Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

DIABETES MELLITUS

DI RS UNIVERSITAS ANDALAS

Disusun Oleh:

GANI MUTIARA

(1711311022)

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2019
A.Landasan Teoritis Penyakit

1.Defenisi

Diabetes mellitus adalah sekelompok kelainan yang ditandai oleh peningkatan kadar
glukosa terhadap insulin dan penurunan atau tidak terdapatnya pembentukan insulin oleh
pancreas.Kondisi ini mengarah pada hiperglikemia yang dapat menyebabkan terjadinya
komplikasi metabolic akut seperti ketoasidosis diabetic.Hiperglikemia jangka panjang dapat
menunjang terjadinya komplikasi mikrovaskuler kronis (penyakit ginjal dan mata) serta
komplikasi neuropati.Diabetes juga berkaitan dengan kejadian penyakit makrovaskuler termasuk
infark miokard,stroke dan penyakit vaskuler perifer.(Brunner and Suddarth,2002).

Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronik yang terjadi ketika pankreas tidak cukup
dalam memproduksi insulin atau ketika tubuh tidak efisien menggunakan insulin itu sendiri.
Insulin adalah hormon yang mengatur kadar gula darah. Hiperglikemia atau kenaikan kadar gula
darah, adalah efek yang tidak terkontrol dari diabetes dan dalam waktu panjang dapat terjadi
kerusakan yang serius pada beberapa sistem tubuh, khususnya pada pembuluh darah jantung
(penyakit jantung koroner), mata (dapat terjadi kebutaan), ginjal (dapat terjadi gagal ginjal),
syaraf (dapat terjadi stroke) (WHO, 2011).

Diabetes Mellitus adalah keadaan hiperglikemi kronik yang disertai berbagai kelainan
metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata,
ginjal, saraf dan pembuluh darah (Mansjoer dkk,1999). Sedangkan menurut Francis dan John
(2000), Diabetes Mellitus klinis adalah suatu sindroma gangguan metabolisme dengan
hiperglikemia yang tidak semestinya sebagai akibat suatu defisiensi sekresi insulin atau
berkurangnya efektifitas biologis dari insulin atau keduanya.

2.Etiologi

Diabetes adalah suatu penyakit yang disebabkan karena peningkatan kadar gula dalam
darah (hiperglikemi) akibat kekurangan hormon insulin absolut ataupun relatif. Namun dari
beberapa kasus juga ditemukan beberapa penyebab terjadinya diabetes antara lain :
a. Virus dan Bakteri
Virus penyebab DM adalah rubela, mumps, dan human coxsackievirus B4. Melalui
mekanisme infeksi sitolitik dalam sel beta, virus ini mengakibatkan destruksi atau perusakan sel.
Bisa juga, virus ini menyerang melalui reaksi otoimunitas yang menyebabkan hilangnya otoimun
dalam sel beta. Diabetes mellitus akibat bakteri masih belum bisa dideteksi. Namun, para ahli
kesehatan menduga bakteri cukup berperan menyebabkan DM.
b. Bahan Toksik atau Beracun
Bahan beracun yang mampu merusak sel beta secara langsung adalah alloxan, pyrinuron
(rodentisida), dan streptozoctin (produk dari sejenis jamur). Bahan lain adalah sianida yang
berasal dari singkong.
c. Genetik atau Faktor Keturunan
Diabetes mellitus cenderung diturunkan atau diawariskan, bukan ditularkan. Anggota
keluarga penderita DM (diabetisi) memiliki kemungkinan lebih besar terserang penyakit ini
dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak menderita DM. Para ahli kesehatan juga
menyebutkan DM merupakan penyakit yang terpaut kromosom seks atau kelamin. Biasanya
kaum laki-laki menjadi penderita sesungguhnya, sedangkan kaum perempuan sebagai pihak yang
membawa gen untuk diwariskan kepada anak-anaknya.
Penyebab lainnya dikategorikan berdasarkan tipe Diabetes yaitu :
1.Diabetes Tipe I :
1. Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu
predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan
genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA.
2. Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah
pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau
Langerhans dan insulin endogen.
3. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi
selbeta.
2.Diabetes Tipe II :
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin
pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam proses
terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th).Sekitar 90% dari
kasus diabetes yang didapati adalah diabetes tipe 2.Pada awalnya muncul seiring dengan
bertambahnya usia dimana keadaan fisik mulai menurun.
b. Obesitas
Obesitas berkaitan dengan resistensi kegagalan toleransi glukosa yang menyebabkan
diabetes tipe 2.Hal ini jelas dikarenakan persediaan cadangan glukosa dalam tubuh
mencapai level yang tinggi.selain itu kadar kolesterol dalam darah serta kerja jantung
yang harus ekstra keras memompa darah ke seluruh tubuh menjadi pemicu diabetes.
c. Riwayat keluarga
Indeks untuk diabetes tipe 2 pada kembar monozigot hampir 100%.

3.Diabetes gestasional (GDM)


Pada DM dengan kehamilan ada 2 kemungkinan yang dialami oleh ibu:
a. ibu tersebut memang telah menderita DM sejak sebelum hamil.
b. ibu mengalami atau menderita DM saat hamil.

