Anda di halaman 1dari 8

ANALISA PERHITUNGAN EROSI DAN ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN

DI DAERAH ALIRAN SUNGAI WELANG KABUPATEN PASURUAN


MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)

Misnawati

ABSTRAK

Pernyataan Kementerian Kehutanan yang mengindikasikan 60 kondisi DAS di Indonesia pada


umumnya sudah mengalami kerusakan berat sampai sangat berat. Tidak terkecuali DAS Welang yang
berada di WS Welang Rejoso, Kabupaten Pasuruan merupakan salah satu DAS kritis dan DAS prioritas
yang harus segera ditangani. Studi dilakukan di DAS Welang Hulu, Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jawa
Timur. Penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan perhitungan debit limpasan permukaan dan laju
erosi lahan dengan menggunakan peta penggunaan lahan kondisi eksisting. Setelah itu dilakukan
penentuan Tingkat Bahaya Erosi. Langkah selanjutnya dilakukan penentuan arahan penggunaan lahan
(fungsi kawasan) dan kelas kemampuan lahan. Upaya konservasi lahan secara vegetatif dilakukan
dengan mensimulasi penggunaan lahan. Simulasi dilakukan dengan melakukan penambahan hutan tiap
10 % dari luas keseluruhan DAS Welang. Simulasi ini bertujuan untuk mendapatkan luas hutan yang
ideal dan dapat menurunkan laju erosi lahan yang terjadi di DAS Welang. Hasil studi menunjukkan
bahwa erosi total yang terjadi di DAS Welang Hulu sebesar 107.173,974 mm/ha/tahun. Luas lahan yang
mengalami TBE sangat ringan seluas 3399,11 ha (20,88 %), TBE ringan seluas 6269,15 ha (38,51 %), TBE
sedang seluas 2880,73 ha (17,69 %), TBE berat seluas 2448,88 ha (15,04 %) dan TBE sangat berat seluas
1282,25 ha (7,88 %). Komposisi penggunaan lahan yang sesuai kondisi DAS Welang Hulu yaitu dengan
mengusahakan luas hutan sebesar 50 % dari total luas DAS serta merencanakan penggunaan lahan
sesuai dengan fungsinya. Adapun rekomendasi penggunaan lahan yang sesuai dengan kondisi DAS
Welang hulu yaitu kawasan lindung 523,451 ha (3,22 %), kawasan penyangga 8870,576 ha (54,49 %),
kawasan budidaya tanaman tahunan 3481,994 ha (21,39 %), kawasan budidaya tanaman semusim atau
permukiman 616,237 ha (3,79 %), hutan 1218,549 ha (7,48 %), area permukiman 1558,491 ha (9,57 %),
dan gedung 10,828 ha (0,07 %).

Kata Kunci : Erosi, Debit Limpasan, MUSLE, SIG

PENDAHULUAN
Salah satu awal penyebab terjadinya mengalami kerusakan berat sampai sangat
suatu bencana alam seperti bencana berat.
banjir, longsor, kekeringan, serta Berdasarkan hasil identifikasi Dephut
pemanasan global yang berujung pada (1999), tercatat 458 DAS kritis di Indonesia
perubahan iklim adalah terjadinya terdiri dari 60 DAS termasuk kategori rusak
kerusakan hutan. Hutan yang merupakan berat sampai sangat berat (16 DAS beradi
salah satu bagian dari Daerah Aliran Sungai Pulau Jawa), 222 DAS termasuk kelas
(DAS) berfungsi sebagai pelindung mata air sedang sampai berat dan 176 DAS
dan sebagai daerah resapan air. Beberapa potensial rusak. Jumlah DAS yang telah
penyebab rusaknya hutan adalah mengalami kerusakan tersebut saat ini
penebangan komersial, kebakaran hutan, kondisinya tidak semakin membaik, akan
dan pembukaan hutan untuk aktivitas tetapi cenderung semakin bertambah, hal
usaha tani. Hal tersebut seiring dengan ini dibuktikan dengan meningkatnya
pernyataan Departemen Kehutanan kejadian bencana alam tanah longsor,
(Dephut) yang mengindikasikan kondisi banjir dan kekeringan. Laporan dari pihak
DAS di Indonesia pada umumnya sudah terkait mengenai upaya rehabilitasi DAS

