OLEH :
KELAS B
KIMIA BIOFISIK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat-Nya,
kami dapat menyelesaikan paper tentang “Emulsi & Koloid” yang bertujuan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Kimia Biofisik. Dan juga kami berterima kasih
kepada semua pihak yang turut serta membantu dalam pembuatan paper ini.
Kami sangat berharap paper ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Emulsi & Koloid. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan,
demi perbaikan paper ini di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa saran yang membangun. Terima Kasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan sistem koloid beserta sifat-
sifatnya sehingga dapat diterapkan dalam dunia industri.
Untuk mengidentifikasi jenis-jenis sistem koloid sehingga mampu menerapkan
masing-masing jenis sistem koloid tersebut dengan tepat.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Fase
Fase terdispersi Jenis Koloid Contoh
Pendispersi
Asap, debu di
Padat Gas Aerosol Padat
udara
Padat Cair Sol Sol emas, tinta, cat
Kaca berwarna,
Padat Padat Sol padat
gabumgan logam,
Kabut (fog), spray
Cair Gas Aerosol cair
serangga, awan
Susu, santan, es
Cair Cair Emulsi krim, minyak ikan,
kecap
Jelly, mayones,
Cair Padat Emulsi padat
mutiara, mentega
Buih sabun, krim
Gas Cair Buih
kocok
Karet busa, batu
Gas Padat Buih padat
apaung
1) Koloid Sol
Koloid sol merupakan koloid yang terbentuk dari fase zat terdispersi padat.
Koloid sol ada tiga jenis, yaitu:
a. Sol padat (padat-padat)
Sol padat adalah jenis koloid dengan fase zat padat terdispersi dan fase zat
pendispersi padat. Contoh sol padat adalah logam paduan, kaca berwarna, intan
hitam, dan baja.
b. Sol cair (padat-cair )
Sol cair atau biasa disebut sol saja adalah jenis koloid dengan fase zat
padat terdispersi dan fase zat pendispersi cair. Contoh: cat, tinta, dan kanji.
3
c. Sol gas (padat-gas)
Sol gas atau biasa disebut aerosol padat adalah jenis koloid dengan zat fase
padat terdispersi dalam zat fase gas. Contoh: asap dan debu.
Berdasarkan sifat adsorbsi yang dimiliki oleh koloid sol, koloid sol dibedakan
menjadi 2, yaitu sol liofil dan sol liofob.
a. Sol Liofil
Sol liofil adalah sol yang zat terdispersinya akan menarik dan
mengadsorpsi molekul mediumnya. Bila sol tersebut menggunakan air sebagai
mediumnya, maka disebut hidrofil.. Contoh sol hidrofil adalah kanji, protein,
sabun, agar- agar, detergen, dan gelatin.
b. Sol Liofob
Sol liofil adalah sol yang zat terdispersinya tidak menarik dan tidak
mengadsorpsi molekul mediumnya. Bila sol tersebut menggunakan air sebagai
mediumnya, maka disebut hidrofob. Contoh sol hidrofob adalah sol sulfida, sol
logam, sol belerang, dan sol Fe(OH)3.
Sol liofil lebih kental daripada mediumnya dan tidak terkoagulalsi jika
ditambah sedikit elektrolit. Oleh karena itu, koloid liofil lebih stabil jika
dibandingkan koloid liofob. Untuk menggumpalkan koloid liofil diperlukan
elektrolit dalam jumlah banyak sebab selubung molekul- molekul cairan yang
berfungsi sebagai pelindung harus dipecahkan terlebih dahulu. Untuk memisahkan
mediumnya dari koloid liofil dapat kita lakukan dengan cara pengendapan atau
penguapan. Akan tetapi, jika zat mediumnya ditambah lagi, maka akan terbentuk
koloid liofil lagi.
