Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
OLEH
Kelompok 6 :
2019
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahnya, menyusun dan menyajikan makalah Dasar-
Dasar Ilmu Pendidikan ini yang berisi tentang Islam dan Kebudayaan. Taklupa
penulis mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan
dorongan dan motivasi. Sehingga makalah ini dapat tersusun dengan baik.
Makalah ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas matakuliah
Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan.
Penulis
Kelompok 6
DAFTAR ISI
1
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 3
A.Latar Belakang............................................................................. 3
B.Batasan Masalah........................................................................... 3
C.Tujuan Masalah............................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................. 5
A.Kesimpulan................................................................................... 19
2
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 20
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah hak lahiriah setiap manusia.Hal ini sudah dijamin oleh Negara
yang diatur dalam Undang-Undang Dasar Pasal 31 tentang Pendidikan Nasional. Oleh
karena itu setiap warga Negara Indonesia memiliki hak yang sama dalam memperoleh
Pendidikan, dan Pemerintah wajib menyediakan kegiatan dan fasilitas pendidikan untuk
menunjang kebutuhan Pendidikan warga Negara.
Namun begitu, sangat banyak permasalah pendidikan yang terjadi pada sekarang
ini, mulai dari tidak meratanya pendidikan di Indonesia, rendahnya mutu pendidikan,
kurang sejahteranya profesi guru, dan kurangnya kompetensi guru sebagai tenaga
kependidikan. Hal tersebut seakan saling berkaitan satu sama lain, dan memiliki porsi
yang sama dalam masalah pendidikan nasional.
Semakin berkembangnya zaman, maka perkembangan teknologi ikut berkembang
pesat pula, yang bisa juga menjadisalah satu faktor yang dapat mengurangi permasalahan
pendidikan.Namun, perkembangan TIK bukan saja membawa manfaat, tapi juga
kelemahan yang dapat membuat masalah baru di dunia pendidikan kita.
B. Batasan Masalah
1. Bagaimana perubahan kurikulum dari masa ke masa atau dari waktu ke waktu?
2. Bagaimana pengelolaan pendidikan inovatif (SD kecil, SD pamong, SMP T, SMA T, UT,
dll) ?
3. Bagaimana pengembangan Pendidikan Luar Sekolah (Kejar Paket A, Paket B, Paket C, Kursus,
Diklat, dll) ?
4. Bagaimana Inovasi dalam Pendekatan Pembelajaran?
C. TujuanPenulisan
1.Mengetahui perubahan kurikulum dari masa ke masa dan dari waktu ke waktu?
4
2.Mengetahui pengelolaan pendidikan inovatif (SD kecil, SD pamong, SMP T, SMA T, UT,
dll) ?
3.Mengetahui pengembangan Pendidikan Luar Sekolah (Kejar Paket A, Paket B, Paket C, Kursus,
Diklat, dll) ?
4.Mengetahui bagaimana Inovasi dalam Pendekatan Pembelajaran?
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perubahan Kurikulum
Pengertian Kurikulum
1. Kurikulum dalam arti sempit atau tradisional Dalam arti sempit atau tradisional,
kurikulum sebagai a course, as a specific fixed course of study, as in school or college, as one
leading to a degree.24 Dalam pengertian ini, kurikulum sebagai sejumlah mata pelajaran di
sekolah atau di perguruan tinggi yang harus ditempuh untuk mendapatkan ijazah atau naik
tingkat. Carter V. Good mengemukakan pengertian kurikulum adalah a systematic group of
course or subject required for graduation in major field of study.25 Kurikulum merupakan
sekumpulan mata pelajaran atau sekwens yang bersifat sistematis yang diperlukan untuk lulus
atau mendapatkan ijazah dalam bidang studi pokok tertentu. Robert Zaiz berpendapat curriculum
is a resources of subject matters to be mastered.26 Kurikulum adalah serangkaian mata pelajaran
yang harus dikuasai. Dari pengertian di atas dapat dikatakan bahwa kurikulum adalah sejumlah
mata pelajaran yang disajikan guru kepada siswa untuk mendapatkan ijazah atau naik tingkat.