4.Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau syndrome lainnya


a. kelainan genetic dalam sel beta.
b. Pada tipe ini memiliki prevalensi familial yang tinggi dan bermanifestasi sebelum usia 14
tahun.Pasien seringkali obesitas dan resisten terhadap insulin.
c. Kelainan genetic pada kerja insulin.
d. Syndrome resistensi insulin berat dan akantosis negrikans.
e. Penyakit endokrin seperti syndrome cuhing dan akromegali.
f. infeksi
3.Manifestasi Klinis/Tanda dan Gejala
Gejala klasik diabetes adalah rasa haus yang berlebihan sering kencing terutama malam
hari, banyak makan serta berat badan yang turun dengan cepat. Di samping itu kadang-kadang
ada keluhan lemah, kesemutan pada jari tangan dan kaki, cepat lapar, gatal-gatal, penglihatan
jadi kabur, gairah seks menurun, luka sukar sembuh dan pada ibu-ibu sering melahirkan bayi di
atas 4 kg.Kadang-kadang ada pasien yang sama sekali tidak merasakan adanya keluhan, mereka
mengetahui adanya diabetes karena pada saat periksa kesehatan diemukan kadar glukosa
darahnya tinggi.
Gejala yang lazim terjadi, pada diabetes mellitus sebagai berikut :
Pada tahap awal sering ditemukan :
a. Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui daya
serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula banyak
menarik cairan dan elektrolit sehingga klien mengeluh banyak kencing.
b. Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak karena
poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak minum.
c. Polipagi (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi (lapar).
Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi walaupun klien banyak
makan, tetap saja makanan tersebut hanya akan berada sampai pada pembuluh darah.
d. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang.
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh
berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein,
karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya akan memecah cadangan
makanan yang ada di tubuh termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga
klien dengan DM walaupun banyak makan akan tetap kurus
e. Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi) yang
disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari lensa,
sehingga menyebabkan pembentukan katarak.
Gejala lain yang muncul:
a. Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan pembentukan
antibody, peningkatan konsentrasi glukosa disekresi mukus, gangguan fungsi imun dan
penurunan aliran darah pada penderita diabetes kronik.
b. Kelainan kulit gatal-gatal, bisul. Gatal biasanya terjadi di daerah ginjal, lipatan kulit
seperti di ketiak dan dibawah payudara, biasanya akibat tumbuhnya jamur.
c. Kelainan ginekologis, keputihan dengan penyebab tersering yaitu jamur terutama
candida.
d. Kesemutan rasa baal akibat neuropati. Regenerasi sel mengalami gangguan akibat
kekurangan bahan dasar utama yang berasal dari unsur protein. Akibatnya banyak sel
saraf rusak terutama bagian perifer.
e. Kelemahan tubuh
f. Penurunan energi metabolik yang dilakukan oleh sel melalui proses glikolisis tidak dapat
berlangsung secara optimal.
g. Luka yang lama sembuh, proses penyembuhan luka membutuhkan bahan dasar utama
dari protein dan unsur makanan yang lain. Bahan protein banyak diformulasikan untuk
kebutuhan energi sel sehingga bahan yang diperlukan untuk penggantian jaringan yang
rusak mengalami gangguan.
h. Laki-laki dapat terjadi impotensi, ejakulasi dan dorongan seksualitas menurun karena
kerusakan hormon testosteron.
i. Mata kabur karena katarak atau gangguan refraksi akibat perubahan pada lensa oleh
hiperglikemia.

4.Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik


1).Pemeriksaan diagnostic
a. Glukosa darah
Pemeriksaan glukosa darah untuk menetapkan DM meliputi :
· glukosa darah puasa
· glukosa 2 jam post prandial (2 jam PP)
· glukosa darah sewaktu
ADA (American Diabetic Association)/WHO (World Health Organization) menetapkan
kriteria menegakkan diagnosa DM adalah bila glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dl, atau glukosa
darah puasa ≥ 126 mg/dl.
Sebagai persiapan, penderita diminta puasa selama 10 jam dan tidak boleh lebih.
Pemeriksaan sebaiknya dilakukan pagi hari karena ada efek diurnal hormon terhadap glukosa.
Yang digunakan sebagai sampel biasanya serum atau plasma. Bila Whole blood yang digunakan
sebagai sampel nilai kadar glukosa umumnya lebih rendah 15% dibanding glukosa plasma atau
serum.
Bukan DM Belum pasti DM DM
Kadar glukosa darah sewaktu
plasma vena < 110 110 – 199 200
darah kapiler < 90 90 - 199 200

Kadar glukosa darah puasa


plasma vena < 110 110 – 125 126
darah kapiler < 90 90 - 109 110 

b. HBAIC (Glucosated Haemoglobin AIC) meningkat yaitu terikatnya glukosa dengan Hb.
(Normal : 3,8-8,4 mg/dl).
c. Aseton plasma ( keton ) ; Positif secara mencolok.
d. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat.
e. Osmolalitas serum : Meningkat tetapi biasanya kurang dari 330Mosm/l
f. Elektrolit :
· Natrium : Mungkin normal, meningkat atau menurun
· Kalium : Normal
· Fosfor : Lebih sering menurun
g. Hemoglobin Glikosilat : kadar meningkat 2 – 4 kali dari normal yang mencerminkan kontrol
diabetes melitus yang kurang selama 4 bulanterakhir.
h. Gas Darah Arteri : Biasanya menunjukkan pH rendahdan penurunanpada HCO2 ( Asidosis
Metabolik ) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
i. Trombosit darah : Hematokrit mungkin meningkat ( dehidrasi ) ;Leukositosis,
hemokonsentrasi, merupakan respon terhadap stressatau infeksi.
j. Ureum / kreatinin : Mungkin meningkat atau normal ( dehidrasi /penurunan fungsi ginjal ).
k. Amilase darah : Mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya pankreatitis akut sebagai
penyebab dari DKA.
l. Insulin darah : Mungkin menurun / bahkan sampai tidak ada ( tipe I ) atau normal sampai
tinggi ( tipe II ), mengindikasikan infusiensi insulin, gangguan dalam penggunaannya.
m. Resistensi insulin dapat berkembang sekunder terhadap pembentukkan antibodi
(autoantibodi).
n. Pemeriksaan fungsi tiroid : Peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat meningkatkan glukosa
darah dan kebutuhan akan insulin.
o. Urin : gula dan aseton positif, berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat.
p. Kultur dan sensitivitas : Kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi pernapasan
dan infeksi pada luka.

