer, “How To Conduct A Mine Feasibility Study Surface Coal


Mines”,____

Anda mungkin juga menyukai