Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PERAWATAN LUKA PADA PENDERITA PENYAKIT


CA MAMMAE

Dosen Pengampu
Karolin Adhisty, S.Kep., Ns., M.Kep

DISUSUN OLEH
KHAILIANA APRIANI (04021381621074)
KELAS : REGULER 2016 B

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt karena dengan rahmat, karunia, serta
taufik dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah”PERAWATAN LUKA PADA
PENDERITA PENYAKIT CA MAMMAE” ini dengan baik, meskipun banyak kekurangan
dalam makalah ini. Kami telah berusaha semaksimal mungkin dan tentunya dengan
kerjasama yang baik sehingga dapat memperlancar proses pembuatan makalah ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna untuk menambah wawasan serta
pengetahuan pembaca. kami juga menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik ,saran
dan usulan dari pembaca yang membangun demi memperbaiki makalah yang telah kami buat
ini, tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa adanya kritik dan saran.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami oleh pembaca. Sekiranya makalah
yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami dan pembaca. Sebelumnya kami mintak maaf
apabila ada kata-kata yang kurang berkenan dan kepada allah swt kami mohon ampun.

Indralaya, Mei 2018

Kelompok II
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................


Daftar Isi ...................................................................................................................
BAB I : Pendahuluan
A. Latar Belakang .....................................................................................................
B. Rumusan Masalah ................................................................................................
C. Tujuan ..................................................................................................................
D. Manfaat ................................................................................................................
BAB II : Tinjauan Teori
1.1 Definisi Kanker Payudara ...................................................................................
1.1.1 Epidemiologi kanker payudara ........................................................................
1.1.2 Etiologi kanker payudara .................................................................................
1.1.3 Patofisiologi kanker payudara ..........................................................................
1.1.4 Klasifikasi kanker payudara .............................................................................
1.1.5 Klasifikasi Klinik kanker payudara ................................................................
1.1.6 Terapi/Tindakan penanganan kanker payudara ...............................................
1.1.7 Komplikasi kanker payudara ...........................................................................
1.1.8 Prognosis kanker payudara ..............................................................................
2.1 Mekanisme Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Pada Pasien
Kanker Payudara (Ca Mammae) …………………………………………………...
BAB III : Eviden base
BAB IV
Kesimpulan ................................................................................................................
Saran ..........................................................................................................................
Daftar Pustaka ............................................................................................................
Lampiran ....................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia telah mengalami transisi epidemiologi dan juga menghadapi beban masalah
ganda (double bordens). Hal tersebut ditandai dengan adanya kejadian penyakit menular
serta tidak menular secara bersamaan dalam masyarakat. Transisi epidemiologi tersebut
ditandai dengan adanya pergeseran pola penyakit serta pola sebab kematian dalam
masyarakat, yaitu menurunnya angka kejadian penyakit menular tertentu dan
meningkatnya angka kejadian berbagai jenis penyakit tidak menular (Noor, 2008).

Kanker merupakan salah satu jenis penyakit tidak menular yang angka kejadiannya
memiliki kecenderungan meningkat pada setiap tahunnya (Dinkes Provinsi Jawa Timur,
2013). Data WHO pada tahun 2010 menyebutkan bahwa kanker menempati urutan nomor
dua sebagai penyebab kematian terbanyak, berada di bawah penyakit kardiovaskuler
(Depkes RI, 2013).

Kanker payudara menempati urutan pertama sebagai jenis kanker yang paling umum
diderita oleh perempuan di dunia. Kanker payudara memiliki kontribusi sebesar 25% dari
total kasus baru kanker secara keseluruhan yang terdiagnosis pada tahun 2012 (Globocan,
2013). Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang sering terjadi pada
perempuan di Indonesia. Kanker payudara memiliki kontribusi sebesar 30% dan
merupakan jenis kanker yang paling mendominasi di Indonesia, mengalahkan kanker
leher rahim atau kanker serviks yang berkontribusi sebesar 24% (Depkes RI, 2013).
Penderita kanker yang terus meningkat diperkirakan akan menjadi penyebab utama
peningkatan beban ekonomi karena biaya yang harus ditanggung cukup besar (Depkes RI,
2013).

