Dosen Pembimbing :
Tingkat 2C
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan
Dengang Gangguan Sistem Pencernaan : Ileus Obstruktif ” dengan baik dan tepat waktu.
Adapun pembuatan makalah ini dilakukan sebagai pemenuhan nilai tugas dari mata kuliah
Pendidikan Budaya Anti Korupsi. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan penulis khususnya.
Kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing kami yaitu Ibu Yati
Tursini, S.Pd., S.Kep., Ners., M.Kes yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah
ini. Selain itu, kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam makalah ini dan kami juga
mengharapkan saran dan kritik agar daat lebih baik untuk kedepannya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Berdasarakan keterangan diatas dibutuhkan perawatan oleh perawat dari segi medis
dan keperawatan dasar maka dari itu, penulis tertarik dengan masalah keperawatan
Pada system pencernaan khususnya pada gangguan obstruktif intestinal
1.3 Tujuan
1) Mengumpulkan data :
2
f. Mendokumentasian asuhan keperawatan
3
BAB II
ISI
4
terjadi muntah. Nyeri kolik abdomen merupakan tanda penting obstruksi distal.
Hipotensi dan takikardia menunjukkan penurunan cairan. Pada tahap awal,
biasanya bising usus bernada tinggi dan berlanjut pada kondisi dia menunjukkan
perforasi atau peritonitis (Cappell, 2008).
Kondisi strangulasi dari obstruksi usus halus mekanik akan menekan
mesenterial sehingga terjadi penurunan suplai darah ke intestinal. Kondisi ini
meningkatkan kondisi iskemia dan nekrosis jaringan intestinal. Jika tidak diobati,
keadaan ini dapat berkembang menjadi perforasi, peritonitis dan kematian (Silen,
1962).
B. Anatomi Usus
Usus halus
5
dan bawah abdomen. Ujung proksimalnya bergaris tengah sekitar 3,8 cm, tetapi
semakin kebawah lambat laun garis tengahnya berkurang sampai menjadi
sekitar 2,5 cm. Usus halus dibagi menjadi duodenum, jejenum, dan ileum.
Pembagian ini agak tidak tepat dan didasarkan pada sedikit perubahan struktur,
dan yang relatif lebih penting berdasarkan perbedaan fungsi. Duodenum
panjangnya sekitar 25 cm, mulai dari pilorus sampai kepada jejenum. Pemisahan
duodenum dan jejenum ditandai oleh ligamentum treitz, suatu pita
muskulofibrosa yang berorigo pada krus dekstra diafragma dekat hiatus
esofagus dan berinsersio pada perbatasan duodenum dan jejenum. Ligamentum
ini berperan sebagai ligamentum suspensorium (penggantung). Kira-kira
duaperlima dari sisa usus halus adalah jejenum, dan tiga perlima terminalnya
adalah ileum. Jejenum terletak di regio abdominalis media sebelah kiri,
sedangkan ileum cenderung terletak di region abdominalis bawah kanan.
Jejunum mulai pada juncture denojejunalis dan ileum berakhir pada junctura
ileocaecalis.
Usus halus mempunyai dua fungsi utama : pencernaan dan absorpsi bahan-
bahan nutrisi dan air. Proses pencernaan dimulai dalam mulut dan lambung oleh
kerja ptialin, asam klorida, dan pepsin terhadap makanan masuk. Proses
dilanjutkan di dalam duodenum terutama oleh kerja enzim-enzim pankreas yang
menghidrolisis karbohidrat, lemak, dan protein menjad izat-zat yang lebih
sederhana. Adanya bikarbonat dalam sekret pankreas membantu menetralkan
asam dan memberikanpH optimal untuk kerja enzim-enzim. Sekresi empedu
dari hatimembantu proses pencernaan dengan mengemulsikan lemak sehimgga
memberikanpermukaan lebih luas bagi kerja lipase pankreas. Proses pencernaan
disempurnakan oleh sejumlah enzim dalam getah usus (sukus enterikus).
