peningkatan tekanan yang paling pertama. Hal ini menyebabkan peningkatan tekanan
hidrostatik, tekanan kapiler paru serta pembentukan edema interstitial terutama pada
daerah basal paru. Hal ini menyebabkan peningkatan resistensi vaskuler yang
mengalir ke basal paru, menyebabkan pirau aliran darah ke pembuluh-pembuluh
darah pada lobus atas paru-sehingga menyebabkan adanya peralihan pada vena-vena
pada lobus atas. Pengalihan pada lobus atas dapat didiagnosis dengan radiografi posisi
erect (tegak), pembesaran pembuluh-pembuluh darah pada lobus atas sama dengan
atau melebihi pembuluh-pembuluh darah pada lobus bawah yang berjarak sama dari
hilum (Rasad, 2010).
1) Stage 1 :
Pada stage 1 PCWP [13-18 mm]. Terjadi redistribusi dari pembuluh darah paru.
Pada foto toraks PA normal, pembuluh darah pada lobus atas lebih kecil dan
sedikit dibanding pembuluh darah pada lobus bawah paru. Pembuluh darah paru
yang beranastomosis memiliki kapasitas reservoir dan akan mengalir pada
vaskular yang tidak menerima perfusi darah, sehingga menyebabkan terjadinya
ditensi pada vaskular yang telah mendapat perfusi darah. Hal ini mengakibatkan
terjadinya redistribusi pada aliran darah pulmonal. Awalnya terjadi aliran darah
yang sama, kemudian terjadi redistribusi aliran darah dari lobus bawah menuju
lobus atas.
Pada gambaran radiologis tampak redistribusi dari pembuluh darah paru,
kardiomegali, dan broad vascular pedicle.
2) Stage 2 :
Pada stage 2, PCWP [18-25 mm]. Tahap ini ditandai oleh kebocoran cairan
kedalam interlobular dan interstitial peribronkial sebagai akibat dari
meningkatnya tekanan di dalam kapiler paru. Saat kebocoran cairan masuk ke
dalam septum interlobular perifer, akan tampak gambaran garis Kerley B pada
foto toraks. Saat kebocoran cairan masuk ke dalam interstitial
peribronkovaskular, pada foto toraks akan tampak gambaran penebalan pada
dinding bronkus yang disebut peribronchial cuffing dan pengaburan pembuluh
darah paru (perihilar haze). Selain itu, fisura interlobaris juga akan terlihat
menebal pada foto toraks.
3) Stage 3 :
Pada stage ini, PCWP [> 25 mm]. Tahap ini ditandai dengan berlanjutnya
kebocoran cairan menuju interstitial, yang tidak dapat dikompensasi oleh drainase
limfatik. Hal ini akan mengakibatkan kebocoran cairan menuju alveoli (edema
alveolar) dan kebocoran cairan menuju cavum pleura (efusi pleura). Pada foto
toraks akan tampak gambaran konsolidasi, air bronchogram, cotton woll
appearance, dan efusi pleura.
4) Stage 4 :
Pada tahap ini terjadi proses hemosiderosis, osifikasi (tampak pada hipertensi
pulmonum yang lama) (Lorraine, 2011).
1. Edema Paru Kardiak
Edema paru kardiak terjadi akibat gagal jantung kiri, hal ini diakibatkan oleh
gangguan pada jalur keluar atrium kiri, peningkatan volume yang berlebihan di
ventrikel kiri, disfungsi diastolic atau sistolik dari ventrikel kiri atau obstruksi pada
pada jalur keluar pada ventrikel kiri. Peningkatan tekanan di atrium kiri dan
tekanan baji paru mengawali terjadinya edema paru kardiogenik tersebut. Sebagai
akibatnya tekanan, tekanan hidrostatik vena pulmonalis dan kapiler paru juga akan
meningkat dan terjadi ekstravasasi cairan ke jaringan. Edema paru adalah salah
satu ciri dari gagal jantung dekompensasi akut atau gagal jantung akut (Liwang dan
Mansjoer, 2014).
EPK EPNK
Anamnesis
Acute cardiac event (+) Jarang
Penemuan Klinis
Perifer Dingin (low flow Hangat (high flow
satate) state),nadi kuat
S3
gallop/kardiomegali (+) (-)
JVP Meningkat Tak meningkat
Ronki Basah Kering
Laboratorium
Foto Thoraks Distribusi Distribusi perifer
perihiler