Pengertian kurikulum ini, saat sekarang, sama dengan “rencana pelajaran di sekolah, yang
disajikan guru kepada murid.” Arieh Levy mengemukakan, kurikulum semacam ini, tidak lebih
dari daftar singkat mengenai sasaran dan isi pendidikan yang diajarkan di sekolah atau program
silabus atau pokok bahasan yang akan diajarkan.27 Dalam hubungan ini, Paul Langrand
mengemukakan, kurikulum seperti di atas mempunyai kaitan hanya sedikit pada kehidupan,
terlepas dari kenyataan yang konkret, sehingga terjadi jurang antara pengalaman dan pendidikan,
dan tidak adanya segala macam bentuk tanya jawab atau keikut-sertaan murid di dalam proses
pendidikan.28
2. Kurikulum dalam arti luas atau modern Kurikulum dalam pengertian ini bukan sekedar
sejumlah mata pelajaran, tetapi mempunyai cakupan pengertian yang lebih luas. Yakni, sesuatu
yang nyata terjadi dalam proses pendidikan. Pendapat para ahli di bawah ini mencerminkan
pengertian kurikulum di atas, antara lain: 1) Ronald Doll mengemukakan bahwa kurikulum ... all
the experiences which are offered to learners under the auspices or direction of the school.29
Kurikulum meliputi semua pengalaman yang disajikan kepada murid di bawah bantuan atau
6
bimbingan sekolah. 2) William B. Ragan mengartikan kurikulum ... all the experiences of
children for which the school accepts responsibility.30 Kurikulum adalah semua pengalaman
murid di bawah tanggung jawab sekolah. 3) Harold B. Alberty dan Elsie J. Alberty
mendefinisikan kurikulum all of the activities that are provided for student by the school
constitute, its curriculum.31 Kurikulum adalah segala kegiatan yang dilaksanakan sekolah bagi
murid-murid. Dari sejumlah pendapat di atas dapat disimpulkan, kurikulum adalah semua
pengalaman, kegiatan, dan pengetahuan murid di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah
atau guru. Pengertian kurikulum ini memberikan implikasi pada program sekolah bahwa semua
kegiatan yang dilakukan murid dapat memberikan pengalaman belajar. Kegiatan-kegiatan
tersebut dapat meliputi kegiatan di dalam kelas. Misalnya, kegiatan dalam mengikuti proses
belajar mengajar (tatap muka), praktek keterampilan, dan sejenisnya, atau kegiatan di luar kelas,
seperti kegiatan pramuka, wisata karya, kunjungan ke tempattempat wisata/sejarah, peringatan
hari-hari besar nasional dan keagamaan, dan sejenisnya. Bahkan, semua kegiatan yang
berhubungan dengan pergaulan antara murid dengan guru, murid dengan murid, murid dengan
petugas sekolah, dan pengalaman hidup murid sendiri. Tegasnya, pengertian kurikulum ini
mengandung cakupan yang luas, karena meliputi semua kegiatan murid, pengalaman murid, dan
semua pengaruh, baik fisik maupun non fisik terhadap pertumbuhan dan perkembangan murid.
Kurikulum dalam pengertian rencana belajar bersamaan arti dengan pengajaran. Artinya,
kurikulum itu banyak berkaitan dengan rencana dan cita-cita yang ingin dicapai, sedangkan
pengajaran terletak pada perwujudan atau pelaksanaan rencana itu dalam kegiatan belajar-
mengajar. Itulah sebabnya, pengembangan kurikulum sama artinya dengan pengembangan
pengajaran. Perbedaan kurikulum dengan pengajaran terletak bukan pada implementasinya,
melainkan pada keluasan cakupannya. Kurikulum berkenaan dengan tujuan, isi, dan metode yang
lebih luas, sedangkan yang lebih sempit menjadi tugas pengajaran. Dengan kata lain, kurikulum
berhubungan dengan apa yang ingin dicapai (tujuan), sedangkan pengajaran berkaitan dengan
bagaimana mencapai tujuan itu (prosedur).