Besarnya permasalahan mengenai kanker payudara tersebut juga terlihat dari jumlah
kasus kanker payudara yang ditemukan di RSUD Dr Soetomo. Jumlah kasus kanker
payudara di RSUD Dr Soetomo terbilang cukup banyak dengan angka kejadian yang
masih tinggi pada setiap tahunnya. Jumlah kasus kanker payudara di rumah sakit pusat
rujukan untuk wilayah Indonesia bagian timur tersebut mengalami peningkatan pada dua
tahun terakhir, yaitu sebanyak 491 kasus pada tahun 2012 dan 574 kasus pada tahun 2013
(RSUD Dr Soetomo, 2014). Sel kanker dapat timbul apabila telah terjadi mutasi genetik
sebagai akibat dari adanya kerusakan DNA pada sel normal (Damayanti, 2014). Kanker
merupakan pertumbuhan sel yang tidak normal, menduplikasikan diri di luar kendali, dan
biasanya nama kanker didasarkan pada bagian tubuh yang menjadi tempat pertama kali
sel kanker tersebut tumbuh (Putri, 2009). Kanker payudara adalah keganasan pada
payudara yang berasal dari sel kelenjar, saluran kelenjar, serta jaringan penunjang
payudara, namun tidak termasuk kulit payudara (Depkes RI, 2014).

Stadium dalam kanker merupakan deskripsi mengenai kondisi kanker agar dapat
ditentukan cara pengobatan yang tepat. Pada kanker payudara, dikenal stadium dini yang
dimulai sebelum terjadinya kanker hingga stadium II, serta stadium lanjut yang terdiri
dari stadium III dan stadium IV (Suryaningsih dan Sukaca, 2009). Stadium kanker
payudara ketika pertama kali ditemukan digunakan untuk memperkirakan penanganan
secara tepat sehingga merupakan penentu keberhasilan dari pengobatan kanker payudara
tersebut.

Deteksi dini kanker payudara dapat dilakukan dengan berbagai pemeriksaan, misalnya
dengan menggunakan prosedur pemeriksaan berupa thermografi payudara, mamografi ,
biopsi payudara, duktografi , dan ultrasonography (USG) payudara (Suryaningsih dan
Sukaca, 2009). Thermografi payudara merupakan prosedur diagnosis yang didasarkan
pada level kimia dan aktivitas pembuluh darah pada payudara dalam melakukan deteksi
secara dini dari keberadaan sel kanker payudara. Thermografi payudara sangat sensitif
dalam menggambarkan perubahan temperatur dan pembuluh darah yang menjadi tanda
keberadaan sel abnormal pada payudara.

Luka maligna dengan tingkat malodor dan jumlah eksudat yang berlebihan dapat
menyebabkan masalah ketidaknyamanan dan isolasi sosial sehingga berdampak negatif
bagi kualitas hidup pasien. Penelitian ini bertujuan membandingkan efektifitas antara
perawatan luka menggunakan madu dengan metronidazole dalam menurunkan tingkat
malodor dan mengurangi jumlah eksudat luka maligna. Luka kanker payudara merupakan
infiltrasi sel tumor yang merusak lapisan epidermis dan dermis yang disebabkan oleh
deposisi dan atau proliferasi sel ganas dengan bentuk menonjol atau tidak beraturan. Luka
kanker payudara termasuk jenis luka kronik yang
sukar sembuh.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi kanker payudara?
2. Apa Epidemiologi kanker payudara?
3. Apa etiologi kanker payudara?
4. Apa patofisiologi kanker payudara?
5. Apa klasifikasi kanker payudara?
6. Apa klasifikasi klinik kanker payudara?
7. Apa terapi atau tindakan penanganan kanker payudara?
8. Apa prognosis kanker payudara?

