Anda di halaman 1dari 15

KONSEP DASAR GEA (GASTROENTERITIS AKUT)

A. Pengertian
Gastroenteritis atau diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang
tidak normal atau tidak seperti biasanya, dimulai dengan peningkatan volume,
keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali
sehari dengan atau tanpa lendir dan darah (Hidayat, 2012).
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi
dan lebih dari 3 kali pada anak dengan konsistensi encer, dapat berwarna hijau atau
dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja (Ngastiyah, 2010).
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan atau
setengah cairan dengan demikian kandungan air dalam tinja lebih banyak dari
biasanya (normal 100-200 ml) per jam tinja (Sjaifoellah, 2011). Diare akut timbul
secara mendadak dan berlangsung terus secara beberapa hari. Kehilangan cairan dan
garam dalam tubuh yang lebih besar dari normal menyebabkan dehidrasi. Dehidrasi
timbul bila pengeluaran cairan dan garam lebih besar daripada masukan. Lebih
banyak tinja cair dikeluarkan, lebih banyak pula garam dan cairan yang hilang.
Dehidrasi dapat diperburuk oleh muntah yang sering menyertai diare (Nurmasarin,
2010).

B. Etiologi
Menurut Ngastiyah (2010), etiologi terjadinya gastroenteritis akut yaitu :
1. Faktor infeksi
a. Infeksi bakteri
Vibrio, E.Coli, salmonella, shigella, campylobacter, yersinia, aeromonas
dan sebagainya
b. Infeksi virus
Entrovirus, coxsackie, adenovirus, rotavirus, astovirus dan sebagainya
c. Infeksi parasit
Cacing, protozoa dan jamur
2. Faktor malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat : disakarida, monosakarida pada bayi dan anak,
malabsorbsi lemak dan protein
3. Faktor makanan
Makanan basi beracun dan alergi makanan
4. Faktor kebersihan
Penggunaan botol susu, air minum tercemar dengan bakteri tinja, tidak
mencuci tangan sesudah buang air besar
5. Faktor psikologi
Rasa takut dan cemas dapat menyebabkan diare karena dapat merangsang
peningkatan peristaltik usus.
C. Klasifikasi
Menurut Sunoto (2010), Diare dapat di klasifikasikan :
1. Ditinjau dari ada atau tidaknya infeksi
a. Diare infeksi spesifik : thypus dan parathypus, satphilococcus disentri
basiller dan enterotolitis nekrotikans
b. Diare non spesifik : diare dietetis
2. Ditinjau dari organ yang terkena infeksi diare
a. Diare infeksi enteral atau infeksi di usus, misalnya diare yang
ditimbulkan oleh bakteri, virus dan parasit
b. Diare infeksi parenteral atau diare akibat infeksi dari luar usus,
misalnya diare karena bronkhitis
3. Ditinjau dari lama infeksi
a. Diare akut : diare yang terjadi karena infeksi usus yang bersifat
mendadak. Berlangsung cepat dan berakhir dalam waktu 3-5 hari.
Hanya 25% sampai 30% pasien yang berakhir melebihi waktu 1
minggu dan hanya 5%-15% yang berakhir dalam 14 hari.
b. Diare kronik : diare yang berlangsung 2 minggu atau lebih
Menurut Hidayat (2012), jenis-jenis diare yaitu :
1. Diare cair akut (termasuk kholera), berlangsung selama beberapa jam atau
hari. Mempunyai bahay utama yaitu dehidrasi dan penurunan berat badan
juga dapat terjadi jika makan tidak di lanjutkan
2. Diare akut berdarah, yang juga disebut disentri yang mempunyai bahay
utama yaitu kerusakan mukosa usus, sepsis dan gizi buruk, mempunyai
komplikasi seperti dehidrasi
3. Diare persisten, yang berlangsung 14 hari atau lebih, bahaya utamanya
adalah malnutrisi dna infeksi non-usus serius dan dehidrasi
4. Diare dngan malnutrisi berat (marasmus dan kwasiorkor) mempunyai bahay
utama adalah infeksi sistemik yang parah, dehidrasi, gagal jantung dan
kekurangan vitamin dan mineral.