Banyak di antara enzim-enzim ini terdapat pada brush border vili dan
mencernakan zat-zat makanan sambil diabsorpsi. Isi usus digerakkan oleh
peristalsis yang terdiri atas dua jenis gerakan, yaitu segmental dan peristaltik
yang diatur oleh sistem saraf autonom dan hormon. Pergerakan segmental usus
halus mencampur zat-zat yang dimakan dengan sekret pankreas, hepatobiliar,
dan sekresi usus,dan pergerakan peristaltik mendorong isi dari salah satu ujung
ke ujung lain dengan kecepatan yang sesuai untuk absorpsi optimal dan suplai
kontinu isi lambung
6
Usus besar
Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon dan rektum. Pada sekum terdapat
katup ileocaecaal dan apendiks yang melekat pada ujung sekum.
Sekummenempati dekitar dua atau tiga inci pertama dari usus besar.
Katupileocaecaal mengontrol aliran kimus dari ileum ke sekum. Kolon dibagi
lagimenjadi kolon asendens, transversum, desendens dan sigmoid.
Kolonascendens berjalan ke atas dari sekum ke permukaan inferior lobuskanan
hati, menduduki regio iliaca dan lumbalis kanan. Setelahmencapai hati, kolon
ascendens membelok ke kiri membentuk fleksurakoli dekstra (fleksura hepatik).
Kolon transversum menyilang abdomenpada regio umbilikalis dari fleksura koli
dekstra sampai fleksura kolisinistra.Kolon transversum, waktu mencapai daerah
limpa, membengkok ke bawah, membentukfleksura kolisinistra (fleksura
lienalis) untuk kemudian menjadi kolon descendens.Kolon sigmoid mulai pada
pintu atas panggul. Kolon sigmoid merupakan lanjutankolon descendens. Ia
tergantung kebawah dalam rongga pelvis dalam bentuklengkungan. Kolon
sigmoid bersatu dengan rektum di depan sakrum. Rektummenduduki bagian
posterior rongga pelvis. Rektum ke atas dilanjutkan olehkolon sigmoid dan
berjalan turun di depan sekum, meninggalkan pelvisdengan menembus dasar
pelvis. Disisni rektum melanjutkan diri sebagai anus dalanperineum.
7
1. Apabil obstruksi di daerah proksimal maka muntah merupakan keluhan utama
sedangkan apabila keluhan pada adaeah distal maka keluhan utama yang
lazim adalah nyeri kolik abdomen
2. Keluhan nyeri kram pada abdomen seperti dipulas-pulas lebih sering
berhubungan distensi abdominal atau setelah muntah-muntah. Penyebaran
nyeri dilaporkan dari pusat abdomen yang meradiasi seluruh abdomibal.
3.Mual, muntah, diare (pada fase awal obstruktif) dan konstipasi diserti keluhan
tidak bisa flatus
4.Tampak lemah atau gelisah
5.Hipertermia dan takikardi itu menandakan iskemia usus
6.Tanda dehidrasi dan demam bisa didapatkan pada kondis syok atau sepsis
7. Peningkatan bising usus bila tidak ada didapatkan bising usus dicurigai danya
kondisi perforasi
Obstruksi Usus Besar
1. Tidak bisa flatus atau tidak bisa buang air besar, feses bisa bercampur dengan
darah dan mengalami perubahan warna
2. Distensi abdominal, mual muntah dan nyeri kolik abdomen
3. Pada kondisi tumora atau keganasan, penyakit divertikulum maka keluhan
terjadi secara perlahan-lahan. Namun apabila telah terjadi obstruksi yang
komplek, keluhan nyeri dan distensi abdomen bersifat mendadak. (dite 2003)
4. Tampak lemah atau gelisah
5. Hipertermi dan takikardi dimana menandakan terjadinya iskemik usus dan
perforasi
6. Tanda dehidrasi dan demam bia didapatkan pada kondisi syok atau sepsis
7. Terdapat hernia inkarserata
8. Penurunan bising usus dan berlanjut dengan hlangnya bising usus
Manifestasi Klinik Obstruksi Usus Menurut Nanda Nic – Noc.
1. Distensi abdomen
2. Muntah
3. Nyeri konstan distensi
4.Bising usus tenang atau tidak ada secara klasik dapat ditemukan tetapi temuan
yang tidak konsisten
5,Pemeriksaan laboratorium seringkali normal
6. Foto polos memperlihatkan loop usus halus yang berdilatasi dengan batas
udara cairan
7. Sulit dibedakan dengan ilius obstruktif tetapi distensi seluruh panjang kolon
lebih sering terjadi pada ilius paralitik.