2).Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
 Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120 mg/dl dan dua
jam post prandial > 200 mg/dl. Aseton plasma (aseton) : positif secara mencolok.
Osmolaritas serum : meningkat tapi < 330 m osm/lt • Gas darah arteri pH rendah dan
penurunan HCO3 (asidosis metabolik) • Alkalosis respiratorik • Trombosit darah :
mungkin meningkat (dehidrasi), leukositosis, hemokonsentrasi, menunjukkan respon
terhadap stress/infeksi. • Ureum/kreatinin : mungkin meningkat/normal
lochidrasi/penurunan fungsi ginjal. • Amilase darah : mungkin meningkat > pankacatitis
akut. Insulin darah : mungkin menurun sampai tidak ada (pada tipe I), normal sampai
meningkat pada tipe II yang mengindikasikan insufisiensi insulin.
 Pemeriksaan fungsi tiroid
peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan
akan insulin.
 Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan dengan
cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine : hijau (
+ ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).
 Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai dengan jenis
kuman.
5.Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar
glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan
terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah normal (euglikemia) tanpa
terjadi hipoglikemia dan gangguan series pada pola aktivitas pasien.
Ada lima konponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu:
1. Diet
a. Syarat diet DM hendaknya dapat:
1) Memperbaiki kesehatan umum penderita
2) Mengarahkan pada berat badan normal
3) Menormalkan pertumbuhan DM anak dan DM dewasa muda
4) Mempertahankan kadar KGD normal
5) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik
6) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita.
7) Menarik dan mudah diberikan
b. Prinsip diet DM, adalah:
1) Jumlah sesuai kebutuhan
2) Jadwal diet ketat
3) Jenis: boleh dimakan/tidak
c. Diit DM sesuai dengan paket-paket yang telah disesuaikan dengan kandungan kalorinya.
1) Diit DM I : 1100 kalori
2) Diit DM II : 1300 kalori
3) Diit DM III : 1500 kalori
4) Diit DM IV : 1700 kalori
5) Diit DM V : 1900 kalori
6) Diit DM VI : 2100 kalori
7) Diit DM VII : 2300 kalori
8) Diit DM VIII: 2500 kalori
Keterangan :
Diit I s/d III : diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk
Diit IV s/d V : diberikan kepada penderita dengan berat badan normal
Diit VI s/d VIII : diberikan kepada penderita kurus. Diabetes remaja, atau diabetes komplikasi.
Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti pedoman 3 J yaitu:
· JI : jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau ditambah
· J II : jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya.
· J III : jenis makanan yang manis harus dihindari
Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh status gizi penderita,
penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung Percentage of relative body weight (BBR=
berat badan normal) dengan rumus:
BBR = < BB (Kg) / TB (cm) – 100 > X 100 %
Kurus (underweight)
Kurus (underweight) : BBR < 90 %
Normal (ideal) : BBR 90 – 110 %
Gemuk (overweight) : BBR > 110 %
Obesitas, apabila : BBR > 120 %
Obesitas ringan : BBR 120 – 130 %
Obesitas sedang : BBR 130 – 140 %
Obesitas berat : BBR 140 – 200 %
Morbid : BBR > 200 %
Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk penderita DM yang
bekerja biasa adalah:
Kurus : BB X 40 – 60 kalori sehari
Normal : BB X 30 kalori sehari
Gemuk : BB X 20 kalori sehari
Obesitas : BB X 10-15 kalori sehari
2. Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah:
a. Meningkatkan kepekaan insulin (glukosa uptake), apabila dikerjakan setiap 1 ½ jam
sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita dengan kegemukan atau
menambah jumlah reseptor insulin dan meningkatkan sensitivitas insulin dengan reseptornya.
b. Mencegah kegemukan apabila ditambah latihan pagi dan sore
c. Memperbaiki aliran perifer dan menambah supply oksigen
d. Meningkatkan kadar kolesterol-high density lipoprotein
e. Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan dirangsang
pembentukan glikogen baru
f. Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena pembakaran asam lemak
menjadi lebih baik.

3. Penyuluhan
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS) merupakan salah satu bentuk
penyuluhan kesehatan kepada penderita DM, melalui bermacam-macam cara atau media
misalnya: leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi kelompok, dan sebagainya.