1.kurikulum 1968
Kurikulum pada periode Orde Lama (sebelum 1966) masih dalam mancari bentuk yang
khas nasional. Sejak merdeka hingga ditetapakn UU No.4 Tahun 1950 tentang pendidikan di
sekolah, pendidikan kita masih ada pada tahap penyempurnaan kurikulum masa penjajahan
(Belanda dan Jepang). Sejarah (pendidikan) mencatat bahwa pada era Orde Lama (tahun 1950-
1965) materi pelajaran yang utama adalah tujuh bahn pokok (indokrinasi). Kurikulum secara
7
keseluruhan terus dibenahi sehingga lahirlah kurikulum pertama dalam system pendidikan di
negara RI ini, dikenal dengan kurikulum terurai (separated subject matter curriculum), karena
mata pelajarannya banyak tetapi satu sama lain terpisah-pisah.
2.kurikulum 1975
Kurikulum 1975 disetujui oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk secara
nasional dilaksanakan bertahap mulai tahun pengajaran 1976, dengan catatan bahwa bagi
sekolah-sekolah yang menurut penilaian kepala perwakilan telah mampu, diperkenalkan
melaksanakannya mulai tahun 1975.
(dalam dalam Syafril dan Zen, Zelhendri Syafril, 2017:190 dalam bukunya yang berjudul
“Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan”) dijelakan ada delapan cirri-ciri khusus kurikulum 1975 yaitu:
a) Mengatur pendekatan yang berorientasi pada tujuan. Setiap guru harus mengetahui
dengan jelas tujuan yang harus dicapai oleh setiap murid didalam menyusunan rencana
kegiatan belajar mengajar dan membimbing murid untuk melaksanakan rencana tersebut.
b) Menganut pendekatan yang integrative, dalam arti setiap pelajaran dan bidnag pelajaran
memiliki arti dan peranan yang menunjang tercapainya tujuan yang lebih akhir.
c) Pendidikan Moral Pancasila dalam kurikulum ini bukan hanya dibebankan kepada bidang
pelajaran Pendidikan Moral Pancasila didalam pencapainnya, melainkan juga kepada
bidang pelajaran ilmu pengetahuan sosial (sejarah, geografi, dan ekonomi) dan
pendidkan agama.
d) Kurikulum ini menekankan pada efisiensi dan efektivitas penggunaan dana, daya, dan
waktu yang tersedia. Jam-jam sekolah hendaknya dimanfaatkan bagi kegiatan-kegiatan
belajar untuk mencapai tujuan-tujuan yang tidak mungkin dicapai diluar situasi sekolah
(guru-murid, serta fasilitas dan media pendidikan).
e) Mengharuskan guru untuk menggunakan teknik penyusunan program pelajaran yang
dikenal dengan Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI).
f) Organisasi pelajaran meliputi bidang-bidang studi, agama, bahasa, matematika, ilmu
pengetahuan sosial, kesenian, olahraga dan kesehatan, keterampilan, di samping Moral
Pancasila, yang tujuannya untuk mencapai sinkronisasi dan integritas pelajaran-pelajaran
yang sekelompok.
g) Pendekatan dalam strategi pelajaran memandang situasi belajar mengajar sebagai suatu
sitem yang meliputi komponen-komponen tujuan pembelajaran, bahan pelajaran, alat
pembelajaran, alat evaluasi, dan metode pembelajaran.
8
h) System evaluasi, dilakukan penilaian kepada murid-murid pada setiap akhir satuan
pembelajaran terkecil dan memperhitungkan nilai-nilai yang dicapai murid-murid pada
setiap akhir satuan pembelajaran.