8
1. Peritonitis, karena absorbsi toksin dalam rongga peritonium sehingga terjadi
peradangan atau infeksi yang hebat pada intra abdomen
2. Perforasi, dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi terlalu lama pada organ
intra abdomen
3. Sepsis, infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan baik dan
cepat.
9
provoking Pengkajian untuk mengidentifikasi respon nyeri lebih sering
incident faktor yang menjadi predisposisi berhubungan dengan
nyeri adanya distensi abdominal
atau setelah muntah-
- Bagaimana peristiwa sehingga
muntah. Nyeri kolik tidak
terjadi nyeri?
bisa menurun dengan
- Faktor apa saja yang bisa istirahat
menurunkan nyeri?
10
sakit mempengaruhi kemampuan skala nyeri ini dipengaruhi
fungsinya. Berat ringannya suatu oleh berbagai faktor,
keluhan nyeri bersifat subjektif. meliputi: tingkat kerusakan
mukosa akibat respons
- Seberapa berat keluhan nyeri yang
obstruksi usus halus dan
dirasakan.
bagaimana pola pasien
- Dengan menggunakan renang 0-4 dalam menurunkan respons
biarkan pasien akan menilai nyeri.
Seberapa jauh rasa nyeri yang
dirasakan.
Keterangan:
1 = nyeri ringan
2 = nyeri sedang
3 = nyeri berat
11
Keluhan lainnya yang dilaporkan adalah gangguan gastrointestinal, seperti mual,
muntah, diare (pada fase awal obstruksi), dan konstipasi disertai keluhan tidak bisa flatus.
Riwayat penyakit yang perlu dikaji tentang adanya riwayat pembedahan abdominal,
trauma abdomen, infeksi abdominal khususnya peritonitis, riwayat tumor dan keganasan
terutama pada ovarium dan kolon.
Pemeriksaan fisik yang didapatkan sesuai dengan manifestasi klinik. Pada survei
umum, terlihat lemah atau gelisah. TTV biasa didapatkan hipertermia dan takikardia
menandakan terjadinya iskemia usus. Tanda dehidrasi dan demam bisa didapatkan pada
kondisi syok atau sepsis.
2. Auskultasi : pada fase awal didapatkan peningkatan bising usus sebagai usaha untuk
mengatasi obstruksi dan bila tidak didapatkan bising usus dicurigai adanya kondisi
perforasi.
4. Palpasi : teraba massa pada abdominal, lebih sering didapatkan pada kuadran kanan
bawah.
12
2. Resiko ketidakseimbangan cairan tubuh b.d keluar cairan tubuh dari muntah,
ketidakmampuan absorpsi air oleh intestinal
3. Risiko syok hipovolemik b.d penurunan volume darah, sekunder dari gangguan
absorpsi saluran intestinal, muntah-muntah
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake makanan yang
kurang adekuat.
5. Risiko tinggi infeksi bd. adanya port de entree luka pasca bedah laparoskopi atau
laparatomi.
13
PQRST menentukan rencana intervensi.
14
permainan atau yang sering disenangi
atau yang bisa digunakan untuk bermain.
Hadirkan orang terdekat
Pada pasien anak, orang terdekat dapat
memengaruhi penurunan respon nyeri.
Orang terdekat seperti orang tua kandung,
babysister, atau neneknya. Pada suatu
studi mengenai penurunan respon nyeri
dengan kehadiran orang terdekat
menghasilkan hubungan yang relatif
positif menurunkan skala nyeri.
Pada pasien dewasa kehadiran orang
terdekat merupakan tambahan dukungan
psikologis dalam menghadapi masalah
kondisi nyeri baik akibat dari kolik
abdomen atau pascabedah.
Dorong ambulasi dini. Pada kondisi fase awal pascabedah
khususnya laparatomi, intervensi ini
dapat meningkatkan normalitas fungsi
organ (merangsang peristaltik dan faltus),
menurunkan ketidaknyamanan andomen.
15
pengunjung akan membantu
meningkatkan kondisi oksigen ruangan
yang akan berkurang apabila banyak
pengunjung yang berada di ruangan.
