Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 TUJUAN
Mahasiswa mampu menentukan bobot jenis dan rapat jenis dari beberapa zat.

1.2 LATAR BELAKANG


Keadaan bahan secara keseluruhan secara mudah dapat dibagi menjadi zat

padat dan fluida. Zat padat cenderung tegar dan mempertahankan bentuknya,

sementara fluida tidak memoertahankan bentuknya tetapi mengalir. Fluida

meliputi cairan, yang mengalir dibawah pengaruh graviktasi sampai menempati

daerah terendah yang mungkin dari penampungnya dan gas yang mengembang

mengisi penampungnya tanpa peduli bentuknya. Perbedaan antara zat cair dan

padat tidak tajam. Walaupun es dianggap sebagai zat padat, aliran sungai es

sangat dikenal. Demikian pula kaca, dan bahkan batu dibawah tekanan yang

besar, cenderung mengalir sedikit untuk periode waktu yang panjang.

Bobot jenis adalah konstanta atau tetapan bahan yang tergantung pada suhu

untuk padat, cair, dan bentuk gas yang homogeny. Didefinisikan sebagai

hubungan dari massa (m) suatu bahan terhadap volumenya. Atau bobot jenis

adalah suatu karakteristik bahan yang penting yang digunakan untuk pengujian

identitas dan kemurnian dari bahan obat dan bahan pembantu, terutama dari

cairan dan zat-zat bersifat seperti malam.

1
Rapat jenis (specific gravity) adalah perbandingan antara bobot jenis suatu

zat pada suhu tertentu (biasanya dinyatakan sebagai 25/25,25/4,4/4).

Untuk bidang farmasi biasanya 25/25.

Dalam farmasi, perhitungan bobot jenis terutama menyangkut cairan, zat

padat, dan air merupakan pilihan yang tepat untuk digunakan sebagai standar

karena mudah didapat dan mudah dimurnikan. Penentuan bobot jenis selain

dengan piknometer, neraca westphalt, dan aerometer adalah dengan neraca

hidrostatik, neraca reimen.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Bobot jenis adalah konstanta/tetapan bahan yang bergantung pada suhu untuk
padat, cair, dan bentuk gas yang homogen. Didefinisikan sebagai hubungan dari
massa (m) suatu bahan terhadap volumenya. Atau bobot jenis adalah suatu
karakteristik bahan yang penting yang digunakan untuk pengujian identitas dan
kemurnian dari bahan obat dan bahan pembantu, terutama dari cairan dan zat-zat
bersifat seperti malam. (Rudolf, Voigt, 1994).

Bobot jenis dinyatakan dalam desimal dengan beberapa angka di belakang

koma sebanyak akurasi yang diperlukan pada penentuannya. Pada umumnya, dua

angka di belakang koma sudah mencukupi. Bobot jenis dapat dihitung, atau untuk

senyawa khusus dapat ditemukan dalam United States Pharmacopeia (USP) atau

buku acuan lain. (Ansel, 2006)

Penentuan bobot jenis selain piknometer, neraca Westphalt, dan aerometer

adalah neraca Hidrostatik, neraca Reimenn, untuk menentukan mengetahui berat jenis

zat cair; neraca Ephin, untuk mengukur zat cair; neraca Qeimann, untuk mengukur

zat cair saja (karena telah memiliki benda padat yang tak bisa diganti dengan zat

padat (Raharjo, 2008)

Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, penetapan bobot

jenis digunakan hanya untuk cairan, dan kecuali dinyatakan lain, didasarkan pada

perbandingan bobot zat di udara pada suhu 250 terhadap bobot air dengan volume

3
dan suhu yang sama. Bila suhu ditetapkan dalam monografi, bobot jenis adalah

perbandingan bobot zat di udara pada suhu yang ditetapkan terhadap bobot air

dengan volume dan suhu yang sama. Bila pada suhu 250C zat berbentuk padat,

tetapkan bobot jenis pada suhu yang telah tertera pada masing-masing monografi,

dan mengacu pada air yang tetap pada suhu 250C (Voigt, R., 1994).