C. Tujuan & Manfaat


a. Tujuan
Makalah ini dibuat untuk mematuhi tugas kelompok mata kuliah Keperawatan Paliatif
yang bertujuan untuk berbagi pengetahuan makalah ini tentang kanker Payudara
terhadap pembaca.
b. Manfaat
- Penulis bisa memahami apa yang dimaksud dengan kanker payudara beserta hal
lainnya mengenai kanker payudara.
- Dapat menjadi bahan referensi bagi pembaca agar bertambah wawasan dan
pengetahuaannya.
- Pembaca juga bisa mengetahui lebih dekat mengenai kanker payudara
BAB II
TINJAUAN TEORI

1.1 Kanker Payudara (Ca mammae)


1.1.1 Definisi Kanker Payudara (Ca mammae)
Kanker payudara (Carcinoma mammaee) dalam bahasa inggrisnya disebut breast
cancer merupakan kanker pada jaringan payudara. Kanker ini paling umum menyerang
wanita, walaupun laki-laki juga punya potensi terkena akan tetapi kemungkinan sangat kecil
dengan perbandingan 1 diantara 1000. Kanker ini terjadi karena pada kondisi dimana sel telah
kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang
tidak normal, cepat dan tidak terkendali, atau kanker payudara sering didefinisikan sebagai
suatu penyakit neoplasma yang ganas yang berasal dari parenchyma. Penyakit ini oleh World
Health Organization (WHO) dimasukkan ke dalam International Classification of Diseases
(ICD) dengan kode nomor 17.

1.1.2 Epidemiologi Kanker Payudara (Ca mammae)


Kejadian kanker payudara di Indonesia sebesar 11% dari seluruh kejadian kanker
(Siswono, 2003). Setiap tahun lebih dari 580.000 kasus baru ditemukan diberbagai negara
berkembang dan kurang lebih 372.000 pasien meninggal karena penyakit ini. Demikian pula
di Bali, kini jumlah kasusnya meningkat dan menempati urutan kedua terbanyak setelah
kanker serviks dan cenderung bergeser ke arah yang lebih muda.

1.1.3 Etiologi Kanker Payudara (Ca mammae)


a. Faktor risiko
Menurut Moningkey dan Kodim, penyebab spesifik kanker payudara masih belum
diketahui, tetapi terdapat banyak faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap
terjadinya kanker payudara diantaranya:
1. Faktor reproduksi : Karakteristik reproduktif yang berhubungan dengan risiko terjadinya
kanker payudara adalah nuliparitas, menarche pada umur muda, menopause pada umur lebih
tua, dan kehamilan pertama pada umur tua.
Risiko utama kanker payudara adalah bertambahnya umur. Diperkirakan, periode antara
terjadinya haid pertama dengan umur saat kehamilan pertama merupakan window of
initiation perkembangan kanker payudara. Secara anatomi dan fungsional, payudara akan
mengalami atrofi dengan bertambahnya umur. Kurang dari 25% kanker payudara terjadi pada
masa sebelum menopause sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor terjadi jauh sebelum
terjadinya perubahan klinis.
2. Penggunaan hormone : Hormon estrogen berhubungan dengan terjadinya kanker payudara.
Laporan dari Harvard School of Public Health menyatakan bahwa terdapat peningkatan
kanker payudara yang signifikan pada para pengguna terapi estrogen replacement. Suatu
metaanalisis menyatakan bahwa walaupun tidak terdapat risiko kanker payudara pada
pengguna kontrasepsi
oral, wanita yang menggunakan obat ini untuk waktu yang lama mempunyai risiko tinggi
untuk mengalami kanker payudara sebelum menopause. Sel-sel yang sensitive terhadap
rangsangan hormonal mungkin mengalami perubahan degenerasi jinak atau menjadi ganas.
3. Penyakit fibrokistik : Pada wanita dengan adenosis, fibroadenoma, dan fibrosis, tidak ada
peningkatan risiko terjadinya kanker payudara. Pada hiperplasis dan papiloma, risiko sedikit
meningkat 1,5 sampai 2 kali. Sedangkan pada hiperplasia atipik, risiko meningkat hingga 5
kali.
4. Obesitas : Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dan bentuk tubuh dengan
kanker payudara pada wanita pasca menopause. Variasi terhadap kekerapan kanker ini di
negara-negara Barat dan bukan Barat serta perubahan kekerapan sesudah migrasi
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh diet terhadap terjadinya keganasan ini.
5. Konsumsi lemak : Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor risiko terjadinya
kanker payudara. Willet dkk. melakukan studi prospektif selama 8 tahun tentang konsumsi
lemak dan serat dalam hubungannya dengan risiko kanker payudara pada wanita umur 34
sampai 59 tahun
6. Radiasi : Eksposur dengan radiasi ionisasi selama atau sesudah pubertas meningkatkan
terjadinya risiko kanker payudara. Dari beberapa penelitian yang dilakukan disimpulkan
bahwa risiko kanker radiasi berhubungan secara linier dengan dosis dan umur saat terjadinya
eksposur.
7. Riwayat keluarga dan faktor genetik : Riwayat keluarga merupakan komponen yang
penting dalam riwayat penderita yang akan dilaksanakan skrining untuk kanker payudara.
Terdapat peningkatan risiko keganasan pada wanita yang keluarganya menderita kanker
payudara. Pada studi genetic ditemukan bahwa kanker payudara berhubungan dengan gen
tertentu. Apabila terdapat BRCA 1, yaitu suatu gen kerentanan terhadap kanker payudara,
probabilitas untuk terjadi kanker payudara sebesar 60% pada umur 50 tahun
dan sebesar 85% pada umur 70 tahun.
8. Faktor Genetik : Kanker peyudara dapat terjadi karena adanya beberapa faktor genetik
yang diturunkan dari orangtua kepada anaknya. Faktor genetik yang dimaksud adalah adanya
mutasi pada beberapa gen yang berperan penting dalam pembentukan kanker payudara gen
yang dimaksud adalah beberapa gen yang bersifat onkogen dan gen yang bersifat mensupresi
tumor.Gen pensupresi tumor yang berperan penting dalam pembentukan kanker payudara
diantaranya adalah gen BRCA1 dan gen BRCA2.
9. Umur : Pada tahun 2001, dari 447 kasus kanker payudara yang berobat di RS Kanker
Dharmais Jakarta 9,1% diantaranya adalah perempuan berusia kurang dari 30 tahun. Semakin
bertambahnya umur meningkatkan risiko kanker payudara. Wanita paling sering terserang
kanker payudara adalah usia di atas 40 tahun. Wanita berumur di bawah 40 tahun juga dapat
terserang kanker payudara, namun risikonya lebih rendah dibandingkan wanita di atas 40
tahun. Penelitian Devi Nur Octaviana tahun 2011 yang berjudul “faktor-faktor risiko kanker
payudara pada pasien kanker payudara wanita di rumah sakit kanker Dharmais Jakarta”
menyatakan bahwa kelompok kasus kanker payudara banyak terdapat pada rentang usia 40-
49 tahun yaitu sebesar 41,7% , kemudian pada rentang usia 50-59 tahun yaitu sebesar 37,5 %.
Menurut penelitian rini indrati (2005) kasus kanker yang terjadi pada rentang usia 20 - 29
tahun sebanyak 1,9% , 30-39 tahun sebanyak 21,2% , 40-49 tahun sebanyak 38,5% , 50-59
tahun sebanyak 32,7% , 60-69 tahun adalah 3,8% dan >70 tahun adalah 1,9%. Adapun
penggolongan kategori umur sebagai berikut :
a. 26 – 35 : dewasa awal
b. 36 – 45 : dewasa akhir
c. 46 – 55 : lansia awal.
d. 56 – 65 : lansia akhir
(Depkes RI, 2009)

1.1.4 Patofisiologi Kanker Payudara (Ca mammae)


Carsinoma mammae berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi pada sistem
duktal, mula – mula terjadi hiperplasia sel – sel dengan perkembangan sel – sel atipik. Sel -
sel ini akan berlanjut menjadi carsinoma insitu dan menginvasi stroma. Carsinoma
membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sel tunggal sampai menjadi massa yang
cukup besar untuk dapat diraba ( kira – kira berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu kira – kira
seperempat dari carsinoma mammae telah bermetastasis. Carsinoma mammae bermetastasis
dengan penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan aliran
darah ( Price, Sylvia, Wilson Lorrairee M, 1995) .

1.1.5 Klasifikasi Kanker Payudara (Ca mammae)


a. Klasifikasi Patologik
1. Paget’s disease
Paget’s disease merupakan bentuk kanker yang dalam taraf permulaan manifestasinya
sebagai eksema menahun putting susu, yang biasanya merah dan menebal. Suatu tumor sub
areoler bisa teraba. Sedang pada umumnya kanker payudara yang berinfiltrasi ke kulit
mempunyai prognosis yang buruk namun pada paget’s disease prognosisnya lebih baik.
Paget’s disease merupakan suatu kanker intraduktal yang tumbuh dibagian terminal dari
duktus laktiferus. Secara patologik cirri-cirinya adalah: sel-sel paget(seperti pasir), hipertrofi
sel epidermoid, infiltrasi sel-sel bundar di bawah epidermis.
2. Kanker duktus laktiferus
Comedo carcinoma terdiri dari sel-sel kanker non papillary dan intraductal, sering
dengan nekrosis sentral sehingga pada permukaan potongan terlihat seperti terisi kelenjar,
jarang sekali comedo carcinoma hanya pada saluran saja biasanya akan mengadakan infiltrasi
kesekitarnya menjadi infiltrating comedo carcinoma.
3. Adeno carcinoma dengan infiltrasi dan fibrosis,
ini adalah kanker yang lazim ditemukan 75 % kanker payudara adalah tipe ini. Karena
banyak terdiri dari fibrosis umumnya agak besar dan keras. Kanker ini disebut juga dengan
tipe
scirrbus yaitu tumor yang mengadakan infiltrasi ke kulit dan kedasar.
4. Medullary carcinoma
ini biasanya sangat dalam di dalam kelenjar mammae, biasanya tidak seberapa keras,
dan kadang-kadang disertai kista dan mempunyai kapsul. Tumor ini kurang infiltratif
disbanding dengan tipe scirrbus dan mestatasis ke ketiak sangat lama. Prognosis tumor ini
lebih baik dari tipe-tipe tumor yang
lain.
5. Kanker dari Lobulus
Kanker lobulus sering timbul sebagai carcinoma in situ dengan lobulus yang
membesar. Secara mikroskopik, kelihatan lobulus atau kumpulan lobulus yang berisi
kelompok sel-sel asinus dengan bebrapa mitosis. Kalau mengadakan infiltrasi hamper tidak
dapat dibedakan dengan tipe scirrbus.
1.1.6 Klasifikasi Klinik Kanker Payudara ( Ca mammae)
a. Steinthal I : kanker payudara besarnya sampai 2 cm dan tidak memiliki anak sebar.
b. Steinthal II : kanker payudara 2 cm atau lebih dengan anak sebar dikelenjar ketiak.
c. Steinthal III : kanker payudara 2 cm atau lebih dengan anak sebar di kelenjar ketiak, infra
dan supraklavikular, atau infiltrasi ke fasia pektoralis atau ke kulit atau kanker payudara yang
apert (memecah ke kulit).
d. Steinthal IV : kanker payudara dengan metatasis jauh misal ke tengkorak, tulang
punggung, paru-paru, ahti dan panggul.
Tabel 1.1.6 Klasifikasi klinik kanker payudara menurut Peplau 1963

