Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN SIROSIS HEPATIS

OLEH

NAMA-NAMA KELOMPOK :

1. Jenivermatasarina / CX1714201178
2. Resky Rante Bandoso / CX1714201190
3. Yudith Tna’auni / CX 1714201202

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

STELLA MARIS MAKASSAR

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang MahaKuasa, karena atas perkenaan-Nyalah


sehingga kami kelompok dapat menyelesaikan tugas makalah Keperawatan Medikal Bedah “
Asuhan Kep dengan Sirosis Hepatis“. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kemajuan dalam makalah kami ini.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Dosen Pembimbing dan pihak-pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberi
manfaat dan pengetahuan, khususnya dalam mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah.

Makassar, Februari 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................................ 2

BAB II TINJAUAN MEDIS


A. Tinjauan Medis
1. Pengertian ............................................................................................... 3
2. Klasifikasi Sirosis Hepatis Berdasarkan Etiologi ............................. 3
3. Manifestasi Klinis ................................................................................... 4
4. Patofisiologi Meningitis.......................................................................... 6
5. Pathway................................................................................................... 7
6. Komplikasi .............................................................................................. 8
7. Pemeriksaan Penunjang .......................................................................... 8
8. Penatalaksanaan ...................................................................................... 9
B. Tinjauan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan ........................................................................ 9
2. Diagnosa Keperawatan ........................................................................... 11
3. Intervensi Keperawatan ......................................................................... 11

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .................................................................................................... 15
B. Saran .............................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sirosis hepatis adalah penyakit kronis pada hepar dengan inflamasi dan
fibrosis hepar yang mengakibatkan distorsi struktur hepar dan hilangnya
sebagian besar fungsi hepar. Perubahan besar yang terjadi karena sirosis
adalah kematian sel-sel hepar, terbentuknya sel-sel fibrotik (sel mast),
regenerasi sel dan jaringan parut yang mengantikan sel-sel normal. Perubahan
ini menyebabkan hepar kehilangan fungsinya dan distorsi strukturnya.

Sirosis hepatis juga merupakan keadaan patologis yang menggambarkan


stadium akhir fibrosis hepatis yang mengakibatkan penurunan fungsi hati. Sirosis
hati dengan komplikasinya merupakan masalah kesehatan yang masih sulit
diatasi di Indonesia. Hal ini ditandai dengan angka kesakitan dan kematian yang
tinggi. Secara umum diperkirakan angka insiden sirosis hati di rumah sakit seluruh
Indonesia berkisar antara 0,6-14,5%. Sedangkan berdasarkan data World Health
Organisation (WHO) 2004 sirosis hati merupakan penyebab kematian ke delapan
belas di dunia, dengan prevalensi 1,3%
Oleh karena itu mengingat insiden sirosis hepatis yang masih sulit diatasi,
kelompok memandang perlu untuk mengetahui dan mempelajari lebih jauh
tentang penyakit sirosis hepatis melalui makalah yang berisi tentang konsep
medis dari sirosis hepatis serta konsep teori asuhan keperawatan yang dapat
diberikan kepada penderita sirosis hepatis.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dari Sirosis Hepatis?
2. Bagaimana etiologi dari Sirosis Hepatis?
3. Apa manifestasi klinis dari Sirosis Hepatis?
4. Bagaimana patofisiologi dari Sirosis Hepatis?
5. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada penderita
Sirosis?
6. Bagaimana penatalaksanaan dari Sirosis Hepatis?
7. Apa saja komplikasi dari Sirosis Hepatis?
8. Bagaimana asuhan keperawatan yang harus dilakukan pada penderita
Sirosis Hepatis?

C. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
Tujuan umum dari pembuatan makalah ini untuk memperoleh
gambaran secara nyata dalam merawat pasien dengan sirosis hepatis
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus dari pembuatan makalah ini adalah :
1) Mampu memahami tentang penyakit sirosis hepatis
2) Mampu melakukan pengkajian secara menyeluruh pada klien dengan
sirosis hepatis
3) Mampu mengidentifikasi masalah keperawatan yang muncul pada
klien dengan sirosis hepatis
4) Mampu membuat rencana tindakan keperawatan yang muncul pada
klien dengan sirosis hepatis
5) Mampu mendokumentasikan asuhan kepawatan klien dengan sirosis
hepatis.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. TINJAUAN MEDIS
1. PENGERTIAN
Sirosis hepatis adalah penyakit kronis pada hepar dengan inflamasi dan
fibrosis hepar yang mengakibatkan distorsi struktur hepar dan hilangnya
sebagian besar fungsi hepar. Perubahan besar yang terjadi karena sirosis
adalah kematian sel-sel hepar, terbentuknya sel-sel fibrotik (sel mast),
regenerasi sel dan jaringan parut yang mengantikan sel-sel normal.
Perubahan ini menyebabkan hepar kehilangan fungsinya dan distorsi
strukturnya. (Mary,2002)
Sirosis hepatis adalah penyakit hati menahun yang ditandai dengan
adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan
adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang luas, pembentukan
jaringan ikat, dan usaha regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati akan
menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro menjadi tidak teratur
akibat penambahan jaringan ikat dan nodul tersebut ( Suzanne C. Smeltzer
dan brenda G. Bare, 2001)
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sirosis hepatis adalah
penyakit hati yang kronis dengan inflamasi dan fibrosis hepar yang
mengakibatkan perubahan besar yang terjadi karena sirosis adalah
kematian sel-sel hepar, terbentuknya sel-sel fibrotik (sel mast), regenerasi
sel dan jaringan parut yang mengantikan sel-sel normal. Perubahan ini
menyebabkan hepar kehilangan fungsinya dan distorsi strukturnya.

2. KLASIFIKASI SIROSIS HEPATIS BERDASARKAN ETIOLOGI


Sirosis atau pembentukan parut dalam hati dibedakan menjadi tiga tipe
berdasarkan etiologinya, yaitu sirosis Laennec, sirosis postnektrotik, dan
sirosis bilier (Smeltzer & Bare,2002)

a.Sirosis Laennec
Sirosis Laennec disebut juga sirosis alkoholik, yaitu sirosis yang
terjadi akibat konsumsi alkohol yang berlebihan dalam jangka waktu
yang lama, yang menimbulkan efek toksik langsung pada hati. dimana
jaringan parut secara khas mengelilingi daerah portal. Sering
disebabkan oleh alkoholis kronis.
b. Sirosis pascanekrotik
Sirosis pascanekrotik merupakan akibat lanjut dari hepatitis virus
yang terjadi sebelumnya, biasanya hepatitis B dan hepatitis C .
c. Sirosis bilier
Sirosis bilier kebanyakan disebabkan oleh obstruksi bilier
posthepatik . Statis empedu menyebabkkan penumpukan empedu
didalam hati, mengakibatkan kerusakan sel-sel hati,dan terbentuk
jaringan parut (fibrosa) ditepi lobulus . Insiden sirosis ini lebih rendah
disbanding sirosis Lennae dan sirosis pascanekrotik.