2) Koloid Emulsi
Koloid emulsi merupakan koloid yang terbentuk dari fase zat terdispersi
cair. Koloid emulsi ada tiga jenis, yaitu:
4
dan kenyal (seperti jelly), namun pada rentang suhu tertentu dapat berperilaku
seperti fluida (mengalir). Berdasarkan berat, kebanyakan gel seharusnya tergolong
zat cair, namun mereka juga memiliki sifat seperti benda padat. Contoh gel adalah
gelatin, agar-agar, mentega, mutiara, dan, gel rambut
Nasi merupkan salah satu contoh koloid emulsi padat. Komponen nasi
adalah beras dan air. Seblum dicampur, beras merupakan fase padat dan air fase
cair. Setelah dicampur melalui proses memasak, diperoleh nasi yang merupakan
koloid dan fasenya padat. Dari pengertian fasek continue dan discontinue tersebut,
maka fase padat merupakan fase continue dan fase cair merupakan fase
discontinue.
Biasanya gel memiliki sifat tiksotropi (Ing.: thyxotropy), yaitu menjadi
cairan ketika digoyang, tetapi kembali memadat ketika dibiarkan tenang.
Beberapa gel juga menunjukkan gejala histeresis. Dengan mengganti cairan
dengan gas dimungkinkan pula untuk aerogel ('gel udara'), yang merupakan bahan
dengan sifat-sifat yang khusus, seperti massa jenis rendah, luas permukaan yang
sangat besar, dan isolator panas yang sangat baik.
b. Emulsi cair (cair-cair)
Emulsi cair merupakan emulsi di dalam medium pendispersi cair. Emulsi
cair melibatkan campuran dua zat cair yang tidak dapat saling melarutkan jika
dicampurkan yaitu zat cair polar dan zat cair non-polar. Biasanya salah satu zat
cair ini adalah air dan zat lainnya seperti minyak. Contohnya adalah pada susu,
minyak ikan, dan santan kelapa.
c. Emulsi Gas (cair-gas)
Emulsi gas atau biasa disebut aerosol cair adalah jenis koloid dengan zat
fase cair terdispersi dalam zat fase pendispersi gas. Contoh: obat-obat insektisida
(semprot), kabut, awan, dan hair spray.
3) Koloid Buih
Koloid buih merupakan koloid yang terbentuk dari fase zat terdispersi gas.
Koloid buih ada dua jenis, yaitu:
5
a. Buih padat (gas-padat)
Buih padat adalah jenis koloid dengan fase zat gas terdispersi dalam fase
zat pendispersi padat. Kestabilan buih ini dapat diperoleh dari zat pembuih juga
(surfaktan).
Contoh-contoh buih padat yang mungkin kita ketahui:
Roti Proses peragian yang melepas gas karbondioksida (CO2) terlibat dalam
proses pembuatan roti. Zat pembuih protein gluten dari tepung kemudian akan
membentuk lapisan tipis mengelilingi gelembung-gelembung karbondioksida
(CO2) untuk membentuk buih padat.
Batu apung terbentuk dari proses solidifikasi gelas vulkanik.
Busa jok
b. Buih cair (gas-cair)
Buih cair ialah koloid dengan zat fase gas terdispersi dalam zat fase cair.
Berarti zat terdispersi fase gas dan medium fase cair. Contoh : buih sabun, buih
soda, dan krim kocok.
2.3 Sifat-Sifat Koloid
a. Efek Tyndal
Adalah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel
koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar. Efek
tyndal ini ditemukan oleh John Tyndal (1820-1893), seorang ahli fisika Inggris.
Efek Tyndal adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat
larutan sejati disinari dengan cahaya, maka cahaaya akan diteruskan. Sedangkan
jika sistem koloid disinari dengan cahaya, cahaya tersebut akan dihamburkan.
a. Gerak Brown
Adalah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus
tetapi tidak menentu (gerak acak/ tidak beraturan). Jika kita amati sistem koloid
dibawah mikroskop ultra, maka kita akan melihat bahwa partikel-partikel tersebut
akan bergerak membentuk zigzag. Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak.
Gerakan tersebut dapat bersifat acak, seperti pada zat cair dan gas atau
hanya bervibrasi ditempat seperti pada zat padat. Untuk sistem koloid dengan
medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikel akan menimbulkan
tumbukan antar partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung dari
6
segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi
cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang
menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau
gerak brown. Semakin kecil ukuran suatu partikel koloid, semakin cepat gerak
brown terjadi. Demikian pula sebaliknya, semakin besar ukuran partikel koloid,
semakin lambat gerak brown yang terjadi.
Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu sistem
koloid, maka semakin besar energi kinetik yang dimiliki partikel-partikel medium
pendispersinya sehingga gerak brown dari partikel-partikel fase terdispersinya
semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu sistem koloid,
maka gerak brown semakin lambat.
b. Adsorpsi Koloid
Adalah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain pada
permukaan partikel koloid yang disebabkan karena luasnya permukaan partikel
koloid.Adsorpsi harus dibedakan dari absorpsi yang artinya penyerapan yang
terjadi didalam suatu partikel). Apabila partikel-partikel sol padat ditempatkan
dalam suatu zat cait atau gas, maka partikel zat cair atau gas tersebut akan
terakumulasi pada permukaan zat tersebut.
c. Muatan Koloid sol
Sifat koloid terpenting adalah muatan partikel koloid. Semua partikel
koloid pasti mempunyai muatan patikel sejenis (positif atau negatif). Oleh karena
muatannya sejenis, maka terdapat gaya tolak menolak antar partikel koloid. Hal
ini mengakibatkan partikel-partikel tersebut tidak mau bergabung sehingga
memberikan kestabilan pada sistem koloid. Namun demikian, sistem koloid
secara keseluruhan bersifat netral karena partikel-partikel koloid yang bermuatan
ini akan menarik ion-ion dengan muatan berlawanan dalam medium
pendispersinya.
Berikut adalah penjelasanya:
1. Sumber muatan koloid sol
Partikel-partikel koloid mendapat muatan listrik melalui dua cara yaitu,
dengan proses adsorpsi dan dengan ionisasi gugus permukaan partikel.
7
Proses Adsorpsi
Proses adsorpsi ini merupakan peristiwa dimana partikel koloid menyerap
partikel bermuatan dari fase pendispersinya, sehingga partikel koloid menjadi
bermuatan. Jenis muatannya tergantung pada jenis partikel bermuatan yang
diserap apakah anion atau kation.
d. Kestabilan Koloid
Partikel-partikel koloid ialah bermuatan sejenis. Maka terjadi gaya tolak
menolak yang mencegah partikel-partikel koloid bergabung dan mengendap
akibat gaya gravitasi. Oleh karena itu, selain gerak Brown, muatan koloid juga
berperan besar dalam menjaga kestabilan koloid.
Terdapat beberapa gaya dalam sistem koloid yang menentukan kestabilan
koloid, yaitu sebagai berikut:
Gaya pertama adalah gaya tarik menarik yang dikenal dengan gaya
London-van der Walls. Gaya ini menyebabkan partikel-partikel koloid berkumpul
membentuk agregat dan akhirnya mengendap.
Gaya kedua adalah gaya tolak-menolak. Gaya ini terjadi karena
pertumpangtindihan lapisan ganda listrik yang bermuatan sama. Gaya tolak
menolak tersebut akan membuat dispersi koloid menjadi stabil.
Gaya ketiga adalah gaya tarik menarik antara partikel koloid dengan
medium pendispersinya. Terkadang, gaya ini dapat menyebabkan terjadinya
agregasi partikel koloid dan gaya ini juga dapat meningkatkan kestabilan sistem
koloid secara keseluruhan.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kestabilan koloid ialah muatan
partikel koloid. Besarnya muatan pada partikel koloid dipengaruhi oleh
konsentrasi elektrolit dalam medium pendispersi. Penambahan kation pada
permukaan partikel koloid yang bermuatan negatif akan menetralkan muatan
partikel tersebut dan menyebabkan koloid menjadi tidak stabil.
8
e. Lapisan bermuatan Ganda
Pada awalnya partikel-partikel koloid mempunyai muatan yang sejenis
yang didapat dari ion yang diadsorpsi dari medium pendispersinya. Apabila
kedalam larutan ditambahkan larutan yang berbeda muatan dengan sistem koloid,
maka sistem koloid itu akan menarik muatan yang berbeda tersebut sehingga
membentuk lapisan ganda. Lapisan pertama ialah lapisan padat dimana muatan
partikel koloid menarik muatan berlawanan dari medium pendispersi. Lapisan
kedua berupa lapisan difusi dimana muatan dari medium pendispersi terdifusi ke
partikel koloid.
f. Elektroforesis
Adalah suatu proses untuk menghitung berpindahnya ion atau partikel
koloid bermuatan dalam medium cair yang dipengaruhi oleh medan listrik. Yaitu,
pergerakan partikel-partikel koloid dalam medan listrik ke masing-masing
elektrode. Prinsip kerja elektroforesis digunakan untuk membersihkan asap hasil
industri dengan alat cottrell.