Dalam farmasi, perhitungan bobot jenis terutama menyangkut cairan, zat

padat, dan air merupakan pilihan yang tepat untuk digunakan sebagai standar

karena mudah didapat dan mudah dimurnikan. (Howard, Ansel., 1989)

Pengujian bobot jenis dilakukan untuk menentukan 3 macam bobot jenis yaitu :

a. Bobot jenis sejati

Massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk rongga yang terbuka

dan tertutup.

b. Bobot jenis nyata

Massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk pori/lubang terbuka,

tetapi termasuk pori yang tertutup.

c. Bobot jenis efektif

Massa partikel dibagi volume partikel termasuk pori yang tebuka dan tertutup.

(Lachman, L., 1994)

Seperti titik lebur, titik didih atau indeks bias (bilangan bias). Kerapatan

relatif merupakan besaran spesifik zat. Besaran ini dapat digunakan untuk

pemeriksaan konsentrasi dan kemurnian senyawa aktif, senyawa bantu dan

sediaan farmasi. (Voigt, R., 1994)

4
Penting untuk menggunakan satuan bobot yang sama untuk pembilang dan

penyebut, umumnya gram, sehingga satuan akan hilang dan hasilnya akan berupa

bilangan abstrak. Selain itu, penting disadari bahwa karena 1 mL air dianggap

berbobot 1 g, maka “bobot sejumlah volume air yang setara” pada penyebut adalah

angka numerik yang sama dalam mililiter dan gram. Dengan demikian , jika 25 ml

suatu zat berbobot 30 g, maka “volume air yang setara” (25 mL) berbobot 25 g dan

bobot jenis zat ini dapat dihitung sebagai (Ansel, 2006)

Dan berikut adalah rumus perhitungan bobot jenis :

𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑏𝑒𝑟𝑖𝑠𝑖 𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛−𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔


BJ =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟

Kerapatan adalah massa per unit volume suatu zat pada temperatur tertentu.

Sifat ini merupakan salah satu sifat fisika yang paling sederhana dan sekaligus

merupakan salah satu sifat fisika yang paling definitif, dengan demikian dapat

digunakan untuk menentukan kemurnian suatu zat (Martin, 1993).

Untuk mudahnya, bisa didefinisikan tiga tipe kerapatan, yaitu :

a. Kerapatan sebenarnya dari bahan itu sendiri, tidak termasuk rongga-rongga dan

pori-pori di dalam partikel yang lebih besar dari dimensi molekuler atau

dimensi atomis dalam kisi-kisi kristal.

5
b. Kerapatan granul, seperti ditentukan oleh perpindahan tempat dari air raksa,

yang tidak mempenetrasi pada tekanan biasa ke dalam pori-pori yang lebih kecil

sekitar 10 mili micron.

c. Kerapatan bulk, seperti ditentukan dari volume bulk dan berat suatu serbuk

kering dalam sebuah gelas ukur.

Kerapatan sebenarnya adalah kerapatan dari bahan padat yang nyata

(sebenarnya). Metode untuk menentukan kerapatan padatan tidak berpori

dengan pemindahan cairan di mana padatan tersebut tidak larut ditemukan

dalam buku-buku farmasi umum. Jika bahan berpori seperti halnya kebanyakan

serbuk-serbuk, kerapatan sebenarnya dapat ditentukan dengan menggunakan

densitometer helium. (Alfred, Martin., 1993)

Kerapatan granul bisa ditentukan dengan suatu metode yang serupa dengan

metode pemindahan cairan. Digunakan air raksa, karena air raksa mengisi ruang-

ruang kosong tetapi tidak berpenetrasi ke dalam pori-pori dalam dari partikel.