3. MANIFESTASI KLINIS
a. Pembesaran hati
Pada awal perjalanan sirosis, hati cenderung membesar dan sel-
selnya dipenuhi oleh lemak. Hati tersebut menjadi keras dan memiliki
tepi tajam yang dapat diketahui melalui palpasi. Nyeri abdomen dapat
terjadi sebagai akibat dari pembesaran hati yang cepat dan baru saja
terjadi sehingga mengakibatkan regangan pada selubung fibrosa hati
(kapsula Glissoni). Pada perjalanan penyakit selanjutnya,, ukuran hati
akan berkurang setelah jaringan parut menyebabkan pengerutan
jaringan hati. Apabila dapat dipalpasi, permukaan hati akan teraba
benjol-benjol (noduler).
b. Obstruksi Portal dan Asites
Manifestasi lanjut sebagian disebabkan oleh kegagalan fungsi
hati yang kronis dan obstruksi sirkulasi portal. Semua darah dari organ-
organ digestif praktis akan berkumpul dalam vena portal dan dibawa ke
hati. Karena hati yang sirotik tidak memungkinkan pelintasan darah
yang bebas, maka aliran darah tersebut akan kembali ke dalam limpa
dan traktus gastrointestinal dengan konsekuensi bahwa organ-organ
ini menjadi tempat kongesti pasif yang kronis mengakibatkan kedua
organ tersebut akan dipenuhi oleh darah dan dengan demikian tidak
dapat bekerja dengan baik. Pasien dengan keadaan semacam ini
cenderung menderita dispepsia kronis atau diare. Berat badan pasien
secara berangsur-angsur mengalami penurunan.
Cairan yang kaya protein dan menumpuk di rongga peritoneal
akan menyebabkan asites. Hal ini ditunjukkan melalui perfusi akan
adanya shifting dullness atau gelombang cairan. Splenomegali juga
terjadi. Jaring-jaring telangiektasis, atau dilatasi arteri superfisial
menyebabkan jaring berwarna biru kemerahan, yang sering dapat
dilihat melalui inspeksi terhadap wajah dan keseluruhan tubuh
c. Varises Gastrointestinal
Obstruksi aliran darah lewat hati yang terjadi akibat perubahan
fibrofik juga mengakibatkan pembentukan pembuluh darah kolateral
sistem gastrointestinal dan pemintasan (shunting) darah dari pernbuluh
portal ke dalam pernbuluh darah dengan tekanan yang lebih rendah.
Sebagai akibatnya, penderita sirosis sering memperlihatkan distensi
pembuluh darah abdomen yang mencolok serta terlihat pada inspeksi
abdomen (kaput medusae), dan distensi pembuluh darah di seluruh
traktus gastrointestinal. Esofagus, lambung dan rektum bagian bawah
merupakan daerah yang sering mengalami pembentukan pembuluh
darah kolateral. Distensi pembuluh darah ini akan membentuk varises
atau temoroid tergantung pada lokasinya
Karena fungsinya bukan untuk menanggung volume darah dan
tekanan yang tinggi akibat sirosis, maka pembuluh darah ini dapat
mengalami ruptur dan menimbulkan perdarahan seperti hematemesis
ringan, hemoragi masif dari ruptur varises pada lambung dan esofagus
d. Edema
Gejala lanjut lainnya pada sirosis hepatis ditimbulkan oleh gagal
hati yang kronis. Konsentrasi albumin plasma menurun sehingga
menjadi predisposisi untuk terjadinya edema
e. Defisiensi Vitamin dan Anemia
Karena pembentukan, penggunaan dan penyimpanan vitamin
tertentu yan tidak memadai (terutama vitamin A, C dan K), maka
tanda-tanda defisiensi vitamin tersebut sering dijumpai, khususnya
sebagai fenomena hemoragik yang berkaitan dengan defisiensi vitamin
K. Gastritis kronis dan gangguan fungsi gastrointestinal bersama-sama
asupan diet yang tidak adekuat dan gangguan fungsi hati turut
menimbulkan anemia yang sering menyertai sirosis hepatis. Gejala
anemia dan status nutrisi serta kesehatan pasien yang buruk akan
mengakibatkan kelelahan hebat yang mengganggu kemampuan untuk
melakukan aktivitas rutin sehari-hari
f. Kemunduran Mental
Manifestasi klinik lainnya adalah kemunduran fungsi mental
dengan ensefalopati dan koma hepatik yang membakat. Karena itu,
pemeriksaan neurologi perlu dilakukan pada sirosis hepatis dan
mencakup perilaku umum pasien, kemampuan kognitif, orientasi
terhadap waktu serta tempat, dan pola bicara.

4. PATOFISIOLOGI
Pada kondisi normal, hati merupakan sistem filtrasi darah yang
menerima darah yang berasal dari vena mesenterika, lambung, limfe, dan
pankreas masuk melalui arteri hepatika dan vena porta. Darah masuk ke
hati melalui triad porta yang terdiri dari cabang vena porta, arteri hepatika,
dan saluran empedu. Kemudian masuk ke dalam ruang sinusoid lobul hati.
Darah yang sudah difilter masuk ke dalam vena sentral kemudian masuk ke
vena hepatik yang lebih besar menuju ke vena cava inferior.
Pada sirosis, adanya jaringan fibrosis dalam sinusoid mengganggu
aliran darah normal menuju lobul hati menyebabkan hipertensi portal yang
dapat berkembang menjadi varises dan asites. Berkurangnya sel hepatosit
normal pada keadaan sirosis menyebabkan berkurangnya fungsi metabolik
dan sintetik hati. Hal tersebut dapat memicu terjadinya ensefalopati hepatik
dan koagulopati.