Oleh karena sol bermuatan listrik, maka partikel ini akan bergerak dalam
medan listrik. Pergerakan ini disebut elektroforesis.
g. Koagulasi
Adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan
terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koloid
akan mengalami koagulasi dengan cara:
Mekanik. Cara mekanik dilakukan dengan pemanasan, pendinginan atau
pengadukan cepat.
Kimia. Dengan penambahan elektrolit (asam, basa, garam).
9
Penambahan koloid lain dengan muatan berlawanan
Ketika koloid bermuatan positif dicampur dengan koloid bermuatan
negatif, maka muatan tersebut akan saling menghilangkan dan bersifat netral.
Penambahan elektrolit
Jika suatu elektrolit ditambahkan pada sistem koloid, maka partikel koloid
yang bermuatan negatif akan mengadsorpsi muatan positif (kation) dari elektrolit.
Begitu juga sebaliknya, partikel positif akan mengadsorpsi ion negativ (anion)
dari elektrolit. Dari adsorpsi diatas maka akan terjadi proses koagulasi.
Pendidihan
Kenaikan suhu sistem koloid menyebabkan jumlah tumbukan antara
partikel- partikel sol dengan molekul-molekul air bertambah banyak. Hal ini
menyebabkan elektrolit yang teradsorpsi pada permukaan koloid. Akibatnya,
partikel tidak bermuatan.
h. Koloid pelindung
Sistem koloid dimana partikel terdispersinya mempunyai daya adsorpsi
relatif besar disebut koloid liofil yang bersifat lebih stabil. Sedangkan jika partikel
terdispersinya mempunyai daya adsorpsi yang relatif kecil, maka disebut koloid
liofob yang bersifat kurang stabil. Yang berfungsi sebagai koloid pelindung
adalah koloid liofil.
Koloid liofil (suka cairan) adalah koloid dimana terdapat gaya tarik menarik
yang cukup besar antara fase terdispersi dan medium pendispersi.
Koloid liofob (tidak suka cairan) adalah koloid dimana terdapat gaya tarik
menarik yang lemah atau bahkan tidak ada sama sekali antara fase terdispersi
dan medium pendispersinya.
2.4 Pembuatan Koloid
Ada 2 dasar metode pembentukan koloid sol, yaitu metode kondensasi dan
metode dispersi.
a. Metode Kondensasi
Metode dimana partikel-partikel kecil larutan sejati bergabung membentuk
partikel-partikel berukuran koloid. Proses ini melibatkan penggabungan partikel-
partikel larutan (atom, ion). Hal ini dilakukan melalui beberapa reaksi kimia, yaitu
dekomposisi rangkap, hidrolisis, redoks, dan penggantian larutan.
10
Reaksi Redoks
Reaksi redoks adalah reaksi yang disertai perubahan bilangan oksidasi.
Contoh : pembuatan sol belerang dari reaksi kimia antara hidrogen sulfida (H2S)
dengan belerang dioksida (SO2), yaitu dengan mengalirkan gas H2S kedalam
larutan SO2.
2H2S + SO2 ˂=˃ 2H2O + 3S (koloid)
Misalnya:
- Sol emas atau sol Au dapat dibuat dengan mereduksi larutan garamnya dengan
melarutkan AuCl3 dalam pereduksi organik formaldehida HCOH;
2AuCl3 (aq) + HCOH(aq) + 3H2O(l) 2Au(s) + HCOOH(aq) + 6HCl(aq)
- Sol belerang dapat dibuat dengan mereduksi SO2 yang terlarut dalam air dengan
mengalirnya gas H2S:
2H2S(g) + SO2 (aq) ˂=˃ 3S(s) + 2H2O(l)
Hidrolisis
Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Contoh : pembuatan sol
Fe(OH)3 dari hidrolisis FeCl3. apabila ke dalam air mendidih ditambahkan
larutan FeCl3 akan terbentuk sol Fe(OH)3.