4. Obat
a. Tablet OAD (Oral Antidiabetes)
1) Mekanisme kerja sulfanilurea
· kerja OAD tingkat prereseptor : pankreatik, ekstra pancreas
· kerja OAD tingkat reseptor
2). Mekanisme kerja Biguanida
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek lain yang dapat
meningkatkan efektivitas insulin, yaitu:
(a) ekstra pankreatikBiguanida pada tingkat prereseptor
· Menghambat absorpsi karbohidrat
· Menghambat glukoneogenesis di hati
· Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
(b) Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah reseptor insulin
(c) Biguanida pada tingkat pascareseptor : mempunyai efek intraseluler
b. Insulin
Indikasi penggunaan insulin
1) DM tipe I
2) DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD
3) DM kehamilan
4) DM dan gangguan faal hati yang berat
5) DM dan infeksi akut (selulitis, gangren)
6) DM dan TBC paru akut
7) DM dan koma lain pada DM
8) DM operasi
9) DM patah tulang
10) DM dan underweight
11) DM dan penyakit Graves
Beberapa cara pemberian insulin
1). Suntikan insulin subkutan
Insulin reguler mencapai puncak kerjanya pada 1-4 jam, sesudah suntikan subcutan,
kecepatan absorpsi di tempat suntikan tergantung pada beberapa factor antara lain:
 lokasi suntikan
ada 3 tempat suntikan yang sering dipakai yitu dinding perut, lengan, dan paha. Dalam
memindahkan suntikan (lokasi) janganlah dilakukan setiap hari tetapi lakukan rotasi
tempat suntikan setiap 14 hari, agar tidak memberi perubahan kecepatan absorpsi setiap
hari.
 Pengaruh latihan pada absorpsi insulin
Latihan akan mempercepat absorbsi apabila dilaksanakan dalam waktu 30 menit setelah
suntikan insulin karena itu pergerakan otot yang berarti, hendaklah dilaksanakan 30 menit
setelah suntikan.
2). Pemijatan (Masage)
Pemijatan juga akan mempercepat absorpsi insulin.
3). Suhu
Suhu kulit tempat suntikan (termasuk mandi uap) akan mempercepat absorpsi insulin.
 Dalamnya suntikan
Makin dalam suntikan makin cepat puncak kerja insulin dicapai. Ini berarti suntikan
intramuskuler akan lebih cepat efeknya daripada subcutan.
 Konsentrasi insulin
Apabila konsentrasi insulin berkisar 40 – 100 U/ml, tidak terdapat perbedaan absorpsi.
Tetapi apabila terdapat penurunan dari u –100 ke u – 10 maka efek insulin dipercepat.
4). Suntikan intramuskular dan intravena
Suntikan intramuskular dapat digunakan pada koma diabetik atau pada kasus-kasus
dengan degradasi tempat suntikan subkutan. Sedangkan suntikan intravena dosis rendah
digunakan untuk terapi koma diabetic.
6.Komplikasi
1. Akut
a. Hipoglikemia dan hiperglikemia
b. Penyakit makrovaskuler : mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung koroner
(cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler).
Penderita diabetes dapat mengakibatkan perubahan aterosklerosis pada arteri-arteri besar.
Penderita NIDDM mengalami perubahan makrovaskuler lebih sering daripada penderita IDDM.
Insulin memainkan peranan utama dalam metabolisme lemak dan lipid. Selain itu, diabetes
dianggap memberikan peranan sebagai faktor dalam timbulnya hipertensi yang dapat
mempercepat aterosklerosis. Pengecilan lumen pembuluh darah besar membahayakan
pengiriman oksigen ke jaringan-jaringan dan dapat menyebabkan ischemia jaringan, dengan
akibatnya timbul berupa penyakit cerebro vascular, penyakit arteri koroner, stenosis arteri renalis
dan penyakit-penyakit vascular perifer.
c. Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati, nefropati.
Ditandai dengan penebalan dan kerusakan membran basal pembuluh kapiler, sering
terjadi pada penderita IDDM dan bertanggung jawab dalam terjadinya neuropati, retinopati
diabetik.
d. Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstrimitas), saraf otonom berpengaruh pada
gastro intestinal, kardiovaskuler (Suddarth and Brunner, 1990).
2. Komplikasi menahun Diabetes Mellitus
a. Neuropati diabetik
Diabetes dapat mempengaruhi saraf-saraf perifer, sistem syaraf otonom, medula spinalis
atau sistim saraf pusat.
Neuropati sensorik/neuropati perifer.Lebih sering mengenai ekstremitas bawah dengan
gejala parastesia (rasa tertusuk-tusuk, kesemutan atau baal) dan rasa terbakar terutama pada
malam hari, penurunan fungsi proprioseptif (kesadaran terhadap postur serta gerakan tubuh dan
terhadap posisi serta berat benda yang berhubungan dengan tubuh) dan penurunan sensibilitas
terhadap sentuhan ringan dapat menimbulkan gaya berjalan yang terhuyung-huyung, penurunan
sensibilitas nyeri dan suhu membuat penderita neuropati beresiko untuk mengalami cedera dan
infeksi pada kaki tanpa diketahui.
b. Retinopati diabetik
Disebabkan karena perubahan dalam pembuluh darah kecil pada retina selain retinopati,
penderita diabetes juga dapat mengalami pembentukan katarak yang diakibatkan hiperglikemi
yang berkepanjangan sehingga menyebabkan pembengkakan lensa dan kerusakan lensa.
c. Nefropati diabetik
Perubahan struktur dan fungsi ginjal. Empat jenis lesi yang sering timbul adalah
pyelonefritis, lesi-lesi glomerulus, arterisclerosis, lesi-lesi tubular yang ditandai dengan adanya
proteinuria yang meningkat secara bertahap sesuai dengan beratnya penyakit.
d. Proteinuria
e. Kelainan koroner
f. Ulkus/gangren (Soeparman, 1987, hal 377)
Terdapat lima grade ulkus diabetikum antara lain:
· Grade 0 : Tidak ada luka
· Grade I : Kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit
· Grade II : Kerusakan kulit mencapai otot dan tulang
· Grade III : Terjadi abses
· Grade IV : Gangren pada kaki bagian distal
· Grade V : Gangren pada seluruh kaki dan tungkai bawah distal
7.WOC
B.Landasan Teoritis Asuhan Keperawatan
1.Pengkajian
Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien memiliki riwayat pernah mengalami luka yang lama sembuh, pernah
mengkonsumsi obat seperti steroid, diuretik, dilantin dan fenobarbital, hipertensi, IM
akut. Kebiasaan merokok pada pasien,pasien punya riwayat gagal jantung koroner.