Istirahat akan menurunkan kebutuhan
oksigen jaringan perifer.
Lakukan manajemen sentuhan.
Risiko ketidakseimbangan cairan tubuh b.d. keluar cairan tubuh dari muntah,
ketidakmampuan absopsi air oleh intestinal
Tujuan : Dalam waktu 1 x 24 jam tidak terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
Kriteria evaluasi :
Pasien tidak mengeluh pusing TTV dalam batas normal, kesadaran optimal.
Membran mukosa lembab, turgor kulit normal, CRT < 3 detik
Laboratorium : nilai elektrolit normal, analisis gas darah normal.
Intervensi Rasional
Intervensi pemenuhan cairan :
Identifikasi faktor penyebab, awitan Penyebab berkurangnya cairan dan
(onset), spesifikasi usia dan adanya elektrolit pada pasien obtruksi usus adalah
riwayat penyakit lain. melalui muntah dan hipersekresi cairan ke
dalam luman intestinal sekunder dari
respons obstruksi. Kondisi ini juga
16
diperparah oleh ketidakmampuan kolon
dalam mengabsorpsi air disebabkan
adanya obstruksi pada bagian proksimal
intestinal. Usia anak atau lanjut usia
memberikan risiko tinggi terhadap tingkat
keparahan dari kondisi
Kolaborasi skor dehidrasi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
IV. IMPLEMENTASI
V. EVALUASI
Hasil yang diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan adalah sebagai berikut
3. Pasien tidak mengalami injuri pascaprosedur bedah, pascareduksi enema barium dan
terjadi penurunan risiko perforasi atau peritonitis.
9. Orang tua memahami dan termotivasi untuk ikut serta dalam mencegah gangguan
tumbuh kembang anak.
18
BAB III
KASUS
I. PENGKAJIAN
A. Pengumpulan Data
1. Identitas
a. Identitas Pasien/ klien
Nama : Nn. Y
Tanggal Lahir / Umur : 17 Agustus 1999 / 20 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : Perguruan Tinggi
Pekerjaan : Mahasiswa
Golongan Darah : AB
Diagnosa Medis : Illeus Obstruktif Partial
Tanggal Masuk RS : 19 Agustus 2019 / 20.00 WIB
Tanggal Pengkajian : 20 Agustus 2019 / 07.00
Alamat :Desa Silihwangi Kab. Bandung
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. B
Umur :50 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Desa Silihwangi Kab. Bandung
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama : Pasien Mengeluh nyeri dibagian perut.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Nn. Y langsung dibawa ke UGD RSUD Otten dengan keluhan mendadak nyeri
perut, tidak bisa buang air besar dan flatus. Pada saat dikaji klien masih
mengalami nyeri perut, nyeri dengan skala 5 (1-10), nyeri melilit dari perut sekitar
pusar (supra umbilikus) menyebar ke bagian atas, disertai dengan muntah 2 kali,
tidak bisa buang air besar (BAB) dan flatus, nyeri timbul setiap 3-5 menit,
nyeribertambah jika tidur terlentang atau dalam posisi miring, dan nyeri
berkurangdalam posisi setengah duduk (semi fowler).
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah mengalami sakit pada saluran
pencernaan dan tidak ada riwayat operasi.
19
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga pasien tidak ada yang mengalami penyakit seperti ini dan tidak ada yang
menderita penyakit keturunan (herediter) lainya serta tidak ada anggota
keluargayang mempunyai penyakit/kelainan bawaan lahir (congenital).
3. Pemeriksaan Fisik
a. Penampilan Umum : Klien tampak meringis kesakitan
b. Kesadaran : Composmentis, GCS 15 (E4V5M6)
c. Tanda-tanda Vital
Suhu : 36,7oC
Nadi : 84 x/menit
Tekanan Darah : 100/70 mmHg
Respirasi : 24 x/menit
d. Sistem Pengindraan
1. Penglihatan
Konjungtiva kedua mata ananemis, sklera kedua mata anikterik, reflex
cahaya (+), reflex kornea (+), ptosis (-), distribusi kedua alismerata, tajam
penglihatan normal (klien dapat membaca huruf padakoran pada jarak baca
sekitar 30 cm), strabismus (-), lapang pandang pada kedua mata masih dalam
batas normal, tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan pada kedua mata.
