Anda di halaman 1dari 14

2.

8 Asuhan Keperawatan Anak Dengan Leukemia


A. Pengkajian
Anak penderita leukemia sering mengalami keluhan-keluhan yang
tidak spesifik, akibatnya anak akan diduga hanya mengalami sakit yang ringan
sifatnya, sehingga tidak segera ke dokter. Oleh karena itu, perlu dilakukan
pengkajian secara cermat. Data-data yang per;u di kaji adalah data-data yang
didapatkan pada anak berkaitan dengan kegagalan sumsum tulang dan adanya
infilarasi ke organ lain, sebagai berikut
1. Data biografi pasien
2. Riwayat penyakit
3. Kaji adanya tanda-tanda anemia :
a. Pucat
b. Kelemahan
c. Sesak
d. Nafas cepat
4. Kaji adanya tanda-tanda leukopenia
a. Demam
b. Infeksi
5. Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia :
a. Ptechiae
b. Purpura
c. Perdarahan membran mukosa
6. Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola :
a. Limfadenopati
b. Hepatomegali
c. Splenomegali
7. Kaji adanya pembesaran testis
8. Kaji adanya :
a. Hematuria
b. Hipertensi
c. Gagal ginjal
d. Inflamasi disekitar rectal
e. Nyeri
B. Diagnosa keperawatan
1. Resiko cedera yang berhubungan dengan proses malignan/keganaasa.
2. Resiko infeksi yang berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh.
3. Resiko cedera (pendarahan , sistikitis hemoragika) yang berhubungan
dengan gangguan proliferasi sel.
4. Resiko deficit volume cairan yang berhubungan dengan mual dan muntah.
5. Perubahhan membran mukosa yang berhubungan dengan pemberian agens
kemotrapi.
6. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan pemberian agens
kemotrapi, radiotrapi, dan imobilisasi.
7. Hambatan mobilisasi fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskular
(neuropati).
8. Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan kerontokan rambut moon
face atau kelemahan.
9. Nyeri yang berhubungan dengan penegakan diagnosis, terapi dan efek
fisiologis neoplasia.
10. Ketakutan yang berhubungan dengan uji diagnostik, prosedur diagnostik
dan terapi.
11. Defisit aktivitas pengalihan yang berhubungan dengan keterbatasan
lingkungan (kamar pribadi).
12. Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan memiliki anak yang
menderita penyakit yang mengancam jiwa.
13. Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan anak yang sedang
menjalani terapi.
14. Duka cita adaptif yang berhubungan dengan persepsi bahwa anak mereka
akan meninggal.
C. Rencana Keperawatan dan Evaluasi
1. Diagnose keperawatan : Resiko cedera yang berhubungan dengan proses
malignan/keganaasa.
a. Tujuan :
1) Pasien mengalami remisi parsial atau total dari penyakit.
2) Pasien tidak mengalami komplikasi akibat kemotrapi.
b. Intervensi keperawatan :
1) Berikan agens kemotrapi sesuai dengan program.
2) Bantu pelaksanaan radioterapi sesuai dengan program.
3) Bantu prosedur pemberian agens kemotrapi.
4) Persiapkan anak dan keluarga dalam menghadapi prosedur
pembedahan jika diperlukan.
5) Amati tanda-tamda infiltrasi pada lokasi infus/penyuntikan IV :
rasa nyeri, tersengat, pembengkakan, kemerahan.
6) Implementasikan kebijakan rumah sakit dalam menangani infiltras.
7) Lakukan anamnesa yang cermat untuk mendeteksi adanya riwayat
reaksi alergi untuk mencegah reaksi anafilaksis (sianosis,
hipotensi, mengi, ultrikaria hebat).
8) Sediaan peralatan kedaruratan (terutama alat monitor tekanan
darah dan kantong serta masker untuk resulasi manual dan obat-
obatan kedaluratan untuk mencegah keterlambatan penanganan).
c. Hasil yang diharapkan :
1) Anak mencapai remisi parsial atau total dari penyakit.
2) Anak tidak mengalami komplikasi akibat penyakit.
3) Anak mendapatkan penanganan komplikasi yang cepat dan tepat.
2. Diagnosa keperawatan : Resiko infeksi yang berhubungan dengan
penurunan daya tahan tubuh.
a. Tujuan : pasien mengalami resiko infeksi yang minimal.
b. Intervensi :
1) Tempatkan anak dalam ruang perawatan pribadi untuk mengurangi