Kerapatan bulk didefinisikan sebagai massa dari suatu serbuk dibagi dengan volume

bulk (Alfred, Martin., 1993)

Hubungan antara massa dan volume tidak hanya menunjukan ukuran dan

bobot molekul suatu komponen, tetapi juga gaya-gaya yang mempengaruhi sifat

karakteristik “pemadatan” (“Packing Characteristic”). Dalam sistem matriks

kerapatan diukur dengan gram/milimeter (untuk cairan) atau gram/cm2 (Martin, 1993).

Kerapatan dan berat jenis. Ahli farmasi sering kali mempergunakan besaran

pengukuran ini apabila mengadakan perubahan antara massa dan volume. Kerapatan

6
adalah turunan besaran karena menyangkut satuan massa dan volume. Batasannya

adalah massa per satuan volume pada temperatur dan tekanan tertentu, dan

dinyatakan dalam sistem cgs dalam gram per sentimeter kubik (gram/cm 3) (Martin,

1993).

Dan berikut adalah rumus dari kerapatan/rapat jenis :

𝐵𝐽 𝑆𝐴𝑀𝑃𝐸𝐿
RJ =
𝐵𝐽 𝐴𝐼𝑅

Metode penentuan untuk cairan :

1. Metode Piknometer. Prinsip metode ini didasarkan atas penentuan massa cairan

dan penentuan ruang, yang ditempati cairan ini. Untuk ini dibutuhkan wadah

untuk menimbang yang dinamakan piknometer. Ketelitian metode piknometer

akan bertambah hingga mencapai keoptimuman tertentu dengan bertambahnya

volume piknometer. Keoptimuman ini terletak pada sekitar isi ruang 30 ml.

2. Metode Neraca Hidrostatik. Metode ini berdasarkan hukum Archimedes yaitu

suatu benda yang dicelupkan ke dalam cairan akan kehilangan massa sebesar

berat volume cairan yang terdesak.

3. Metode Neraca Mohr-Westphal. Benda dari kaca dibenamkan tergantung pada

balok timbangan yang ditoreh menjadi 10 bagian sama dan disetimbangkan

dengan bobot lawan. Keuntungan penentuan kerapatan dengan neraca Mohr-

Westphal adalah penggunan waktu yang singkat dan mudah dilaksanakan.

7
4. Metode areometer. Penentuan kerapatan dengan areometer berskala (timbangan

benam, sumbu) didasarkan pada pembacaan seberapa dalamnya tabung gelas

tercelup yang sepihak diberati dan pada kedua ujung ditutup dengan

pelelehan.(Roth, Hermann J dan Gottfried Blaschke., 1988)

8
BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Alat

1. Piknometer

2. Beaker Glass

3. Gelas Ukur

4. Timbangan Digital

5. Lap Kasar

6. Lap Halus

7. Oven

8. Thermomether

B. Bahan

1. Air

2. Alkohol

3. Kloroform

4. Aseton

5. Na-CMC 0,1% dan Na-CMC 0,5%

9
C. Cara Kerja

Pengukuran Bobot Jenis dengan Piknometer

Piknometer
Apabila sudah kering
Disiapkan alat dan dibersihkan dengan
tidak perlu
bahan air suling, kemudian
dikeringkan dengan
dibilas dengan
hair dryer
alcohol 95%

Piknometer sebelumnya Jika belum kering,


diisi dengan aquadest Dikeluarkan, kemudian piknometer
hingga penuh, lalu ditimbang bobotnya dikeringkan dalam hair
piknometer yang telah dalam keadaan kosong dryer pada suhu 100C
terisi dimasukkan kedalam ( lakukan 3 kali replikasi) selama 60 menit, lalu
air dingin hingga suhu 25,
didinginkan pada suhu
ditimbang lagi bobotnya kamar
(lakukan 3 kali replikasi)

hitung bobot jenis


isi piknometer kosong
masing-masing
Aquadest dikeluarkan dengan sampel sesuai
sampel , dengan
dari piknometer, lalu volume yang tertera
menghitung selisih
dibilas dengan alkohol pada piknometer
antara piknometer
(lakukan 3 kali
95% lalu keringkan berisi dengan
replikasi dengan cara
piknometer kosong
triplo)

