Anda di halaman 1dari 3

Nama : Ami Fatmawati Samosir

NIM : 1910104024
Kelas : C2
Prodi : Kebidanan program SarjanaTerapan
Mata Kuliah : KesehatanReproduksi

HIV dan AIDS Dalam Kehamilan

A. Kasus
Jumlah perempuan yang terinfeksi HIV dari tahun ketahun semakin meningkat,
seiring dengan meningkatnya jumlah laki-laki yang melakukan hubungan seksual tidak
aman, yang akan menularkan HIV pada pasangan seksualnya. Di sejumlah negara
berkembang, HIV/AIDS merupakan penyebab utama kematian perempuan usia
reproduksi. Infeksi HIV pada ibu hamil dapat mengancam kehidupan ibu serta ibu dapat
menularkan virus kepada bayinya. Lebihdari 90% kasus anak terinfeksi HIV, ditularkan
melalui proses penularan dari ibu ke anak atau Mother-To Child HIV Transmission
(MTCT). Tahun 2012,sekitar 260.000 anak di seluruh dunia terinfeksi HIV (CDC, 2013).

B. AnalisiJurnal
Dari Jurnal yang saya dapat bahwa Program yang secara efektif mencegah
penularan ibu ke bayi (PMTCT) dari HIV dapat mengurangi tingkat penularan di bawah
lima persen dan mengurangi morbiditas dan mortalitas pada ibu dan anak . Pada 2010,
World Health Organization (WHO) merekomendasikan ART seumur hidup untuk wanita
yang memenuhi syarat untuk pengobatan dan yang memiliki jumlah CD4 ≤350 sel / μl
atau dalam stadium klinis WHO 3 atau 4. Untuk wanita yang belum memenuhi syarat
untuk pengobatan, WHO merekomendasikan dua strategi PMTCT alternative untuk
profilaksis antiretroviral jangka pendek. Opsi A memulai perempuan dengan antepartum
zidovudine (AZT) dari 14 minggu setelah kehamilan, serta pada lamivudine (3TC) dan
nevirapine (NVP) selama persalinan, diikuti oleh ekor AZT / 3TC selama 7 hari, dengan
nevirapine bayi setiap hari selama menyusui. Opsi B memulai wanita dengan profilaksis
tiga-obat 14 minggu setelah kehamilan, dan berlanjut sepanjang kehamilan dan menyusui
.Strategi ini tergantung pada tes CD4 untuk menentukan kelayakan perempuan untuk
ART seumur hidup .Dalam tinjauan sistematis pada program sub-Sahara Afrika PMTCT,
tes jumlah CD4 di identifikasi sebagai penghalang utama terhadap PMTCT .

C. Faktor Penyebab terjadinya


1. Melakukan penetrasi seks yang tidak aman dengan seseorang yang telah terinfeksi.
Kondom adalah satu–satunya cara dimana penularan HIV dapat dicegah.

2. Melalui darah yang terinfeksi yang diterima selama transfuse darah dimana darah
tersebut belum dideteksi virusnya atau pengunaan jarum suntik yang tidak steril.

3. Dengan mengunakan bersama jarum untuk menyuntik obat bius dengan seseorang
yang telah terinfeksi.

4. Wanita hamil dapat juga menularkan virus kebayi mereka selama masa kehamilan
atau persalinan dan juga melalui menyusui.

5. Ibu hamil yang terinfeksi HIV dapat menularkan HIV pada bayi yang dikandungnya.

6. Penularan dari ibu terjadi terutama pada saat proses melahirkan, karena pada saat itu
terjadi kontak secara lansung antara darah ibu dengan bayi sehingga virus dari ibu
dapat menular pada bayi.

7. Bayi juga dapat tertular virus HIV dari ibu sewaktu berada dalam kandungan atau
juga melalui ASI

8. Ibu dengan HIV dianjurkan untuk PASI

D. Dampak
Ibu atau bayi dengan HIV/AIDS berpeluang besar untuk menyumbang angka
kematian ibu maupun bayi yang sangat menentukan derajat kesehatan masyarakat di
suatu negara.
Meski penelitian pada 2003-2010 di 8 provinsi Indonesia menunjukkan bahwa
prevalensi atau angka HIV/AIDS pada ibu hamil tergolong rendah, ini tidak membuat
HIV/AIDS pada ibu hamil menjadi masalah kecil. Sebaliknya hasil penelitian
memproyeksikan beban sosial dan ekonomi yang cukup besar dari masalah tersebut di
masa depan.
Diperkirakan sebanyak 8.604 bayi dengan HIV lahir setiap tahun. Potensi kehilangan
biaya yang diperlukan untuk mengobati dan merawat bayi-bayi dengan HIV tersebut
sekitar Rp 42 miliar setiap tahunnya. Biaya inidigunakan untuk obat antiretroviral (ARV)
yang harus dikonsumsi oleh bayi dengan HIV tersebut seumur hidupnya. Kemungkinan
untuk menjadi yatim piatu juga sangat besar dialami oleh anak yang lahir dari ibu dengan
HIV/AIDS.
E. Upaya Penanggulangan
Layanan ANC yang diterima ibu hamil di setiap jenjang pelayanan kesehatan
memudahkan dalam menjaring ibu hamil yang terkena HIV/AIDS. Layanan PMTCT
pada dasarnya menawarkan tes HIV untuk semua ibu hamil, lalu diberikan anti retroviral
(ARV) pada ibu hamil HIV positif. Setelah itu pemilihan kontrasepsi yang sesuai untuk
perempuan HIV positif dan pemilihan persalinan aman untuk ibu hamil HIV positif, serta
pemberian makanan terbaik bagi bayi yang lahir dari ibu dengan HIV positif.
Layanan ini sangat tepat diberikan bersama dengan ANC yaitu dengan mengambil
sampel darah dari ibu hamil untukdiperiksa status penyakit tidak hanya HIV/AIDS tapi
juga penyakit menular seksuall ainnya. Hal ini merupakan kunci awal penjaringan ibu
hamil dengan HIV/AIDS karena pada awalnya pemeriksaan HIV/AIDS hanya
berdasarkan perilaku risiko dari ibu tersebut serta hasil rekomendasi dari tenaga
kesehatan.

Referesi

Tenthani, L., D Haas, A., Tweya , H., Jahn, A., J. Van, j., Chimbwandira, f., . . . Valeri, f.
(2015). Retention in care under universal antiretroviral therapy for HIV infected
pragnant and Breastfeeding women. 28.

Nasronudin. HIV & AIDS PendekatanBiologiMolekuler, Klinis dan Sosial. Surabaya: Pusat
penerbit dan Percetakan UNAIR, 2012.

Prawirohardjo S. IlmuKebidanan., Edition 4 ed. Jakarta: PT Bina


PustakaSarwonoPrawirohardjo, 2010.

KementrianKesehatanRepublik Indonesia. Pedoman Nasional PencegahanPenularan HIV


dariIbukeAnak. Jakarta: KementrianKesehatan RI 2013.

Strategi dan rencanaaksinasionalpenanggulangan HIV dan AIDS tahun 2010-2014. Jakarta:


KomisiPenanggulangan AIDS Nasional, 2010

Anda mungkin juga menyukai