2. Penciuman
Fungsi penciuman baik ditandai dengan klien dapat membedakan bau kopi
dan kayu putih.
3. Pendengaran
Tidak ada lesi pada kedua telinga, tidak ada serumen, fungsi pendengaran
pada kedua telinga baik ditandai dengan klien dapat menjawab seluruh
pertanyaan tanpa harus diulang, tidak ada nyeri tragus, tidak ada nyeri tekan
pada kedua tulang mastoid, tidak ada massa pada kedua telinga.
4. Pengecapan/Perasa
Fungsi pengecapan baik, klien dapat membedakan rasa manis,asam, asin
dan pahit.
5. Peraba
Klien dapat merasakan sentuhan ketika tangannya dipegang, kliendapat
merasakan sensasi nyeri ketika dicubit.
e. Sistem Pernafasan
Mukosa hidung merah muda, lubang hidung simetris, tidak ada lesipada
hidung, polip (-), keadaan hidung bersih, sianosis (-), tidak ada nyeri tekan pada
area sinus, tidak ada lesi pada daerah leher dan dada, tidak ada massa pada daerah
leher, bentuk dada simetris, tidak ada nyeri tekan pada daerah leher dan dada,
20
pergerakan dada simetris, tidak tampak pernapasan cuping hidung dan retraksi
interkosta, tidak ada kesulitan saat bernafas atau berbicara. Pola nafas reguler
dengan bunyi nafas vesikuler.
f. Sistem Pencernaan
Keadaan bibir simetris, mukosa bibir lembab, stomatitis (-), tidak ada gigi
yang tanggal maupun berlubang, lidah berwarna merah muda, terpasang NGT,
cairan NGT hijau ± 400 cc, tidak ada pembesaran hepar, tidak ada parut, nyeri
tekan (+) pada area supra umbilikus, bising usus3 x/menit, perut kembung
(distensi), tidak bisa BAB dan flatus, muntah 2 kali.
g. Sistem Kardiovaskuler
Tidak ada peningkatan vena jugularis, Capillary Refill Time (CRT) kembali
kurang dari 2 detik, bunyi perkusi dullness pada daerah ICS 2 lineasternal dekstra
dan sinistra, terdengar jelas bunyi jantung S1 pada ICS4 lineasternal sinistra dan
bunyi jantung S2 pada ICS 6 midklavikula sinistra tanpa ada bunyi tambahan,
irama jantung reguler.
h. Sistem Urinaria
Tidak ada keluhan nyeri atau sulit BAK, tidak terdapat distensi pada kandung
kemih, tidak ada nyeri tekan pada daerah supra pubis, terpasang cateter.
i. Sistem Endokrin
Pada saat dilakukan palpasi tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, tremor (-),
tidak ada kretinisme, tidak ada gigantisme.
j. Sistem Muskuloskeletal
1. Ekstremitas Atas
Kedua tangan dapat digerakkan, reflek bisep dan trisep positif pada
kedua tangan. ROM (range of motion) pada kedua tanganmaksimal, tidak ada
atrofi otot kedua tangan, terpasang infuse padatangan kiri.
2. Ekstremitas Bawah
Kedua kaki dapat digerakkan, tidak ada lesi, reflek patella positif,reflek
babinski negative, tidak ada varises, tidak ada edema.
k. Sistem Reproduksi
Pertumbuhan payudara (+), tidak ada lesi, tidak ada benjolan pada
payudara. Klien mengalami haid pertama pada usia 12 tahun (kelas 6SD), siklus
haid 28 hari, kadang-kadang nyeri haid (dismenorhoe).
l. Sistem Integumen
Warna kulit sawo matang, keadaan kulit kepala bersih, rambut ikaltumbuh
merata, turgor kulit baik, tidak ada lesi, kuku pendek dan bersih.