5. PATHWAY

Alkohol Hepar viral Obstruksi biliaris

Pembentukan trigleserida Nekrosis hati statis empedu


& infiltrasi lemak Fibrosis Penumpukan empedu

Akumulasi lemak Degenerasi&dikstruksi dalam hepar

Hati membesar sel hepar pembentukan Sel hepar rusak&

Psevdolobulus membentuk fibrosia

Disfungsi sel hepar

Ggn hematologi Ggn endokrin Ggn. Metabolisme Ggn. gastro

Anemia Ginaacomastio def. Potasium Anoreksia

Trombosit atropitestis hiponatremia Nausea,muntah

Leukopenia impotensi hipoalbumiremia perubahan eliminasi

Ggn.pembekuan amenohoe hiperbilirubinemia Nyeri abdomen

-Jaundice/ikterik Kerusakan
integritas
Dp Intoleransi aktovitas. - pruritus Dp. Perubahan
kulit
nutrisi kurang
Dp. Resiko Penurunan tekanan dari
infeksi, kebutuhan
Obstruksi vena portal osmotik koloid
resiko tubuh
perdarahan Hiperriensi portal asites

Verises esofagus - perut membesar,sesak nafas

Perdarahan koma hepatikum


Dp. Ketidakefektifan
pola nafas ,

Dp. Resiko kelebihan


volume cairan

6. KOMPLIKASI
Terdapat beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada penderita
sirosis hati diantaranya:
a.Perdarahan Saluran Cerna
Perdarahan saluran cerna yang paling sering dan paling berbahaya
adalah pecahnya varises esophagus merupakan komplikasi yang
diakibatkan oleh hipertensi porta
b.Asites
Asites merupakan penimbunan cairan dalam rongga peritoneum
.Asites terjadi akibat peningkatan tekanan hidrostatik pada kapiler usus
dan penurunan tekanan osmotic koloid.
c. Ensefalopati hepatikum
Ensefalopati hepatikum terjadi karena intoksikasi otak oleh hasil
pemecahan metabolisme protein oleh bakteri dalam usus. Hasil dari
metabolisme protein adalah amoniak yang dalam keadaan normal
akan diubah oleh hati menjadi ureum. Akan tetapi pada pasien sirosis,
hati tidak mampu melakukan hal tersebut sehingga ammonia yang
bersifat toksik ini akan ikut sirkulasi darah dan mengganggu
metabolisme otak. Sindrom dari ensefalopati ini adalah kekacauan
mental dan asteriksis (flapping tremor).

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang sirosis hepatis adalah sebagai berikut :
a. Pemeriksaan laboratorium fungsi hati, yang biasanya ditemukan
adalah kadar albumin serum yang cenderung menurun, kadar SGOT
dan SGPT yang meningkat, dan kadar bilirubin yang cenderung
meningkat pula
b. USG abdomen untuk melihat densitas sel-sel parenkim hati dan
jaringan parut
c. MRI dan CT scan abdomen untuk mengetahui besar hati dan aliran
darah hepatic, serta adanya obstruksi pada aliran tersebut

8. PENATALAKSANAAN
Penatalaksaan sirosis hepatis yang dapat dilakukan adalah sebagai
berikut:
a. Pemberian Antasida untuk mengurangi distress lambung dan
meminimalkan kemungkinan perdarahan
b. Vitamin dan suplemen nutrisi untuk memperbaiki status nutrisi pasien
c. Pemberian preparat diuretik (furosemide dan spironolactone) untuk
mengurangi asites
d. Asupan kalori dan protein yang adekuat
e. Pungsi asites bila asites menyebabkan gangguan pernapasan ataupun
pasien tidak berespon terhadap pemberian diuretik.
f. Pengobatan berdasarkan etiologi, misalnya sirosis hepatis akibat infeksi
virus hepatitis B atau C diberikan terapi kombinasi interveron dan
ribavirin
g. Ligasi varises biasanya di esofagus

B. TINJAUAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Pengkajian pada pasien sirosis hepatis sebagai berikut:
1. Demografi
a. Laki-laki beresiko lebih besar daripada perempuan
b. Pekerjaan : riwayat terpapar toksin
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat hepatitis kronis
b. Penyakit gangguan metabolisme : DM
c. Obstruksi kronis ductus coleducus
d. Gagal jantung kongestif berat dan kronis
e. Penyakit autoimun
f. Riwayat malnutrisi kronis terutama KEP
3. Pola Fungsional
a. Aktivitas/ Istirahat
Pasien melaporkan kelelahan. Hasil observasi menunjukkan
pasien letargi dan terjadi penurunan tonus otot

b. Sirkulasi
Ditemukan dapat terjadi disritmia, distensi vena jugularis, dan
distensi abdomen
c. Eliminasi
Pasien melaporkan bahwa urin berwarna gelap/ pekat, feses
berwarna hitam, terlihat distensi abdomen karena hepatomegali
dan asites
d. Makanan dan Cairan
Adanya keluhan tidak nafsu makan, mual, muntah, penurunan
berat badan atau peningkatan berat badan (akibat edema)
e. Neurosensori
Adanya perubahan mental atau penurunan kesadaran. Pasien
tampak bingung, bicara lambat/tidak jelas, dan terdapat asterisk
(fapping tremor)
f. Nyeri/Ketidaknyamanan
Pasien melaporkan adanya nyeri tekan pada perut kanan atas
dan gatal pada tubuh.
g. Pernapasan
Pasien akan mengeluhkan adanya sesak, tampak takipnea,
pernapasan dangkal, bunyi napas tambahan, dan ekspansi paru
terbatas karena asites
h. Keamanan
Pasien akan melaporkan bahwa badan menguning dan terasa
gatal. Pasien akan tampak ikterik, dapat terjadi perdarahan
(hematoma, perdarahan gusi, hematemesis, melena)
4. Pemeriksaan Fisik
a. Tampak lemah
b. Peningkatan suhu, peningkatan tekanan darah (bila ada
kelebihan cairan)
c. Sclera ikterik, konjungtiva anemis
d. Distensi vena jugularis dileher
e. Dada : Penurunan ekspansi paru, Penggunaan otot-otot asesoris
pernapasan, Disritmia, gallop, suara abnormal paru (ralle)
f. Abdomen :
1) Perut membuncit, peningkatan lingkar abdomen
2) Penurunan bunyi usus
3) Ascites/ tegang pada perut kanan atas, hati teraba keras
4) Nyeri tekan ulu hati
g. Integumen : Ikterus, palmar eritema, spider naevi, alopesia, ekimosis
h. Ekstremitas : Edema, penurunan kekuatan otot

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
dan asites
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas (kelemahan)
d. Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan asites
e. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan status
metabolik
f. Resiko kerusakan Resiko infeksi injuri (perdarahan) berhubungan dengan
gangguan hematologi
3. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa 1 : Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan fungsi gastrointestinal

NOC NIC
Dalam waktu 3x24 jam nutrisi Manajemen nutrisi :
tubuh seimbang dengan 1. Monitor adanya mual dan muntah
outcomes: 2. Identifikasi perubahan nafsu makan
Fungsi gastrointestinal : 3. Sajikan makanan dengan menarik,
1. Klien dapat toleransi terhadap cara yang menyenangkan, dengan
makanan, mual (-) muntah (-) mempertimbangkan warna, dan
2. Penurunan berat badan (-) tekstur
3. Nyeri abdomen (-) 4. Bantu pasien untuk duduk sebelum
makan atau minum
5. Berikan perawatan mulut sebelum
makan
6. Ciptakan lingkungan yang nyaman

Manajemen berat badan :


1. Hitung berat badan ideal pasien
2. Kaji motivasi pasien untuk
mengubah pola makannya
3. Bantu pasien membuat perencanaan
makanan yang seimbang dan
konsisten dengan jumlah energy
yang dibutuhkan.

Manajemen nyeri :
1. Kaji lokasi, karakteristik, frekuensi,
kualitas, intensitas, atau beratnya
nyeri dan faktor pencetus
2. Kendalikan faktor lingkungan yang
dapat mempengaruhi respon pasien
terhadap ketidaknyamanan
3. Ajarkan teknik non farmakologi
(seperti relaksasi, terapi musik)
4. Dukung istirahat/ tidur yang adekuat
untuk membantu penurunan nyeri