keterpanjanan dengan organisme infektif.
2) Sarankan semua pengunjung dan staf rumah sakit agar
melaksnakan teknik mencuci tangan yang baik untuk mengurangi
keterpajanan terhadap organisme infektif.
3) Lakukan skrining terhadap semua pengunjung dan staf rumah sakit
guna mendeteksi tanda-tanda infeksi untuk mengurangi
ketepajanan terhadap organisme infektif.
4) Pantau suhu tubuh untuk mendeteksi kemungkinan infeksi.
5) Evaluasi anak untuk menemukan seetiap lokasi yang berpotensi
menjadi tempat infeksi (tempat penusukan jarum, ulserasi mukosa,
abrasi ringan dan masalah dental).
6) Berikan diet dengan kandungan nutrisi yang lengkap sesuai dengan
virus hidup yang dilemah pada anak yang sistem imunnya
terdepresi karena vaksin tersebut dapat mengakibatkan infesi berat.
7) Berikan vaksin virus inaktif sesuai program dan didindikasikan
untuk mencegah infeksi yang spesifik.
8) Berikan antibiotic sesuai resep.
9) Berikan granulocyte colony stimulating faktor sesuai resep
c. Hasil yang diharapkan :
1) Anak tidak berhubungan dengan orang yang terinfeksi atau
barang-barang yang terkominasi.
2) Anak-anak mengkomsumsi makanan yang sesuai dengan usianya
3) Anak tidak memperlihatkan tanda-tanda infeksi
3. Diagnose keperawatan : Resiko cedera (pendarahan , sistikitis
hemoragika) yang berhubungan dengan gangguan proliferasi sel.
a. Tujuan :
1) Pasien tidak memperlihatkan tanda-tanda pendarahan
2) Pasien tidak memperlihatkan tanda-tanda sistitis hemoragika.
3) Pasien mengalami efek anemia yang minimal.
b. Intervensi keperawatan
1) Lakukan segala upaya untuk mencegah infeksi khususnya pada
bagian tubuh yang mengalami ekimosis, kerena infeksi akan
mengakibatkan kecenderungan berdarah.
2) Lakukan tindakan lokal (berikan tekanan, kompres es) untuk
menghentikan pendarahan.
3) Batasi aktivitas berat yang dapat mengakibatkan cedera yang tidak
disengaja.
4) Libatkan anak dalam tanggung jawab untuk membatasi aktivitas
jika jumlah trombositnya menurun untuk meningkatkan kepatuhan
anak.
5) Amati pendarahan pasca prosedur seperti fungsi vena, aspirasi
sumsum tulang.
6) Balik tubuh anak dengan sering dan gunakan Kasur yang bisa
mengurangi tekanan untuk mencegah ulkus decubitus.
7) Ajarkan tindakan untuk mengendalikan pendarahan hidung kepada
orang tua dan anak yang lebih besar.
8) Hindari penggunaan obat yang mengandung aspirin karena aspirin
mengganggu fungsi trombosit.
9) Berikan sesuai resep untuk menaikan jumlah trombosit.
10) Amati tandda-tanda sistitis kepada dokter karena diperlukan
evaluasi medis yang cepat dan tepat.
11) Dorong anak untuk sering berkemih termasuk pada malam hari
untuk menimalkan kontask metabolit obat dengan mukosa
kandung kemih.
12) Berikan obat-obatan yang mengiritasi kandung kemih pada pagi
hari untuk memungkinkan asupan cairan dan berkemih yang
memadai
c. Hasil yang diharapkan :
1) Anak tidak memperlihatkan tanda-tanda pendarahan.
2) Anak berkemih tampa gangguan rasa nyaman.
3) Tidak terdapat hematuria.
4. Diagnosa keperawatan : Resiko deficit volume cairan yang berhubungan
dengan mual dan muntah.
a. Tujuan : pasien tidak mengalami mual dan muntah.
b. Intervensi keperawatan :
1) Berikan dosis awal antiemetik sebelum kemotrapi dimulai untuk
mencegah agar anak tidak mengalami mual dan muntah dengan
demikian menghindari respons antisipasi.
2) Berikan antiemetik selama 24 jam jika mual dan muntah biasanya
terus ada untuk mencegah agar setiap episode mual dan muntah
tidak terjadi.
3) Kaji respons anak terhadap obat antiematik karena tidak ada obat
antiematik yang berhasil penggunaannya sama pada setiap orang
4) Hindari makanan dengan aroma yang kuat yang menimbulkan
mual muntah.
5) Dorong anak agar sering minum dengan jumlah sedikit karena
porsi kecil biasanya lebih dapat ditoleransi.
6) Berikan cairan IV, sesuai program untuk mempertahankan hidrasi.