1.1.7 Therapy/Tindakan Penanganan Kanker Payudara ( Ca mammae)


Penatalaksanaan kanker payudara dilakukan dengan serangkaian pengobatan meliputi
pembedahan, kemoterapi, terapi hormon, terapi radiasi dan yang terbaru adalah terapi
imunologi (antibodi). Pengobatan ini ditujukan untuk memusnahkan kanker atau membatasi
perkembangan penyakit serta menghilangkan gejala-gejalanya. Keberagaman jenis terapi ini
mengharuskan terapi dilakukan secara individual.
a. Pembedahan
Tumor primer biasanya dihilangkan dengan pembedahan. Prosedur pembedahan yang
dilakukan pada pasien kanker payudara tergantung pada tahapan penyakit, jenis tumor, umur
dan kondisi kesehatan pasien secara umum. Ahli bedah dapat mengangkat tumor
(lumpectomy), mengangkat sebagian payudara yang mengandung sel kanker atau
pengangkatan seluruh payudara (mastectomy). Untuk meningkatkan harapan hidup,
pembedahan biasanya diikuti dengan terapi tambahan seperti radiasi, hormon atau
kemoterapi.
b. Non pembedahan
1. Terapi Radiasi
Terapi radiasi dilakukan dengan sinar-X dengan intensitas tinggi untuk membunuh sel
kanker yang tidak terangkat saat pembedahan.
2. Terapi Hormon
Terapi hormonal dapat menghambat pertumbuhan tumor yang peka hormon dan dapat
dipakai sebagai terapi pendamping setelah pembedahan atau pada stadium akhir.
3. Kemoterapi
Obat kemoterapi digunakan baik pada tahap awa lataupun tahap lanjut penyakit (tidak
dapat lagi dilakukan pembedahan). Obat kemoterapi bisa digunakan secara tunggal atau
dikombinasikan. Salah satu diantaranya adalah Capecitabine dari Roche, obat anti kanker oral
yang diaktivasi oleh enzim yang adapada sel kanker, sehingga hanya menyerang sel kanker
saja.
4. Terapi Imunologik
Sekitar 15-25% tumor payudara menunjukkan adanya protein pemicu pertumbuhan
atau HER2 secara berlebihan dan untuk pasien seperti ini, trastuzumab, antibodi yang secara
khusus dirancang untuk menyerang HER2 dan menghambat pertumbuhan tumor, bisa
menjadi pilihan terapi. Pasien sebaiknya juga menjalani tes HER2 untuk menentukan
kelayakan terapi dengan trastuzumab.

1.1.8 Komplikasi Kanker Payudara (Ca mammae)


Komplikasi utama dari cancer payudara adalah metastase jaringan sekitarnya dan juga
melalui saluran limfe dan pembuluh darah ke organ-organ lain. Tempat yang sering untuk
metastase jauh adalah paru-paru, pleura, tulang dan hati. Metastase ke tulang kemungkinan
mengakibatkan fraktur patologis, nyeri kronik dan hipercalsemia. Metastase ke paru-paru
akan mengalami gangguan ventilasi pada paru-paru dan metastase ke otak mengalami
gangguan persepsi sensori.

1.1.9 Prognosis Kanker Payudara (Ca mammae)


Menurut Ramli (1994), prognosis kanker payudara di tentukan oleh:
1. Staging (TNM)
Semakin awal stadium kanker maka prognosisnya akan semakin baik.
Stadium I : 5-10 tahun 90-80 %
Stadium II : 70-50 %
Stadium III : 20-11 %
Stadium IV : 0 %
Untuk stadium 0 (in situ)

2. Jenis histopatologi keganasan


Karsinoma insitu mempunyai prognosis yang baik di bandingkan dengan karsinoma yang
sudah invasif.

2.1. Mekanisme Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Pada


Pasien Kanker Payudara (Ca Mammae)
Penderita kanker akan mengalami tekanan psikologis pasca terdiagnosis kanker,
seperti informasi kanker yang diterima dari masyarakat bahwa apabila seseorang terdiagnosis
mengidap kanker berarti vonis mati yang hanya tinggal menunggu waktu (Mangan, 2003).
Tekanan yang sering kali muncul adalah kecemasan, insomnia, sulit berkonsentrasi, tidak
nafsu makan, dan merasa putus asa yang berlebihan, hingga hilangnya semangat hidup.
Respon emosional yang secara umum mungkin muncul pada saat dokter mendiagnosis
seseorang menderita penyakit berbahaya (kronis) seperti kanker, yaitu penolakan, kecemasan,
dan depresi. (Lubis, 2009)
EVIDANCE BASE NURSING

No Jurnal Problem/ Intervensi Comparator Outcome


. Population
1. Asuhan Masalah yang Intervensi yang di Dalam penelitian Berdasarkan
Keperawata diangkat pada lakukan adalah ini didapati Ada banyaknya ramuan
n pada Ny.C penelitian ini Rencana dua prinsip yang di gunakan
dengan Jumlah penduduk keperawatan utama dalam oleh dokter,
Perawatan merupakan merupakan perawatan luka terdapat perbedaan
Luka ancaman dan serangkaian kanker yang mendasar
Kanker pressure terbesar tindakan atau payudara, yang antara jamu dan
Payudara di bagi masalah intervensi untuk pertama obat konvesional.
Lantai 5 lingkungan hidup, mencapai tujuan menyangkut Jamu mempunyai
bedah Salah satu pelaksanaan pembersihan/pe kandungan kimia
RSPAD penyakit non asuhan ncucian luka , yang sangat banyak
Gatot infeksi keperawatan. prinsip kedua karena terdiri dari
Soebroto (degeneratif) Berdasarkan menyangkut beberapa tanaman
adalah kanker. masalah pemilihan obat dan umumnya
Kanker payudara keperawatan balutan. Luka merupakan
menempati urutan yang ada maka kering metabolit sekunder
pertama pada dapat disusun dibersihkan dari tumbuhan
wanita setelah rencana dengan teknik obat. Sementara
kanker leher keperawatan, swabbing yaitu obat konvesional
rahim. Di yaitu : ditekan dan merupakan
Indonesia 96% 1 : Risiko digosok pelan- senyawa aktif
tumor payudara infeksi pelan dengan mekanisme
justru dikenali Tujuan : Setelah menggunakan kerja pada target
oleh penderita itu dilakukan kassa steril yang yang sudah jelas.
sendiri sehingga tindakan dibasahi dengan Dengan demikian
memudahkan keperawatan air steril atau jamu sebagai
dokter untuk 3x24 jam klien NaCl 0,9%. alternatif,
mendeteksi kanker tidak mengalami Sedang luka khasiatnya tidaklah
payudara. infeksi. Luka basah dan bisa disandingkan
tidak berbau dan mudah berdarah dengan obat
tidak terdapat dibersihkan konvensional,
purulen. dengan teknik karena mekanisme
 Monitor irigasi yaitu kerjanya terhadap
tanda dan disemprot target yang belum
gejala infeksi lembut dengan jelas.
sistemik dan air steril atau
lokal NaCl 0,9%
 Monitor (Ganiswara,
kerentanan 2005).
terhadap Sedangkan
infeksi prinsip
 Pertahankan
perawatan luka
teknik kanker yang lain
aseptik untuk
adalah tidak
setiap boleh membuat
tindakan luka menjadi
 Inspeksi sebuah luka baru
kulit dan
(berdarah lagi),
membrane dan juga harus
mukosa bias mengontrol
terhadap bau yang tidak
kemerahan, sedap,
panas, mengatasi cairan
drainase yang berlebih,
 Inspeksi mencegah
keadan lukainfeksi,
dan mengurangi
sekitarnya nyeri, dan
 Dorong merawat kulit di
klien untuksekitar luka
meningkatka(Anonim, 2008).
n mobilitasPada penelitian
dan latihanyang dilakukan
 Ajarkan oleh Kalinski,
keluarga /
(2005)
klien tentang
penggunaan
tanda dan
metronidazol
gejala infeksi
topikal sangat
dan efektif
melaporkan mengatasi bau
kecurigaan pada luka
infeksi kanker, dari 16
 Kolaborasipasien yang
dalam dilakukan
pemberian perawatan luka
antibiotik dengan
sesuai metronidazole
program gel 0,75%
dilaporkan 10
2 : Risiko pasien bau
Perdarahan busuk pada luka
Tujuan : hilang dan 6
Setelah pasien bau
dilakukan menjadi
tindakan berkurang.
keperawatan
3x24 jam,
perawat akan
mengurangi
komplikasi
perdarahan.
 Pantau tanda
dan gejala
perdarahan
pada luka
 Pantau nilai
hasil
laboratorium
(hemoglobin,
hematokrit)
 Lakukan
perawatan
luka secara
hati-hati
dengan
menekan
daerah luka
dengan kasa
steril dan
tutuplah
dengan
teknik
aseptik
basahkering
atau sesuai
dengan
indikasi.
 Pantau
keadaan
umum secara
klinis
 Kolaborasi
untuk
transfusi bila
terjadi
perdarahan
(Hb <10
gr/dl)