Tidak hanya itu saja, (dalam Syafril dan Zen dan Zelhendri, Syafril, 2017:192 dalam bukunya
yang berjudul “Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan”) juga dijelaskan mengenai prinsip-prinsip
kurikulum 1975. Adapun prinsip-prinsipnya yaitu: a).Prinsip fleksibilitas program, b).Prinsip
efisiensi dan efektivitas, c).Prinsip berorientasi pada tujuan, dan d).Prinsip kontiunitas, dan
e).Prinsip pendidikan seumur hidup.
a. Prinsip fleksibilitas program
Penyelenggaraan pendidikan keterampilan pada setiap program harus
mengingat factor-faktor ekosistem dan kemampuan pemerintah, masyarakat,
serta orangtua untuk menyediakan dana bagi kelansungan bidang studi tersebut.
b. Prinsip efisiensi dan efektivitas
Yang dimaksud dengan prinsip efesiensi adalah efisiensi dalam
penggunaan waktu, pendayagunaan dana, dan tenaga secara optimal. Waktu
murid-murid belajar di sekolah hanya enam jam sehari. Waktu jam pelajaran yang
tersedia hendaknya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Didalam menetapakan
pelajaran harus pula dipertimbangkan bahwa murid tersebut mempunyai batasan-
batasan kesanggupan untuk memusatkan pikiran sebab kalau mereka sudah terlalu
lelah, pikiran dan perhatian kurang terpusat. Akibatnya membuang-buang tenaga
dan waktu. Jadi, hasil belajar mereka kurang memuaskan. Dengan kata lain,
proses belajar mereka lakukan tidak berjalan secara efekif.
c. Prinsip berorientasi pada tujuan
Kurikulum 1975 berorientasi kepada tujuan mulai dari tujuan yang sangat
umum sampai kepada tujuan yang khusus. Hirearki tujuan menurut kurikulum
1975 yaitu:
1) Tujuan umum ialah tujuan pendidikan nasional
2) Tujuan instruksional adalah tujuan untuk setiap lembaga tingkatan
pendidikan, seperti tujuan SD, SLTP, dan SLTA.
3) Tujuan kurikuler adalah tujuan untuk setiap bidang studi seperti tujuan
mata pelajaran bahasa Indonesia, PMP, PSPB, IPA.
9
4) Tujuan instruksional adalah tujuan setiap pokok bahasan (satuan bahasa).
Contoh: pada bidang studi keterampilan, murid dapat menjelaskan cara
mengolah tanah.
d. Prinsip kontiunitas
GBHN menyatakan, pendidikan adalah proses yang berlansung seumur
hidup. Sekolah dasar dan sekolah menengah ,(pertama dan atas) adalah sekolah-
sekolah umum, yang masing-masing fungsinya dinyatakan dalam tujuan
instruksional. Namun, kurikulum satu jenjang pendidikan dengan yang di atasnya
berhububungan secar hierarkis (hubungan vertical). Oleh karena itu, dlaam
menyusun kurikulum, ketiga jenjang sekolah tersebut hendaknya selalu
dihubungkan secar hierarkis dan fungsional.
Bagi suatu bidang pelajaran yang menganut pendekatan spiral, seperti
pelajaran sejarah atau kewarganegaraan, perluasan, dan pendalaman suatu pokok
bahasan dari tingkat pendidikan satu tingkat ketingkat berikutnya harus disusun
secara beraencana dan sistematis.
Garis-Garis Besar Program Pembelajaran (GBPP) yang disusun untuk
setiap bidnag studi diajarakan secara integral dangan maksud agar jelas perbedaan
antara pokok bahasan yang kelihatannya sama, diberikan di SD dan SLTP.
e. Prinsip pendidikan seumur hidup
Pendidikan yang diterima anak disekolah memberikan dasar/bekal untuk
belajar seumur hidup, sehingga memungkinkan seseorang meningkatkan
pengertahuan, keterampilan, serta pengembangan potensi-potensinya sesuai
dengan kebutuhan kehidupannya.