c. Hasi yang diharapkan :


1) Anak dapat makan dan minum tampa muntah.
2) Anak tidak mengalami mual dan muntah.
5. Diagnosa keperawatan : Perubahan membran mukosa yang berhubungan
dengan pemberian agens kemotrapi.
a. Tujuan :
1) Pasien tidak mengalami mukositis oral.
2) Pasien tidak mengalami ulserasi rectum
b. Intervensi keperawatan :
1) Inspeksi mulut setiap hari untuk mendeteksi ulkus oral, laporkan
gejala yang membuktikan adanya ulkus kepada dokter agar
penanganan dini dapat dilakukan.
2) Laksanakan oral higine dengan seksama segera setelah pasien
mendapatkan obat-obatan yang bisa menyebabkan ulkus oral.
3) Lakukan kumur mulut dengan sering minimal 4 jam untuk
mempercepat pemulihan luka.
4) Oleskan obat anestesi lokal pada area ulserasi sebelum makan dan
sesuai kebutuhan untuk meredakan rasa nyeri.
5) Oleskan pelembab bibir untuk menjaga agar bibir tetap lembab dan
mencegah terjadinya fisura atau bibir pecah-pecah
6) Gunakan barier pelindung kulit pada daerah perineum untuk
melindungi kelit terhadap kontak langsung dengan urin atau feses
dan untuk mempercepat penyembuhan.
c. Hasil yang diharapkan
1) Membran mukosa tetap utuh
2) Ulkus memperlihatkan kesembuhan.
3) Anak melaporkan atau menunjukan bahwa tidak ada gangguan
rasa nyaman.
4) Mukosa rectum tetap bersih dan utuh.
5) Daerah yang mengalami ulserasi sembuh tampa komplikasi.
6) Anak memiliki defekasi yang teratur.
6. Diagnose keperawatan : Kerusakan integritas kulit yang berhubungan
dengan pemberian agens kemotrapi, radiotrapi, dan imobilisasi
a. Tujuan :
1) Pasien mempertahankan integritas kulit.
2) Pasien mengalami efek negatif terapi yang minimal.
b. Intervensi keperawatan
1) Lakukan perawatan kulit yang teliti, terutama perawatan di daerah
mulut dan perianal karena daerah ini rentan mengalami ulserasi.
2) Ubah posisi tubuh dengan sering untuk menstimulasi sirkilasi
darah dan mengurangi tekanan.
3) Dorong asupan kalori protein yang adekuat untuk mencegah
keseimbangan nitrogen yang negatif.
4) Pilih pakaian yang longgar di bagian tubuh yang menjalani iritasi
untuk meminimalkan iritasi tambahan
5) Lindungi bagian tubuh yang diterapi terhadap sinar matahari dan
perubahan suhu yang mendadak (hindari kompres es atau
menggunakan bantalan pemanas) selama radio terapi atau
pemberian metotreksat.
c. Hasil yang diharapkan
1) Kuli tetap bersih dan utuh
2) Anak dan keluarga dan memenuhi semua petunjuk yang diberikan.
7. Diagnose keperawatan : Hambatan mobilisasi fisik berhubungan dengan
kerusakan neuromuskular (neuropati).
a. Tujuan : pasien mengalami efek negatif yang minimal akibat periver.
b. Intervensi :
1) Dorongan ambulasi jika anak mampu
2) Ubah aktivitas termasuk kehadiran di sekolah, untuk mencegah
cedera jika terjadi kelemahan fisik
3) Gunakan sepatu khusus atau papan kaki untuk mencegah footdrop
4) Berikan makanan yang lunak dan berkuah untuk mengurangi
gerakan mengunyah dengan rahang yang sakit
c. Hasil yang diharapkan : anak dapat bergerak tampa mengalami cedera
atau kesulitan.
8. Diagnose keperawatan : Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan
kerontokan rambut moon face atau kelemahan.
a. Tujuan :
1) Pasien dan keluarga memperlihatka perilaku koping yang positif
2) Pasien memperlihatkan penyesuaian terhadap perubahan wajah.
3) Pasien mengungkapkan perasaannya.
b. Interpensi keperawatan.
1) Perkenalkan ide untuk mengenakan wig sebelum rambut rontok.
2) Dorong anak untuk memilih wig yang sesuai dengan model rambut
dan warna rambutnya sendiri sebelum terjadi kerontokan rambut
untuk memudahkan penyesuaian lebih lanjut terhadap kerontokan
rambut
3) Jelaskan bahawa rambut akan kembali tumbuh dalam 3 hingga 6
bulan dan mungkin memiliki warna dan tekstur yang sedikit
berbeda dari aslinya untuk mempersiapkan anak dan keluarga
terhadap perubahan tampilan rambut yang baru.
4) Tekankan bahwa reaksi ini hanya bersifat sementara untuk
memberi ketenangan bahwa waajahnya yang semula akan kembali
lagi.