10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
 Aquadest
Bobot pikno + sampel Bobot pikno kosong
Kel. Selisish (g) Rata – rata (g)
(g) (g)
47,0 22,5 24,5
45,9 21,5 24,4 24, 3
1.
43,5 19,5 24
46,5 22,2 24, 3
. 24,3
46,5 21,4 25,1
2.
44,9 21,4 23,5
42,5 20,6 21,9
41,5 20,2 21, 3 22,23
3.
44,8 21,0 23,8
40,1 12,4 27,7
39,0 14,5 24,5 25,46
4.
37,9 13,7 24,2
45,4 20,5 24,9
48,1 23,08 25,02 24,67
5.
47,8 23,7 24,1

11
 Alkohol 70%
Bobot pikno + Bobot pikno Rata – rata
Selisih (g)
sampel (g) kosong (g) (g)
46,5 22,5 24
45,7 21,4 24,3 23,9
42,9 19,5 23,4

 Sorbitol
Bobot pikno + Bobot pikno kosong Rata – rata
Selisih (g)
sampel (g) (g) (g)
51,7 21,2 30,5
53,5 21,8 31,7 30,9
52, 3 21,8 30,5

 Propilenglikol
Bobot pikno + Bobot pikno kosong Rata-rata
Selisih (g)
sampel (g) (g) (g)
42, 3 19, 3 23
43,0 19,4 23,6 24,2
45,6 19,6 26

12
 CMC
Kadar Bobot pikno + Bobot pikno Rata-rata
Selisih (g)
(%) sampel (g) kosong (g) (g)
40,1 12,4 27,7
39,0 14,5 24,5 25,46
0,2
37,9 13,7 24,2
45,6 20,5 25,1
0,4 48,4 23,08 25,2 24,83
47,9 23,7 24,2
 Minyak

Bobot pikno + Bobot pikno Rata-rata


Merk Selisih (g)
sampel (g) kosong (g) (g)
47,1 22,5 24,6
Sania 46, 3 21,4 24,9 24,56
43,7 19,5 24,2
46,5 22,1 24,4
Orilia 47, 3 21,8 25,5 24,6
45,1 21 24,1
40,6 19,2 21,4
Mazola 39.9 19,4 20,5 21,6
42,5 19,6 22,9

13
36,0 12,4 23,6
Bimoli 34,8 14,5 20, 3 21,3
33,7 13,7 20
41,0 20,5 20,5
Rose 43,5 23,08 20,42 20,14
brand 43,2 23,7 19,5

 Perhitungan Bobot Jenis (BJ)


1. Aquadest

Kelompok 𝑩𝒐𝒃𝒐𝒕 𝒑𝒊𝒌𝒏𝒐 𝒃𝒆𝒓𝒊𝒔𝒊 − 𝒃𝒐𝒃𝒐𝒕 𝒑𝒊𝒌𝒏𝒐 𝒌𝒐𝒔𝒐𝒏𝒈 Hasil (g/ml)


𝒗𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 𝒑𝒊𝒌𝒏𝒐
24,3 𝑔
1. 0,972
25 𝑚𝑙
24,3 𝑔
2. 0,972
25 𝑚𝑙
22,23 𝑔
3. 0,89
25 𝑚𝑙
25,46 𝑔
4. 1,018
25 𝑚𝑙
24,67 𝑔
5. 0,986
25 𝑚𝑙