3.Kurikulum 1984
Salah satu upaya perbaiakan dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah dilakukan
melalui perbaikan kurikulum pendidikan dasar dan menengah dalam lingkungan Departemen P
dan K. Perbaikan kurikulum dilaksanakan sesuai dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan No. 0461/U/1983 tanggal 23 Oktober 1983.
(dalam Syafril dan Zen dan Zelhendri, Syafril, 2017:192 dalam bukunya yang berjudul
“Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan”) dijelaskan ada empat karakteristik kurikulum 1984 yaitu : a).
Landasan pengembangan, b). Prinsip pengembangan, c). Kegiatan kurikulum, dan d).
Pendekatan dalam proses belajar mengajar.
10
a). Landasan pengembangan
yang termasuk kedalam landasan pengembangan yaitu:
1. Nilai dasar (basic value)sebgai landasan pengembangan kuikulum ini adalah pancasila
dan UUD 1945. Karena pancasila merupakan asas dan dasar negara bangsa kita, maka
setiap upaya pembenahan kurikulum harus bersumber pada pancasila.
2. Fakta empiris dapat dicari dari sumber ketentuan yang berlaku (GBHN), hasil penelitian
dan pengembangan, dan hasil penilaian kurikulum.
3. Segi teroritis berarti pengembangan kurikulum perlu mempertimbangkan adanya
perkembangan, teori-teori ilmu pengertahuan dan teknologi.
11
3. Kegiatan kokulikuler di luar struktur program. Tujuannya untuk memberikan perluasan
dan pengalaman terhadap apa yang telah dipelajarinya dalam kegiatan intrakulikuler.
4. Kegiatan ektrakulikuler terutama ditunjukkan untuk keperluan pembinaan bakar dan
prestasi siswa.
4.Kurikulum 1994.
Untuk memperbaiki kurikulum mutu pendidikan selam pemerintahan Orde Baru, antara
lain dilaksanakan berbagai upaya perbaikan kurikulum. Dimulai dari kurikulum 1968, kurikulum
1984, kurikulum 1994 yang disempurnakan, disederhanakan, dan disesuaikan. Semua itu
memiliki cirri-ciri dan pendekatan yang berbeda.
Cirri yang membedakan kurikulum 1994 dengan kurikulum sebelumnya yaitu, ada pada
pelaksanaan tentang pendidikan tentang pendidikan dasar Sembilan tahun, memberlakukan
kurikulum muatan local serta menyempurnakan tiga kemampuan dasar membaca, menulis, dan
menghitung (3M) yang fungsional.
Tujuan kurikulum muatan local antara lain untuk mendekatkan peserta didik dengan
lingkungan, untuk menerapkan ilmu pengetuan yang diterima di sekolah dalam kehidupan
peserta didik sehari-hari sehingga peserta didik terbiasa berfikir kritis dan analisis, untuk
melestarikan dan mengembangkan kebudayaaan daerah, untuk menanama rasa cinta terhadap
lingkungan peserta didik, dan untuk mengembangkana potensi peserta didik sesuai dengan
lingkungannya.
5.Kurikulum Suplemen.
Kurikulum yang berlaku (kurikulum 1994) mendapatkan tanggapan, kritik, dan saran dari
para praktisi, pakar, ahli, serta masyarakat. Tanggapan masyarakat mengenai kurikuler semakin
meningkat seiring dengan meningkatnya kesadaran dan kebutuhan masyarakat. Tanggapan dan
12
kritik pada umumnya berkenaan dengan padatnya isi kurikulum seperti banyaknya mata
pelajaran dan substansinya dari setiap mata pelajaran, materi yang kurang sesuai, baik dengan
tahap perkembangan anak maupun dengan kebutuhan pembangunan nasional dan IPTEK.