5) Anjurkan kunjungan dari teman-teman sebelum anak pulang dari
rumah sakit untuk mempersiapkan anak menghadapi reaksi dan
pertanyaan teman-temannya.
c. Hasil yang diharapkan :
1) Anak mengutarakan kekhawatiran mengenai kerontokan
rambutnya.
2) Anak membantu menentukan metode untuk mengurangi efek
kerontokan rambut dan mengaplikasikan metode ini.
3) Anak tampak bersih, terawatt dengan baik dan berpakaian
menarik.
9. Diagnose keperawatan : Nyeri yang berhubungan dengan penegakan
diagnosis, terapi dan efek fisiologis neoplasia
a. Tujuan : pasien tidak mengalami rasa nyeri atau mengalami
pengurangan rasa nyeri hingga tingkatan yang bisa diterima anak.
b. Intervensi keperawatan :
1) Sedapat mungkin tidak menggunakan prosedur yang tidak invasif
untuk meminimalkan gangguan rasa nyeri
2) Kaji kebutuhan untuk penanganan rasa nyeri
3) Evaluasi efektifitas terapi Pereda nyeri dengan memperhatikan
derajat kesadaran versus sedasi untuk menentukan perlunya
perubahan dosis, waktu pemberian atau jenis obat.
4) Implementasikan teknik Pereda nyeri nonfarmakologik yang tepat
sebagai terapi tambahan pada pemberian analgetik
5) Berikan analgetik sesuai resep
6) Hindari pemberian aspirin atau setiap senyawa karena aspirin akan
meningkatkan kecenderungan pendarahan
7) Berikan obat-obatan menurut jadwal pemberian preventif selama
24 jam untuk mencegah timbulnya rasa nyeri
8) Pantau efektivitas terapi berdasarkan catatan hasil pengkajian nyeri
c. Hasil yang diharapkan : anak beristirahat dengan tenang, tidak
melaporkan dan atau memperlihatkan tanda-tanda ketidak nyamanan
dan tidak mengungkapkan keluhan gangguan rasa nyaman.
10. Diagnose keperawatan : Ketakutan yang berhubungan dengan uji
diagnostik, prosedur diagnostik dan terapi.
a. Tujuan : pasien memperlihatkan penurunan rasa takut yang berkaitan
dengan uji dan prosedur diagnostic
b. Intervensi keperawatan :
1) Jelaskan prosedur diagnostik dengan cermat sesuai dengan tingkat
pemahaman anak untuk mengurangi rasa takut anak terhadap hal-
hal yang tidak diketahuinya.
2) Jelaskan apa yang akan terjadi dana apa yang akan dirasakan,
dilihat dan didengar oleh anak untuk meningkatkan rasa
pengendalian.
3) Implementtasikan teknik distaksi dan teknik Pereda nyeri sesuai
indikasi.
c. Hasil yang diharapkan
1) Anak segera berespons terhadap petunjuk verbal
2) Anak mengulangi informasi secara akurat
11. Diagnose keperawatan : Defisit aktivitas pengalihan yang berhubungan
dengan keterbatasan lingkungan (kamar pribadi).
a. Tujuan : pasien mendapatkan kesempatan untuk berpartisipasi dalam
berbagai aktivitas yang beragam.
b. Intervensi keperawatan :
1) Berikan mainan yang sesuai dengan usia anak dan ,udah
dibersihkan untuk mengalihkan perhatian anak tampa terbawa
resiko infeksi.
2) Libatkan tenaga spesialis dalam bidang kehidupan anak atau
layanan suportif lainnya dalam merencanakan aktivitas pengalihan.
c. Hasil yang diharapkan
1) Anak terlibat dalam berbagai aktivitas yang sesuai dengna usia dan
usia minatnya.
2) Tersedia mainan yang sesuai.
12. Diagnose keperawatan : Perubahan proses keluarga yang berhubungan
dengan memiliki anak yang menderita penyakit yang mengancam jiwa.
a. Tujuan :
1) Pasien atau keluarga memperlihatkan pengetahuan mengenai
prosedur diagnostic/terapi
2) Pasien mendapatkan dukungan yang memadai.
b. Intervensi keperawatan
1) Jelaskan alasan pelaksanaan setiap uji dan prosedur.
2) Jelaskan alasan pelaksanaan radio terapi dan kemotrapi.
3) Hindari penekanan yang berlebihan pada manfaat semua
tindakan/prosedur yang tidak akan terbukti dengan segera untuk
menghindari harapan yang tidak realistik.
c. Hasil yang diharapkan :
1) Anak dan keluarga memperlihatkan pemahaman mengenai
prosedur.
2) Keluarga memperlihatkan penetahuan mengenai penyakit dan
terapi penyakit anaknya
3) Keluarga mengungkapkan perasaan dan kekhawatiran mereka serta
meluangkan waktu untuk bersama dengan anak mereka.
13. Diagnose keperawatan : Perubahan proses keluarga yang berhubungan
dengan anak yang sedang menjalani terapi.