14
2. Sorbitol

𝑩𝒐𝒃𝒐𝒕 𝒑𝒊𝒌𝒏𝒐 𝒃𝒆𝒓𝒊𝒔𝒊 − 𝒃𝒐𝒃𝒐𝒕 𝒑𝒊𝒌𝒏𝒐 𝒌𝒐𝒔𝒐𝒏𝒈


Hasil (g/ml)
𝒗𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 𝒑𝒊𝒌𝒏𝒐

30,9 𝑔
1,236
25 𝑚𝑙

3. Propilenglikol

𝑩𝒐𝒃𝒐𝒕 𝒑𝒊𝒌𝒏𝒐 𝒃𝒆𝒓𝒊𝒔𝒊 − 𝒃𝒐𝒃𝒐𝒕 𝒑𝒊𝒌𝒏𝒐 𝒌𝒐𝒔𝒐𝒏𝒈


Hasil (g/ml)
𝒗𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 𝒑𝒊𝒌𝒏𝒐

24,2 𝑔
0,968
25 𝑚𝑙

4. Na CMC

Kadar 𝑩𝒐𝒃𝒐𝒕 𝒑𝒊𝒌𝒏𝒐 𝒃𝒆𝒓𝒊𝒔𝒊 − 𝒃𝒐𝒃𝒐𝒕 𝒑𝒊𝒌𝒏𝒐 𝒌𝒐𝒔𝒐𝒏𝒈


Hasil (g/ml)
(%) 𝒗𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 𝒑𝒊𝒌𝒏𝒐

25,42 𝑔
0,2 1,018
25 𝑚𝑙
24,83 𝑔
0,4 0,993
25 𝑚𝑙

5. Alcohol 70%

𝑩𝒐𝒃𝒐𝒕 𝒑𝒊𝒌𝒏𝒐 𝒃𝒆𝒓𝒊𝒔𝒊 − 𝒃𝒐𝒃𝒐𝒕 𝒑𝒊𝒌𝒏𝒐 𝒌𝒐𝒔𝒐𝒏𝒈 Hasil (g/ml)


𝒗𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 𝒑𝒊𝒌𝒏𝒐

23,9 𝑔
0,932
25 𝑚𝑙

15
6. Minyak
𝑩𝒐𝒃𝒐𝒕 𝒑𝒊𝒌𝒏𝒐 𝒃𝒆𝒓𝒊𝒔𝒊 − 𝒃𝒐𝒃𝒐𝒕 𝒑𝒊𝒌𝒏𝒐 𝒌𝒐𝒔𝒐𝒏𝒈
Merk Hasil (g/ml)
𝒗𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 𝒑𝒊𝒌𝒏𝒐
24,56 𝑔
Sania 0,982
25 𝑚𝑙
24,6 𝑔
Orilia 0,984
25 𝑚𝑙
21,6 𝑔
Mazola 0,864
25 𝑚𝑙

21,3 𝑔
Bimoli 0,852
25 𝑚𝑙

Rose 20,14 𝑔
0,80
Brand 25 𝑚𝑙

B. PEMBAHASAN
Bobot jenis adalah rasio bobot suatu zat terhadap bobot zat baku yang

volumenya sama pada suhu yang sama dan dinyatakan dalam desimal. Dalam

bidang farmasi bobot jenis dan rapat jenis suatu zat atau cairan digunakan

sebagai salah satu metode analisis yang berperan dalam menentukan senyawa

cair, digunakan pula untuk uji identitas dan kemurnian dari senyawa obat

terutama dalam bentuk cairan, serta dapat pula diketahui tingkat

kelarutan/daya larut suatu zat.

16
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah piknometer.

Piknometer digunakan untuk mencari bobot jenis. Piknometer biasanya

terbuat dari kaca untuk erlenmeyer kecil dengan kapasitas antara 10ml-50ml.