21
4. Pola Aktivitas Sehari-hari
No. Kebutuhan Dirumah Di Rumah Sakit
1. Nutrisi
a. Makan
3x1 hari
frekuensi 1 porsi 3x1 hari
Nasi, daging, sayur
Tidak ada
jumlah Set porsi
1900cc
jenis Sirup, Air mineral, Jus Bubur
Tidak Ada
keluhan Mual muntah
b. Minum
Jumlah 2500
2. Eliminasi
Belum
a. BAB 1-2x/hari 2x
b.BAK 4x/hari
3. Personal Hygiene
a. Mandi 2x/hari Belum
b. Keramas 3x/minggu Belum
c. Gosok gigi 2x/hari 1x
4. Istirahat Tidur
a. Tidur malam 8 jam/hari 6 jam/hari
b. Tidur siang 2 jam/hari 3 jam/hari
22
5. Data Psikososial dan Spiritual (bisa berkembang)
a. Pola komunikasi
Pasien bisa berkomunikasi dua arah.
b. Konsep Diri
- Body Image : Pasien menyukai seluruh bagian tubuhnya karena lengkap
tidak cacat.
- Ideal Diri :Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan ingin segera
pulang agar bisa beraktivitas seperti biasa
- Peran : Pasien merupakan seorang anak ke 2 dari 2 bersaudara dan
sebagai seorang mahasiswa di salah satu universitas.
- Identitas : Pasien merasa senang menjadi seorang anak dari kedua
orangtuanya.
- Harga Diri : Pasien mengatakan bahwa harga diri nya sedikit berkurang
pada saat ia sakit karena tidak bisa beraktivitas seperti biasanya.
c. Mekanisme Koping
Pasien mengatakan bahwa pasien selalu bercerita kepada keluarganya ketika
pasien mempunyai masalah.
d. Aspek spiritual
- Makna Hidup : Menurut pasien makna hidup pasien adalah terasa sangat
berharga apalagi pada saat sakit.
- Pandangan Terhadap Sakit : Pasien mengatakan sakit yang dialami nya saat ini
adalah suatu cobaan yang diberikan Allah SWT yang menentukan.
- Keyakinan akan sembuh
Pasien yakin akan kesembuhan pasien karena ingin segera melakukan aktivitas
Seperti biasanya.
- Kemampuan Beribadah
Pasien mengatakan pada saatn pasien sehat selalu beribadah dan sholat tapi
pada kondisi sekarang pasien tidak mampu untuk melaksanakan sholat seperti
biasanya.
6. Data Pengetahuan
Pasien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit yang dialami pasien.
7. Data Penunjang
a. Hasil Laboratorium
Tanggal Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
23
Leukosit 7800 4000-10.000
LED 40 0-20
SGOT 20 s/d 29
SGPT 18 s/d 29
b. Radiologi
Foto Polos Abdomen Tanggal 20/08/2019
Kesan : Terdapat distribusi gas pada lambung, usus halus, colon sigmoid
danrectum
8. Terapi
B. Analisa Data
24
DS : Obstruksi usus Nyeri Akut
DO :
Akumulasi cairan dan gas
-Klien tampak kesakitan
Distensi abdomen
-Ekspresi wajah
meringis
Rangsangan nyeri
-Skala nyeri 7 (1-10)
-Peristaltik usus 3
Rangsangan nyeri sampai
kali/menit
prostaglandin
Melalui traktus
spinotalamikus
anterolateralis
Thalamus
Cortex cerebri
Nyeri abdomen
25
dipersepsikan
DO :
Refluk inhibisi spingter
kali/menit relaksasi
26
Refluk lama dalam colon
dan rectum
Konstipasi
DO :
Peningkatan ekskresi
- Klien tampak lemah
cairan kedalam lumen usus
- Distensi abdomen
Penimbunan
-Cairan NGT hijau
cairanintralumen
jumlah ± 400 cc
Kehilangan H2O
danelektrolit
Resiko hipovolemik
III. INTERVENSI
27
Diagnosa Tujuan dan hasil Rencana Rasional
yang diharapkan
28
DO : · tidak ada terjadinya lumen usus sehingga
distensi abdomen. gangguan dalam terjadi distensi abdomen.