D. Manifestasi Klinis
1. Feses lunak dan cair
2. Peningkatan frekuensi defekasi
3. Kram perut
4. Frekuensi bising usus meningkat
5. Kemerahan pada anus
6. Anoreksia
7. Mulut kering
8. Penderita biasanya cemas, gelisah dan rewel diawali dengan suhu tubuh
meningkat
9. Feses cair atau kehijau-hijauan
10. Muntah sebelum atau selama diare
11. Berat badan menurun (Carpenito, 2009).

E. Patofisiologi
Gastroenteritis bisa disebabkan oleh 5 hal yaitu faktor infeksi, faktor
malabsorbsi, faktor makanan, faktor kebersihan dan faktor psikologis.
Diare karena infeksi seperti bakteri berawal dari makanan atau minuman
yang masuk ke dalam tubuh manusia. Bakteri tertelan masuk sampai lambung yang
kemudia bakteri di bunuh oleh asam lambung. Namun jumlah bakteri terlalu banyak
maka ada beberapa yang lolos ke duodenum dan berkembang biak. Pada kebanyakan
kasus gastroenteritis, organ tubuh yang sering terserang adalah usus. Di dalam usus
tersebut bakteri akan memproduksi enzim yang akan mencairkan lapisan lendir yang
menutupi permukaan usus, sehingga bakteri mengeluarkan toksin yang merangsang
sekresi cairan-cairan usus di bagian kripta vili dan menghambat absorbsi cairan.
Sebagai akibat dari keadaan ini volume cairan di dalam lumen usus meningkat yang
mengakibatkan dinding usus mengembung dan tenaga dan sebagian dinsing usus
akan mengadakan kontraksi sehingga terjadi hipermotilitas untuk mengalirkan cairan
di usus besar. Apabila jumlah cairan tersebut melebihi kapasitas absorbsi usus maka
akan terjadi diare.
Diare yang disebabkan karena malabsorbsi makanan akan menyebabkan
makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik
dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit keadaan
rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk
mengeluarkan sehingga timbul diare.
Tertelannya makanan yang beracun juga menyebabkan diare karena akan
mengganggua motilitas usus, Iritasi mukosa usus menyebabkan hiperperistaltik
sehingga mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan
sehingga timbul diare. Sebaliknya jika peristaltik menurun akan mengakibatkan
bakteri akan tumbuh berlebihan dan selanjutnya timbul diare pula.
Adanya iritasi mukosa usus dan peningkatan volume cairan dirongga usus
menyebabkan klien mengeluh perut terasa sakit. Selain itu nyeri perut atau kram
perut timbul karena metabolisme KH oleh bakteri di usus yang menghasilkan gas H2
dan CO2 yang menimbulkan kembung dan flatus berlebihan. Biasanya pada keadaan
ini klien akan merasa mual dan muntah dan nafsu makan menurun. Karena terjadi
ketidakseimbangan asam basa dan elektrolit.
Kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan akan mengakibatkan klien
jatuh pada keadaan malnutrisi. Yang ditandai dengan berat bdan menurun, turgor
kulit kering, mata dan ubun-ubun bisa menjadi cekung (pada bayi), selaput lendir
bibir dan mulut serta kulit tampak kering. Bila keadaan ini terus berlanjut dan klien
tidak mau makan maka akan menimbulkan gangguan nutrisi sehingga klien lemas.
Dehidrasi dan reaksi inflamasi pada mukosa usus menyebabkan peningkatan
suhu tubuh klien. Tubuh yang kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan
membuat cairan ekstraseluler dan intraseluler menurun. Dimana selain itu air tubuh
juga kehilangan Na, K dan ion karbohidrat. Bila keadaan ini berlanjut terus makan
volume darah juga berkuang. Tubuh mengalami gangguan sirkulasi, perfusi jaringan
terganggu dan akhirnya dapat menyebabkan syok hipovolemik dengan gejala denyut
jantung menjadi cepat, tekanan darah menurun, klien sangat lemah bahkan sampai
keadaan menurun. Selain itu, akibat lain dari kehilangan cairan ekstrasel yang
berlebihan, tubuh akan mengalami asidosis metabolik dimana klien akan tampak
pucat dengan pernafasan yang cepat dan dalam (pernafasan kussmaul).
Faktor psikologis juga dapat menyebabkan diare karena faktor psikologis
(stres, marah, takut) dapat merangsang kelenjar adrenalin di bawah pengendalian
sistem pernafasan simpatis untuk merangsang pengeluaran hormon yang kerjanya
mengatur metabolisme tubuh. Sehingga bila terjadi stres maka metabolisme akan
terjadi peningkatan, dalam bentuk peningkatan mortalitas usus (Hidayat, 2012).