Untuk melakukan percobaan penetapan bobot jenis, piknometer

dibersihkan dengan menggunakan aquadest, kemudian dibilas dengan alcohol

95% untuk mempercepat pengeringan piknometer kosong tadi. Pembilasan

dilakukan untuk menghilangkan sisa dari permbersihan, karena biasanya

pencucian meninggalkan tetesan pada dinding alat yang dibersihkan,

sehinggga dapat mempengaruhi hasil penimbangan piknometer kosong, yang

akhirnya juga mempengaruhi nilai bobot jenis sampel. Jadi sisa-sisa yang

tidak diinginkan dapat hilang dengan baik, baik yang ada di luar, maupun

yang ada di dalam piknometer itu sendiri. Setelah piknometer dibersihkan,

piknometer kemudian dikeringkan. Setelah kering piknometer ditimbang pada

timbangan analitik dalam keadaan kosong. Setelah ditimbang kosong,

piknometer lalu diisikan dengan sampel mulai dengan aquadest, sebagai

pembanding nantinya dengan sampel yang lain.

Adapun keuntungan dari penentuan bobot jenis dengan menggunakan

piknometer adalah mudah dalam pengerjaan. Sedangkan kerugiannya yaitu

berkaitan dengan ketelitian dalam penimbangan. Jika proses penimbangan

tidak teliti maka hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan hasil yang

17
ditetapkan literatur. Disamping itu penentuan bobot jenis dengan

menggunakan piknometer memerlukan waktu yang lama.

Pada penentuan bobot jenis cairan dilakukan dengan menggunakan

piknometer 25 ml dan aquadest sebagai larutan baku standar. Pengukuran

dengan menggunakan piknometer dilakukan pada suhu 25˚C atau suhu

ruangan. Karena pada suhu 25 C atau pada suhu ruang, air memiliki bobot

jenis yang mendekati 1 g/ml. Cairan yang akan dihitung bobot jenisnya ada 9

sampel, antara lain sorbitol, propilenglikol, alcohol 70%, CMC, Minyak

dengan 5 merk yang berbeda. Langkah pertama yaitu piknometer yang bersih

dan kering ditimbang beserta tutupnya. Kemudian diisi dengan 9 sampel tadi

dan diulang sebanyak 3 kali replikasi untuk masing-masing sampelnya.

Selanjutnya dilakukan perhitungan sesuai dengan persamaan yang tertera pada

literatur. Pada penentuan bobot jenis diperoleh hasil paling terbesar yaitu

1,236 g/ml yang terdapat pada sorbitol dan hasil terkecil yaitu 0.80 g/ml pada

larutan minyak rosebrand. Alasan mengapa bobot jenis dari sorbitol besar

dikarenakan kekentalan atau viskositas dari sorbitol sangat tinggi. Semakin

encer suatu larutan maka semakin kecil bobot jenisnya, sebaliknya jika

semakin kental suatu cairan maka semakin besar bula bobot jenis.

Berdasarkan literatur Farmakope Indonesia edisi keempat, bobot jenis


air suling pada suhu 25oC adalah 996,02 gram/liter atau 0,99602 gram/
mililiter. Sedangkan dari data hasil percobaan yang telah dilakukan, untuk
pengukuran bobot jenis air suling sebanyak sembilan kali replikasi, hanya ada

18
dua data yang menunjukkan BJ air suling yang sesuai dengan literatur yaitu
0,9960 gram/mililiter. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya perbedaan
antara hasil percobaan dengan literatur tersebut, misalnya perbedaan cara
kerja percobaan dengan prosedur seperti yang dicantumkan pada literatur dan
kesalahan oleh praktikan (human error). Dicurigai hasil penurunan suhu
sampel pada 25oC tidak mencapai hasil yang maksimal, sampel di dalam
piknometer tidak mengalami penurunan suhu menjadi 25oC secara merata.
Etanol 95%, propilenglikol, dan sorbitol merupakan tiga contoh zat

dari golongan senyawa alkohol (R-OH). Tetapi memiliki jumlah rantai alkil

dan gugus hidroksil yang berbeda-beda, sehingga bobot molekul dari ketiga

zat tersebut berbeda-beda dan memengaruhi bobot jenis dari masing-masing

sampel golongan alkohol tersebut. Etanol memiliki rumus struktur H3C-CH2-

OH yaitu alkohol monovalen primer dengan bobot molekul 46,07.