· Distensi BAB
abdomen 5. Meningkatkan
6. Kolaborasi pengetahuan pasien dan
Peristaltik usus 3 dalam keluarga serta untuk
kali/menit pemberianterapi meningkatkan kerjasama
pencahar antara perawat-pasien dan
(Dulcolac) keluarga
6. Membantu dalam
pemenuhan kebutuhan
eliminas
IV. IMPLEMENTASI
29
Hari/Tanggal Waktu Dx Implementasi Paraf
20 Agustus 07.00 1,3 Mengkaji TTV
2019 E/
TD: 100/70mmHg, R:24x/menit, N:104x/menit,
S: 38,7OC
1 Mengkaji nyeri
E/: Pasien mengatakan nyeri berada pada skala 5
(0-10)
2 Mengkaji adanya flatus
E/: Pasien tidak bisa flatus Anjali
2 Mengkaji adaya distensi abdomen
E/: Terdapat distensi abdomen
1 Mengajarkan tekhnik relaksasi
E/: Pasien mampu melakukan tekhnik relaksasi
nafas dalam
1 Memberikan posisi yang nyaman
E/: Pasien sudah dalam posisi nyaman
10.00 3 Memberikan IVFD: Asering 30 tpm
E/: Infus terpasang di lengan kanan pasien 30
tpm
1 Kolaborasi analgetik keterolac intravena
E/: Obat sudah di berikan intravena
2,3 Mendengarkan suara bising usus
E/: Bising usus 4x/menit
2 Memberikan obat pencahar dulcolac via oral
E/: Pasien sudah minum obat dan obat masuk Anjali
semua
2 Memberikan pejelasan kepada pasien dan
keluarga penyebab terjadinya gangguan dalam
BAB
E/: Pasien dan keluarga mengerti mengenai
penyebab terjadinya gangguan dalam BAB
12.00 3 Mengkaji kebutuhan cairan
E/: Kebutuhan cairan terpenuhi
3 Memonitor intake output cairan
E/: intake cairan 1900cc output 2200cc
1 Memberikan analgetik ketorolac intravena Anjali
E/: Obat telah diberikan intravena
3 Mengobservasi tanda-tanda syok
E/: Tidak terdapat tanda-tanda syok
13.00 2,3 Mendengarkan suara bising usus
E/: Bising usus pasien 7x/menit
1,3 Mengkaji TTV
E/
TD: 115/70mmHg, R:23x/menit, N:96x/menit,
S: 38,3OC Anjali
1 Megkaji nyeri
E/: Pasien mengatakan skala nyeri 4 (0-10)
30
2 Mengkaji adanya flatus
E/: Tidak ada flatus
2 Mengkaji adaya distensi abdomen
E/: Adanya distensi abdomen
16.00 2,3 Mendengarkan suara bising usus
E/: Bisisng usus 6x/menit Any
2 Mengkaji konsistensi feses
E/: Konsistensi keras dan padat
19.00 2,3 Mendengarkan suara bising usus Any
E/: Bising usus 7x/menit
22.00 3 Mengganti cairan Asering 30 tpm
E/: Cairan telah dipasang 30 tpm
1 Kolaborasi analgetik keterolac intravena
E/: Obat sudah di berikan intravena
2,3 Mendengarkan suara bising usus Muti
E/: Bising usus 7x/menit
2 Memberikan obat pencahar dulcolac via oral
E/: Pasien sudah minum obat dan obat masuk
semua
21 Agustus 07.00 1,3 Mengkaji TTV
2019 E/
TD: 115/80mmHg, R:22x/menit, N:94x/menit, S:
37,9OC
1 Mengkaji nyeri
E/: Pasien mengatakan nyeri berada pada skala 3 Hanna
(0-10)
2 Mengkaji adanya flatus
E/: Pasien tidak bisa flatus
2 Mengkaji adaya distensi abdomen
E/: Terdapat distensi abdomen
10.00 3 Memberikan IVFD: Asering 30 tpm
E/: Infus terpasang di lengan kanan pasien 30
tpm
1 Kolaborasi analgetik keterolac intravena
E/: Obat sudah di berikan intravena Hanna
2,3 Mendengarkan suara bising usus
E/: Bising usus 10x/menit
2 Memberikan obat pencahar dulcolac via oral
E/: Pasien sudah minum obat dan obat masuk
semua
12.00 3 Mengkaji kebutuhan cairan
E/: Kebutuhan cairan asien terpenuhi
3 Memonitor intake output cairan Hanna
E/: intake cairan 2100cc output 2200cc
1 Memberikan analgetik ketorolac intravena
E/: Obat telah diberikan intravena
31
1,3 Mengkaji TTV
E/
TD:120/80mmHg, R:20x/menit, N:96x/menit
S:37,7OC
1 Mengkaji nyeri Hana