Diagnosa 2 : Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi


paru

NOC NIC
Dalam jangka waktu 30 menit pola Monitor TTV :
nafas efektif dengan outcomes: 1. Monitor kecepatan, irama,
1. Penggunaan otot bantu kedalaman dan kesulitan bernapas
nafas(-)
2. Frekuensi, irama pernafasan Bantuan Ventilasi :
teratur 2. Monitor pernapasan dan status
oksigenasi
3. Ajarkan teknik pernafasan dengan
mengerucutkan bibir dengan tepat
4. Posisikan untuk meminimalkan
upaya bernapas (misalnya;
mengangkat kepala tempat tidur dan
memberikan over bed table bagi
pasien untuk bersandar)
Diagnosa 3: Resiko ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan asites

NOC NIC
Dalam jangka waktu 2x24 jam Monitor cairan
volume cairan seimbang dengan 1. Monitor tanda-tanda gejala asites
outcomes: 2. Monitor asupan dan pengeluaran
Asites (-)
Menejemen nyeri :
3. Timbang berat badan setiap hari dan
monitor status pasien
4. Jaga intake / asupan yang akurat
dan catat output pasien
5. Monitor perubahan berat badan
sebelum dan setelah dialysis
6. Kolaborasi pemberikan diuretik yang
telah diresepkan
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Sirosis hepatis adalah inflamasi dan fibrosis hepar yang mengakibatkan distorsi
struktur hepar dan hilangnya sebagian besar fungsi hepar. Perubahan ini
menyebabkan hepar kehilangan fungsinya dan distorsi strukturnya. Sirosis atau
pembentukan parut dalam hati dibedakan menjadi tiga tipe berdasarkan etiologinya
di antaranya sirosis Laennec yang disebut juga sirosis alkoholik, yaitu sirosis yang
terjadi akibat konsumsi alkohol , serta sirosis pascanekrotik yang merupakan akibat
lanjut dari hepatitis virus yang terjadi sebelumnya, biasanya hepatitis B dan
hepatitis C , dan juga sirosis bilier yang kebanyakan disebabkan oleh obstruksi
bilier posthepatik .

B. Saran
Mengingat pengobatan sirosis hati hanya merupakan simptomatik dan
mengobati penyulit, maka prognosa sirosis hepatis bisa jelek. Namun penemuan
sirosis hati yang masih terkompensasi mempunyai prognosa yang baik. Oleh
karena itu ketepatan diagnosa dan penanganan yang tepat sangat dibutuhkan
dalam penatalaksanaan sirosis hepatis.
DAFTAR PUSTAKA

judul jurnal : Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. (2001). Keperawatan medikal
bedah 2. (Ed 8).
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&cad=rja&uact=
8&ved=0ahUKEwiygeT3s8zZAhWKy7wKHSMpBmUQFghgMAQ&url=https%3A%2F%2
Fpustaka-
kesehatan.weebly.com%2Fuploads%2F5%2F5%2F1%2F8%2F5518879%2F13.rtf&usg
=AOvVaw3hn_LvdUZVGj4gMfJEtsiw

Judul Jurnal : Black,JM. & Hawks (2009). Medical-surgical nursing clinical management
for positive outcomes eight edition.
lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391020-PR-Elida%20Riris.pdf

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-nurulhiday-6749-2-babii.pdf

Wiley John & Sons.2015. Nanda International Inc.Diagnosis Keperawatan : Definisi &
Klasifikasi 2015-2017,Edisi 10.Alih bahasa : Budi Anna, dkk.Editor :
T. Heather & Shigemi Kamitsuru, editor penyelaras : Monica
Ester.Jakarta : EGC

Moorhend Sue, dkk. 2013. Nursing outcomes classification (NOC), 5th edition. Editor
Bahasa Indonesia : Intansari Nurjannah & Roxsana Tumanggor.
Indonesia : Elseivier

Bulechk Gloria, dkk. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC), 6 th edition . Editor
Bahasa Indonesia : Intansari Nurjannah & Roxsana Tumanggor.
Indonesia : Elseivier

https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=12&cad=rja&uact=8&ved=0ahU
KEwj-
_ID6pc3ZAhXKwbwKHb01A9E4ChAWCDMwAQ&url=http%3A%2F%2Flib.ui.ac.id%2Ffile%3Ffile%3Ddigita
l%2F20351501-PR-Destiana%2520Agustin.pdf&usg=AOvVaw0u6-JM91r9ATmdKUzdfTeh

Anda mungkin juga menyukai