1 JURNAL REKAYASA SIPIL / Vol 1 No 1- FEBRUARI 2013 ISSN 2337-7720


telah banyak dilakukan, tetapi hasilnya Kelurahan Karang Ketug, Kecamatan
belum significant. Sementara bencana Gading Rejo, Kota Pasuruan. Menurut
alam tanah longsor, banjir, dan kekeringan Dinas Pengairan Provinsi Jawa Timur,
terjadi semakin meningkat setiap muara sungai dan kapasitas ruas Sungai
tahunnya. Bahkan terjadi di beberapa Welang terutama di sekitar muara sampai
wilayah DAS yang biasanya tidak terjadi dengan Jembatan Jalan Nasional sepanjang
bencana banjir dan tanah longsor tetapi + 7 km tidak mampu menampung dan
beberapa tahun terakhir ini malah terjadi, mengalirkan debit banjir. Penyebab utama
hal ini merupakan indikasi bahwa kondisi hal tersebut adalah
DAS di beberapa daerah telah terjadi sedimentasi/pendangkalan dan usaha dari
peningkatan kerusakan (Siaran Pers Nomor penduduk untuk mencegah longsoran
: S. 596 /PIK-1/2008, 2008 : dengan cara merobohkan pohon-pohon
http://www.dephut.go.id). bambu ke dalam penampang sungai yang
Wilayah Sungai (WS) Welang - Rejoso menyebabkan terjadinya penyempitan
merupakan salah satu Wilayah Sungai yang pada sungai, sehingga terjadi arus balik ke
cukup luas yang diperuntukan bagi hulu (back water) dan banjir di bagian hulu.
penyediaan Sumber Daya Air. WS Welang - Luapan banjir tersebut menyebabkan
Rejoso memiliki luas sebesar 3.593 km2, genangan di Kota Pasuruan terutama di
dengan jumlah sungai 35 buah dan DAS ruas jalan nasional dengan lama genangan
yang melintasi kabupaten atau kota rata-rata 5 jam dan terjadi 1 sampai
sebanyak 13 buah. WS tersebut memegang dengan 2 kali dalam 1 tahun. Oleh karena
peranan penting bagi kehidupan itu Pemerintah Provinsi Jawa Timur melalui
masyarakat Kabupaten Pasuruan, terutama Dinas Pengairan Provinsi Jawa Timur
dalam bidang sosial dan ekonomi. WS ini merekomendasikan bahwa perlu adanya
memiliki potensi geografis yang strategis penanganan dan pengendalian daya rusak
untuk dikembangkan. Oleh karena itu, air pada DAS Welang dalam usaha
semua potensi ketersediaan air yang ada di pengelolaan sumber daya air di WS Welang
WS ini harus dapat dimanfaatkan secara - Rejoso (http://www.dpuairjatim.com dan
maksimal. http://www.republika.co.id/berita/breakin
DAS Welang dengan luas 511,60 Km2 g-news/nasional/08/11/22/15687-banjir-
merupakan salah satu DAS lintas bandang-rendam-pasuruan).
kabupaten atau kota di WS Welang -
Rejoso yaitu Kabupaten Malang,
Kabupaten Pasuruan dan Kota Pasuruan. Rumusan Masalah
Menurut UPT PSAWS Gembong - Pekalen, Berdasarkan uraian diatas diperoleh
DAS Welang merupakan DAS terbesar di rumusan masalah sebagai berikut :
WS Welang - Rejoso. DAS tersebut memiliki 1. Berapakah besarnya potensi laju erosi
6 Daerah Irigasi (DI) yang merupakan yang terjadi di DAS Welang
sentra lumbung padi dan pensuplai air bagi menggunakan SIG?
Kabupaten dan Kota Pasuruan. Selain 2. Bagaimanakah kondisi sebaran Tingkat
merupakan sentra lumbung padi dan Bahaya Erosi (TBE) pada DAS Welang?
pensuplai air, DAS Welang merupakan 3. Bagaimanakah komposisi penggunaan
salah satu DAS kritis dan DAS prioritas yang lahan yang sesuai dengan kondisi DAS
harus segera ditangani dalam hal Welang serta berbasis Sumber Daya Air
pengendalian daya rusak air menggunakan SIG?
(http://uptgembongpekalen.dpuairjatim.co
m).
Pada tanggal 21 November 2011 telah Tujuan dan Manfaat
terjadi banjir bandang di Kota Pasuruan.
Adapun tujuan yang hendak dicapai
Banjir tesebut disebabkan meluapnya
dalam studi ini
Sungai Welang sehingga menggenangi
belasan rumah dan sebagian besar jalan di
2 JURNAL REKAYASA SIPIL / Vol 1 No 1- FEBRUARI 2013 ISSN 2337-7720
1. Mengetahui kondisi Tingkat Bahaya DAS adalah suatu wilayah daratan yang
Erosi (TBE) pada DAS Welang Hulu. secara topografik dibatasi oleh punggung-
2. Memperoleh komposisi penggunaan punggung gunung yang menampung dan
lahan yang sesuai dengan kondisi DAS meyimpan air hujan untuk kemudian
Welang serta berbasis Sumber Daya Air menyalurkannya ke laut melalui sungai
menggunakan SIG. utama (Asdak, 2004 : 4). Pengelolaan DAS
adalah suatu proses formulasi dan
TINJAUAN PUSTAKA implementasi kegiatan atau program yang
bersifat menipulasi sumber daya alam dan
Hidrologi dan Pengelolaan DAS manusia yang terdapat di daerah aliran
Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari sungai untuk memperoleh manfaat
air dalam segala bentuknya (cairan, gas, produksi dan jasa tanpa menyebabkan
padat) pada, dalam, dan di atas permukaan terjadinya kerusakan sumber daya air dan
tanah. Termasuk didalamnya adalah tanah. Termasuk dalam pengelolaan DAS
penyebaran daur dan perilakunya, sifat- adalah identifikasi keterkaitan antara tata
sifat fisika dan kimianya, serta guna lahan, tanah dan air, dan keterkaitan
hubungannya dengan unsur-unsur hidup antara daerah hulu dan hilir suatu DAS
dalam air itu sendiri (Asdak, 2002 : 4). (Asdak, 2004 : 5). Pengelolaan DAS perlu
mempertimbangkan aspek-aspek sosial,
Daur Hidrologi ekonomi, budaya, dan kelembagaan yang
Daur atau siklus hidrologi adalah beroperasi di dalam dan di luar daerah
gerakan air laut ke udara, yang kemudian aliran sungai yang bersangkutan.
jatuh ke permukaan tanah lagi sebagai
hujan atau bentuk presipitasi lain, dan dipilih dapat digunakan atau tidak untuk
akhirnya mengalir ke laut kembali serangkaian data yang tersedia. Dalam
(Soemarto, 1999 : 2). studi ini, untuk keperluan analisis uji
kesesuaian distribusi digunakan dua
metode statistik, yaitu Uji Chi Square dan
Uji Smirnov Kolmogorov.

Erosi
Erosi adalah suatu peristiwa hilang atau
terkikisnya tanah atau bagian tanah dari
suatu tempat yang terangkut ke tempat
lain, baik disebabkan oleh pergerakan air
atau angin (Arsyad, 1983). Proses hidrologi
Gambar 1 Daur Hidrologi
secara langsung dan tidak langsung akan
Sumber : Asdak, 2004
berhubungan dengan terjadinya erosi,
Dalam daur hidrologi energi panas
transpor sedimen, deposisi sedimen di
matahari dan faktor-faktor iklim lainnya
daerah hilir, serta mempengaruhi
menyebabkan terjadinya proses evaporasi
karakteristik fisik, biologi, dan kimia.
pada permukaan vegetasi dan tanah, di
Terjadinya erosi ditentukan oleh faktor-
laut, di sungai, atau di danau. Uap air
faktor iklim (intensitas hujan), topografi,
sebagai hasil proses evaporasi akan
karakteristik tanah, vegetasi penutup
terbawa oleh angin melintasi daratan yang
tanah, dan tata guna lahan.
bergunung maupun datar, dan apabila
keadaan atmosfer memungkinkan,
Pendugaan Laju Erosi Metode MUSLE
sebagian dari uap air tersebut akan
Metode Modified Universal Soil Loss
terkondensasi dan turun sebagai air hujan.
Equation (MUSLE) merupakan modifikasi
dari metode Universal Soil Loss Equation
Pengelolaan DAS
(USLE) yang dikembangkan oleh Williams

3 JURNAL REKAYASA SIPIL / Vol 1 No 1- FEBRUARI 2013 ISSN 2337-7720


(1978). Pada metode MUSLE faktor energi bilangan perbandingan antara
curah hujan digantikan dengan faktor besarnya kehilangan tanah pada
limpasan permukaan, sehingga besarnya kondisi usaha konservasi tanah
perkiraan hasil sedimen menjadi lebih ideal dengan besarnya kehilangan
besar. Pada daerah yang cukup luas, tanah pada kondisi penanaman
selama erosi juga terjadi pengendapan tegak lurus terhadap garis kontur.
dalam proses pengangkutan. Oleh karena
itu, Williams (1978) mengadakan Arahan Fungsi Kawasan dan Tata Guna
modifikasi terhadap metode USLE untuk Lahan sesuai Variabel Karakteristik
menduga hasil endapan dari setiap Lingkungan
kejadian limpasan permukaan, dengan Pengaturan penggunaan lahan
mengganti indeks erosivitas hujan, dengan merupakan upaya penataan suatu wilayah
limpasan permukaan (Utomo, 1994 : 154: menjadi beberapa kawasan dengan dengan
A = Rw.K.LS.C.P (2) fungsi yang berbeda-beda. Fungsi kawasan
dengan : kaitannya dengan usaha konservasi tanah
A = Besarnya kehilangan tanah per dan air dibagi menjadi :
satuan luas lahan (mm/ha/th)  Kawasan lindung
Rw = Faktor erosivitas limpasan  Kawasan Penyangga
permukaan menurut Williams  Kawasan budidaya tanaman tahunan
K = Faktor erodibilitas tanah  Kawasan budi daya tanaman semusim
L = Faktor panjang kemiringan lereng Arahan penggunaan lahan ditetapkan
S = Faktor gradien (beda) kemiringan berdasarkan kriteria dan tata cara
yang tidak mempunyai satuan penetapan hutan lindung dan hutan
C = Faktor (pengelolaan) cara bercocok produksi yang adalah berkaitan dengan
tanam yang tidak mempunyai karakteristik fisik DAS berikut ini :
satuan dan merupakan bilangan a) Kemiringan lereng.
perbandingan antara besarnya b) Jenis tanah menurut kepekaannya
kehilangan tanah pada kondisi cara terhadap erosi.
bercocok tanam yang diinginkan c) Curah hujan harian rata-rata.
dengan besarnya kehilangan tanah
pada keadaan tilled continuous
fallow. METODE PENELITIAN
P = Faktor praktek konservasi tanah
(cara mekanik) yang tidak
mempunyai satuan dan merupakan

Penelitian ini dilakukan dengan cara dapat menurunkan laju erosi lahan yang
melakukan perhitungan debit limpasan terjadi di DAS Welang. Setelah dilakukan
permukaan dan laju erosi lahan dengan simulasi penggunaan lahan maka dilakukan
menggunakan peta penggunaan lahan penghitungan kembali besarnya laju erosi
kondisi eksisting. Setelah itu dilakukan dan debit limpasan untuk melihat apakah
penentuan Tingkat Bahaya Erosi. Langkah laju erosi dan debit limpasan sesuai dengan
selanjutnya dilakukan penentuan arahan batasan toleransi di DAS Welang. Proses
penggunaan lahan (fungsi kawasan) dan perhitungan laju erosi, debit limpasan, dan
kelas kemampuan lahan. Upaya konservasi penentuan arahan penggunaan lahan
lahan secara vegetatif dilakukan dengan menggunakan bantuan Sistem Informasi
mensimulasi penggunaan lahan. Simulasi Geografi (SIG).
dilakukan dengan melakukan penambahan Data-data yang diperlukan untuk
hutan tiap 10 % dari luas keseluruhan DAS menyelesaikan penelitian ini, yaitu :
Welang. Simulasi ini bertujuan untuk 1. Data curah hujan harian tahun 2002-
mendapatkan luas hutan yang ideal dan 2011 yang bersumber dari UPT PSAWS

4 JURNAL REKAYASA SIPIL / Vol 1 No 1- FEBRUARI 2013 ISSN 2337-7720


(Unit Pelaksana Teknis Pengelolaan Analisis Laju Erosi Metode MUSLE
Sumber Daya Air Wilayah Sungai) Penentuan besarnya laju erosi dengan
Gembong Pekalen. Data curah hujan cara analisa spasial tumpang susun (overlay)
akan digunakan dalam analisa hidrologi dengan menggunakan perangkat lunak
dan juga dalam penentuan indeks ArcGIS 9.3. Analisa ini dilakukan dengan
erosivitas. menggunakan ArcToolBox menu Analysis
2. Peta Daerah Aliran Sungai (DAS) Welang Tools-Overlay pada perangkat lunak Arc GIS
yang bersumber dari UPT PSAWS 9.3. Data-data yang digunakan adalah peta
Gembong Pekalen sebagai alat indeks erosivitas limpasan permukaan (Rw),
pembanding dalam pembuatan batas erodibilitas tanah (K), kemiringan dan
DAS. panjang lereng (LS) dan peta penggunaan
3. Peta topografi (kontur) dengan skala 1: lahan (CP). Hasil overlay prediksi laju erosi
25.000 digunakan untuk mengetahui di DAS Welang Hulu dengan metode
kondisi alam, elevasi, dan arah aliran. MUSLE dapat dilihat pada Gambar 3.
4. Peta tata guna lahan digunakan untuk
mengetahui tata guna lahan tahun 2011
di DAS Welang. Dengan peta tata guna
lahan maka dapat digunakan untuk
menentukan koefisien pengaliran dan
faktor pengelolaan tanaman.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Debit Limpasan
Penentuan besarnya debit limpasan
metode rasional modifikasi dengan analisa
spasial tumpang susun (overlay) Gambar 3. Peta Sebaran Laju Erosi
menggunakan perangkat lunak ArcGIS 9.3. DAS Welang
Analisa ini dilakukan dengan menggunakan
Tingkat Bahaya Erosi (TBE)
ArcToolBox menu Analysis Tools-Overlay
Analisa TBE dilakukan untuk
pada perangkat lunak ArcGIS 9.3. Data-data
mengetahui kelas bahaya erosi suatu lahan
yang digunakan adalah Sub-Sub DAS
dengan melihat laju erosi yang terjadi (A)
Welang Hulu (Koef CS dan I), peta
dan kedalaman solum tanahnya. Hasil
penggunaan lahan (Koefisien C). Hasil
sebaran TBE pada DAS Welang Hulu
overlay sebaran Debit Limpasan
disajikan pada Gambar 4.
Permukaan kala ulang 1.01 tahun dengan
kondisi tata guna lahan di DAS Welang
dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 4. Peta Sebaran Tingkat Bahaya Erosi


DAS Welang
Gambar 2 Peta Sebaran Debit Limpasan
Permukaan Kala Ulang 1.01 Tahun Rekomendasi ARLKT (Arahan Rehabilitasi
DAS Welang Lahan dan Konservasi Tanah) dan Kelas
Kemampuan Lahan

5 JURNAL REKAYASA SIPIL / Vol 1 No 1- FEBRUARI 2013 ISSN 2337-7720


Mengacu pada rencana Gambar 6 Peta Sebaran Kelas Kemampuan
pengembangan wilayah Kabupaten Lahan DAS Welang
Pasuruan dan Kabupaten Malang serta
didasarkan pada perkembangan fisik dan Konservasi Secara Vegetatif
lingkungan pada kawasan DAS Welang Simulasi dengan Skenario Manajemen
Hulu, maka dapat ditentukan arahan Lahan Berupa Hutan
pemanfaatan DAS Welang Hulu dimana Sesuai dengan konsep usaha
DAS tersebut mempunyai peranan yang konservasi tanah secara vegetatif yaitu
sangat penting dan membawa dampak dengan penggunaan tanaman atau
secara langsung terutama pada daerah tumbuhan maka diantara komponen-
yang dilalui sungai dan Purwodadi sebagai komponen rumus MUSLE, komponen yang
outlet dari DAS Welang Hulu. Sebagai dasar dapat dikendalikan untuk usaha
pertimbangan dalam mempersiapkan pencegahan erosi adalah faktor
arahan pemanfaatan lahan pada DAS pengelolaan tanaman (C) dan faktor
Welang Hulu, perlu diperhatikan berbagai pengelolaan dan konservasi tanah (P). Dari
kriteria untuk menetapkan Kawasan pengertian tersebut, konservasi secara
Lindung, Kawasan Penyangga dan Kawasan vegetatif dilakukan dengan cara reboisasi
Budidaya Tanaman Tahunan serta Kawasan (penghutanan kembali) pada lahan-lahan
Budidaya Tanaman Semusim/permukiman. yang sebelumnya adalah hutan. Lahan-
Klasifikasi kemampuan lahan ini bertujuan lahan yang dapat dihutankan kembali
untuk mengetahui kemampuan tanah adalah rumput / tanah kosong, semak
berdasarkan sifat-sifat tanah dan faktor- belukar, tegalan / ladang, sawah tadah
faktor pembatas yang mempengaruhi hujan, dan kebun.
lahan tersebut untuk penggunaan- Dari lahan-lahan tersebut dilakukan
penggunaan tertentu. Hasil pembuatan skenario simulasi penggunaan lahan
peta ARLKT dan Kelas Kemampuan Lahan dengan menambahkan luas penggunaan
DAS Welang disajikan pada Gambar 5 dan hutan sebesar 10 % dari luas total DAS
6. Welang Hulu yang dilakukan dari bagian
hulu DAS menuju hilir DAS. Konsep
penambahan luas hutan sebesar 10 %
dimaksudkan untuk mengetahui komposisi
ideal luas penggunaan lahan hutan pada
DAS Welang. Selain itu, untuk melihat
secara detail perubahan yang terjadi tiap
kali penambahan luas hutan sebesar 10 %.
Kondisi awal menunjukan luas hutan
sebesar 2,42 %. Skenario yang dirancang
untuk simulasi ini adalah melakukan
Gambar 5 Peta Sebaran Arahan Rehabilitasi perubahan tata guna lahan hutan terhadap
Lahan dan Konservasi Tanah DAS Welang seluruh luasan lahan.
Berdasarkan hasil simulasi penggunaan
lahan dengan penambahan luas hutan
sebesar 10 % dari luas total DAS yang
diskenariokan dari hulu ke hilir DAS,
diperoleh komposisi efektif untuk
menangani besarnya laju erosi lahan di
DAS Welang bagian hulu sebesar 50 %
hutan dari luas total DAS. Arahan
penggunaan lahan yang berbasis Sumber
Daya Air dapat diperoleh dengan
mengoverlaykan peta hasil simulasi

6 JURNAL REKAYASA SIPIL / Vol 1 No 1- FEBRUARI 2013 ISSN 2337-7720


penggunaan lahan hutan sebesar 50 % berada pada kriteria sangat ringan
dengan peta ARLKT (Arahan Rehabilitasi hingga sangat berat. Luas lahan yang
Lahan dan Konservasi Tanah). Adapun hasil mengalami TBE sangat ringan seluas
dari overlay tersebut dapat dilihat pada 3399,11 ha (20,88%), TBE ringan seluas
Gambar 9 dan Tabel 3. 6269,15 ha (38,51%), TBE sedang
Tren Laju Erosi Lahan di DAS Welang Setelah Penambahan Luas Hutan
seluas 2880,73 ha (17,69%), TBE berat
140000
Laju Erosi
Edp (Erosi Yang Diperbolehkan)
seluas 2448,88 ha (15,04%), dan TBE
120000

sangat berat seluas 1282,25 ha (7,88%).


Laju Erosi Lahan (mm/ha/tahun)

100000

80000
3. Komposisi penggunaan lahan yang
60000
sesuai dengan kondisi DAS Welang
40000
bagian hulu serta berbasis Sumber Daya
20000
Air yaitu dengan mengusahakan luas
0
0.00 2.42 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00
hutan sebesar 50% dari luas total DAS
Prosentase Luas Hutan (%)
serta merencanakan penggunaan lahan
Gambar 8 Tren Laju Erosi Lahan di DAS sesuai dengan fungsinya (menurut
Welang Setelah Penambahan Luas Hutan kriteria dari BRLKT). Adapun
rekomendasi penggunaan lahan yang
sesuai dengan kondisi DAS Welang
bagian hulu yaitu kawasan lindung
523,451 ha (3,22%), kawasan
penyangga 8870,576 ha (54,49%),
kawasan budidaya tanaman tahunan
3481,994 ha (21,39%), kawsan budidaya
tanaman semusim atau permukiman
616,237 ha (3,79%), hutan 1218,549 ha
(7,48%), area permukiman 1558,491 ha
(9,57%), dan gedung 10,828 ha (0,07%).
Gambar 9 Peta Rekomendasi Arahan
Penggunaan Lahan Berbasis SDA DAS SARAN
Welang Berdasarkan hasil analisa yang telah
dilakukan pada bab sebelumnya, maka
beberapa saran yang dapat dijadikan
Tabel 2 Rekomendasi Penggunaan Lahan
sebagai bahan pertimbangan dalam
Berbasis Sumber Daya Air melakukan kajian erosi dan usaha
Luas Prosentase
No
1
Rekomendasi Penggunaan Lahan Berbasis SDA
Kawasan Lindung
(Ha)
523.451
(%)
3.22
konservasi pada DAS Welang Hulu antara
2
3
Kawasan Penyangga
Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan
8870.576
3481.994
54.49
21.39
lain :
4
5
Kawasan Budidaya Tanaman Semusim / Permukiman
Hutan
616.237
1218.549
3.79
7.48
1. Penggunaan lahan sebaiknya
6
7
Area Permukiman
Gedung
1558.491
10.828
9.57
0.07 memperhatikan kemampuan lahan dan
Jumlah 16280.125 100.00
Sumber : Analisa Spasial ArcGIS 9.3 arahan penggunaan lahan (fungsi
kawasan), serta Rencana Tata Ruang
KESIMPULAN Wilayah (RTRW) sehingga dapat
Berdasarkan hasil analisa laju erosi dan mencegah kerusakan lahan dan tetap
usaha konservasi pada DAS Welang wilayah menjaga produktivitas tanah.
hulu, dapat ditarik beberapa kesimpulan 2. Mengingat usaha konservasi (sebagai
sebagai berikut : salah satu langkah mengurangi erosi)
1. Besarnya potensi laju erosi yang terjadi yang diusulkan pada kajian studi ini
di DAS Welang bagian hulu terfokus pada lahan sebagai sumber
menggunakan SIG adalah sebesar erosi, maka perlu juga dilakukan
107.173,974 mm/ha/tahun. tindakan rekayasa sungai (seperti
2. Kondisi sebaran Tingkat Bahaya Erosi pembangunan bangunan pengendali
(TBE) pada DAS Welang bagian hulu

7 JURNAL REKAYASA SIPIL / Vol 1 No 1- FEBRUARI 2013 ISSN 2337-7720


sedimen di sungai) guna mengurangi Prahasta, Eddy. 2005. Sistem Informasi
erosi yang menuju hilir sungai. Geografis. Bandung : CV Informatika.
Prahasta, Eddy. 2011. ArcGIS Desktop. Bandung
: CV Informatika.
Rayes, Luthfi. 2007. Metode Inventarisasi
DAFTAR PUSTAKA Sumber Daya Lahan. Andi. Yogyakarta.
Soemarto, CD. (1993). Hidrologi Teknik. Usaha
Asdak, C. (2004). Hidrologi dan Pengelolaan Nasional. Surabaya.
Daerah Aliran Sungai (edisi ketiga). Suripin. (2002). Pelestarian Smber Daya Tanah
Anonim, 1998. “Pedoman Penyusunan Rencana dan Air. Andi. Yogyakarta.
Teknik Lapangan Rehabilitasi Lahan dan Tarboton, David. 2000.
Konservasi Tanah DAS”, Jakarta : Utomo, Hadi, Wani. 1994. Erosi dan Konservasi
Departemen Kehutanan (Dirjen Reboisasi Tanah. IKIP. Malang.
dan Rehabilitasi Lahan). www. dephut.go.id/18/07/2012
www. dpuairjatim.com/18/07/2012
ESRI (Environmental System Research Institute, www. uptgembongpekalen.dpuairjatim.com
Inc). 1996. ArcView GIS, The Geographic www.republika.co.id/berita/breaking-
Information System for Everyone. New York news/nasional/08/11/22/15687-banjir-
: ESRI. bandang-rendam-pasuruan.
Hardjowigeno, Sarwono. 2003. Ilmu Tanah.
Akademika Pressindo. Jakarta.
Junaidi, Rahmad. 2006. “Studi Perencanaan
Fungsi Kawasan dan Arahan Konservasi
Lahan dan Tanah di DAS Brantas Bagian
Hulu dengan Menggunakan SIG”, Unibraw
Malang : Skripsi Tidak Diterbitkan.
Kodoatie, Robert J dan Roestam Sjaief. 2008.
Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu.
Andi. Yogyakarta.

8 JURNAL REKAYASA SIPIL / Vol 1 No 1- FEBRUARI 2013 ISSN 2337-7720

Anda mungkin juga menyukai