Anda di halaman 1dari 5

A.

Pengertian Eritrosit

Sel darah merah atau disebut sebagai eritrosit berasal dari Bahasa Yunani, yaitu
erythros berarti merah dan kytos yang berarti selubung/sel. Eritrosit merupakan bagian sel
darah yang mengandung hemoglobin (Hb). Hemoglobin adalah biomolekul yang mengikat
oksigen. Sedangkan darah yang berwarna merah cerah dipengaruhi oleh oksigen yang diserap
dari paru-paru. Pada saat darah mengalir ke seluruh tubuh, hemoglobin mlepaskan oksigen ke
sel dan mengikat karbondioksida. Jumlah hemoglobin pada orang dewasa kira-kira 11,5-15 gr
dalam 100 cc darah. Normal Hb wanita 11,5 mg% dan laki-laki 13,0 mg%.

Fungsi utama eritrosit adalah untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan
tubuh dan mengangkut CO2 dari jaringan tubuh ke paru-paru oleh Hb. Eritrosit yang
berbentuk cakram bikonkaf mempunyai area permukaan yang

Sel darah merah memerlukan protein karena strukturnya terdiri dari dari asam amino
dan memerlukan pula zat besi, sehingga diperlukan diet seimbang zat besi. Di dalam tubuh
banyaknya sel darah merah ini bisa berkurang, demikian juga banyaknya hemoglobin dalam
sel darah merah. Apabila kedua-duanya berkurang maka keadaan ini disebut anemia, yang
biasnya disebabkan oleh pendaharan hebat, penyakit yang melisis eritrosit dan tempat
pembuatan eritrosit terganggu.

B. Struktur Eritrosit

Bentuk sel darah merah pada manusia adalah bionkaf atau berbentuk piringan pipih
seperti donat. Kepingan eritrosit manusia memiliki diameter sekitar 6-8µm dan tebalnya
sekitar 2µm, eritrosit termasul sel paling kecil dari pada sel-sel lainnya yang terdapat dalam
tubuh manusia. Jumlah sel darah merah adalah jumlah yang paling banyak dibandingkan
jumlah sel darah lainnya. Secara normal, di dalam darah seorang laki-laki dewasa terdapat 25
triliun sel darah merah atau setiap 1mm³ darah terdapat 5 juta sel darah merah. Pada
perempuan dewasa, jumlah sel darah merah per mm³ sebanyak 4,5 juta.

C. Pembentukan Eritrosit

Sel darah merah hanya mampu bertahan selama 120 hari. Proses dimana eritrosit
diproduksi dimaksud eritropoiesies. sel darah merah yang rusak akhirnya akan pecah menjadi
partikel-partikel kecil didalam hati dan limpa. Sebagian besar sel yang rusak dihancurkan
oleh limpa dan yang lolos akan dihancurkan oleh hati. Hati menyimpan kandungan zat besi
dari hemoglobin yang kemudian diangkut oleh darah ke sumsum merah tulang untuk
membentuk sel darah merah yang baru. Sumsum mrah tulang memproduksi eritrosit, dengan
laju produksi sekitar 2 juta eritrosit per detik. Produksi dapat distimulasi oleh hormon
erittoprotein(EPO) yang disentesa ginjal. Hormon ini sering digunakan para atlet dalam satu
pertandingan sebagai doping. Saat sebelum dan sesudah meninggalkan sumsum tulang
belakang, sel yang berkembang ini dinamakan retikulosit dan jumlahnya sekitar 1% dari
semua darah yang beredar.

D. Kelainan Eritrosit
1) Kelainan berdasarkan ukuran eritrosit
- Makrosit : diameter <7 mikron , ditemukan pada anemia defesiensi besi dan
keracunan tembaga.
- Mikrosit : diameter rata-rata >8 mikron. Ditemukan pada anemia megaloblastik dan
anemia aplastik
- Anisositosis : ditandai dengan adanya eritrosit dengan ukuran yang tidak sama dalam
sediaan apusan darah tepi, tidak ditemukan suatu kelainan hematologic yang spesifik
2) Kelainan berdasarkan bentuk eritrosit
1. Ovalosit

Bentuk eritrosit lonjong seperti telur (oval), kadang dapat lebih gepeng sehingga
disebut sebagai eliptosit. Mekanisme terjadinya kelinan ini belum diketahui. Keadaan ini
dapat dijumpai pada:

1. Elipsitosis herediter
2. Anemia megaloblasitik (makro-ovalosit)
3. Anemia defisiensi besi (sel pensil/sel cerutu)
4. Mielofibrosis
5. Anemia sel sabi

2. Sferosit

Sel ini berbentuk seperti bola, pada sediaan apus dengan pewarnaan Wright akan
tampak sebagai eritrosit normal dan tidak terdapat daerah pucat di bagian tengah eritrosit
sehingga warnanya tampak lebih gelap. Sferosit terjadi akibat kelainan atau kerusakan
membrane eritrosit, baik yang kongenital maupun didapat. Kelainan kongenital: Sferositosis
herediter. Kelainan didapat: Immune haemolytic anemia, luka bakar yang berat,
Hipersplenisme, dan Mikroangiopati