b. Riwayat Kesehatan Sekarang


Pasien mengatakan mudah lelah, mengalami kelemahan,banyak minum, hilang nafsu
makan, buang air kecil banyak, turgor kulit jelek, berkeringat, gemetaran, berat badan
menurun,hipertensi,ansietas,ISK baru atau berulang,nyeri tekan abdomen, bising usus
lemah dan menurun, hiperaktif ( diare ), urine encer, pucat, kuning, berkabut, bau
busuk.perbesaran tiroid, pusing/pening, sakit kepala, disorientasi : mengantuk, latergi,
stupor/koma, gangguan memori, kacau mental,batuk dengan / tanpa sputum
purulen,demam,diaforesis, lesi/ulserasi.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga


Adanya riwayat Diabetes, penyakit jantung, stroke dan hipertensi pada keluarga.

Pola Pengkajian Gordon


a. Pola persepsi
Pada pasien gangren kaki diabetik terjadi perubahan persepsi dan tata laksana hidup sehat
karena kurangnya pengetahuan tentang dampak gangren kaki diabetuk sehingga menimbulkan
persepsi yang negatif terhadap dirinya dan kecenderungan untuk tidak mematuhi prosedur
pengobatan dan perawatan yang lama, lebih dari 6 juta dari penderita DM tidak menyadari akan
terjadinya resiko Kaki diabetik bahkan mereka takut akan terjadinya amputasi
b. Pola nutrisi metabolik
Akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin maka kadar gula
darah tidak dapat dipertahankan sehingga menimbulkan keluhan sering kencing, banyak makan,
banyak minum, berat badan menurun dan mudah lelah. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan
terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengaruhi status kesehatan
penderita. Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.
c. Pola eliminasi
Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik yang menyebabkan
pasien sering kencing (poliuri) dan pengeluaran glukosa pada urine ( glukosuria ). Pada eliminasi
alvi relatif tidak ada gangguan.
d. Pola aktivitas dan latihan
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan tidur,
tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan bahkan sampai terjadi koma. Adanya
luka gangren dan kelemahan otot – otot pada tungkai bawah menyebabkan penderita tidak
mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari secara maksimal, penderita mudah mengalami
kelelahan.

e. Pola tidur dan istirahat


Istirahat tidak efektif Adanya poliuri, nyeri pada kaki yang luka , sehingga klien
mengalami kesulitan tidur.
f. Kognitif persepsi
Pasien dengan gangren cenderung mengalami neuropati / mati rasa pada luka sehingga
tidak peka terhadap adanya nyeri. Pengecapan mengalami penurunan, gangguan penglihatan .
g. Persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita mengalami
gangguan pada gambaran diri. Luka yang sukar sembuh, lamanya perawatan, banyaknya biaya
perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan gangguan peran
pada keluarga ( self esteem ).
h. Peran hubungan
Luka gangren yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan penderita malu dan menarik
diri dari pergaulan.
i. Seksualitas
Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ reproduksi sehingga
menyebabkan gangguan potensi sek, gangguan kualitas maupun ereksi, serta memberi dampak
pada proses ejakulasi serta orgasme. Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme
menurun dan terjadi impoten pada pria. risiko lebih tinggi terkena kanker prostat berhubungan
dengan nefropati.(Chin-Hsiao Tseng on journal, Maret 2011)
j. Koping toleransi
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, perasaan tidak berdaya
karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif berupa marah, kecemasan,
mudah tersinggung dan lain – lain, dapat menyebabkan penderita tidak mampu menggunakan
mekanisme koping yang konstruktif / adaptif.
k. Nilai Kepercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta luka pada kaki
tidak menghambat penderita dalam melaksanakan ibadah tetapi mempengaruhi pola ibadah
penderita.

2.Pemeriksaan Fisik

a) Pemeriksaan Vital Sign


Yang terdiri dari tekanan darah, nadi, pernafasan, dan suhu. Tekanan darah dan
pernafasan pada pasien dengan pasien DM bisa tinggi atau normal, Nadi dalam batas normal,
sedangkan suhu akan mengalami perubahan jika terjadi infeksi.
b) Pemeriksaan Kulit
Kulit akan tampak pucat karena Hb kurang dari normal dan jika kekurangan cairan maka
turgor kulit akan tidak elastis. kalau sudah terjadi komplikasi kulit terasa gatal.
c) Pemeriksaan Leher
Biasanya tidak terjadi pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar getah bening, dan JVP
(Jugularis Venous Pressure) normal 5-2 cmH2.
d) Pemeriksaan Dada (Thorak)
Pada pasien dengan penurunan kesadaran acidosis metabolic pernafasan cepat dan dalam.
e) Pemeriksaan Jantung (Cardiovaskuler)
Pada keadaan lanjut bisa terjadi adanya kegagalan sirkulasi.
f) Pemeriksaan Abdomen
Dalam batas normal
g) Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
Sering BAK
h) Pemeriksaan Muskuloskeletal
Sering merasa lelah dalam melakukan aktifitas, sering merasa kesemutan
i) Pemeriksaan Ekstremitas
Kadang terdapat luka pada ekstermitas bawah bisa terasa nyeri, bisa terasa baal
j) Pemeriksaan Neurologi
GCS :15
Kesadaran Compos mentis Cooperative(CMC)