FeCl3 + 3H2O ˂=˃ Fe(OH)3 (koloid) + 3HCl
- Sol Fe(OH3) dapat dibuat dengan hidrolisis larutan FeCl3 dengan memanaskan
larutan FeCl3 atau reaksi hidrolisis garam Fe dalam air mendidih;
FeCl3 (aq) + 3H2O(l) ˂=˃ Fe(OH) 3 (koloid) + 3HCl(aq)
(Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+)
- Sol Al(OH)3 dapat diperoleh dari reaksi hidrolisis garam Al dalam air mendidih;
AlCl3 (aq) + 3H2O(l) ˂=˃ Al(OH) 3 (koloid) + 3HCl(aq)
Dekomposisi Rangkap
Sol As2S3 dapat dibuat dari reaksi antara larutan H3AsO3 dengan larutan
H2S;
2H3AsO3 + 3H2S ˂=˃ As2S3 (koloid) + 6H2O
11
Misalnya:
- Sol As2S3 dibuat dengan gaya mengalirkan H2S dengan perlahan-lahan melalui
larutan As2O3 dingin sampai terbentuk sol As2S3 yang berwarna kuning terang;
As2O3 (aq) + 3H2S(g) ˂=˃ As2O3 (koloid) + 3H2O(l)
(Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2-)
- Sol AgCl dibuat dengan mencampurkan larutan AgNO3 encer dan larutan HCl
encer;
AgNO3 (ag) + HCl(aq) ˂=˃ AgCl (koloid) + HNO3 (aq)
Penambahan (percikan) pelarut yang sukar larut
Apabila larutan jenuh kalsium asetat dicampur dengan alkohol akan
terbentuk suatu koloid berupa gel.
Penggantian Pelarut
Cara ini dilakukan dengan mengganti medium pendispersi sehingga fasa
terdispersi yang semulal arut setelah diganti pelarutanya menjadi berukuran
koloid. Misalnya;
- Untuk membuat sol belerang yang sukar larut dalam air tetapi mudah larut dalam
alkohol seperti etanol dengan medium pendispersi air, belarang harus terlebih
dahulu dilarutkan dalam etanol sampai jenuh. Baru kemudian larutan belerang
dalam etanol tersebut ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam air sambil
diaduk. Sehingga belerang akan menggumpal menjadi pertikel koloid
dikarenakan penurunan kelarutan belerang dalam air.
- Sebaliknya, kalsium asetat yang sukar larut dalam etanol, mula-mula dilarutkan
terlebih dahulu dalam air, kemudianbaru dalam larutan tersebut ditambahkan
etanol maka terjadi kondensasi dan terbentuklah koloid kalsium asetat.
b. Metode Dispersi
Metode dimana partikel-partikel besar dipecah menjadi partikel-partikel
berukuran koloid yang kemudian didispersikan dalam medium pendispersinya.
Caranya dapat berupa cara mekanik, cara peptisasi, atau dengan loncatan bunga
listrik (cara busur Bredig).
Cara Dispersi
Prinsip : Partikel Besar —————-> Partikel Koloid
12
Cara Mekanik
Menurut cara ini butir-butir kasar digerus dengan lumpang atau penggiling
koloid sampai diperoleh tingkat kehalusan tertentu, kemudian diaduk dengan
medium dispersi.
Contoh : Sol belerang dapat dibuat dengan menggerus serbuk belerang bersama-
sama dengan suatu zat inert (seperti gula pasir), kemudian mencampur serbuk
halus itu dengan air.
Cara mekanik adalah penghalusan partikel-partikel kasar zat padat dengan
proses penggilingan untuk dapat membentuk partikel-partikel berukuran koloid.
Alat yang digunakan untuk cara ini biasa disebut penggilingan koloid, yang biasa
digunakan dalam:
- Industri makanan untuk membuat jus buah, selai, krim, es krim,dsb.
- Industri kimia rumah tangga untuk membuat pasta gigi, semir sepatu, deterjen,
dsb.