3 : Nyeri
Tujuan :
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
3x24 jam
tingkat
kenyamanan
klien
meningkat,
nyeri
terkontrol.
 Kaji nyeri
secara
komprehensif
termasuk
lokasi,
 karakteristik,
durasi,
frekuensi,
kualitas dan
faktor
presifitasi.
 Observasi
reaksi
nonverbal
dari
ketidaknyam
anan
 Gunakan
teknik
komunikasi
terapeutik
untuk
mengetahui
pengalaman
nyeri
sebelumnya
 Berikan
lingkungan
yang tenang
 Ajarkan
teknik non
farmakologis
(relaksasi,
distraksi)
untuk
mengatasi
nyeri
 Kolaborasi
dalam
pemberian
analgetik
untuk
mengurangi
nyeri.

Kelebihan dan Kekurangan

NO Kelebihan Kekurangan
1. 1. Abstrak pada Karya Ilmiah 1. Tidak dijelaskan berapa persen (%)
jelas sehingga pembaca dapat Penyembuhan ini berhasil
mengetahui maksud dan
tujuan.
2. Pada pembahasan hasil
dibahas secara lengkap
3. Terdapat kesimpulan yang
jelas
No. Jurnal Problem/Popultation Intervensi Comparator Outcome
2 PERBEDAAN Luka maligna Perawatan Responden dibagi Peneliti
EFEKTIFITAS dengan tingkat luka dalam 2 kelompok menyimpulkan
PERAWATAN malodor dan jumlah menggunakan studi, yaitu bahwa luka
LUKA eksudat yang madu dan kelompok A adalah maligna sering
MENGGUNAKAN berlebihan dapat metronidazole kelompok terdapat pada area
MADU DENGAN menyebabkan dalam intervensi yang payudara dan
METRONIDAZOLE masalah menurunkan mendapatkan madu paling banyak
TERHADAP ketidaknyamanan tingkat sebagai agen topikal memiliki ukuran
TINGKAT dan malodor dan perawatan luka, lebih dari 36cm2.
MALODOR DAN isolasi sosial mengurangi sementara kelompok Luka maligna
JUMLAH sehingga berdampak jumlah B adalah kelompok sering
EKSUDAT negatif bagi kualitas eksudat pada kontrol yang terjadi pada
LUKA MALIGNA hidup pasien. luka mendapatkan kanker stadium
DI RS X Penelitian ini maligna. metronidazole lanjut dengan
bertujuan sebagai agen jaringan
membandingkan topikal perawatan nekrotik/ sloughy
efektifitas antara luka. yang terdapat pada
perawatan luka luka. Tingkat
menggunakan madu malodor luka
dengan maligna menurut
metronidazole pasien sebesar 5,8,
dalam menurunkan sedangkan tingkat
tingkat malodor dan malodor luka
mengurangijumlah maligna menurut
eksudat luka perawat sebesar
maligna. 6,0 (Skala 1-10
NRS). Luka
maligna
mengeluarkan
eksudat yang
berlebihan yaitu
rata-rata
55 gram.
Perawatan luka
maligna dengan
madu lebih efektif
dibandingkan
dengan
metronidazole
terhadap tingkat
malodor menurut
pasien maupun
perawat setelah
hari
ke- 6 perawatan
luka maligna.
Namun, perawatan
luka
maligna dengan
madu maupun
metronidazole
belum
efektif
menurunkan
jumlah eksudat
setelah hari ke-6
perawatan luka
maligna.

Kelebihan dan kekurangan

No. Kelebihan Kekurangan


1. 1. Abstrak pada jurnal sudah jelas, sehingga pembaca 1. tidak dijelaskan faktor-
jelas dalam memahami jurnal tersebut faktor yang mempengaruhi
2. Metode penelitian yang digunakan jelas dan mudah keberhasilan perawatan luka
diterapkan. secara keseluruhan
3. Hasil penelitian dalam jurnal jelas sehingga pembaca
dapat mengetahui hasil penelitian secara keseluruhan
BAB III
KESIMPULAN

Perawatan luka yang terbukti efektif bagi penderita kanker payudara berdasarkan referensi
yang kami baca yaitu menggunakan madu dengan di kombinasikan metronidazole.

Anda mungkin juga menyukai