6. WOC

Infeksi Makanan Psikologi

Berkembang di usus Toksik tak dapat diserap Ansietas

Hipersekresi air dan


Hiperperistaltik Malabsorbsi KH, lemak,
elektolit
protein
Isi usus Penyerapan makanan di
usus menurun Mening tekanan osmotik

Pergeseran air dan


elektrolit ke usus

Diare

Frekuensi BAB Distensi Abdomen


meningkat Mual. muntah

Hilang cairan dan MK : Gangguan Nafsu makan menurun


elektrolit berlebihan integritas kulit perianal
MK :
Ketidakseimbangan
Gangguan keseimbangan Asidosis metabolik nutrisi kurang dari
cairan dan elektrolit kebutuhan tubuh
Sesak
Dehidrasi
MK : Gangguan
pertukaran gas
MK : Kekurangan MK : Resiko Syok
volume cairan hipovolemik

Bagan 2.1 WOC Sumber : Nurarif, 2015

F. Komplikasi
1. Dehidrasi
Dehidrasi terjadi karena banyaknya cairan yang keluar tanpa pemasukan
yang adekuat
2. Hipokalemia
Dikarenakan banyaknya kalium yang terbuang bersama tinja
3. Hipokalsemia
Dikarenakan banyaknya kalsium yang terbuang bersamanya
4. Aritmia jantung
Dikarenakan hipokalemia dan hipokalsemia
5. Hiponatremia
Dikarenakan banyaknya natrium yang terbuang bersama tinja
6. Syok hipovolemik
Dikarenakan cairan dan elektrolit yang terbuang bersama tinja (Suryadi,
2011).

G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Suharyono (2008) :
1. Pemeriksaan tinja
Makroskopis, mikroskopis, biakan kuman penyebab dan tes resistem
terhadap berbagai antibiotik
2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, bila
memungkinkan dengan menentukan ph keseimbangan analisa gas darah
atau astrup bila memungkinkan
3. Pemeriksaan kadar ureum kreatinin untuk mengetahui fungsi ginjal
4. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik
atau parasti secara kuantitatif terutama dilakukan pada penderita diare
kronik.

H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
a. Pemberian cairan
1) Cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dna sedang di berikan per oral
berupa cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk
diare akut dan kolera pada anak diatas 6 bulan kadar natrium 90
mEq/l. Pada anak di bawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan-
sedang natrium 50-60 mEq/l. Formula lengkap disebut oralit,
sedangkan larutan gula garam dan tajim disebut formula yang tidak
lengkap karena mengandung NaCl dan sukrosa.
2) Cairan parenteral
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan aturan
:
a) Anak umur 1 bulan-2 tahun dengan berat badan 3-10 kg
- 1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit 3 tetes/kgBB/menit (infus
set berukuran 1 ml = 15 tetes atau 13 tetes/kgBB/menit)
- 7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit 3 tetes/kgBB/menit
(infus set berukuran 1 ml = 15 tetes atau 4 tetes/kgBB/menit)
- 16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/oralit
b) Anak umur 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg
- 1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam 3 tetes/kgBB/menit (infus
set berukuran 1 ml = 15 tetes atau 10 tetes/kgBB/menit)
c) Anak umur 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg
- 1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam 5 tetes/kgBB/menit (infus
set berukuran 1 ml = 15 tetes atau 7 tetes/kgBB/menit)
- 7 jam berikutnya : 10 ml/kgBB/jam 2,5 tetes/kgBB/menit
(infus set berukuran 1 ml = 15 tetes atau 3 tetes/kgBB/menit)
- 16 jam berikutnya: 105 ml/kgBB/ oralit per oral
d) Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg
- kebutuhan cairan : 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250
ml/kg/BB/jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1
bagian NaHCO3 1,5%)
- Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kg/BB/jam atau 6
tetes/kg/BB/menit (1 ml = 15 tetes) 8 tetes/kg/BB.menit
e) Untuk bayi berat badan lahir rendah
- Kebutuhan cairan : 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4
bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1,5%)
b. Pengobatan dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan
kurang dari 7 kg, jenis makanan :
1) Susu (ASI, susu formula yang mengadnung laktosa rendah dan lemak
tak jenuh
2) Makanan setengah padat (bubur atau nasi tim)
3) Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan
misalnya susu yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang
berantai sedang atau tak jenuh
c. Obat-obatan
Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan yang
mengandung elektrolit dan glukosa atau karobohidrat lain
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Masalah keperawatan diare yang perlu diperhatikan ialah resiko terjadinya
gangguan sirkulasi darah, kebuthan nutrisi, resiko komplikasi, gangguan rasa
aman dan nyaman, kurangnya pengetahuan orang mengenai proses penyakit.
Mengingat diare sebagian besar menular sehingga perlu dilakukan penataan
lingkungan sehingga tidak terjadi penularan pada klien lain Suharyono
(2008).
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
GASTROENTERITIS AKUT