3. Schistocyte

Bentuk eritrosit tidak beraturan akibat proses fragmentasi. Terjadi akibat proses fragmentasi,
yaitu hilangnya sebagian membrane eritrosit, baik disertai dengan hilangnya Hb ataupun
tidak. Frgamentosit dapat terjadi karena:

1. Gangguan sirkulasi cairan dalam pemubuluh darah seperti pada hipertensi, TTP,
penggantian katub jantung.
2. Kelianan pada eritrosit yang menyebabkan eritrosit tidak mudah berubah bentuk
menyesuaikan dengan bentuk kapiler saat melewati mikrosirkulasi, seperti pada
sferositosis, perubahan membrane eritrosit oleh antibody

Sel ini dapat ditemui pada:

 Anemia hemolitik mikroangiopatik


 DIC
 Pembedahan katub jantung atau pemakaian katub jantung buatan
 Sindroma hemolitik uremic
 TTP (Thrombotic Trombositopenia Purpura)
 Luka bakar yang berat.

4. Teardrop cell

Eritrosit bentuk seperti buah pear atau tetesan air mata. Dijumpai pada mielofibrosis
dengan metaplasia myeloid. Diduga berhubungan dngan eritrosit yang mengandung
badan/benda inklusi, dimana saat benda inklusi dikeluarkan dari sel terjadi perubahan bentuk
tersebut.

5. Acantocyte

Eritrosit yang pada permukaannya mempunyai 3-12 duri dengan ujung tumpul yang
tidak sama panjang. Mekanisme terbentuknya kelainan ini belum diketahui. Diketahui bahwa
kadar kolesterol membrane eritrosit pada kelainan ini meningkat dan jumlah lecithin pada
membrane menurun. Kelainan ini dapat dijumpai pada:

- Abetalipoproteinemia kongenital
- Penyakit hati kronik
- Hipotiroidisme
- Defisiensi vitamin E
- Pasca splenektomi

6. Sickle cell

Sel ini adalah eritrosit yang berubah bentuk menyerupai sabit akibat polimerisasi Hb
S pada keadaan kekurangan O2 yang bersifat reversible. Dijumpai pada: penderita Hb S,
terutama yang homozigot, kadang ditemukan juga pada Hb C Harlem dan Hb I.

7. Stomatocyte

Bentuk seperti mangkuk, pada sediaan apus dengan pulasan Wright tampak sebagai
eritrosit dengan bagian pucatnya sebagai celah (tidak bundar). Mekanisme kelainan ini belum
diketahui. Stomatosit dapat dijumpai pada:

 Kelainan kongenital: sferostomasitosis herediter dan sferositosis herediter.


 Kelainan didapat: alkoholisme akut, pengaruh obat (fenotiasin dan khlorpromazine),
bersifat reversible

8. Target sell

Target cell adalah eritrosit berbentuk seperti lonceng akibat permukaan eritrosit lebih
luas dari eritrosit normal. Pada sediaan apus darah tepi menggunakan pulasan Wright eritrosit
ini akan terlihat seperti sel sasaran (target), dimana bagian tengah yang harusnya berwarna
pucat malah berwarna lebih gelap atau merah. Sel target akibat mempunyai luas permukaan
yang lebih besar dibandingkan eritrosit normal,menunjukan fragilitas osmotic yang lebih
rendah dari eritrosit normal (tidak mudah pecah/lebih tahan terhadap larutan yang hipotonik).
Sel sasaran dapat terjadi akibat; 1). Peningkatan kadar kolesterol dan fosfolipid pada
membrane eritrosit; penyakit hati kronik. 2). Penurunan jumlah/ kadar Hb dalam sel eritrosit,
misalnya pada anemia defisiensi besi, thalassemia, anemia sel sabit, penyakit haemoglobin C.

3) Kelainan berdasarkan warna eritrosit


- Hipokromia : Terdapat pada anemia defesiensi Fe.
- Hiperkromia hemoglobin abnormal terkonsentrasi di dalam eritrosit, seperti pada
pasien luka bakar dan sferositosis bawan.
- Anisokromia:.
- Polikromasia : eritrosit berwarna merah muda sampai biru. Terjadi pada anemia
hemolitik, dan hemopoesis ekstrameduler.

E. Implikasi klinik :
Secara umum nilai Hb dan Hct digunakan untuk memantau derajat anemia, Serta respon
terhadap terapi anemia
Jumlah sel darah merah menurun pada pasien anemia leukemia, penurunan fungsi ginjal,
talasemin, hemolisis dan lupus eritematosus sistemik. Dapat juga terjadi karena obat (drug
induced anemia). Misalnya: sitostatika, antiretroviral.
Sel darah merah meningkat pada polisitemia vera, polisitemia sekunder, diare/dehidrasi,
olahraga berat, luka bakar, orang yang tinggal di dataran tinggi.

Anda mungkin juga menyukai