E/: Pasien mengatakan skala nyeri 2 (0-10)
2 Mengkaji adanya flatus
E/: Pasien dapat flatus
2 Mengkaji adaya distensi abdomen
E/: Tidak terdapat distensi abdomen
16.00 2,3 Mendengarkan suara bising usus
E/: Bising usus pasien 12x/menit Muti
2 Mengkaji konsistensi feses
E/: Konsistensi feses lunak
19.00 2,3 Mendengarkan suara bising usus Muti
E/: Suaran bising usus pasien 15x/menit
22.00 3 Mengganti cairan Asering 30 tpm
E/: Cairan telah dipasang 30 tpm
1 Kolaborasi analgetik keterolac intravena
E/: Obat sudah di berikan intravena
2,3 Mendengarkan suara bising usus Any
E/: Bising usus 16x/menit
2 Memberikan obat pencahar dulcolac via oral
E/: Pasien sudah minum obat dan obat masuk
semua
V. EVALUASI
Tanggal/Waktu Dx Evaluasi Paraf
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
32
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Obstruksi usus adalah gangguan pada aliran normal atau suatu blok saluran
usus yang menghambat pasase cairan, flatus dan makanan dapat secara mekanis atau
fungsional yang segera memerlukan pertolongan atau tindakan. Obstruksi usus
merupakan penyumbatan disaluran usus dan karena adanya kelaina anatomi pada
usus. Etiologi dari obstruksi ada dua yaitu secara mekanis dan nonmekanis. Tanda dan
gejala obstruksi usus halus gejala awal biasanya berupa nyeri abdomen bagian tengah
seperti kram yang cenderung bertambah berat sejalan dengan beratnya obstruksi dan
bersifat hilang timbul. Pasien dapat mengeluarkan darah dan mukus.
Sedangkan untuk obstruksi usus besar nyeri perut yang bersifat kolik dalam
kualitas yang sama dengan obstruksi pada usus halus tetapi intensitasnya jauh lebih
rendah. Klasifikasi terbagi menjadi dua yaitu Obstruksi paralitik (ileus paralitik atau
paralitic ileus) dan Obstruksi mekanik atau mekanikal obstruksi. Komplikasi obstruksi
usus Perforasi usus dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi selalu lama pada organ
intra abdomen, Syok dehidrasi terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma.
Adapun masalah keperawatan yang sering muncul pada klien dengan obstruksi
usus yaitu Nyeri abdomen berhubungan dengan distensi abdomen, Gangguan pola
eliminasi: konstipasi berhubungan dnengan disfungsi mortilitas usus dan resiko
kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan akumulasi cairan dalam
lumenusus dan ketidakefektifan penyerapan usus halus.
33
B. Saran
Mahasiswa diharapkan dapat mengerti dan terus meningkatkan kualitas dan
kuantitas dalam pembekalan, pengetahuan, dan keterampilan terutama dalam
pemberian Asuhan Keperawatan dengan pemenuhan kebutuhan dasar nyeri, eliminasi
dan cairan. Serta tindakan-tindakan yang akan diambil dalam membuat asuhan
keperawatan kebutuhan nyeri, eliminasi dan cairan yang bermanfaat bagi pasien.
Mahasiswa bisa membandingkan antara teori dan kasus yang terjadi di lapangan.
Semoga bermanfaat bagi semua mahasiswa dan membantu dalam pembuatan asuhan
keperawatan.
34
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif dan Sari, Kumala. 2013. Gangguan Gastrointestinal. Jakarta : Salemba
Medika
Huda, Amin dan Kusumah, Hardi. 2015. Nanda Nic-Noc Jilid 2. Jogja : Penerbit Mediaction
Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Alih Bahasa AgungWaluyo,
dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta: EGC; 2002.6
http://www.scribd.com/doc/124768370/Karya-Tulis-Stase-Kmb-Askep-Ileus-Obstruktif-
Kelompok-2#scribd
35