A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas klien
Nama anak, tempat tanggal lahir, umur, jenis kelamin, pendidikan, anak
ke-, BB dan TB, alamat
b. Identitas penanggung jawab :
Nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, hubungan dengan pasien,
alamat

2. Riwayat Keperawatan
a. Keluhan utama
Feses semakin cair, muntah, bila kehilangan banyak air dan elektrolit
terjadi gejala dehidrasi, berat badan menurun. Pada bayi besar ubun-ubun
besar cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan
bibir kering, frekuensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer
b. Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat penyakit yang diderita, riwayat pemberian imunisasi
c. Riwayat psikososial keluarga
Dirawat akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi
keluarga, kecemasan meningkat jika orang tua tidak mengetahui
prosedur dan pengobatan anak, setelah menyadari penyakit anaknya
mereka akan bereaksi dengan marah dan rasa bersalah

3. Kebutuhan Dasar
a. Pola Eliminasi
Akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari, BAK
sedikit atau jarang
b. Pola Nutrisi
Diawali dengan mual, muntah, anoreksia, menyebabkan penurunan berat
badan pasien
c. Pola Tidur dan Istirahat
Terganggu jika adanya distensi abdomen yang menimbulkan rasa tidak
nyaman
d. Pola Hygiene
Kebiasaan mandi setiap harinya
e. Pola Aktivitas
Akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri
akibat distensi abdomen

4. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan psikologis
Keadaan umm tampak lemah, kesadaran composmentis sampai koma,
suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan berat badan lemah, pernafasan agak
cepat
b. Pemeriksaan sistematik
- Inspeksi
Mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan bibir kering,
berat badan menurun, anus kemerahan
- Palpasi
Adanya distensi abdomen
- Perkusi
Turgor kulit kurang elastis
- Auskultasi
Terdengarnya bising usus
c. Pemeriksaan tingkat tumbuh kembang
Pada anak diare akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi
sehingga berat badan menurun
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan intake makanan
3. Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan iritasi karena
4. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
5. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan dehidrasi
6. Gangguan Pertukaran gas
C. Intervensi
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Kekurangan NOC NIC
volume cairan - Fluif balance Fluid Management
berhubungan - Hydration 1. Timbang popok jika di perlukan
dengan - Nutritional status : food and fluid intake 2. Pertahankan catatan intake dan output yang
kehilangan cairan - Intake akurat
aktif 3. Monitor status hidrasi (kelembaban,
Kriteria Hasil : membran mukosa, nadi adekut, tekanan
- Mempertahankan urine outpt sesuai dengan sesai darah ortostatik)
dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT normal 4. Monitor vital sign
- Tekanan darah, nadi, suhu dan pernafasan normal 5. Monitor masukan makanan dan hitung
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi intake kalori harian
- Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa 6. Monitor stats nutrisi
lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan 7. Berikan cairan IV pada suhu ruangan
8. Dorong keluarga untuk membantu pasien
makan
9. Tawarkan snack
10. Kolaborasi dengan dokter
11. Atur kemungkinan transfsi
12. Persiapan untk transfusi

Hypovolemia Management
1. Monitor status cairan dan termasuk intake
dan output cairan
2. Pelihara IV line
3. Monitor tingkat Hb dan Ht
4. Monitor tanda vital
5. Monitor respon pasien terhadap penambahan
cairan
6. Monitor berat badan
7. Dorong pasien untuk menambah intake oral
8. Pemberian cairan IV monitor adanya tanda
dan gejala kelebihan volume cairan
9. Monitor adanya tanda gagal ginjal

2 Ketidakseimban NOC NIC


gan nutrisi - Nutritional status Nutrition Management
kurang dari - Nutritional status : food and fluid intake 1. Kaji adanya alergi makanan
kebutuhan tubuh - Nutritional : nutrient intake 2. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam
berhubungan - Weight control menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dengan dibutuhkan pasien
penurunan intake Kriteria Hasil : 3. Yakinkan diet yang dimakan mengandung
makanan - Adanya peningkatan berta badan sesuai dengan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
tujuan 4. Monitor jumlah nutrisi
- Berat badan idela sesuai dengan tinggi badan 5. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
- Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
- Tidak ada tanda malnutrisi Nutrition Monitoring
- Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari 1. BB pasien dalam batas normal
menelan 2. Monitor adanya penurunan berat badan
- Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti 3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa
dilakukan
4. Monitor lingkungan selama makan
5. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak
selama jam makan
6. Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi
7. Monitor turgor kulit
8. Monitor kekeringan, rambut kusam dan
mudah patah
9. Monitor mual dan muntah
10. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
jaringan konjungtiva
11. Monitor kalori dan intake nutrisi
12. Catat adanya edema

NIC
3 Resiko syok NOC Syok prevention
hypovolemik - Syok prevention 1. Monitor status sirkulasi BP, warna kulit,
berhubungan - Syok management suhu kulit, denut jantung, HR
dengan 2. Monitor suhu dan pernafasan
dehidrasi Kriteria Hasil : 3. Monitor input dan output
- Nadi dalam batas yang di harapkan 4. Pantau nilai labor, HB, HT, AGD dan
- Irama jantung dalam batas yang di harapkan elektrolit
- Frekuensi dalam batas yang di harapkan 5. Monitor hemodinamik invasi yang sesuai
- Kalium serum dbn 6. Monitor tanda dan gejala asites
- Klorida serum dbn 7. Monitor tanda awal syok
- Kalsium serum dbn 8. Tempatkan pasien pada posisi supine, kaki
elevasi untuk peningkatan preload dengan
tepat
9. Lihat dan pelihara kepatenan jalan nafas
10. Berikan cairan IV atau oral yang tepat
11. Berikan vaasodilator yang tepat
12. Ajarkan keluarga dan pasien tentang tanda
dan gejala syok
13. Ajarkan keluarga dna pasien tentang
langkah untuk mengatasi gejala syok

Syok Management
1. Monitor fungsi neurologist
2. Monitor fngsi renal
3. Monitor tekanan nadi
4. Monitor status cairan, input dna output
5. Catat gas darah arteri dan oksigen dijaringan
6. Monitor gejala gagal pernafasan
7. Monitor nilai laboratorium
8. Masukkan dan memelihara besarnya
kebosanan akses IV

4. Kerusakan NOC NIC


Integritas kulit - Tissue integrity : skin and mucous membranes 1. Anjurkan klien untuk menggunakan pakaian
berhubungan - Hemodyalis akses yang longgar
dengan iritasi 2. Hindari kerutan pada tepat tidur
karena diare Kriteria Hasil : 3. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan
- Integritas kulit yang baik bisa di pertahakan kering
- Tidak ada luka/lesi pada kulit 4. Monitor kulit akan adanya kemerahan
- Perfusi jaringan baik 5. Monitor aktivitas dan mobilisasi klien
-Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan 6. Oleskan lotion atau baby oil
dan mencegah terjadinya cidera berulang 7. Memandikan pasien dengan sabun dan air
- Mampu melindungi kulit dan mempertahakan hangat
kelembaban kulit dan perawatan alami

Anda mungkin juga menyukai