- Industri kimia untuk membuat pelumas padat, cat dan zat pewarna.
Cara busur Bredig digunakan untuk membuat sol-sol logam. Logam yang
akan dijadikan koloid digunakan sebagai elektrode yang dicelupkan dalam
medium dispersi, kemudian diberi loncatan listrik di antara kedua ujungnya.
Mula-mula atom-atom logam akan terlempar ke dalam air, lalu atom-atom
tersebut mengalami kondensasi sehingga membentuk partikel koloid. Jadi cara
busur ini merupakan gabungan cara dispersi dan cara kondensasi.
Cara busur Bredig ini biasanya digunakan untuk membuat sol-sol logam,
sperti Ag, Au, dan Pt. Dalam cara ini, logam yang akan diubah menjadi partikel-
13
partikel kolid akan digunakan sebagai elektrode. Kemudian kedua logam
dicelupkan ke dalam medium pendispersinya (air suling dingin) sampai kedua
ujungnya saling berdekatan. Kemudian, kedua elektrode akan diberi loncatan
listrik. Panas yang timbul akan menyebabkan logam menguap, uapnya kemudian
akan terkondensasi dalam medium pendispersi dingin, sehingga hasil kondensasi
tersebut berupa pertikel- pertikel kolid. Karena logam diubah jadi partikel kolid
dengan proses uap logam, maka metode ini dikategorikan sebagai metode
dispersi.
Cara Peptisasi
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari
suatu endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah). Zat pemeptisasi
memecahkan butir-butir kasar menjadi butir-butir koloid. Istilah peptisasi
dikaitkan dengan peptonisasi, yaitu proses pemecahan protein (polipeptida) yang
dikatalisis oleh enzim peptin.
Contoh : agar-agar dipeptisasi oleh air, nitroselulosa oleh aseton, karet
oleh bensin, dan lain-lain. Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S dan endapan
Al(OH)3 oleh AlCl3.
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid / sistem koloid dari butir-butir
kasar atau dari suatu endapan / proses pendispersi endapan dengan bantuan suatu
zat pemeptisasi (pemecah). Zat pemecah tersebut dapat berupa elektrolit
khususnya yang mengandung ion sejenis ataupun pelarut tertentu.
Contoh:
- Beberapa zat mudah terdispersi dalam pelarut tertentu dan membnetuk sistem
kolid. Contohnya; gelatin dalam air.
14
terutama yang mengandung ion sejenis, atau pelarut tertentu. Sebagai contoh: Jika
pada endapan Fe(OH)3 ditambahkan elektrolit FeCl3 (mempunyai ion Fe3+ yang
sejenis) maka Fe(OH)3 maka Fe(OH)3 akan mengadsorpsi ion-ion Fe3+ tersebut.
Sehingga, endapan menjadi bermuatan positif dan memisahkan diri untuk
membentuk partikel-partikel koloid.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem koloid adalah suatu bentuk campuran (sistem dispersi) dua atau lebih
zat yang bersifat homogen.
1. Sol padat (padat-padat), contoh intan hitam, kaca berwarna, dan baja.
2. Sol cair (padat Cair), contohnya adalah cat, tinta, dan kanji.
2. Emulsi cair (cair-cair), contohnya adalah susu, minyak ikan, dan santan
kelapa.
3. Emulsi gas (cair-gas), contohnya adalah kabut, awan, dan hair spray.
2. Buih cair (padat-cair), contohnya adalah Buih sabun, buih soda, dan krim
kocok.
Koloid dibuat dengan dua metode yaitu metide Kondensasi ( reaksi redoks,
hidrolisis, dekomposisi rangkap, dan penambahan pelarut yang sukar larut). Dan
metode Dispersi (cara mekanik, cara Busur Bredik, dan cara peptisasi).
16
3.2 Saran
Sebaiknya dalam memanfaatkan penerapan sistem koloid ini, kita harus
tetap berpegang teguh pada prinsip agar apapun yang nantinya akan kita lakukan
tidak melanggar norma-norma yang berlaku di masyarakat serta tidak merugikan
orang lain. Dengan begitu semua pihak akan merasa diuntungkan oleh apa yang
kita lakukan.
17
DAFTAR PUSTAKA
18