B. Pengelolaan Pendidikan.
Pembaruan pengelolaan pendidikan secara eksplisit dicantumkan pada UU Pokok Pendidikan
Terbaru (UU No.20 Tahun 2003 tentang SPN).
1.Pendidikan dan Tanaga Kependidikan
Tenaga Pendidikan non-guru, seperti petugas/guru pembimbing terus diusahakan pengadaan dan
pengangkatannya agar yang telah bertugas di sekolah semakin bertambah jumlahnya (pembaruan
kuantitatif). Tenaga non-guru lain, seperti pustakawan mendapat pembaruan pula, misalnya
keprofesionalan tenaga tersebut. Bila dahulu dapat dikelola oleh guru, tenaga tata usaha, dan siswa, maka
sekarang sudah mulai ditangani oleh tenaga khusus tentang kepustakaan ini(tenaga ini disebut
pustakawan).
Dengan kemajuan IPTEK yang pesat, tenaga teknis diperlukan pula. Untuk masa yang akan
datang kebutuhan akan tenaga lainnya seperti para medis sekolah, laboran, ahli
media(teknologi)pendidikan, semakin dirasakan.
2.Dana
Kebutuhan dana untuk penyelenggaraan pendidikan semakin meningkat, karena biaya pendidikan
semakin mahal. Keadaan seperti ini logis saja, karena pembaruan-pembaruan yang dilakukan butuh dana
baru atau tambahan terhadap alokasi dana sebelumnya. Hal ini berkaitan pula dengan nilai mata
uang.Tingkat inflasi yang semakin tinggi memerlukan penyesuaian di bidang pendanaan tersebut.
14
3.PendidikanNonformal
Pendidikan non formal merupakan pendidikan yang didirikan dan dikelola oleh masyarakat
sebagai lembaga pendidikannya. Awalnya berstatus swasta, kemudian ada yang dikelola oleh
pemerintahan dan masyarakat.
Pendidikan non formal yang dikelola oleh masyarakat(dibawah pengawasan pemerintah), maju
pesat pula. Contoh, kursus mengetik(dahulu Bond A dan B)sekarang sudah disesuaikan dengan kebutuhan
masakini seperti khusus computer dan internet. Sifatnya tidak terikat pada kurikulum seperti pada
pendidikan formal, pendidikan non formal ini berkembang pesat baik jenis maupun kualitasnya.
C.Pembaruan Pendidikan.
Yang termasuk kepada pembaharuan pendidikan yaitu:
1.SD Pamong
Proyek ini merupakan pendidikan bersama antara pemerintah Indonesia dan Innotech,
lembaga yang didirikan oleh Badan Kerjasama Menteri-Menteri Pendidikan se-Asia
Tenggara.Dikalangan organisasi menteri pendidikan Negara-negara Asia Tenggara (South East
Asian Ministers Education Organisation atau Seameo) proyek ini dikenal dengan istilah Impact
(Instruction of Management by Parent Communyti and Teachers).
Pamong adalah singkatan dari Pendidikan Anak oleh Masyarakat, Orang Tua, dan
Guru.Proyek ini diujicobakan di tingkat sekolah dasar pada Kecamatan Kabakramat (Kelurahan
Alistimo, Banjarharjo, Malang-gaten, dan Kebak) di kabupaten Karang Anyar, Solo.
15
b) Membantu anak-anak yang tidak mau terikat oleh tempat dan waktu
dalam belajar.
Jadi dengan sistem Pamong ini anak/siswa dapat belajar sendiri dengan
bimbingan tutor, atau anggota masyarakat serta bimbingan orangtua.Pengajaran yang
diberikan memperhatikan kesanggupan anak.