a. Tujuan :
1) Keluarga memperlihatkan pemahaman mengenai efek samping
atau komplikasi terapi.
2) Pasien mendapatkan dukungan yang memadai selama pelaksanaan
terapi.
3) Keluarga siap melaksanakan perawatan dirumah.
b. Intervensi keperawatan :
1) Jelaskan pada keluarga mengenai efek samping atau toksisitas obat
yang diperkirakan terjadi, jelaskan mengenai efek samping atau
toksisitas obat mana yang memerlukan evaluasi medis untuk
mencegah keterlambatan dalam penanganannya.
2) Jelaskan pada keluarga bahwa reaksi tersebut bukan disebabkan
oleh kembalinya sel-sel kanker untuk mengurangi kekhawatiran
yang tidak semestinya terjadi.
3) Ajarkan pedoman perawatan dirumah sesuai kebutuhan anak.
c. Hasil yang diharapkan :
1) Keluarga memperlihatkan pengetahuan mengenai petunjuk yang
disampaikan.
2) Keluarga memperlihatkan pemahaman mengenai perubahan
perilaku anak
3) Keluarga memperlihatkan kemampuan untuk melaksanakan anak
di rumah.
14. Diagnose keperawatan : Duka cita adaptif yang berhubungan dengan
persepsi bahwa anak mereka akan meninggal
a. Tujuan
1) Keluarga menerima dan mengatasi kemungkinan terjadinya
kematian anak
2) Pasien mendapatkan dukungan yang memadai

b. Intervensi keperawatan :
1) Lakukan kontak terus menerus dengan keluarga untuk
menciptakan hubungan saling percaya yang mendorong
komunikasi
2) Bantu keluarga merencanakan perawatan anak khususnya pada
stadium terminal untuk menjamin bahwa semua harapan keluarga
dilaksanakan.
3) Mewawancarai anak dan keluarga serta mengamati perilaku yang
memberikan petunjuk mengenai reaksi mereka terhadap penyakit
dan intervensi keperawatan
c. Hasil yang diharapkan :
1) Keluarga tetap terbuka terhadap konseling dan kontak perawatan
2) Keluarga dan anak membicarakan rasa takut, kekhawatiran,
kebutuhan dan keinginan mereka pada saat pencapai stadium
terminal.

Apriany, Dyna , 2016. Asuhan Keperawatan Anak Dengan Keganasan. Bandung : PT


Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai