Misnawati
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Salah satu awal penyebab terjadinya mengalami kerusakan berat sampai sangat
suatu bencana alam seperti bencana berat.
banjir, longsor, kekeringan, serta Berdasarkan hasil identifikasi Dephut
pemanasan global yang berujung pada (1999), tercatat 458 DAS kritis di Indonesia
perubahan iklim adalah terjadinya terdiri dari 60 DAS termasuk kategori rusak
kerusakan hutan. Hutan yang merupakan berat sampai sangat berat (16 DAS beradi
salah satu bagian dari Daerah Aliran Sungai Pulau Jawa), 222 DAS termasuk kelas
(DAS) berfungsi sebagai pelindung mata air sedang sampai berat dan 176 DAS
dan sebagai daerah resapan air. Beberapa potensial rusak. Jumlah DAS yang telah
penyebab rusaknya hutan adalah mengalami kerusakan tersebut saat ini
penebangan komersial, kebakaran hutan, kondisinya tidak semakin membaik, akan
dan pembukaan hutan untuk aktivitas tetapi cenderung semakin bertambah, hal
usaha tani. Hal tersebut seiring dengan ini dibuktikan dengan meningkatnya
pernyataan Departemen Kehutanan kejadian bencana alam tanah longsor,
(Dephut) yang mengindikasikan kondisi banjir dan kekeringan. Laporan dari pihak
DAS di Indonesia pada umumnya sudah terkait mengenai upaya rehabilitasi DAS
Erosi
Erosi adalah suatu peristiwa hilang atau
terkikisnya tanah atau bagian tanah dari
suatu tempat yang terangkut ke tempat
lain, baik disebabkan oleh pergerakan air
atau angin (Arsyad, 1983). Proses hidrologi
Gambar 1 Daur Hidrologi
secara langsung dan tidak langsung akan
Sumber : Asdak, 2004
berhubungan dengan terjadinya erosi,
Dalam daur hidrologi energi panas
transpor sedimen, deposisi sedimen di
matahari dan faktor-faktor iklim lainnya
daerah hilir, serta mempengaruhi
menyebabkan terjadinya proses evaporasi
karakteristik fisik, biologi, dan kimia.
pada permukaan vegetasi dan tanah, di
Terjadinya erosi ditentukan oleh faktor-
laut, di sungai, atau di danau. Uap air
faktor iklim (intensitas hujan), topografi,
sebagai hasil proses evaporasi akan
karakteristik tanah, vegetasi penutup
terbawa oleh angin melintasi daratan yang
tanah, dan tata guna lahan.
bergunung maupun datar, dan apabila
keadaan atmosfer memungkinkan,
Pendugaan Laju Erosi Metode MUSLE
sebagian dari uap air tersebut akan
Metode Modified Universal Soil Loss
terkondensasi dan turun sebagai air hujan.
Equation (MUSLE) merupakan modifikasi
dari metode Universal Soil Loss Equation
Pengelolaan DAS
(USLE) yang dikembangkan oleh Williams
Penelitian ini dilakukan dengan cara dapat menurunkan laju erosi lahan yang
melakukan perhitungan debit limpasan terjadi di DAS Welang. Setelah dilakukan
permukaan dan laju erosi lahan dengan simulasi penggunaan lahan maka dilakukan
menggunakan peta penggunaan lahan penghitungan kembali besarnya laju erosi
kondisi eksisting. Setelah itu dilakukan dan debit limpasan untuk melihat apakah
penentuan Tingkat Bahaya Erosi. Langkah laju erosi dan debit limpasan sesuai dengan
selanjutnya dilakukan penentuan arahan batasan toleransi di DAS Welang. Proses
penggunaan lahan (fungsi kawasan) dan perhitungan laju erosi, debit limpasan, dan
kelas kemampuan lahan. Upaya konservasi penentuan arahan penggunaan lahan
lahan secara vegetatif dilakukan dengan menggunakan bantuan Sistem Informasi
mensimulasi penggunaan lahan. Simulasi Geografi (SIG).
dilakukan dengan melakukan penambahan Data-data yang diperlukan untuk
hutan tiap 10 % dari luas keseluruhan DAS menyelesaikan penelitian ini, yaitu :
Welang. Simulasi ini bertujuan untuk 1. Data curah hujan harian tahun 2002-
mendapatkan luas hutan yang ideal dan 2011 yang bersumber dari UPT PSAWS
100000
80000
3. Komposisi penggunaan lahan yang
60000
sesuai dengan kondisi DAS Welang
40000
bagian hulu serta berbasis Sumber Daya
20000
Air yaitu dengan mengusahakan luas
0
0.00 2.42 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00
hutan sebesar 50% dari luas total DAS
Prosentase Luas Hutan (%)
serta merencanakan penggunaan lahan
Gambar 8 Tren Laju Erosi Lahan di DAS sesuai dengan fungsinya (menurut
Welang Setelah Penambahan Luas Hutan kriteria dari BRLKT). Adapun
rekomendasi penggunaan lahan yang
sesuai dengan kondisi DAS Welang
bagian hulu yaitu kawasan lindung
523,451 ha (3,22%), kawasan
penyangga 8870,576 ha (54,49%),
kawasan budidaya tanaman tahunan
3481,994 ha (21,39%), kawsan budidaya
tanaman semusim atau permukiman
616,237 ha (3,79%), hutan 1218,549 ha
(7,48%), area permukiman 1558,491 ha
(9,57%), dan gedung 10,828 ha (0,07%).
Gambar 9 Peta Rekomendasi Arahan
Penggunaan Lahan Berbasis SDA DAS SARAN
Welang Berdasarkan hasil analisa yang telah
dilakukan pada bab sebelumnya, maka
beberapa saran yang dapat dijadikan
Tabel 2 Rekomendasi Penggunaan Lahan
sebagai bahan pertimbangan dalam
Berbasis Sumber Daya Air melakukan kajian erosi dan usaha
Luas Prosentase
No
1
Rekomendasi Penggunaan Lahan Berbasis SDA
Kawasan Lindung
(Ha)
523.451
(%)
3.22
konservasi pada DAS Welang Hulu antara
2
3
Kawasan Penyangga
Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan
8870.576
3481.994
54.49
21.39
lain :
4
5
Kawasan Budidaya Tanaman Semusim / Permukiman
Hutan
616.237
1218.549
3.79
7.48
1. Penggunaan lahan sebaiknya
6
7
Area Permukiman
Gedung
1558.491
10.828
9.57
0.07 memperhatikan kemampuan lahan dan
Jumlah 16280.125 100.00
Sumber : Analisa Spasial ArcGIS 9.3 arahan penggunaan lahan (fungsi
kawasan), serta Rencana Tata Ruang
KESIMPULAN Wilayah (RTRW) sehingga dapat
Berdasarkan hasil analisa laju erosi dan mencegah kerusakan lahan dan tetap
usaha konservasi pada DAS Welang wilayah menjaga produktivitas tanah.
hulu, dapat ditarik beberapa kesimpulan 2. Mengingat usaha konservasi (sebagai
sebagai berikut : salah satu langkah mengurangi erosi)
1. Besarnya potensi laju erosi yang terjadi yang diusulkan pada kajian studi ini
di DAS Welang bagian hulu terfokus pada lahan sebagai sumber
menggunakan SIG adalah sebesar erosi, maka perlu juga dilakukan
107.173,974 mm/ha/tahun. tindakan rekayasa sungai (seperti
2. Kondisi sebaran Tingkat Bahaya Erosi pembangunan bangunan pengendali
(TBE) pada DAS Welang bagian hulu