Anda di halaman 1dari 2

BENTUK-BENTUK PENELITIAN SEJARAH DAN PENULISAN KEMBALI

PERISTIWA MASA LALU

1. Bentuk-bentuk penelitian sejarah

Dalam rangka mengungkapkan peristiwa yang terjadi pada masa lampau melalui
beberapa metode ilmiah, maka para beberapa ahli sejarah melakukan berbagai proses
penelitian. Dilihat dari teknik pengumpulan datanya, AKBP jenis penelitian dalam sejarah
yaitu penelitian berdasarkan lapangan dan penelitian berdasarkan kepustakaan. Baik
penelitian lapangan ataupun penelitian kepustakaan dalam ilmu sejarah yang bersifat
deskriptif.

A. Penelitian lapangan

Dalam melakukan penelitian lapangan seseorang sejarawan datang ke suatu tempat


terjadinya peristiwa bersejarah atau ke tempat ditemukannya beberapa peninggalan
bersejarah. Tempat ditemukannya benda tersebut disebut dengan situs. Villa peninggalan-
peninggalan sejarah itu sudah tersimpan di museum, maka peneliti bisa melakukan
penelitiannya dengan datang ke museum. Adapun benda-benda bersejarah yang masih
Terpendam di dalam tanah, maka peneliti harus melakukan penggalian atau evakuasi. Jika
peneliti perlu mendapatkan keterangan langsung dari pelaku atau saksi sejarah yang masih
hidup sebagai sumber lisan, maka penelitian sejarah bisa melakukan metode wawancara.

Setelah artefak berhasil diangkat dari dalam tanah, penelitian sejarah kemudian melakukan
pendataan kemudian melakukan identifikasi dan deskripsi terhadap penemu penemuannya.
Jika dirasakan perlu sehingga benda-benda penemuan itu akan dibawa ke laboratorium
untuk dilakukan pemeriksaan atau penelitian yang lebih cermat, misalnya tentang keaslian
dan usia benda tersebut. Hasil penelitian disusun secara rapi untuk dilaporkan ke
masyarakat untuk diseminarkan.

B. Penelitian kepustakaan

Penelitian kepustakaan juga disebut dengan penelitian dokumenter. Untuk


melakukan penelitian perpustakaan seorang peneliti sejarah memfokuskan perhatiannya
untuk dapat memperoleh data data yang tertulis yang disimpan di museum museum atau
perpustakaan, seperti, kronik China, kitab-kitab Kuno dari zaman Mataram Islam, arsip-
arsip VOC, surat kabar dari zaman awal kemerdekaan, autobiografi, naskah pidato,
rekaman video dan sebagainya. Untuk mendapatkan beberapa informasi yang benar dari
sumber-sumber sejarah yang ada zaman dulu, maka seorang ahli peneliti dapat melakukan
studi komparatif, yaitu membandingkan beberapa sumber satu dengan sumber lainnya.

2. Penulisan kembali peristiwa masa lalu

Usaha penulis kembali peristiwa-peristiwa masa lampau disebut dengan


historiografi. Dalam melakukan penulisannya kembali peristiwa masa lalu tersebut,
sejarawan akan berusaha agar karyanya benar-benar merupakan karya tulis yang bisa
mengungkapkan peristiwa masa lampau subjektif mungkin. Untuk hal itu harus dilakukan
berbagai penelitian yang cermat dengan didukung oleh beberapa sumber sejarah yang
memadai. Ada empat tahapan yang dilakukan oleh para sejarawan dalam melakukan
penulisan kembali di masa lalu, yaitu, heuristik, verifikasi, interprestasi, dan historiografi.

A. Heuristik

Istilah heuristik berasal dari bahasa Yunani yang memiliki arti menemukan. Dalam
kegiatan penulisan sejarah kata heuristik berarti usaha untuk mencari beberapa data dan
mengumpulkan sumber-sumber sejarah baik sumber benda, sumber tulisan maupun
sumber lisan. Pada tahap pengumpulan data tersebut, penulis sejarah melakukan observasi
ke objek-objek sejarah, baik yang ada di lapangan maupun di Museum ataupun di
perpustakaan untuk memperoleh beberapa data yang cukup sebagai pendukung karya
tulisnya.

B. Verifikasi

Sebelum sumber sejarah yang sudah dikumpulkan menggunakan berbagai


pendukung sebuah karya tulis, terlebih dahulu melakukan pengujian atau penelitian baik
dari segi kebenaran materi ataupun isi keaslian dari sumber tersebut, yang dalam ilmu
sejarah disebut kritik. Kritik tersebut dapat meliputi kritik intern dan kritik ekstern.

C. Interpretasi

Pada tahap penulisan ini, sejarah melakukan penafsiran dengan sumber-sumber


sejarah yang telah dipilih sebagai bukti penelitian. Oleh karena itu, sesuatu yang tersirat
dan tersurat dalam peninggalan-peninggalan tersebut dapat dikomunikasikan. Sejarah
sebagai kisah yang selalu mengandung dua hal, yaitu: data dan tafsiran atas sesuatu
peristiwa sehingga bisa terjadi peristiwa yang sama dipisahkan dengan beberapa wacana
yang berbeda, bahkan dengan demikian tekanan yang berbeda pula. Perbedaan tersebut
hanya terjadi karena diantara beberapa penulis dan saksi sejarah memiliki pandangan,
wawasan dan ideologi, kepentingan kelompok atau latar belakang sosial dan Tujuan
penulisan yang berbeda. Faktor-faktor lain yang menyebabkan perbedaan itu ialah karena
perbedaan pilihan terhadap fakta yang ada serta perbedaan penafsiran terhadap beberapa
fakta tersebut.

D. Historiografi

Pada tahap terakhir ini para sejarawan melakukan penyusunan kisah sejarah yang
sesuai dengan norma dalam disiplin ilmu sejarah. Diantaranya yang paling penting untuk
penyusunan tersebut haruslah dengan kronologis. Sebab, dalam penulisan kisah sejarah
haruslah dengan subjektif mungkin menghindari adanya penyimpangan. Walaupun
demikian, unsur dari subjektivitas seringkali susah dihindari karena adanya perbedaan
penafsiran dan latar belakang penulis hanya.

Anda mungkin juga menyukai