3.Perumusan Diagnosa (NANDA)


a. Resiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah berhubungan dengan Asupan Makanan,
Ketidakadekuatan Monitor Glukosa Darah, Kurangan Ketaatan Dalam Manajemen
Diabetes
b. Ketidakseimbangan Nutrisi : Kurang Dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan
Ketidakmampuan Untuk Mengabsorbsi Nutrisi
c. Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan Kehilangan Volume Cairan Secara
Aktif
d. Kerusakan Integritas Jaringan berhubungan dengan Perubahan Sirkulasi, Kurang
Pengetahuan, Faktor Mekanik (tekanan, benturan, gesekan)

4.Penentuan Kriteria Hasil (NOC)


Dalam table
5.Perumusan Intervensi Keperawatn (NIC)
Dalam tabel

Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan


(NANDA) (NOC) (NIC)
1) a).Tingkat glukosa darah a) a).Managemen Hiperglikemia
Resiko Ketidakstabilan
Kadar Glukosa Darah Defenisi : keadaan dimana Aktifitas ;
berhubungan tingkat glukosa di plasma  Memantau peningkatan gula
dengan Asupan dan urin dalam rentang darah
Makanan, normal  Memantau gejala
Ketidakadekuatan Indikator : hiperglikemia, poliuria,
Monitor Glukosa  Glukosa darah polidipsi, poliphagi, dan
Darah, Kurangan dalam batas normal kelelahan.
Ketaatan Dalam  Glukosa urin dalam  Memantau urin keton
Manajemen Diabetes batas normal  Memberikan insulin yang
Definisi : resiko variasi  Urin keton sesuai
dari glukosa darah atau
2) b).Manajemen Diabetes  Memantau status cairan
tingkat gula dari rentang secara mandiri  Antisipasi situasi dalam
normal Definisi : melakukan persyaratan pemberian
manajemen Diabetes secara insulin
mandiri, pengobatan dan  Membatasi gerakan ketika
pencegahan tehadap gula darah diatas 250 mg/dl,
perjalanan penyakit terutama apabila terdapat
Indikator : urin keton
 Memantau glukosa  Mendorong pasien untuk
darah dalam batas memantau gula darah
normal b) b.Manajemen hipoglikemia (2130)
 Mengobati gejala dari Aktivitas :
hiperglikemia  Mengenali pasien dengan
 Mengobati gejala dari resiko hipoglikemia
hipoglikemia  Memantau gula darah
2) c).Kurangnyapengetahuan  Memantau gejala
tentang menajemen diabetes hipoglikemia
4) d).Ketidakadekuatan dalam seperti:tremor,
memantau gula darah berkeringat, gugup,
5) e).Pengetahuan tentang diet tacikardi, palpitasi,
mengigil, perubahan
perilaku, coma.
 Memberikan karbohidrat
sederhana yang sesuai
 Memberikan glukosa yang
sesuai
 Melaporkan segera pada
dokter
 Memberikan glukosa
melalui IV
 Memperhatikan jalan
nafas
 Mempertahankan akses IV
Lindungi jangan sampai
cedera
 Meninjau peristiwa
terjadinya hipoglikemia
dan faktor penyebabnya
 Memberikan umpan balik
mengenai manajemen
hipoglikemia
 Mengajarkan pasien dan
keluarga mengenai gejala,
faktor resiko, pencegahan
hipoglikemia
 Menganjurkan pasien
memakan karbohidrat
yang simple setiap waktu

Ketidakseimbangan 1) Status nutrisi 1) Manajemen Nutrisi


Nutrisi : Kurang Dari Defenisi : sejauh mana Aktivitas :
Kebutuhan Tubuh tingkat nutrisi yang  Mengkaji adanya pasien
berhubungan dengan tersedia untuk dapat alergi terhadap makanan
Ketidakmampuan memenuhi  Berkolaborasi dengan ahli
Untuk Mengabsorbsi kebutuhan proses gizi untuk menentukan
Nutrisi metabolik. jumlah kalori dan jenis
Definisi : intake nutrisi Indikator : gizi yang dibutuhkan
tidak mencukupi untuk  Intake nutrisi adekuat untuk memenuhi
memenuhi kebutuhan  Intake makanan kebutuhan gizi pasien
proses metabolik. adekuat  Mengatur pola makan dan
Batasan Karakteristik :  Intake cairan dalam gaya hidup pasien
Nafsu makan menurun batas normal  Mengajarkan pasien
Berat badan menurun  Energi cukup bagaimana pola makan
(20% atau lebih dibawah  Indeks masa tubuh sehari- hari yang sesuai
ideal) dalam batas normal dengan kebutuhan
Kelemahan/ kerapuhan
2) Status nutrisi : asupan  Memantau dan mencatat
pembuluh kapiler makanan dan cairan masukan kalori dan nutrisi
Penurunan berat badan Definisi : jumlah makanan  Timbang berat badan
dengan intake makanan dan cairan dalam tubuh pasien dengan interval
yang cukup selama waktu 24 jam. yang sesuai
Kurangnya informasi Indikator :  Memberikan informasi
Konjungtiva dan  Intake makanan yang tepat tentang
membran mukosa pucat melalui oral adekuat kebutuhan nutrisi dan
Tonus otot buruk  Intake cairan melalui bagaimana cara
Melaporkan intake memenuhinya
oral adekuat
makanan yang kurang
 Intake cairan  Membantu pasien untuk
dari kebutuhan makanan
melalaui intravena menerima program gizi
yang tersedia
dalam batas normal yang dibutuhkan
3) 2)
Status nutrisi : intake Therapy nutrisi
nutrisi Aktivitas :
Definisi : intake nutrisi  Memantau makanan dan
yang dibutuhkan untuk minuman yang dimakan dan
memenuhi proses hitung intake kalori sehari
metabolic yang sesuai
Indikator :  Memantau ketepatan anjuran
 Intake kalori dalam diet untuk memenuhi
batas normal kebutuhan nutrisi sehari-
 Intake protein dalam hariyang sesuai
batas normal  Berkolaborasi dengan ahli
 Intake lemak dalam gizi untuk menentukan
batas normal jumlah kalori dan jenis gizi
 Intake karbohidrat yang dibutuhkan untuk
dalam batas normal memenuhi kebutuhan gizi
 Intake serat dalam pasien
batas normal  Memberikan makanan
 Intake mineral dalam sesuai dengan diet yang
batas normal dianjurkan
 Memantau hasil labor
Memberikan
 Mengajari kepada keluarga
dan pasien secara tertulis
contoh diet yang dianjurkan
3) Monitor Gizi
Aktivitas :
 Memantau berat badan
pasien
 Memantau turgor kulit
 Memantau mual dan muntah
 Memantau albumin, total
protein, Hb, hematokrit, dan
elektrolit
 Memantau tingkat energi,
lemah, letih, rasa tidak enak
 Memantau apakah
konjungtiva pucat,
kemerahan, atau kering
 Memantau intake nutrisi dan
kalori

Kekurangan a)
Volume Keseimbangan cairan 1) Manajemen Cairan
Cairan berhubungan Defenisi : keseimbangan Aktivitas :
dengan Kehilangan cairan di intraselluler dan  Mempertahankan
Volume Cairan Secara ekstraselluler di dalam keakuratan catatan intake
Aktif tubuh dan output
Definisi : penurunan Indikator :  Memonitor status hidrasi
cairan Intravaskuler,  Tekanan darah dalam (kelembaban membran
Interstisial, dan atau batas normal mukosa, nadi, tekanan darah
Intrasel. Diagnosis ini  Keseimbangan intake ortostatik ), jika diperlukan
mengacu pada dehidrasi dan output selama 24  Memonitor vital sign
yang merupakan jam  Memonitor hasil labor yang
kehilangan cairan saja  Turgor kulit baik sesuai dengan retensi cairan
tanpa perubahan dalam  Membran mukosa (BUN, Ht, osmolalitas urin)
natrium. lembab  Memonitor masukan
Batasan Karakteristik :  Hematokrit dalam makanan/ cairan dan hitung
Perubahan status batas normal intake kalori harian
mental  Berkolaborasi untuk
Penurunan tekanan
b) Hidrasi pemberian cairan IV
darah Definisi : kecukupan cairan
2) Monitor Cairan
Penurunan volume/ di intraselluler dan Aktivitas :
tekanan nadi ekstraselluler di dalam  Menentukan faktor resiko
Penurunan turgor tubuh dari ketidakseimbangan
kulit/ lidah Indikator : cairan (polyuria, muntah,
Pengisian vena  Turgor kulit baik hipertermi)
menurun
Membran mukosa/  Membran mukosa  Memonitor intake dan
kulit kering lembab output
Peningkatan hematokr  Intake cairan dalam  Memonitor serum dan
it meninggi batas normal jumlah elektrolit dalam urin
Peningkatan denyut  Pengeluaran Urin  Memonitor serum albumin
nadi dalam batas normal dan jumlah protein total
Konsentrasi urine  Memonitor serum dan
meningkat osmolaritas urin
Kehilangan berat  Mempertahankan
badan seketika keakuratan catatan intake
Kehausan dan output
Kelemahan  Memonitor warna, jumlah
dan berat jenis urin.
3) Terapi Intravena
Aktivitas :
 Periksa tipe, jumlah, expire
date, karakter dari cairan
dan kerusakan botol
 Tentukan dan persiapkan
pompa infuse IV
 Hubungkan botol dengan
selang yang tepat
 Atur cairan IV sesuai suhu
ruangan
 Kenali apakah pasien
sedang penjalani
pengobatan lain yang
bertentangan dengan
pengobatan ini
 Atur pemberian IV, sesuai
resep, dan pantau hasilnya
 Pantau jumlah tetes IV dan
tempat infus intravena
 Pantau terjadinya kelebihan
cairan dan reaksi yang
timbul
 Pantau kepatenan IV
sebelum pemberian
medikasi intravena
 Ganti kanula IV, apparatus,
dan infusate setiap 48 jam,
tergantung pada protocol
 Perhatikan adanya
kemacetan aliran
 Periksa IV secara teratur
 Pantau tanda-tanda vital
 Batas kalium intravena
adalah 20 meq per jam atau
200 meq per 24 jam
 Catat intake dan output
 Pantau tanda dan gejala
yang berhubungan
dengan infusion
phlebitis dan infeksi lokal