2.SD Kecil
Realisasi dari Undang-Undang Wajib Belajar dan pemerataan pendidikan anak-anak usia
7-12 tahun, terutama bagi daerah-daerah terpencil, pemerintah telah melaksanakan SD kecil dan
sistem guru kunjung. SD kecil memiliki cirri-ciri yaitu:
c) Jumlah guru lebih sedikit dari guru SD biasa (tiga orang termasuk Kepala
Sekolah)
16
d) Pendekatan belajar melipti belajar sendiri, yaitu mempelajari modul, belajar
kelompok, klasikal. Jika jumlahkelasada yang melebihi jumlah guru maka
seorang guru mengajar lebih dari satu kelas.
g) Murid yang pandai akan dijadikan tutor untuk mengajar yang lainnya.
3.SMP Terbuka
Sekolah Menengah Pertama Terbuka (SMPT) adalah Sekolah Menengah Umum Tingkat
Pertama, yang kegiatan belajarnya sebagian besar diselenggarakan di luar gedung sekolah
dengan cara penyampaian pelajaran melalui berbagai media dan interaksi yang terbatas antara
guru dan murid.
1) Ciri-ciri
Ciri-ciri SMPT sebagai berikut :
17
d. Terbuka dalam keluar masuk sekolah sesuai dengan waktu yang tersedia
oleh siswa.
2) Tujuan
Tujuan SMPT sama dengan tujuan pendidikan umum SMP yaitu agar lulusan:
a. Menjadi warga Negara yang baik sebagai menusia yang utuh, sehat dan
kuat, lahir dan batin.
18
h. Tenaga pengajar terdiri dari guru Pembina dan guru pembimbing yang
diambil dari masyarakat setempat.
4.SMA Terbuka
Perintisan SMU Terbuka dilakukan dengan tujuan memberikan kesempatan belajar bagi
lulusan SLTP/MTs yang karena berbagai kendala sosial ekonomi, geografis, waktu, dan lainnya
maka tidak/belum dapat mengikuti pendidikan pada tingkat SLTA. Pada tahun 2001 dilakukan
pemantapan perintisan SMU Terbuka dengan melibatkan unsur pemerintah dearah dan unsur
dinas pendidikan kabupaten/kota. Perintisan SMU Terbuka dilandasi oleh kerangka konseptual
yang cukup matang baik dari segi teori, filsafat, pola pembelajaran, pola kelembagaan, maupun
sistem jaminan kualitasnya (quality assuranrea).
Sebagai subsistem dari pendidikan SMU reguler, tujuan penyelenggaraan SMU Terbuka
adalah sama dengan tujuan pendidikan menengah sebagaimana yang dirumuskan di dalam
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0489/U/1992 yaitu: (a) meningkatkan
pengetahuan peserta didik untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dan
untuk mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan
kesenian; dan (b) meningkatkan kemampuan (keterampilan hidup) peserta didik sebagai anggota
masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan
alam sekitar.
1. Belajar Tuntas
Belajar tuntas adalah suatu cara dalam proses belajar yang menuntut siswa untuk menguasai
materi pelajaran secara tuntas dengan hasil yang memuaskan, sesuai dengan kemapuan siswa.
19
Adapun yang termasuk kepada karakteristik belajar tuntas yaitu:
a) Siswa belajar secara individual.
b) Siswa belajar dengan kecepatan masing-masing.
c) Setiap pokok bahasan diakhiri dengan tes.
d) Hasil tes langsung diketahui oleh siswa.
e) Tidak mengenal adanya tinggal kelas (berkelanjutan).
Kemudian bentuk penerapan belajar tuntas yaitu:
a) Siswa mempelajari kegiatan belajar.
b) Siswa mengajarkan lembaran kerja dan mencocokannya dengan kunci jawaban yang
telah tersedia.
c) Siswa mengerjakan tes. Hasil tes tersebut menentukan apakah siswa dapat melanjutkan
ke modul berikutya atau tidak.
3.Keterampilan Proses
Keterampilan proses adalah suatu pendekatan yang mengacu kepada bagaimana siswa , dan apa
yang ia pelajari. Pada dasarnya keterampilan proses sama dengan Cara Belajar Siswa Aktif
20
(CBSA), karena dalam pelaksanaan menuntut siswa agar aktif. Namun, ditekankan pada proses
berpikir sendiri dengan keterampilan masing-masing siwa. Adapun tujuan dari keterampilan
proses yaitu bertujuan untuk memberikan keterampilan praktis yang aka dihadapi setiap orang
dalam kehidupan, sekaligus untuk mengembangkan pemahamannnya tentang konsep yang
dipelajarinya.
Yang termaksud kepada karakteristik ketarmpilan proses yaitu:
a) Mengajak para guru serta pembina pendidikan untuk turut aktif dalam mengembangkan
Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).
b) Mondorong siswa untuk melihat dan memecahkan masalah-masalah yang dirasakan
bersama dalam rangka mengembangkan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).
c) Menyiapkan situasi yang mengiringi siswa untuk bertanya, mengamati, bereksperimen,
serta menemukan fakta dan konsep sendiri.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Permasalahan pendidikan pada masa sekarang ini sudah ibarat benang kusut yang perlu
dicari pola penyyelesaiannya. Semua masalah pendidikan sekarang memiliki keterkaitan satu
sama lain, mulai dari pemerataanv sampai pada tenaga kependidikan. Untuk itu ada beberapa
cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi permasalahan pendidikan yang terjadi sekarang,
yaitu dengan cara:
1. Perubahan Kurikulum
2. Pengelolaan Pendidikan
3. Inovasi dalam pendidikan
4. Pengembangan Pendidikan Luar Sekolah.
Diharapkan dengan metode-metode diatas, permasalahan pendidikan bisa kita kurangi.Selain
itu, dengan kemajuan Zaman sekarang, banyak ilmu-ilmu baru serta teknologi-teknologi
mutakhir yang berkontribusi dalam dunia pendidikan.Yang tentu saja mendatangkan hal baik dan
juga buruk terhadap pendidikan.Tugas kita sebagai tenaga pendidik, adalah memanfaatkan TIK
yang ada semaksimal mungkin untuk menunjang kegiatan pembelajaran peserta didik.
21
B.Saran
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna.Untuk itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang membangun untuk kelengkapan makalah kelompok kami.
DAFTAR PUSTAKA
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/195709251984031-
ADE_SADIKIN_AKHYADI/makalahprogrampendidikanluarsekolah.pdf
http://na2zaoldyeck.blogspot.com/2010/12/smu-terbuka-sebuah-alternatif-layanan_24.html
http://nofrizalrahmanjh.blogspot.com/2011/01/program-program-pendidikan-luar-sekolah.html
Syafril, dan Zulhendri Zen. 2012. Pengantar Pendidikan. Padang: Suka Bina
Syafril dan Zen, Zelhendri Syafril. 2017. Dasar-Dasar IlMU Pendidikan. Padang: Kecana.
24 Webster, Webster’s New International Dictionary (t.tp.: GG Merriam Company, 1953), 648.
25 Carter V. Good, Dictionary of Education (t.tp.: McGraw-Hill a Book Company, 1959), 113.
26 Azia, Curriculum, 71.
27 Arief Lavy, Planing the School Curriculum (Bandung: Bharata Karya Aksara, 1983), 1-2.
28 Paul Langrand, An Introduction to Life Long Education, ter. (Jakarta: Gunung Agung, 1981), 18.
22
29 Ronald Doll, Curriculum Improment Decision Making and Process (t.tp.: Ally and Bacon, 1974), 22.
30 William B. Ragan, Modern Elementary Curriculum (t.tp.: Holt Rinehart and Winston Inc.,1974), 44.
31 Harold B Alberty and Elsie J AlBerty, Reorganizing the High School Curriculum, 3rd ed. (t.tp.: The Macmillan Company,
1952), 12
23