Propilenglikol memiliki rumus struktur H3C-CH(OH)-CH2-OH propana-1,2-

diol yaitu alkohol polivalen dengan bobot molekul 76,10. Sorbitol memiliki

rumus struktur HO-CH2-CH(OH)-CH(OH)-CH(OH)-CH(OH)-CH2-OH yaitu

alkohol polivalen dengan bobot molekul 182,17. Dari ketiga sampel golongan

alkohol tersebut yang memiliki bobot molekul terberat secara berturut-turut

adalah sorbitol, propilenglikol, dan etanol. Perbedaan bobot molekul tersebut

menjadikan bobot jenis dan rapat jenis yang berbeda, sampel yang memiliki

angka bobot molekul lebih besar akan memiliki nilai bobot jenis dan rapat

jenis yang besar pula.

19
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil pengamatan diperoleh hasil yang berbeda. Hal ini

disebabkan karena perbedaan dalam perlakuan baik dalam pembacaan

skala, maupun tidak sengaja dalam memegang piknometer sehingga

menjadi tidak akurat.Untuk pengamatan bobot jenis, hasil terbesar

dalam pengamatan ini adalah sorbitol, sedangkan yang terkecil adalah

minyak merk Rose Brand. Hampir semua sampel aquadest memiliki

bobot jenis yang mendekati 1 g/ml.

Berikut hasil dari percobaan yang dilakukan

1. Sorbitol = 1,236 g/ml

2. Na CMC 0,2% = 1,018 g/ml

3. Na CMC 0,4% = 0,993 g/ml

4. Minyak orilia = 0,984 g/ml

5. Minyak sania = 0,982 g/ml

6. Propileglikol = 0,9689 g/ml

7. Air suling = 0,967 g/ml

20
8. Alcohol 70% = 0,932 g/ml

9. Minyak Mazola = 0,864 g/ml

10. Minyak bimoli = 0,852 g/ml

11.Minyak rosebrand = 0,80 g/ml

B. Saran

1. diharapkan kepada praktikan agar lebih teliti sehingga tidak ada


kesalahan dalam praktikum.

2. Pastikan pada saat melakukan praktikum suhu air tepat 25C

21
Daftar Pustaka

http://www.academia.edu/12317829/Laporan_Farfis_Bobot_jenis_dan_Kerapatan

http://diarylaboratorium.blogspot.co.id/2014/05/laporan-praktikum-farmasi-fisika-
bobot.html

http://www.academia.edu/8738048/LAPORAN_BOBOT_JENIS_DAN_KERAPATAN

Tim Asisten.,(2006),”Penuntun Praktikum Farmasi Fisika”, Jurusan Farmasi,


Universitas Hasanuddin, 34,35.

22
LAMPIRAN

Ditimbang piknometer dalam keadaan


Disiapkan piknometer kosong

Dimasukkan aquadest kedalam piknometer Direndam dalam air es


sampai penuh, lalu ditutup

23
Suhu air diukur menggunakan thermometer Ditimbang piknometer yang bersuhu 25C
hingga mencapai 25C

Dimasukan minyak dalam piknometer pada


percobaan ini menggunakan 5 sampel
Dicuci piknometer dengan alcohol 95% minyak masing-masing sampel
menggunakan sampel yang berbeda-beda.

24
Dimasukan sampel dalam piknometer pada
percobaan kali ini menggunakan sampel Dimasukan piknometer kedalam baskom
yaitu CMC 0,4, CMC 0,2, Sorbitol, yang berisi air es sampai suhu 25C.
propilenglikol.

Ditimbang masing-masing piknometer yang


berisi sampel dan sudah bersuhu 25C

25

Anda mungkin juga menyukai