Kerusakan a)
Integritas Integritas Jaringan a): Managemen Tekanan
Jaringan berhubungan kulit dan membran mukosa Aktifitas ;
dengan Perubahan Defenisi : keutuhan  Memakaikan
Sirkulasi, Kurang struktur dan fungsi pasien pakaian yang tidak
Pengetahuan, Faktor fisiologis normal dari kulit membatasi gerak
Mekanik (tekanan, dan membrane mukosa  Menahan diri untuk
benturan, gesekan) Indikator : melakukan tekanan pada
Definisi : kerusakan pada  Temperature kulit bagian tubuh yang sakit
selaput lendir, dalam batas normal  Meninggikan ektremitas
kornea, kulit dan  Susunan dalam batas yang terluka
jaringan subkutan normal  Memutar posisi pasien
Batasan Karakteristik :  Perfusi jaringan baik setiap dua jam sekali,
Kerusakan jaringan  Integritas kulit baik berdasarkan jadwal khusus
(kornea, membrane  Memantau area kulit yang
mukosa, kulit, dan
b) Penyembuhan luka : kemerahan atau rusak
subkutan) tahapan kedua  Memantau pergerakan dan
Kehilangan jaringan Definisi : tingkat aktifitas pasien
regenerasi dari sel dan  Memantau status nutrisi
jaringan setelah dilakukan pasien
penutupan  Memantau sumber tekanan
Indikator : dan geseran
 Granulasi dalam
b) Perawatan Luka (3660)
keadaan baik Aktifitas :
 Bekas luka dalam  Mengganti balutan plester
keadaan baik dan debris
 Penurunan ukuran luka  Mencukur rambut sekeliling
daerah yang terluka, jika
perlu
 Mencatat karakteristik luka
termasuk warna, bau dan
ukuran
 Membersihkan dengan
larutan saline atau nontoksik
yang sesuai
 Memberikan pemeliharaan
kulit luka bernanah sesuai
kebutuhan
 Mengurut sekitar luka untuk
merangsang sirkulasi
 Menggunakan unit
TENS(Transcutaneous
Elektrikal Nerve
Stimulation) untuk
peningkatan penyembuhan
luka yang sesuai
 Menggunakan salep yang
cocok pada kulit/ lesi, yang
sesuai
 Membalut dengan perban
yang cocok
 Mempertahankan teknik
pensterilan perban ketika
merawat luka
 Memeriksa luka setiap
mengganti perban
 Membandingkan dan
mencatat secara teratur
perubahan-perubahan pada
luka
 Menjauhkan tekanan pada
luka
 Mengajarkan pasien dan
anggota keluarga prosedur
 perawatan luka
c) Posisi
Aktivitas :
 Menyediakan tempat tidur
yang terapeutik
 Memelihara kenyamanan
tempat tidur
 Menempatkan dalam posisi
yang terapeutik
 Posisi dalam
mempersiapkan kesajajaran
tubuh
 Kelumpuhan/menyokong
bagian tubuh
 Memperbaiki bagian tubuh
 Menghindari terjadinya
amputasi dalam posisi fleksi
 Memposisikan untuk
mengurangi dyspnea (mis.
posisi semi melayang), jika
diperlukan
 Memfasilitasi pertukaran
udara yang bagus untuk
bernafas
 Menyarankan untuk
peningkatan rentang latihan
 Menyediakan pelayanan
penyokong untuk leher
 Memasang footboard untuk
tidur
 Gunakan teknik log roll
untuk berputar
 Meningkatkan eliminasi
urin, jika diperlukan
 Menghindari tempat yang
akan melukai
 Menopang dengan backrest,
jika diperlukan
 Memperbaiki kaki 20
derajat diatas jantung, jika
diperlukan
 Menginstruksikan kepada
pasien bagaimana
menggunakan posisi yang
bagus dan gerak tubuh yang
bagus dalam beraktifitas
 Mengontrol sistem
pelayanan untuk mengatur
persiapan
 Memelihara posisi akan
integritas dari sistem
 Memperbaiki kepala waktu
tidur, jika diperlukan
 Mengatur indikasi kondisi
kulit
 Membantu imobilisasi
setiap 2 jam, sesuai jadwal
 Gunakan alat bantu layanan
untuk mendukung kaki
(mis. Hand roll dan
trochanter roll)
 Menggunakan alat-alat yang
digunakan berulang
ditempat yang mudah
dijangkau
 Menempatkan posisi tempat
tidur yang nyaman agar
mudah dalam perpindahan
posisi
 Menempatkan lampu
ditempat yang mudah
dijangkau
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. 2002 .Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah.EGC:Jakarta.
Sudoyo, Aru W.( 2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1, Edisi 4. Jakarta. Interna
Publishing.
Johnson, M.,et all, 2008, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition, IOWA
Intervention Project, Mosby.

Lanywati, Endang (2007). Diabetes Melitus Penyakit Kencing Manis. Yokyakarta: kanisius.

Mc Closkey, C.J., Iet all, 2008, Nursing Interventions Classification (NIC) econd Edition, IOWA
Intervention Project, Mosby.

Price & Wilson (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.


Jakarta: EGC.

Sujono & Sukarmin (2008). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin &
Endokrin pada Pankreas. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai